Anda di halaman 1dari 124

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN PERATURAN DAERAH


KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW
SELATAN TENTANG PERLINDUNGAN
LAHAN PERTANIAN PANGAN
BERKELANJUTAN

KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

SELATAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang


Maha Esa, karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan
Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang
Mongondow Selatan Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan dapat diselesaikan dengan baik.
Penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan untuk memberikan
pembenaran secara akademis dan sebagai landasan pemikiran atas
materi pokok Rancangan Peraturan Daerah dimaksud. Didasarkan pada
hasil kajian dan diskusi terhadap substansi materi muatan yang terdapat
diberbagai peraturan perundang-undangan, serta kebutuhan hukum
masyarakat akan pengaturan perlindungan lahan pertanian
berkelanjutan, adapun penyusunannya dilakukan berdasarkan
pengolahan dari hasil eksplorasi studi kepustakaan, pendalaman berupa
tanya jawab atas materi secara komprehensif dengan stakeholder serta
diskusi internal tim yang dilakukan secara intensif.
Harapan kami, kajian ini dapat menjadi bahan pertimbangan yang
obyektif, ilmiah, dan rasional dalam menetapkan Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Gorontalo, April 2021

Tim Penyusun,

Vd
i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …….....………………………………………… i

KATA PENGANTAR ............................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................. 1

B. Identifikasi Masalah ....................................... 6

C. Tujuan dan Kegunaan ................................... 7

D. Metodologi .......................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS ............ 10

A. Kajian Teoritis .............................................. 10

B. Kajian Asas-asas Penyusunan Perda.........................39

C. Kajian Terhadap Praktek Penyelenggaraan,

Kondisi Eksisting dan Permasalahan………………... 45

D. Kajian Implikasi Penerapan Peraturan Daerah ……..51

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN TERKAIT .......................................... 55

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS . 64

A. Landasan Filosofis .......................................... 64

B. Landasan Sosiologis ....................................... 71

C. Landasan Yuridis ............................................. 74

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG

LINGKUP MATERI MUATAN .................................... 81


gg
iii
A. Jangkauan, Arah Pengaturan, dan Sasaran Yang

Akan Diwujudkan ............................................ 81

B. Ruang Lingkup Materi Muatan ........................ 82

BAB VI PENUTUP ........................................................... 100

A. Simpulan ...................................................... 100

B. Saran ........................................................... 102

DAFTAR PUSTAKA:

LAMPIRAN: RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG

MONGONDOW SELATAN TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN

PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

gg
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan pembangunan nasional di

segala bidang, degradasi lahan juga berkembang dengan pesat

dalam arti negatif, yaitu makin mengancam keberlanjutan

sistem pertanian. Hutan-hutan lebat ditebang habis

dan danau-danau penampung air ditimbun untuk berbagai

keperluan lain, mengakibatkan penurunan fungsi hidrologis.

Jutaan hektar kawasan hutan secara formal masih terdaftar

dan terbaca pada peta penggunaan lahan, namun di

lapangan tidak lagi mampu menyerap air pada musim hujan

dan mensuplai air pada musim kemarau. Berbagai kegiatan

pembangunan sering menggunakan lahan pertanian subur,

seperti untuk infrastruktur, pemukiman, perkantoran,

pertambangan dan industri. Bahkan, kegiatan pertanian

sendiri pun sering mengancam sustainabilitas pertanian,

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 1
seperti penggunaan lereng terjal untuk tanaman semusim,

perladangan berpindah dan penggunaan agrokimia beracun. 1

Permasalahan konservasi lahan pertanian yaitu Pertama,

Jenis degradasi makin beragam dan intensif. Degradasi lahan

pertanian Indonesia beragam, yaitu erosi, pencemaran kimiawi,

longsor, kebakaran, konversi, dan lain-lain. Penyebab

utamanya adalah kelalaian dan keserakahan manusia, yang

tidak memperhatikan karakteristik alam seperti curah hujan

yang tinggi, lereng, dan kondisi tanah, sehingga laju degradasi

makin cepat dan intensif. Hal ini menyebabkan lahan pertanian

mengalami degradasi yang makin berat.

Kedua, Diseminasi dan adopsi teknologi lambat. Sampai

saat ini, masih dapat dijumpai praktek pertanian tanpa teknik

konservasi, seperti pada sistem perladangan berpindah di luar

Jawa. Bahkan pada sistem pertanian menetap pun, penerapan

teknik konservasi tanah belum merupakan kebiasaan petani

dan belum dianggap sebagai bagian penting dari pertanian.

Salah satu sebabnya adalah karena diseminasi teknologi

konservasi tanah sangat lambat. Dari sumber teknologi

1
Baskoro, “Tantangan Konservasi Lahan Pertanian”,
https://grobogan.go.id/pendidikan/583-pembangunan-pendidikan-kabupaten-
grobogan-tahun-2011, Di akses Tanggal 24 Juli 2021
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 2
(lembaga penelitian dan perguruan tinggi) melalui publikasi,

seminar, dan simposium. disampaikan kepada penyuluh,

kemudian ditransfer kepada pengguna lahan. Selanjutnya, para

petani memerlukan waktu lama juga untuk memahami dan

mengadopsi teknologi tersebut, lebih-lebih bila tidak

memberikan keuntungan dalam waktu singkat setelah

penerapannya. Proses diseminasi dan adopsi teknologi tersebut

lebih lambat lagi mengingat kondisi kelembagaan penyuluhan

pertanian saat ini kurang kondusif untuk diseminasi secara

cepat.

Ketiga, Kebijakan pemerintah dan sosial-ekonomi

masyarakat. Penyebab utama rendahnya adopsi teknologi

konservasi bukanlah keterbatasan teknologi, tetapi lebih kuat

disebabkan oleh masalah non-teknis, yaitu masalah kebijakan,

sosial dan ekonomi. Kebijakan dan perhatian pemerintah

sangat menentukan keberhasilan upaya pengendalian

degradasi tanah. Namun, selaras dengan tantangan yang

dihadapi, selama ini prioritas utama program pertanian lebih

ditujukan kepada peningkatan produksi bahan pangan dan

pertumbuhan ekonomi secara makro, sehingga aspek

kelestarian sumberdaya lahan tertinggalkan. Selain itu,


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 3
masalah sosial juga sering menghambat penerapan konservasi

tanah, antara lain sistem kepemilikan dan hak atas lahan,

fragmentasi lahan pertanian, sempitnya lahan garapan petani,

dan tekanan penduduk. Kondisi ekonomi petani yang pada

umumnya rendah, sering menjadi alasan bagi mereka untuk

mengabaikan konservasi tanah, termasuk mendorong cepatnya

konversi lahan pertanian. Dalam hal kebakaran hutan dan

lahan, faktor lemahnya peraturan dan sistem perundang-

undangan merupakan hal yang melemahkan upaya konservasi

hutan dan lahan tersebut. Selain itu, faktor teknis dan ekonomi

juga menjadi pemicu utama kebakaran hutan dan lahan

dengan alasan mudah dan murah.

Keempat, perkembangan IPTEK konservasi tanah. Di

Indonesia, jenis degradasi tanah makin banyak dan intensif,

yang tentunya diikuti dengan perkembangan IPTEK konservasi

tanah. Namun perkembangan IPTEK tersebut belum mampu

mengejar perubahan penggunaan lahan yang sering bersifat

eksploitatif, tanpa memperhatikan sustainabilitas dalam jangka

panjang.2

2
Ibid.,
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 4
Sesungguhnya konsep dari lahan pertanian pangan adalah

lahan pertanian pangan yang sudah ditetapkan dengan

berbagai perencanaan dan pemilihan lokasi yang matang untuk

dijadikan lahan pertanian pangan dimana lokasi atau kawasan

tersebut harus diperhatikan kelayakan dan daya dukungnya

dalam rangka untuk menjaga produktifitas dalam rangka

memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat dalam tempo

yang lama bahkan mungkin selamanya dengan berbagai cara

dan upaya berupa perlindungan secara hukum, kebijakan

sektoral terkait dan penerapan teknologi tepat guna supaya

lahan tersebut dapat terus dimanfaatkan.3

Perkembangan zaman memang menuntut pembangunan

yang terus berkembang sesuai dengan kebutuhan yang makin

pesat. Pembangunan sangat tidak bisa dilepaskan dari

kebutuhan lahan dimana setiap pembangunan haruslah

dilakukan di suatu lahan. Indonesia merupakan Negara dengan

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dalam beberapa

tahun terakhir. Dengan keadaan seperti ini mau tidak mau

pembangunan akan terus dilakukan di berbagai sektor dalam

3
Rizaldi Eki Santoso, “Pemanfatan Tanah Bekas Kawasan Hutan Untuk Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan”, Jurnal Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya, 2014, hlm 9
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 5
upaya untuk memajukan perekonomian lebih baik lagi.

Pembangunan tersebut berupa infrastruktur transportasi,

industri, pelayanan jasa dan sebagainya yang membutuhkan

lahan cukup besar. Di beberapa negara maju lahan pertanian

pangan dianggap sebagai aset yang cukup vital dan penting

untuk diajaga kelangsunganya. Negara-negara tersebut

menganggap bahwa salah satu cara menjaga kedaulatan

Negara adalah dengan memproduksi sendiri pangan

masyarakat dan melepaskan diri dari ketergantungan pasokan

pangan dari luar negeri. Hal ini sangat berbeda dengan yang

ada di bangsa ini dimana lahan pertanian dianggap sebagai

sesuatu yang tidak memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga

dengan mudahnya dialihfungsikan menjadi fungsi lain diluar

itu dengan pertimbangan yang lebih ekonomis dan

menguntungkan disaat itu juga.4

Undang-undang perlindungan lahan pertanian pangan

berkelanjutan sebenarnya tidak hanya mengatur ancaman

pidana saja demi menjaga lahan pertanian pangan

berkelanjutan tidak tergeroti kebutuhan lahan dengan fungsi

yang lain. Hal ini terlihat dengan adanya pengaturan mengenai

4
Ibid., hlm 14
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 6
adanya insentif bagi para petani yang memanfaatkan lahan

pertanian pangan berkelanjutan. Menarik jika menyimak

tujuan rumusan ini dikarenakan memiliki unsur mengedukasi

para petani agar tetap merasa nyaman dan lebih sejahtera

dengan mata pencaharianya sebagai petani.

Pada era modern rumusan rumusan seperti inilah yang

dapat diterapkan dalam masyarakat karena memiliki sifat

mengajarkan ketertiban bagi masyarakat dimana masyarakat

diajarkan melalui aturan aturan hukum agar tetap bertahan

menjadi petani di lahan pertanian pangan berkelanjutan

karena adanya perlindungan dan jaminan hukum untuk

kesejahteraan mereka. Pemerintah seyogyanya memberikan

produk hukum yang mengedukasi para petani khususnya di

lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan pemahaman

terkait pentingnya pertanian pangan dan resiko akibat alih

fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan tanpa harus

mengenakan pidana pada para petani dikarenakan tingkat

pendidikan petani yang masih rendah justru akan membuat

para petani mengurungkan niatnya menjadi petani yang

mengerjakan lahan pertanian pangan berkelanjutan akibat

rasa takut apabila masyarakat terkena hukuman pidana


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 7
karena pelanggaran yang kurang petani ketahui seperti apa

pengaturan hukumnya.5

Kecenderungan meningkatnya perubahan iklim,

kerentanan terhadap bencana alam dan risiko usaha,

globalisasi dan gejolak ekonomi global, serta sistem pasar yang

tidak berpihak kepada petani, sehingga petani membutuhkan

perlindungan dan pemberdayaan. Selain itu, hal-hal lain yang

berisiko terhadap pertanian adalah hama atau penyakit

pertanian yang menyerang pertanian. Selama ini resiko yang

dialami oleh petani ini ditanggung sendiri oleh petani.

Seringkali para petani meminjam uang, yang kemudian dengan

bunga yang besar. Beberapa masalah yang yang dihadapi para

petani, mengakibatkan kurang sejahteranya petani di Indonesia

adalah:

a. Tingginya harga kebutuhan pokok pertanian dan

sarana pendukung pertanian seperti: bibit, pupuk,

obat-obatan, alat-alat mesin pertanian, dan lain lain

khususnya yang dibutuhkan para petani.

b. Rendahnya harga jual produk dan hasil pertanian.

c. Transportasi dan distribusi hasil panen pertanian.

5
Ibid., hlm 15
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 8
d. Rendahnya kualitas SDM para petani, yang

diakibatkan karena kurangnya pendidikan, pelatihan,

dan pembinaan bagi para petani.

e. Kurangnya sarana teknologi yang dapat

mempermudah, mempercepat, dan meningkatkan

hasil produk-produk pertanian yang digunakan para

petani.

f. Kurangnya lahan garapan.

g. Kurangnya dan terbatasnya modal

h. Faktor alam. seperti: wabah serangan hama penyakit,

banjir, kekeringan dan lain-lain.

i. Monopoli kebutuhan pokok pertanian dan hasil

produk produk pertanian.

j. Kurangnya perhatian baik pemerintah,instansi,

maupun swasta dalam meningkatkan pertanian dan

kesejahteraan para petani.6

Menyadari akan arti penting keberadaan lahan pertanian,

Pemerintah kemudian mengeluarkan Undang-Undang Nomor

41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

6
I Ketut Sudiarta et.al, Laporan Penelitian Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan, kerjasama DPRD Kabupaten Tabanan
dengan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali, 2015, hlm 2-3
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 9
Berkelanjutan. Dengan adanya UU tersebut, pemerintah

berkewajiban untuk mengembangkan lahan pertanian secara

intensif dalam suatau kawasan pertanian pangan

berkelanjutan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Guna mendukung

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009, diterbitkan peraturan

turunan dari Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 yang

dituangkan sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang

Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 Tentang

Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2012 Tentang

Sistem Informasi Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2012 Tentang

Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan. Seluruh PP tersebut, diharapkan dapat

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 10
menjamin keberlangsungan lahan pertanian ditingkat

daerah.

Pemerintah daerah kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan dalam perkembaganya menindaklanjuti amanat

peraturan perundang-undangan tersebut. Dengan demikian,

pengaturan dalam perda mengenai perlindungan lahan

pertanian pangan berkelanjutan merupakan kebijakan hukum

yang strategis oleh pemerintah daerah Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan dalam rangka mengakomodir kebutuhan

hukum baru sekaligus menindaklanjuti amanat Undang-

Undang No 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan. Oleh karena itu, penyusunan

peraturan daerah harus didahului oleh sebuah kajian

akademik sebagai perintah Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

sekaligus memperkuat dasar-dasar pembentukan peraturan

daerah yang objektif berkenaan perlindungan lahan pertanian

pangan berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 11
B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang akan ditemukan dan diuraikan lebih

lanjut dalam penyusunan naskah akademik ini adalah:

1. Mengapa rancangan pembentukan Peraturan Daerah

tentang perlindungan lahan pertanian pangan

berkelanjutan diperlukan di Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan?

2. Apa yang menjadi pertimbangan filosofis, sosiologis dan

yuridis pembentukan rancangan peraturan daerah

tentang perlindungan lahan pertanian pangan

berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan?

3. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan rancangan

peraturan daerah tentang perlindungan lahan pertanian

pangan berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan?

C. Tujuan dan Kegunaan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 12
Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang

dikemukakan diatas, tujuan penyusunan naskah akademik ini

adalah:

1. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi

sebagai alasan pembentukan rancangan peraturan

daerah tentang perlindungan lahan pertanian pangan

berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

sebagai dasar hukum penyelesaian atau solusi

permasalahan mengenai pemanfaatan lahan pertanian

dalam meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan

petani.

2. Merumuskan pertimbangan filosofis, sosiologis, yuridis

pembentukan rancangan peraturan daerah tentang

perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan di

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

3. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang

lingkup pengaturan dalam rancangan peraturan daerah

tentang perlindungan lahan pertanian pangan

berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 13
D. Metode

Sebelum menguraikan tentang pendekatan yang akan

digunakan dalam menjawab rumusan masalah sebagaimana

disebutkan di atas, maka perlu diuraikan terlebih dahulu jenis

penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan naskah

akademik rancangan peraturan daerah tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ini. Jenis penelitian

yang digunakan adalah jenis penelitian yuridis normatif adalah

sebuah penelitian hukum yang menitikberatkan pada kajian

aspek teoritis baik berupa asas, norma atau aturan hukum,

doktrin dan dogma hukum. Dalam konteks Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, penelitian ini akan

menitikberatkan pada kajian aspek asas, norma hukum yang

berkaitan dengan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan. Untuk menguraikan secara komprehensif kajian

terhadap raperda Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan, maka digunakan beberapa pendekatan di

antaranya:

1) Pendekatan Hukum

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 14
pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi.

Sebab, penelitiaan bertujuan untuk mengungkapkan

kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten.

Melalui penelitian tersebut diadakan analisa dan

konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan

diolah.7

Dalam kaitannya dengan penyusunan naskah akademik

rancangan peraturan daerah tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan, digunakan metode

penelitian yuridis normatif. Dalam penelitian hukum,

dikenal ada beberapa pendekatan. Di antara pendekatan

dalam penelitian hukum tersebut akan digunakan juga

sebagai pendekatan hukum dalam penyusunan naskah

akademik ini. Pendekatan tersebut sebagai berikut:

a. Pendekatan Perundang-Undangan (Statuta Approach)8

Pendekatan perundang-undangan ini dilakukan

dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi

yang bersangkut paut dengan penyusunan naskah

7
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, suatu tinjuan
singkat, (Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, , 2012), hal. 1
8
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta; Kencana, 2011), hal. 96
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 15
akademik rancangan peraturan daerah tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Dalam upaya melakukan telaah terhadap undang-

undang dan regulasi ini, maka akan membuka

kesempatan untuk mempelajari adakah kesesuaian

antara undang-undang dan regulasi yang satu dengan

undang-undangan dan regulasi yang lainnya.

b. Pendekatan Kasus (case approach)9

Pendekatan kasus diperlukan sebagai pembanding

dan bahan dalam melakukan kajian akademis atas

rancangan peraturan daerah yang akan dibuat. Dalam

pendekatan ini, dilakukan telaah atas kasus atau

masalah yang sering muncul dalam kaitannya dengan

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Dari kajian atas kasus dan masalah hukum yang

dimaksud, maka akan menghasilkan reasoning yaitu

pertimbangan-pertimbangan yang mendasari

perumusan norma ke dalam peraturan daerah tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

9
Ibid., hal. 119
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 16
c. Pendekatan Konseptual (conseptual approach)

Pendekatan konseptual yang dimaksud dalam

penyusunan naskah akademik ini adalah menelaah

konsep baik itu pandangan maupun doktrin hukum

tentang pembentukan peraturan perundang-

undangan. Hal ini diperlukan agar ketika konsep

pembentukan peraturan atau norma telah dipahami,

maka akan memudahkan dalam perumusan norma-

norma hukum sehingga potensi akan terjadinya

benturan norma baik itu conflic of law atau

contradictio interminis dalam peraturan dapat

dihindari.

2) Teknik Pengumpulan Data

Dalam melakukan kegiatan penyusunan Naskah

Akademis Rancangan Peraturan Daerah tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, teknik

pengumpulan data dilakukan dengan 2 (Dua) cara, yaitu:

a. Studi Literatur

Studi literatur dilakukan dalam rangka

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 17
memperhatikan segala referensi yang berkaitan

dengan Aspek Hukum, administrasi, dan teknis

maupun maupun kelembagaan yang nantinya terkait

langsung dengan masalah dalam pembentukan

Peraturan Daerah Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan.

b. Survei Lapangan

Survei lapangan dilakukan dalam rangka menggali

informasi yang bermanfaat sebanyak mungkin melalui

kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh tim

penyusun Naskah Akademik dengan responden.

3) Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan berupa kajian

terhadap hasil pengolahan data. Analsis data dalam

penelitian hukum memiliki sifat deskriptif dan juga

preskriptif. Sifat deskriptif ini dimaksudkan untuk

memberikan gambaran atau atas subjek dan objek

penelitian sebagaimana hasil penelitiaan yang

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 18
dilakukannya.10 Sedangkan sifat preskiptif dalam karya

akademik diberikan dalam bentuk saran atau

rekomendasi. Namun demikian, pemberian saran dan

rekomendasi ini diarahkan pada sesuatu yang realistis.

Pemberian saran dan rekomendasi dalam konteks

akademis memang berorientasi pada sesuatu yang ideal,

namun tetap harus dapat diterapkan di alam realitas dan

bersifat terukur.

Berdasarkan pernyataan di atas, jika ditarik dalam

konteks penyusunan naskah akademik rancangan peraturan

daerah tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan,

maka analisis data yang sifatnya deskriptif adalah penjelasan

atau gambaran tentang pertimbangan-pertimbangan tentang

pentingnya rancangan peraturan daerah tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Gambaran tentang

pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat berupa penjelasan

terhadap persoalan atau masalah hukum tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

10
Mukti Fajar ND, Yalianto Ahmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, (Yogyaakarta; Pustaka Pelajar, 2010), hal. 183
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 19
Sementara preskripsi dalam penyusunan naskah

akaademis ini diorientasikan pada pemberian rekomendasi

tentang hal jangkauan dan materi muatan apa saja yang

sebaiknya atau idealnya di atur dalam rancangan peraturan

daerah tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan, namun materi muatan tersebut harus tetap

memperhatikan aspek realitas, artinya sebuah rekomendasi

penormaan yang juga dapat diterapkan atau memiliki ratio

recidendi dan ratio legis yang kuat. Di samping itu, untuk

menyempurnakan naskah akademik, tentunya perlu dilakukan

pembahasan dan diskusi dengan pihak-pihak yang terkait

(stake holder) di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 20
BAB II

KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teori

1. Konsep Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture)

merupakan implementasi dari konsep pembangunan

berkelanjutan (sustainable development) pada sektor pertanian.

Menurut FAO (1989), pertanian berkelanjutan merupakan

pengelolaan konservasi Sumber Daya Alam dan berorientasi

pada perubahan teknologi dan kelembagaan yang dilakukan

sedemikian rupa untuk menjamin pemenuhan dan pemuasan

kebutuhan manusia secara berkelanjutan bagi generasi

sekarang dan mendatang. Konsep pembangunan berkelanjutan

mulai dirumuskan pada akhir tahun 1980’an sebagai respon

terhadap strategi pembangunan sebelumnya yang terfokus

pada tujuan pertumbuhan ekonomi tinggi yang terbukti telah

menimbulkan degradasi kapasitas produksi maupun kualitas

lingkungan hidup. Konsep pertama dirumuskan dalam

Bruntland Report yang merupakan hasil kongres Komisi Dunia

Mengenai Lingkungan dan Pembangunan Perserikatan Bangsa-


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 21
Bangsa: “Pembangunan berkelanjutan ialah pembangunan

yangmewujudkan kebutuhan saat ini tanpa mengurangi

kemampuan generasi mendatang untukmewujudkan

kebutuhan mereka”.11

Bedasarkan definisi pembangunan berkelanjutan

tersebut, Organisasi Pangan Dunia mendefinisikan pertanian

berkelanjutan sebagai berikut: ……manajemen dan

konservasibasis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan

teknologi dan kelembagaan gunamenjamin tercapainya

dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini

maupunmendatang. Pembangunan pertanian berkelanjutan

menkonservasi lahan, air, sumberdayagenetik tanaman

maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara

teknis, layaksecara ekonomis, dan diterima secara sosial. Sejak

akhir tahun 1980’an kajian dan diskusi untuk merumuskan

konsep pembangunan bekelanjutan yang operasional dan

diterima secara universal terus berlanjut. 12 Dengan perkataan

lain, konsep pembangunan berkelanjutan berorientasi pada

11
Las, I dkk, “Isu Dan Pengelolaan Lingkungan Dalam Revitalisasi Pertanian”,
Jurnal Litbang Pertanian, 25(3), 2006, hlm. 110
12
Syafruddin, “Penataan Sistem Pertanian Dan Penetapan Komoditas Unggulan
Berdasarkan Zona Agroekologi Di Sulawesi Tengah”, Jurnal Litbang Pertanian,
23(2), 2004, hlm. 64
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 22
tiga dimensi keberlanjutan, yaitu: keberlanjutan usaha

ekonomi (profit), keberlanjutan kehidupan sosial manusia

(people), keberlanjutan ekologi alam (planet), atau pilar Triple-P

seperti pada Gambar 1:13

Dimensi ekonomi berkaitan dengan konsep maksimalisasi

aliran pendapatan yang dapat diperoleh dengan setidaknya

mempertahankan asset produktif yang menjadi basis dalam

memperoleh pendapatan tersebut. Indikator utama dimensi

ekonomi ini ialah tingkat efisiensi, dan daya saing, besaran dan

pertumbuhan nilai tambah (termasuk laba), dan stabilitas

ekonomi. Dimensi ekonomi menekankan aspek pemenuhan

kebutuhan ekonomi (material) manusia baik untuk generasi

13
Yuwono, T, “Membangun Kedaulatan Pangan, Membangun Kedaulatan
Bangsa”, Dalam T. Yuwono (ed), “Pembangunan Pertanian: Membangun
Kedaulatan Pangan”, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011, hlm. 3
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 23
sekarang maupun generasi mendatang. Dimensi sosial adalah

orientasi kerakyatan, berkaitan dengan kebutuhan akan

kesejahteraan sosial yang dicerminkan oleh kehidupan sosial

yang harmonis (termasuk tercegahnya konflik sosial),

preservasi keragaman budaya dan modal sosio-kebudayaan,

termasuk perlindungan terhadap suku minoritas. Untuk itu,

pengentasan kemiskinan, pemerataan kesempatan berusaha

dan pendapatan, partisipasi sosial politik dan stabilitas sosial-

budaya merupakan indikator-indikator penting yang perlu

dipertimbangkan dalam pelaksanaan pembangunan.14

2. Implementasi Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan (LP2B)

Proses kebijakan secara umum dimulai dari sebuah isu,

berupa masalah bersama atau tujuan bersama, kemudian

ditetapkan sebagai suatu isu kebijakan. Dengan isu kebijakan

ini kemudian dirumuskan dan ditetapkan menjadi kebijakan

publik. Kebijakan ini kemudian diimplementasikan. Pada saat

implementasi diadakan pemantauan atau monitoring untuk

memastikan implementasi kebijakan konsisten dengan

14
Yuwono, T, Pembangunan Pertanian Membangun Ideologi Pangan Nasional,
Yogyakarta: Lily Publisher, 2019, hlm. 100
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 24
rumusan kebijakan. Hasil implementasi kebijakan adalah

kinerja kebijakan. Di tahap ini diperlukan evaluasi kebijakan,

untuk mengetahui kinerja kebijakan, seberapa jauh kebijakan

mencapai hasil yang diharapkan. Kemudian dilanjutkan

dengan evaluasi secara paralel pada rumusan kebijakan,

implementasi kebijakan, kinerja kebijakan, dan lingkungan

kebijakan.

Hasil evaluasi menentukan apakah kebijakan dilanjutkan

atau membawa isu kebijakan baru yang mengarah pada dua

hal, yaitu: revisi kebijakan atau penghentian kebijakan.

Kebijakan yang telah diputuskan oleh pemerintah, sebagian

besar berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat yang menjadi

target pelaksanaan kebijakan tersebut. Lingkup kebijakan

sangat luas mencakup berbagai bidang. Namun kebijakan yang

telah dipilih oleh pembuat kebijakan bukanlah jaminan bahwa

kebijakan tersebut akan berhasil dalam tahap

implementasinya. Implementasi kebijakan pada prinsipnya

adalah cara agar suatu kebijakan dapat mencapai tujuannya.15

15
Meirina Rokhmah, Potensi dan Kendala Kebijakan Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Demak, Jurnal Pembangunan
Wilayah dan Kota, 2012, hlm 162. Lihat Juga Dwijowijoto Riant Nugroho,
Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2003, hlm 158
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 25
Ketentuan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Pengendalian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

merupakan salah satu kebijakan pertanian. Menurut Person

bahwa kebijakan dilahirkan karena kegagalan pemerintah

untuk menyediakan lahan pangan yang berkelanjutan untuk

menjamin terwujud ketahanan pangan. Karena lahan sangat

dibutuhkan oleh masyarakat dan tidak mungkin disediakan

melalui mekanisme pasar, dan berkurang dalam

penggunaannya, maka diperlukan kebijakan pemerintah untuk

mengendalikan lahan pertanian.16

Implementasi kebijakan dianggap sebagai wujud utama

dan tahap yang sangat menentukan dalam proses kebijakan.

Tanpa implementasi yang efektif keputusan pembuat kebijakan

tidak akan berhasil dilaksanakan. Implementasi kebijakan

merupakan aktivitas yang terlihat setelah dikeluarkan

pengarahan yang sah dari suatu kebijakan yang meliputi upaya

mengelola input untuk menghasilkan output atau outcomes bagi

masyarakat.17 Implementasi kebijakan ketahanan pangan yang

belum padu dan bersinergi dengan kebijakan pembangunan


16
Person dalam Subkhan Riza, Kegagalan Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan di Provinsi Riau, Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2014,
Palembang 26-27 September 2014, hlm 2-1
17
Ibid.,
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 26
lainnya, menyebabkan kondisi ketahanan pangan di Indonesia

saat ini masih menghadapi ancaman yang tidak ringan.18

Para pemikir ekonomi pembangunan telah lama menyadari

pentingnya peranan sektor pertanian dalam pembangunan

perekonomian secara keseluruhan, terutama pada tahap-tahap

awal pembangunan. Keberhasilan pembangunan pertanian

tidak akan pernah lepas dari upaya secara terus-menerus

melakukan pemanfaatan lahan dengan sebaik-baiknya. Lahan

menduduki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

usaha pertanian. Oleh karena itu, keberadaan lahan pertanian

perlu dijaga dan dikembangkan secara terus menerus sehingga

mampu mendukung peningkatan produksi dan ketahanan

pangan Nasional.19

Pada hakikatnya konsep pertanian berkelanjutan adalah

back to nature atau konsep kembali ke alam, yakni sistem

pertanahan yang tidak merusak, tidak merubah, serasi,

selaras, dan seimbang dengan lingkungan atau pertanian yang

patuh dan tunduk pada kaidah-kaidah alamiah. Upaya


18
Ibid.,
19
Ahmad Makky Arrozi dan Saptana, “Implementasi Undang-Undang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) Dalam
Mendukung Ketahanan Pangan Di Provinsi Banten”, Jurnal Online,
https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_D3_Ahmad
%20Makky.pdf, Di akses Tanggal 24 Juli 2021.
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 27
manusia yang mengingkari kaidah-kaidah ekosistem dalam

jangka pendek mengkin mampu memacu produktivitas lahan

dan hasil secara maksimal. Namun, dalam jangka panjang

biasanya hanya akan berakhir dengan kehancuran lingkungan

itu sendiri. Kebijakan politik hukum dalam pengelolaan pangan

oleh pemerintah seringkali menuai kritik karena adanya

ketidaksempurnaan kegiatan-kegiatan intervensi itu sendiri

baik yang disebabkan oleh kelemahan dalam proses

penyusunan kebijakannya maupun karena akibatnya yang

akan menimbulkan distorsi pasar. Selain itu produksi

pertanain dalam negeri yang mendukung ketahanan pangan

juga dihadapkan oleh climate change atau perubahan iklim.

Peradaban yang berjalan secara arief berabad-abad kini

terusik.20

Menurut Nasoetion, dalam Iqbal dan Sumaryanto, terdapat

tiga kendala mendasar yang menjadi alasan mengapa

peraturan pengendalian alih fungsi lahan sulit terlaksana,

yaitu kendala koordinasi kebijakan, pelaksanaan kebijakan,

dan konsistensi perencanaan. Perencanaan berperan sangat


20
Afwit Freastoni dan Sirajuddin, Politik Hukum Perlindungan Lahan Pertanian
dan Hak Asasi Petani sebagai Instrumen Mewujudkan Ketahanan Pangan
Berkelanjutan di Indonesia, Jurnal Konstitusi, Vol. III, No. 2, November 2010, hlm
150-151
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 28
penting dalam pengaturan pemanfaatan lahan mengingat

kebutuhan akan lahan non pertanian semakin meningkat dan

mengancam keberlanjutan lahan pertanian, khususnya

sawah.21

Menurut Rustiadi dan Reti bahwa konversi atau alih fungsi

lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan

lahan dari fungsinya semula menjadi fungsi lain yang menjadi

dampak negatif terhadap lingkungan dan potensi lahan. Alih

fungsi lahan terjadi sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan

pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat. Hal

tersebut tercermin dari pertumbuhan aktivitas pemanfaatan

sumber daya alam yang didorong oleh meningkatnya

permintaan kebutuhan terhadap penggunaan lahan serta

adanya pergeseran kontribusi sektor-sektor pembangunan

primer, khususnya dari sektor pertanian dan pengolahan

sumber daya ke sektor sekunder (manufaktur) dan sektor

tersier (jasa).22

21
Iqbal Muhammad dan Sumaryanto, Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan
Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi Masyarakat. Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian, Volume 5, No. 2, 2007, hlm 171
22
Rustiadi, E. dan W. Reti, Urgensi Lahan Pertanian Pangan Abadi dalam
Perspektif Ketahanan Pangan, dalam Arsyad,S dan E. Rustiadi (Ed),
Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan, Jakarta : Crestpent Press dan
Yayasan Obor Indonesia, 2008, hlm 61
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 29
Salah satu permasalahan di sektor pertanian dan

pertanahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah

tingginya angka konversi lahan pertanian ke penggunaan non

pertanian khususnya lahan pertanian sawah sehingga luasan

lahan sawah semakin berkurang, Sementara lahan sawah

bersifat rigid artinya tidak semua lahan pertanian bisa

dijadikan lahan sawah karena lahan sawah mempunyai

karakteristik khusus yaitu tersedianya air yang cukup dengan

tingkat kesuburan yang tinggi. Tingginya konversi lahan sawah

ke penggunaan non pertanian akan membawa dampak yang

serius terhadap ketahanan pangan bangsa karena hampir

semua penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sebagai

makanan pokok.23

Walaupun pemerintah menyadari betapa pentingnya

ketahanan pangan dengan kedaulatan atas pangan namun

belum sepenuhnya menjadi komitmen yang kuat bagi

pemerintah untuk mewujudkannya terbukti alokasi anggaran

untuk sektor pertanian yang masih kecil, kurangnya kebijakan

yang berpihak pada petani, implementasi peraturan

23
Wiwik Widayati, “Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan di Kabupaten Demak”, Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, Vol 1,
No. 1, Maret 2015, hlm 5
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 30
perundangan tentang pengendalian konversi lahan pertanian

ke penggunaan non pertanian yang masih setengah hati.

Oleh karena itu dalam mewujudkan ketahanan pangan ini

diperlukan kebijakan yang komprehensif dan integratif mulai

dari kebijakan kependudukan, pertanahan dan kebijakan

pertanian. Untuk memenuhi kebutuhan pangan yang terus

meningkat selain diperlukan ketersediaan lahan pertanian yang

cukup luas, diperlukan pula pelibatan teknologi dan inovasi

sektor pertanian misalnya dengan menggunakan benih

transgenik yang lebih tahan hama dan hasil pertanian yang

lebih banyak. Betapapun tingginya produktifitas pertanian

tanpa diikuti dengan dengan ketersediaan lahan yang cukup

tampaknya ketahanan pangan sulit untuk dicapai. Untuk

menjaga kecukupan dan ketersediaan lahan pertanian dapat

dilakukan dengan pencetakan lahan baru ataupun dengan

menjaga lahan yang sudah ada supaya tidak berkurang. 24

B. Kajian Asas Penyusunan Norma Peraturan Daerah

24
Ibid., hlm 6
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 31
Penyusunan Peraturan Daerah tentang perlindungan

lahan pertanian pangan berkelanjutan harus memperhatikan

asas-asas dalam pembentukan sebagaimana diatur dalam UU

No. 12 tahun 2011, UU No. 23 tahun 2014 dan UU No. 16

tahun 2011 serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 42 Tahun 2013. Asas-asas dimaksud sifatnya

metanorma tersebut akan sangat menentukan materi muatan

dan arah pengaturan peraturan daerah. A. Hamid S. Attamimi

membagi dua kategori dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan yaitu asas formal dan asas material:

1. Asas-asas formal meliputi:

a. Asas tujuan jelas;

b. Asas lembaga yang tepat;

c. Asas perlunya pengaturan;

d. Asas materi muatan yang tepat; dan

e. Asas dapat dilaksanakan;

f. Asas dapat dikenali.

2. Asas-asas material meliputi:

a. Asas sesuai dengan cita hukum Indonesia dan

Norma fundamental Negara;

b. Asas sesuai dengan dasar hukum Negara;


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 32
c. Asas sesuai dengan prinsip-prinsip negara

berdasarkan atas hukum;

d. Asas sesuai dengan prinsip-prinsip pemerintahan

berdasarkan sistem konstitusi.

Ketentuan Pasal 237 UU No 23 Tahun 2014 menyebutkan

bahwa: asas pembentukan dan materi muatan Perda

berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan

dan asas hukum yang tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip

Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembentukan perda yang

harus berkesesuaian dengan kondisi juga ditegaskan dalam

Pasal 14 UU No 12 Tahun 2011, disebutkan bahwa: Materi

muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka

penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta

menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih

lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Pembentukan Peraturan daerah juga dalam hal ini juga

harus memperhatikan asas-asas yang berkenaan dengan

perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

sebagaimana dijelaskan pada Pasal 2 UU No 41 Tahun 2009


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 33
yang menjelaskan bahwa Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan diselenggarakan berdasarkan asas:

a. Manfaat;

b. Keberlanjutan dan konsisten;

c. Keterpaduan;

d. Keterbukaan dan akuntabilitas;

e. Kebersamaan dan gotong-royong;

f. Partisipatif;

g. Keadilan;

h. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;

i. Kelestarian lingkungan dan kearifan lokal;

j. Desentralisasi;

k. Tanggung jawab negara;

l. Keragaman; dan

m. Sosial dan budaya.

Asas-asas dan materi muatan yang telah disebutkan diatas

adalah landasan konstitusional yang krusial. Pembentukan

peraturan daerah harus memperhatikan asas-asas yang

tertuang diperaturan atasnya sebagai langkah mengantisipasi

adanya tumpang tindih pengaturan sekaligus memperjelas

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 34
arah pengaturan kedepan terkait peraturan daerah yang

dibentuk.

C. Kajian Praktik Penyelenggaraan, Kondisi dan Permasalahan

1. Kondisi Kependudukan

Tabel 1 : Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tabel 2: Persentase Penduduk Menurut Kelompok Umur

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 35
Tabel 3: Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

2. Garis Kemiskinan Kemiskinan dan Pengeluaran

Tabel 4: Indikator Kemiskinan tahun 2018-2020

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 36
Tabel 5: Rata-rata Pengeluaran Perkapita

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tabel 6: Pengeluaran Menurut Golongan dan Barang

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 37
Tabel 7: PDRB Menurut Pengeluaran

3. Sosial Budaya

Tabel 8: Persentase Rumah Tangga Menurut Program

Perlindungan Sosial

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

4. Indeks Pembangunan Manusia

Tabel 9: Indeks Pembangunan Manusia Tahun 2018-2020

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 38
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tabel 10: Indeks Pembangunan Manusia Sulawesi Utara

Sumber: Badan Pusat Statistik Sulawesi Utara

Dari data yang disajikan tersebut diatas menunjukkan

bahwa Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan memiliki IPM

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 39
terendah di Provinsi Sulawesi Utara. Apabila disandingkan dengan

beberapa daerah lain, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

memiliki IPM sebesar 65% pada tahun 2020. Pemerintahan

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan mempunyai tanggung

jawab untuk menyelesaikan permasalahan tersebut melalui

pengambilan kebijakan yang terkait dengan penyelesaian masalah

sebagaimana dimaksud. Perlu diketahui bahwa dalam Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

terdapat beberapa urusan yang wajib yang berkaitan dengan

pelayanan dasar dan yang tidak berkaitan dengan pelayanan

dasar serta urusan pilihan yang diselenggarakan oleh

pemerintahan daerah termasuk kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan, yang terkait langsung dengan peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

D. Kajian Implikasi Penerapan Peraturan Daerah

Ketentuan UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) pada dasarnya

dimaksudkan untuk mengelompokkan suatu bidang lahan

tertentu yang diperbolehkan untuk aktivitas pertanian pangan

yang sesuai, mengharapkan luas lahan yang diusahakan oleh

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 40
petani dapat meningkat secara efektif; menjamin kesejahteraan

keluarga petani; pencapaian produksi pangan sesuai kebutuhan;

serta dapat mengurangi terjadinya konversi lahan yang semakin

tahun semakin tak terkendali. Namun realitanya meski sudah ada

regulasi terkait, sampai sekarang praktek alih fungsi lahan

pertanian masih terjadi, bahkan kondisinya semakin

mengkhawatirkan, hal tersebut yang melatarbelakangi mengapa

dibutuhkanya perlindungan terhadap lahan pertanian.

Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan merupakan

sebuah sistem dan proses dalam merencanakan, menetapkan,

mengembangkan, memanfaatkan, membina, mengendalikan,

mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya secara

berkelanjutan.25

Mengingat masalah alih fungsi lahan pertanian pangan,

terutama lahan pertanian (sawah) ke lahan non pertanian sawah

dimana setiap tahun terjadi konversi lahan. Sejalan dengan itu,

upaya membangun ketahanan dan kedaulatan pangan untuk

mewujudkan kesejahteraan rakyat adalah hal yang sangat penting

untuk direalisasikan. Dalam rangka mewujudkan ketahanan dan

25
Fx Sumarja et.al, Problematika Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan
Pasca Undang-Undang Cipta Kerja, Penelitian Fakultas Hukum Unila, 2021,
hlm 2.
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 41
kedaulatan pangan perlu diselenggarakan pembangunan

pertanian berkelanjutan, yang sebagian besar bidang usahanya

masih bergantung pada pola pertanian berbasis lahan. 26

Peraturan daerah merupakan instrumen yang memberikan

efek postitif terhadap masyarakat sehingga perumusan normanya

harus mengedepankan kemanfaatan, keadilan dan kepastian

hukum. Konsekuensi logis negara Indonesia adalah negara hukum

adalah kehidupan masyarakatnya harus diatur dengan hukum

yang tertulis dan terterima sebagai pedoman hidup bersama.

Pengaturan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

yang merupakan bagian dari tugas pemerintah daerah dibidang

pertanian adalah urusan pemerintahan pilihan sebagaimana

diatur dalam UU Pemerintahan Daerah. Pasal 12 ayat (3) UU 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa

Urusan Pemerintahan pilihan meliputi:

a. kelautan dan perikanan;

b. pariwisata;

c. pertanian;

d. kehutanan;

e. energi dan sumber daya mineral;

26
Ibid., hlm 5
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 42
f. perdagangan;

g. perindustrian; dan

h. transmigrasi.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan, yang dibentuk atas persetujuan

bersama antara Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) yang merupakan salah satu bentuk dukungan politik

(DPRD), diharapkan akan menjadi dasar hukum bagi Pemerintah

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan dalam rangka

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

Dengan hadirnya Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan, maka Pemerintah Daerah dapat

melakukan suatu strategi untuk memenuhi ketersediaan lahan

pertanian pangan di daerah. Ketersediaan lahan di bidang

pertanian merupakan syarat mutlak untuk mewujudkan peran

sektor pertanian secara berkelanjutan, terutama untuk

mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 43
nasional. Namun permasalahan yang dihadapi saat ini adalah

tingginya tekanan terhadap lahan, sehingga terjadi persaingan

pemanfaatan lahan antara sektor pertanian dan non pertanian.

Meningkatnya permintaan lahan untuk kegiatan non pertanian

pada akhirnya menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian.

Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dalam penataan ruang wilayah.

Untuk itu perlindungan lahan pertanian pangan perlu dilakukan

dengan menetapkan kawasan‐kawasan pertanian pangan yang

perlu dilindungi dalam produk rencana tata ruang wilayahnya

agar tidak diperuntukkan bagi pengembangan aktivitas non

pertanian.

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan merupakan instrument untuk melakukan

penegakkan hukum terhadap regulasi penataan ruang di

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Selain itu, dapat

dijadikan alat untuk mengendalikan alih fungsi lahan, agar lahan

hijau yang saat ini masih ada dapat dipertahankan, salah satunya

dengan meningkatkan pengawasan dan pengendalian terhadap

implementasi kebijakan. Ketentuan mengenai sanksi atas


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 44
pelanggaran yang terjadi harus diberlakukan pula secara tegas,

baik kepada pengguna lahan (pelaku alih fungsi) maupun kepada

aparat pemberi ijin alih fungsi. Oleh karena itu, instrument

hukum ini akan menjadi ketentuan wajib dan tidak ada yang

boleh kebal hukum sebagai bentuk keseriusan pemerintah daerah

dalam melindungi lahan pertanian berkelanjutan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 45
BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN TERKAIT

Diamanatkan dalam UUD 1945 dalam pembukaanya

tujuan negera adalah melindungi segenap bangsa Indonesia

dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

kesejaheraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Perlindungan yang dimaksud oleh UUD 1945 ini adalah

memberikan keselamatan kepada seluruh masyarakat

indonesia pada seluruh lini termasuk didalamnya adalah

terjaminya kebutuhan masyarakat khususnya pangan yang

merupakan hak mendasar setiap manusia untuk

melangsungkan kehidupan. Persoalan saat ini dimana

banyaknya pengalihan lahan pertanian dan perkebunan ke

lahan pemukiman akan memberikan efek negatif terhadap

pemenuhan serta pencapain ketahanan pangan bagi

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 46
masyarakat indonesia pada umunya dan masyarakat Bolaang

Mongondow Selatan khususnya.

Menyikap sejumlah peraturan yang bersangkutan atupun

yang memiliki hubungan dengan ketahan pangan

berkelanjutan. pemerintah telah menetapkan Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan.  Dalam Undang-Undang Nomor 41

Tahun 2009 tersebut dengan jelas disebutkan bahwa Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) adalah bidang lahan

pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan

dikembangkan secara konsistem guna menghasilkan pangan

pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan

nasional. LP2B dapat berupa lahan beririgasi, lahan reklamasi

rawa pasang surut dan non pasang surut (lebak) dan/atau

lahan tidak beririgasi (lahan kering) yang bertujuan untuk

menjamin kecukupan pemenuhan akan bahan pangan, maka

dalam perencanaan penetapan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan didasarkan kepada:

1) Pertumbuhan penduduk dan kebutuhan konsumsi

pangan penduduk;

2) Pertumbuhan produktivitas;
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 47
3) Kebutuhan pangan nasional;

4) Kebutuhan dan ketersediaan lahan pertanian pangan;

5) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

6) Musyawarah petani. 

Penyusunan perencanaan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dilakukan secara berjenjang, mulai dari tingkat

nasional, tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

Perencanaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 27

Nasional menjadi acuan perencanaan Lahan Pertanian

Berkelanjutan provinsi dan kabupaten/kota.

Pada pasal 18 UUD 1945 merupakan dasar hukum bagi

pelaksanaan otonomi daerah yang dalam era reformasi

menjadi salah satu agenda nasional. Melalui penerapan Bab

tentang Pemerintahan Daerah diharapkan lebih mempercepat

terwujudnya kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat di

daerah, serta meningkatkan kualitas demokrasi di daerah. 

Semua  ketentuan itu  dirumuskan  tetap, dalam kerangka 

menjamin dan  memperkuat NKRI, sehingga dirumuskan

hubungan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan

27
Lihat Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 48
Pemerintahan Daerah dengan memperhatikan kekhususan

dan keragaman daerah.

Ketentuan pada pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang

berbunyi Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung

didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, menjelaskan bahwa

dalam memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di daerah

seperti halnya di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan,

pemerintah memiliki kewenangan khusus dalam menentukan

penggunaan kekayaan alam yang ada dalam rangka

menunjang kebutuhan masyarakat di daerah tersebut, seperti

halnya dalam Perencanaan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan sehingga kebutuhan pangan masyarakat

didaerah tersebut tetap terpenuhi.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki

hierarki yang ketat dalam hal peraturan perundang-undangan.

Kondisi demikian mengharuskan dalam setiap pembentukan

peraturan perundang-undangan maka harus mengacu dan

memperhatikan hierarki yang ada dalam peraturan

perundang-undang yang diatur oleh UU No 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.Setiap


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 49
peraturan perundang-undangan yang dibentuk harus

menyesuaikan substansi pengaturannya, supaya tidak

bertentangan dan menyimpang terhadap peraturan yang

diterapkan. Hal ini dilakukan melalui sebuah kegiatan

evaluasi dan analisis untuk dapat kemudian menemukan

pengaturan yang sesuai dan tidak bertentangan. Adapun

peraturan perundang-undangan yang dievaluasi sebagai

berikut:

1) Undang-Undang Dasar NKRI Tahun 1945.

Secara tegas dalam Pasal 18 ayat (6) UUD 1945

dijelaskan bahwa pemerintahan daerah berhak

menetapkan peraturan daerah dan peraturan-

peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan

tugas pembantuan. Ketentuan ini merupakan

landasan hukum konstitusional bagi pembentukan

Peraturan Daerah. Pemerintahan daerah provinsi,

pemerintah daerah kabupaten/kota adalah mengatur

dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan (Pasal

18 ayat (2) UUD 1945). Pemerintahan daerah

menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 50
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan

sebagai urusan Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5)

UUD 1945)

2) Undang-Undang No 27 Tahun 2006 Tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah.

Ketentuan Pasal 48 Undang-Undang Nomor 27 Tahun

2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

menentukan bahwa: (1) Penataan ruang kawasan

perdesaan diarahkan untuk: a. pemberdayaan

masyarakat perdesaan; b. pertahanan kualitas

lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;

c. konservasi sumber daya alam; d. pelestarian

warisan budaya lokal; e. pertahanan kawasan lahan

abadi pertanian pangan untuk ketahanan pangan; dan

f. penjagaan keseimbangan pembangunan perdesaan-

perkotaan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai

pelindungan terhadap kawasan lahan abadi pertanian

pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e

diatur dengan Undang-Undang. (3) Penataan ruang

kawasan perdesaan diselenggarakan pada: a. kawasan

perdesaan yang merupakan bagian wilayah


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 51
kabupaten; atau b. kawasan yang secara fungsional

berciri perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih

wilayah kabupaten pada satu atau lebih wilayah

provinsi. (4) Kawasan perdesaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dapat berbentuk kawasan

agropolitan. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai

penataan ruang kawasan agropolitan diatur dengan

peraturan pemerintah.

3) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan

Padal pasal 1 ayat 3 menjelaskn bahwa Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang lahan

pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan

dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan

pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan

kedaulatan pangan nasional, selain itu pada pasal 1

ayat 5 menjelaskan Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan proses

dalam merencanakan dan menetapkan,

mengembangkan, memanfaatkan dan membina,

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 52
mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian

pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.

Selanjutnya pada Pasal 3 Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan diselenggarakan

dengan tujuan: a. melindungi kawasan dan lahan

pertanian pangan secara berkelanjutan; b. menjamin

tersedianya lahan pertanian pangan secara

berkelanjutan; c. mewujudkan kemandirian,

ketahanan, dan kedaulatan pangan; d. melindungi

kepemilikan lahan pertanian pangan milik petani; e.

meningkatkan kemakmuran serta kesejahteraan

petani dan masyarakat; f. meningkatkan perlindungan

dan pemberdayaan petani; g. meningkatkan

penyediaan lapangan kerja bagi kehidupan yang layak;

h. mempertahankan keseimbangan ekologis; dan i.

mewujudkan revitalisasi pertanian

4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Ketentuan Pasal 14 menjelaskan bahwaMateri muatan

Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah

Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 53
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas

pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah

dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan

Perundang-undangan yang lebih tinggi.

5) UU Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan

Secara jelas dalam pasa 1 ayat 1 menjelaskan bahwa

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari

sumber hayati produk pertanian, perkebunan,

kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air,

baik yang diolah maupun tidak diolah yang

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi

konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan

Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang

digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,

dan/atau pembuatan makanan atau minuman yang

diperkuat dengan penjelasan mengenai ketahanan

pangan pada pasal 1 ayat 4 tentang Ketahanan

Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi

negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin

dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata,


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 54
dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan

agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk

dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara

berkelanjutan.

6) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah

Ketentuan Pasal 237 UU No 23 Tahun 2014

menyebutkan bahwa: asas pembentukan dan materi

muatan Perda berpedoman pada ketentuan peraturan

perundang-undangan dan asas hukum yang tumbuh

dan berkembang dalam masyarakat sepanjang tidak

bertentangan dengan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

7) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011

tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan

Pertanian.

Pasal 1 ayat 3 Permen No 1 Tahun 2011 Tentang

Penetepan Alih Fungsi Lahan Pertanian menjelaskan

bahwa Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah

bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk

dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 55
menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian,

ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Permen

No 1 Tahun 2011 tentang penetapan dan alih fungsi

lahan pertanian berkalanjutan ini merupakan tindak

lanjut dari penjabaran UU No 41 Tahun 2009 tentang

perlindungan lahan pertanian berkalanjutan.

Penegasan terkait lahan pertanian berkelanjutan pada

Permen No 1 Tahun 2011 tentang penetapan dan alih

fungsi lahan pertanian berkalanjutan ada dalam Pasal

22 (1) Lahan yang dapat ditetapkan menjadi Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan harus memenuhi

kriteria : a. berada pada kesatuan hamparan lahan

yang mendukung produktivitas dan efisiensi produksi;

b. memiliki potensi teknis dan kesesuaian lahan yang

sangat sesuai, sesuai, atau agak sesuai untuk

peruntukan pertanian pangan; c. didukung

infrastruktur dasar; dan/atau d. telah dimanfaatkan

sebagai lahan pertanian pangan. (2) Kriteria lahan

yang berada pada kesatuan hamparan lahan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

ditentukan dengan mempertimbangkan aspek


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 56
ekonomi dan sosial budaya masyarakat. (3) Kriteria

lahan yang memiliki potensi teknis dan kesesuaian

lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

ditentukan dengan mempertimbangkan: a. kelerengan;

b. iklim; dan c. sifat fisik, kimia, dan biologi tanah;

yang cocok untuk dikembangkan menjadi lahan

pertanian pangan dengan memperhatikan daya

dukung lingkungan.

8) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012

tentang Insentif Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan.

Pada peraturan ini penjelasan mengenai insentif

perlindungan lahan pertanian pangan berkalenajutan

dijelaskan pada pasal (2) Pemberian Insentif

perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

bertujuan untuk: a. mendorong perwujudan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan yang telah

ditetapkan; b. meningkatkan upaya pengendalian alih

fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; c.

meningkatkan pemberdayaan, pendapatan, dan

kesejahteraan bagi Petani; d. memberikan kepastian


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 57
hak atas tanah bagi Petani; dan e. meningkatkan

kemitraan semua pemangku kepentingan dalam

rangka pemanfaatan, pengembangan, dan

perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

sesuai dengan tata ruang. Pasal (3) Pemberian Insentif

perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

dilakukan pada Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan yang telah ditetapkan dalam: a.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; b. Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi; c. Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten/Kota; dan/atau d. Rencana Rinci

Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.

9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

30 Tahun 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Mekanismen penjelasan lebih lanjut terkait

penggunaan biaya dalam penanganan perlindungan

lahan pertanian pangan berkelanjutan tertuang dalam

Permen RI No 30 Tahun 2012 tentang pembiayan

perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

yang dituangkan Pasal 1 Ayat (1) Perlindungan Lahan


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 58
Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sistem dan

proses dalam merencanakan dan menetapkan,

mengembangkan, memanfaatkan, membina,

mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian

pangan dan kawasannya secara berkelanjutan. (2)

Pembiayaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan adalah suatu pendanaan dalam rangka

melindungi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

(3) Sumber Pembiayaan adalah segala sumber

pendanaan baik yang berasal dari anggaran

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah

Kabupaten/Kota, badan usaha maupun masyarakat

yang diperoleh 1 / 17 dalam rangka penyelenggaraan

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

(4) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang

selanjutnya disingkat APBN adalah rencana keuangan

tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat. (5) Anggaran Pendapatan

dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD

adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan

daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 59
Daerah. (6) Petani Pangan yang selanjutnya disebut

Petani adalah setiap warga negara Indonesia beserta

keluarganya yang mengusahakan lahan untuk

komoditas pangan pokok di Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan. (7) Pelaku Usaha adalah setiap orang

perseorangan, Petani, kelompok tani, gabungan

kelompok tani, atau badan usaha baik yang berbentuk

badan hukum maupun bukan badan hukum, yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan

dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

10) Peraturan Menteri Pertanian nomor:

07/Permentan/Ot.140/2/2012 tentang pedoman

Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, dan

Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Secara rinci penegasan pelaksanaan penetapan lahan

pertanian berkelanjutan di jelaskan dalam Permentan

No 07/Permentan/t.140/2/2012 tentang pedoman

Teknis Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan dan

lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 60
Pasal 1 Pedoman Teknis Kriteria dan Persyaratan

Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian

Pangan Berkelanjutan seperti tercantum pada

Lampiran sebagai bagian tidak terpisahkan dengan

Peraturan ini. Pasal 2 Pedoman Teknis Kriteria dan

Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan

Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 1 sebagai dasar oleh

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,

Pemerintahan Kabupaten/Kota dalam penetapan

Kawasan, Lahan, dan Lahan Cadangan Pertanian

Pangan Berkelanjutan. Pasal 3 Pedoman Teknis

Kriteria dan Persyaratan Kawasan, Lahan, dan Lahan

Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 bertujuan

untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan

Penetapan Kawasan Lahan, dan/atau Lahan

Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

11) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Penetapan Lahan


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 61
Pertanian Pangan Berkelanjutan Pada Wilayah Yang

Belum Terbentuk Rencana Tata Ruang Wilayah.

Tindak lanjut kepedulian pemerintah dalam

menseriusi persoalan penetapan lahan pertanian

pangan berkelanjutan di tuangkan dalam Pasal (3)

ayat (1) Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dilakukan dengan penetapan:

a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

b. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan

c. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

Kemudian pada Ayat (2) berbunyi Kawasan Pertanian

Pangan Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a, terdiri atas:

a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan

nasional, untuk lintas provinsi;

b. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan provinsi,

untuk lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu)

provinsi; dan

c. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan

kabupaten/kota, untuk 1 (satu) kabupaten/kota.

Selanjutnya pada Pasal 4 ayat (1) Penetapan Kawasan


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 62
Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, ditetapkan

dalam:

a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional untuk

kawasan lintas provinsi;

b. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, untuk

kawasan lintas kabupaten/kota dalam 1 (satu)

provinsi;

c. Rencana Tata Ruang Wilayah

Kabupaten/Kota, untuk kawasan 1 (satu)

kabupaten/kota.

Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b

dan huruf c, ditetapkan dalam rencana rinci tata

ruang kabupaten / kota. Dalam hal belum terdapat

rencana rinci tata ruang kabupaten/kota

sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penetapan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dan Lahan

Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan ditetapkan

dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten /


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 63
Kota.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 64
BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS

Naskah Akademik menjelaskan Dasar filosofis (cita

hukum), Dasar sosiologis, dan Dasar yuridis. Dasar filosofis

merupakan landasan filsafat atau pandangan yang menjadi

dasar citacita sewaktu menuangkan suatu masalah ke dalam

peraturan perundang-undangan. Dasar filosofis sangat penting

untuk menghindari pertentangan peraturan perundang-

undangan yang disusun dengan nilai-nilai yang hakiki dan

luhur ditengah-tengah masyarakat, misalnya nilai etika, adat,

agama dan lainnya. Dasar yuridis ialah ketentuan hukum

yang menjadi dasar hukum (rechtsgrond) bagi pembuatan

peraturan perundang-undangan.

Dasar yuridis ini terdiri dari dasar yuridis dari segi formil

dan dasar yuridis dari segi materiil. Dasar yuridis dari segi

formil adalah landasan yang berasal dari peraturan

perundang-undangan lain untuk memberi kewenangan

(bevoegdheid) bagi suatu instansi membuat aturan tertentu.

Sedangkan dasar yuridis dari segi materiil yaitu dasar hukum

untuk mengatur permasalahan (objek) yang akan diatur.


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 65
Dengan demikian dasar yuridis ini sangat penting untuk

memberikan pijakan pengaturan suatu peraturan perundang-

undangan agar tidak terjadi konflik hukum atau pertentangan

hukum dengan peraturan perundang-undangan di atasnya.

Dasar politis merupakan kebijaksanaan politik yang menjadi

dasar selanjutnya bagi kebijakankebijakan dan pengarahan

ketatalaksanaan pemerintahan. Diharapkan dengan adanya

dasar politis ini maka produk hukum yang diterbitkan dapat

berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak di

tengah masyarakat.

Secara sosiologis Naskah Akademik disusun dengan

mengkaji realitas masyarakat yang meliputi kebutuhan hukum

masyarakat, aspek sosial ekonomi dan nilai-nilai yang hidup

dan berkembang (rasa keadilan masyarakat). Tujuan kajian

sosiologis ini adalah untuk menghindari tercerabutnya

peraturan perundang-undangan yang dibuat dari akar-akar

sosialnya di masyarakat. Banyaknya peraturan perundang-

undangan yang setelah diundangkan kemudian ditolak oleh

masyarakat lewat aksi-aksi demonstrasi merupakan cerminan

peraturan perundang-undangan yang tidak memiliki akar

sosial kuat. Dengan demikian Naskah Akademik memegang


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 66
peranan yang sangat penting dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan karena didalamnya terdapat kajian yang

mendalam mengenai substansi masalah yang akan diatur. 28

Adapun yang menjadi landasan pembentukan daerah ini

adalah:

A. Landasan Filosofis

Para pendiri bangsa ini telah bertekad untuk membentuk

negara ini menjadi Negara Republik Indonesia yang

berdasarkan hukum (rechsstat) bukan sebagai negara

kekuasaan (machstaat). Negara Indonesia adalah negara yang

berdasarkan hukum (rechsstat) demikian bunyi penjelasan

UUD 1945.29 Selanjutnya dalam UUD NRI Tahun 1945

ditegaskan melalui pasal 1 ayat (3) hasil perubahan ke tiga

yaitu bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. 30

Negara Indonesia memiliki hukum positif yang berisikan

empat hal yaitu aturan hukum, putusan hukum, figur hukum

(pranata hukum) dan lembaga hukum dengan Negara sebagai

lembaga hukum terpenting. Pertumbuhan dan perkembangan

28
Siti Masitah, Urgensi Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan
Daerah, Jurnal Legislasi Indonesia Vol. 10 No. 02 - Juni 2013, hlm 116
29
Marsono, Susunan Suatu Naskah UUD 1945 Dengan Perubahan-Perubahanya
1999-2002. (Jakarta: Cv Eka Jaya, 2003), hlm 66
30
Lihat Pasal 1 ayat 3 UUD NRI Tahun 1945
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 67
hukum nasional hingga kini ditandai dengan tidak hanya

tumbuh kembangnya pranata-pranata hukum serta semakin

canggihnya peraturan berbagai bidang sosial oleh hukum, akan

tetapi juga terlihat pada tingkatan lain. 31

Indonesia merupakan negara agraris dan sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Bicara

mengenai pertanian maka tidak terlepas dari lahan. Lahan

merupakan faktor utama dalam pengembangan pertanian.

Lahan tidak saja memiliki nilai ekonomis, tetapi juga sosial,

bahkan memiliki nilai religius. Dalam rangka pembangunan

pertanian yang berkelanjutan, lahan merupakan sumber daya

pokok dalam usaha pertanian, terutama pada kondisi yang

sebagian besar bidang usahanya masih bergantung pada pola

pertanian berbasis lahan. Lahan merupakan sumber daya alam

yang bersifat langka karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi

kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat.

Ketentuan Pasal 28A dan 28C ayat (1) menentukan bahwa:

“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak

mempertahankan hidup dan kehidupannya”. Pasal 28C ayat (1)

bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui


31
Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum, (Jakarta:
kencana, 2013), hlm 8.
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 68
pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat

pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan

dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas

hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Selanjutnya,

ketentuan Pasal 33 ayat (3) menentukan bahwa: “Bumi dan air

dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai

oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk

kemakmuran rakyat.” Berdasarkan ketentuan Pasal 33 ayat (3)

tersebut. Salah satu faktor penting dalam pembangunan

ketahanan, kemandirian dan kedaulatan pangan adalah

ketersediaan lahan pertanian pangan. Lahan pertanian pangan

merupakan bagian dari bumi sebagai karunia Tuhan Yang

Maha Esa yang dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran dan kesejahteraan rakyat

sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sementara itu lahan

pertanian pangan di Indonesia semakin berkurang dikarenakan

beralihnya fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. 32

32
Tim Penyusun, Analisis dan Evaluasi Hukum dalam rangka Perlindungan
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tahun 2017, Badan Pembinaan Hukum
Nasional, Kementrian Hukum dan HAM RI, Jakarta, hlm 1
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 69
Penegasan landasan filosofis dalam Naskah Akademik

tentang Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan atau di singkat

dengan LP2B merupakan perintah dari Undang-Undang Dasar

1945 tepatnya pada pasal 33 ayat 3 Bumi dan air dan

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran

rakyat. Penegasan pasal tersebut oleh para pendiri bangsa ini

tidak begitu suja di buat melainkan dilihat dari kondisi

lingkungan NKRI yang terdiri dari Tanah dan Air yang dimana

tanah di Indonesia merupakan tanah agraris, yang ditunjang

dengan iklim tropis yang baik dimana sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, sudah

selayaknyalah jika negara perlu menjamin penyediaan lahan

pertanian pangan yang berkelanjutan, sebagai sumber

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan

dengan mengedepankan prinsip kebersamaan, eisiesi,

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan

menjaga keseimbangan unsur yahati hingga daya dukung

lingkungan.

Negara berkewajiban menjamin hak asasi

warganegaranya khususnya dalam ketersedian sandang dan


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 70
pangan, selain itu Dari perspektif Hak Asasi Manusia (HAM),

Pengaturan penetapan lahan pertanian pangan berkelanjutan

penting dilakukan karena kebutuhan terhadap pangan

merupakan hak asasi manusia (HAM) yang menuntut negara

dalam hal ini Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan

upaya-upaya membangunan ketahanan dan kedaulatan

pangan termasuk merumuskan kerangka hukum agar lahan

pertanian pangan tetap dapat dimanfaatkan baik bagi generasi

sekarang maupun generasi yang akan datang. Dalam rangka

pembangunan pertanian yang berkelanjutan maka

perlindungan lahan pertanian pangan merupakan upaya yang

tidak terpisahkan dari reforma agraria yang mencakup upaya

penataan, penguasaan/pemilikan berkaitan dengan hubungan

hukum antara manusia dan lahan.33

Alih fungsi lahan mempunyai implikasi yang serius

terhadap produksi pangan, lingkungan fisik, serta

kesejahteraan masyarakat pertanian dan perdesaan yang

kehidupannya bergantung pada lahannya.Alih fungsi lahan-

lahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi oleh

upaya-upaya terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui


33
Maria SW Sumarjono, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya, Kompas Gramedia, Jakarta, 2008, hal. 95
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 71
pencetakan lahan pertanian baru yang potensial. Proses

urbanisasi yang tidak terkendali telah berdampak pada

meluasnya aktivitasaktivitas perkotaan yang makin mendesak

aktivitas-aktivitas pertanian di kawasan perdesaan yang

berbatasan langsung dengan perkotaan.

Alih fungsi lahan berkaitan dengan hilangnya akses

penduduk perdesaan pada sumber daya utama yang dapat

menjamin kesejahteraannya dan hilangnya mata pencarian

penduduk agraris.Konsekuensi logisnya adalah terjadinya

migrasi penduduk perdesaan ke perkotaan dalam jumlah yang

besar tanpa diimbangi ketersediaan lapangan kerja di

perkotaan. Keadaan tersebut menyebabkan ancaman terhadap

ketahanan pangan yang dapat mengakibatkan Indonesia harus

mengimpor produk-produk pangan untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri. Dalam keadaan jumlah penduduk

yang terus meningkat jumlahnya, ancaman-ancaman terhadap

produksi pangan telah memunculkan kerisauan keadaan

rawan pangan pada masa yang akan datang. Akibatnya dalam

waktu yang akan datang Indonesia membutuhkan tambahan

ketersediaan pangan dan lahan pangan.34


34
Retno Kusniati, Analisis Perlindungan Hukum Penetapan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan, Jambi, hlm 8
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 72
Alih fungsi lahan pada dasarnya terjadi akibat adanya

persaingan dalam pemanfaatan lahan antara sektor pertanian

dan sektor non pertanian. Sedangkan persaingan dalam

pemanfaatan lahan tersebut muncul akibat adanya tiga

fenomena ekonomi dan sosial, yaitu: (1) keterbatasan

sumberdaya lahan, (2) pertumbuhan penduduk dan (3)

pertumbuhan ekonomi. Luas lahan yang tersedia relatif

terbatas, sehingga pertumbuhan penduduk akan

meningkatkan kelangkaan lahan yang dapat dialokasikan

untuk kegiatan pertanian dan non pertanian35.

Selain itu alih fungsi lahan pertanian pangan

menyebabkan terur merosotnya lahan peratnian yang nantinya

akan memberikan efek menurunya hasil pertanian baik dalam

kategori bahan sandang maupun pangan sebagai bahan

langsung habis hingga bahan setengah jadi ataupun bahan

baku yang merupakan bahan dasar kebutuhan masyarakay itu

sendiri, dengan menurunya hasil pertanian makan akan

berdampak pada meningkatnya permintaan yang tidak

dibarengi dengan ketersedian. Oleh karena itu, pengendalian

alih fungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan lahan


35
B. Irawan, Konversi Lahan Sawah: Potensi Dampak, Pola Pemanfaatannya dan
Faktor Determinan, Jurnal Forum Penelitan Agro Ekonomi, 2005, hlm 23
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 73
pertanian pangan merupakan salah satu upaya untuk

mewujudkan ketahanan dan kedaulatan pangan, dalam rangka

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan petani dan

masyarakat pada umumnya. Pengembangan sistem pertanian

menuju usahatani berkelanjutan merupakan salah satu misi

utama pembangunan pertanian di Indonesia yang merupakan

amanat dari UUD 1945. Selain itu Pertanian pangan

berkelanjutan memiliki peran dan fungsi penting bagi sebagian

masyarakat Indonesia yang memiliki sumber penghasilan di

sektor agraris sehingga lahan pertanian pangan memiliki nilai

ekonomis.

Dengan hadirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009

Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan,

diharapkan mampu mengontrol laju turunya lahan pertanian

pangan berkalanjutan di Indonesia yang saat ini tinggal

8.087.393 (ha).36 Diamanatkan tentang dalam Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Berkelanjutan pada pasal 1 berbunyi:

1. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi

sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah


36
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/895, Di akses Tanggal 24
Juli 2021
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 74
beserta segenap faktor yang mempengaruhi

penggunaannya seperti iklim, relief, aspek geologi,

dan hidrologi yang terbentuk secara alami

maupun akibat pengaruh manusia.

2. Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang

digunakan untuk usaha pertanian.

3. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah

bidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk

dilindungi dan dikembangkan secara konsisten

guna menghasilkan pangan pokok bagi

kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan

nasional.

4. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan

adalah lahan potensial yang dilindungi

pemanfaatannya agar kesesuaian dan

ketersediaannya tetap terkendali untuk

dimanfaatkan sebagai Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan pada masa yang akan datang.

5. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan adalah sistem dan proses dalam

merencanakan dan menetapkan, mengembangkan,


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 75
memanfaatkan dan membina, mengendalikan, dan

mengawasi lahan pertanian pangan dan kawasannya

secara berkelanjutan.37

B. Landasan Sosiologis

Pada saat ini harapan untuk mengendalikan dan

meminimalisasi alih fungsi lahan pertanian pangan tertumpu

pada UU Nomor 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan. Namun efektivitas kebijakan

dari implementasi UU tersebut sangat membutuhkan adanya

perubahan paradigma pembangunan, terutama di level

pemerintah daerah. Berdasarkan pengalaman yang terjadi

selama ini, efektivitas UU No.41 tahun 2009, sangat tergantung

pada konsistensi dan koordinasi antar sektor, mulai dari

tingkat pusat sampai dilevel paling rendah; dan sikap proaktif

masyarakat dalam memonitor implementasi program.38

Sebagian besar undang-undang atau peraturan-peraturan

pengendalian alih fungsi lahan pangan belum efektif mengatasi

terjadinya alih fungsi lahan sawah menjadi lahan sawit karena

kendala pelaksanaan kebijakan. Hal ini antara lain karena

37
Lihat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2009 Tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 
38
Subkhan Riza, Op. Cit.
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 76
kurangnyadukungan data dan minimnya sikap proaktif yang

memadai ke arah pengendalian alih fungsi lahan sawah

tersebut seperti: lemahnya sistem administrasi tanah, kurang

kuatnya koordinasi antar lembaga terkait, belum

memasyarakatnya mekanisme implementasi tata ruang

wilayah, sehingga dampak negatif alih fungsi lahan sawah

tersebut kurang dianggap sebagai persoalan yang perlu

ditangani secara serius dan konsisten. 39

Faktor utama petani melakukan perubahan fungsi sawah

menjadi lahan perkebunan disebabkan faktor harga tanah yang

terus naik, harga komoditi perkebunan yang lebih baik (aspek

akonomi), dan menurunnya kualitas lahan

sawah/produktivitas karena irigasi yang kurang memadai

(aspek teknis). Seperti yang dikemukakan oleh Pakpahan

bahwa banyak faktor yang menyebabkan petani

menglihfungsikan lahan sawah yang dimilikinya. Khusus

untuk sawah, konversi lahan dapat terjadi secara langsung dan

tidak langsung. Konversi secara langsung terjadi akibat

keputusan para pemilik lahan yang mengkonversikan lahan

sawah mereka ke penggunaan lain, misalnya untuk industri,

39
Ibid., hlm 2-4
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 77
perumahan, prasarana dan sarana atau pertanian lahan

kering. Konversi kategori ini didorong oleh motif ekonomi,

dimana penggunaan lahan setelah dikonversikan memiliki nilai

jual/sewa (land rent) yang lebih tinggi dibandingkan

pemanfaatan lahan untuk sawah. Sementara itu, konversi

tidak langsung terkait dengan makin menurunnya kualitas

lahan sawah atau makin rendahnya peluang dalam

memperoleh pendapatan (income opportunity) dari lahan

tersebut akibat kegiatan tertentu, seperti terisolirnya petak

petak sawah di pingiran perkotaan karena konversi lahan di

sekitarnya. Dalam jangka waktu tertentu, lahan sawah yang

dimaksud akan berubah ke penggunaan nonpertanian atau

digunakan untuk pertanian lahan kering.40

Faktor-faktor yang mendorong terjadinya alih fungsi lahan

pertanian sebagai berikut:41

a. Peningkatan pertumbuhan penduduk;

b. Peningkatan kebutuhan lahan non pertanian,

seperti sektor industri, perdagangan, dan jasa;

40
Ibid., 2-5
41
Gesthi Ika Janti, Edhi Martono, dan Subejo, Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan Guna Memperkokoh Ketahanan Pangan Wilayah (Studi
Di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta), Jurnal Ketahanan
Nasional, Vol. 22, No 1, April 2016: 1-21, hlm 5.
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 78
c. Fenomena sawah ‘kejepit’, yaitu keluasan lahan

kecil dan tidak memiliki akses;

d. Desakan kebutuhan hidup dan secara ekonomi

nilai land rent lahan bila digunakan untuk sektor

non pertanian lebih tinggi;

e. Tingginya fragmentasi lahan akibat hukum waris;

f. Secara fisik dipengaruhi tipe tanah, klasifi kasi

kelas lereng, jaringan irigasi, dan jarak terhadap

permukiman atau peruntukan lain;

g. Kemarau panjang dan degradasi lingkungan akibat

penggunaan pupuk/pestisida berlebihan serta

pencemaran air irigasi; dan

h. Alokasi anggaran sektor pertanian kecil karena

prioritas pembangunan diutamakan pada sektor

non pertanian.

Revitalisasi pertanian memiliki tiga pilar pengertian, yaitu:

(a) sebagai kesadaran akan pentingnya pertanian; (b) bentuk

rumusan harapan masa depan akan kondisi pertanian yang

lebih baik; serta (c) sebagai kebijakan dan strategi besar

melakukan proses revitalisasi pertanian. Peran revitalisasi

pertanian tidak hanya sebatas membangun kesadaran


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 79
pentingnya pertanian semata, tetapi juga terkait dengan

adanya perubahan paradigma pola pikir masyarakat yang

memandang pertanian tidak hanya sekedar bercocok tanam

menghasilkan komoditas untuk dikonsumsi. Sektor pertanian

mempunyai efek pengganda (multiplier efect) yang besar terkait

dengan adanya keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward

and backward linkages) dengan sektor-sektor lainnya, terutama

industri pengolahan dan jasa. Disamping itu, kontribusi sektor

pertanian harus diartikan secara lebih luas, sebagai suatu

kegiatan penciptaan nilai tambah mulai dari usahatani hingga

makanan yang tersaji di atas meja kita, from farm to table

business.42

Lahirnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B)

diharapkan menjadi landasan fundamental bagi pembangunan

sektor pertanian Nasional. Pemerintah Pusat maupun Daerah

dituntut untuk menjamin ketersediaan dan perlindungan lahan

pertanian pangan lahan serta cadangan pertanian pangan

berkelanjutan yang berada baik di dalam maupun diluar

kawasan pertanian pangan. Dengan dijaminnya ketersediaan

42
Ahmad Makky Arrozi dan Saptana, Op. Cit, hlm 522
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 80
dan perlindungan lahan pertanian pangan secara

berkelanjutan ini diharapkan dapat mewujudkan kemandirian,

ketahanan, dan kedaulatan pangan Nasional.

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009,

dilaksanakan dengan terlebih dahulu dengan membuat

perencanaan dan penetapan lahan pertanian pangan

berkelanjutan baik yang berada di dalam maupun di luar

kawasan pertanian pangan. Beberapa pertimbangan dalam

perencanaan yaitu pertumbuhan penduduk dan kebutuhan

konsumsi pangan penduduk, petumbuhan produktivitas,

kebutuhan pangan Nasional serta musyawarah petani. Dengan

pertimbangan tersebut, diharapkan dapat tersusun

perencanaan jangka panjang, menengah dan tahunan. Dalam

penyusunannya, perencanaan nasional menjadi acuan

ditingkat provinsi dan kabupaten/kota serta perencanaan

Provinsi menjadi acuan perencanaan kabupaten/kota.

Sedangkan penetapannya meliputi: Kawasan pertanian pangan

berkelanjutan, lahan pertanian pangan berkelanjutan di dalam

dan di luar kawasan pertanian pangan berkelanjutan, dan

lahan cadangan pertanian pangan berkelanjutan di dalam dan

di luar kawasan pertanian pangan berkelanjutan. Semua hasil


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 81
penetapan tersebut, dimuat dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang (RPJP), dan Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJM) dan Rencana Tahunan baik nasional melalui

Rencana Kerja Pemerintah (RKP), provinsi, maupun

kabupaten/kota. Pengembangan kawasan dan lahan pertanian

pangan berkelanjutan dapat dilakukan dengan baik

intensifikasi maupun ekstensifikasi. Intensifikasi lahan dapat

dilakukan dengan peningkatan kesuburan tanah, peningkatan

kualitas benih/bibit, diversivikasi tanaman pangan,

pengembangan irigasi, pengembangan teknologi,

pengembangan inovasi, penyuluhan, jaminan akses modal

serta pencegahan dan penanggulangan hama tanaman.

Ekstensifikasi lahan pertanian pangan berkelanjutan dilakukan

dengan percetakan lahan, penetapan lahan pertanian pangan

menjadi lahan pertanian pangan berkelanjutan dan pengalihan

fungsi lahan nonpertanian pangan menjadi lahan pangan

berkelanjutan.43

Faktor-faktor yang menentukan jalannya implementasi

kebijakan lahan pertanian berkelanjutan adalah dana, petugas,

sosialisasi, peraturan pendukung, koordinasi antar instansi,

43
Ibid., hlm 524-525
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 82
pemahaman kebijakan, luas lahan sawah, komitmen

pemerintah.44 Perubahan penggunaan lahan adalah hal yang

selalu terjadi akibat meningkatnya jumlah penduduk yang

akan menyebabkan kebutuhan lahan untuk dijadikan lahan

pemukiman maupun untuk aktivitas perekonomian lain juga

meningkat. Lahan yang mengalami konversi penggunaan lahan

biasanya berasal dari lahan pertanian, baik pertanian lahan

basah maupunlahan kering. Oleh sebab itu, pemerintah daerah

kabupaten Bolaang Mongondow Selatan menginsiasi

pembentukan peraturan daerah ini dengan dalih bahwa

kebijakan pengendalian lahan melalui perlindungan lahan

pertanian pangan berkelanjutan adalah hal yang tidak dapat

ditawar lagi. Hal ini bertujuan untuk memberi daya dukung

dari segi dasar hukum yang akan ditindaklanjuti ke dalam

bentuk kebijakan program terkait.

Secara sosiologis pengaruh masyarakat terhadap tujuan

yang hendak dicapai akan dipengaruhi oleh sikap dan persepsi

masyarakat terhadap hukum. Dimana dalam masyarakat

44
Dessy Nugraharani dan Engkus Kusnadi Wikarta, Implementasi Kebijakan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Dalam Mengatasi Alih
Fungsi Lahan (Studi di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat), Agric. Sci. J.
– Vol. I (4) : 122-132 (2014), hlm 132
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 83
Indonesia yang saat ini mencapai angka 256 Juta Jiwa 45

dengan jumlah lahan pertanian mencapai 9.8 Juta Ha 46 tidak

bisa memenuhi kebutuhan masyarakat indonesia baik sandang

maupun pangan. Sehingga dengan persoalan tersebut perlu

adanya penegasan hukum terhadap perilaku masyarakat yang

saat ini tidak terlalu memperhatikan penggunaann lahan

khususnya lahan pertanian pangan berkelanjutan. Selain itu

Secara faktual sektor pertanian selama ini dirugikan akibat

perubahan iklim, hama, dan sistem pasar yang tidak berpihak

kepada Petani serta masih minimnya pengetahuan petani

dalam penyelenggaraan pertanian adalah persoalan berat

lainya dimana akan bermuara pada meningkatnya jumlah

kemisikan di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik RI

Pada Maret 2020 sebesar 9,78 persen, meningkat 0,56 persen

poin terhadap September 2019 dan meningkat 0,37 persen poin

terhadap Maret 2019. Jumlah penduduk miskin pada Maret

2020 sebesar 26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang

45
www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro-bangkok/@ilo.../
wcms_346599.pdf, Di akses Tanggal 24 Juli 2021
46
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/04/luas-lahan-
pertanian-indonesia-2013-2014, Di akses Tanggal 24 Juli 2021
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 84
terhadap September 2019 dan meningkat 1,28 juta orang

terhadap Maret 2019.47

Persoalan mengenai kemiskinan saat ini memang

merupakan persoalan yang harus di tangani secara jelas dan

terstruktur di seluruh bidang termasuk dalam bidang

pertanian. Dalam ruang lingkup pertanian itu sendiri maslah

krusial adalah persoalan Luas lahan pertanian pangan

berkelanjutan (LP2B) yang saat ini terus mengalami

penurunan yang cukup drastis. Oleh karena ini para pendiri

bangsa indonesia telah menetapkan dalam UUD 1945 pasal 33

ayat 3 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besar kemakmuran rakyat. pasal 33 ayat 3 UUD 45

dilaksanakan secara konsisten untuk semua jenis sumber

daya alam.  Pasal 33 ayat 3 UUD 45 dengan tegas dan jelas

menyatakan bahwa semua sumber daya alam yang terdapat di

wilayah negara adalah dikuasi oleh negara. Dengan demikian

harus diterapkan suatu sistematika yang secara konsisten

berpegang pada prinsip bahwa (semua jenis) sumber daya


47
Badan Pusat Statistik, Presentase Penduduk Miskin Tahun 2020, di kutip
dalam https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/persentase-
penduduk-miskin-maret-2020-naik-menjadi-9-78-persen.html, Di akses
Tanggal 24 Juli 2021.
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 85
alam adalah dimiiliki dan dikuasai negara. Selanjutnya harus

ada ketentuan jenis sumber daya alam mana yang

kepemilikannya dapat dialihkan oleh negara kepada pihak lain

dan persyaratan apa yang harus dipenuhi oleh pihak yang

menerima pengalihan hak kepemilikan dari negara.

Atas dasar prinsip bahwa negara sebagai pemilik yang

berhak melakukan pengendalian sumber daya alam. Dalam

penerapanya penggunaan sumber daya alam ini negara

membagi menjadi dua bagian yang pertama adalah:

(1). sumber daya alam yang kepemilikannya oleh negara dapat

dialihkan dari negara kepada pihak lain, termasuk perorangan

atau perusahaan. Selanjutnya hak kepemilikan juga dapat

dialihkan dari satu pihak ke pihak lain. Sebagai contoh adalah

kepemilikan tanah dalam rangka mengolah hasil tambang

seperti emas dan minyak bumi. (2) sumber daya alam yang

kepemilikannya oleh negara tidak dapat dialihkan kepada

pihak lain. Pengertian tidak dialokasikan adalah bahwa

sumber daya alam katagori ini merupakan sumber daya alam

yang digunakan atau menjadi kepentingan banyak orang atau

kepentingan umum. Sebagai contoh adalah udara, air sungai,

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 86
sungai dan bantaran sungai, gunung, danau, pesisir, lautan

dan sebagainya. Karena penggunaannya hanya untuk publik.

Menindak lanjuti perintah Konstitusi tersebut serta

berkaitan dengan syarat sosiologis, Robert Seidman dan Ann

Seidman, mengatakan kelemahan utama dalam suatu

peraturan perundang-undangan dewasa ini yaitu

kegagalannya mengungkap dengan jelas hubungan sebab

akibat antara Undang-Undang (norma-norma hukum) dengan

kenyataan sosial dan pembangunan. Dengan demikian syarat

ini menekankan pada adanya relasi antara kebijakan yang

dibuat dan kenyataan di masyarakat 48. Dimana dalam analisis

sosiologi, lahan dianggap sumber daya yang mempengaruhi

baik membentuk maupun merubah struktur sosial dan kultur

petani. Dalam konteks ini, biasanya analisis akan mencakup,

seberapa besar terjadi pergeseran struktur sosial petani, dan

dampak apa saja yang ditimbulkan, unsur-unsur kebudayaan

petani apa saja yang mengalami perubahan, dan dampak apa

saja yang ditimbulkan49. Berdasarkan dari hal tersebut maka

dibentuklah Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang


48
Ann Seidman dan Robert Seidman, Penyusunan RUU Dalam Perubahan
Masyarakat Yang Demokratis, Elips, Jakarta, 2002, hlm 30.
49
Doddy S. Singgih, “Metode Analisis Fungsi Lahan,” Masyarakat Kebudayaan
dan Politik, Th XII, No 3, Juli 1999, hal. 6
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 87
Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan yang bertujuan

untuk menjabarkan UUD 1945 Pasal 33 Ayat 3.

Kehadiran UU No 41 Tahun 2009 tentang perlindungan

lahan pertanian Pangan Berkelanjutan ini bertujuan untuk

pembangunan jangka panjang dimana aspek ekologi

(lingkungan) dapat meminimalisir dampak kerusakan

lingkungan, dan sumberdaya dapat dimanfaatkan tidak hanya

untuk saat ini tetapi juga dimasa yang akan datang itu UU

dimaksud mewajibkan Pemerintah dan Pemerintah Daerah

melakukan kewajibannya untuk mensejahterakan rakyat

melalui perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan

termasuk dengan merumuskan insentif dan disinsentif dalam

bentuk pembentukan instrumen hukum; dan 3) Pemerintah

Daerah dalam perlindungan lahan pertanian pangan

berkelanjutan perlu menetapkan kebijakan perlindungan

lahan pertanian pangan berkelanjutan dalam Peraturan

daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya

diderivasi ke dalam Peraturan daerah tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan agar alih fungsi lahan

dapat dicegah dan lahan pertanian pangan dapat

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 88
dikembangkan menjadi lahan pertanian abadi untuk

mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan.

Dalam pelaksanaan UU mengenai ketahanan pangan ini

yang nantinya akan dijabarkan kedalam Peraturan Daerah

terkata LP2B tidak akan bertentangan dengan keadaan sosial

masyarakat sehingga dengan sendirinya peraturan tersebut

akan diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah

serta masyarakat pada umunya dan petani khususnya.

Sehingga itu dalam UU Nomor 41 Tahun 2009 Tentang LP2B

pada Pasal 61 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib

melindungi dan memberdayakan petani, kelompok petani,

koperasi petani, serta asosiasi petani. Serta pada BAB XIII

tentang peran serta masyarakat yang teridiri dari pasal 67, 68

hingga 69, pemerintah memberikan kesempatan seluas-

luasnya kepada masyarakat untuk ikut serta dalam

pengendalian dan pengelolaan LP2B.

C. Landasan Yuridis

Pada landasan yuridis ini, dimaksud adalah peninjaun

mengenai penerapan UU yang berlaku dan terkait dengan LP2B

berdasarkan UUD 1945 pasal 18 ayat 6 yakni   Pemerintahan

daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 89
peraturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas

pembantuan. Yang dijabarkan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-

Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan, adapun yang menjadi hirarki Peraturan

perundang-undangan adalah Undang-Undang Dasar, TAP MPR,

Undang-Undang/Perppu, PP, Perpres, Perda Provinsi dan Perda

Kabupaten/Kota. Sehingga Peraturan daerah mengenai LP2B

sesuai asas lex superior derogat legi inferior.

1) Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945.

2) Undang-Undang No 27 Tahun 2006 Tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725)

3) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5068)

4) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 90
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234)

5) Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang

Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5360)

6) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

7) Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2011 tentang

Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5185)

8) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2012 tentang

Insentif Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5279)

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 91
9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 30

Tahun 2012 Tentang Pembiayaan Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 55, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5288)

10) Peraturan Menteri Pertanian nomor:

07/Permentan/Ot.140/2/2012 tentang pedoman

Teknis Kriteria Dan Persyaratan Kawasan, Lahan,

Dan Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(Berita Negara Republik Indonesia Nomor. 205, Tahun

2012)

11) Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor

19 Tahun 2016 Tentang Penetapan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan Pada Wilayah Yang Belum

Terbentuk Rencana Tata Ruang Wilayah (Berita

Negara Republik Indonesia Nomor.727, Tahun 2016)

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 92
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 93
BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN DAN RUANG LINGKUP

MATERI MUATAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan Yang Akan Diwujudkan

Jangkauan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan diharapkan dapat

mewujudkan Perlindungan dan Pemberdayaan Petani adalah

mensejahterakan kehidupan petani

Arah pengaturan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, yaitu perlindungan

kepada petani, Mewujudkan ketahanan pangan,

Memberdayakan petani dan Meningkatkan jumlah petani dan

lahan pertanian..

B. Ruang Lingkup Materi Muatan

Materi muatan yang hendak dituangkan dalam

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan, merupakan penormaan dari jangkauan dan


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 94
arah pengaturan yang telah ditentukan untuk menentukan

luasnya pengaturan norma dalam Rancangan Peraturan

Daerah dimaksud. Oleh karena itu, dapat diuraikan materi

muatan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan Tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan, sebagai berikut:

1. Ketentuan Umum

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya

dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Bolaang

Mongondow Selatan.

4. Gubernur adalah Gubernur Sulawesi Utara.

5. Bupati adalah Bupati Bolaang Mongondow Selatan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 95
6. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya

disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah.

7. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah

dan DPRD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan

yang menjadi kewenangan Daerah.

8. Dinas Pertanian dan Pangan yang selanjutnya disebut

Dinas adalah Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan.

9. Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi

sebagai suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta

segenap faktor yang mempengaruhi penggunaannya

seperti iklim, relief, aspek geologi, dan hidrologi yang

terbentuk secara alami maupun akibat pengaruh manusia.

10. Lahan Pertanian adalah bidang lahan yang digunakan

untuk usaha pertanian.

11. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah bidang

lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan

dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 96
pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan

kedaulatan pangan Daerah.

12. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah

lahan potensial yang dilindungi pemanfaatannya agar

kesesuaian dan ketersediaannya tetap terkendali untuk

dimanfaatkan sebagai Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan pada masa yang akan datang.

13. Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

adalah sistem dan proses dalam merencanakan dan

menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan dan

membina, mengendalikan, dan mengawasi lahan pertanian

pangan dan kawasannya secara berkelanjutan.

14. Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai

kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber

daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

15. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah wilayah

budidaya pertanian terutama pada wilayah perdesaan yang

memiliki hamparan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dan/atau hamparan Lahan Cadangan


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 97
Pertanian Pangan Berkelanjutan serta unsur

penunjangnya dengan fungsi utama untuk mendukung

kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan Daerah

dan Nasional.

16. Pertanian Pangan adalah usaha manusia untuk mengelola

lahan dan agro ekosistem dengan bantuan teknologi,

modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mencapai

kedaulatan dan ketahanan pangan serta kesejahteraan

rakyat.

17. Kemandirian Pangan adalah kemampuan produksi pangan

dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan

pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan

pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam

jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau,

yang didukung oleh sumber pangan yang beragam sesuai

dengan keragaman lokal.

18. Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan

bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan

yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,

merata, dan terjangkau.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 98
19. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang

secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya,

yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta

memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan

sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi

sumber daya lokal.

20. Petani Pangan, yang selanjutnya disebut Petani adalah

setiap Warga Negara Indonesia beserta keluarganya yang

mengusahakan lahan untuk komoditas pangan pokok di

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

21. Pangan Pokok adalah segala sesuatu yang berasal dari

sumber hayati, baik nabati maupun hewani, yang

diperuntukkan sebagai makanan utama bagi konsumsi

manusia.

22. Intensifikasi lahan pertanian adalah kegiatan

pengembangan produksi pertanian dengan menerapkan

teknologi tepat guna, menggunakan sarana produksi

bermutu dalam jumlah dan waktu yang tepat.

23. Ekstensifikasi lahan pertanian adalah peningkatan

produksi dengan perluasan areal usaha dan

memanfaatkan lahan yang belum diusahakan.


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 99
24. Diversifikasi pertanian adalah usaha penganekaragaman

usaha tani (diversifikasi horizontal) dan

penganekaragaman usaha dalam penanganan satu

komoditi pertanian seperti usaha produksi penanganan

pasca panen, pengolahan dan pemasaran (diversifikasi

vertikal).

25. Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah

perubahan fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

menjadi bukan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

baik secara tetap maupun sementara.

26. Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk

menunjang pertanian.

27. Tanah Telantar adalah tanah yang sudah diberikan hak

oleh Negara berupa Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan, Hak Pakai, Hak Pengelolaan, atau dasar

penguasaan atas tanah yang tidak diusahakan, tidak

dipergunakan, atau tidak dimanfaatkan sesuai dengan

keadaannya atau sifat dan tujuan pemberian hak atau

dasar penguasaannya.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 100
28. Lahan Marginal adalah lahan yang miskin hara dan air

yang tidak mencukupi kesuburan tanah dan tanaman

seperti tanah kapur/karst dan tanah pasir.

29. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya

disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan Daerah

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan untuk periode 1

(satu) tahun.

30. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang

selanjutnya disingkat Bappeda adalah Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow

Selatan.

31. Penyidik Pegawai Negeri Sipil adalah pejabat pegawai

negeri sipil tertentu yang berdasarkan peraturan

perundang-undangan ditunjuk selaku penyidik dan

mempunyai wewenang untuk melakukan penyidikan

tindak pidana dalam lingkup undang-undang yang

menjadi dasar hukumnya masing-masing.

2. Tujuan Dan Prinsip

Peraturan Daerah ini bertujuan untuk:

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 101
a. mewujudkan tingkat kecukupan Pangan Pokok Tertentu

dengan harga yang wajar dan terjangkau sesuai dengan

kebutuhan masyarakat;

b. mempermudah dan meningkatkan akses Pangan bagi

masyarakat yang mengalami darurat dan krisis pangan

akibat bencana alam dan bencana sosial; dan

c. menyediakan Bantuan Pangan untuk masyarakat rawan

Pangan, masyarakat miskin dan/atau daerah lain yang

membutuhkan

Penyelenggaraan cadangan pangan daerah berdasar prinsip:

a. kedaulatan;

b. kemandirian;

c. ketahanan;

d. keamanan;

e. kesejahteraan;

f. manfaat;

g. pemerataan;

h. berkelanjutan;

i. keadilan; dan

j. ketepatan

3. Penyelenggaraan Cadangan Pangan


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 102
Penyelenggaraan Cadangan Pangan dilaksanakan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten; dan Pemerintah Desa yang

meliputi: pengadaan, pengelolaan dan penyaluran.

4. Perencanaan Dan Penetapan

Perencanaan di lakukan sebagai berikut:

a. Setiap Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan di Daerah dilakukan berdasarkan

perencanaan.

b. Pemerintah Daerah berkewajiban menyusun rencana

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

c. Bupati menugaskan Dinas untuk menyusun rencana

d. Perencanaan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dilakukan pada :

a) Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

b) Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan

c) Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

e. Rencana Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dimuat dalam Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja

Pemerintah Daerah (RKPD).


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 103
Sedangkan penetapan di lakukan sebagai berikut:

a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

b. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan; dan

c. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan

5. Pengembangan

Pengembangan kawasan dan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan di lakukan oleh pemerintah daerah, masyarakat

dan korporasi yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata

Ruang Wilayah Daerah dan Rencana Rinci Tata Ruang Daerah

yang meliputi intensifikasi dan ektensifikasi.

6. Penelitian

Penelitian Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan meliputi:

a. pengembangan penganekaragaman pangan;

b. identifikasi dan pemetaan kesesuaian lahan;

c. pemetaan zonasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

d. inovasi pertanian;

e. fungsi agroklimatologi dan hidrologi;

f. fungsi ekosistem; dan

g. sosial budaya dan kearifan lokal

7. Pemanfaatan

Pemanfaatan lahan pertanian pangan berkelanjutan di


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 104
arahkan pada aspek perlindungan dan pelestarian yang

meliputi pada:

a. memanfaatkan tanah sesuai peruntukan; dan

b. mencegah kerusakan irigasi

c. menjaga dan meningkatkan kesuburan tanah;

d. mencegah kerusakan lahan; dan

e. memelihara kelestarian lingkungan

8. Pembinaan

Pembinaan lahan pertanian pangan berkelanjutan meliputi:

a. koordinasi perlindungan;

b. sosialisasi Peraturan Perundang-undangan;

c. pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi;

d. pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat;

e. penyebarluasan informasi Kawasan Pertanian Pangan

Berkelanjutan dan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan;dan/atau

f. peningkatan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat

9. Pengendalian

Pengendalian Lahan Pertanian Pangan melalui:

a. insentif;

b. disinsentif;
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 105
c. perizinan;

d. proteksi; dan

e. penyuluhan

10. Alih Fungsi

Alih Fungsi lahan pertanian pangan berkelanjutan meliputi:

a. Pemerintah Daerah melindungi Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan yang telah ditetapkan.

b. Luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang telah

ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang

dialihfungsikan.

Dalam hal pengadaan tanah untuk kepentingan umum dan

terjadi bencana, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dapat

dialihfungsikan.

11. Sistem Informasi

Adapun yang menjadi sistem dan data informasi Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan meliputi:

a. Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

b. Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

c. Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan

d. Tanah Telantar dan Subyek Haknya

e. fisik alamiah;
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 106
f. fisik buatan;

g. kondisi sumber daya manusia dan sosial ekonomi;

h. status kepemilikan dan/atau penguasaan;

i. luas dan lokasi lahan; dan

j. jenis komoditas tertentu yang bersifat pangan pokok

12. Pengawasan

Pengawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan dilakukan

terhadap:

a. perencanaan dan penetapan;

b. pengembangan;

c. pemanfaatan;

d. pembinaan; dan

e. pengendalian.

Pengawasan sendiri meliputi: pelaporan, pemantaun dan

evaluasi.

13. Pembiyaan

Pembiayaan perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah; dan/ atau sumber lain yang sah dan tidak

mengikat.

14. Peran Serta Masyarakat


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 107
Peran serta masyarakat di arahkan pada perlindungan lahan

pertanian pangan berkelanjutan yang meliputi:

a. perencanaan;

b. pengembangan;

c. penelitian;

d. pengawasan;

e. pemberdayaan petani; dan/atau

f. pembiayaan

15. Sanksi Administratif

Sanksi Administratif terdiri dari:

a. teguran tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian tetap kegiatan;

d. penutupan lokasi;

e. pencabutan sementara izin;

f. pencabutan tetap izin;

g. penghentian sementara pelayanan umum;

h. pembongkaran bangunan;

i. pencabutan insentif; dan/atau

j. denda administratif

16. Ketentuan Pidana


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 108
Ketentuan pidana bagi pelanggar yaitu dipidana dengan

pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau pidana

denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah).

17. Ketentuan Penutup

Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah ini harus sudah

ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun sejak Peraturan Daerah

ini diundangkan.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 109
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan sebelumnya, maka

yang menjadi simpulan dalam Naskah Akademik Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

adalah :

1. Laju pertumbuhan penduduk dan pembangunan yang

pesat memerlukan lahan-lahan baru sehingga

menimbulkan kompetisi penggunaan lahan dan alih

fungsi lahan pertanian pangan ke non pertanian pangan

yang dapat mengancam ketahanan dan kemandirian

pangan. Pemerintah Daerah wajib melakukan

perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

dalam rangka dipergunakan untuk sebesar-besar


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 110
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat sebagaimana

diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan demi terjamin hak

atas pangan bagi masyarakat. Guna melindungi lahan

pertanian pangan dari alih fungsi lahan serta guna

melaksanakan ketentuan UndangUndang Nomor 41

Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan perlu diatur perlindungan dan

penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

dalam suatu peraturan daerah.

2. landasan filososfis pembentukan Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan

Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan adalah untuk penyediaan lahan

pertanian pangan yang berkelanjutan, sebagai

sumber pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan dengan mengedepankan prinsip

kebersamaan, eisiesi, berkeadilan, berkelanjutan,

berwawasan lingkungan dan menjaga keseimbangan

unsur yahati hingga daya dukung lingkungan.

Sementara, landasan sosiologis yaitu, pertumbuhan


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 111
jumlah penduduk dan persoalan mengenai kemiskinan

saat ini menjadi persoalan yang harus di tangani secara

jelas dan terstruktur di seluruh bidang termasuk dalam

bidang pertanian. Dalam ruang lingkup pertanian itu

sendiri maslah krusial adalah persoalan Luas lahan

pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) yang saat ini

terus mengalami penurunan yang cukup drastis.

Selanjutnya, landasan yuridis adalah berbagai

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

3. Jangkauan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, diharapkan

dapat menjangkau segala urusan bidang

penyelenggaraan pemerintahan, khususnya bidang

pertanian yang mencakup: tugas, wewenang,

perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pemantauan,

evaluasi, koordinasi, kerjasama, partisipasi masyarakat,

pembinaan, dan pendanaan. Sedangkan sasaran yang

akan diwujudkan yaitu: yaitu perlindungan kepada

petani, Mewujudkan ketahanan pangan,


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 112
Memberdayakan petani dan Meningkatkan jumlah

petani dan lahan pertanian. Adapun ruang lingkup

materi muatan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

yakni ketentuan umum, materi pokok yang diatur, dan

ketentuan penutup.

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka

saran dalam Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ini adalah :

1. Perlu adanya peraturan daerah tentang Kabupaten

Bolaang Mongondow Selatan Tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan sebagai dasar

hukum atau payung hukum bagi pemerintah daerah

dalam memberikan kebijakan pemerintah daerah yang

responsif terhadap Perlindungan Lahan Pertanian

Pangan Berkelanjutan.

2. Perlu pelibatan masyarakat dan unsur terkait dalam

pembahasan tentang pembentukan peraturan daerah


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 113
yang akan menjadi dasar hukum bagi daerah kedepan

dalam konteks Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan.

3. Apabila telah dibentuknya peraturan daerah tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,

maka sebaiknya peraturan daerah tersebut

ditindaklanjuti dengan pembentukan peraturan bupati

yang akan mengatur secara lebih teknis.

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 114
DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ann Seidman dan Robert Seidman, Penyusunan RUU Dalam

Perubahan Masyarakat Yang Demokratis, Elips, Jakarta,

2002

Doddy S. Singgih, “Metode Analisis Fungsi Lahan,” Masyarakat

Kebudayaan dan Politik, Th XII, No 3, Juli 1999

I Ketut Sudiarta et.al, Laporan Penelitian Naskah Akademik

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan,

kerjasama DPRD Kabupaten Tabanan dengan Fakultas

Hukum Universitas Udayana, Bali, 2015

Las, I dkk, “Isu Dan Pengelolaan Lingkungan Dalam Revitalisasi

Pertanian”, Jurnal Litbang Pertanian, 25(3), 2006

Maria SW Sumarjono, Tanah dalam Perspektif Hak Ekonomi, Sosial

dan Budaya, Kompas Gramedia, Jakarta, 2008

Meirina Rokhmah, Potensi dan Kendala Kebijakan Perlindungan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 115
Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan di Kabupaten

Demak, Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, 2012, hlm

162. Lihat Juga Dwijowijoto Riant Nugroho, Kebijakan

Publik Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi, Jakarta: Elex

Media Komputindo, 2003

Marsono, Susunan Suatu Naskah UUD 1945 Dengan Perubahan-

Perubahanya 1999-2002. (Jakarta: Cv Eka Jaya, 2003)

Munir Fuady, Teori-Teori Besar (Grand Theory) Dalam Hukum,

(Jakarta: kencana, 2013)

Person dalam Subkhan Riza, Kegagalan Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan di Provinsi Riau, Prosiding Seminar

Nasional Lahan Suboptimal 2014, Palembang 26-27

September 2014

Retno Kusniati, Analisis Perlindungan Hukum Penetapan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan, Jambi,

Rizaldi Eki Santoso, “Pemanfatan Tanah Bekas Kawasan Hutan

Untuk Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan”, Jurnal

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, 2014

Rustiadi, E. dan W. Reti, Urgensi Lahan Pertanian Pangan Abadi

dalam Perspektif Ketahanan Pangan, dalam Arsyad,S dan E.

Rustiadi (Ed), Penyelamatan Tanah, Air dan Lingkungan,


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 116
Jakarta : Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia, 2008

Tim Penyusun, Analisis dan Evaluasi Hukum dalam rangka

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tahun

2017, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementrian

Hukum dan HAM RI

Yuwono, T, “Membangun Kedaulatan Pangan, Membangun

Kedaulatan Bangsa”, Dalam T. Yuwono (ed), “Pembangunan

Pertanian: Membangun Kedaulatan Pangan”, Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 2011

Yuwono, T, Pembangunan Pertanian Membangun Ideologi Pangan

Nasional, Yogyakarta: Lily Publisher, 2019

Jurnal

Afwit Freastoni dan Sirajuddin, Politik Hukum Perlindungan

Lahan Pertanian dan Hak Asasi Petani sebagai Instrumen

Mewujudkan Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Indonesia,

Jurnal Konstitusi, Vol. III, No. 2, November 2010

Dessy Nugraharani dan Engkus Kusnadi Wikarta, Implementasi

Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan Dalam Mengatasi Alih Fungsi Lahan (Studi di

Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat), Agric. Sci. J. –


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 117
Vol. I (4) : 122-132 (2014)

Gesthi Ika Janti, Edhi Martono, dan Subejo, Perlindungan Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan Guna Memperkokoh

Ketahanan Pangan Wilayah (Studi Di Kabupaten Bantul,

Daerah Istimewa Yogyakarta), Jurnal Ketahanan Nasional,

Vol. 22, No 1, April 2016: 1-21

Iqbal Muhammad dan Sumaryanto, Strategi Pengendalian Alih

Fungsi Lahan Pertanian Bertumpu Pada Partisipasi

Masyarakat. Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 5,

No. 2, 2007

Wiwik Widayati, “Kebijakan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan di Kabupaten Demak”, Jurnal Ilmiah Ilmu

Pemerintahan, Vol 1, No. 1, Maret 2015

Internet

Ahmad Makky Arrozi dan Saptana, “Implementasi Undang-Undang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

(PLP2B) Dalam Mendukung Ketahanan Pangan Di Provinsi

Banten”, Jurnal Online,

https://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/PROS2013_

D3_Ahmad%20Makky.pdf
Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 118
Badan Pusat Statistik, Presentase Penduduk Miskin Tahun 2020,

https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/07/15/1744/per

sentase-penduduk-miskin-maret-2020-naik-menjadi-9-78-

persen.html

Baskoro, “Tantangan Konservasi Lahan Pertanian”,

https://grobogan.go.id/pendidikan/583-pembangunan-

pendidikan-kabupaten-grobogan-tahun-2011

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah

beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9

Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015


Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan 119
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5679);

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan

Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

Naskah Akademik Ranperda Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan


Berkelanjutan 120

Anda mungkin juga menyukai