SKRIPSI
OLEH:
MAYA HAJRIANTI SARAGIH
140200131
FAKULTAS HUKUM
MEDAN
2018
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas karunia dan
skripsi ini. Adapun judul dari skripsi ini adalah “ANALISIS HUKUM
TEBING TINGGI”.
mengenai hubungan hukum yang dilakukan antara dokter dengan rumah sakit
Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi.Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar
dukungan dari para pihak. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
2. Prof. Dr. OK. Saidin, S.H, M.Hum. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum
3. Ibu Puspa Melati, S.H, M.Hum. selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum
4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H, M.Hum. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum
6. Bapak Dr. Edy Ikhsan, S.H, M.A. selaku Dosen Pembimbing I skripsi penulis
yang telah meluangkan waktu serta membagi ilmunya kepada penulis untuk
penulis yang telah meluangkan waktu serta membagi ilmunya kepada penulis
8. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi dan
Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi yang telah membantu penulis dalam
10. Kepada tulang Godeng, tulang Eddy Syofian, turang Amelida Amin, kak Dita,
Surya Puba, Bang Syaiful, kak Yanti yang sangat baik hati merawat dan
menjaga saya dan telah menjadi keluarga dan rumah kedua penulis yang selalu
ada setiap suka maupun duka, menjaga penulis mulai awal perkuliahan sampai
sekarang
11. Sahabat penulis Zahra, Dina, Jeannyfer, Mutia, Diva, Bang Pras, Irsa, Rani,
Vera, Ruth, Ilham, Sahabat penulis Gadis Girang Reborn Beby, Salsa, Paijok
14. Seluruh Mahasiswa Grup D 2014 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
15. Kepada Seluruh teman dan sahabat yang tidak dapat penulis ucapkan satu
persatu
Khusus kepada keluarga saya, saya ucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua saya tersayang. Kepada Ayahanda tersayang ALM Rizal Effendy
Saragih, sebagai sosok ayah yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada
saya hingga akhirhayatnya, hanya doa yang bisa kupanjatkan untukmu semoga
kita bisa berkumpul lagi di SurgaNya. Kepada Ibunda tersayang Suliawati Purba
adalah motivasi terbesar saya untuk menjadi lebih baik yang telah berjuang
diri semenjak tahun 2007, penulis sangat mencintai kalian. Dan saya u capkan
terima kasih kepada kakak saya Rini Aftitasari Saragih dan Lily Verawati Saragih
yang telah memberikan doa dan semangat kepada saya selama ini.
Maya HajriantiSaragih*
EdyIkhsan**
Syamsul Rizal***
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan menjadi salah satu unsure
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai cita-cita bangsa Indonesia. Sejak
zaman dahulu telah dikenal bahwa adanya hubungan yang menanamkan
kepercayaan antara dua pihak yaitu pihak penerima perawatan medis dan pemberi
pelayanan medis. Dokter melaksanakan hak dan kewajiban terhadap pasien
timbullah suatu perjanjian terapeutik.Dalam perjanjian terapeutik tidak akan lepas
dari persoalan hukum yang melibatkan antara dokter, pasien, dan rumah sakit.
Oleh karena itu, penulis ingin membahas tentang “Analisis Hukum Hubungan
Dokter dengan Rumah Sakit Dalam Perjanjian Terapeutik Di Rumah Sakit Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah hak
dan kewajiban dokter dan rumah sakit dalam perjanjian terapeutik, peraturan dasar
adanya hubungan hukum antara dokter dan rumah sakit dalam perjanjian
terapeutik, dan tanggung jawab perdata dokter dan rumah sakit dalam perjanjian
terapeutik terhadap pihak ketiga.
Metode penelitian dalam skripsi ini adalah metode penelitian hukum
normatif bersifat deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder
dan data primer. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum
sekunder, dan bahan hukum tersier serta didukung dengan dengan hasil data
primer berupa wawancara dengan beberapa dokter dan pasien RSUD. Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi.
Hasil penelitian dalam skripsi ini adalah terdapat beberapa peraturan
perundangan mengenai hak dan kewajiban dokter dalam perjanjian terapeutik, ada
peraturan yang mendasari adanya hubungan hukum antara pihak dokter dan
rumah sakit dalam perjanjian terapeutik di Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane
Tebing Tinggi, serta dalam tanggung jawab perdata dokter dan rumah dalam
melakukan perjanjian terapeutik terhadap pihak ketiga lebih banyak dilakukan
secara kekeluargaan dan telah dibentuk suatu tim komite medik yang
menyelesaikan.
*
) MahasiswaFakultasHukum USU
**
) DosenPembimbing I FakultasHukum USU
***
) DosenPembimbing II FakultasHukum USU
ABATRAK ........................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merupakan suatu usaha yang sangat luas dan secara menyeluruh, usaha
medis.Di dalam era modern ini kedua pihak tersebut disebut hubungan
hubungan antar dua atau lebih subjek hukum atau antara subjek hukum
dan objek hukum yang berlaku dibawah kekuasaan hukum atau diatur
adalah suatu transaksi untuk menentukan atau upaya mencari terapi yang
paling tepat bagi pasien yang dilakukan oleh dokter.Jadi menurut hukum,
terapeutik, maka muncullah suatu hak dan kewajiban setiap para pihak
yaitu pihak pasien memiliki hak dan kewajibannya begitu juga sebaliknya
dengan pihak dokter.Oleh sebab itu, apabila didalam perjanjian ini salah
1
Adam Chazawi, Malapraktik Kedokteran, Penerbit Sinar Grafika 2016, Jakarta, Hal.12
2
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Penerbit
Rineka Cipta 2005, Hal.11
bahwa salah satu syarat perjanjian adalah suatu sebab yang tidak terlarang.
Oleh sebab itu, maka isi perjanjian terapeutik ini tidak boleh sepakat
hukum tersebut bukan hanya kepada pihak dokter saja yang terlibat,
bahkan kepada pihak manajemen rumah sakit juga ikut terlibat.Dari tahun
artinya dengan mengurangi asset yang dimiliki oleh rumah sakit tersebut,
mulai meletakkan setiap tuntuntan ganti rugi sebagai bentuk dari risiko
tersebut.
khususnya Pasal 66 ayat (1), yang menyebutkan bahwa setiap orang yang
Indonesia. Sedangkan dalam Pasal 66 ayat (2) disebutkan bahwa tata cara
pelayanan misalnya terdapat pada rumah sakit, lalu siapakah yang harus
dalam perjanjian terapeutik. Kedua, apa yang menjadi dasar bahwa adanya
hubungan hukum antara pihak dokter dengan rumah sakit dalam perjanjian
Keadaan ini tentu saja dapat menyulitkan pasien yang sering sekali
terjadi hal yang tidak diharapkan dalam pelayanan medis, pasien tersebut
harus kemana menuntut apakah ke pihak dokter saja atau rumah sakit, atau
kepada kedua pihak sekaligus. Bagi pihak dokter dan rumah sakit juga
dokter yang berpraktik di rumah sakit memilki status yang sama, ada
3
Ns. Ta’adi, Hukum Kesehatan Sanksi & Motivasi Bagi Perawat, Penerbit Buku
Kedokteran EGC 2012, Hal. 55
sakit tersebut, dan ada juga sebagian dokter yang hanya berstatus kontrak
terhadap sebuah Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Kumpulan Pane Kota
Pemerintah Kota Tebing Tinggi yang telah berdiri sejak 1958. Sebagai
rumah sakit milik pemerintah, tentu saja RSUD Dr. H. Kumpulan Pane
pelayanan kesehatan.
B. Permasalahan
1. Bagaimana hak dan kewajiban dokter dan rumah sakit dalam perjanjian
terapeutik di Indonesia?
3. Bagaimana tanggung jawab perdata dokter dan rumah sakit yang memiliki
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa saja hak dan kewajiban pihak dokter dan pihak
hubungan hukum antara pihak dokter dan rumah sakit dalam perjanjian
D. Manfaat Penulisan
dibagi menjadi dua bagian yaitu secara teoritis dan secara praktis. Adapun
kesehatan.
2. Secara praktis
terapeutik.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
4
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2010, hal.5
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari Rumah
b. Data Sekunder
5
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2008, hal.4
3. Bahan hukum tersier yaitu berupa bahan yang dapat menjadi pendukung
bahan hukum primer, terdiri dari kamus hukum, kamus besar Bahasa
Pengumpulan data penulisan skripsi ini dilakukan melalui dua tahap yaitu:
Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun studi dokumen
merupakan data yang dianalisis secara kualitatif, yaitu setelah data terkumpul
ditarik kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju
F. Keaslian Penulisan
pernah ada yang meneliti sebelumnya. Namun ada beberapa judul skripsi
Dokter Dengan Pasien Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata (Studi Pada
6
P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,
2006, hal.87
pemenuhan hak atas ganti kerugian bagi konsumen dalam hal malpraktek
medik.
aturan yang sudah ada dalam penulisan hukum.Tulisan ini terdiri atas 5 Bab,
BAB I : PENDAHULUAN
Sistematika Penulisan
TERAPEUTIK
Perjanjian Terapeutik
TINGGI
bab sebelumnya.
hubungan hukum kekayaan/harta benda antara dua orang atau lebih, yang
member kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan
yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya.
lingkungan hukum.
hubungan yang bisa timbul dengan sendirinya seperti yang kita jumpai
kekayaan orang tuanya seperti yang diatur dalam hukum waris. Lain
halnya dalam perjanjian. Hubungan hukum antara pihak yang satu dengan
yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh
hukum perjanjian, sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang
prestasi. Jadi satu pihak memperoleh “hak/recht” dan pihak sebelah lagi
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang
7
M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Penerbit Alumni 1986, Bandung,
Hal. 7
dimana seorang berjanji kepada seorang lain atau dimana dua orang
hukum yang terjadi antara orang yang satu dengan orang yang lain
kewajiban itu.
adalah suatu perbuatan hukum dimana satu orang atau lebih mengikatkan
8
R. Subekti, Hukum Perjanjian, Penerbit PT. Imnternusa, Jakarta, Hal.1
9
Abdul Khadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Penerbit Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2011, hal.6
atau lebih saling mengikatkan dirinya untuk melakukan suatu hal dalam
B. Jenis-Jenis Perjanjian
Penggolongan ini dilihat dari hak dan kewajiban para pihak. Adapun
a. Perjanjian Sepihak
pada satu pihak, dan hanya ada hak pada pihak lain. Pihak yang
diberikan itu.
10
Juraganmakalah.blogspot.co.id, 2013
kontra prestasi.
a. Perjanjian Cuma-Cuma
yang satu selalu terdapat kontra prestasi dari pihak lain dan antara
peraturan umum, yang termuat didalam bab ini dan bab yang
11
Salim, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Penerbit Sinar Grafika,
Jakarta, 2003, hal.25
12
R.Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Penerbit PT Pradnya Paramita,
Jakarta, 1999, hal. 339
a. Perjanjian kebendaan
b. Perjanjian Obligator
para pihak.13
c. Perjanjian Liberatoir
a. Perjanjian Konsesuil
lahir sejak detik tercapainya kata sepakat dari kedua belah pihak.
13
Salim, Op.cit, hal.27
pakai.
c. Perjanjian Formal
dikatan sah. Contoh dari perjanjian ini adalah dalam hal jual beli
pihak yang terkait dalam suatu perjanjian. Berdasarkan Pasal 1315 Kitab
14
Subekti, Hukum Perjanjian, Cet.XIII, Jakarta, 1991, hal. 29-34
ditetapkan suatu janji, artinya pihak lain memperoleh hak atas sesuatu
yang akibatnya dapat menuntut sesuatu atas pihak lain. Dengan demikian,
manusia dan badan hukum yang memiliki hak dan kewajiban dalam
15
FIrman FLoranta Adonara, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, CV. Mandar Maju,
Bandung, 2014, hal.11
dibedakan dalam dua bentuk, yaitu badan hukum publik dan badan
hukum privat.
yang telah disepakati itu sendiri yaitu hal pemenuhan perjanjian. Ada
dan sebagainya
membongkar bangunan
16
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 1989, hal.247
ijazah kedokteran, kedokteran gigi, dokter spesialis dan memiliki surat izin
dokter (SID) dan surat izin praktek (SIP) memang dapat memasang papan
praktik dan siap untuk memberikan layanan kesehatan yang sesuai dengan
kemampuan dan ijazah maupun izin dokter dan izin praktek yang telah
pikirannya bahwa pada saat menerima pasien tersebut telah terjadi suatu
dengan hak-hak dasar yang telah melekat pada diri manusia sejak
lahirnya), hukum kedokteran bertumpu pada dua hak asasi manusia, yakni
hak atas pemeliharaan kesehatan (the right to healthcare) dan hak untuk
17
M.Jusuf Hanafiah, Amir Amri, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Buku
Kedokteran, Jakarta, 2008, hal.42
beschikkingrecht)18
balik yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang sepakat untuk
terjadi antara dokter dengan pasien yang berakibat pada timbulnya hak dan
hukum.19
tentu berhasil. Para pihaknya dalam kontrak ini adalah dokter dan pasien.
18
Y.A. Triama Ohoiwutun, Bunga Rampai Hukum Kedokteran, Bayumedia Publishing,
Malang, 2007, hal.7
19
Ibid, hal. 9
20
Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya Jakarta,1991, hal.76
perjanjian yang prestasi atau hasilnya dari salah satu pihak (dokter) belum
prestasi atau hasilnya sudah pasti. Ini biasa sering terjadi pada dokter
gigi.21
makhluk insan.
syarat-syarat tertentu, dan bila transaksi sudah terjadi maka kedua belah
21
Sunarto Ady Wibowo, Hukum Kontrak Terapeutik di Indonesia, Pustaka Bangsa Press,
Medan, 2009, hal.20
oleh keduanya.22
antara pasien dengan tenaga kesehatan, dokter atau dokter gigi dan rumah
sakit dalam hal pelayanan kesehatan. Rumah sakit tidak terlepas tanggung
terapeutik, yaitu:
kesehatan/dokter/dokter gigi
3. Kewajiban pasien
kesehatan/dokter/dokter gigi.
dapat dikaji dan dianalisis dalam berbagai ketentuan sebagai berikut, yaitu:
hubungan antara dokter dengan tenaga kesehatan, yaitu pasal 330, 1320,
24
Salim HS, Op.Cit, hal. 49
25
Subekti, Op.cit, hal. 323
Terapeutik
Dari sudut sumbernya, kewajiban dan hak dokter ada dua macam.
Selain itu terdapat juga dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
26
Adami Chazawi, Op.Cit, hal.13
3. Hak atas informasi yang lengkap dan jujur dari pasien tentang keluhan
yang diderita.
4. Hak atas imbalan jasa dari pelayanan kesehatan yang telah diberikan.
5. Hak untuk mengakhiri hubungan dengan pasien, jika pasien tidak mau
terapeutik.
profesi, yaitu dengan cara melakukan tindakan medis dalam suatu kasus
27
Y.A. Triana Ohoiwutun, Op.Cit, hal.17
28
Ibid, hal.18
dan pengalaman.
berkesinambungan.
Hak dan kewajiban dokter dan dokter gigi telah ditentukan dalam
dalam pasal 50 telah ditentukan hak dokter dan dokter gigi, yaitu:
prosedur operasional;
keluarganya; dan
profesi.29
antara lain:
29
Salim HS, Op.Cit, hal.67
ia yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya; dan
1. Kewajiban umum;
dokter juga memiliki hak yang disebutkan secara limitative dalam Pasal
57, yaitu:
Operasional.
undangan.
undangan
yaitu:
perundang-undangan;
pelayanan;
pelayanan kesehatan;
6. Mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit
kepada masyarakat;
kemampuan pelayanannya;
miskin;
9. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana
12. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien;
17. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau
by laws);
rokok.
Hukum Perdata
2. Dalam tindakan medis tertentu ada informed consent sebagai hak pasien
adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau keluarga yang berhak
disepakati.
31
Sunarto Ady Wibowo, Op.Cit, hal.77
32
Y.A. Triana Ohoiwutun, Op.Cit, hal.12
A. Pengertian Dokter
maka ruang lingkup ilmu kesehatan menjadi ikut terlibat dalam melakukan
realitas kehidupan manusia yang berkembang hingga saat ini. Oleh sebab
berbunyi:
“Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi
dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi baik didalam maupun diluar negeri yang diakui
oleh pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan”.
dokter dalam konteks medis, ialah semua profesional medis dengan gelar
dokter (dr.) dan spesialis (Sp.) atau berbagai gelar lainnya. Jika
yang:
penyembuhan penyakit
penerapan obat
33
http://w-afif-mufida-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-68894-1EtikaKodekteran-
PengertianDokterDanTugasDokter.html diakses pada tanggal 25 Februari 2018
dokter, yaitu:
lain:
hukum sangat luas, oleh karena itu dokter juga harus memahami
34
Y.A. Triana Ohoiwutun, Op.Cit, hal.55
35
Fred Ameln, Kapita Selekta Hukum Kedokteran, Grafikatama Jaya Jakarta, 1991,
hal.56
hukumnya baik terhadap diri sendiri ataupun terhadap orang lain dalam
hukum telah menyangkut apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
berikut:
36
Any Isfandyarie, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter, Prestasi Pustaka,
Jakarta, 2006, hal.3
berikut:
besar yang berisi pemandu sikap dan perilaku. Kode etik kedokteran
jawabnya.
sendiri.
pidana medis terletak pada focus tindak pidana tersebut. Fokus tindak
pidana biasa terletak pada akibat dari tindak pidana, sedangkan pada
lain yang posisinya sebagai bawahannya. Hal ini diatur dalam Pasal
37
Y.A. Triana Ohoiwutun, Op.Cit, hal.65
keadaan berikut:
medis
hadir pada waktu itu ataukah baru hadir pada waktu sangat
diperlukan
tenaga kesehatan (dalam hal ini dokter). Sementara itu, dokter dapat
38
Ibid., hal.68
pelayanan kesehatan.
kepada pasien.
yang berlaku.
Pada saat ini berbagai upaya tersebut telah secara tegas di atur
Sakit sebagai sarana kesehatan mendapat peran yang sangat penting dalam
dalam kaitan ini adalah hubungan pasien dengan dokter dan rumah sakit
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
39
W.J.S. Purwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1999,
hal.836
1. Departemen Kesehatan
2. Pemerintah Daerah
3. ABRI
Rumah sakit pada tipe ini adalah rumah sakit umum yang mempunyai
fasilitas dan kemampuan pelayanan medis dasar. Karena itu jumlah dan
jenis dokter spesialis sangat terbatas. Rumah sakit tingkat ini harus
40
Hermien Hadiati Koeswaji, Hukum untuk Perumahsakitan, PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2002, hal.147
Rumah sakit pada tipe ini adalah rumah sakit umum yang mempunyai
tersebut maka kelompok staf medis yang harus dimiliki adalah 4 yaitu
Rumah sakit pada tipe ini adalah rumah sakit umum yang memiliki
dan sub spesialistik terbatas. Maka rumah sakit pada tipe ini harus
tenggorokan.
RSU kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
Oleh karena itu, maka rumah sakit pada tipe A minimal harus memiliki
kelompok staf medis antara lain kelompok staf medis penyakit dalam,
hidung dan tenggorokan, mata syaraf, jiwa, kulit dan kelamin, jantung,
anatomi.
medis dokter spesialis dan kelompok staf medis dokter sub spesialis
sesuai kebutuhan.41
ilmu. Rumah sakit khusus wajib memiliki kelompok staf medis minimal
dua yaitu kelompok staf medis sesuai dengan disiplin ilmu yang
41
Sunarto Ady Wibowo, Op.Cit, hal.33
Kesehatan
4. Tenaga Non Medis: yaitu di luar butir 1,2, dan 3 seperti Apoteker,
diberikan rumah sakit kepada pasien yaitu dengan cara memberikan hak-
42
Ibid, hal.34
Sakit Indonesia yang merangkup nilai dan norma rumah sakit sebagai
tanggung jawab rumah sakit ini meliputi tanggung jawab umum dan
menerima gaji, dokter tersebut disebut (dokter purna waktu) dokter “in”,
rumah sakit bertanggung jawab atas semua tindakan dokter “in” ini.
Sebaliknya untuk dokter “out” (dokter tamu) yang bukan pegawai rumah
sakit, tanggung jawab bukan pada rumah sakit yang bersangkutan tetapi
ekonomi masyarakat. Hal ini sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 7 dam
44
Sunarto Ady Wibowo, Op.Cit, hal. 138
45
Fred Ameln, Naskah Akademis Peraturan Perundang-undangan tentang Informed
Concent Bidang Kesehatan, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman, Jakarta,
1992, hal.33
kehidupan manusia.
pengertian rumah sakit, akan tetapi telah tercantum beberapa pasal yang
kesehatan.
kedokteran gigi
Pasal 42
atau dokter gigi yang tidak memiliki syarat izin praktik untuk
permasalahan dalam rumah sakit tersebut. Oleh karena itu, akan semakin
kerja tenaga medik sangat menentukan sejauh mana rumah sakit dan
Ada dua macam cara dalam hubungan kerja yang terjadi antara
2. Dokter bekerja tidak sepenuhnya dalam rumah sakit, dalam hal ini
rumah sakit atau tidak bekerja untuk rumah sakit) dan bekerjasama
kesepakatan antara dokter dengan rumah sakit. Untuk dokter yang bekerja
rumah sakit dalam bentuk pelayanan perawatan. Dalam hal ini, hubungan
kerja antara dokter dengan rumah sakit tergantung kepada perikatan yang
46
Y.A. Triana Ohoiwutun, Op.Cit, hal.81
rumah sakit dan antara pasien dengan dokter. Hal ini tergantung kepada
rumah sakit dimana dokter bekerja sebagai employee, terjadi jika pasien
hanya memiliki dokter yang bekerja sebagai employee. Dalam hal ini
digaji secara tetap dan penuh, tidak didasarkan atas jumlah pasien yang
47
Ibid, hal.82
48
Http://hukumkes.wordpress.com/hospital-liability, diakses pada tanggal 10 Mei 2018,
15.00WIB
sebagai mitra. Pola ini terjadi apabila pasien sudah dalam keadaan
menyediakan fasilitas. Pola seperti ini banyak berlaku pada rumah sakit
dokter tersebut. Jika dalam waktu sebulan tidak ada seorang pasien yang
dirawat oleh dokter tersebut, maka pada bulan itu dokter tidak
mendapatkan penghasilan.
anastesi. Tim tersebut dapat berupa tim tunggal dengan pimpinan ahli
dalamnya atau juga dapat berupa dua tim yang terdiri dari tim operator
(ahli bedah, asisten dan perawat) dan tim anastesi (ahli anastesi dan
Dalam hal dokter ahli anastesi atau tim anastesi bekerja secara mandiri,
sebagai mitra. Lalu bagaimana kedudukan anggota tim, baik anggota tim
macam. Bila dokter bedah bekerja sebagai mitra, maka ia bisa saja
sakit. Dalam hal ini maka kedudukan asisten atau perawat di ruang
asisten atau perawat yang bukan merupakan employee rumah sakit maka
dokter dan sejauh mana tanggung jawab tersebut harus dipikul. Fungsi
social rumah sakit, sesuai dengan hak atas pelayanan medis yang
dengan rumah sakit, perlu diatur lebih lanjut agar pelayanan rumah sakit
49
Http://hukumkes.wordpress.com/hospital-liability, diakses pada tanggal 22 Maret 2018,
pukul 10.00 WIB
permasalahan hukum.
50
Susatyo Herlambang, Manajemen Pelayanan Rumah Sakit, Gosyen Publising,
Yogyakarta, 2016, hal. 33
Tinggi berdiri tahun 1958 yang sebelumnya bernama Rumah Sakit Kota
Kota Praja oleh Gubernur Sumatera Utara yaitu Raja Junjungan Lubis.
Umum Kota Tebing Tinggi Menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H.
Tinggi terletak di lokasi yang strategis yaitu di tengah kota dan mudah
51
Ibid, hal. 36
Pendidikan.
Adapun visi, misi, dan motto Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane
1. Visi
2. Misi
pegawai.
Motto Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi adalah
4. Tugas Pokok
rumah sakit kelas B. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit
52
Pasal 24 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
53
Pasal 24 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
Daerah.55
isi pasal 2 ayat (3) Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 7 Tahun
2014 tentang Tugas dan Fungsi serta Uraian Tugas Jabatan Struktural
pada Rumah Sakit Umum Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi,
Pasal 2
kesehatan, dan
1. Direktur
56
Pasal 2 ayat (1) Peraturan Walikota Tebing Tinggi Nomor 7 Tahun 2014 tentang Tugas
dan Fungsi serta Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Rumah Sakit Umum Dr. H. Kumpulan
Pane Kota Tebing Tinggi
Tebing Tinggi:
1. Direktur
program dan kebijakan yang ada agar tugas pokok dan fungsi dapat
sakit tersebut.
upaya kesehatan tidak akan pernah terlepas dari kesalahan yang bisa
pembagian tanggung jawab antara dokter dengan rumah sakit sangat sulit
bertanggung jawab.
bagaimana dan sampai mana tanggung jawab dokter dan juga bagaimana
pula dengan rumah sakit ikut bertanggung jawab terhadap kelalaian yang
antara dokter dengan rumah sakit. Oleh karena itu, kita harus mengetahui
peraturan apa saja yang menjadi dasar bahwa adanya hubungan hukum
adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis
rumah sakit telah tertuang secara tidak langsung di dalam Pasal 41, 42,
Pasal 41
(1)Dokter atau dokter gigi yang telah mempunyai surat izin praktik
kedokteran.
praktik kedokteran.
dokter atau dokter gigi yang tidak memiliki surat izin praktik untuk
tersebut.
Pasal 44
kedokteran gigi
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan
Menteri.
kesehatan.
bidang kedokteran.57
antara dokter dengan rumah sakit memiliki hubungan yang erat dan
Tahun 2014 antara dokter dengan rumah sakit adalah pola hubungan
kerja terhadap dokter yang bekerja di rumah sakit yang berstatus tetap
57
Veronica Komalawati, Peranan Informed Concent dalam Transaksi Terapeutik, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal.1
Pane Kota Tebing Tinggi ada dua jenis dokter yang berpraktik di rumah
(PNS), 2 dokter gigi tetap (PNS), dan 32 dokter umum tetap (PNS).
hak dan kewajiban tenaga kesehatan. Hal tersebut terdapat pada Pasal
Pasal 57
58
Dr. Yanti Tri Ratna, wawancara pada tanggal 16 Maret 2018, RSUD. Dr. H. Kumpulan
Pane Tebing Tinggi
Perundang-undangan.
Pasal 58
Pasal 74
Pasal 75
Perundang-undangan
Pasal 76
pemerintah.59
darurat.
antara dokter dengan rumah sakit telah tersirat secara implisit dalam
Pasal 12, 13, 33, 37, 38, 46. Adapun bunyi pasal tersebut yaitu:
Pasal 12
59
Dr. Yanti Tri Ratna, wawancara pada tanggal 16 Maret 2018, RSUD. Dr. H. Kumpulan
Pane Tebing Tinggi
undangan
keselamatan pasien.
Pasal 33
dan keuangan
Pasal 37
Pasal 46
kesehatan yang terdiri dari dokter, perawat dan non paramedik non
menimbulkan hak dan kewajiban antara dokter dan rumah sakit. Setiap
Pasal 13
Pasal 14
ketenagaan
Pasal 15
Pasal 16
serta keterampilannya
Pasal 17
Pasal 18
yang berlaku.
sebagai tenaga kesehatan di rumah sakit. Oleh sebab itu, rumah sakit
Sakit, bahwa rumah sakit harus tetap menjaga mutu pelayanan dokter
daerah”.
Walikota Tebing Tinggi. Hal ini berlaku karena kedudukan RSUD Dr.
Kota Tebing Tinggi. Oleh sebab itu, segala peristiwa yang dapat
Tinggi selaku pemilik rumah sakit serta akibat hukum yang timbul dari
karena setiap dokter yang bertindak untuk dan atas nama RSUD Dr. H.
dokter dan rumah sakit dalam peraturan ini adalah sebagai berikut:
Komite Medik
Pasal 1 angka 8
Pasal 1 angka 10
Pasal 1 angka 14
Pasal 1 angka 18
Pasal 1 angka 20
Dokter tidak tetap atau paruh waktu adalah dokter dan/atau dokter
Rumah Sakit
Pasal 1 angka 21
Pasal 1 angka 22
tertentu
Pasal 1 angka 23
Sakit
RSUD Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi adalah bahwa dokter
Tebing Tinggi. Dalam hal ini yang mewakili Pemerintah Kota Tebing
Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi, ada beberapa dokter kontrak yang
Pasal 1 angka 1
Pasal 2 angka 1
Tebing Tinggi
Pasal 2 angka 2
sebagai pihak pemberi jasa kesehatan tidak perlu cemas apabila tindakan
yang diberikan sesuai dengan standar yang berlaku maka kerugian yang
dialami oleh pasien bukan menjadi tanggung jawab rumah sakit. Akan
tetapi, apabila kerugian pasien timbul karena kelalaian rumah sakit, maka
dibebankan kepada subjek hukum baik itu manusia maupun badan hukum
(liability), yaitu:61
1. Contractual liability
Tanggung jawab jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu
atau prestasi yang harus dilaksanakan oleh dokter adalah berupa upaya
(effort), bukan hasil (result). Oleh karena itu dokter hanya bertanggung
jawab atas upaya medik yang tidak memenuhi standar, atau dengan kata
60
Sunarto Adi Wibowo, Op.Cit, hal.49
61
Sofwan Dahlan, Malpraktik, Pencegahan, dan Upaya Menghadapi Tuntutan Hukum
pada Profesi Kedokteran: Dalam Pedoman Profesi Kedokteran, Badan Penerbit Univ.
Dipenogoro, Semarang, 2000, hal. 61
kewajiban hukum diri sendiri atau kewajiban hukum orang lain saja
hidup terhadap orang lain atau benda orang lain. Dengan adanya
tanggung jawab seperti itu maka health care provider dapat digugat
3. Strict liability
atau HIV
4. Vicarious liability
Tanggung jawab jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh
62
H. Salim, Op.Cit, hal.46
menimbulkan hubungan hukum antara dokter dan rumah sakit serta pasien
masyarakat.63
sebagai manusia biasa, akibatnya kurang teliti pada saat pemeriksaaan dan
adalah “apabila dokter melakukan suatu tindakan medis yang tidak sesuai
63
Hermien Hadiati Koeswaji, Op.Cit, hal.78
peraturan yang berlaku di rumah sakit. Oleh sebab itu, tidak semua
pertanggung jawaban dokter harus dilihat dari sisi upaya yang dilakukan
Seperti yang dinyatakan oleh salah satu dokter di rumah sakit “Di
tata cara ilmu kedokteran yang berlaku, sebaliknya tindakan medis yang
rumah sakit. Hal ini terjadi karena setiap dokter yang bekerja di rumah
64
Wawancara Dr. Rini Aftita, wawancara pada tanggal 17 Maret 2018, di RSUD Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi
65
Dr. Rini Aftita, wawancara pada tanggal 17 Maret 2018, di RSUD. Dr. H. Kumpulan
Pane Tebing Tinggi
namun pihak rumah sakit juga ikut andil dalam pertanggung jawaban
kepada pasien. Maka apabila adanya gugatan dari pasien akibat tindakan
medis dokter, maka rumah sakit ikut andil dalam bertanggung jawab
consent yang sudah disepakati antara dokter dengan pasien. Di dalam surat
dahulu dijelaskan mengenai sebab dan akibat dari tindan medis tersebut.
menjelaskan secara jelas dan tidak mendapat persetujuan dari pasien untuk
melalui jalur pengadilan. Selain itu, prosesnya tidak memakan waktu dan
biaya yang banyak, dan bisa ditempuh oleh kedua pihak baik melibatkan
a. Negosiasi
kesepakatan bersama. Cara ini tidak perlu melibatkan orang lain sehingga
masalahnya tidak perlu diketahui oleh pihak luar dan bisa dilakukan dimana
66
Dr. Yanti Tri Yatna, Wawancara pada tanggal 16 Maret 2018, di RSUD. Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi
biasanya apabila sengketa tidak bisa diselesaikan dengan cara lain hingga
medis dokter. Oleh sebab itu, sering sekali terjadi salah alamat bahwa
sehingga para dokter pun terkadang tidak melibatkan rumah sakit dalam
Seperti yang dikatakan oleh salah satu informan rumah sakit bahwa
“dokter dan pihak rumah sakit biasanya mengambil tindakan sendiri untuk
Seperti membuat surat permohonan maaf dari dokter dan rumah sakit,
tersebut. Hal ini bertujuan untuk menjaga hubungan yang tetap baik
terhadap pasien yang sudah menjadi salah satu tanggung jawab rumah
sakit.
Kasus 1:
sebelah kanan. Pada saat itu pihak yang mengoperasi merupakan satu tim
daerah kaki yang dioperasi dan dianjurkan untuk foto ulang, dan hasilnya
terdapat satu mur yang tertinggal pada saat operasi pengangkatan plat. Hal
67
Dr. Yanti Tri Ratna, wawancara pada tanggal 16 Maret 2018, di RSUD. Dr. H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi
masalah ini menjadi panjang, maka beliau sebagai ketua tim yang
sakit, dokter, dan pasien. Hasilnya bahwa semua biaya pengobatan pasien
dari awal sampai akhir ditanggung oleh pihak rumah sakit, dan honor
oleh dokter, dokter lalai dan kurang teliti pada saat mengoperasi pasien
kontrak yang berada dibawah tanggung jawab rumah sakit. Dokter tersebut
Kasus 2:
persetujuan oleh pihak keluarga pasien terlebih dahulu melalui zurat izin
hukum. Apabila terjadi hal yang tidak diharapkan, maka dokter tersebut
pasien.
maaf secara tertulis kepada pihak pasien beserta keluarganya. Dalam kasus
sakit tersebut, hanya teguran saja yang diberikan kepada dokter tersebut
PENUTUP
A. Kesimpulan
Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Kode Etik Rumah
dan Fungsi serta Uraian Tugas Jabatan Struktural pada Rumah Sakit
tidak sesuai dengan yang diperjanjikan. Dalam hal ini, pihak dokter dan
B. Saran
2) Perlu adanya perjanjian kerja yang dibuat antara dokter dengan rumah
Tebing Tinggi. Hal ini juga bertujuan agar pihak dokter maupun rumah
BUKU
Ameln, Fred. 1991. Kapita Selekta Hukum Kedokteran. Jakarta: PT. Grafikatama
Jaya
BadanPembinaanHukumNasional, DepartemenKehakiman
Hanafiah, M.Yusuf dan Amir Amri. 2008. Etika Kedokteran dan Hukum
Gosyen Publishing
Is, Muhammad Sadi. 2015. Etika Hukum Kedokteran. Jakarta: PT. Kharisma Putra
Utama
PrestasiPustaka
Citra AdityaBakti
Jakarta: RinekaCipta
Bayumedia Publishing
MandarMaju
BalaiPustaka
Raja GrafindoPersada
Subagyo, P. Joko. 2006. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta
SinarGrafika
Tutik Titik Triwulan dan Shita Febriana. 2010. Perlindungan Hukum Bagi Pasien.
Binarupa Aksara
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
tentangPraktikKedokteran
tentangTenagaKesehatan
PeraturanMenteriKesehatanNomor 262/Men.Kes/Per/VII/1979
tentangKetenagaanRumahSakit
INTERNET