Anda di halaman 1dari 98

KEKUATAN BUKTI TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVIDENCE) PADA

KASUS KARTEL TENTANG PENGATURAN PRODUKSI


BIBIT AYAM BROILER
( STUDI KASUS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR
444K/PDT.SUS-KPPU/2018)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Disusun :

MUHZEN MUZADI
11140480000040

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440H/2018M
LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2018

Muhzen Muzadi

iii
ABSTRAK
Muhzen Muzadi. NIM.11140480000040. KEKUATAN BUKTI TIDAK
LANGSUNG (INDIRECT EVIDENCE) PADA KASUS KARTEL
TENTANG PENGATURAN PRODUKSI BIBIT AYAM Broiler (Studi Kasus
Putusan Mahkamah Agung Nomor 444k/Pdt.Sus-Kppu/2018) Program Studi Ilmu
Hukum, Konsentrasi Hukum Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1440H/2018M. isi: vii+68+halaman
daftar pustaka+17 halaman lampiran.
Permasalahan utama dalam skripsi ini adalah kasus kartel tentang
pembibitan bibit ayam broiler di Indonesia pada tahun 2015 yang dilakukan oleh
12 perusahaan unggas, kegiatan tersebut dilakukan atas kesepakatan/perjanjian
dengan Dirjen PKH Kementerian Pertanian, Majelis Komisi menjatuhkan putusan
kepada 12 perusahaan unggas itu atas pelanggaran pasal 11 Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat dengan putusan Nomor 02/KPPU-I/2016. Kasus berlanjut dengan
upaya hukum banding dan kasasi yang selalu dimenangkan oleh pihak 12
perusahaan unggas.
Metode penelitian ini menggunakan pendekatan bersifat yuridis normatif.
Yuridis normatif adalah yang mana peniliti mengacu pada norma-norma hukum
yang ada dalam peraturan Perundang-Undangan, literatur, pendapat ahli, makalah-
makalah, dan hasil penelitian yang berkaitan dengan pembuktian dalam sebuah
perkara.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Hakim dalam Putusan
Mahkamah Agung Nomor 444 K/Pdt.Sus-Kppu/2018 hanya menggunakan
penalaran legal positivisme hukum, dimana dalam memutus perkara hanya
mengacu kepada Undang-Undang yang berlaku. Sejatinya dalam memutus
perkara hakim seharusnya menggunakan 2 penalaran hukum yaitu hukum kodrat
dan positivisme hukum, dengan menggunakan penalaran hukum kodrat salah
satunya menggunakan bukti tidak langsung (indirect evident) sangat penting
terutama dalam kasus pembuktian kartel, sangat sulit menjerat pelaku kartel
dengan pembuktian langsung, sebab kartel dilakukan secara diam-diam dan
pembuktianya tentunya dengan fakta yang terjadi dilapangan disertai data
ekonomi.
Kata kunci : Kartel, Pembuktian Tidak Langsung (Indirect Evident).

Dosen pembimbing : Dr. M. Ali Hanafiah Selian, SH., MH


Daftar pustaka : 1986-2013

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul KEKUATAN BUKTI TIDAK
LANGSUNG (INDIRECT EVIDENCE) PADA KASUS KARTEL
TENTANG PENGATURAN PRODUKSI BIBIT AYAM BROILER (Studi
Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 444k/Pdt.Sus-Kppu/2018) dapat
diselesaikan dengan baik, walaupun terdapat beberapa kendala yang dihadapi saat
proses penyusunan skripsi ini.
Hal ini tidak dapat dicapai tanpa adanya bantuan, dukungan, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan
segala kerendahan hati dan penuh rasa hormat peniliti ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Asep Syarifuddin Hidayat,S.H., M.H. Ketua Program Studi Ilmu
Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum. Sekretaris Program Studi
Ilmu Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. M. Ali Hanafiah Selian, SH., MH. Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk peneliti.
4. Kepala Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah membantu dalam menyediakan fasilitas yang memadai
untuk peneliti mengadakan studi kepustakaan peneliti dalam penulisan
skripsi ini.
5. Ayahanda Su’eli dan Ibunda Suharti yang dengan tulus ikhlas mendorong,
mendoa’akan dan menginspirasi dalam melakukan pendidikan ini. Tidak
lupa pula semua keluarga saya tercinta yang ada di Batang dan di Solo
yang selalu mendukung dan menyemangati saya dalam belajar.

v
6. Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren al-Musanni Gemolong-Kabupaten
Sragen, K.H Slamet Albarqy. Kyai Nur Misbah Pengasuh sekaligus
Pendiri Pondok Pesantren al-Asror Kabupaten Karanganyar, pribadi yang
selalu menginspirasi penulis dalam mengemban ilmu.
7. Direktur Gubug Serua Irfandi Ahmad, SHI, MH. Yang kebaikanya tidak
bisa saya sebutkan.
8. Teman-teman Prodi Ilmu Hukum Angkatan 2014 yang tidak bisa saya
sebutkan satu persatu.
9. Teman-teman seperjuangan Gubug Serua mas Adib, mas Syamsudin,
Syukron, mas Shohib, mas Ari, mas Syafi’i, ‘ayun, Afif.
10. Kepada pihak yang terkait yang peneliti tidak dapat sebutkan namanya
satu persatu. Tidak ada yang dapat peniliti berikan, dukungan dan
semangat kalian yang membuat peniliti dapat menyelesaikan skripsi ini
selain ucapan terima kasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti maupun bagi para
pembaca khususnya di bidang hukum bisnis.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 30 November 2018


Peneliti

Muhzen Muzadi

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ i


LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ......................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR.................................................................................. v
DAFTAR ISI................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................ 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ................... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 8
D. Metode Penelitian...................................................................... 9
E. Rancangan Sistematika Penelitian ............................................ 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kerangka Konseptual ................................................................ 14
B. Kerangka Teori ......................................................................... 27
C. Studi (Review) Kajian Terdahulu .............................................. 29

BAB III PENGGUNAAN BUKTI TIDAK LANGSUNG (INDIRECT


EVIDENCE) DALAM KASUS KARTEL TENTANG
PENGATURAN PRODUKSI BIBIT AYAM BROILER
A. Kekuatan Hukum Pembuktian Tidak Langsung (Indirect Evident)
ditinjau dari Hukum Persaingan Usaha..................................... 31
B. Kedudukan Lembaga Direktorat Jenderal Peternakan
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian ................................ 38
C. Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 ..................... 40
D. Pengaturan Produksi Pembibitan Ayam Broiler ....................... 42

vii
BAB IV ANALISIS KASUS KARTEL TENTANG PENGATURAN
PRODUKSI BIBIT AYAM BROILER
A. Posisi Kasus .......................................................................... 48
B. Analisis Pertimbangan dan Putusan Hakim Mahkamah
Agung Nomor 444 K/Pdt.Sus Kppu/2018 ............................ 52

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 67
B. Rekomendasi........................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69

LAMPIRAN.......................................................................................................

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi dewasa ini bergerak sangat dinamis, dengan globalisasi sebagai
motor penggeraknya. Pelan tapi pasti, globalisasi telah menjadi pendorong
utama bagi munculnya integrasi ekonomi dunia. Disatu sisi, globalisasi telah
membuka peluang yang lebih luas bagi negara sedang berkembang untuk
meningkatkan volume perdagangan dengan melakukan ekspansi usaha ke pasar
internasional. Melalui globalisasi pula dapat dilakukan peningkatan investasi,
baik langsung maupun tidak langsung yang akhirnya mendorong pertumbuhan
ekonomi dan lapangan kerja.
Disisi lain, globalisasi juga mendorong masuknya barang/jasa dari negara
lain dan membanjiri pasar domestik. Pelaku usaha domestik kini harus
berhadapan dengan pelaku usaha dari berbagai negara, dalam suasana tidak
sempurna. Pelaku usaha besar dan transnasional dapat menguasai kegiatan
ekonomi domestik melalui perilaku anti persaingan, seperti kartel,
penyalahgunaan posisi dominan, merger/takeover, dan sebagainya.
Memperhatikan persaingan antar pelaku usaha yang bertambah ketat dan
tidak sempurna, maka nilai-nilai persaingan usaha yang sehat perlu mendapat
perhatian lebih besar dalam sistem ekonomi Indonesia. Penegakan hukum
persaingan merupakan instrumen ekonomi yang sering digunakan untuk
memastikan bahwa persaingan antar pelaku usaha berlangsung dengan sehat
dan hasilnya dapat terukur berupa peningkatan kesejahteraan dalam
masyarakat luas.1
Hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 33 Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “ perekonomian
nasional harus dibangun atas dasar filsafat demokrasi ekonomi dalam wujud
ekonomi kerakyatan. Salah satu sarana untuk mewujudkan demokrasi ekonomi

1
Andi Fahmi Lubis, dkk. Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks, Komisi
Pengawas Persaingan Usaha, (Jakarta: ROV Creativ Media,2009), h. IX.

1
2

adalah melalui pengaturan terhadap persaingan usaha”2. Dalam


perkembangan sistem ekonomi Indonesia, persaingan usaha menjadi salah satu
instrumen ekonomi sejak saat reformasi digulirkan.
Krisis ini menunjukan kepada kita bahwa pondasi ekonomi Indonesia saat
itu sangatlah lemah. Bahkan banyak pendapat dari berbagai kalangan yang
mengatakan bahwa ekonomi Indonesia dibangun secara melenceng dari nilai
yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pada masa sebelum reformasi, perekonomian
didominasi oleh struktur yang terkonsentrasi. Pelaku usaha yang memiliki
akses terhadap kekuasaan dapat menguasai dengan skala besar perekonomian
Indonesia. Struktur monopoli dan oligopoly sangat mendominasi sektor-sektor
ekonomi saat itu. Dalam perkembangannya, pelaku-pelaku usaha yang
dominan bahkan berkembang menjadi konglomerasi dan menguasai dari hulu
ke hilir di berbagai sektor.
Disamping struktur yang terkonsentrasi, situasi perekonomian Indonesia
ketika itu banyak diwarnai pula oleh berbagai bentuk perilaku anti persaingan,
seperti perilaku yang berupaya memonopoli atau menguasai sektor tertentu,
melalui kartel, penyalahgunaan posisi dominan, merger/takeover, diskriminasi
dan sebagainya. Maraknya praktek monopoli di Indonesia oleh pelaku usaha
masih menjadi tanda tanya bagi masyarakat, pelaku usaha terkesan leluasa
melakukan praktek monopoli yang dilarang oleh Undang-undang
antimonopoli, beberapa faktor baik itu dari Undang-undang Persaingan Usaha
yang memberikan celah untuk dapat terjadinya praktek monopoli maupun dari
lembaga penegak hukumnya yang tidak dapat menjangkau pelaku usaha yang
melakukan praktek monopoli, praktek monopoli dan persaingan usaha jelas
merugikan konsumen yang tidak lain adalah rakyat Indonesia khususnya
kalangan masyarakat bawah.
Menghadapi fenomena dan fakta yang terjadi di Indonesia saat itu, pada
tahun 1999 Pemerintah menyusun Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
2
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
(Jakarta: konpres, 2008), h. 24.
3

tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat yang
kemudian diikuti dengan pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
(KPPU), yang berperan sebagai regulator. Undang-undang ini terbentuk atas
dasar Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 75 tahun 1999, dan kemudian
ditetapkan pada tanggal 5 Maret Tahun 1999, dan berlaku efektif mulai tanggal
5 September Tahun 2000. Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh Undang-
undang Nomor 5 tahun 1999 sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 3 ialah:
1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat;
2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui persaingan usaha yang
sehat sehingga menjamain adanya kepastian kesempatan berusaha yang
sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah dan pelaku usaha
kecil;
3. Mencegah praktek monopoli atau praktek usaha tidak sehat yang
ditimbulkan oleh pelaku usaha;
4. Terciptanya Efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha
KPPU merupakan lembaga independen yang terbentuk atas perintah
Undang-Undang, Selain sebagai lembaga independen yang terlepas dari
pengaruh dan kekuasaan pemerintah atau pihak lain, KPPU merupakan suatu
organ khusus yang mempunyai tugas ganda selain menciptakan ketertiban
dalam persaingan usaha juga berperan untuk menciptakan dan mememelihara
iklim persaingan usaha yang kondusif.
Secara sederhana ditinjau dari segi ketatanegaraan KPPU merupakan state
auxiliary organ, ialah lembaga negara yang dibentuk diluar konstitusi dan
merupakan lembaga yang membantu pelaksanaan tugas lembaga pokok negara
(Eksekutif, Legislatif, Yudikatif).3 Lembaga negara yang dibentuk diluar
konstitusi juga sering disebut dengan lembaga independen semu negara

3
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
..., h. 24.
4

(quasi), peran sebuah lembaga independen semu negara menjadi penting


sebagai upaya rensponsif bagi negara-negara yang tengah transisi dari
otoriterisme ke demokrasi.
Sejak pertama kali berdiri sampai dengan tahun 2018 KPPU berhasil
membongkar beberapa kasus, diantaranya kasus kartel dalam hal ini terkait
apkir dini produksi bibit ayam broiler yang dilakukan oleh 12 perusahaan
pembibitan ayam di Indonesia. Penelusuran dugaan kartel ini, didasari atas
kenaikan harga ayam yang melonjak hingga sempat menembus Rp 40 ribu per
kilogram dan pada akhirnya merugikan konsumen. Bukti awal tersebut juga
diperkuat dengan hasil pemeriksaan lapangan bahwa terjadi kenaikan harga
live bird daging ayam tahun 2016 dari Harga Pokok Penjualan (HPP)
Rp.10.000,-(sepuluh ribu rupiah) menjadi HPP Rp.16.000,-(enam belas ribu
rupiah) perekor.Pada bulan November-Desember 2015 harga day old chicken
final stock atau DOC FS mengalami kenaikan Rp.1.000,-(seribu rupiah)
sampai dengan Rp.3.000,-(tiga ribu rupiah) per ekor. Sementara harga live bird
pada bulan Desember 2015 hingga bulan Januari 2016 mengalami kenaikan
Rp.5.000, -(lima ribu rupiah) sampai dengan Rp.15.000, -(lima belas ribu
rupiah) per kilogram di pasar tradisional.
Melihat fakta yang terjadi di masyarakat ini diduga ada monopoli dalam
sistem bisnis daging ayam broiler tersebut, KPPU sebagai badan pengawas
persaingan usaha menindak lanjuti temuan awal tersebut. Kasus kemudian
dikembangkan menjadi data investigasi utuh dan kemudian diputuskan bahwa
telah terjadi praktik monopoli oleh 12 perusahaan. Perlu dicatat juga, meskipun
KPPU mempunyai fungsi penegakan hukum khususnya dibidang persaingan
usaha, namun KPPU tidak berhak untuk menjatuhkan sanksi baik pidana
maupun perdata, sanksi yang dapat diberikan oleh KPPU hanyalah sanksi
administratif.
KPPU menemukan adanya unsur kesengajaan dari sejumlah pelaku usaha
peternak ayam yang memicu permasalahan tersebut. Ketua KPPU Muhammad
Syarkawi Rauf mengatakan 12 perusahaan yang ditetapkan sebagai terlapor
dalam mengadakan kesepakatan afkir dini atau pemusnahan jutaan parent stock
5

(indukan) yang menyebabkan anjloknya stok ayam indukan di kalangan


peternak mandiri.4
Panggilan dan pemeriksaan telah dilakukan oleh KPPU, Setelah diusut
ternyata pemusnahan stok indukan ayam merupakan instruksi daripada
Kementerian Pertanian untuk mendorong afkir dini terhadap stok indukan
ayam dengan alasan bahwa pasar sedang dalam keadaan over supply stok
indukan ayam, apabila menggunakan logika ekonomi sederhana, pada saat
posisi suatu barang sedang dalam keadaan over supply seharusnya harga
barang tersebut menjadi rendah, tetapi fakta lapangan yang terjadi adalah over
supply.
Akhirnya Majelis Komisi menjatuhkan putusan kepada 12 perusahaan
unggas itu dengan menggunakan pasal 11 Undang-undang Nomor 5 Tahun
1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
dengan putusan Nomor 02/KPPU-I/2016. Putusan tersebut menimbulkan
perdebatan hukum di antara para ahli dan KPPU sendiri. Pakar ekonomi, Faisal
Basri dalam persidangan pemeriksaan di KPPU menyatakan bahwa KPPU
tidak bisa memperkarakan kebijakan pemerintah, dalam hal ini dirjen PKH
Kementerian Pertanian yang menginstruksikan 12 perusahaan pembibitan
unggas melakukan apkir dini indukan ayam (parent stock) berdasarkan Surat
Edaran Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Nomor
15043/FK.010/F/10/2015.
Jika ada kebijakan pemerintah yang dinilai membuka ruang bagi
persaingan usaha tidak sehat, maka yang dapat dilakukan KPPU adalah
memberikan saran dan masukan kepada pemerintah, bukan dengan
menghukum pelaku usaha yang menjalankan instruksi pemerintah. Pihak
perusahaan tidak berhenti disitu saja, karena putusan KPPU tidak merupakan
putusan berkekuatan hukum tetap dan perusahaan tidak mau dicap sebagai

4
Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-I/2016, h. 1-2. Tentang pengaturan produksi bibit
ayam broiler.
6

perusahaan kartel akhirnya mengajukan upaya keberatan dengan mengajukan


upaya hukum banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat dengan diwakili
oleh salah satu perusahaan unggas tersebut.
Kerja keras 12 perusahaan membuahkan hasil didalam persidangan,
dengan putusan Nomor 1/Pdt.Sus-KPPU/2017/PN Jkt.Brt Tahun 2017 ini,
Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat membatalkan putusan KPPU dan 12
perusahaan dinyatakan tidak bersalah serta bebas dari jeratan hukum yang
diputuskan oleh KPPU. Setelah pihak KPPU menerima salinan putusan dari
Pengadilan Negeri Jakarta Barat kemudian mengajukan memori kasasi ke
Mahkamah Agung dan akhirnya diputus dengan Nomor putusan 444
K/Pdt.Sus-KPPU/2018 yang menyatakan menolak permohonan kasasi KPPU
bahwa 12 perusahaan pembibitan ayam broiler tidak terbukti secara sah
melanggar hukum.
Atas putusan Hakim Mahkamah Agung tersebut menarik untuk dianalisis
oleh penulis, karena didalam putusan tersebut hakim hanya menggunakan
penalaran positivisme hukum saja, hakim tidak mempertimbangkan bukti tidak
langsung (indirect evident) yang sejatinya merupakan salah satu cara untuk
membuktikan kasus kartel. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti
sangat tertarik untuk dilakukan penelitian pembuatan skripsi untuk
memperoleh gelar sarjana Hukum di Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul : Kekuatan Bukti
Tidak Langsung (Indirect Evidence) Pada Kasus Kartel Tentang
Pengaturan Produksi Bibit Ayam Broiler (Studi Kasus Putusan
Mahkamah Agung Nomor 444k/Pdt.Sus-Kppu/2018)

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang dijelaskan diatas, terdapat beberapa
persoalan yang berkaitan dengan putusan KPPU atas dugaan pelanggaran
Pasal 11 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh 12
7

perusahaan unggas pembibitan ayam pedaging. Dari latar belakang tersebut


terdapat berbagai identifikasi masalah yang muncul yaitu:
a. Termohon kasasi telah menikmati pendapatan/keuntungan yang
signifikan dari kenaikan harga day old chicks (DOC) dibandingkan
dengan periode sebelum dilakukannya apkir dini secara bersama-sama.
b. Inisiatif kesepakatan memang bukan bersasal dari pemerintah bahkan
dalam persidangan, Dirjen PKH Kementerian Pertanian justru
menyatakan tidak memiliki dan/atau mengetahui datas pasokan dan
kebutuhan yang valid dan dipertanggujawabkan, Dirjen PKH hanya
secara serta-merta menerima informasi atau data pasokan dan
kebutuhan yang disampaikan ke pelaku usaha.
c. Dirjen PKH Kementan dianggap tidak memiliki otoritas untuk
mengeluarkan inisiatif memerintahkan pelaku usaha untuk melakukan
apkir dini dalam rangka mengurangi over supply. Tugas pokok Dirjen
PKH terkait dengan produktivitas. Landasan tersebut diambil KPPU
berdasarkan saksi Dirjen PKH dalam persidangan Majelis
d. kenaikan harga setelah apkir dini berdampak pada kerugian peternak,
baik peternak terintegrasi maupun peternak mandiri, yang nilainya
ditaksir mencapai Rp224 miliar dalam kurun November – Desember
82015.
e. Kementerian Perdagangan tidak memotong rantai distribusi (off farm)
yang panjang di pasar hilir (mulai dari kandang sampai ke pasar
tradisional) untuk melindungi para peternak.
f. ketidaktahuan Pemerintah dalam hal ini Badan Pusat Statistik (BPS)
untuk membangun sistem informasi/data mengenai neraca
kebutuhan/konsumsi dan produksi daging ayam di Indonesia, sehingga
dapat menjamin ketersediaan daging ayam dalam jumlah yang cukup
dan harga yang terjangkau bagi masyarakat.
2. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya cakupan identifikasi masalah diatas, maka
kajian ini hanya akan dibatasi pada perihal pembatalan putusan majelis
8

komisi KPPU terhadap 12 perusahaan unggas pembibitan ayam pedaging,


yang mana juga dibatasi pada studi kasus putusan Mahkamah Agung
Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, agar pembahasan terfokus sesuai dengan masalah yang ingin
peneliti sajikan. Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
a. Bagaimana kekuatan hukum pembuktian Dengan Menggunakan Bukti
Tidak Langsung (Indirect Evidence) ditinjau dari hukum persaingan
usaha?
b. Bagaimana Pertimbangan Hukum Mahkamah Agung Terkait Dugaan
Pelanggaran Pasal 11 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Yang
Dilakukan Oleh 12 Perusahaan Tentang Pengaturan Produksi Bibit
Ayam Broiler Di Indonesia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini dalam penulisan skripsi yakni :.
a. Untuk mengetahui penerapan hukum oleh majelis KPPU dalam
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 terhadap putusan Pengadilan
Negeri jakarta barat Nomor 1/Pdt.Sus-KPPU/2017/PN Jkt.Brt. dan
putusan Mahkamah Agung Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018.
b. Untuk mencari kebenaran kesesuaian pertimbangan majelis KPPU,
Hakim Pengadilan Negeri Dan Mahkamah Agung dalam memutus
upaya keberatan dari pihak pemohon sebagaimana tercantum dalam
putusan Pengadilan Negeri Nomor 1/Pdt.Sus-KPPU/2017/PN Jkt.Brt.
dan putusan Mahkamah Agung Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018.
2. Manfaat Penelitian
Selain tujuan yang ingin dicapai di atas, ada beberapa hal yang
merupakan manfaat dari studi ini diantaranya:
9

a. Secara Teoritis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembelajaran


penulis, dan pengaplikasian teori-teori ilmu hukum yang telah dipelajari
selama ini.
b. Secara Praktis, penelitian ini dapat menambah wawasan penulis tentang
undang-undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli
dan persaingan tidak sehat dan dapat dijadikan bahan masukan terhadap
pemerintah agar lebih diperjelas mengenai pelaksaan teknis daripada
undang-undang tersebut serta mensosialisasikan peraturan tersebut
kepada seluruh elemen masyarakat agar tidak menimbulkan
kekhawatiran dengan adanya peraturan tersebut.
D. Metode Penelitian
Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah, yang di dasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari
satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.
Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta
hukum tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan-permasalahan yang timbul dalam gejala yang bersangkutan 5.
1. Pendekatan Penelitian
Penulis dalam melakukan proses penelitian ini menggunakan
pendekatan ilmu perundang-undangan (statute approach) yaitu dengan
menelaah semua Undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut
dengan isu hukum yang sedang ditangani6. Dalam hal ini peraturan-
peraturan yang berkaitan dengan pembatalan putusan KPPU oleh
Mahkamah Agung terhadap 12 perusahaan unggas pembibitan ayam
broiler, yaitu :
a. Kitab Undang-undang Hukum Perdata
b. Kitab Undang-undang Hukum Pidana

5
Soerjono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum, ( Jakarta : Universitas Indonesia (UI-
Press), 1986), cet.3, h. 43.
6
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,… h. 93.
10

c. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 larangan


praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
perlindungan konsumen.
e. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang
Kekuasaan Kehakiman.
f. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara
Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU
g. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang peternakan dan
kesehatan hewan
h. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
32/Permentan/Pk.230/9/2017 Tentang Penyediaan, Peredaran, Dan
Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi
2. Jenis Penelitian
Untuk jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian normatif
yuridis. Dimana penelitian ini mengacu kepada norma-norma hukum yang
terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan
pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat7.
Dalam hal ini yang menjadi objek normatif yuridis yaitu menelaah,
menginterpretasikan, serta menganalisis putusan Mahkamah Agung yang
menguatkan putusan-putusan pengadilan sebelumnya mengenai
pembatalan putusan KPPU terkait pelanggaran pasal 11 Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan
usaha tidak sehat.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang
artinya data yang sebelumnya telah diolah oleh orang lain. Data sekunder
ini antara lain: dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian

7
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), Cet. 2, h. 105.
11

yang berbentuk laporan, buku harian dan lain-lain8. Data sekunder ini
meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier:
a. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat
autoritatif yang artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum
primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau
risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan
hakim. Bahan hukum primer yang digunakan antara lain:
1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata
2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang
larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.
3) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
perlindungan konsumen
4) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman
5) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata
Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU
6) Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 444
K/Pdt.Sus-KPPU/2018.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang erat kaitannya
dangan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa,
memahami, dan menjelaskan bahan hukum primer. Yang termasuk
dalam bahan hukum sekunder yaitu semua publikasi tentang hukum
yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi9. Misalnya dapat
berupa hasil karya dari kalangan hukum, seperti skripsi, tesis dan

8
Soerjono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum,…h. 12.
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,… h. 141.
12

disertasi hukum. Disamping itu juga, kamus-kamus hukum dan


komentar-komentar atas putusan pengadilan10.
4. Metode dan Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini yaitu
studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mencari referensi
untuk mendukung materi penelitian ini melalui berbagai literatur seperti
buku, bahan ajar perkuliahan, artikel, jurnal, skripsi, tesis dan undang-
undang di berbagai perpustakaan umum dan universitas.
5. Teknik Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dikumpulkan lalu di kategorikan menjadi bab
dan sub-bab dalam penelitian secara rinci agar tersusun dengan runtut.
6. Analisis Data
Penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang tidak
membutuhkan populasi dan sampel karena jenis penelitian ini menekankan
pada aspek pemahaman suatu norma hukum yang terdapat di dalam
peraturan perundang-undangan serta norma-norma yang berkembang di
masyarakat. Penelitian kualitatif menggunakan lingkungan yang menjadi
penelitiannya sebagai sumber data. Maksudnya data dan informasi
lapangan dilakukan analisis sehingga memperoleh hasil penelitian yang
bersifat deskriptif analisis.
7. Teknik Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pola pikir deduktif, yaitu dengan menarik kesimpulan
khusus dari pernyataan-pernyataan yang bersifat umum terhadap
permasalahan konkret yang dihadapi.

E. Rancangan Sistematika penelitian


Skripsi ini disusun sesuai dengan Petunjuk Penulisan Skripsi Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

10
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum,… h.155.
13

2017. Masing-masing bab terdiri atas beberapa subbab sesuai pembahasan


dan materi yang diteliti, adapun perincian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan mengenai alasan dalam pemilihan
judul atau latar belakang. Selain itu, diuraikan juga
mengenai Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah,
Tujuan dan Manfaat Penulisan, Metode Penelitian dan
rancangan sistematika Penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA


Bab ini membahas Tinjauan umum tentang kerangka
konseptual, kerangka teori, dan tinjauan (review) kajian
terdahulu
BAB III DATA PENELITIAN
Bab ini memuat tinjauan umum yang akan membahas
secara spesifik tentang penggunaan bukti tidak langsung
dalam kasus persaingan usaha, lembaga Dirjen Peternakan
Dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, lahirnya
undang-undang antimonopoli, tentang pengaturan produksi
pembibitan ayam broiler.
BAB IV ANALISIS KASUS KARTEL AYAM
Bab ini berisi analisis tentang posisi kasus, pembuktian
Kasus Kartel terkait pengaturan Produksi Bibit Ayam
Broiler Menurut Hukum Persaingan Usaha
BAB V PENUTUP
Bab ini menguraikan mengenai kesimpulan dari penelitian
yang merupakan jawaban dari rumusan masalah, dan juga
mengenai kesimpulan dan rekomendasi yang diharapkan
dalam memberi sumbangan pengetahuan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Konseptual
1. Aspek pembuktian
a. Definisi Pembuktian
Kata pembuktian berasal dari kata “bukti” yang apabila
diterjemahkan kedalam bahasa inggris terdapat dua kata yaitu
evidence dan proof. Evidence memiliki makna informasi yang
memberikan dasar-dasar yang mendukung suatu keyakinan bahwa
beberapa bagian atau keseluruhan fakta itu adalah benar.
Sedangkan kata proof mengacu pada hasil suatu proses evaluasi
dan menarik kesimpulan terhadap evidence atau dapat juga
digunakan lebih luas mengacu pada proses itu sendiri.1
Karenanya evidence lebih dekat maknanya kepada alat bukti
sedangkan proof dapat diartikan pembuktian yang mengarah pada
suatu proses. Oleh sebab itu, bukti merujuk pada suatu alat-alat
bukti yang mana termasuk barang bukti yang menyatakan
kebenaran suatu peristiwa. Sementara pembuktian merujuk pada
suatu proses mengenai pengumpulan bukti, memperlihatkan bukti
sampai dengan penyampaian bukti tersebut kepada pengadilan.2
b. Teori Pembuktian
Walaupun Komisi Pengawas Persaingan Usaha bukanlah
merupakan lembaga peradilan, tetapi dalam Undang-undang diberi
kewenangan untuk memutus perkara (quasi Yudisial) dalam kasus
Persaingan Usaha, karenanya dalam membahas tentang
pembuktian suatu perkara perlu juga kiranya dipahami tentang

1
Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian, (Jakarta;Penerbit Erlangga, 2012), h.
2.
2
Eddy o.s. Hiariej, Teori Dan Hukum Pembuktian,...h. 2-3.

14
15

teori-teori pembuktian dalam menilai alat-alat bukti yang ada,


sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1) Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-undang Positif
Pembuktian yang hanya melulu menggunakan alat bukti yang
disebutkan oleh undang-undang. Dikatakan secara positif
karena didasarkan pada undang-undang melulu. Artinya, jika
suatu perbuatan telah terbukti lewat alat-alat bukti yang
disebutkan oleh undang-undang, maka keyakinan hakim
menjadi tidak diperlukan.
2) Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Melulu
Teori ini berlawanan dengan teori pembuktian menurut
undang- undang secara positif. Ini didasari bahwa alat bukti
berupa pengakuan terdakwapun tidak selalu membuktikan
kebenaran. Pengakuan dari terdakwa kadang-kadang tidak
menjamin terdakwa telah benar-benar melakukan tindakan
yang telah didakwakan. Oleh karena itu diperlukan keyakinan
hakim sendiri. Dengan sistem ini, pemidanaan dimungkinkan
tanpa didasarkan kepada alat-alat bukti dalam Undang-
undang.
3) Teori Pembuktian Berdasarkan Keyakinan Hakim Dengan
Alasan Logis
Sebagai jalan tengah, muncul sistem atau teori yang disebut
pembuktian yang berdasarkan keyakinan hakim sampai batas
tertentu. Menurut teori ini, hakim dapat memutuskan
seseorang bersalah berdasarkan keyakinannya, keyakinan
yang didasarkan kepada dasar-dasar pembuktian disertai
dengan suatu kesimpulan yang berlandaskan kepada
peraturan- peraturan pembuktian tertentu.
4) Teori Pembuktian Berdasarkan Undang-undang Negatif
Dalam sistem atau teori pembuktian undang-undang secara
negatif ini, pemidaan didasarkan kepada pembuktian berganda
16

yaitu pada peraturan perundang-undangan dan keyakinan


hakim, dan menurut undang-undang, dasar keyakinan itu
bersumber pada peraturan udang-undang. Dalam KUHAP
Pasal 183 disebutkan:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada


seseorang, kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindakan pidana benar-benar terjadi dan
terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Dari kalimat tersebut nyata bahwa pembuktian harus


didasarkan kepada Undang-undang Pasal 184 KUHAP, yaitu
alat bukti yang sah tersebut dalam KUHAP, disertai dengan
keyakinan hakim yang diperoleh dari keyakinan tersebut.
Sehingga artinya KUHAP menganut sistem atau teori
pembuktian secara negatif.3 Dan dalam hal pembuktian
terdapat beberapa teori yang dipakai seperti yang telah
dijelaskan di atas. Jika diamati secara seksama karakter yang
ada dalam proses pembuktian di KPPU masuk pada kategori
yang terakhir yaitu teori pembuktian berdasarkan undang-
undang yang negatif hal tersebut diperjelas dengan ketentuan
dalam Pasal 42 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999
Tentang alat bukti.4
c. Alat Bukti
Alat Bukti (bewijsmiddel) yang digunakan oleh Komisi
Pengawas Persaingan Usaha pada dasarnya hampir sama dengan

3
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia, (Jakarta;Sinar Grafika, 2008), h. 251-
256.
4
Sukarmi, Pembuktian Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha, Jurnal
Persaingan Usaha, Edisi 6, 2011, h. 131.
17

yang ada dalam KUHAP.5Alat-alat bukti yang digunakan dalam


persaingan usaha sebagaimana dijelaskan oleh pasal 42 Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, yaitu;
1. Keterangan saksi
2. Keterangan ahli
3. Surat dan atau dokumen
4. Petunjuk
5. Keterangan Pelaku usaha.
Alat-alat bukti yang digunakan dalam pemeriksaan perkara
persaingan ini dapat dijabarkan sebagai berikut;
a) Keterangan saksi
Saksi adalah setiap orang atau pihak yang mengetahui
terjadinya pelanggaran terhadap Undang-undang nomor 5
tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dan memberikan keterangan
guna kepentingan pemeriksaan.6
b) Keterangan/pendapat ahli
Ahli adalah orang yang memiliki keahlian di bidang terkait
dengan dugaan pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dan memberikan keterangan
pendapat guna kepentingan pemeriksaan. Keterangan ahli
adalah keterangan yang diberikan di bawah sumpah dalam
persidangan tentang hal yang ia ketahui menurut pengalaman
dan pengetahuan. Keterangan ahli diperlukan dalam
pemeriksaaan perkara yang rumit. Saksi ahli dapat dihadirkan

5
Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha Di Indonesia, (Jakarta;
Sinar Grafika, 2013), h. 37.
6
Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha Di Indonesia,...h. 161.
18

atas inisiatif pelaku usaha maupun KPPU.


c) Surat dan/atau dokumen
Komisi Pengawas Persaingan Usaha dalam pemeriksaan suatu
perkara menggunakan juga surat/dokumen yang dianggap
relevan terhadap perkaranya, mulai dari surat yang dikeluarkan
oleh lembaga-lembaga pemerintahan RI, kemudian bukti
tertulis lainnya seperti berita acara kesepakatan, memorandum
of understanding, dan perjanjian tertulis lain yang
berhubungan dengan penetapan harga.7 Suatu petunjuk yang
didapat dalam bentuk tertulis, kekuatan pembuktiannya
dikategorikan sama dengan kekuatan pembuktian surat atau
dokumen.8
d) Petunjuk
Menurut Pasal 188 ayat (1) KUHAP, alat bukti petunjuk
adalah:

“Perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena


persesuaiannya, baik antara satu dengan yang lain,
maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak dan siapa pelakunya.”

Dalam perkara monopoli dan persaingan usaha, alat bukti


petunjuk merupakan indirect evidence yang dapat diterima,
akan tetapi penggunaan bukti petunjuk tidak dapat
9
disamaratakan, harus dilihat kasus per kasus.
e) Keterangan Pelaku Usaha

7
Devi Meyliana, Hukum Persaingan Usaha; Studi Konsep Pembuktian Terhadap
Perjanjian Penetapan Harga Dalam Persaingan Usaha, (Malang; Setara Press, 2013), h. 92.
8
Sukarmi, Pembuktian Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha,...h. 132.
9
Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha Di Indonesia,...h. 164.
19

Keterangan pelaku usaha ini termasuk keterangan pelapor dan


terlapor. Pelapor adalah setiap orang yang menyampaikan
laporan kepada KPPU mengenai terjadi atau patut diduga telah
terjadi pelanggaran terhadap Undang- Undang Nomor 5 tahun
1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat, baik yang melakukan tuntutan ganti rugi
maupun tidak. Terlapor adalah pelaku usaha dan/atau pihak
lain yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Keterangan
terlapor tidak dapat ditarik kembali, kecuali berdasarkan alas
an yang kuat dan dapat diterima Majelis Komisi.10
Alat-alat bukti ini kemudian lebih diperinci lagi oleh KPPU
dalam Perkom Nomor 4 tahun 2010 tentang pedoman pasal 11.
Beberapa alat bukti untuk penanganan perkara kartel antara
lain:
(1) Dokumen atau rekaman kesepakatan harga, kuota produksi
atau pembagian wilayah pemasaran.
(2) Dokumen atau rekaman daftar harga (price list) yang
dikeluarkan oleh pelaku usaha secara individu selama
beberapa periode terakhir (bisa tahunan atau per semester).
(3) Data perkembangan harga, jumlah produksi dan jumlah
penjualan di beberapa wilayah pemasaran selama beberapa
periode terakhir (bulanan atau tahunan).
(4) Data kapasitas produksi.
(5) Data laba operasional atau laba usaha dan keuntungan
perusahaan yang saling berkoordinasi.
(6) Hasil analisis pengolahan data yang menunjukkan
keuntungan yang berlebih/excessive profit.

10
Devi Meyliana, Hukum Persaingan Usaha,...h. 161.
20

(7) Hasil analisis data concious parallelism terhadap


koordinasi harga, kuota produksi atau pembagian wilayah
pemasaran.
(8) Data laporan keuangan perusahaan untuk masing-masing
anggota yang diduga terlibat selama beberapa periode
terakhir.
(9) Data pemegang saham setiap perusahaan yang diduga
terlibat beserta perubahannya.
(10)Kesaksian dari berbagai pihak atas telah terjadinya
komunikasi, koordinasi dan/atau pertukaran informasi
antar para peserta kartel.
(11)Kesaksian dari pelanggan atau pihak terkait lainnya atas
terjadinya perubahan harga yang saling menyelaraskan
diantara para penjual yang diduga terlibat kartel.
(12)Kesaksian dari karyawan atau mantan karyawan
perusahaan yang diduga terlibat mengenai terjadinya
kebijakan perusahaan yang diselaraskan dengan
kesepakatan dalam kartel.
(13)Dokumen, rekaman dan/atau kesaksian yang memperkuat
adanya faktor pendorong kartel sesuai indikator yang telah
dijelaskan pada perkom.11
d. Bukti Langsung dan Tidak Langsung
Dalam hukum persaingan usaha khusunya mengenai kartel
biasanya digunakan dua Metode pembuktian, yaitu pembuktian
lewat direct evidence atau bukti tidak langsung dan pembuktian
lewat circumstancial evidence atau bukti situasional atau lebih
dikenal indirect evidence atau bukti tidak langsung.12 Pembuktian

11
Dalam perkom dijelaskan mengenai indikator-indikator ekonomi yang
digunakan oleh KPPU untuk menentukan dugaan awal telah terjadinya perilaku kartel.
12
A. Junaidi, “Pembuktian Kartel Dalam UU No. 5/1999” Kompetisi, 11 ( 2008), h. 9.
21

langsung adalah pembuktian yang diarahkan pada eksistensi


penjanjian dengan membuktikan semua dokumen, notulen atau
tempat pertemuan dari suatu tindakan kartel.
Sedangkan pembuktian berdasarkan keadaan atau
pembuktian tidak langsung adalah pembuktian berdasarkan
kesimpulan yang diambil dari berbagai tindakan atau kondisi
sistematis yang dilakukan oleh para kompetitor komoditas barang
atau jasa tertentu yang menunjukkan keyakinan kuat bahwa telah
terjadi koordinasi di antara mereka.13
Terdapat dua macam tipe pembuktian tidak langsung,
meliputi bukti komunikasi dan bukti ekonomi. Dari kedua bukti
tersebut, bukti komunikasi atau fasilitasi lebih penting
dibandingkan bukti ekonomi. Bukti komunikasi adalah bukti
dimana pelaku kartel bertemu melakukan komunikasi akan tetapi
tidak menjelaskan substansi komunikasi tersebut.14
Di negara lain, misal Australia, untuk membuktikan
eksistensi kesepakatan (meeting of the minds) yang diharuskan
dalam pembuktian adanya perjanjian yang melanggar hukum
persaingan, bukti situasional (circumstancial evidence) bisa
dipakai seperti: petunjuk perbuatan yang paralel, petunjuk tindakan
bersama-sama, petunjuk adanya kolusi, petunjuk adanya struktur
harga yang serupa (dalam kasus price fixing) dan lain sebagainya.
Namun bukti ini tidak bisa diterapkan sama rata, sebagai contoh
kadangkala peningkatan harga secara paralel merupakan petunjuk
adanya pasar yang bersaing secara ketat (highly competitive).15
Karenanya, di Indonesia sendiri masih terdapat pro kontra

13
A. Junaidi, “Pembuktian Kartel Dalam UU No. 5/1999,...h. 9.
14
Sukarmi, Pembuktian Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha,...h. 141.
15
Anna Maria Tri Anggraini, Penggunaan Analisis Ekonomi dalam Mendeteksi Kartel
Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha, (Jurnal Persaingan Usaha, Edisi 4, 2010), h. 43.
22

dalam menggunakan bukti tidak langsung. Mengingat dalam sistem


hukum beracara baik dalam HIR-RBG atau dalam UU No. 5 Tahun
1999 tidak dikenal dalam alat bukti yang secara eksplisit berbunyi
bukti tidak langsung ataupun bukti ekonomi.16 Penegakan hukum
persaingan selalu berusaha mendapatkan bukti langsung berupa
perjanjian dalam kasus kartel, dimana dalam kenyataannya sangat
sulit didapatkan sebagaimana yang sudah diuraikan di bagian
terdahulu. Sehingga bukti tidak langsung menjadi sangat penting
keberadaannya dalam proses pembuktian kartel.
e. Konsep kartel dan pelaranganya
Didalam Pasal 11 Undang-Undang antimonopoli
menyebutkan, bahwa kartel adalah:

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan


pelaku usaha pesaingnya, yang bermaksud untuk
mempengaruhi harga dengan mengatur produksi dan atau
pemasaran suatu barang dan atau jasa, yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.”

Menurut penulis perjanijian yang dimaksud dalam pasal 11


tidak hanya mencakup perjanjian yang tertulis saja, akan tetapi
juga perjanjian yang dijelaskan dalam hukum kontrak. Adanya
kesepakatan para pihak yang dipatuhi dan dijalankan merupakan
sebuah perjanjian. Hal yang sama juga dapat dilihat dalam pasal
1313 KUHPer, yang menerangkan perjanjian sebagai:

16
Sukarmi, Pembuktian Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha,...h. 142.
23

“suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih


mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”

Delik kartel yang didasarkan pada doktrin-doktrin hukum


pidana mempunyai dua arti, jika dianalisis tentang tafsirnya
mengandung dua arti dari sisi rumusan delik, maka pasal 11 dapat
dikategorikan sebagai delik materiil dan bukan delik formil, sebab
ada dua penjelasan delik, yaitu :
1. Delik materiil (result crimest) adalah tidak pidana yang
perumusanya ditujukan pada munculnya akibat yang dilarang,
dengan demikian dia baru menjadi delik setelah akibat tersebut
muncul atau terjadi (Ahmad Sofyan, Dosen Hukum Bisnis
UBINUS). Adakalanya akibat tidak langsung muncul seketika,
tetapi terpisah oleh waktu, artinya ada jangka waktu tertentu
untuk munculnya akibat yang dilarang tersebut setelah
perbuatan dilakukan.
2. Delik formil, kartel tidak digolongkan sebagai delik formil
karena dalam delik formil yang dilarang adalah perbuatanya
tanpa menunggu akibatnya muncul. Akibat bukan merupakan
“unsur konstitutif” dalam delik formil.

Dikarenakan karena Pasal 11 dirumuskan secara materiil maka,


akibat dari perbuatan tersebut harus bisa dibuktikan, karena akibat
tersebut merupakan salah satu unsur dalam delik materiil. Dalam
konteks ini akibat yang dilarang adalah “terjadinya praktek
monopoli dana tau persaingan usaha”. Akibat ini muncul karena
adanya perbuatan perjanjian dengan pelaku usaha pesainya dan
seterusnya. Dalam perspektif akademik, maka untuk dapat
menghubungkan antara perbuatan dengan timbulnya akibat yang
dilarang maka dibutuhkan ajaran kausalitas, untuk memastikan ada
24

hubungan sebab akibat antara perbuatan yang dilakukan dengan


muncul akibat tersebut. Jika tidak bisa dibuktikan adanya
hubungan tersebut, maka tidak dapat dikatakan bahwa perbuatan
tersebut dapat dipidana.
Secara teoritis ketika berbicara unsur delik, maka tidak bisa
dilepaskan dari unsur objektif dan unsur subjektif. Unsur subjektif
adalah unsur yang melekat pada diri si pelaku dan termasuk ke
dalamnya segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya atau
niatnya, Secara umum unsur-unsur delik kartel yang diatur dalam
Pasal 11 yaitu :
a) Kesengajaan atau ketidaksengajaan (dolus atau culpa).
b) Maksud sebagaimana dalam delik percobaan yang diatur dalam
pasal 53 Ayat (1) KUHP yang berbunyi :
“percobaan untuk melakukan kejahatan terancam
hukuman, bila maksud si pembuat sudah nyata dengan
dimulainya perbuatan itu dan perbuatan itu tidak jadi
sampaiselesai hanyalah lantaran hal yang tidak
bergantung dari kemaunya sendiri”.

c) Maksud untuk merencanakan terlebih dahulu. Sedangkan unsur


objektif itu adalah unsur-unsur yang ada hubungan dengan
keadaan-keadaan yaitu dalam mana tindakan-tindakan dari si
pelaku dilakukan. Unsur-unsur objektif ini terdiri dari :
1) Sifat melawan hukum perbuatan
2) Kualitas dari diri si pelaku misalnya pelaku adalah
pegawai negeri sipil, atau seorang pengurus/komisaris dari
suatu korporasi (Pasal 398 KUHP).
3) Kausalitas yakni hubungan perbuatan yang menjadi sebab
dengan akibatnya.
Secara umum berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Antimonopoli
mengatur ada empat unsur terjadinya kartel, yaitu:
25

(a) Perjanjian dengan pelaku usaha sainganya,


(b) Bermaksud mempengaruhi harga
(c) Dengan mengatur produksi dan atau pemasaran
(d) Dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat.17

Menurut KPPU suatu kartel terjadi apabila suatu kelompok


perusahaan dalam suatu industri tertentu yang seharusnya bersaing
satu sama lain, tetapi mereka setuju untuk melakukan koordinasi
kegiatannya dengan mengatur produksi, pembagian wilayah, kolusi
tender dan kegiatan-kegiatan anti persaingan usaha lainnya,
sehingga mereka dapat menaikan harga dan memperoleh
keuntungan diatas harga yang kompetitif.18 Kartel merupakan salah
satu strategi yang digunakan para pelaku usaha untuk
mempengaruhi harga suatu komoditas tertentu dengan cara
mengatur jumlah produksinya. Asumsinya, jika mereka
mengurangi jumlah produksinya sedangkan permintaan pasar tetap
maka akan berakibat pada naiknya harga ketingkat yang lebih
tinggi, tetapi sebaliknya, apabila jumlah produknya berlimpah
dipasar maka harga akan turun.19
Agar harga pasaran produksinya tidak terlalu jatuh dan
tetap dapat bisa memberikan keuntungan sebanyak-banyaknya,
para pelaku usaha biasanya membuat suatu perjanjian diantaranya
untuk mengatur mengenai jumlah produksi yang ada di pasar
sehingga harga dapat dijaga untuk tidak terlalu murah. Biasanya
17
Tafsir terhadap delik kartel dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 Oleh : Ahmad
Sofian (April 2018)
18
Lampiran Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelaksanaan pasal 11 tentang Kartel berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
19
Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum Persaingan Usaha: AntaraTeksdanKonteks, (Jakarta:
GTZ, 2009), h. 106.
26

perjanjian kartel tesebut dipraktikan dalam asosiasi dagang, yang


mana dalam asosiasi dagang tersebut para pelaku usaha anggotanya
akan mudah untuk menyusun standarisasi dan juga sekaligus
melakukan pengaturan harga yang dapat menghambat persaingan
usaha sehat.20
Kartel memiliki beberapa karakteristik yaitu, pertama,
terdapat konspirasi antar pelaku usaha. Kedua, melakukan
penetapan harga. Ketiga, agar penetapan harga dapat efektif, maka
dilakukan pula alokasi terhadap konsumen, produksi atau wilayah
pemasaran. Keempat, adanya perbedaan kepentingan misalnya
karena perbedaan biaya.21 Karena kartel biasanya berujung pada
penetapan harga, struktur pasar dapat juga mempengaruhi
terjadinya penetapan harga harga tersebut. Herbert Hoverkamp
menjelaskan mengenai karakteristik pasar dan faktor-faktor yang
mendukung terjadinya price fixing, yaitu:
a. Market concentration
Tingkat konsentrasi pasar dimana hanya terdapat sejumlah
kecil perusahaan sejenis dan kesamaan kondisi dari masing-
masing pelaku usaha, akan memperbesar kemungkinan
terjadinya price fixing
b. Barrier to entry
Hambatan masuk yang besar menyebabkan sulitnya pesaing
untuk masuk sehingga barang subtitusi tidak tersedia di pasar.
Dalam kondisi ini, pemain lama dalam di pasar bersangkutan
(incumbent) berkemungkinan besar melakukan kolusi dengan
perusahaan lain untuk menetapkan harga
c. Sales method

20
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha; Teori dan Praktiknya Di Indonesia,
h. 117.
21
Andi Fahmi Lubis, Dkk, Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks , h. 107.
27

Metode penjualan melalui proses pelelangan, memperbesar


kemungkinan untuk timbulnya price fixing dikalangan pelaku
usaha
d. Product Homogenity
Homogenitas produk atau kesamaan produk yang tersedia
dipasar akan memudahkan pelaku usaha untuk melakukan price
fixing.
e. Facilitation device
Sarana yang dapat memfasilitasi terjadinya price fixing seperti
standarisasi produk, integrasi vertical, pengaturan harga
penjualan oleh para pengecer dan pengumuman harga (secara
eksplisit atau implisit) serta pengiriman harga pola dasar.
Selain itu, sarana dalam asosiasi dagang yang menaungi
kepentingan pelaku usaha juga dapat dijadikan fasilitas bagi
pelaku usaha untuk melakukan perjanjian penetapan harga.22
Kesuksesan dari kartel tergantung pada jenis industri, caranya
beroperasi dimana faktor utama penentunya tergantung pada
kerjasama diantara pesaing itu sendiri. Semakin banyak jumlah
pelaku usaha pesaing yang ikut dalam kerjasama kartel itu,
maka control atau pengawasan yang dilakukan akan semakin
sulit.23
B. Kerangka Teori
Manusia dilahirkan seorang diri, namun dalam hidupnya ia tidak dapat
hidup sendiri. Ia butuh orang lain, ia butuh keluarga, butuh teman, butuh
kawan, butuh masyarakat. Manusia adalah mahluk sosial. Aristoteles

22
A.M. Tri Anggraini, Perspektif Perjanjian Penetapan Harga Menurut Hukum
Persaingan Usaha Dalam Masalah-Masalah Hukum Kontemporer, Dalam Masalah-Masalah
Hukum Ekonomi Kontemporer,editor Ridwan Khairandy, (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas
Indonesia, 2006), h, 262-264.
23
Marshall Sumantri, Dugaan Praktek Kartel yang dilakukan penyedia jasa telepon
selular dalam penetapan tariff SMS (Short Message Service) ditinjau dari Hukum Persaingan
Usaha (Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depok, 2009), h. 32.
28

mengistilahkan ini sebagai zoon politicon.24 Menurut Gustav Radbruch,


sebagaimana dikutip oleh Satjipto Rahardjo mengatakan bahwa,“hukum
itu harus memenuhi berbagai karya sebagai nilai dasar dari hukum. Nilai
dasar hukum tersebut adalah keadilan, kegunaan dan kepastian hukum”25.
1. Teori Keadilan
Keadilan merupakan salah satu tujuan hukum yang paling banyak
dibicarakan sepanjang perjalanan sejarah filsafat hukum.26 Hal yang
paling fundamental ketika membicarakan hukum tidak terlepas dengan
keadilan dewi keadilan dari yunani. Dari zaman yunani hingga zaman
modern para pakar memiliki disparitas konsep keadilan, hal ini
disebabkan pada kondisi saat itu. Pada konteks ini sebagaimana telah
dijelaskan pada pendahuluan, bahwa tidak secara holistik memberikan
definisi keadilan dari setiap pakar di zamannya akan tetapi akan
disampaikan parsial sesuai penulisan yang dilakukan. Dalam bukunya
Nichomacen Ethics, Aristoteles sebagaimana dikutip Shidarta telah
menulis secara panjang lebar tentang keadilan. Ia menyatakan,
keadilan adalah kebajikan yang berkaitan dengan hubungan antar
manusia. Kata adil mengandung lebih dari satuarti. Adil dapat berarti
menurut hukum, dan apa yang sebanding, yaitu yang semestinya. Di
sini ditunjukan, bahwa seseorang dikatakan berlaku tidak adil apabila
orang itu mengambil lebih dari bagian yang semestinya.
2. Teori Kepastian Hukum
Menurut Fance M. Wantu, kepastian hukum dirumuskan sebagai
berikut:

24
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum-Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,
1999), h. 3.
25
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1996), h. 19.
26
Dardji Darmohardjo, Shidarta., Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan bagaimana
filsafat hukum Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h.155
29

a. Melakukan solusi autotorif yaitu memberikan jalan keluar untuk


menciptakan stabilitas yakni memberikan ketertiban dan
ketentraman bagi para pihak dan masyarakat.
b. Efisiensi prosesnya cepat, sederhana, dan biaya ringan.
c. Sesuai dengan tujuan hukum yaitu Undang-Undang yang dijadikan
dasar dari putusan untuk memberikan kepastian dalam hukum itu
sendiri dan kepastian karena hukum.27
3. Teori Kemanfaatan
Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau
penegakan hukum. Hukum itu untuk manusia, maka pelaksanaan
hukum atau penegakkan hukum harus memberi manfaat atau kegunaan
bagi masyarakat. Jangan sampai justru karena hukumnya dilaksanakan
atau ditegakkan malah akan timbul keresahan di dalam masyarakat itu
sendiri. Putusan hakim akan mencerminkan kemanfaatan, manakalah
hakim tidak saja menerapkan hukum secara tekstual belaka dan hanya
mengejar keadilan semata, akan tetapi juga mengarahkan pada
kemanfaatan bagi kepentingan pihak-pihak yang berperkara dan
kepentingan masyarakat pada umumnya. Artinya, hakim dalam
menerapkan hukum, hendaklah mempertimbangkan hasil akhirnya
nanti, apakah putusan hakim tersebut membawa manfaat atau
kegunaan bagi semua pihak.28
C. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Untuk menghindari kesamaan pada penulisan skripsi ini dengan penelitian
tentang hukum larangan praktek monopoli dan persaingan usha tidak sehat
lainnya, maka penulis melakukan penelusuran terhadap beberapa penelitian
terlebih dahulu, diantaranya penelitian-penelitian tersebut yakni:

27
Lihat Syafruddin Kalo,“Penegakan Hukum yang Menjamin Kepastian Hukum dan Rasa
keadilan Masyarakat” dikutip dari http://www.academia.edu.com diakses 8 Agustus 2018, h. 4.
28
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,
2005), h. 161.
30

Skripsi yang disusun oleh : “Husnul Azmi Ritonga, Hukum Bisnis, Ilmu
Hukum Fakutas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, tentang tinjauan hukum terhadap penerapan harga tiket
pada pesawat udara pada maskapai garuda Indonesia untuk penerbangan
domestic (analisis putusan menteri perhubungan no. 26 tahun 2010)”.
Penelitian ini terfokus menganalisis tentang penerapan harga tiket pesawat
yang ada di maskapai garuda untuk penerbangan dalam negeri. Sebagai
pertimbangan sekaligus pembeda dari jurnal hukum yang diterbitkan KPPU,
skripsi yang disusun Husnul Azmi Ritongga, dan buku yang disusun oleh
pakar hukum bisnis Andi Fahmi Lubis dkk.
Buku yang berjudul : “Hukum Persaingan Usaha Antara Teks & Konteks,
Penulis buku ini adalah para pakar hukum yaitu Andi Fahmi Lubis dkk, yang
sudah memiliki banyak pengalaman di bidang persaingan usaha”. Buku ini
merupakan sumbangan yang sangat berharga, tidak hanya dalam memahami
dan mendalami substansi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999, tetapi juga
dapat memberi gambaran perkembangan penerapan hukum persaingan di
berbagai negara. Kiranya buku ini dapat pula menjadi literatur hukum
persaingan usaha dalam pengembangan kurikulum fakultas hukum di seluruh
perguruan tinggi di Indonesia.
Jurnal Hukum yang berjudul : “Jurnal Persaingan Usaha” yang diterbitkan
oleh Komisis Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia edisi 5 tahun
2011, jurnal ini berisi karya ilmiah tentang kasus-kasus persaingan usaha
yang terjadi di Indonesia. Jurnal ini sangat membantu peneliti dalam
mencantumkan referensi dan sebagai komparasi penulis terhadap kasus kartel
yang penulis teliti. Maka penelitian yang diangkat oleh peneliti adalah
cakupan pembahasan skripsi yang lebih fokus kepada analisis yuridis
terhadap kasus kartel produksi bibit ayam broiler.
BAB III
PENGGUNAAN BUKTI TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVIDENCE)
KASUS KARTEL TENTANG PENGATURAN PRODUKSI BIBIT AYAM
BROILER

A. Kekuatan Hukum Pembuktian Tidak Langsung (Indirect Evident)


ditinjau dari Hukum Persaingan Usaha
Perkara praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sering
berlanjut pada upaya keberatan dan kasasi karena banyak pelaku usaha
yang tidak menerima alat bukti tidak langsung (indirect evidence) yang
digunakan oleh KPPU dalam memutus perkara praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat, secara khusus perkara kartel. Penggunaan
alat bukti tidak langsung (indirect evidence) hingga saat ini menjadi
perdebatan dikalangan akademisi, lawyer, praktisi hukum dan penegak
hukum.1
Perbedaan pendapat dan/atau penafsiran terhadap penggunaan alat
bukti tidak langsung (indirect evidence) juga terjadi diantara para Hakim
pada Pengadilan Negeri dan Hakim pada Mahkamah Agung. Hal ini
terbukti, dengan adanya putusan KPPU yang dikuatkan dan dibatalkan
oleh Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung. Perbedaan pendapat
diantara Hakim Agung tentang penggunaan alat bukti tidak langsung
(indirect evidence) dalam penegakan hukum kasus kartel di Indonesia juga
terbukti 3 (tiga) Hakim Agung2 di Indonesia, yakni:
1. Hakim Agung Takdir Rahmadi berpendapat bahwa:

1
Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia Dalam Teori dan Praktik
serta penerapan Hukumnya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 606.
2
Dikutip dari artikel: Penegakan Hukum Oleh Hakim Agung Republik Indonesia Dalam
Menangani Kasasi Perkara Kartel Putusan Kppu Yang Menggunakan Alat Bukti Tidak Langsung
(Indirect Evidence), Fransiska Lestari Simanjuntak, Ahmadi Miru, Mustafa Bola Program Pasca
Sarjana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Email : fransiskasmjk@yahoo.co.id, (legal
madani: Vol 3. No. 1 Juni 2018)

31
32

...“Penggunaan alat tidak langsung (indirect evidence) dalam


menangani perkara kartel tidak tepat karena pengaturan alat bukti
tidak langsung (indirect evidence) belum diatur tegas dalam
peraturan Perundang-undangan di Indonesia, dan tidak sesuai
dengan alat bukti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli. Apabila ada
perkara kartel masuk ke Mahkamah Agung maka ada kemandirian
dari Hakim Agung dalam menindaklanjuti perkara kartel yang
menggunakan alat bukti tidak langsung (indirect evidence) oleh
KPPU. Berkaitan tentang kemandirian Hakim, Maka masing-
masing Hakim memiliki pandangan yang berbeda-beda dalam
menilai alat bukti tidak langsung (indirect evidence)”.
2. Hakim Agung Syamsul Ma’arif, berpendapat bahwa:
...“Pada praktik kartel tidak ada bukti yang bersifat langsung,
karena praktik kartel selalu dilakukan secara tacit (sembunyi-
sembunyi), baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pada
faktanya kegiatan kartel dilakukan oleh pelaku usaha berdasarkan
kesepakatan harga, yang mana kesepakatan tersebut tidak
dilakukan secara tertulis. Pelaku usaha selalu berusaha
menyembunyikan bukti bahkan mereka tidak mungkin melakukan
perjanjian kesepakatan secara tertulis untuk melakukan kartel, oleh
karena itu untuk menjerat pelaku kartel diperbolehkan
menggunakan penggunaan alat bukti tidak langsung (indirect
evidence) dalam menangani kasus kartel, ya tentunya dengan
syarat ada bukti komunikasi dan bukti ekonomi.
Bukti tidak langsung (indirect evidence) terdiri dari dua
komponen yaitu bukti komunikasi dan bukti ekonomi. Bukti
komunikasi adalah alat bukti yang membuktikan adanya
komunikasi antar pelaku kartel yang dilakukan secara terus
menerus pada saat terjadinya kartel. Komunikasi ini harus dianalisa
apakah komunikasi tersebut dilakukan oleh para pelaku pada saat
33

bertepatan terjadinya kartel. Bukti ekonomi adalah analisis


ekonomi yang dinilai berdasarkan:
Pertama, kenaikan harga pada produk barang dan atau jasa yang
bersamaan pada pasar bersangkutan, ada kekurungan suplay yang
terjadi bersamaan pada pasar bersangkutan, dan terjadinya
penurunan harga pada pasar bersangkutan. Kedua, struktur pasar.
Kartel sering terjadi pada struktur pasar yang bersifat oligopoly.
Apabila ada komunikasi diantara pelaku usaha baik pertemuan saat
bermain golf dan ada meeting yang dilakukan secara rutin,
kemudian pada saat bersamaan ada bukti ekonomi berupa
pergerakan harga. Maka bukti komunikasi ditambah bukti ekonomi
dalam best practices, merupakan bukti yang dianggap cukup untuk
membuktikan kartel. sering kali ada kesalahpahaman dilingkungan
beberapa akademisi maupun lawyer, mereka mengatakan bahwa
price paralleism, parallel dalam aspek harga itu tidak berarti ada
kartel, sering kali banyak yang mengkritik bahwa tidak bisa kartel
hanya didasarkan pada harga yang parallel antara produk satu
dengan produk substitusi dalam pasar bersangkutan. Saya setuju
dengan pendapat ini ketika hanya didasarkan pada harga parallel.
Seperti yang tadi saya katakan bahwa bukti tidak langsung itu
tidak cukup didasarkan hanya pada satu bukti ekonomi harus pula
dikaitkan dengan bukti komunikasi. Jadi apabila hanya bukti price
parallelism saja, saya juga tidak setuju. Kedua bukti tersebut harus
ada. Dalam kasus kartel ban kedua-dua bukti tersebut ada. Jadi
menurut saya bukti komunikasi ditambah bukti ekonomi, keduanya
cukup untuk membuktikan kartel, jadi dalam bukti tidak langsung
(indirect evidence) ada dua bukti yaitu bukti komunikasi dan bukti
ekonomi yang keduanya saling mempengaruhi terjadinya kartel”.
3. Hakim Agung I Gusti Agung Sumanatha berpendapat bahwa:
...“Perjanjian kartel yang dilakukan oleh pelaku kartel itu selalu
dilakukan secara tacit (diam-diam), tidak ada pelaku usaha yang
34

melakukan perjanjian kartel secara terang-terangan dengan


perjanjian tertulis. Pada umumnya kartel dilakukan secara lisan,
dimanapun itu kartel ya pasti dilakukan secara diam-diam, atau
sembunyi- sembunyi. Oleh karena itu untuk membuktikan
terjadinya kartel dengan menggunakan alat bukti tidak langsung,
harus memenuhi dua hal, yaitu bukti ekonomi dan bukti
komunikasi, yang mana kedua bukti tersebut harus memiliki
keterkaitan yang signifikan dan saling bersesuaian.
Banyak pihak, apabila berbicara tentang alat bukti tidak
langsung (indirect evidence) sering kali dikaitan dengan alat bukti
petunjuk. Berbicara tentang kasus kartel, pembuktian kasus kartel
yang dengan menggunakan alat bukti tidak langsung (indirect
evidence), pasti tidak hanya menggunakan satu alat bukti saja,
pasti ada alat bukti petunjuk lainnya yang mana alat bukti petunjuk
lainya tersebut harus saling berkaitan dan saling bersesuaian. Jadi
tidak semata-mata pembuktian kartel oleh KPPU hanya
menggunakan satu alat bukti tidak langsung saja tetapi ada alat
bukti lainnya yang saling berkaitan dan bersesuaian walaupun alat
bukti lainnya itu juga alat bukti tidak langsung.
Pada prinsipnya pendekatan untuk membuktikan kartel
dengan menggunakan alat bukti tidak langsung (indirect evidence)
sudah hal yang biasa, karena didalam kartel itu harus
menggunakan alat bukti tidak langsung (indirect evidence), hal ini
terjadi tidak hanya di Indonesia tetapi di Luar Negeri juga seperti
itu, penggunaan alat bukti tidak langsung tersebut dilakukan ya
karena kartel dilakukan secara tacit. Sangat sulit untuk menjerat
pelaku kartel, apabila pembuktian kartel dilakukan dengan alat
bukti langsung, karena semua kartel dilakukan secara tacit, maka
untuk itu hakim-hakim harus jeli dalam menangani kartel, hakim-
hakim di KPPU dan hakim yang menangani kasus kartel tidak
hanya menguasai aspek hukum saja, tetapi juga harus menguasai
35

aspek ekonomi.
Hakim dibentuk dengan berbagai pelatihan, dan salah satu
pelatihannya adalah quality of justmean (putusan berkualitas).
Setiap kasus yang ditangani oleh hakim bukanlah kasus-kasus
yang sederhana, oleh karena itulah Hakim dibekali dengan judicial
activisime, hakim harus mampu membuat terobosan-terobosan.
Hukum itu bersifat lemah, seperti yang dikatakan Richard sascer
begitu hukum itu dibuat besok dia akan ketinggalan zaman,
lagipula hukum itu kan tidak sempurna. Undang- undang itu tidak
bersifat sempurna, karena undang-undang dibuat tidak hanya
berdasarkan kajian ilmiah saja tetapi sarat dengan kepentingan
politik.
Seperti yang dikatakan oleh Yahya Harahap bahwa undang-
undang kita ilusif, rumusannya tidak jelas sehingga menimbulkan
banyak penafsiran, oleh karena itulah undang-undang itu tidak
sempurna, maka hakim dibekali cara menafsirkan undang-undang.
Oleh karena itulah, alat bukti tidak langsung merupakan hasil
penafsiran oleh hakim. Hakim harus berani melakukan penafsiran
berdasarkan legal listening/ pertimbangan hukum yang jelas.
Idealnya, lebih baik kalau disebutkan secara eksplisit
didalam peraturan bahwa alat bukti tidak langsung dapat
digunakan. Tetapi sebenarnya dengan sendirinya dengan
penafsiran pada hakim, hakim diberikan kewenangan kemandirian
dalam menafsirkan Undang-Undang, menerapkan Undang-
Undang, hakim harusdiberikan keleluasaan, kalau tidak hakim
akan menjadi corong undang- undang saja, bahaya kalau hakim
hanya menjadi corong undang- undang saja.
Untuk menciptakan putusan yang berkualitas, hakim harus
memiliki legal listening yang kuat, agar dapat memiliki legal
listening yang kuat, maka ilmu hakim juga harus kuat, yang mana
seorang hakim tidak hanya menguasai bidang hukum saja, bila
36

dikaitkan dengan perkara kartel maka hakim juga harus


menguasai bidang ekonomi, jadi hakim harus memiliki wawasan
yang luas”.
Langkah awal reformasi paradigmana mulai dilakukan oleh
sebagian Hakim Agung melalui putusan-putusan yang bersifat
terobosan terhadap kekakuan dan ketertinggalan perundang-
undangan di Indonesia yang menciptakan penemuan hokum.3
Putusan Mahkamah Agung Nomor 5K/KPPU/2007 tentang kartel
semen Gresik, Putusan Mahkamah Agung Nomor 221K/Pdt.Sus-
KPPU/2016 tentang kartel ban kendaraan bermotor roda empat,
Putusan Mahkamah Agung Nomor 9K/Pdt.Sus-KPPU/2016
tentang kartel SMS, merupakan bukti terobosan terhadap Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang tidak mengatur secara eksplisit
tentang alat bukti tidak langsung (indirect evidence). Meskipun
banyak kalangan praktisi hokum dan akademisi hukum yang
memperdebatkan dan tidak setuju terhadap penggunaan alat bukti
tidak langsung (indirect evidence).
Hakim pada Mahkamah Agung membuat terobosan baru
dalam memutuskan perkara kartel yang oleh KPPU dengan
menggunakan alat bukti tidak langsung (indirect evidence) dengan
menguatkan putusan KPPU terkait perkara kartel. Hakim Agung
memutuskan perkara kartel dalam upaya kasasi berdasarkan Pasal
3 ayat 1 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan
kehakiman, yang mengatur bahwa: “Dalam menjalankan tugas
dan fungsinya, hakim wajib menjaga kemandirian peradilan”.
Ketentuan ini menegaskan bahwa hakim tidak boleh terpengaruh
oleh Intervensi dari pihak manapun, termasuk intervensi opini

3
Ahmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interprstasi Undang-Undang (Legisprudence), (Jakarta:
Kencana, 2009), h. 478
37

publik atau tekanan pernyataan-pernyataan tentang penggunaan


alat bukti tidak langsung (indirect evidence) yang memonopoli
kebenaran.
Menakar Kekuatan Circumstantial Evidence di Persaingan
Usaha, Circumstantial evidence tidak dapat dihindari dalam
pembuktian kasus-kasus hukum persaingan usaha. Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) termasuk pihak yang setuju
dan sering menggunakan jenis bukti ini, khususnya dalam perkara
kartel. Pengertian kartel adalah kerja sama sejumlah perusahaan
yang bersaing untuk mengoordinasi kegiatannya sehingga dapat
mengendalikan jumlah produksi dan harga suatu barang dan/atau
jasa untuk memperoleh keuntungan di atas tingkat keuntungan
yang wajar.
Peraturan tentang kartel tersebar dalam berbagai pasal di
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1999), seperti pasal 5 tentang kartel harga (price
fixing), pasal 9 tentang kartel wilayah, dan Pasal 11 tentang kartel
produksi dan pemasaran. Menurut pasal 35 huruf a Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1999, jika pelaku usaha melanggar pasal 4 sampai
dengan pasal 16 Undang-Undang Anti Monopoli, KPPU akan
melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat
mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan
usaha tidak sehat.
Berdasarkan pasal tersebut, pelaku usaha yang terindikasi
melakukan kartel, hal yang harus dinilai oleh KPPU adalah
perjanjiannya. Perjanjian inilah yang akan menjadi alat bukti
adanya kartel. Masalahnya, pembuktian dengan menggunakan
perjanjian atau kesepakatan tertulis sangat sulit dilakukan. Oleh
karena itulah, pembuktian kartel berkembang menggunakan
indirect evidence yaitu bukti-bukti secara tidak langsung dimana
38

terdapat hasil-hasil analisis ekonomi yang menggunakan tool-tools


ekonomi yang memang secara ilmiah diakui dan bisa menunjukkan
korelasi antara satu fakta dengan fakta lain bahwa memang telah
terjadi pengaturan di dalamnya. Namun, langkah KPPU ini sering
terhambat dengan putusan Mahkamah Agung (MA). Contohnya,
adalah kasus kartel minyak goreng dan kartel fuel surcharge.
Putusan KPPU terhadap dua kasus kartel yang berdasarkan indirect
evidence ini dibatalkan Mahkamah Agung.4
B. Kedudukan Lembaga Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan
Hewan Kementerian Pertanian
Didalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun
2015 Tentang Kementerian Pertanian, direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan merupakan unsur pelaksana pada Kementerian
Pertanian Republik Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Menteri Pertanian Republik Indonesia. Mengenai
kedudukan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan didalam
Pasal 20 telah dijelaskan, bahwa: Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Menteri. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dipimpin
oleh Direktur Jenderal. Sedangkan menegenai fungsi dirjen PKH
disebutkan didalam Pasal 21, yaitu: Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan populasi dan produksi ternak
serta kesehatan hewan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 21, pasal 22 menejelaskan Direktorat Jenderal Peternakan
dan Kesehatan Hewan menyelenggarakan fungsi:
1. perumusan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih dan
bibit ternak, produksi ternak, produksi pakan, penyehatan hewan,

4
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53eb8b6298328/menakar-kekuatan-
circumstantial-evidence-di-persaingan-usaha.
39

dan peningkatan kesehatan masyarakat veteriner, serta


pascapanen,pengolahan, dan pemasaran hasil peternakan.
2. pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penyediaan benih
dan bibit ternak, produksi ternak, produksi pakan, penyehatan
hewan, dan peningkatan kesehatan masyarakat veteriner, serta
pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil peternakan;
3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang
peningkatan penyediaan benih dan bibit ternak, produksi ternak,
produksi pakan, penyehatan hewan, dan peningkatan kesehatan
masyarakat veteriner, serta pascapanen, pengolahan, dan
pemasaran hasil peternakan;
4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan
penyediaan benih dan bibit ternak, produksi ternak, produksi
pakan, penyehatan hewan, dan peningkatan kesehatan masyarakat
veteriner,serta pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil
peternakan;
5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan
penyediaan benih dan bibit ternak, produksi ternak, produksi
pakan, penyehatan hewan, dan peningkatan kesehatan masyarakat
veteriner, serta pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil
peternakan;
6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Peternakan dan
Kesehatan Hewan; dan
7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Selain direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan yang


merupakan merupakan unsur pelaksana pada Kementerian Pertanian
Republik Indonesia yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada Menteri Pertanian Republik Indonesia, kementan juga
mempunyai pelaksana tugas lain. Pasal 4 menjelaskan tentang struktur
40

pelaksana dan merupakan Struktur Organisasi yang ada didalam


kementerian pertanian.
a) Sekretariat Jenderal
b) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
c) Direktorat Jenderal Tanaman Pangan
d) Direktorat Jenderal Hortikultura
e) Direktorat Jenderal Perkebunan
f) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
g) Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian
Inspektorat Jenderal
h) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
i) Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Pertanian
j) Badan Ketahanan Pangan
k) Badan Karantina Pertanian
l) Staf Ahli Bidang Lingkungan
m) Staf Ahli Bidang Kebijakan Pembangunan Pertanian
n) Staf Ahli Bidang Kerja Sama Internasional
o) Staf Ahli Bidang Inovasi dan Teknologi
p) Staf Ahli Bidang Investasi Pertanian
C. Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999
Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 Larangan Praktek Monopoli
dan Persaingan Usaha Tidak Sehat menjadi langkah baru bagi Indonesia
dalam hal melakukan penyelesaian permasalahan di bidang hukum, yang
mana peraturan ini menjadi salah satu faktor yang sangat penting untuk
mengatur dan memajukan perekonomian Indonesia dalam hal kegiatan
usaha yang sehat dan terus berkembang.
Hukum responsif tak memberikan kesempatan sedikitpun kepada
para pembentuknya untuk berkomplot dengan sekelompok manusia yang
mementingkan dirinya sendiri atau kelompoknya. Hukum responsif
menciptakan ruang bagi setiap individu untuk mengejar kebaikan-
41

kebaikan hidupnya. Semnagat kompetisi yang dilembagakan dalam hukum


model ini adalah semangat saling hormat-menghormati, semangat saling
mendukung.5
Undang-undang ini merupakan suatu peraturan yang bersifat
khusus baik menyangkut hukum materiil maupun formil yang berkaitan
dengan hukum persaingan usaha.6 Dalam Undang-undang ini diatur
tentang tata cara penanganan perkara, dan menciptakan proses acara baru
dalam peradilan di Indonesia yakni dalam bidang persaingan usaha.
Undang-undang ini mencakup pengaturan seperti perjanjian yang
dilarang yang meliputi oligopoli, penetapan harga, pembagian wilayah,
pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, imtegrasi vertikal, perjanjian
tertutup dan perjanjian dengan pihak luar negeri. Disamping itu juga
mengenai kegiatan yang dilarang yang meliputi monopoli, monopsoni,
penguasaan pasar, persekongkolan, serta posisi dominan yang diatur dalam
bab V yang meliputi hal umum, jabatan rangkap, pemilikan saham,
penggabungan, peleburan, pengambilalihan.
Undang-undang ini juga mengatur hal formil dalam hal
penyelesaian perkara di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) serta
memberikan kewenangan kepada KPPU untuk melakukan pemeriksaan,
penuntutan, konsultasi, mengadili dan memutus perkara. Dalam proses
hukum tersebut KPPU memegang kewenangan tribunal yakni KPPU
memengang peran sebagai investigator (Investigative function), dan
pemutus (adjudication function).7
Disamping itu KPPU adalah badan yang bertugas mengawasi
pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 dan menjadikan KPPU
5
Margarito Kamis “konsolidasi Moralitas Hukum dan Kekuasaan di Panggung Negara
Demokrasi Konstitusional;apa, mengapa dan bagaimana mewujudkannya”, Jurnal Sekretariat
Negara RI, XV (Februari, 2010), h. 48.
6
Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,
2013), h. 7.
7
Susanti Adi Nugroho, “Acara Pemeriksaan Perkara Persaingan Usaha,” dalam Litigasi
Persaingan Usaha (Tangerang: CFISEL, 2010), h. 178.
42

berwenang untuk melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha, saksi,


dan pihak lain, baik karena adanya laporan, maupun melakukan
pemeriksaan atas dasar inisiatif dari KPPU, atau bahasa lainnya adalah
KPPU memiliki dua dua kewenangan, yakni kewenangan aktif dan pasif.8
Dalam melakukan pemeriksaan atas dasar Pelaku usaha menolak
putusan KPPU dan selanjutnya mengajukan keberatan kepada pengadilan
negeri. Dalam hal ini pelaku usaha yang tida inisiatif KPPU ataupun atas
dasar laporan. Tata cara penanganan perkara mulai bagaimana suatu kasus
menjadi kasus persaingan usaha dan diselidiki oleh KPPU sampai pada
putusan KPPU.
Hukum acara yang dipergunakan untuk kasus persaingan usaha di
KPPU ditentukan langsung oleh KPPU berdasarkan wewenang yang
diberikan oleh Undang-undang nomor 5 tahun 1999 pasal 35 huruf f, yaitu
peraturan KPPU atau peraturan komisi no 1 tahun 2010 tentang Tata cara
penanganan perkara di KPPU. Setelah KPPU mengeluarkan putusan,
undang-undang juga memberikan alternative bagi pelaku usaha yang
dikenakan putusan tersebut.

D. Pengaturan Produksi Pembibitan Ayam Broiler


Didalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 Tentang
Peternakan Dan Kesehatan Hewan. Undang-Undang ini mengalami
beberapa perubahan, yang sebelumnya merupakan perubahan atas
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 dan perubahan atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Peternakan dan Kesehatan Hewan. Namun ada peraturan khusus untuk
pembibitan ayam broiler yaitu Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor 32/Permentan/Pk.230/9/2017 Tentang Penyediaan,

8
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha teori dan praktiknya di Indonesia
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), h. 278.
43

Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi. peraturan ini
juga mempertimbangkan peraturan sebelumnya yaitu Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 61/Permentan/PK.230/12/2016 Tentang Penyediaan,
Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras, telah diatur penyediaan,
peredaran, dan pengawasan ayam ras.
E. Putusan KPPU Yang Dikuatkan Dan Dibatalkan Mahkamah Agung9
1. Daftar Putusan KPPU Yang Dikabulkan Mahkamah Agung
a. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1495 K/Pdt.Sus-Kppu/2017
Tahun 2018 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Kppu)
Vs , Dkk
Kasasi 1495 K/Pdt.Sus-Kppu/2017
Lainnya 2/Pdt.Sus-Kppu/2015/Pn Jkt.Utr.
b. Putusan Mahkamah Agung Nomor 208 K/Pdt.Sus-Kppu/2018
Tahun 2018 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Vs Pt
Angkasa Pura Logistik
Kasasi 208 K/Pdt.Sus-Kppu/2018
Pertama 358/Pdt.Sus-Kppu/2017/ Pn.Jkt.Pst
c. Putusan Mahkamah Agung Nomor 9 K/Pdt.Sus-Kppu/2016 Tahun
2016 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik
Indonesia (Kppu) Vs Excelcomindo Pratama, Tbk, Dk
Kasasi 9 K/Pdt.Sus-Kppu/2016
Lainnya 03/Kppu/208/Pn.Jkt.Pst
2. Putusan KPPU Yang Dibatalkan Oleh Mahkamah Agung
a. Putusan Mahkamah Agung Nomor 187 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2018
Tahun 2018 Antara James Anggrek,,Dkk Vs Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Republik Indonesia (Kppu Ri).
Pk 187 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2018
Kasasi 821 K/Pdt.Sus-Kppu/2016
Pertama 176/Pdt.Sus.Kppu/2015/Pn.Mks
9
https://putusan.mahkamahagung.go.id/pengadilan/mahkamah-agung/direktori/perdata-
khusus/hak-cipta/
44

b. Putusan Mahkamah Agung Nomor 715 K/Pdt.Sus-Kppu/2018


Tahun 2018 Antara Pt Fortuna Megah Perkasa, Dkk Vs Komisi
Pengawas Persaingan Usaha, Dk
Kasasi 715 K/Pdt.Sus-Kppu/2018
Lainnya 319/Pdt.G/2016/Pn Jkt Pst
c. Putusan Mahkamah Agung Nomor 511 K/Pdt.Sus-Kppu/2018
Tahun 2018 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik
Indonesia Vs Pt Perusahaan Gas Negara (Persro) Tbk
Kasasi 511 K/Pdt.Sus-Kppu/2018
Pertama 02/Pdt.Sus.Kppu/ 2017/Pn Jkt.Brt
d. Putusan Mahkamah Agung Nomor 444 K/Pdt.Sus-Kppu/2018
Tahun 2018 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik
Indonesia (Kppu Ri), Vs Pt Charoen Pokphand Indonesia, Tbk, Dk
Kasasi 444 K/Pdt.Sus-Kppu/2018
Pertama 01/Pdt.Sus-Kppu/2017/Pn Jkt.Brt
e. Putusan Mahkamah Agung Nomor 50 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2018
Tahun 2018 Cv Belawan Indah, Dkk Vs Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (Kppu),
Pk 50 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2018
Kasasi 704 K/Pdt.Sus-Kppu/2015
Pertama 175/Pdt.G/2014/ Pn Mdn
f. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1049 K/Pdt.Sus-Kppu/2017
Tahun 2017 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Kppu)
Vs Pt Melista Karya,, Dkk
Kasasi 1049 K/Pdt.Sus-Kppu/2017
Lainnya 17/Pdt.G-Kppu/2016/Pn Clp
g. Putusan Mahkamah Agung Nomor 106 K/Pdt.Sus-Kppu/2018
Tahun 2018 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Kppu)
Vs Pt Algae Sumba Timur Lestari, Dkk
Kasasi 106 K/Pdt.Sus-Kppu/2018
Pertama 18/Pdt.G.Bth/2016/Pn.Wgp
45

h. Putusan Mahkamah Agung Nomor 31 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2018


Tahun 2018 Antara Pt Excelcomindo Pratama, Tbk Vs Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia,,Dk
Pk 31 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2018
Pertama 03 /Kppu/2008/Pn.Jkt.Pst
i. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1106 K/Pdt.Sus-Kppu/2017
Tahun 2017 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha R.I
(Kppu) Vs Pt. Forisa Nusapersada
Kasasi 1106 K/Pdt.Sus-Kppu/2017
Lainnya 740/Pdt.Sus.Kppu/2016/Pn.Tng
j. Putusan Mahkamah Agung Nomor 167 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2017
Tahun 2018 Antara Pt Brigestone Tire Indonesia, Dkk Vs Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia
Pk 167 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2017
Kasasi 221 K/Pdt.Sus-Kppu/2016
Lainnya 70/Pdt.G/Kppu/2015/Pn Jkt Pst
k. Putusan Mahkamah Agung Nomor 147 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2017
Tahun 2017 Antara Pt Maju Medan Cipta, , Dkk Vs Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (Kppu)
Pk 147 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2017
Kasasi 590 K/Pdt.Sus-Kppu/2016
Pertama 509/Pdt.G/2013/Pn Mdn
Lainnya 509 K/Pdt.G/2013/Pn Mdn
l. Putusan Mahkamah Agung Nomor 724 K/Pdt.Sus-Kppu/2017
Tahun 2017 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Kppu)
Vs 1. Pt. Lombok Infrastruktur Perkasa, Dkk
Kasasi 724 K/Pdt.Sus-Kppu/2017
Lainnya 236/Pdt.Sus-Kppu/2016/Pn Mtr
m. Putusan Mahkamah Agung Nomor 952 K/Pdt.Sus-Kppu/2017
Tahun 2017 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Kppu),
Vs 1. Pt Cosl Indo, Dk
46

Kasasi 952 K/Pdt.Sus-Kppu/2017


Pertama 907/Pdt.G-Kppu/2016/Pn Jkt.Sel
n. Putusan Mahkamah Agung Nomor 15 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2017
Tahun 2017 Antara Pt Graha Karya Semesta, Dkk Vs Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (Kppu),
Pk 15 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2017
Pertama 317/Pdt.G/Kppu/2013/Pn.Bks
o. Putusan Mahkamah Agung Nomor 25 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2017
Tahun 2017 Antara Konsorsium Pt Lina Permai Sakti, Yang
Diwakili Oleh Direktur Utama, Lina Asmahan Abdullah, Ii. 1. Pt
Nugraha Karya Oshinda Cq Yulinda Juniarti, S.E., Yang Diwakili
Oleh Direktur, Ny. Julinda Juniarty, S.E., 2. Konsorsium Pt Multi
Mega Service, Yang Diwakili Oleh Direktur Utama, Tuan Sujanto,
Iii. Pt Wahgo International Corporation, Yang Diwakili Oleh
Direktur Suresh G. Vaswani Vs Komisi Pengawas Persaingan
Usaha Republik Indonesia (Kppu), Yang Diwakili Oleh Dr. Ir.
Benny Pasaribu, M. Ec., Ketua Komisi Pengawas Persaingan
Usaha Dan Prof. Dr. Rusadi Kantaprawira, S.H., Selaku Ketua
Panitia Pengadaan Tinta Sidik Jari Pemilu Legislatif Tahun 2004,
Dkk.
Pk 25 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2017
Pertama 05/Kppu/2005/Pn Jkt. Pst
Lainnya 5 K/Kppu/2006
p. Putusan Mahkamah Agung Nomor 29 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2017
Tahun 2017 Antara Pt Muarabungo Plantation Vs Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia
Kasasi 29 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2017
Pertama 253/Pdt.G.Kppu/2014/Pn.Jkt.Sel
q. Putusan Mahkamah Agung Nomor 42 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2016
Tahun 2016 Antara Pt Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk Vs
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Kppu)
47

Pk 42 Pk/Pdt.Sus-Kppu/2016
Pertama 01/Pdt.P/Kppu/2011/Pn Jkt.Bar
Kasasi 2 K/Pdt.Sus/2013
Lainnya 02k_Pdt.Sus_2013
r. Putusan Mahkamah Agung Nomor 703 K/Pdt.Sus-Kppu/2015
Tahun 2016 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Vs Pt
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Dkk
Kasasi 703 K/Pdt.Sus-Kppu/2015
Lainnya 615/Kppu/2014/Pn Jkt.Pst
s. Putusan Mahkamah Agung Nomor 728 K/Pdt.Sus-Kppu/2015
Tahun 2015 Antara Pt. Execujet Indonesia Vs Komisi Pengawas
Persaingan Usaha Republik Indonesia (Kppu)
Kasasi 728 K/Pdt.Sus-Kppu/2015
Pertama 179/Pdt.G.Kppu/2015/Pn.Jkt.Pst
t. Putusan Mahkamah Agung Nomor 482 K/Pdt.Sus-Kppu/2015
Tahun 2015 Antara Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik
Indonesia (Kppu Ri), Vs Pt Angkasa Pura Ii (Persero), Dkk
Kasasi 482 K/Pdt.Sus-Kppu/2015
Lainnya 01/Pdt.G/Kppu/2014/Pn Bdg
BAB IV
ANALISIS KASUS KARTEL TENTANG PENGATURAN PRODUKSI
BIBIT AYAM BROILER

A. Posisi Kasus
1. Para pihak
Pada kasus tentang pengaturan produksi pembibitan ayam broiler
ini melibatkan Dirjen Peternakan Dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian, komisi pengawas persaingan usaha (KPPU), dan 12
perusahaan unggas. Tetapi didalam Putusan Mahkamah Agung Nomor
444 K/Pdt.Sus-Kppu/2018 yang bersengketa adalah sebagai berikut:

a) KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK


INDONESIA (KPPU RI), yang diwakili oleh Ketua Komisi
Pengawas Persaingan Usaha, Muhammad Syarkawi Rauf,
berkedudukandi Jalan Ir. H. Juanda Nomor 36, Jakarta Pusat,
dalam hal ini memberi kuasa kepada Gopprera Panggabean,
S.E., Ak., Direktur Penindakan, Deputi Bidang Penegakan
Hukum Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dan kawan-
kawan, beralamat di Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa
Khusus tanggal 7 Desember 2017; Selanjutnya disebut
Pemohon Kasasi.

Melawan :

b) Terlapor I: PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk.,


berkedudukan di Jalan Ancol VIII/1 Jakarta 14430, Nomor
Telp.(021)6919999. Terlapor II : PT Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk., berkedudukan di Wisma Millenia 7th Floor,
Jalan MT Haryono Kav.16 Jakarta 12810, Nomor
Telp.(021)28545680, Nomor Faks.(021)8310309. Terlapor

48
49

III: PT Malindo Feedmill, Tbk., berkedudukan di Jalan RS


Fatmawati Nomor 15, Komplek Golden Plaza Blok G Nomor
17-22, Jakarta Selatan 12420, Nomor Telp.(021) 7661727.
Terlapor IV : PT CJ-PIA, berkedudukan di Jalan Lanud Gorda
Ds. Julang Kec. Cikande, Serang Banten 42101, Nomor Telp.
(0254) 401234, atau diketahui beralamat lain di Menara
Jamsostek Lantai 2, Jalan Gatot Subroto Kavling 36 Jakarta
12710, Nomor Telp. (021) 52995106. Terlapor V: PT Taat
Indah Bersinar, berkedudukan di Jalan Bukit Gading Raya,
Komplek Bukit Gading Indah Blok U-39, Kelurahan Kelapa
Gading Barat, Jakarta Utara, Nomor Telp.(021)29574234.
Terlapor VI : PT Cibadak Indah Sari Farm, berkedudukan di
Jalan Daan Mogot, Komplek Rasa Sayang C-20 Jakarta 11460,
Nomor Telp.(021)5660931. Terlapor VII : PT Hybro
Indonesia, berkedudukan di Jalan Pintu Kecil Nomor38-42
Lantai 3, Roa Malaka, JakartaBarat 11230. Terlapor VIII : PT
Expravet Nasuba, berkedudukan di Jalan Rumah Potong
Hewan Nomor 44, Kecamatan Medan Deli, Medan, Sumatera
Utara 20242, Nomor Telp. (062) 61-6851244. Terlapor IX :
PT Wonokoyo Jaya Corporindo, berkedudukan di Jalan Taman
Bungkul Nomor1-7, Surabaya 60241. Terlapor X : CV
Missouri, berkedudukan di Jalan Malabar Nomor 53, Lingkar
Selatan, Lengkong, Kota Bandung 40263, Jawa Barat.
Terlapor XI : PT Reza Perkasa, berkedudukan di Jalan
Deltasari Indah BI BO/9 Waru, Surabaya 61256, Jawa Timur.
Terlapor XII : PT Satwa Borneo Jaya, berkedudukan di Jalan
Graha Sujaya, Jalan Komodor Yos Sudarso Nomor 133,
Singkawang, Kalimantan Barat 79122.
Kasus ini merupakan kasus kartel tentang apkir dini produksi bibit
ayam broiler pada tahun 2015 yang dilakukan oleh 12 perusahaan
tersebut diatas, oleh KPPU 12 perusahaan ini diputus bersalah pada 13
50

Oktober 2016 telah melanggar pasa 11 Undang-undang nomor 5 tahun


1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak
sehat. Alasan perusahaan melakukan tindakan apkir dini adalah
kegiatan apkir dini merupakan perjanjian dan kesepakatan dengan
dirjen PKH kementan pada tanggal 14 September 2015. Setelah
diputuskan bersalah, 12 perusahaan tersebut kemudian melayangkan
bantahan ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Pada 29 November
2017, Pengadilan Negeri Jakarta Barat mengabulkan permohonan, dan
membatalkan putusan KPPU. Atas putusan tersebut, KPPU kemudian
mengajukan kasasi pada 11 Desember 2017, dan Mahkamah Agung
menolak kasasi pada 15 Mei 2018.

2. Pertimbangan dan Putusan Hakim Mahkamah Agung


Pertimbangan Hakim merupakan salah satu aspek terpenting dalam
menentukan terwujudnya nilai dari suatu putusan hakim yang
mengandung keadilan (ex aequo et bono) dan mengandung kepastian
hukum, disamping itu juga mengandung manfaat bagi para pihak yang
bersangkutan sehingga pertimbangan hakim ini harus disikapi dengan
teliti, baik, dan cermat1. Pada kasus ini Majelis Hakim Mahkamah
Agung telah memberikan pertimbangan sebagai berikut :
a. Bahwa alasan-alasan kasasi dari Pemohon Kasasi tersebut tidak
dapat dibenarkan, oleh karena setelah membaca dan meneliti
memori kasasi tanggal 20 Desember 2017, kontra memori kasasi
masing-Masing tanggal 12 Januari 2018, 15 Januari 2018, 16
Januari 2018, 22 Januari 2018, 29 Januari 2018, 2 Februari 2018, 2
Februari 2018.
b. Bahwa dengan putusan Judex Facti dalam hal ini putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Yang mengabulkan permohonan
keberatan I sampai dengan XI dan membatalkan Putusan Komisi
1
Mukti, Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), h. 140.
51

Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02/KPPU-I/2016 tanggal 13


Oktober 2016, dengan menyatakan Pemohon Keberatan I sampai
dengan XI tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 11 Undang
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dapat dibenarkan,
c. bahwa berdasarkan fakta-Fakta dalam perkara a quo Judex Facti
telah memberikan pertimbangan yang cukup, dimana tidak terbukti
bahwa “pengafkiran dini” terhadap ternak ayam potong produk
Para Termohon Kasasi I sampai dengan XI bukan merupakan hasil
kesepakatan atau perjanjian antar Para Termohon Kasasi I sampai
dengan XI untuk mengikatkan diri terhadap Para Termohon Kasasi
I sampai dengan XI sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 7
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
d. bahwa pengafkiran dini tersebut merupakan Instruksi Pemerintah
dalam hal ini Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian RI yang mengandung sanksi kepada Para
Termohon Kasasi I sampai dengan XI apabila tidak melaksanakan
instruksi tersebut serta pelaksanaan pengafkiran dini dimaksud
dilaksanakan secara terbuka dan diawasi Team Cross antara lain
Asosiasi Gabungan, Perguruan Tinggi dan Pemerintah;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor Nomor 01/Pdt.Sus-
KPPU/2017/PN Jkt.Brt., Tanggal 29 November 2017 dalam
perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang
undang. oleh karena itu permohonan kasasi yang diajukan oleh
Pemohon Kasasi KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA
REPUBLIK INDONESIA (KPPU RI) tersebut harus ditolak.

Berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis Hakim Mahkamah Agung


memberikan keputusan sebagai berikut :
52

MENGADILI:
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi KOMISI
PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA
(KPPU RI) tersebut;
2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara pada
tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah).
B. Analisis Pertimbangan dan Putusan Hakim Mahkamah Agung
Nomor 444 K/Pdt.Sus Kppu/2018
Putusan pengadilan merupakan produk hukum yang dihasilkan oleh
hakim berdasarkan suatu pertimbangan mendalam atas fakta-fakta hukum
yang diajukan kepadanya untuk diputuskan berdasarkan hukum dan
keadilan. Oleh karena itu, hakim dalam memutuskan perkara yang
diperiksanya, selain harus mendasarkan diri kepada hukum positif, ia juga
perlu menggali rasa keadilan yang berkembang di dalam masyarakat.
Tulisan ini mencoba untuk menganalisis pengaruh filsafat hukum
khususnya yang menyangkut masalah keadilan dalam putusan hakim. Hal
ini disebabkan putusan hakim selalu dipandang sebagai sebuah upaya
menghadirkan hukum yang kontekstual bagi para pencari keadilan. Hakim
oleh karenanya harus dapat menemukan hukum yang bersandar kepada
nilai-nilai yang hidup di dalam masyarakat, khususnya konteks sosial dari
perkara sedang yang diperiksanya. Untuk menemukan hukum seperti itu,
hakim harus berani keluar dari paradigma legal-positivistik dalam
melakukan penafsiran hukum, terutama dalam isi pertimbangan hukum
putusannya.
1. Tentang Pertimbangan dan Putusan Hakim Mahkamah Agung
a. Bahwa alasan-alasan kasasi dari Pemohon Kasasi tersebut tidak
dapat dibenarkan, oleh karena setelah membaca dan meneliti
memori kasasi tanggal 20 Desember 2017, kontra memori kasasi
masing-Masing tanggal 12 Januari 2018, 15 Januari 2018, 16
53

Januari 2018, 22 Januari 2018, 29 Januari 2018, 2 Februari 2018, 2


Februari 2018.
b. Bahwa dengan putusan Judex Facti dalam hal ini putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Yang mengabulkan permohonan
keberatan I sampai dengan XI dan membatalkan Putusan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02/KPPU-I/2016 tanggal 13
Oktober 2016, dengan menyatakan Pemohon Keberatan I sampai
dengan XI tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 11 Undang
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli
Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dapat dibenarkan,
c. bahwa berdasarkan fakta-Fakta dalam perkara a quo Judex Facti
telah memberikan pertimbangan yang cukup, dimana tidak terbukti
bahwa “pengafkiran dini” terhadap ternak ayam potong produk
Para Termohon Kasasi I sampai dengan XI bukan merupakan hasil
kesepakatan atau perjanjian antar Para Termohon Kasasi I sampai
dengan XI untuk mengikatkan diri terhadap Para Termohon Kasasi
I sampai dengan XI sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 7
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
d. bahwa pengafkiran dini tersebut merupakan Instruksi Pemerintah
dalam hal ini Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian RI yang mengandung sanksi kepada Para
Termohon Kasasi I sampai dengan XI apabila tidak melaksanakan
instruksi tersebut serta pelaksanaan pengafkiran dini dimaksud
dilaksanakan secara terbuka dan diawasi Team Cross antara lain
Asosiasi Gabungan, Perguruan Tinggi dan Pemerintah;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, ternyata putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor Nomor 01/Pdt.Sus-
KPPU/2017/PN Jkt.Brt., Tanggal 29 November 2017 dalam
perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang
undang. oleh karena itu permohonan kasasi yang diajukan oleh
54

Pemohon Kasasi KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA


REPUBLIK INDONESIA (KPPU RI) tersebut harus ditolak.

Berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis Hakim Mahkamah Agung


memberikan keputusan sebagai berikut :

MENGADILI:
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi KOMISI
PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA
(KPPU RI) tersebut;
2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara pada
tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah).

Model penalaran hukum yang dipakai oleh hakim Mahkamah


Agung dalam memutus perkara kasus kartel ini hanya menggunakan
aliran positivisme hokum, aliran campuran (antara hukum kodrat
dengan positivisme hukum) seharusnya digunakan, Dalam penalaran
hukum di kenal banyak sekali model penalaran hokum, akan tetapi
pada dasarnya seorang hakim sering menggunakan 2 metode
penalaran. Yakni antara penalaran hukum kodrat ataupun penalaran
positivisme hukum.
Pada dasarnya hukum kodrat didasarkan pada nilai-nilai
keadilan dan juga nilai kebenaran, disisi lain hukum positivisme yang
berpatokan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam undang-undang,
dengan kata lain bahwa semua keputusan yang diambil harus
berdasarkan undang-undang yang berlaku. Penggunaan hukum kodrat
salah satunya yaitu dengan cara mengunakan bukti tidak langsung
(indirect evident) sangat penting dalam mengungkap kasus kartel.
Pandangan positivisme hukum diatas sangat ditentang oleh pendukung
aliran hukum kodrat, yang mengkonsepkan hukum sebagai asas-asas
55

kebenaran dan keadilan yang berlaku universal dan abadi. Hukum


yang berlaku belum tentu adil. Hukum yang tidak adil itu tidak perlu
ditaati.
Pada prinsipnya pendekatan untuk membuktikan kartel dengan
menggunakan alat bukti tidak langsung (indirect evidence) sudah hal
yang biasa, karena didalam kartel itu harus menggunakan alat bukti
tidak langsung (indirect evidence), hal ini terjadi tidak hanya di
Indonesia tetapi di Luar Negeri juga seperti itu, penggunaan alat bukti
tidak langsung tersebut dilakukan karena kartel dilakukan secara tacit,
sangat sulit bagi KPPU untuk mencari bukti langsung mengingat
KPPU tidak memiliki kewenangan untuk menggeledah termasuk
menyita dari pelaku usaha.
Namun yang namanya persidangan tetap harus menjunjung
prinsip due process of law. Merujuk data KPPU tahun 2002-2017,
setidaknya 58% putusan KPPU dimenangkan di tingkat PN.
Belakangan, satu kasus yang mendapat perhatian adalah vonis KPPU
terkait kartel kategori motor jenis skuter matic (Skutik) kelas 110-
125cc di mana Yamaha dan Honda terbukti melanggar Pasal 5 ayat (1)
UU Nomor 5 Tahun 1999 lantaran telah melakukan kesepakatan
harga.
Sangat sulit untuk menjerat pelaku kartel, apabila pembuktian
kartel dilakukan dengan alat bukti langsung, karena semua kartel
dilakukan secara tacit, maka untuk itu hakim-hakim harus jeli dalam
menangani kartel, hakim-hakim di KPPU dan hakim yang menangani
kasus kartel tidak hanya menguasai aspek hukum saja, tetapi juga
harus menguasai aspek ekonomi.
2. Analisis terhadap pasal yang dilanggar
Seperti yang peneliti paparkan di bab sebelumnya bahwa Kasus ini
merupakan kasus kartel tentang pemusnahan/pemotongan/apkir dini
produksi pembibitan bibit ayam broiler pada tahun 2015 yang
dilakukan oleh 12 perusahaan unggas di Indonesia, oleh KPPU 12
56

perusahaan ini diputus bersalah pada 13 Oktober 2016 telah melanggar


Pasal 11 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang larangan
praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Dimana bunyi
pasal 11 tersebut adalah :

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha


pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan
mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau
jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.”

Alasan perusahaan melakukan tindakan apkir dini adalah kegiatan


apkir dini merupakan perjanjian dan kesepakatan dengan dirjen PKH
kementan pada tanggal 14 September 2015, dimana didalam pasal 51
undang-undang antimonopoli disebutkan bahwa :

“Monopoli dan atau pemusatan kegiatan yang berkaitan


dengan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa
yang menguasai hajat hidup orang banyak serta cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara diatur dengan
undang-undang dan diselenggarakan oleh Badan Usaha
Milik Negara dan atau badan atau lembaga yang dibentuk
atau ditunjuk oleh Pemerintah.”

Setelah diputuskan bersalah, 12 perusahaan tersebut kemudian


melayangkan bantahan ke Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Pada 29
November 2017, Pengadilan Negeri Jakarta Barat mengabulkan
permohonan, dan membatalkan putusan KPPU. Atas putusan tersebut,
KPPU kemudian mengajukan kasasi pada 11 Desember 2017. Hingga
akhirnya, Mahkamah Agung menolak kasasi pada 15 Mei 2018.
Menurut penulis setelah menelaah lebih jauh didalam putusan
57

KPPU sesuai data ekonomi yang ada, Justru atas instruksi dari
pemerintah inilah kesempatan sangat leluasa dan dimanfaatkan secara
diam-diam bagi pihak 12 perusahaan untuk melakukan kartel, Dirjen
PKH Kementan tidak memiliki otoritas untuk mengeluarkan inisiatif
memerintahkan pelaku usaha untuk melakukan apkir dini dalam
rangka mengurangi over supply. Tugas pokok Dirjen PKH terkait
dengan produktivitas Pelaku usaha selalu berusaha menyembunyikan
bukti bahkan mereka tidak mungkin melakukan perjanjian kesepakatan
secara tertulis untuk melakukan kartel, oleh karena itu untuk menjerat
pelaku kartel diperbolehkan menggunakan penggunaan alat bukti tidak
langsung (indirect evidence) dalam menangani kasus kartel, tentunya
dengan syarat ada bukti komunikasi dan bukti ekonomi.
Dalam perkara ini juga sudah jelas mengandung beberapa unsur
kartel, Secara umum berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang
Antimonopoli mengatur ada empat unsur terjadinya kartel, yaitu:
a. Perjanjian dengan pelaku usaha sainganya,
b. Bermaksud mempengaruhi harga
c. Dengan mengatur produksi dan atau pemasaran
d. Dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat

1) Unsur pelaku usaha


Yang dimaksud Pelaku Usaha adalah definisi menurut Pasal
1 angka 5 Undang-undang Antimonopoli. Pelaku usaha yang
dimaksud adalah PT Charoen Pokphand Indonesia,Tbk., PT
Japfa Comfeed Indonesia, Tbk., PT Malindo Feedmill, Tbk.,
PT CJ-PIA, PT Taat Indah Bersinar, PT Cibadak Indah Sari
Farm, PT Hybro Indonesia, PT Expravet Nasuba, PT
Wonokoyo Jaya Corporindo, CV Missouri, PT Reza Perkasa ,
PT Satwa Borneo Jaya. Berdasarkan uraian tersebut dan
berdasarkan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Antimonopoli
maka unsur pelaku usaha terpenuhi.
58

2) Unsur Perjanjian
Sebagaimana Pasal 1 Ayat (7) Undang-undang
Antimonopoli dikatakan bahwa :

“perjanjian adalah suatu perbuatan satu atau lebih pelaku


usaha untuk mengikatkan diri terhadap satu atau lebih
pelaku usaha lain dengan nama apa pun baik tertulis
maupun tidak tertulis”.

Inisiatif kesepakatan memang bukan bersasal dari


pemerintah bahkan dalam persidangan, Dirjen PKH
Kementerian Pertanian justru menyatakan tidak memiliki
dan/atau mengetahui datas pasokan dan kebutuhan yang valid
dan dipertanggujawabkan, Dirjen PKH hanya secara serta-
merta menerima informasi atau data pasokan dan kebutuhan
yang disampaikan ke pelaku usaha.
Bahwa harga ayam yang melonjak hingga sempat
menembus Rp 40 ribu per kilogram, dan juga diperkuat dengan
hasil pemeriksaan lapangan bahwa terjadi kenaikan harga live
bird daging ayam tahun 2016 dari Harga Pokok Penjualan
(HPP) Rp.10.000,-(sepuluh ribu rupiah) menjadi HPP
Rp.16.000, -(enam belas ribu rupiah) per ekor. Pada bulan
November-Desember 2015 harga day old chicken final stock
atau DOC FS mengalami kenaikan Rp.1.000,-(seribu rupiah)
sampai dengan Rp.3.000, -(tiga ribu rupiah) per ekor.
Sementara harga live bird pada bulan Desember 2015 hingga
bulan Januari 2016 mengalami kenaikan Rp.5.000,-(lima ribu
rupiah) sampai dengan Rp.15.000, -(lima belas ribu rupiah) per
kilogram di pasar tradisional. kenaikan harga setelah apkir dini
berdampak pada kerugian peternak, baik peternak terintegrasi
maupun peternak mandiri, yang nilainya ditaksir mencapai Rp
59

224 miliar dalam kurun November–Desember 2015.


Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka unsur
perjanjian dalam Pasal 11 Undang-undang Antimonopoli
terpenuhi.
3) Pelaku usaha pesaing
PT Charoen Pokphand Indonesia, Tbk., PT Japfa Comfeed
Indonesia, Tbk., PT Malindo Feedmill, Tbk., PT CJ-PIA, PT
Taat Indah Bersinar, PT Cibadak Indah Sari Farm, PT Hybro
Indonesia, PT Expravet Nasuba, PT Wonokoyo Jaya
Corporindo, CV Missouri, PT Reza Perkasa , PT Satwa Borneo
Jaya.
4) Mengatur produksi dan atau pemasaran yang bertujuan
mempengaruhi harga.
Bahwa yang dimaksud dengan adalah :
“produksi adalah kegiatan memproduksi suatu barang
atau jasa komersial dan pemasaran adalah segala sesuatu
yang dari sudut ekonomi dianggap sebagai pemasaran
dalam arti yang paling luas, khususnya penjualan,
distribusi dan periklanan”.
perusahaan unggas ini telah menikmati
pendapatan/keuntungan yang signifikan dari kenaikan harga
day old chicks (DOC) dibandingkan dengan periode sebelum
dilakukannya apkir dini secara bersama-sama. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, maka unsur mengatur produksi dan
atau pemasaran yang bertujuan mempengaruhi harga dalam
Pasal 11 Undang-Undang Antimonopoli terpenuhi.
5) Unsur barang dan atau jasa
Sebagaimana dimaksud dengan barang dalam Pasal 1 angka
16 Undang-undang Antimonopoli adalah :
“setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat
60

diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan


oleh konsumen atau pelaku usaha.”

Yang dimaksud dengan Jasa dalam Pasal 1 angka 17


Undang-undang Antimonopoli adalah setiap layanan yang
berbentuk pekerjaan atau prestasi yang diperdagangkan dalam
masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen atau pelaku
usaha. Dalam kasus ini, 12 perusahaan dengan berupa objek
yaitu pembibitan ayam broiler, tersebut termasuk jasa dan
barang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 1 angka 16
Undang-Undang Antimonopoli.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka unsur
barang dan atau jasa dalam Pasal 11 Undang-undang
Antimonopoli terpenuhi.
6) Unsur mengakibatkan praktik monopoli dan atau persaingan
usaha yang tidak sehat
Berkaitan dengan monopoli maka ditegaskan dalam Pasal
1 angka 2 bahwa monopoli adalah :
“pemusatan kekuatan ekonomi oleh satu atau lebih pelaku
usaha yang mengakibatkan dikuasainya produksi dan
atau pemusatan barang dan atau jasa tertentu sehingga
menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan dapat
merugikan kepentingan umum”.

Bahwa yang dimaksud dengan unsur persaingan usaha


tidak sehat dalam Pasal 1 angka 6 Undang-undang
Antimonopoli adalah persaingan antar pelaku usaha dalam
menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang
dan atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau
melawan hukum atau menghambat persaingan. Dengan
demikian, bahwa dengan telah disepakati penetapan
61

pemotongan jumlah produksi dengan cara


memusnahkan/memotong/dan apkir dini pembibitan bibit
ayam broiler di Indonesia.
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka unsur
barang dan atau jasa dalam Pasal 11 Undang-undang
Antimonopoli terpenuhi. Dengan terpenuhinya semua unsur-
unsur dalam Pasal 11 Undang-undang Antimonopoli, maka
perjanjian yang ditandatangani tersebut dinyatakan
merupakan pelanggaran terhadap Undang-undang
Antimonopoli. Oleh karena itu, Majelis KPPU menjatuhkan
sanksi berupa perintah untuk mengumumkan pembatalan
kesepakatan tersebut di atas.
3. Putusan Mahkamah Agung Nomor 444 K/Pdt.Sus-Kppu/2018
mengandung kekhilafan dan kekeliruan yang nyata
Berdasarkan penjelasan yang penulis paparkan sebelumnya,
putusan hakim Mahkamah Agung dengan putusanya yang
menggunakan penalaran positivisme hukum saja mengandung
kekhilafan dan kekeliruan yang nyata, sebab penalaran positivisme
hukum hanya memberikan kepastian hukum saja, namun
pertanyaannya apakah sudah memberikan kemanfaatan dan
keadilan?. Dalam Konteks memutus perkara kartel ayam broiler
apakah putusan mahkamah agung sudah sesuai Dalam Asas
Kepastian Hukum, Asas Kemanfaatan dan Asas Keadilan?
a. Asas Kepastian Hukum
Menurut Fance M. Wantu, kepastian hukum dirumuskan sebagai
berikut:
1. Melakukan solusi autotorif yaitu memberikan jalan keluar
untuk menciptakan stabilitas yakni memberikan ketertiban
dan ketentraman bagi para pihak dan masyarakat.
2. Efisiensi prosesnya cepat, sederhana, dan biaya ringan.
62

3. Sesuai dengan tujuan hukum yaitu Undang-Undang yang


dijadikan dasar dari putusan untuk memberikan kepastian
dalam hukum itu sendiri dan kepastian karena hukum.2
Sesuai teori asas kepastian hukum, putusan Mahkamah
Agung hanya memberikan kepastian hukum bagi pihak 12
perusahaan yang melanggar pasal 11 Undang-undang Nomor
5 Tahun 1999 Tentang larangan praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat. Asas kepastian hukum
diperlihatkan contohnya oleh Allah SWT. Hukum yang
berasal dari Allah SWT sebagai otoritas tertinggi dalam
pandangan Islam yang akan diterapkan dalam masyarakat
harus disampaikan sejelas-jelasnya kepada masyarakat itu
untuk dipedomani dan dilaksanakan dalam kehidupan
mereka. Hal itu antara lain difirmankan oleh Allah SWT:

َ‫وَ ﻣَﺎ ﮐَﺎنَ رَﺑﱡﮏَ ﻣُﮩۡﻠِﮏَ اﻟۡﻘُﺮٰی ﺣَﺘّٰﯽ ﯾَﺒۡﻌَﺚَ ﻓِﯽۡۤ اُﻣﱢﮩَﺎ رَﺳُﻮۡﻟًﺎ ﯾﱠﺘۡﻠُﻮۡا ﻋَﻠَﯿۡﮩِﻢۡ اٰﯾٰﺘِﻨَﺎ ۚ وَ ﻣَﺎ ﮐُﻨﱠﺎ ﻣُﮩۡﻠِﮑِﯽ اﻟۡﻘُﺮٰۤی اِﻟﱠﺎ و‬
َ‫اَﮨۡﻠُﮩَﺎ ﻇٰﻠِﻤُﻮۡن‬
“Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota,
sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka, dan tidak
pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota, kecuali
penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman”

‫ﻣَﻦِ اﮨۡﺘَﺪٰی ﻓَﺎِﻧﱠﻤَﺎ ﯾَﮩۡﺘَﺪِیۡ ﻟِﻨَﻔۡﺴِہ ٖ◌ ۚ وَ ﻣَﻦۡ ﺿَﻞﱠ ﻓَﺎِﻧﱠﻤَﺎ ﯾَﻀِﻞﱡ ﻋَﻠَﯿۡﮩَﺎ ؕ◌ وَ ﻟَﺎ ﺗَﺰِرُ وَازِرَةٌ وﱢزۡرَ اُﺧۡﺮٰی ؕ◌ وَ ﻣَﺎ ﮐُﻨﱠﺎ‬
‫ﻣُﻌَﺬﱢﺑِﯿۡﻦَ ﺣَﺘّٰﯽ ﻧَﺒۡﻌَﺚَ رَﺳُﻮۡﻟًﺎ‬
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah),
maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan)
dirinya sendiri, dan barangsiapa yang sesat maka

2
Lihat Syafruddin Kalo,“Penegakan Hukum yang Menjamin Kepastian Hukum dan Rasa
keadilan Masyarakat” dikutip dari http://www.academia.edu.com diakses 8 Agustus 2018, h. 4.
63

sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri.


Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang
lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami
mengutus seorang rasul.”
b. Asas keadilan hukum
Dalam konteks ini sebagaimana telah dijelaskan di
pendahuluan, bahwa pembuktian kartel tidak hanya dibuktikan
secara tekstual yang ada didalam perjanjian saja, namun
pembuktian kartel harus melihat konteks yang terjadi di
masyarakat. Dalam bukunya Nichomacen Ethics, Aristoteles
sebagaimana dikutip Shidarta telah menulis secara panjang
lebar tentang teori keadilan. Ia menyatakan, keadilan adalah
kebajikan yang berkaitan dengan hubungan antar manusia.
Kata adil mengandung lebih dari satu arti, Adil dapat berarti
menurut hukum, dan apa yang sebanding, yaitu yang
semestinya. Di sini ditunjukan, bahwa seseorang dikatakan
berlaku tidak adil apabila orang itu mengambil lebih dari
bagian yang semestinya.
Dimana yang terjadi di masyarakat dari data putusan
Mahkamah Agung tersebut inisiatif kesepakatan memang
bukan berasal dari pemerintah bahkan dalam persidangan,
Dirjen PKH kementan justru menyatakan tidak memiliki
dan/atau mengetahui data pasokan dan kebutuhan yang valid
dan dipertanggungjawabkan, Dirjen PKH hanya serta-merta
menerima informasi atau data pasokan dan kebutuhan yang
disampaikan ke pelaku usaha. Dirjen PKH tidak memiliki
otoritas untuk mengeluarkan inisiatif memerintahkan pelaku
usaha untuk melakukan apkir dini dalam rangka mengurangi
over suply, tugas pokok Dirjen PKH terkait produktivitas.
Landasan tersebut diambil kppu dalam persidangan Majelis.
Putusan mahkamah agung tersebut sangat tidak
64

mengandung nilai asas keadilan hukum, dimana para pelaku


usaha sendiri yang mempunyai inisiatif untuk melakukan
perjanjian atau kesepakatan apkir dini produksi pembibitan
bibit ayam broiler di Indonesia, dengan begitu para pelaku
usaha dapat memanfaatkan kesempatan tersebut untuk
melakukan pengaturan harga di pasar.
Begitu pentingnya asas keadilan dalam hukum Islam dalam
Al Quran sebagai sumber utama hukum Islam, kata keadilan
disebut lebih dari 1.000 kali, menempati posisi terbanyak ketiga,
setelah kata Allah dan ilmu pengetahuan. Oleh karena
banyaknya kata keadilan yang disebut dalam Al Quran itu
sehingga Mohammad Daud Ali menyebutnya sebagai asas yang
sangat penting dalam hukum Islam dan karena itu asas keadilan
dapat dikatakan sebagai asas semua asas hukum Islam
Berhubung oleh karena pentingnya asas keadilan dalam hukum
pada umumnya, hukum Islam pada khususnya sehingga perlu
dipahami apa sebenarnya makna kata adil itu. Apalagi berbuat
adil adalah suatu perintah Allah SWT kepada manusia, sesuai
firman-Nya:

َ‫ﯾٰۤﺎَﯾﱡﮩَﺎ اﻟﱠﺬِﯾۡﻦَ اٰﻣَﻨُﻮۡا ﮐُﻮۡﻧُﻮۡا ﻗَﻮّٰﻣِﯿۡﻦَ ﻟِﻠّٰہِ ﺷُﮩَﺪَآءَ ﺑِﺎﻟۡﻘِﺴۡﻂِ ۫ وَ ﻟَﺎ ﯾَﺠۡﺮِﻣَﻨﱠﮑُﻢۡ ﺷَﻨَﺎٰنُ ﻗَﻮۡمٍ ﻋَﻠٰۤﯽ اَﻟﱠﺎ ﺗَﻌۡﺪِﻟُﻮۡا ؕ◌ اِﻋۡﺪِﻟُﻮۡا ۟ ﮨُﻮ‬
َ‫اَﻗۡﺮَبُ ﻟِﻠﺘﱠﻘۡﻮٰی ۫ وَ اﺗﱠﻘُﻮا اﻟﻠّٰہَ ؕ◌ اِنﱠ اﻟﻠّٰہَ ﺧَﺒِﯿۡﺮٌۢ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌۡﻤَﻠُﻮۡن‬

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-


orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa.Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
65

c. Asas kemanfaatan hukum


Masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau
penegakan hukum. Hukum itu untuk manusia, maka pelaksanaan
hukum atau penegakkan hukum harus memberi manfaat atau
kegunaan bagi masyarakat. Jangan sampai justru karena
hukumnya dilaksanakan atau ditegakkan malah akan timbul
keresahan di dalam masyarakat itu sendiri. Putusan hakim akan
mencerminkan kemanfaatan, manakala hakim tidak saja
menerapkan hukum secara tekstual belaka dan hanya mengejar
keadilan semata, akan tetapi juga mengarahkan pada
kemanfaatan bagi kepentingan pihak-pihak yang berperkara dan
kepentingan masyarakat pada umumnya. Artinya, hakim dalam
menerapkan hukum, hendaklah mempertimbangkan hasil
akhirnya nanti, apakah putusan hakim tersebut membawa
manfaat atau kegunaan bagi semua pihak.3
Termohon kasasi (12 perusahaan unggas) telah menikmati
pendapatan/keuntungan yang signifikan dari kenaikan harga
day old chicks (DOC) dibandingkan dengan periode sebelum
dilakukannya apkir dini secara bersama-sama, serta kenaikan
harga setelah apkir dini berdampak pada kerugian peternak,
baik peternak terintegrasi maupun peternak mandiri, yang
nilainya ditaksir mencapai Rp 224 miliar dalam kurun
November–Desember 2015.
Asas kemanfaatan yang salah satunya dijelaskan didalam Al-
Quran:

3
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, (Yogyakarta: Liberty,
2005), h. 161.
66

ۡ‫ﯾٰۤﺎَﯾﱡﮩَﺎ اﻟﱠﺬِﯾۡﻦَ اٰﻣَﻨُﻮۡا ﮐُﺘِﺐَ ﻋَﻠَﯿۡﮑُﻢُ اﻟۡﻘِﺼَﺎصُ ﻓِﯽ اﻟۡﻘَﺘۡﻠٰﯽ ؕ◌ اَﻟۡﺤُﺮﱡ ﺑِﺎﻟۡﺤُﺮﱢ وَ اﻟۡﻌَﺒۡﺪُ ﺑِﺎﻟۡﻌَﺒۡﺪِ وَ اﻟۡﺎُﻧۡﺜٰﯽ ﺑِﺎﻟۡﺎُﻧۡﺜٰﯽ ؕ◌ ﻓَﻤَﻦ‬
◌ؕ ٌ‫ﻋُﻔِﯽَ ﻟَہ ٗ◌ ﻣِﻦۡ اَﺧِﯿۡہِ ﺷَﯽۡءٌ ﻓَﺎﺗﱢﺒَﺎعٌۢ ﺑِﺎﻟۡﻤَﻌۡﺮُوۡفِ وَ اَدَآءٌ اِﻟَﯿۡہِ ﺑِﺎِﺣۡﺴَﺎنٍ ؕ◌ ذٰﻟِﮏَ ﺗَﺨۡﻔِﯿۡﻒٌ ﻣﱢﻦۡ رﱠﺑﱢﮑُﻢۡ وَ رَﺣۡﻤَۃ‬
ٌ‫ﻓَﻤَﻦِ اﻋۡﺘَﺪٰی ﺑَﻌۡﺪَ ذٰﻟِﮏَ ﻓَﻠَہ ٗ◌ ﻋَﺬَابٌ اَﻟِﯿۡﻢ‬

“Hai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishash


berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, wanita dengan
wanita. Maka barangsiapa mendapat pemaafan dari
saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan
cara yang baik, dan hendaklah (yang dimaafkan) membayar
(diat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).
Yang demikian itu ada korban lah suatu keringanan dari Tuhan
kamu dan suatu rahmat”

Cukup jelas, bahwa putusan Mahkamah Agung dalam


kasus kartel ini sangat merugikan para peternak yang
dampaknya juga terhadap konsumen. Dengan alasan-alasan
dan argumen hukum yang penulis paparkan diatas putusan
dalam kasus kartel ini tidak memberikan keadilan dan
kemanfaatan hukum, penulis sangat tidak setuju dengan
putusan hakim Mahkamah Agung yang memutuskan
putusanya sebagai berikut :

MENGADILI:
1) Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi KOMISI
PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK
INDONESIA (KPPU RI) tersebut;
2) Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara
pada tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp 500.000,00
(lima ratus ribu rupiah).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjabaran yang telah dibuat dari bab-bab sebelumnya, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Pada kasus pemotongan/pemusnahan/apkir dini pembibitan ayam
broiler ini dilakukan oleh 12 perusahaan, kegiatan tersebut dilakukan
oleh 12 perusahaan atas instruksi dari dirjen PKH kementerian
pertanian. Namun Majelis Komisi menjatuhkan putusan kepada 12
perusahaan unggas itu atas pelanggaran pasal 11 Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat dengan putusan Nomor 02/KPPU-
I/2016,dimana pasal 11 menyebutkan:

“Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian, dengan pelaku usaha


pesaingnya, yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan
mengatur produksi dan atau pemasaran suatu barang dan atau
jasa, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan
atau persaingan usaha tidak sehat.”

Kasus berlanjut ke banding di pengadilan Negeri Jakarta Barat


dengan putusan Nomor 1/Pdt.Sus-KPPU/2017/PN Jkt.Brt dan sampai
kasasi di Mahkamah Agung dengan Nomor putusan 444 K/Pdt.Sus-
KPPU/2018, ditingkat Banding Dan Kasasi tersebut selalu
dimenangkan oleh pihak 12 perusahaan.
2. Putusan kasasi Hakim Mahkamah Agung menurut penulis kurang tepat
dalam mempertimbangkan dan menjatuhkan putusanya, dalam putusan
tersebut tidak digunakanya bukti tidak langsung (indirect evident),
walaupun metode pembuktian tidak langsung belum diatur dalam
undang-undang antimonopoli, namun sudah seharusnya digunakan
sebagai alat bukti tambahan. Alasan 12 perusahaan tersebut adalah

67
68

menjalankan kebijakan dari pemerintah dan sesuai prosedur hukum,


namun nyatanya kebijakan atau instruksi dari dirjen PKH tersebut
justru dimanfaatkan oleh pihak 12 perusahaan untuk melakukan kartel
secara diam-diam, untuk membuktikan bahwa 12 perusahaan telah
melakukan tindakan kartel salah satunya dengan menggunakan bukti
tidak langsung, karena semua fakta dan unsur kartel yang terjadi
dilapangan sudah sesuai bahwa 12 benar-benar melakukan tindakan
kartel.

B. Rekomendasi
1. Peneliti menyarankan kepada KPPU agar mengamandemen Undang-
undang nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan
persaingan usaha tidak sehat dengan memasukan pasal tentang bukti
tidak langsung.
2. Peneliti sangat berharap pemerintah dan Komisi VI DPR RI setuju
dengan rekomendasi dari penulis bahwa pasal pembuktian tidak
langsung dimasukan dalam pembuktian kasus persaingan usaha,
walaupun sistem hukum Indonesia tidak mengenal adanya bukti lain
selain bukti yang selama ini dikenal dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP
seperti saksi, ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa.
3. Dalam menjatuhkan suatu putusan, hakim Mahkamah Agung
khususnya dalam kasus persaingan usaha harus mempertimbangkan
bukti-bukti tidak langsung dan memasukanya sebagai alat bukti, karna
satu alat bukti tidak cukup dan dibutuhkan alat bukti lain tentunya data
ekonomi.
4. Mahkamah Agung, lawyer, dan KPPU duduk bersama untuk kemudian
merumuskan bukti tidak langsung agar tidak terjadi tumpang tindih
dalam penegakan hukum persaingan usaha di Indonesia.
69

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Ahmad, Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interprstasi Undang-Undang
(Legisprudence).Jakarta: Kencana, 2009.
Andi Fahmi Lubis, dkk. Hukum Persaingan Usaha: Antara Teks dan Konteks,
Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Jakarta: ROV Creativ Media, 2009.
Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.
Dardji Darmohardjo, Shidarta., Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan
bagaimana filsafat hukum Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2006.
Devi Meyliana, Hukum Persaingan Usaha. Studi Konsep Pembuktian Terhadap
Perjanjian Penetapan Harga Dalam Persaingan Usaha. Malang: Setara
Press, 2013.
Eddy O.S. Hiariej, Teori dan Hukum Pembuktian. Jakarta; Penerbit Erlangga,
2012.
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca
Reformasi. Jakarta: konpres, 2008.
Mukti, Arto, Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2004.
Mustafa Kamal Rokan, Hukum Persaingan Usaha; Teori dan Praktiknya Di
Indonesia,
Rachmadi Usman, Hukum Acara Persaingan Usaha Di Indonesia. Jakarta:
Sinar Grafika, 2013.
Soerjono Soekanto, Pengantar Peneltian Hukum. cet.3, Peter Mahmud Marzuki,
Penelitian Hukum , Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press), 1986.
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum-Suatu Pengantar. Liberty : Jogyakarta,
1999.
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996.
Susanti Adi Nugroho, “Acara Pemeriksaan Perkara Persaingan Usaha,” dalam
Litigasi Persaingan Usaha. Tangerang : CFISEL, 2010.
70

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika, Cet. 2, 2010.

Jurnal
Penegakan Hukum Oleh Hakim Agung Republik Indonesia Dalam Menangani
Kasasi Perkara Kartel Putusan Kppu Yang Menggunakan Alat Bukti
Tidak Langsung (Indirect Evidence), Fransiska Lestari Simanjuntak,
Ahmadi Miru, Mustafa Bola Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum
Universitas Hasanuddin Email : fransiskasmjk@yahoo.co.id. Legal
Madani: Vol 3. Nomor 1 Juni 2018.
Margarito Kamis, konsolidasi Moralitas Hukum dan Kekuasaan di Panggung
Negara Demokrasi Konstitusional: apa, mengapa dan bagaimana
mewujudkannya”. Jurnal Sekretariat Negara RI : XV Februari, 2010.
A. Junaidi, Pembuktian Kartel Dalam UU Nomor 5/1999. Kompetisi: edisi 11,
2008.
Sukarmi, Pembuktian Kartel Dalam Hukum Persaingan Usaha. Jurnal
Persaingan Usaha: Edisi 6, 2011.
Anna Maria Tri Anggraini, Penggunaan Analisis Ekonomi dalam Mendeteksi
Kartel Berdasarkan Hukum Persaingan Usaha. Jurnal Persaingan Usaha:
Edisi 4, 2010.
A.M. Tri Anggraini, Perspektif Perjanjian Penetapan Harga Menurut Hukum
Persaingan Usaha Dalam Masalah-Masalah Hukum Kontemporer, Dalam
Masalah-Masalah Hukum Ekonomi Kontemporer. editor Ridwan
Khairandy. Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006.
Jurnal Persaingan Usaha. Komisis Pengawas Persaingan Usaha Republik
Indonesia: edisi 5, 2011.

Karya ilmiah
Marshall Sumantri, Dugaan Praktek Kartel yang dilakukan penyedia jasa telepon
selular dalam penetapan tarif SMS (Short Message Service) ditinjau dari
Hukum Persaingan Usaha, Skripsi Fakultas Hukum Universitas Indonesia
Depok, 2009.
71

Husnul Azmi Ritonga, Tentang Tinjauan Hukum Terhadap Penerapan Harga


Tiket Pada Pesawat Udara Pada Maskapai Garuda Indonesia Untuk
Penerbangan Domestic, Analisis Putusan Menteri Perhubungan Nomor 26
Tahun 2010. Hukum Bisnis, Ilmu Hukum Fakutas Syariah Dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Perundang-undangan
Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan
Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen.
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman.
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Pengajuan
Upaya Hukum Keberatan Terhadap Putusan KPPU
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Peternakan Dan Kesehatan
Hewan
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
32/Permentan/Pk.230/9/2017 Tentang Penyediaan, Peredaran, dan
Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi
Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-I/2016
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 444 K/Pdt.Sus-
KPPU/2018.
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor 1/Pdt.Sus-KPPU/2017/PN
Jkt.Brt.
Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 4 Tahun 2010 tentang
Pedoman Pelaksanaan pasal 11 tentang Kartel berdasarkan Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
72

Website
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt53eb8b6298328/menakar-kekuatan-
circumstantial-evidence-di-persaingan-usaha.
http://www.academia.edu.com. Penegakan Hukum yang Menjamin Kepastian
Hukum dan Rasa keadilan Masyarakat.
http://ditjenpkh.pertanian.go.id/pages/45/sejarah.
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
PUTUSAN

R
Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018

si
DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

ne
ng
MAHKAMAH AGUNG
memeriksa perkara perdata khusus sengketa persaingan usaha pada tingkat

do
gu kasasi telah memutuskan sebagai berikut dalam perkara antara:
KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK
INDONESIA (KPPU RI), yang diwakili oleh Ketua Komisi

In
A
Pengawas Persaingan Usaha, Muhammad Syarkawi Rauf,
berkedudukan di Jalan Ir. H. Juanda Nomor 36, Jakarta Pusat,
ah

lik
dalam hal ini memberi kuasa kepada Gopprera Panggabean, S.E.,
Ak., Direktur Penindakan, Deputi Bidang Penegakan Hukum
m

ub
Komisi Pengawas Persaingan Usaha, dan kawan-kawan,
beralamat di Jakarta Pusat, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
ka

tanggal 7 Desember 2017;


ep
Pemohon Kasasi;
ah

L a w a n:
R

si
1. PT CHAROEN POKPHAND INDONESIA, Tbk., yang diwakili
oleh Direktur, Jemmy dan Ong Mei Sian, berkedudukan di

ne
ng

Jalan Ancol VIII Nomor 1, Ancol, Jakarta Utara, dalam hal ini
memberi kuasa kepada Arief Tarunakarya Surowidjojo, S.H.,

do
gu

LL.M., dan kawan-kawan, Para Advokat, pada Lubis, Ganie,


Surowidjojo beralamat di Jakarta Selatan, berdasarkan Surat
Kuasa Khusus tanggal 12 Januari 2018;
In
A

2. PT JAPFA COMFEED INDONESIA, Tbk., yang diwakili oleh


Direktur, Koesbyanto Setyadharma, berkedudukan di Wisma
ah

lik

Millenia, Lantai 7, Jalan MT Haryono, Kavling 16, Jakarta,


dalam hal ini memberi kuasa kepada Eri Hertiawan, S.H.,LL.M.,
m

ub

MCLArb., dan kawan-kawan, Para Advokat, pada Assegaf


Hamzah & Partners, beralamat di Jakarta, berdasarkan Surat
ka

Kuasa Khusus tanggal 10 Januari 2018;


ep

3. PT MALINDO FEEDMILL, Tbk., yang diwakili oleh Direktur,


ah

s
Halaman 1 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Lau Joo Keat dan Ir. Rewin Hanrahan, berkedudukan di Jalan

si
RS Fatmawati Nomor 15, Komplek Golden Plaza, Blok G,
Nomor 17-22, Jakarta Selatan, dalam hal ini memberi kuasa

ne
ng
kepada Sugiharta Gunawan, S.H., M.H., dan kawan-kawan,
Para Advokat, pada Hads Partnership Law Office, beralamat di

do
gu Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 10
Januari 2018;
4. PT CJ-PIA, yang diwakili oleh Direktur, Herlambang,

In
A
berkedudukan di Jalan Lanud Gorda, Desa Julang, Kecamatan
Cikande, Serang, Banten, (Head Office) dan Menara
ah

lik
Jamsostek Lantai 2, Jalan Gatot Subroto, Kavling 36, Jakarta,
dalam hal ini memberi kuasa kepada Eric Asmansyah, S.H. dan
m

ub
kawan-kawan, Para Advokat, pada Law Firm Asmansyah &
Partners, beralamat di Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa
ka

Khusus tanggal 9 Januari 2018;


ep
5. PT TAAT INDAH BERSINAR, yang diwakili oleh Direktur
ah

Utama, Tjandra Srimulianingsih, berkedudukan di Jalan Bukit


R

si
Gading Raya, Komplek Bukit Gading Indah, Blok U-39,
Kelurahan Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, dalam hal ini

ne
ng

memberi kuasa kepada Syuratman Usman, S.H., dan kawan-


kawan, Para Advokat, pada Law Office Syuratman Usman,

do
gu

S.H. & Partners, di Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa


Khusus tanggal 5 Januari 2018;
6. PT CIBADAK INDAH SARI FARM, yang diwakili oleh Direktur
In
A

Utama, Su Ping Sutanto, berkedudukan di Jalan Daan Mogot,


Komplek Rasa Sayang, C-20, Jakarta, dalam hal ini memberi
ah

lik

kuasa kepada Leonie G.I. Silitonga, S.H., dan kawan-kawan,


Para Advokat, pada Roosdiono & Partners, beralamat di Jakarta,
m

ub

berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 1 Desember 2016;


7. PT HYBRO INDONESIA, yang diwakili oleh Direktur Utama,
ka

Karman Widjaja, berkedudukan di Jalan Pintu Kecil Nomor 38-


ep

42 Lantai 3, Roa Malaka, Jakarta Barat, dalam hal ini memberi


ah

s
Halaman 2 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
kuasa kepada Juan Felix Tampubolon, S.H., M.H., dan kawan-

si
kawan, Para Advokat, pada Juan Felix Tampubolon
& Partners, beralamat di Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa

ne
ng
Khusus tanggal 15 Januari 2018;
8. PT WONOKOYO JAYA CORPORINDO, yang diwakili oleh

do
gu Direktur Utama, Djojo Kusumo, berkedudukan di Jalan Taman
Bungkul Nomor 1-7, Surabaya, dalam hal ini memberi kuasa
kepada Prof. Dr. Todung Mulya Lubus, S.H., LL.M., dan kawan-

In
A
kawan., Para Advokat, pada Lubis, Santosa & Maramis, Law
Firm, beralamat di Jakarta, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
ah

lik
tanggal 18 Januari 2018;
9. CV MISSOURI, yang diwakili oleh Direktur, Agung Latif,
m

ub
berkedudukan di Jalan Malabar Nomor 53, Lingkar Selatan,
Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat, dalam hal ini memberi
ka

kuasa kepada Syuratman Usman, S.H., dan kawan-kawan,


ep
Para Advokat, pada Law Office Syuratman Usman, S.H. &
ah

Partners beralamat di Jakarta Selatan, berdasarkan Surat


R

si
Kuasa Khusus tanggal 31 Januari 2018;
10. PT REZA PERKASA, yang diwakili oleh Direktur, Darwan

ne
ng

Kiswandi, berkedudukan di Jalan Deltasari Indah, BI


BO/9Waru, Surabaya, Jawa Timur, dalam hal ini memberi

do
gu

kuasa kepada Syuratman Usman, S.H., dan kawan-kawan,


Para Advokat, pada Law Office Syuratman Usman, S.H. &
Partners, beralamat di Jakarta Selatan, berdasarkan Surat
In
A

Kuasa Khusus tanggal 31 Januari 2018;


11. PT SATWA BORNEO JAYA, yang diwakili oleh Direktur
ah

lik

Utama, Tetiono, berkedudukan di Graha Sujaya, Jalan


Komodor Yos Sudarso, Nomor 133, Singkawang, Kalimantan
m

ub

Barat, dalam hal ini memberi dalam hal ini memberi kuasa
kepada Syuratman Usman, S.H., dan kawan-kawan, Para
ka

Advokat, pada Law Office Syuratman Usman, S.H. & Partners,


ep

beralamat di Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus


ah

s
Halaman 3 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
tanggal 5 Januari 2018;

si
Para Termohon Kasasi;
Mahkamah Agung tersebut;

ne
ng
Membaca surat-surat yang bersangkutan yang merupakan bagian tidak
terpisahkan Dari putusan ini;

do
gu Menimbang, bahwa berdasarkan surat-surat yang bersangkutan,
ternyata Komisi Pengawas Persaingan Usaha/KPPU telah memberikan
putusan Nomor 02/KPPU-I/2016 tanggal 13 Oktober 2016 yang amarnya

In
A
sebagai berikut;
1. Menyatakan bahwa Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV,
ah

lik
Terlapor V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor VIII, Terlapor IX, Terlapor
X, Terlapor XI, Terlapor XII, terbukti secara sah dan meyakinkan
m

ub
melanggar Pasal 11 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999;
2. Menetapkan pembatalan perjanjian pengafkiran Parent Stock (PS) yang
ka

ditandatangani oleh Terlapor I sampai dengan Terlapor XII tanggal 14


ep
September 2015;
ah

3. Menghukum Terlapor I, membayar denda sebesar Rp.25.000.000.000,00


R

si
(dua puluh lima miliar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha

ne
ng

Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank


Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda

do
gu

Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);


4. Menghukum Terlapor II, membayar denda sebesar Rp25.000.000.000,00
(dua puluh lima miliar rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
In
A

setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha


Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
ah

lik

Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda


Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
m

ub

5. Menghukum Terlapor III, membayar denda sebesar


Rp10.834.542.000,00 (sepuluh miliar delapan ratus tiga puluh empat
ka

juta lima ratus empat puluh dua ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas
ep

Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang


ah

s
Halaman 4 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha

si
melalui bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755
(Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

ne
ng
6. Menghukum Terlapor IV, membayar denda sebesar
Rp14.105.202.000,00 (empat belas miliar seratus lima juta dua ratus dua

do
gu ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan
Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah

In
A
dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di
Bidang Persaingan Usaha) ;
ah

lik
7. Menghukum Terlapor V, membayar denda sebesar
Rp11.540.620.000,00 (sebelas miliar lima ratus empat puluh juta enam
m

ub
ratus dua puluh ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha
ka

Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank


ep
Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
ah

Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);


R

si
8. Menghukum Terlapor VI, membayar denda sebesar Rp5.360.531.000,00
(lima miliar tiga ratus enam puluh juta lima ratus tiga puluh satu ribu

ne
ng

rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan


denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi

do
gu

Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode


Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
Persaingan Usaha);
In
A

9. Menghukum Terlapor VII, membayar denda sebesar


Rp6.551.760.000,00 (enam miliar lima ratus lima puluh satu juta tujuh
ah

lik

ratus enam puluh ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai
setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha
m

ub

Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank


Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda
ka

Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);


ep

10. Menghukum Terlapor IX, membayar denda sebesar


ah

s
Halaman 5 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Rp10.833.755.000,00 (sepuluh miliar delapan ratus tiga puluh tiga juta

si
tujuh ratus lima puluh limaribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara
sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan

ne
ng
usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank
Pemerintah dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda

do
gu Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);
11. Menghukum Terlapor X, membayar denda sebesar Rp1.215.548.000,00
(satu miliar dua ratus lima belas juta lima ratus empat puluh delapan ribu

In
A
rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan
denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi
ah

lik
Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode
Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang
m

ub
Persaingan Usaha);
12. Menghukum Terlapor XI, membayar denda sebesar Rp1.211.331.000,00
ka

(satu miliar dua ratus sebelas juta tiga ratus tiga puluh satu ribu rupiah)
ep
yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda
ah

pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas


R

si
Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah dengan Kode Penerimaan
423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha);

ne
ng

13. Menghukum Terlapor XII, membayar denda sebesar


Rp8.016.723.000,00 (delapan miliar enam belas juta tujuh ratus dua

do
gu

puluh tiga ribu rupiah) yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran
pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan
Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui Bank Pemerintah
In
A

dengan Kode Penerimaan 423755 (Pendapatan Denda Pelanggaran di


Bidang Persaingan Usaha);
ah

lik

14. Bahwa setelah Terlapor I, Terlapor II, Terlapor III, Terlapor IV, Terlapor
V, Terlapor VI, Terlapor VII, Terlapor IX, Terlapor X, Terlapor XI, Terlapor
m

ub

XII melakukan pembayaran denda, maka salinan bukti pembayaran


denda tersebut dilaporkan dan diserahkan ke KPPU;
ka

Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha/


ep

KPPU, Pemohon Alasan I mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat,


ah

s
Halaman 6 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
agar memberi putusan sebagai berikut:

si
1. Meminta pembatalan Hasil Rapat Tanggal 14 September 2015 atau yang
disebut oleh Termohon sebagai perjanjian pengafkiran Parent Stock

ne
ng
(PS);
2. Menyatakan Pemohon adalah Pemohon yang baik dan benar;

do
gu 3. Mengabulkan keberatan Pemohon untuk seluruhnya;
4. Menyatakan Termohon tidak berwenang menangani, memeriksa dan
memutus perkara a quo;

In
A
5. Menyatakan Putusan Termohon dalam Perkara 02/KPPU-I/2016 tanggal
13 Oktober 2016 batal demi hukum atau setidak-tidaknya dibatalkan
ah

lik
dengan segala akibat hukumnya;
6. Menyatakan Pemohon tidak melanggar Pasal 11 Undang Undang Nomor
m

ub
5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat;
ka

7. Memerintahkan Turut Termohon I hingga Turut Termohon XI untuk


ep
tunduk dan patuh terhadap putusan ini;
ah

8. Menghukum Termohon untuk membayar seluruh biaya perkara.


R

si
Apabila Pengadilan berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya
(ex aequo et bono);

ne
ng

Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan


Usaha/KPPU, Pemohon Alasan II mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta

do
gu

Barat, agar memberi putusan sebagai berikut:


1. Menerima dan mengabulkan keberatan dari Pemohon Keberatan untuk
seluruhnya;
In
A

2. Menyatakan Pemohon Keberatan tidak terbukti secara sah dan


meyakinkan melanggar Pasal 11 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999
ah

lik

tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Yang Tidak


Sehat;
m

ub

3. Menyatakan Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)


Nomor 02/KPPU-I/2016 dinyatakan batal dan tidak mempunyai kekuatan
ka

hukum yang mengikat terhadap Pemohon Keberatan;


ep

4. Menghukum Termohon Keberatan untuk membayar biaya perkara; dan


ah

s
Halaman 7 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
5. Menghukum Para Turut Termohon Keberatan untuk mematuhi putusan

si
Pengadilan dalam perkara ini;
Apabila Majelis Hakim Yang Mulia yang memeriksa dan mengadili

ne
ng
perkara a quo berpendapat lain, kami mohon agar perkara ini diputus dengan
seadil-adilnya (ex aequo et bono);

do
gu Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha/
KPPU, Pemohon Alasan III mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat,
agar memberi putusan sebagai berikut:

In
A
1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan keberatan yang
diajukan oleh Pemohon Keberatan;
ah

lik
2. Membatalkan seluruh Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Nomor 02/KPPU-I/2016 tanggal 13 Oktober 2016 atau menyatakan
m

ub
Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02/KPPU-I/2016
tanggal 13 Oktober 2016 tidak berlaku, tidak mengikat, dan/atau tidak
ka

dapat dilaksanakan terhadap Pemohon Keberatan;


ep
Mengadili Sendiri:
ah

1. Menyatakan Pemohon Keberatan tidak melanggar Pasal 11 Undang


R

si
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat;

ne
ng

2. Menyatakan bahwa putusan Termohon Keberatan bertentangan dengan


undang-undang yang berlaku dan karenanya menghukum Komisi

do
gu

Pengawas Persaingan Usaha atau Termohon Keberatan untuk


membayar seluruh biaya perkara;
Atau, jika Majelis Hakim Yang Terhormat mempertimbangkan lain, kami
In
A

mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);


Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan
ah

lik

Usaha/KPPU, Pemohon Alasan IV mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta


Barat, agar memberi putusan sebagai berikut:
m

ub

1. Menyatakan menerima permohonan keberatan Pemohon untuk


seluruhnya;
ka

2. Menetapkan menyatakan Pemohon sebagai Pemohon yang baik;


ep

3. Menetapkan menyatakan Pemohon menurut hukum tidak terbukti secara


ah

s
Halaman 8 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
sah dan menyakinkan melanggar Pasal 11 Undang Undang Nomor 5

si
Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat;

ne
ng
4. Menetapkan menyatakan batal demi hukum Putusan Komisi Pengawas
Persaingan Usaha (KPPU) Nomor 02/KPPU-I/2016 tanggal 13 Oktober

do
gu 2016 dan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat;
5. Membebankan biaya perkara yang timbul karenanya kepada Termohon
Keberatan;

In
A
Atau apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Serang berpendapat lain,
maka mohon putusan seadil adilnya (ex aequo et bono);
ah

lik
Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha/KPPU, Pemohon Alasan V mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta
m

ub
Barat, agar memberi putusan sebagai berikut:
1. Menerima permohonan keberatan Pemohon Keberatan untuk
ka

seluruhnya;
ep
2. Manyatakan Pemohon Keberatan tidak terbukti melanggar Pasal 11
ah

Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek


R

si
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
3. Menyatakan Surat Perjanjian Pengafkiran Parent Stock (Kesepakatan

ne
ng

Afkir Dini) tanggal 14 September 2015 dibatalkan dan tidak mengikat


secara hukum;

do
gu

4. Membebaskan Pemohon Keberatan atas denda dugaan pelanggaran


Pasal 11 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
In
A

5. Menghukum Turut Termohon Keberatan I sampai dengan Turut


Termohon Keberatan XI mematuhi putusan ini;
ah

lik

6. Membatalkan Putusan Termohon Keberatan Perkara Nomor 02/KPPU-


I/2016 tanggal 13 Oktober 2016 untuk seluruhnya;
m

ub

Atau, apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-
adilnya;
ka

Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha/


ep

KPPU, Pemohon Alasan VI mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat,


ah

s
Halaman 9 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
agar memberi putusan sebagai berikut:

si
i. Menerima dan mengabulkan seluruh upaya hukum keberatan yang
diajukan oleh Pemohon Keberatan/CISF;

ne
ng
ii. Membatalkan seluruh Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-I/2016 tanggal 13
Oktober 2016 atau menyatakan Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-I/2016

do
gu tanggal 13 Oktober 2016 tidak berlaku, tidak mengikat, dan/atau tidak
dapat dilaksanakan terhadap Pemohon Keberatan/CISF;
Mengadili Sendiri:

In
A
1. Menyatakan Pemohon Keberatan/CISF tidak melanggar Pasal 11 dari
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
ah

lik
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
2. Menghukum Termohon Keberatan/KPPU untuk membayar seluruh biaya
m

ub
perkara;
3. Menghukum Turut Termohon Keberatan I hingga Turut Termohon
ka

Keberatan XI untuk mematuhi putusan Majelis Hakim dalam perkara ini;


ep
Atau, jika Majelis Hakim Yang Terhormat mempertimbangkan lain, kami
ah

mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);


R

si
Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha/
KPPU, Pemohon Alasan VII mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta

ne
ng

Barat, agar memberi putusan sebagai berikut:


- Menerima dan mengabulkan keberatan yang diajukan oleh Pemohon

do
gu

untuk seluruhnya;
- Membatalkan Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Perkara
Nomor 02/KPPU-I/2016, atau setidak-tidaknya menyatakan bahwa
In
A

Putusan tersebut tidak sah dan tidak memiliki kekuatan hukum yang
mengikat;
ah

lik

- Dan selanjutnya mengadili sendiri:


Memutuskan:
m

ub

1. Menyatakan Pemohon tidak terbukti melanggar Pasal 11 Undang


Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
ka

Persaingan Usaha Tidak Sehat;


ep

2. Memerintahkan Para Turut Termohon untuk tunduk dan patuh terhadap


ah

s
Halaman 10 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
putusan ini;

si
3. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara yang timbul;
Atau,

ne
ng
Apabila Yang Mulia Majelis Hakim berpendapat lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ex aequo et bono);

do
gu Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan
Usaha/KPPU, Pemohon Alasan VIII mohon kepada Pengadilan Negeri
Jakarta Barat, agar memberi putusan sebagai berikut:

In
A
1) Menerima dan mengabulkan permohonan keberatan yang diajukan oleh
Pemohon Keberatan/Wonokoyo untuk seluruhnya;
ah

lik
2) Menyatakan Pemohon Keberatan/Wonokoyo adalah pemohon yang baik
dan benar;
m

ub
3) Menyatakan Pemohon Keberatan/Wonokoyo tidak terbukti secara sah
dan meyakinkan melanggar Pasal 11 Undang Undang Nomor 5 Tahun
ka

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak


ep
Sehat;
ah

4) Membatalkan Putusan Termohon Keberatan/KPPU dengan Nomor


R

si
02/KPPU-I/2016;
5) Memerintahkan Para Turut Termohon Keberatan untuk tunduk dan

ne
ng

mematuhi isi putusan perkara ini;


6) Menghukum Termohon Keberatan/KPPU untuk membayar seluruh biaya

do
gu

perkara;
Atau, apabila Majelis Hakim Yang Terhormat mempertimbangkan lain, kami
mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);
In
A

Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha/


KPPU, Pemohon Alasan IX mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat,
ah

lik

agar memberi putusan sebagai berikut:


1. Menerima permohonan keberatan Pemohon Keberatan untuk
m

ub

seluruhnya;
2. Manyatakan Pemohon Keberatan tidak terbukti melanggar Pasal 11
ka

Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek


ep

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;


ah

s
Halaman 11 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
3. Menyatakan Surat Perjanjian Pengafkiran Parent Stock (Kesepakatan

si
Afkir Dini) tanggal 14 September 2015 dibatalkan dan tidak mengikat
secara hukum;

ne
ng
4. Membebaskan Pemohon Keberatan atas denda dugaan pelanggaran
Pasal 11 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan

do
gu Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
5. Membatalkan Putusan Termohon Keberatan Perkara Nomor 02/KPPU-
I/2016 tanggal 13 Oktober 2016 untuk seluruhnya;

In
A
6. Menghukum Turut Termohon Keberatan I sampai dengan Turut
Termohon Keberatan XI untuk mematuhi putusan ini.
ah

lik
Atau, apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-
adilnya;
m

ub
Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha/
KPPU, Pemohon Alasan X mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat,
ka

agar memberi putusan sebagai berikut:


ep
1. Menerima permohonan keberatan Pemohon Keberatan untuk
ah

seluruhnya;
R

si
2. Menyatakan Pemohon Keberatan tidak terbukti melanggar Pasal 11
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek

ne
ng

Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;


3. Menyatakan Surat Perjanjian Pengafkiran Parent Stock (Kesepakatan

do
gu

Afkir Dini) tanggal 14 September 2015 dibatalkan dan tidak mengikat


secara hukum;
4. Membebaskan Pemohon Keberatan atas denda dugaan pelanggaran
In
A

Pasal 11 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan


Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
ah

lik

5. Membatalkan Putusan Termohon Keberatan Perkara Nomor 02/KPPU-


I/2016 tanggal 13 Oktober 2016 untuk seluruhnya;
m

ub

6. Menghukum Turut Termohon Keberatan I sampai dengan Turut


Termohon Keberatan XI untuk mematuhi putusan ini;
ka

Atau, apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-
ep

adilnya;
ah

s
Halaman 12 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Bahwa terhadap Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha/

si
KPPU, Pemohon Alasan XI mohon kepada Pengadilan Negeri Jakarta Barat,
agar memberi putusan sebagai berikut:

ne
ng
1. Menerima permohonan keberatan Pemohon Keberatan untuk
seluruhnya;

do
gu 2. Menyatakan Pemohon Keberatan tidak terbukti melanggar Pasal 11
Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;

In
A
3. Menyatakan Surat Perjanjian Pengafkiran Parent Stock (Kesepakatan
Afkir Dini) tanggal 14 September 2015 dibatalkan dan tidak mengikat
ah

lik
secara hukum;
4. Membebaskan Pemohon Keberatan atas denda dugaan pelanggaran
m

ub
Pasal 11 Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat;
ka

5. Membatalkan Putusan Termohon Keberatan Perkara Nomor 02/KPPU-


ep
I/2016 tanggal 13 Oktober 2016 untuk seluruhnya;
ah

6. Menghukum Turut Termohon Keberatan I sampai dengan Turut


R

si
Termohon Keberatan XI untuk mematuhi putusan ini;
Atau, apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil-

ne
ng

adilnya;
Bahwa terhadap alasan tersebut, dikabulkan oleh Pengadilan Negeri

do
gu

Jakarta Barat telah memberi putusan Nomor 01/Pdt.Sus-KPPU/2017/PN


Jkt.Brt. tanggal 29 November 2017 yang amarnya sebagai berikut:
1. Menerima dan mengabulkan permohonan keberatan dari Pemohon I,
In
A

Pemohon II, Pemohon III, Pemohon IV, Pemohon V, Pemohon VI ,


Pemohon VII, Pemohon VIII, Pemohon IX, Pemohon X dan Pemohon XI
ah

lik

tersebut di atas;
2. Membatalkan putusan KPPU Register Perkara Nomor 02/KPPU-I/2016,
m

ub

tanggal 13 Oktober 2016, tersebut di atas;


Mengadili Sendiri:
ka

1. Menyatakan Pemohon I, Pemohon II, Pemohon III, Pemohon IV,


ep

Pemohon V, Pemohon VI, Pemohon VII, Pemohon VIII, Pemohon IX,


ah

s
Halaman 13 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Pemohon X dan Pemohon XI tidak terbukti melanggar Pasal 11 Undang

si
Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat;

ne
ng
2. Membebankan biaya perkara kepada Negara;
Menimbang, bahwa putusan Pengadilan Negeri Bandung tersebut telah

do
gu diucapkan dengan hadirnya Termohon Keberatan pada tanggal 29 November
2017, terhadap putusan tersebut, Termohon Keberatan dengan perantaraan
kuasanya berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 7 Desember 2017

In
A
mengajukan permohonan kasasi pada tanggal 11 Desember 2017,
sebagaimana ternyata dari Akta Permohonan Kasasi Nomor 01/Pdt.Sus-
ah

lik
KPPU/2017/PN Jkt.Brt. yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta
Barat, permohonan tersebut diikuti dengan memori kasasi yang diterima di
m

ub
Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 20 Desember 2017;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-
ka

alasannya telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan


ep
dalam tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-
ah

undang, maka permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;


R

si
Bahwa berdasarkan memori kasasi yang diterima tanggal 20
Desember 2017 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari putusan ini,

ne
ng

Pemohon Kasasi memita agar:


1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan kasasi dan memori

do
gu

kasasi dari Pemohon Kasasi;


2. Membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor
01/PDT.SUS-KPPU/2017/PN Jkt.Brt., tanggal 29 November 2017;
In
A

Mengadili Sendiri:
1. Menolak keberatan Para Termohon Kasasi (dahulu Para Pemohon
ah

lik

Keberatan) untuk seluruhnya;


2. Menguatkan Putusan KPPU Nomor 02/KPPU-I/2016 tanggal 13 Oktober
m

ub

2016;
3. Menghukum Para Termohon Kasasi untuk membayar seluruh biaya
ka

perkara;
ep

Namun apabila Yang Terhormat Majelis Hakim Agung Mahkamah


ah

s
Halaman 14 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
Agung Republik Indonesia yang memeriksa perkara a quo berpendapat lain,

si
maka kami mohon agar dapat memutuskan perkara a quo dengan seadil-
adilnya (ex aequo et bono);

ne
ng
Bahwa terhadap memori kasasi tersebut, Termohon Kasasi I sampai
dengan XI telah mengajukan kontra memori kasasi masing-masing tanggal

do
gu 22 Januari 2018, 15 Januari 2018, 15 Januari 2018, 16 Januari 2018, 12
Januari 2018, 15 Januari 2018, 22 Januari 2018, 29 Januari 2018, 2 Februari
2018, 2 Februari 2018, dan 16 Januari 2018 yang pada pokoknya menolak

In
A
permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi;
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan kasasi tersebut,
ah

lik
Mahkamah Agung berpendapat:
Bahwa alasan-alasan kasasi dari Pemohon Kasasi tersebut tidak dapat
m

ub
dibenarkan, oleh karena setelah membaca dan meneliti memori kasasi
tanggal 20 Desember 2017, kontra memori kasasi masing-masing tanggal 22
ka

Januari 2018, 15 Januari 2018, 15 Januari 2018, 16 Januari 2018, 12 Januari


ep
2018, 15 Januari 2018, 22 Januari 2018, 29 Januari 2018, 2 Februari 2018, 2
ah

Februari 2018, dan 16 Januari 2018, dihubungkan dengan putusan Judex


R

si
Facti dalam hal ini putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat yang
mengabulkan permohonan keberatan I sampai dengan XI dan membatalkan

ne
ng

Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 02/KPPU-I/2016


tanggal 13 Oktober 2016, dengan menyatakan Pemohon Keberatan I sampai

do
gu

dengan XI tidak terbukti melanggar ketentuan Pasal 11 Undang Undang


Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan
Usaha Tidak Sehat dapat dibenarkan, karena berdasarkan fakta-fakta dalam
In
A

perkara a quo Judex Facti telah memberikan pertimbangan yang cukup,


dimana tidak terbukti bahwa “pengafkiran dini” terhadap ternak ayam potong
ah

lik

produk Para Termohon Kasasi I sampai dengan XI bukan merupakan hasil


kesepakatan atau perjanjian antar Para Termohon Kasasi I sampai dengan
m

ub

XI untuk mengikatkan diri terhadap Para Termohon Kasasi I sampai dengan


XI sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 7 Undang Undang Nomor 5 Tahun
ka

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak


ep

Sehat, tetapi pengafkiran dini tersebut merupakan Instruksi Pemerintah


ah

s
Halaman 15 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
dalam hal ini Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian

si
Pertanian RI yang mengandung sanksi kepada Para Termohon Kasasi I
sampai dengan XI apabila tidak melaksanakan instruksi tersebut serta

ne
ng
pelaksanaan pengafkiran dini dimaksud dilaksanakan secara terbuka dan
diawasi Team Cross antara lain Asosiasi Gabungan, Perguruan Tinggi dan

do
gu Pemerintah;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
ternyata putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat Nomor Nomor 01/Pdt.Sus-

In
A
KPPU/2017/PN Jkt.Brt., tanggal 29 November 2017 dalam perkara ini tidak
bertentangan dengan hukum dan/atau undang undang, oleh karena itu
ah

lik
permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi KOMISI
PENGAWAS PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA (KPPU RI)
m

ub
tersebut harus ditolak;
Menimbang, bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon
ka

Kasasi ditolak, maka Pemohon Kasasi harus dihukum untuk membayar biaya
ep
perkara pada tingkat kasasi ini;
ah

Memperhatikan, Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang


R

si
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Undang
Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang

ne
ng

Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana


yang telah diubah dengan Undang Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan

do
gu

perubahan kedua dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2009, serta


peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I:
In
A

1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi KOMISI PENGAWAS


PERSAINGAN USAHA REPUBLIK INDONESIA (KPPU RI) tersebut;
ah

lik

2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara pada


tingkat kasasi yang ditetapkan sebesar Rp500.000,00 (lima ratus ribu
m

ub

rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada
ka

hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 oleh H. Hamdi, S.H., M.Hum., Hakim
ep

Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis,
ah

s
Halaman 16 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
am

ub
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

ep
putusan.mahkamahagung.go.id
hk

a
H. Panji Widagdo, S.H., M.H., dan Dr. Ibrahim, S.H., M.H., LL.M., Hakim-

si
Hakim Agung masing-masing sebagai Anggota, putusan tersebut diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Ketua dengan

ne
ng
dihadiri oleh Para Hakim Anggota tersebut dan N.L. Perginasari A.R., S.H.,
M.Hum., Panitera Pengganti, dengan tidak dihadiri oleh Para Pihak.

do
gu Hakim-Hakim Anggota, Ketua Majelis,

In
A
ttd./ ttd./
ah

H. Panji Widagdo, S.H., M.H. H. Hamdi, S.H. M.Hum.

lik
ttd./
m

ub
Dr. Ibrahim, S.H., M.H., LL.M.
ka

ep Panitera Pengganti,

ttd./
ah

si
N.L. Perginasari A.R., S.H., M.Hum.

Biaya-biaya:

ne
ng

1. Meterai ........................:Rp 6.000,00


2. Redaksi .......................:Rp 5.000,00
3. Administrasi Kasasi ....:Rp489.000,00 +

do
Jumlah .........................:Rp500.000,00
gu

Untuk Salinan
In
A

MAHKAMAH AGUNG RI
Panitera
ah

lik

MADE RAWA ARYAWAN, S.H., M.Hum.


m

ub

NIP : 19540101 198003 1 008


ka

ep
ah

s
Halaman 17 dari 17 hal. Put. Nomor 444 K/Pdt.Sus-KPPU/2018
M

ne
ng

do
gu

In
A

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N
h

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
ik

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id
Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Anda mungkin juga menyukai