Anda di halaman 1dari 88

TESIS

PENERAPAN SANKSI TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG


MELAKUKAN PELANGGARAN JABATAN MENURUT PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN
PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

Application Of Sanctions Against Civil Servants


Doing The Position By Violation Of Government Regulation Number 53 Of 2010
Discipline Of Civil Servants
Islands In The District Banggai

UMARA PUNDENG ALI

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
PENERAPAN SANKSI TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL
YANG MELAKUKAN PELANGGARAN JABATAN MENURUT
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010
TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

Application Of Sanctions Against Civil Servants

Doing The Position By Violation Of Government Regulation Number 53 Of 2010

Discipline Of Civil Servants

Islands In The District Banggai

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Ilmu Hukum

Disusun Dan Diajukan Oleh :

UMARA PUNDENG ALI

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014
TESIS

PENERAPAN SANKSI TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL


YANG MELAKUKAN PELANGGARAN JABATAN MENURUT
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010
TENTANG DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL
DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN

Application Of Sanctions Against Civil Servants


Doing The Position By Violation Of Government Regulation Number 53 Of 2010
Discipline Of Civil Servants
Islands In The District Banggai
Disusun Dan Diajukan Oleh :

UMARA PUNDENG ALI


P0900211504

Komisi Penasehat,

Prof.Dr.Aswanto,S.H.,M.Si.,DFM. Prof.Dr. H.M. Said Karim,S.H.,MH.


Ketua Anggota

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Hukum

Prof. Dr. Marthen Arie, S.H., M.H.


PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : UMARA PUNDENG ALI

Nomor Mahasiswa : P0900211504

Program Studi : Ilmu Hukum

Konsentasi : Ilmu Hukum

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari

terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini

hasil karya orang lain, saya brsedia menerima sanksi atas perbuatan

tersebut.

Makassar, Januari 2014

Yang menyatakan,

UMARA PUNDENG ALI


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah – Tuhan YME, karena hanya
atas hidayah dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Thesis dengan
judul : PENERAPAN SANKSI TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG
MELAKUKAN PELANGGARAN JABATAN MENURUT PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PEGAWAI
NEGERI SIPIL DI KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN.
Thesis ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan untuk

meraih gelar Magister Hukum pada Program Magister Hukum Universitas

Hasanuddin Makassar. Penulis melakukan kajian terhadap pelaksanaan

pemungutan retribusi karena persoalan yang terjadi tidak hanya pada aspek

hukum tetapi menyangkut pula aspek lain, yaitu perekonomian yang

interaksinya sering menimbulkan persoalan cukup krusial.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai

pihak penyusunan thesis ini tidak akan dapat diselesaikan dengan lancar.

Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis dengan tulus menyampaikan ucapan

terima kasih yang sedalam-dalamnya atas segala bantuan dan dukungannya

kepada yang terhormat Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi, Sp.B.,Sp.BO selaku

Rektor Universitas Hasanuddin Makassar dan Prof. Dr. Marthen Arie, S.H.,

M.H., selaku Ketua Program Magister Ilmu Hukum Universitas Hasanuddin

Makassar, yang yang terhormat Prof.Dr. Aswanto,S.H.,M.Si.,DFM selaku

pembimbing I dan Prof.Dr. H.M. Said Karim,S.H.,MH selaku pembimbing II

yang berkenan memberikan dukungan, perkenan dan kesempatan secara


arif serta dengan penuh kebijakan telah memberikan bimbingan dan arahan

dalam penyusunan tesis. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada Farid

Haluti, S.Ag., MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Luwuk yang

telah memberikan motivasi dalam melanjutkan pendidikan kejenjang

pascasarjana S2 Unhas Makassar.

Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu

berbagai kritik, saran dan masukan sangat Penulis harapkan dari berbagai

pihak demi pengembangan ilmu dan penelitian lebih lanjut. Mudah-mudahan

karya ilmiah berupa Tesis ini dapat memberikan manfaat dalam upaya

pengembangan ilmu hukum, khususnya dalam pelaksanaan dan penegakan

hukum.

Makassar, Januari 2014

UMARA PUNDENG ALI


ABSTRAK

Umara Pundeng, Penerapan Sanksi Terhadap Pegawai Negeri Sipil Yang


Melakukan Pelanggaran Jabatan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53
Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Kabupaten Banggai
Kepulauan (dibimbing oleh Prof.Dr. Aswanto, S.H.,M.Si.,DFM dan Prof.Dr.
H.M. Said Karim,S.H.,MH).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa penerapan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil Di Kabupaten Banggai Kepulauan.
Penelitian ini menggunakan bentuk pendekatan adalah normatif dan
empirik yaitu pendekatan yang didasarkan pada peraturan perundang-
undangan dalam realisasinya di masyarakat, dengan jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian kualitatif. Lokasi penelitian di Pemerintah
Kabupaten Banggai Kepulauan. Sumber data meliputi sumber data sekunder.
Teknik pengumpulan data melalui observasi, penelitian kepustakaan, baik
buku-buku, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan penelitian ini, diperoleh hasil bahwa pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 Tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil Di Kabupaten Banggai Kepulauan dalam hal proses penanganan
Pelanggaran, belum secara keseluruhan pelanggaran yang dilakukan ioleh
pegawai negeri sipil dapat diproses sesuai ketentuan yang berlaku, hal ini
disebabkan dari pengaruh kewenangan Bupati sebagai penentu kebijakann
di Daerah.

Kata Kunci : Sanksi Pengawai Negeri Sipil


ABSTRACT

Umara Pundeng, Application of the Civil Penalties Against Abuse Conducting


Title According to Government Regulation No. 53 of 2010 Concerning Civil
Service Discipline In Banggai Islands (supervised by Prof. Aswanto, SH,
M.Sc., DFM and Prof.Dr . Karim Said HM, SH, MH).
This study aims to identify and analyze the implementation of
Government Regulation No. 53 of 2010 Concerning Civil Service Discipline In
Banggai Islands .
This study uses a form of normative and empirical approach to an
approach based on the laws and regulations in its realization , with the kind of
research is qualitative research. Location of the study in the Banggai Islands
Government. Nomina sources include secondary data sources. The
technique of collecting nomina through observation, research literature, good
books, legislation, documents, and so forth. Based on this study , the results
showed that the implementation of Government Regulation No. 53 of 2010
Concerning Civil Service Discipline In Banggai Islands in terms of the
handling of violations , yet overall offenses committed by civil servants can be
processed in accordance with prevailing regulations , it is because of Regents
authority as a determinant influence on regional policy.

Keywords : Sanctions civil servants


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PENGAJUAN TESIS ................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .............................................................. iv
PRAKATA ................................................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vii
ABSTRACT ............................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 8
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 9
D. Kegunaan Penelitian............................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 10


A. Konsep Negera Hukum ........................................................ 10
B. Pengawai Negeri Sipil ......................................................... 13
C. Jenis-Jenis Pelanggaran Disiplin Pengawai Negeri Sipil ...... 24
D. Tindak Pidana Jabatan/Kejahatan Jabatan .......................... 34
E. Skema Kerangka Berfikir ...................................................... 45
F. Definisi Operasional ............................................................. 46

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 50


A. Lokasi Penelitian.................................................................. 50
B. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ........................................ 50
C. Jenis Dan Sumber Data ....................................................... 51
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 51

9
E. Teknik Analisis Data ............................................................. 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................... 53


A. Hasil Penelitian . .................................................................. 53
B. Pembahasan ....................................................................... 69

BAB V PENUTUP .................................................................................... 74


A. Kesimpulan ......................................................................... 74
B. Saran ................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 77

Lampiran-Lampiran.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

10
Untuk mewujudkan amanat Undang Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945, Dimana Negara Indonesia

merupakan Negara kesatuan yang berbentuk Republik. Dengan

Tujuan Negara Indonesia berdasarkan Pembukaan Undang-

Undang Dasar Tahun 1945 alinea ke-4, antara lain memajukan

kesejahteran umum, mencerdasakan kehidupan bangsa, serta

menjaga ketertiban dunia. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

dibentuk Pemerintahan, baik Pemerintah Pusat maupun

Pemerintah Daerah yang diatur menurut Ketentuan Hukum, Peraturan

dan Perundang-undangan. sehingga Negara Indonesia dikatakan

sebagai Negara yang berdasarkan Hukum (Negara Hukum).

Sebagai Negara yang berdasarkan atas Hukum maka

penyelenggaraan Negarapun baik dalam penyelenggaraan

Pemerintahan, Pembangunan dan Kemasyarakatan harus

berdasarkan atas Hukum.

Untuk mencapai tujuan Negara Indonesia maka dibentuklah

alat - alat kekuasaan Negara. Alat - alat kekuasaan Negara inilah

yang bekerja sesuai fungsinya, yang diatur menurut ketentuan

perundangan-undangan. Menurut Rasid, Fungsi Negara dimaksud

secara umum terbagi empat bagian Yaitu Pelayanan (publik

service), Pembangunan (Development) Pemberdayaan

(Empowering) dan Pengaturan (Regulations).

11
Untuk mengetahui masyarakat suatu Negara maka lihatlah

Pemerintahannya, artinya fungsi - fungsi Pemerintahan yang

dijalankan apakah dapat mencapai tujuan Negara sebagaimanat

amanat pembukaan Undang - Undang Dasar Negara RI Tahun

1945 alinea ke empat (IV). Jika pemerintahan dapat menjalankan

fungsi-fungsinya dengan baik maka pelayanan dapat

membuahkan keadilan, pemberdayaan dapat membuahkan

kemandirian, pembangunan dapat membuahkan kesejateraan dan

kemakmuran.

Pemerintah adalah segenenap alat perlengkapan Negara

atau lembaga - lembaga kenegaraan yang berfungsi sebagai alat

untuk mencapai tujuan Negara (Ndraha,1997.1) Apa yang

dilakukan Pemerintah adalah dalam rangka melaksanakan tugas

Negara sehingga Pemerintah sering disebut representasi Negara.

Pemerintah merupakan satu - satunya lembaga yang pada tingkat

tertententu mampu menjaga dan mejamin sistem ketertiban dan

penyediaan sarana dan prasarana sosial yang dibutuhkan oleh

masyarakat bagi kepentingan aktifitas sosialnya. Sehingga tujuan

utama dibentuknya Pemerintahan adalah untuk menjaga suatu

sistem ketertiban dimana masyarakat bisa menjalani kehidupan

secara wajar. Pemerintah tidaklah diadakan untuk melayani

dirinya sendiri tetapi untuk melayani masyarakat.

12
Menurut Aritoteles Negara yang baik adalah Negara yang

diperintah dengan konstitusi dan kedaulatan hukum. Ada tiga

unsur dari Pemerintahan yang berkonstitusi, yaitu:

1. Pemerintahan dilaksanakan untuk kepentingan Umum

2. Pemerintahan dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan

pada ketentuan - ketentuan umum, bukan hukum yang dibuat

secara sewenang wenang yang menyampingkan konvensi dan

konstitusi

3. Pemerintahan berkonstitusi berarti Pemerintahan yang

dilaksnakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan

tekanan yang dilaksnakan Pemerintahan despotik.

Berdasarkan pendapat diatas menunjukan bahwa

Pemerintahan Indonesia pada masa orde baru tidak dijalankan

sebagaimana mestinya sebagai Pemerintah yang baik, bahkan

sampai dengan saat ini Pemerintahan Negara belum dilaksanakan

sebagaimana amanat konstitusi Negara dan kedaulatan hukum.

Karena telah mengabaikan prinsip-prinsip kepentingan umum dan

adanya upaya pemaksaan tekanan terhadap struktur birokrasi

Pemerintah dengan asas monoloyalitas.

Harapan untuk mewujudkan Pemerintahan yang demokratis

dan baik (democratis and good governance) sampai saat ini

belum terwujud.

13
Pegawai Negeri Sipil sebagai alat Pemerintah (aparatur

Pemerintah) memiliki keberadaan yang sentral dalam membawa

komponen kebijaksanaan kebijaksanaan ataun peraturan

peraturan pemerintah guna teralisasinya tujuan Nasional.

Komponen tersebut terakumulasi dalam bentuk pendistribusian

tugas, fungsi,dan kewajiban Pegawai Negeri Sipil.

Berkaitan dengan hal dimaksud, aparat birokrasi tidak

hanya memahami tugas, fungsi dan kewajiban sebagai Pegawai

Negeri Sipil, tentunya juga harus memiliki prilaku yang

menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat yang selama ini

menurun.

Karena itu dibutuhkan pengawasan terhadap

penyelenggaraan tugas dan fungsi Pegawai Negeri Sipil sebagai

aparatur Negara, serta penerapan sanksi terhadap pelanggaran

jabatan yang dilakukan Pegawai Negeri Sipil.

Dalam kedudukannya sebagai sebagai unsur aparatur yang

diangkat oleh pemerintahj untuk menjalankan tugas Negeri atau

jabatan Negara lainnya, Pegawai Negeri harus selalu berada

pada koridor hukum agar tidak terjadi penyimpangan

penyimpangan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Perbuatan sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil dalam

unit kerjanya dapat dibedakan atas tindakan persorangan dan

tindakan badan hukum (Institusi Kepagawaian). Tindakan

14
persoorangan atau pribadi yang dilakukan oleh Pegawai Negeri

Sipil dapat mengarah pada terjadinya kejahatan jabatan.

Mengenai kejahatan jabatan yang dilakukan Pegawai Negeri Sipil

telah diatur menurut ketentuan Peraturan Pemerintah nomor 53

Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil, dimana dalam

ketentuan peraturan Pemerintah dimaksud bahwa Pegawai Negeri

Sipil yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban dan

larangan dalam jabatan sebagai Pegawai Negeri Sipil akan

diberikan sanksi/hukuman sesuai jenis dan tingkat pelanggaran

yang dilakukan. Saksi hukum dimaksud antara lain berupa

hukuman ringan, hukuman sedang, dan hukuman berat.

Pemberian sanksi/hukuman berat terhadap Pegawai Negeri

sipil, antara berupa tindakan Pegawai Negeri Sipill yang

melakukan pelanggaran terhadap larangan seperti

menyalagunakan kewenangan, menjadi perantara untuk

mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau golongan dengan

menggunakan kewenangan orang lain, menerima hadiah atau

suatu pemberian apa saja dari siapapun juga yang berhubungan

dengan jabatan dan /atau pekerjaaanya. Dan masih banyak

tindakan lain yang diklasipikasi masuk dalam pelanggaran berat

.Dalam Peraturan ini tindakan atau perbuatan Pegawai Negeri

Sipil dimaksud dapat diberikan hukuman diberhentikan dengan

hormat atau tidak dengan hormat, setelah dibuktikan

15
pelanggarannya. Dalam undang-Undang RI nomor 43 Tahun 1999

tentang pokok poko kepegawaian, pemberhentian Pegawai Negeri

sipil diatur pada pasal 23 ayat (5) huruf (c), yaitu; “Pegawai

Negeri Sipil diberhentikan tidak dengan hormat karena dihukum

penjara atau kurungan berdasarkan putusan Pengadilan yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena terbukti dan

menyakinkan telah melakukan tindak pidana kejahatan jabatan

atau tindak pidana kejahatan jabatan yang ada hubungannya

dengan jabatan”. Peraturam Pemerintah nomor 53 Tahun 2010,

tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil, lebih mempertegas bentuk

dan jenis hukuman yang akan diberikan terhadap Pegawai Negeri

Sipil yang Melakukan pelanggaran dimaksud.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 25 dan pasal 26,

Pemerintah Daerah Kabupaten berkewenangan untuk melakukan

pengawasan serta memberikan Sanksi terhadap Pegawai Negeri

sipil yang melakukan Pelanggaran jabatan sebagaimana diatur

menurut ketentuan Peraturan Pemerintah nomor 53 Tahun 2010

Tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Kabupeten Banggai Kepulauan yang terbentuk dengan

Undang-Undang Republik Indonesia, nomo 53 Tahun 1999,

tentang Pembentukan Kabupaten Bual, Kabupaten Morowali dan

Kabupaten Banggai Kepulauan, dalam penyelenggaraan

16
Pemerintahan di daerah Kabupaten Banggai Kepulauan,

khususnya menyangkut pelaksanaan disiplin Pegawai Negeri Sipil

yang diatur dalam Peraturan Pemeintah nomor 53 Tahun 2010,

tentang Disipilin Pegawai Negeri Sipil. perlu mendapat perhatian

serius karena hal ini berkaitan dengan pelayanan terhadap

masyarakat. Rekrutmen Pagawai dan pejabat yang tidak melihat

pada kompetensi yang dimiliki, rangkap tugas dan jabatan,

kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan tugas, fungsi dan

wewenang Pegawai Negeri Sipil, hal ini yang merupakan salah

satu penyebab dari terjadinya penyalagunaan jabatan serta

terjadinya kejahatan dalam jabatan yang sering dilakukan

Pegawai Negeri Sipil Di Kabupaten Banggai Kepulauan, karena

itu penerapan sanksi pidana bagi Pegawai Negeri Sipil yang

melakukan pelanggaran jabatan sangat diperlukan. Terjadinya

Pelanggaran jabatan dan kejahatan jabatan yang dilakukan

Pegawai Negeri Sipil dewasa ini belum mendapat penanganan

Hukum secara serius sehingga tindak pidana jabatan secara terus

menurus dilakukan, misalnya praktek Korupsi, Suap,

Penggelapan, Pemalsuan Dokumen serta perbuatan lain yang

dilkukan secara melawan hukum untuk menguntungkan diri

sendiri dan kelompok lain dengan menggunakan jabatan dan

kewenangan serta kekuasaan yang dimiliki sebagai Pegawai

Negeri Sipil. Hal ini perlunya penerapan hukum serta sanksi

17
pidana yang tegas sesuai ketentuan perundang-undangan yang

berlaku.

B. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan penerapan sanksi terhadap Pegawai

Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran jabatan menurut

Peraturan Pemerintah Nomor; 53 Tahun 2010, tentang disiplin

Pegawai Negeri Sipil. maka masalah yang akan diteliti dalam

Penulisan tesis ini adalah :

1. Sejauhmana penerapan sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang

melakukan pelanggaran jabatan menurut Peraturan Pemerintah

nomor; 53 tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil Di

Kabupaten Banggai Kepulauan.

2. Bagaimana penerapan sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil yang

melakukan pelanggaran jabatan menurut Peraturan Pemerintah

nomor; 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil Di

Kabupaten Banggai Kepulauan. ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian sebagaimana permasalahan yang telah

dikemukakan diatas adalah untuk :

18
1. Untuk mengetahui sejaumana Penerapan Sanksi bagi Pegawai

Negeri Sipil yang melakukan Pelanggaran Jabatan Di Kabupaten

Banggai Kepulauan telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disipilin Pegawai Negeri Sipil.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah Penerapan Sanksi bagi

Pegawai Negeri Sipil yang melakukan Pelanggaran jabatan Di

Kabupaten Banggai Kepulauan.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan akan dapat

memberikan kegunaan, sebagai berikut :

1. Sebagai bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

ilmu hukum Pidana dan sumbangan pemikiran bagi unsur

pemerintahan daerah dalam pelaksanaan dan Penerapan

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disipilin

Pegawai Negeri Sipil.

19
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Negara Hukum

Negara sebagai suatu organisasi pemerintahan digunakan sebagai

aktivitas pelayanan public untuk mencapai tujuan Negara.Tujuan suatu

Negara dapat dilihat pada konstitusi masing-masing Negara, dimana

secara jelas dicantumkan dan ada pula hanya dalam penjelasan dari

sebuah konstitusi. Menurut Faisal Abdullah (2009:17), pemerintahan

Negara yang berdasarkan konstitusi merupakan salah satu refleksi dari

Negara hukum.

Negara hukum adalah Negara yang dalam penyelenggaraan

pemerintahannya selalu berdasarkan hukum. Menurut Ridwan H.R.

(dalam Faisal Abdullah, 2009:18) ”bahwa sejarah dan pertumbuhan

Negara hukum lahir dan tumbuh dari pemikiran umat manusia yang

sejalan dengan perkembangan kesejahteraan manusia itu sendiri. Oleh

sebab itu asumsi dari muncul dan berkembangnya suatu Negara hukum

didasdarkan pada tingkat kesejahteraan masyarakatnya.Maka konsep

Negara hukum berlaku secara universal, karena disesuaikan dengan

kondisi kesejahteraan. Itulah sebabnya konsep dan persepsi Negara

hukum muncul dengan berbagai model dan tipologinya. Tipologi Negara

hukum yang pernah ada yaitu tipologi Negara hukum nomokrasi islam

20
(Qur’an dan Sunnah), Negara hukum eropa continental (rechtsstaat),

konsep negara hukum Anglo Saxon (rule of law), konsep negara hukum

socialis legality, dan konsep negara hukum pancasila.”

Embrio Negara hukum menurut Faisal Abdullah (2009:18) pertama

kali ditemukan dalam pemikiran Plato yang merumuskan Negara hukum

dari kata “nomoi” atau Aristoteles merumuskan Negara hukum dengan

mengaitkannya dengan konsep “polis”. Dalam pemikiran Aristoteles

ditemukan makna substantive Negara hukum yang menyatakan bahwa

dalam Negara hukum yang memerintah bukanlah manusia, melainkan

pwmikiran yang adil dan kesusilaan yang menentukan baik buruknya

suatu hukum.Berdasarkan konsep tersebut, jika kondisi tersebut telah

terpenuhi maka terwujudlah suatu Negara hukum.

Ide Negara hukum secara substantif berawal dari konstruksi

pemikiran Aristoteles (dalam Achmad Ali, 2002:259), yang menempatkan

keadilan sebagai tujuan utama Negara. Konsep keadilan menurutnya ada

dua yaitui; keadilan distributive yaitu suatu keadilan dimana pembagian

barang dan kehormatan kepada masing-masing orang sesuai dengan

statusnya dalam masyarakat. Kedua, keadilan korektif yaitu keadilan

yang ditetapkan berdasarkan kriterian dalam melaksnakan hukum sehari-

hari, memiliki standar hukum sebagai akibat dari tindakan hukumkepada

pihak lain guna memulihkan keadaan dalam hubungannya dengan orang

lain.

21
Menurut Achmad Ali (2009:212) “ teori timur” tentang tujuan hukum

umumnya tidak menempatkan kepastian, tetapi hanya menekankan pada

tujuan hukum sebagai berikut “keadilan adalah keharmonisan, dan

keharmonisan adalah kedamaian”.

Dalam konsep Negara hukum , menurut Faisal Abdullah (2009:24),

bagi aparat administrasi Negara dalam doktrin diberikan suatu hak untuk

bebas bertindak dalam suatu kebebasan yang bertanggung jawab yang

disebut “freies ermessen”. Dimana menurut Hans J. Wolf (dalam Faisal

Abdullah, 2009:24) bahwa”freies ermessen”tidak dapat diartikan secara

berlebihan seakan-akan pejabat atau badan atau pejabat administrasi

Negara boleh bertindak sewenang-wenang atau tanpa dasar-dasar yang

tidak jelas ataupun dengan pertimbangan yang subjektif-individual.

Sedangkan menurut Laica Marzuki (dalam Faisal Abdullah,

2009:25) menyatakan bahwa “freies ermessen” adalah merupakan

kebebasan yang debrikan kepada tata usaha Negara dalam rangka

penyelenggaraan pemerintahan sejalan dengan meningkatnya tuntutan

pelayanan public yang harus diberikan tata usaha Negara terhadap

kehidupan social ekonomi para warga yyang kian kompleks.”

Untuk itu kontrol terhadap penyelenggaraan pemerintahan dalam

Negara hukum sangat dibutuhkan dengan menggunakan prinsip

akuntabilitas, resposibilitas agar ddapat menciptakan aparatur

pemerintahan yang baik.Dengan demikian kehadiran Negara hukum

22
adalah untuk memberikan batasan-batasan yang sifatnya normatif bagi

penyelenggara Negara untuk bertindak dalam melayani warganya.

B. Pegawai Negeri Sipil

1. Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan dan peranan Pegawai Negeri Sipil dalam setiap

organisasi Pemerintah sangatlah menentukan, sebab Pegawai Negeri

Sipil merupakan tulang Punggung pemerintahan dalam melaksanakan

Pembangunan Nasional. Peranan Pegawai negeri sipil sebagaimana

diistilakan dalam dunia kemiliteran yang berbunyi Not the gun, the man

behind the gun, yaitu bukan senjata yang panting melainkan manusia

yang menggunakan senjata itu. Senjata yang modern tidak mempunyai

arti apa apa apabila manusia yang dipercaya mengguanakan senjata itu

tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar.

Krenenburg memberikan pengertian Pegawai Negeri, yaitu pejabat

yang ditunjuk, jadi pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka

yang memangku jabatan mewakili seperti anggota parlemen, presiden

dan sebagainya. Berbeda dengan Logemen menggunakan kriteria yang

bersifat materil mencermati hubungan antara negara dengan pegawai

Negeri dengan memberikan pengertian Pegawai negeri sebagai tiap

pejabat yang mempunyai hubungan dinas dengan Negara.

23
Pegawai Negeri sipil menurut Kamus umum bahasa Indonesia

“Pegawai” berarti orang yang bekerja pada Pemerintah(perusahaan dan

sebagainya) sedangkan “negeri” berarti negara atau Pemerintah. Jadi

Pegawai negeri sipil adalah orang yang bekerja pada pemerintah atau

negara. Pengertian lain dikemukakan Mahfud M.D. dalam buku Hukum

Kepegawaian yaitu membagi dalam dua bagian yaitu pengertian stipulatif

dan pengertian ekstensif (Perluasan pengertian).;

1) Pengertian Stipulatif

Pengertian tentang stipulatif (penetapan tentang makna yang

diberikan oleh Undang-Undang tentang pegawai negeri terdapat dalam

pasal satu angka (1) dan pasal (3) ayat (1) Undang-Undang nomor 43

tahun 1999. Pengertian yang terdapat pada pasal (1) angka (1) berkaitan

dengan hubungan pegawai negeri dengan Hukum (administrasi),

sedangkan pada pasal (3) ayat (1) berkaitan dengan Pegawai negeri

dengan Pemerintah atau mengenai kedudukan Pegawai Negeri.

Pengertian stipulatif tersebut selengkapnya berbunyi sebagai

berikut; Pasal (1) angka (1) ; Pegawai negeri adalah setiap warga negara

republik indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,diangkat

oleh pejabat yang berwewenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan

negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan

peraturan perundang undangan yang berlaku. Pasal (3) ayat (1)

Pegawai Negeri berkedudukan sebagai aparatur negara yang bertugas

24
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional,

jujur, adil dan merata dalama penyelenggaraan tugas negara,

pemerintahan dan pembangunan.

Pengertian tersebut diatas berlaku dalam pelaksanaan semua

peraturan peraturan kepegawaian dan pada umumnya dalam

pelaksanaan semua peraturan perundang undangan, kecuali diberikan

defenisi lain.

2) Pengertian Ekstensif

Selain dari pengertian stipulatif ada beberapa golongan yang

sebenarnya bukan Pegawai Negeri menurut Undang-Undang Nomor

43 tahun 1999, tetapi dalam hal tertentu dianggap sebagai dan

diperlakukan sama dengan Pegawai Negeri.. artinya disamping

pengertian stipulatif ada pengertian yang hanya berlaku pada hal-hal

tertentu. Pengertian tersebut terdapat pada :

a. Ketentuan yang terdapat dalam pasal 415-437 KUHP mengenai

kejahatan jabatan. Menurut pasal - pasal tersebut orang yang

melakukan kejahatan jabatan yang berkenaan dengan tugasnya

sebagai orang yang diserahi jabatan publik, baik tetap maupun

sementara. Jadi orang yang diserahi jabatan publik itu belum tentu

pengawai negeri menurut pengertian stipulatif apabila melakukan

kejahatan dalam kualitasnya sebagai pemegang jabatan publik, ia

25
dianggap dan diperlakukan sama dengan Pegawai negeri, khusus

untuk kejahatan yang dilakukannya.

b. Ketentuan Pasal 29 KUHP yang berkaitan dengan status anggota

dewan Rakyat, anggota dewan daerahn dan Kepala Desa, menurut

pasal 29 KUHP dimana diterangkan bahwa yang termasuk dalam arti

pegawai negeri adalah orang-orang yang dipilih dalam pemilihan

berdasarkan peraturan peraturan umum dan juga mereka yang

bukan dipilih, tetapi diangkat menjadi anggota dewan rakyat dan

dewan daerah serta kepala kepala desa dan sebagainya. Pengertian

Pegawai Negeri menurut KUHP sangatlah luas, tetapi pengertian

tersebut hanyalah berlaku dalam hal ada orang yang melakukan

kejahatan atau pelanggaran jabatan dan tindak pidana lain yang

disebut dalam KUHP jadi pengertian ini tidak termasuk alam hukum

kepegawaian.

c. Ketentuan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 Jo Undang-

Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana

Korupsi.

d. Ketentuan Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 1974 tentang

pembatasan kegiatan Pegawai Negeri dalam usaha swasta.

Pengertian stimulatif dan ekstensif merupakan penjabaran atas

maksud dari keberadaan pegawai negeri dalam hukum kepegawaian.

Pengertian tersebut terbagi dalam bentuk dan format yang berbeda,

26
namun pada akhirnya dapat menjelaskan maksud pemerintah dalam

memposisikan penyelenggaraan negara dalam sistem hukum yang ada,

karena pada dasarnya jabatan negeri akan selalu berkaitan dengan

penyelenggara negara yaitu Pegawai Negeri.

Berdasarkan Pengertian stipulatif, terdapat unsur–unsur dari

pegawai negeri. Yaitu sebagai berikut ;

1) Warga Negara Indonesia yang telah memenuhi syarat-syarat menurut

Peraturan Perundang undangan.

Syarat-syarat yang dituntut bagi setiap Calon Pegawai Negeri untuk

dapat diangkat oleh pejabat yang berwewenang adalah diatur dalam

peraturan Pemerintah nomor 98 tahun 2000 yang meliputi;

a. Warga Negara Indonesia. Pembuktian bahwa seorang itu adalah

warga negara Indonesia harus melampirkan akta kelahiran dan

foto kopy KTP yang masih berlaku.

b. Berusia minimal 18 (delapan belas) tahun dan maksimal 35 (tiga

puluh lima ) tahun dibuktikan dengan akte kelahiran dan foto copy

KTP yang masih berlaku

c. Tidak pernah dihukum atas keputusan hakim yang sudah

mempunyai kekuatan hukum tetap

d. Tidak pernah diberentikan tidak dengan hormat dalam suatu

instansi, baik instansi Pemerintah maupun swasta.

27
e. Tidak berkedudukan sebagai pegawai negeri atau calon pegawai

negeri sipil.

f. Mempunyai pendidikan ,kecakapan,keahlian, dan keterampilan

yang diperlukan. Pendidikan dimaksud adalah pendidikan yang

sesuai dengan formasi yang akan diisi.

g. Berkelakuan baik (berdasarkan keterangan yang berwajib)

h. Berbadan sehat (berdasarkan keterangan dokter)

i. Sehat Jasmani dan Rohani

j. Bersedia ditempatkan diseluruh wilayah Indonesia atau negara lain

yang ditetapkan Pemerintah

k. Syarat lain yang ditentukan dalam pensyaratan jabatan

2. Diangkat Oleh Pejabat Yang Berwewenang

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.43tahun 1999 menegaskan

bahwa pejabat yang berwewenang adalah pejabat yang mempunyai

kewenangan mengangkat,memindahkan,dan memberhentikan pegawai

negeri berdasarkan peraturan Perundang Undangan yang berlaku. Pada

Dasarnya kewenangan untuk mengangkat Pegawai Negeri berada

ditangan Presiden sebagai kepala eksekutif, namun untuk (sampai)

tingkat kedudukan (pangkat) tertentu, Presiden dapat mendelegasikan

wewenangnya pada para menteri atau pejabat lain, dan para menteri

dapat mendelagasikan kepada pejabat lain dilingkungannya masing-

28
masing. Wewenang pengangkatan dan pendelegasian tersebut diatur

dalam pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah nomor 9 tahun 2003.

3. Diserahi tugas dalam jabatan Negeri

Pegawai Negeri yang diangkat dapat diserahi tugas, baik berupa

tugas dalam suatu jabatan negeri maupun tugas negara lainnya. Ada

perbedaan tugas negeri dengan tugas negara lainnya. Dimaksudkan

dengan tugas jabatan negeri apabila yang bersangkutan diberi jabatan

dalan bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan

perundangan undangan yang berlaku, termasuk didalamnya adalah

jabatan dalam kesekertariatan lembaga lemabaga negara serta

kepanitraan dipengadilan pengadilan, sedangkan tugas negara lainnya

adalah tugas diluar bidang eksekutif seperti hakim hakim pengadilan

negeri dan pengadilan tinggi.Disini dapat dilihat bahwa pejabat yudikatif

dilevel pengadilan Negeri dan tinggi adalah pegawai negeri, sedangkan

hakim agung dan mahkamah (agung dan Konstitusi) adalah pejabat

Negara.

4. Digaji Menurut Peraturan Perundang-Undangan Yang berlaku

Gaji adalah balas jasa dan penghargaan atas prestasi kerja

Pegawai Negeri yang bersangkutan.Sebagai imbal jasa dari pemerintah

kepada pegawai negeri yang telah mengabdikan dirinya untuk

melaksanakan sebagian tugas pemerintahan dan pembangunan, sebab

pegawai negeri tidak lagi dibebani dengan pemikiran akan masa depan

29
yang layak dan pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sehingga bisa bekerja

profesional sesuai tuntutan kerjanya. Pengaturan mengenai gaji pegawai

negeri sipil mengacu pada PP no 6 tahun 1997 tentang perubahan atas

PP.No. 7 tahun 1977 tentang peraturan Gaji Pegawai Negeri sipil

sebagaimana telah sembilan kali diubah. Terakhir dengan PP no.9 tahun

2007. Selain pemberian gaji pokok pegawai negeri juga diberikan

kenaikan gaji berkela dan kenaikan gaji istimewa. Kenaikan gaji istimewa

hanya diberikan kepada pegawai negeri sipil yang telah nyata menjadi

teladan bagi lingkup kerjanya. Dimaksudkan untuk mendorong Pegawai

Negeri sipil bekerja lebih baik.

2. Jenis – Jenis Pegawai Negeri Sipil

Mengenai Jenis Jenis Pegawai negeri didasarkan pada pasal 2

ayat (1) UU no 43 tahun 1999, pegawai negeri dibagai menjadi ;

1. Pegawai Negeri Sipil

2. Anggota Tentara Nasional Indoensia dan

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indoensia.

Pasal 2 ayat (1) UU No 43 tahun 1999 tidak menyebutkan apa

yang dimaksud dengan pengertian masing masing bagiannya. Namun

disini dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud pegawai negeri

sipil adalah bukan anggota tentara nasional Indoensia dan anggota

Kepolisian negara Indonesia. Berdasarkan batasan tersebut maka

pegawai negeri sipil merupakanaparatur negara. Berdasarkan Undang-

30
Undang nomor 43 tahun 1999 pasal 2 ayat 2 , pegawai negeri sipil dibagi

menjadi Pegawai Negeri sipil Pusat dan Pegawai Negeri Daerah.dengan

Pegawai Negeri sipil pusat

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat

Yang dimaksud Pegawai negeri sipil pusat adalah Pegawai

negeri sipil yang gajinya dibebankan pada angaran pendapatan dan

belanja Negara dan bekerja pada departemen,lembaga pemerintah non

departemen, kesekertariatan lembaga negara,instansi vertikal didaerah

provinsi/kabupaten/kota,kepanitraan pengadilan, atau diekrjakan untuk

menyelenggarakan tugas negara lainnya.

b. Pegawai Negeri Sipil Daerah

Yang dimaksud Pegawai Negeri sipil daerah adalah pegawai

negeri sipil daerah Provinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebabankan

pada anggaran pendapatan dan belanja daerah dan bekerja pada

pemerintah daerah,atau dipekerjakan diluar instansi induknya. Pegawai

Negeri sipil pusat dan daerah yang diperbantukan diluar instansi

induknya, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan

3. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Kedudukan Pegawai Negeri didasarkan pada Undang-undang No

43 tahun 1999 pasal 3 ayat (1), yaitu pegawai negeri sipil sebagai unsur

aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada

masyarakat secara profesional, jujur adil dan merata dalam

31
penyelenggaraan tugas negara, Pemerintahan dan Pembangunan.

Rumusan kedudukan Pegawai negeri didasarkan pada pokok pokok

pikiran bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum

pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi

pembangunan atau dengan kata lain pemerintah tidak hanya

melaksanakan tertib pemerintahan, tetapi juga harus mampu

menggerakan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan

rakyat.

Pegawai Negeri sebagai abdi Negara juga wajib setia dan taat

kepada pancasila sebagai falsafah dan idiologi negara, kepada Undang-

Undamng dasar 1945.

4. Kewajiban Pegawai Negeri

Berdasarkan Undang-Undang nomor 43 tahun 1999 ditetapkan

bahwa kewajiban pegawai Negeri sebagai berikut;

a. Wajib setia, dan taat kepada Pancasila dan Undang Undang dasar

1945, Negara dan Pemerintah serta wajib menjaga persatuan dan

kesatuan bangsa dalam Negara kesatuan Republik Indonesia. (Pasal

4).

b. Wajib mentaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku

dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya

dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab (pasal 5)

32
c. Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan

rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang berwajib atas

kuasa undang-undang (pasal 6)

Kewajiban Pegawai Negeri adalah segala sesuatu yang wajib

dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Menurut Sastra

Djatmika, Kewajiban Pegawai Negeri dibagi dalam tiga Golongan yaitu;

1. Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan jabatan

2. Kewajiban kewajiban yang tidak lansung berhubungan dengan suatu

tugas dalam jabatan, melainkan dengan kedudukannya sebagai

pegawai negeri pada umumnya.

3. Kewajiban –kewajiban lain.

Untuk menjungjung tinggi kedudukan pegawai negeri

sipildibutuhkan elemen elemen penunjang kewajiban meliputi kesetiaan,

ketaatan, pengabdian, kesadaran, tanggungjawab, jujur, tertib,

bersemangat dengan memegang rahasia negara dan melaksanakan

tugas tugas kedinasan.

5. Hak Pegawai Negeri Sipil

Dasar dari adanya hak adalah manusia mempunyai berbagai

kebutuhan yang merupakan pemacu bagi dirinya untuk memenuhi

kebutuhannya. Seperti bekerja untuk memperoleh uang bagi pemenuhan

kebutuhannya. Manusia dalam kajian ekonomi disebut sebagai sumber

daya karena memiliki kecerdasan.

33
Sebagaimana diatur pada pasal 7-10 Undang-Undang No 43

tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang no.8. tahun 1974

tentang pokok pokok kepegawaian bahwa Pegawai Negeri sipil berhak

memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan

dan tanggung jawabnya. Gaji yang diterima Pegawai Negeri sipil harus

mampu memacu produktifitas dan menjamin kesejateraannya. Pemberian

gaji diatur dengan dengan peraturan Pemerintah. Hak lain yang diberikan

pegawai Negeri sipil antara lain hak cuti hak atas perawatan dan

tunjangan dan uang duka bagi yang ditimpa oleh suatu kecelakaan atau

cacat dalam melaksanakan tugas kedinasan.

C. Jenis –Jenis Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil Dan Sanksi

Dalam rangka mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan

bermoral sebagai penyelenggara pemerintahan yang menerapkan

prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance), maka PNS

sebagai unsur aparatur negara dituntut untuk setia kepada Pancasila,

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara

Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah, bersikap disiplin, jujur,

adil, transparan, dan akuntabel dalam melaksanakan tugas.

Untuk menumbuhkan sikap disiplin PNS, pasal 30 Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian

34
mengamanatkan ditetapkannya peraturan pemerintah mengenai disiplin

PNS.

Selama ini ketentuan mengenai disiplin PNS telah diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin

Pegawai Negeri Sipil. Namun demikian peraturan pemerintah tersebut

perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan, karena tidak

sesuai lagi dengan situasi dan kondisi saat ini.

Untuk mewujudkan PNS yang handal, profesional, dan bermoral

tersebut, mutlak diperlukan peraturan disiplin PNS yang dapat dijadikan

pedoman dalam menegakkan disiplin, sehingga dapat menjamin

terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas serta dapat

mendorong PNS untuk lebih produktif berdasarkan sistem karier dan

sistem prestasi kerja.

Peraturan Pemerintah tentang disiplin PNS ini antara lain memuat

kewajiban, larangan, dan hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan kepada

PNS yang telah terbukti melakukan pelanggaran. Penjatuhan hukuman

disiplin dimaksudkan untuk membina PNS yang telah melakukan

pelanggaran, agar yang bersangkutan mempunyai sikap menyesal dan

berusaha tidak mengulangi dan memperbaiki diri pada masa yang akan

datang.

Dalam Peraturan Pemerintah ini secara tegas disebutkan jenis

hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan terhadap suatu pelanggaran

35
disiplin. Hal ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi pejabat yang

berwenang menghukum serta memberikan kepastian dalam menjatuhkan

hukuman disiplin. Demikian juga dengan batasan kewenangan bagi

pejabat yang berwenang menghukum telah ditentukan dalam Peraturan

Pemerintah ini.

Penjatuhan hukuman berupa jenis hukuman disiplin ringan,

sedang, atau berat sesuai dengan berat ringannya pelanggaran yang

dilakukan oleh PNS yang bersangkutan, dengan mempertimbangkan

latar belakang dan dampak dari pelanggaran yang dilakukan.

Kewenangan untuk menetapkan keputusan pemberhentian bagi

PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dilakukan berdasarkan

Peraturan Pemerintah Sanksi Hukuman

Dalam menjatuhkan hukuman disiplin, maka pejabat yang

berwenang menghukum sebelumnya wajib memeriksa terhadap

tersangka yang telah melanggar ketentuan, tujuannya ialah untuk

mengetahui apakah yang bersangkutan benar telah melakukan

pelanggaran serta untuk mengetahui faktor-faktor yang mendorong

dilakukan pelanggaran tersebut (Sudibyo Triatmodjo, 1983:166).

Hukuman yang dapat dijatuhkan sebagai sanksi terhadap

pelanggaran disiplin PNS ialah teguran lisan, teguran tertulis, pernyataan

tidak puas, penundaan kenaikan gaji berkala, penundaan kenaikan

36
pangkat, penurunan pangkat, pemindahan sebagai hukuman,

pembebasan tugas, dan pemberhentian.

Selain dari pada keharusan, larangan, sanksi dalam peraturan

disiplin PNS juga diatur tentang pejabat yang berwenang menjatuhkan

hukuman disiplin dan tata cara mengajukan keberatan/pembelaan,

apabila seorang PNS tidak menerima disiplin yang dijatuhkan kepadanya.

Selanjutnya Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 1980

menyatakan bahwa :

1. Tingkat dan jenis hukuman disiplin

a. Tingkat hukuman terdiri dari :

1) Hukuman disiplin ringan.

2) Hukuman disiplin sedang.

3) Hukuman disiplin berat.

b. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari :

1) Teguran lisan.

2) Teguran tertulis.

3) Pernyataan tidak puas secara tertulis.

c. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :

1) Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu)

tahun.

2) Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk

paling lama 1 (satu) tahun.

37
3) Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1(satu) tahun.

d. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :

1) Penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah

untuk paling lama 1 (satu) tahun.

2) Pembebasan dari jabatan.

3) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri

sebagai Pegawai Negeri Sipil.

4) Pemberhentian dengan tidak hormat sebagai Pegawai Negeri

Sipil.

2. Pelanggaran Disiplin.

Secara ucapan, tulisan atau perbuatan pegawai negeri sipil yang

melanggar ketentuan peraturan disiplin (kewajiban dan larangan) adalah

pelanggaran disiplin.

a. Ucapan adalah setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan atau

dapat didengar oleh orang lain,seperti dalam rapat, ceramah, diskusi,

melalui telepon, radio, televisi, rekaman atau alat komunikasi lainnya.

b. Tulisan adalah pernyataan pikiran dan atau perasaan secara tertulis

baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk gambar, karikatur,

coretan dari lain-lainnya yang serupa dengan itu.

c. Perubahan adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan dengan

tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan

38
pidana, PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman

disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum.

3. Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (PNS)

a. Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan hormat karena meninggal

dunia.

b. Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat karena :

1. Atas permintaan sendiri.

2. Mencapai batas usia pensiun.

3. Perampingan organisasi pemerintah atau

4. Tidak cakap jasmani dan rohani sehingga tidak dapat menjalankan

kewajiban sebagai pegawai negeri sipil. Maka, seorang pegawai

negeri sipil bukan saja harus memenuhi tugas dan kewajibannya

akan tetapi bilamana hal tersebut dilanggar, pegawai negeri sipil

tersebut dapat diberhentikan dengan hormat atau diberhentikan

karena :

1. Melanggar sumpah/janji pegawai negeri sipil dan

sumpah/janjijabatan selain pelanggaran sumpah/janji pegawai

negeri sipil dan sumpah/janji jabatan karena tidak setia kepada

Pancasila,Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan Pemerintah

atau;

2. Di hukum penjara atau kurangan berdasarkan keputusan

pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap

39
karena melakukan tindak pidana kejahatan yang ancaman

hukumannya kurang dari 4 (empat) tahun.

a. Pegawai Negeri Sipil dapat diberhentikan dengan hormat tidak atas

permintaan sendiri atau tidak dengan hormat karena :

1. Di hukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang telah melakukan tindak pidana

kejahatan yang ancaman hukumannya 4 (empat) tahun atau lebih

atau;

2. Melakukan pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil tingkat berat.

b. Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dengan tidak hormat karena :

1. Melanggar sumpah/janji pegawai negeri sipil dansumpah/janji

jabatan karena tidak setia kepada Pancasila, Undang-Undang

Dasar 1945, Negara dan Pemerintah.

2. Melakukan penyelewengan terhadap ideologi Negara, Pancasila,

Undang-Undang Dasar 1945 atau terlibat dalam kegiatan yang

menentang Negara dan pemerintah.

3. Di hukum penjara atau kurangan berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekeuatan hukum yangtetap karena

melakukan tindak pidana kejahatan jabatan atau tindak pidana

kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan.

c. Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan penahanan oleh pejabat yang

berwenang karena disangka telah melakukan tindak pidana kejahatan

40
sampai mendapat putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum yang tetap, dikenakan pemberhentian sementara.

d. Pemberhentian karena meninggalkan tugas :

1. Pegawai Negeri Sipil meninggalkan tugasnya secara tidak sah

dalam waktu 2 (dua) bulan terus menerus,diberhentikan

pembayaran gajinya mulai bulan ketiga.

2. Pegawai Negeri Sipil meninggalkan tugasnya secara tidak sah

dalam waktu 6 (enam) bulan terus menerus, diberhentikan tidak

dengan hormat.

e. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan dirinya kembali ke

instansi induknya setelah menjalani cuti diluar tanggungan Negara,

diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil.

Pemerintah sebagai organisasi adalah suatu alat yang saling

berhubungan dengan satuan-satuan kerja yang ada serta memberikan

suatu jabatan maupun amanat kepada orang-orang yang ditempatkan

dalam struktur organisasi tersebut untuk melaksanakan dan

menjalankan fungsi kewenangan masing-masing menurut tugas dan

pekerjaan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Jadi dengan

demikian, pekerjaan dapat dikoordinasikan oleh pemerintah atasan

kepada para bawahan yang menjangkau dari puncak sampai dasar

dari seluruh badan usaha. Menurut Ibnu Kencana Syafie (1999:53)

organisasi merupakan :

41
1. Wadah atau tempat terselenggaranya administrasi.

2. Terjadi berbagai hubungan antara individu maupun kelompok,baik

dalam organisasi itu sendiri maupun keluar.

3. Terjadinya kerjasama dan pembagian tugas.

4. Berlangsungnya proses aktivitas berdasarkan kinerja masing-

masing.

Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, bahwa pemerintah terdiri dari kepala daerah

beserta perangkat daerah lainnya. Berdasarkan ketentuan Pasal 120

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

bahwa perangka daerah provinsi terdiri atas Sekretariat Daerah,

Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis lainnya. Oleh

karena itu, dalam membentuk suatu susunan organisasi perangkat

daerah tidak terlepas dari apa yang telah ditentukan melalui Undang-

Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan

Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi

Perangkat Daerah. Lembaga Teknis dalam provinsi mempunyai tugas

membantu Gubernur dalam penyelenggaran pemerintahan daerah dalam

lingkup tugasnya. Dalam menyelenggarakan tugas, Lembaga Teknis

Daerah Provinsi mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

2. Pelayanan penunjang penyelenggaraan pemerintahan daerah.

42
Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah Pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa urusan wajib

yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untuk kabupaten/kota

meliputi :

1. Perencanaan dan pengendalian pembangunan.

2. Perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang.

3. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat.

4. Penyediaan sarana dan prasarana umum.

5. Penanganan bidang kesehatan.

6. Penyelenggaraan pendidikan.

7. Penanggulangan masalah sosial.

8. Pelayanan bidang ketenagakerjaan.

9. Fasilitas pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah.

10. Pengendalian lingkungan hidup.

11. Pelayanan pertanahan.

12. Pelayanan kependudukan dan catatan sipil.

13. Pelayanan administrasi umum pemerintahan.

14. Pelayanan adminstrasi penanaman modal.

15. Penyelenggaraan pelayanan dasar.

16. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-

undangan.

43
D. Tindak Pidana Jabatan / Kejahatan jabatan

Sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Undangn Undang Hukum

Pidana yang dimaksud dengan tindak pidana jabatan atau

ambtsdelictem ialah sejumlah tindak pidana tertentu, yang hanya dapat

dilakukan oleh orang orang yang mempunyai sifat sebagai pegawai

negeri. Agar tindak pidana yang dilakukan oleh para pegawai negeri itu

dapat disebut tindak pidana jabatan, maka tindak pidana tersebut harus

dilakukan oleh pegawai negeri sipil yang bersangkutan dalam

melaksanakan tugas jabatan mereka masing-masing.

Sebagaian dari tindak pidana jabatan tersebut telah diberikan

kaulifikasi sebagai kejahatan jabatan atau sebagai ambtsmisdrijven

dan sebagaian lainnya telah diberikan kualifikasi sebagai pelanggaran

jaba tan atau sebagai ambtsovertredingen. Yang dimaksud dengan

kejahatan jabatan di atas diatur dalam buku ke -II bab ke – XXVIII

KUHP, sedangkan yang dimaksud dengan pelanggaran jabatan diatur

dalam buku ke-III Bab ke-VIII KUHP.

Dalam Hukum Pidana Yang lama, Misalnya hukum Romawi, Jenis

tindak pidana yang dilakukan oleh pegawai negeri yang dapat dimasukan

kedalam penegertian tindak pidana jabatan ternyata sangat terbatas.

Didalam hukum pidana Prusia, yakni didalam Allgemeine Preusishe

Landrecht yang dibentuk ahir abad ke - 18, jenis tindak pidana yang

dilakukan oleh para pegawai Negeri, yang dimaksudkan didalam

44
pengertian CrimineelWetboek voor het Konikrijk Holland tahun 1809,

Yakni kitab undang-Undang yang berlaku dinegeri belanda sebelum

diberlakukannya Code Panel Prancis sebagai akibat disatukannya

negara tersebut dengan prancis, didalam Bab ke XXII yang mengatur

masalah Masdaden van Ambtenaren; para pembentuk undang-undang

telah membuat suatu pemisahan antara kejahatan kejahatan penyuapan

(omkoperij), Penyalagunaan kekuasaan (Misbruik van gezag) dan

pemerasan (Knevelari) dengan kesengajaan kesengajaan melakukan

penyelewengan dalam berbagai bentuknya. Akan tetapi orang juga

dapat mengetahui, bahwa jenis tindak pidana yang oleh para

pembentuknya telah dimasukan dalam pengertian kejahatan jabatan

yang sebanarnya adalah tetap terbatas, walaupun dalam pasal 324 dari

Crimineel Wetboek tersebut terdapat suatu ketentuan pidana yang

mengatur masalah kejahatan kejahatan yang dilakukan oleh pegawai

negeri yang tidak diatur didalam bab ke –XXII Crimineel Wetboek diatas.

Menurut ketentuan pasal 324 Crimineel Wetboek tersebut, pegawai

negeri yang dalam melaksanakan tugas jabatan mereka yang tidak diatur

dalam bab ke XXII akan dijatuhi pidana yang dapat dijatuhkan bagi orang

orang lain karena melakukan kejahatan yang sama.

Walaupun tidak sepenuhnya sama, ketentuan pidana yang diatur

dalam pasal 324 Crimineel Wetboek diatas mengingatkan kita pada

ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 52 KUHP yang mengatakan

45
bahwa jika seorang pegawai negeri karena tindak pidana yang ia

lakukan telah menodai suatu kewajiban jabatannya yang bersifat khusus

atau telah menggunakan kekuasaan, kesempatan atau sarana yang ia

peroleh karena jabatannya, maka pidanya dapat diperberat dengan

seperti tiga.

Menurut Hoge Raad dalam arrest-nya tertanggal 6 april

1948,N.J.1948 No. 347 dan menurut Bijzondere Raad Van Cassatie

dalam arrestnya tertanggal 6 Desember 1946,N.J.1946 No.39, ketentuan

pidana yang diatur dalam pasal 52 KUHP tidak berlaku bagi tindak

pidana yang menurut rumusan dalam undang-undang, hanya dapat

dilakukan oleh seorang Pegawai negeri.

Kejahatan Jabatan atau ambtsmisderijven sebagaimana dimaksud

dalam kitab undang undang Hukum Pidana, ialah Kejahatan-kejahatan

yang oleh pembentuk untuk Undang-Undang telah diatur dalam buku ke

– II Bab XXVIII KUHP. Pada umumnya para penulis telah mengaitkan

pengertian kejahatan jabatan

dengan sifat dari pelaku ataupun yang menurut Prof. Simons,

juga disebut sebagai de ambtelijke hoedanigheid van den dader, atau

sifat pelaku sebagai seorang ambtenaar. Artinya kejahatan jabatan

seperti dimaksud dalam buku ke –II Bab ke-XXVIII KUHP itu hanya dapat

dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai sifat sebagai seorang

ambtenaar, atau sebagai seorang pegawai negeri.

46
Sifat sebagai seorang pegawai negeri ini, didalam buku yang lain,

Oleh Prof. Simons juga telah disebut sebagai een bepaald eigenschap

atau sebagai sifat yang tertentu.

Kata-kata sifat yang tertentu itu oleh Prof. Pompe ternyata telah

dihubungkan dengan ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 58 KUHP

yang memang telah berbicara tentang yang disebut persoonlijke

omstandigheden atau kedaan keadan pribadi , hingga kata kata sifat

yang tertentu menurut prof.simons itu oleh Prof. Pompe telah disamakan

dengan yang disebut persoonlijk bestanddeel atau unsur pribadi yang

didalam buku buku tentang hukum pidana lazim disebut unsur subyektif

sebagai lawan dari unsur obyektif.

Penyamaan kata-kata keadaan keadaan pribadi yang telah

dilakukan oleh Prof. Pompel diatas, ditambah dengan pendapat yang

berlaku umum bahwa yang yang disebut kejahatan jabatan hanya dapat

dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai sifat sebagai pegawai

negeri itu, pernah menimbulkan perbedaan pendapat yang

berkepanjangan diantara para penulis,terutama mengenai permasalahan

apakah seorang yang tidak mempunyai sifat sebagai seorang pegawai

negeri dapat menyuruh atau dapat menggerakan orang lain untuk

melakukan suatu kejahatan jabatan, menginmgat bahwa orang yang

melakukan kejahatan jabatan itu hanyalah orang-orang yang mempunyai

sifat sebagai seorang pegawai negeri .

47
Menurut Prof.van Hamel, Prof Simons, dan Prof. Zevenbergen,

orang yang tidak mempunyai sifat-sifat pribadi misalnya sifat sebagai

seorang pegawai negeri tidak mungkin menjadi seorang, middelijke dader

atau seorang pelaku tidak lansung dari kejahatan kejahatan, yang

menurut rumusan dari suatu ketentuan undang-undang hanya dapat

dilkukan oleh orang orang yang mempunyai sifat sebagai seorang

pegawai negeri.

Tentang hal tersebut berkatalah Prof. Simons, antara lain bahwa;

Barang siapa tidak dapat menjadi seorang pelaku lansung karena ia tidak

mempunyai sifat tertentu seperti yang diisaratkan didalam rumusan suatu

tindak pidana, dengan sendirinya ia juga tidak dapat menjadi pelaku tidak

lansung dari tindak pidana tersebut. Sebagai contoh; seorang yang tidak

menikah itu tidak dapat menyuruh orang lain melakukan kejahatan

Bigami atau perzinaan, dan seorang yang bukan merupakan seorang

pegawai itu juga tidak dapat menjadi seorang pelaku tindak pidana

kejahatan jabatan.

Mengenai pendapat Prof. Simons tersebut, berkatalah Prof.Pompe

antara lain; Apa sebabnya orang tidak dapat menyuruh dalam arti

menggerakan seorang pegawai negeri untuk melakukan suatu kejahatan

jabatan, tampa ia sendiri merupakan seorang Pegawai Negeri ? Apa

sebabnya orang juga tidak dapat turun melakukan dalam arti secara

48
lansung turut melakukan suatu kejahatan jabatan yang dilkukan seorang

pegawai negeri tampa ia sendiri merupakan pegawai negeri ?

Menurut Prof. Pompe Pendapat seperti yang dikemukakan oleh

Prof. Simons, itu sebenarnya tidak mempunyai suatru dasar hukum

apapun dan praktis merupakan suatu pembatasan terhadap

pemberlakukan dari ketentuan hukum pidana yang diatur dalam Pasal 55

ayat(1) angka 1 KUHP, yang sesungguhnya tidak dikehendaki oleh para

pembuat undang-undang.

Sifat sebagai seorang Pegawai Negeri oleh Prof. Simons, juga

telah disebut sebagai een bepaald eigenschap atau sebagai suatu sikap

yang tertentu, yang membuat pendapat Prof. Pompe yang sebenarnya

telah benar itu menjadi keliru, karena pengertian kata kata sifat yang

tertentu itu yang kemudian telah beliau kaitkan dengan ketentuan pidana

yang diatur dalam pasal 58 KUHP, dengan mengatakan bahwa sifat

pribadi atau sifat tertentu seperti yang dimaksudkan diatas sebenarnya

juga merupakan suatu Persoonlijk bestanddeell atau suatu unsur

pribadi ataupun yang didalam kepustakaan juga lazim disebut dengan

kata kata unsur subyektif.

Pendapat Prof. Pompe diatas jelas keliru, karena sifat pribadi

seseorang sebagai seorang pegawai negeri atau juga lazim disebut

kualitas sebagai seorang pegawai negeri bukan merupakan suatu unsur

subyektif melainkan suatu unsur obyektif.

49
Kiranya kitapun masih ingat bahwa unsur unsurn subyektif dari

suatu tindak pidana ialah;

1. Kesengajaan atau ketidak senagajaan (dolus atau Culpa)

2. Maksud atau voonemen seperti yang dimaksudkan dlam pasal 53

ayat (1) KUHP yang mengatur masalah percobaan atau poging,

3. Macam-macam maksud atau oogmerk pada kejahatan kejahatan

seperti pencurian, penipuan, pemersan, pemalsuan, dan lain-lain.

4. Perencanaan terlebih dahulu atau voorbedachte raad seperti yang

misalnya dimaksud dalam pasal 340 KUHP; dan

5. Perasaan takut atau vress seperti yang dimaksudkan dalam pasal 308

KUHP.

Adapun unsur - unsur obyektif dari suatu tindak pidana itu, disamping

perbuatan - perbuatan yang dilarang atau tidak dikehendaki timbulnya

undang-undang itu adalah;

1. Sifat melanggara hukum atau wederechtelijkheid

2. Kualitas seorang pelaku yakni misalnya kualitas sebagai seorang

pegawai negeri didalam kejahatan jabatan misalnya yang

dimaksudkan dalam pasal 415 KUHP atau kedaan orang sebagai

seorang seperti dimaksudkan dalam pasal 398 KUHP

3. Kaulitas, yakni hubungan antara suatu perbuatan sebagai penyebab

dengan suatu kenyataan sebagai akibat.

50
Menurut Memorie van toelichting yang dipandang sebagai

keadaan pribadi yang sifatnya menentukan apakah seseorang dapat

dipidana menurut suatu ketentuan pidana tertentu atau tidak hanyalah ;

a. hubungan ; misalnya hubungan keluarga antara seseorang pelaku

dengan orang yang menjadi korbankejahatan seperti yang dimaksud

didalam pasal 294 KUHP, yang melarang orang melakukan

perbuatan asusila dengan anaknya sendiri yang belum dewasa.

b. pekerjaan; melakukan penggelapan didalam pekerjaannya

sebagaimana yang dimaksud didalam pasal 374 KUHP

c. keadaan sesbagai seorang Pegawai Negeri; misalnya didalam

kejahatan jabatan sebagaimana diatur idalam buku ke – II Bab ke-

XXVIII KUHP dan didalam pelanggaran jabatan sebagaimana diatur

didalam buku ke-III Bab ke VIII KUHP.

Khusus mengenai permasalahan apakah seseorang yang bukan

seorang pegawai negeri itu dapat menyuruh orang lain melakukan suatu

kejahatan jabatan atau tidak, Hoge Raad didalam arrest-nya tertanggal

21 April 1913,NJ 1913, halaman 961, W, 9501, antara lain telah

memutuskan seorang pelaku tidak lansung itu bukan merupakan seorang

pelaku melaikan hanya disamakan dengan pelaku. Oleh karena

itu,barang siapa tidak mempunyai sifat pribadi, dimana sifat pribadi itu

merupakan suatu unsur dari suatu kejahatan tertentu, maka ia tetap

dapat menyuruh orang lain melakukan kejahatan tersebut.

51
E. Kejahatan Jabatan Menurut Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUH Pidana).

Ada beberapa pasal yang diatur dalam ketentuan Pidana terkait dengan

Kejahatan Jabatan yang dilakukan oleh seseorang dalam jabatan dan/

atau kedudukannya sebagai Pegawai Negeri. Pasal- pasal tersebut

menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KU&H Pidana) antara

lain Pasal 415,417, tentang Penggelapan,Pasal 416 KUHP Tentang

Pemalsuan, pasal 418,419 KUHP Pegawai negeri Yang menerima suatu

pemberian atau janji yang ada hubungannya dengan kekuasaan atau

jabatannya, pasal 421 KUHP pegawai negeri yang menyalaguanakan

kekuasaannya memaksa orang lain untuk melalkukan atau tidak

melakukan sesuatu,...Pasal 423 KUHP Pegawai negeri yang dengan

maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan

menyalagunakan kekuasaannnya, Pasal 425 KUHP Pemerasan oleh

Pegawai Negeri, Pasal, 435 KUHP Pegawai Negeri dengan sengaja turut

serta baik secara lansung maupun secara tindak lansung pada

pemborongan,pengadaan barang atau pada penyewaan,..

F. Kejahatan Menurut Ketentuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

KUHP) dapat dipidana Karena Tindak Pidana Korupsi

Tindak pidana Korupsi adalah suatu perbuatan yang sangat

merugikan keuangan Negara dan atau perekonomian Negara bahkan

52
termasuk perbuatan yang menghambat pembangunan Nasional, oleh

karena itu maka Negara memandang perlu untuk melakukan

pemberantasan terhadap perbuatan kejahatan Korupsi. Dasar Hukum

pemberantasan terhadap tindak Pidana Korupsi diatur dalam Undang-

Undang Republik Indonesia nomor 31 Tahun 1999, Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Yang dimaksud dengan Tindak Pidana Korupsi menurut Pasal

(2), Undang-Undang RI nomor; 31 Tahun 1999 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diatas adalah “Setiap orang

yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan

keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana

penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat)

tahun dan paling lama 20 (dua Puluh) tahun dan denda paling sedikit

Rp.200.000.000.,00 (dua ratus juta rupiah) dan p

aling banyak Rp.1.000.000.000,00,- (satu Milyar rupiah). Yang

dimaksud dengan setiap orang,korporasi dan pegawai negeri dalam

tindak Pidana Korupsi ini adalah;

a. Korporasi

Korporasi adalah kumpulan orang dan / atau kekayaan yang

terorganisir baik merupakan badan hukum mapun bukan badan

hukum.

53
b. Pegawai Negeri

Yang dimaksud Pegawai Negeri dalam Undang-Undang Republik

Indonesia nomor; 31 Tahun 1999, tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi adalah Pegawai Negeri sebagaimana yang

dimaksud dalam undang-undang kepegawaian, dan Pegawai

Negeri sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana.

Selain itu juga diberi pengertian bahwa pegawai Negeri adalah

orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau

daerah. Orang Yang menerima gaji atau upah dari suatu korporasi

yang menerima bantuan dari keuangan negara atau daerah, atau

orang yang menerima gaji atau upah dari korporasi lain yang

mempergunakan modal atau fasilitas dari negara atau

masyarakat.

c. Setiap Orang

Setiap orang adalah orang persorangan atau termasuk korporasi.

Korporasi sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (1)

merupakan penafsiran autentik “korporasi” Pegawai Negeri dan setiap

orang.

Kejahatan yang dilakukan seseorang dalam kedudukannya

sebagai Pegawai Negeri, pelakunya dapat dipidana karena melakukan

tindak pidana korupsi, karena melakukan kejahatan sebagaimana diatur

54
pada pasal, 209, pasal, 210, pasal, 387, pasal, 388, pasal, 415, pasal,

416, pasal, 417, pasal, 418, pasal, 419 pasal,420, pasal, 423, pasal, 425

dan pasal 435 KUHP. selain itu lebih khusus diatur didalam Undang-

Undang RI, nomor 31 Tahun 1999, antara lain ketentuan pasal, 23 UU

RI nomor 31 Tahun 1999, dan ketentuan Pidana sebagaimana diatur

dalam pasal 220, pasal, 231 dan pasal 232 KUHP.

Dengan rumusan demikian maka Tipikor tidak sepenuhnya berada

di luar KUHP, hanya ancaman hukumannya (norma sekunder) yang

diatur di luar KUHP, norma primairnya tetap ada dalam KUHP. Baru pada

tahun 2001 melalui UU 20 Tahun 2001 semua tindak pidana korupsi yang

ada dalam KUHP yang sebelumnya tetap ada dalam KUHP ditarik

sepenuhnya ke UU Tipikor, tidak hanya norma sekundairnya, namun juga

norma primairnya. Dan kemudian pasal yang ada dalam KUHP-nya

dinyatakan tidak berlaku lagi. Perhatikan Pasal 5 dan Pasal 43B UU No.

20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU No. 31 Tahun 1999.

Ada dua pandangan sebenarnya mengenai hal ini. Ada yang

beranggapan bahwa korupsi merupakan kejahatan biasa, namun di

negara ini sifatnya telah masif dan endemik maka butuh penanganan

khusus. Ordinary crimes that need extraordinary efforts to combat it. Kira-

kira begitu bahasa inggrisnya. Korupsi adalah kejahatan biasa yang

endemik yang membutuhkan penanganan yang ekstra.

55
Pandangan kedua menganggap korupsi memang merupakan

kejahatan luar biasa, extra ordinary crimes. Pandangan ini mendasarkan

pada UU KPK khususnya Penjelasan Umum UU 30 Tahun 2002 yang

menyatakan bahwa korupsi adalah kejahatan luar biasa. Perhatikan

kutipan penjelasan umum UU KPK dibawah ini:

Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan

membawa bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian

nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara pada

umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga

merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi

masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi

dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi

suatu kejahatan luar biasa.

Peraturan Pemerintah Nomor; 53 Tahun 2010 tentang Disiplin

Pegawai Negeri , kaitannya dengan pelanggaran jabatan yang dilkukan

Pegawai Negeri , Peraturan Pemerintah ini tindak mengesampingkan

Kitab Undang Undang Hukum Pidana dan Peraturan lainnya , bahkan

apa yang menjadi ketentuan dan rumusan didalam KUHP itu yang

menjadi pedoman dan dasar hukum dijalankannya Peraturan Pemerintah

dimaksud.

56
G. Skema Kerangka Berpikir

Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai
Negeri Sipil

Kepegawaian Daerah
Pasal, 129,130,,135) Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004

Disiplin Penerapan Sanksi Disiplin


Pegawai Negeri Sipil Pegawai Negeri Sipil
(PP 53 Tahun 2010)

Terlaksanananya Disiplin
Pegawai Negeri Sipil
Menurut PP 53 tahun 2010

57
H. Defenisis Operasional

1. Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 adalah Peraturan

Pemerintah Yang mengatur tentang disiplin Pegawai negeri Sipil,

yang dijadikan pedoman dalam menegakan disiplin pegawai negeri

sipil, yang memuat kewajiban,larangan dan hukuman disiplin yang

dapat dijatuhkan kepada Pegawai Negeri sipil yang telah terbukti

melakukan Pelanggaran.

2. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah undang-undang yang

mengatur tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Dimana

dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 ini mengatur tentang

Pemberian Wewenang Kepada Pemerintah Daerah untuk mengatur

dan Mengurus rumah tangganya sendiri serta urusan Pemerintahan

menurut azas otonomi dan tugas perbantuan.

3. Kepegawaian Daerah adalah suatu sistem dan prosedur yang diatur

dalam peraturan perundang-undangan sekurang kurangnya meliputi

perencanaan, pensyaratan, pengangkatan, menempatan, pendidikan

dan pelatihan penggajian, pemberhentian, pensiun, pembinaan,

kedudukan, hak, kewajiban, tanggung jawab, larangan,dan sanksi.

Sistem dan prosedur dimaksud disesuaikan dengan kondisi

pemerintahan saat ini. Tidak murni menggunakan sistem manajamen

kepegawaian unified System namun sebagai konsekuensi digunakan

kebijakan desentralisasi maka dalam hal ini menggunakan gabungan

58
antara unified System dan separated system, artinya ada bagian

bagian tugas kewengan yang tetap menjadi kewenangan Pemerintah

dan ada bagian bagian tugas dan kewenangan yang diserahkan

kepada daerah untuk selanjutnya dilaksanakan oleh pembina

kepegawaian Daerah. Pembina Kepegawaian di daerah adalah

pejabat karier tertinggi pada Pemerintah daerah.

4. Pasal 129 menurut undang –Undang nomor 32 tahun 2004 ini, ayat

(1) menyebutkan Pemerintah melaksanakan manajamen pegawai

negeri sipil daerah dalam satu kesatuan penyelenggaraan

manajemen pegawai negeri sipil nasional. Ayat (2) Manajemen

Pegawai negeri sipil daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi penetapan formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan,

pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan kesejateraan,

hak dan kewajiban, kedudukan hukum, pengembangan kopetensi

dan pengendalian.

5. Pasal 130, undang–undang nomor 32 tahun 2004 pasal (1)

Pengangkatan, Pemindahan dan pemberhentian dari dan dalam

jabatan eselon.II. pada pemerintah daerah provinsi ditetapkan oleh

gubernur. Pasal (2) Pengangkatan,Pemindahan dan pemberhentian

dari dan dalam jabatan eselon. II. pada pemerintah daerah

Kabupaten/Kota ditetapkan Bupati/Wali Kota setelah berkonsultasi

kepada gubernur.

59
6. Pasal 135 undang –Undang nomor 32 tahun 2004, pasal (1)

Pembinaan dan Pengawasan manajemen pegawai negeri sipil

Daerah dikoordinasikan pada tingkat Nasional oleh menteri Dalam

Negeri dan pada tingkat daerah oleh Gubernur. Pasal (2) Stndar

Norma, dan prosedur pembinaan dan pengawasan manajemen

pegawai negeri sipil daerah diatur lebih lanjuut dengan peraturan

Pemerintah.

7. Disiplin Pegawai negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri

Sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan/atau peraturan

kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman

disiplin.

8. Penerapan Sanksi Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah Hukuman

yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil Karena melanggar

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, berdasarkan tingkat

pelanggaran yang dilakukan.

9. Penjatuhan hukuman disiplin dimaksud untuk membina Pegawai

Negeri Sipil yang telah melakukan pelanggaran, agar yang

bersangkutan mempunyai sikap menyesal dan berusaha tidak

mengulangi dan memperbaiki diri pada masa –masa akan datang.

10. Terlaksananya disiplin Pegawai Negeri sipil adalah terwujudnya

Pegawai Negeri Sipil yang handal, profesional,dan bermoral serta

60
terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas serta

dapat mendorong Pegawai Negeri sipil untuk lebih produktif

berdasarkan sistem karier dan sistem prestasi kerja.

61
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian.

Penelitian dilakukan Di Kabupaten Banggai Kepulauan, pada

Badan Kepegawaian Daerah dengan pertimbangan bahwa Kabupaten

Banggai Kepulauan sebagai Daerah Pemekaran yang terbentuk

dengan Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 pasal 11, sebagai

daerah otonom yang menjalankan sebagaian tugas Pemerintahan

Pusat di Daerah, termasuk rekrumen Pegawai Negeri Daerah dan

pengawasannya yang diatur Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2010 Tentang Disiplin Pengawai Negeri Sipil, perlu mendapat

perhatian. Karena menjalankan Peraturan Pemerintah Nomor 53

tahun 2010 Tentang Disiplin Pengawai Negeri Sipil adalah merupakan

kewajiban bagi penyelenggara Pemerintahan Di Daerah Kabupaten

Banggai Kepulauan.

B. Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Bentuk pendekatan adalah normatif dan empirik yaitu

pendekatan yang didasarkan pada peraturan perundang-undangan

dalam penerapannya, dengan jenis penelitian yang digunakan adalah

penelitian kualitatif.

62
C. Jenis Dan Sumber Data

Dalam penelitian ini jenis dan sumber data yang diperoleh

adalah langsung dari Pegawai Negeri Sipil dan Pejabat Yang

diberikan Kewenangan yang diatur menurut ketentuan Hukum dan

Undang-Undang yang berlaku sebagai obyek penelitian, dan dari

bahan-bahan pustaka, yang terdiri dari:

1. Data Primer, menurut Soerjono Soekanto (2006:12) adalah “data

yang diperoleh langsung dari masyarakat (data dasar)” yang

sumbernya melalui wawancara langsung

2. Data Sekunder, menurut Soerjono Soekanto (2006:12) adalah

“data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka”, yang sumbernya

dari bahan-bahan pustaka dan dokumen-dokumen penting dari

instansi/lembaga yang terkait dengan penelitian untuk menunjang

data primer.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam rangka pengumpulan data dilakukan melalui observasi

yaitu melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan objek penelitian,

dan melalui wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung

terhadap para narasumber atau informan yang punya kaitan erat

dengan pelaksanaan objek penelitian.

63
E. Teknik Analisis Data

Dari data yang terkumpul akan dianalisis untuk mengetahui

jawaban permasalahan dengan menggunakan teknik analisis

deskriptif kualitatif

64
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Peraturan Pemerintah nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin

Pegawai Negeri Sipil ini, tidak mengesampingikan Peraturan

Perundang-undangan Pidana, peruturan pemerintah ini juga

mengatur secara tegas jenis hukuman disiplin atas pelanggaran

Disiplin dan pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan.

Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan dalam memberikan

hukuman dan sanksi bagi Pegawai Pegawai Negeri Sipil dilingkungan

Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan telah menerapkan apa

yang menjadi amanat dari Peruturan Pemerintah nomor 53 Tahun

2010 antara lain dalam pemberian hukum, diterapkan hukuman

disiplin mulai dari hukman disiplin ringan, sedang dan berat sesuai

jenis dan tingkat pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh pegawai

Negeri Sipil.

Bagi pegawai Negeri sipil yang melakukan pelanggaran dalam

kategori pelanggaran disiplin ringan diberikan surat teguran lisan,

teguran tertulis, dan pernyataan tidak puas secara tertulis. Dalam

Pelanggaran Disiplin sedang pegawai negeri sipil diberikan hukuman

penundaan kenaikan gaji berkala selama satu tahun, penundaan

kenaikan pangkat selama satu tahun, lebih rendah selama satu tahun.

Bagi Pegawai Negeri Sipil yang melakuklan pelanggaran berat

65
diberikan sanksi penurunan pangkat setingtkat lebih selama tiga

tahun, pemindahan jabatan dalam rangka penurunan jabatan

setingkat lebih rendah, Pembebasan dari jabatan, Pemberhentian

dengan hormat,tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri

Sipil, pemberhentian tidak dengan Hormat sebagai Pegawai Negeri

Sipil.

Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan juga menerapkan

pemberian sanksi bagi pegawai negeri sipil yang tidak masuk kerja

dan tidak menaati ketentuan jam kerja tampa alasan.

Untuk mengetahui jumlah pelanggaran menurut Peraturan

pemerintah nomor 53 Tahun 2010, tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil di Kabupaten Banggai Kepulauan dapat dilihat pada data kasus

pelanggaran pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Jumlah Kasus Pelanggaran Peraturan Pemerintah nomor 53


Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di
Kabupaten Banggai Kepulauan
N JENIS JUMLAH PENAGANAN KETERANGAN
o PELANGGARAN KASUS KASUS
1 Tidak masuk kerja 1 - BAP Kesimpulan
diatas 6 -10 hari - LHP pembinaan
kerja - Hukuman
2 Tidak masuk kerja 8 - BAP Kesimpulan
diatas 10 -20 hari - LHP pembinaan
kerja - Hukuman
- Pembinaan
3 Tindak pidana 5 - Pemeriksaan
korupsi - BPK
- Jaksa
- Pengadilan
- Putusan
Hakim
Sumber : Hasil pengolahan data primer

66
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa dikabupaten

Banggai Kepulauan terdapat pelanggaran Peraturan Pemerintah

nomor: 53 Tahun 20010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil,dengan

jumlah kasus 14, yang terdiri dari pelanggaran ringan 1 kasus

pelanggaran sedang 8 Kasus dan pelanggaran Berat 5 kasus.

Dalam hal pelanggaran ringan pegawai negeri sipil yang tidak

masuk kerja selama 6 sampai dengan 10 hari kerja telah diberikan

hukuman teguran secara tertulis, sedangkan pelanggaran sedang

terhadap pegawai negeri sipil yang tidak masuk kerja selama 10

sampai 20 hari kerja telah diberikan hukuman penundaan gaji berkala

selama satu tahun. Sedangkan yang melakukan pelanggaran berat

telah diberikan hukuman pemberhentian sebagai pegawai Negeri Sipil

dengan tidak hormat.

1. Penerapan Sanksi Pidana Pegawai Negeri Sipil Yang Melakukan

Pelanggaran Jabatan (Tindak Pidana Korupsi) di Kabupaten

Banggai Kepulauan.

Prof, Simons dalam membuat pembagian mengenai yang

disebut dengan ambtsdrijven atau kejahatan jabatan kedalam apa

yang disebut zuivere atau eigenlijke ambtsdrijven (Kejahatan jabatan

murni atau kejahatan jabatan yang sebanrnya) dengan gemengde

ambtsdrijven (Kejahatan jabatan campuran) maka beberapa kejahatan

tertentu baik itu merupakan kejahatan murni maupun kejahatan

campuran oleh pembentuk undang –undang telah dinyatakan sebagai

67
tindajk pidana korupsi sebagaimana telah dimaksudkan dalam

Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi.

Kejahatan Jabatan Murni atau kejahatan jabatan yang

sebenarnya ialah kejahatan yang diatur didalam buku ke-II Bab ke-

XXVIII KUHP, sedangkan kejahatan jabatan campuran adalah

kejahatan yang diatur dalam bab - bab yang lain dalam KUHP, yang

dilakukan oleh pegawai negeri sipil yang karena memenuhi salah satu

ketentuan yang diatur didalam Pasal 52 KUHP, Pidana yang

diancamkan terhadap para pelakunya menjadi diperberat menjadi

sepertiganya.

Kejahatan jabatan yang sebagaimana dimaksudkan diatas

yang oleh pembentuk Undang Undang kita telah dinyatakan sebagai

tindak pidana korupsi didalam; pasal 5 sampai dengan pasal 12

Undang-Undang 31 Tahun 1999 itu ialah kejahatan kejahatan yang

diatur dalam pasal, 209, 210, 387, 388, 415, 416, 417, 418, 419, 420,

423, 425 dan pasal 436 KUHP, yakni sesuai ketentuan ketentuan

pidana yang diatur didalam pasal 3 dari Undangt Undang yang sama

telah diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana

penjara paling singkat satu tahun dan paling lama dua puluh tahun.

Berkaitan dengan pelanggaran jabatan sebagai Pegawai

Negeri sipil Sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor

53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipili, maka

68
penerapan sanksi atas pelanggaran berat, seperti pada Kasus

Korupsi, baru dapat diterapkan sanksi pelanggaran berat dimaksud

setelah Pelanggaran berat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan

dinyatakan bersalah dengan Keputusan Hakim Pengadilan Yang

menangani Perkara Pidana.

Pelanggaran berat dimaksud menurut ketentuan Perauturan

Pemerintah nomor 53 Tahun 2010, tentang disiplin Pegawai Negeri

Sipil dimaksud berdasarkan identifikasi jenis Hukuman disiplin;

antara lain

A. Absolut

Memuat empat kewajiban, dan sebelas larangan Pegawai Negeri

Sipil

B. Limitatif

Memuat dua kewajiban sebagai Pegawai Negeri Sipil

C. Dampak

Memuat sepuluah kewajiban dan empat larangan sebagai pegawai

Negeri Sipil.

Secara jelasnya untuk melihat identifikasi jenmis Hukum

Disiplin Pegawai Negeri Sipil dimaksud dapat dilihat dari uraian

berikut ini ;

69
1. Absolut

a. Pelanggaran terhadap Kewajiban


NO KEWAJIBAN JENIS
HUKUMAN
Mengucapkan sumpah/janji PNS
1. Sedang
tampa alasan yang sah
Mengucapkan sumpah/janji jabatan
2. Sedang
tampa alasan yang sah
Membimbing bawahan dalam
3. Ringan
melaksanakan tugas tidak sengaja
Memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengembangkan karir Ringan
4. dengan tidak sengaja
Memberikan kesempatan kepada
bawahan untuk mengembangkan karir Sedang
dengan sengaja

b. Pelanggaran terhadap Larangan


NO LARANGAN JENIS
HUKUMAN
1. Menyalagunakan wewenang Berat
Menjadi perantara untuk mendapatkan
keuntungan pribadi dan /atau orang
2. Berat
lain dengan menggunakan
kewenangan orang lain
Tampa izin Pemerintah menjadi
Pegawai atau bekerja untuk negara
3. Berat
lain dan /atau lembaga atau organisasi
internasional
Bekerja pada perusahaan asing,
4. konsultan asing, atau lembaga Berat
swadaya masyarakat asing
Memebrikan atau menyanggupi akan
memebrikan sesuatu kepada siapapun
5 baik lansung ataupun tidak lansung Berat
dengan dalih apapun untuk diangkat
dalam jabatan
Menerima hadian atau pemberian apa
saja dari siapapun yang berhubungan
6. Berat
dengan jabatan dan /atau
pekerjaannya
Bertindak sewenang wenang terhadap
Ringan
7 bawahannya tidak dengan sengaja
sewenang wenang terhadap Sedang

70
bawahannya tidak dengan sengaja
Memberikan dukungankepada calon
presiden/wakil presiden, DPR, DPD
atau DPRD dengan cara :
a. Ikut serta sebagai pelaksana
kampanye Sedang
b. Menjadi Peserta Kampanye dengan
8
menggunakan atribut partai atau Sedang
atribut PNS
c. Sebagai Peserta Kampanye dengan Sedang
menggunakan PNSLain
d. Sebagai peserta kampanye dengan
menggunakan fasilitas Negara Berat
Memberikan dukungan kepada calon
anggota DPD atau Calon Kada/Wakil
Kada dengan cara memberikan surat
9 Sedang
dukungan disertai foto kopi KTP atau
SKTP sesuai perturan perundang-
undangan
Memberikan dukungan kepada calon
Kada/wakil Kada dengan cara:
a. Terlibat dalam kegiatan kampanye
untuk mendukung calon Kada /Wakil Sedang
kada
b. Menggunakan fasilitas yang terkait
dengan jabatan dalam kegiatan Sedang
kampanye
c. Mengadakan kegiatan yang
mengarah kepada keberpihakan Sedang
10 terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu
sebelum,sesudah masa kampanye
meliputi ajakan , himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan unit kerjanya
anggota keluarga dan masyarakat
d. Membuat keputusan dan/atau
tindkan yang menguntungkan atau Berat
merugikan salah satu pasangan
calon selama masa kampanye.
Memberikan Dukungan kepada Sedang
Presiden/wakil presiden dengan cara :
a. Mengadakan kegiatan yang
11
mengarah kepada keberpihakan
terhadap pasangan calon yang
menjadi peserta pemilu sebelum

71
selama dan sesudah masa
kampanye meliputi
ajakan,himbauan,seruan atau
pemberian barang kepada PNS
dalam lingkungan unit
kerjanya,anggota keluarga dan Berat
masyarakat
b. Membuat Keputusan atau tindakan
yang menguntungkan atau
merugikan salahb satu pasangan
calon selama masa kampanye

2. Limitatif

. Pelanggaran terhadap Kewajiban


NO Masuk Kerja dan Mentaati Jam JENIS HUKUMAN
Kerja
1. Tidak masuk 5 kerja Teguran Lisan
2. 6 sampai dengan 10 hari kerja Teguran tertulis
Pernyataan tidak
3. 11 sampai dengan 15 hari kerja
puas
Penundaan KGB
4 16 sampai dengan 20 hari kerja
selama 1 tahun
Penundaan KP
5 21 sampai dengan 25 hari
selama satu tahun
Penurunan pangkat
6 26 sampai dengan 30 hari setingkat lebih rendah
selama satu tahun
Penurunan pangkat
7 31 sampai dengan 35 hari lebih rendah selama 3
tahun
Pemindahan dalam
rangka penurunan
8 36 sampai dengan 40 hari
jabatan setingkat
lebih rendah
Pembebasan dari
9 41 sampai dengan 45 hari
jabatan
1.Pemberhentian
dengan hormat
10 Lebih dari 46 hari
2.Pemberhentian
tidak dengan hormat

72
3. Dampak

Pelanggaran terhadap Kewajiban


DAMPAK NEGATIF JENIS
No KEWAJIBAN
PADA HUKUMAN
Setia dan taat Unit Kerja Ringan
sepenuhnya kepada
1 pancasila dan Undang Instansi (Kedinasan) Sedang
Undang Dasar Tahun Pemerintah/Negara Berat
1945
Mentaati segala Unit Kerja Ringan
2 perautan perundang- Instansi (Kedinasan) Sedang
Undangan Pemerintah/Negara Berat
Melaksanakan tugas Unit Kerja Ringan
kedinasan yang Instansi (Kedinasan) Sedang
dipercayakan kepada Pemerintah/Negara Berat
3
PNS dengan penuh
pengabdian,kesadaran,
dan tanggung jawab
Menjunjung tinggi Unit Kerja Ringan
kehormatan Negara
4 dari pada kepentingan Instansi (Kedinasan) Sedang
sendiri,seorang, Pemerintah/Negara Berat
dan/atau golongan
Mengutamakan Unit Kerja Ringan
kepentingan negara diri
5
sendiri,seseorang Instansi (Kedinasan) Sedang
dan/atau golongan Pemerintah/Negara Berat
Memagang Rahasia Unit Kerja Ringan
jabatan yang menurut
6
Sifatnya atau perintah Instansi (Kedinasan) Sedang
harus dirahasiakan Pemerintah/Negara Berat
Bekerja dan jujur, Unit Kerja Ringan
tertib, cermat, dan
7 bersemangat untuk
kepentingan negara
Instansi (Kedinasan) Sedang
Pemerintah/Negara Berat
Melaporkan dengan Unit Kerja Ringan
segera kepada Instansi (Kedinasan) Sedang
atasannya apabila Pemerintah/Negara Berat
8 mengetahui ada hal
yang dapat
membahayakan atau
merugikan negara atau

73
pemerintah terutama
bidang
keamanan,keuangan
dan materil
Menggunakan dan Unit Kerja Ringan
memelihara barang Instansi (Kedinasan) Sedang
9 barang milik negara Pemerintah/Negara Berat
dengan sebaik
baiknya
Mentaati Peraturan Unit Kerja Ringan
10
kedinasan yang Instansi (Kedinasan) Sedang
ditetapkan oleh pejabat Pemerintah/Negara Berat
yang berwewenang

c. Pelanggaran Terhadap Larangan


No LARANGAN DAMPAK JENIS
NEGATIF PADA HUKUMAN
Memiliki Unit Kerja Ringan
menjual,mengandaikan,menyew Instansi Sedang
akan atau meminjamkan barang (Kedinasan)
1
barang baik bergerak atau tidak Pemerintah/Negara Berat
bergerak, dokumen atau surat
miliki negara secara tidak sah
Melakukan kegiatan bersama Unit Kerja Ringan
dengan atasan,teman Instansi Sedang
sejawat,bawahan,atau orang (Kedinasan)
lain didalam maupun diluar Pemerintah/Negara Berat
2 lingkungan kerjanya dengan
tujuan untuk keuntungan
pribadi,golongan,atau pihak lain
yang secara lansung atau tidak
lansung merugikan negara
Melakukan suatu tindakan atau Unit Kerja Ringan
tidak melakukan suatu tindakan Instansi Sedang
yang dapat menghalangi atau (Kedinasan)
3 mempersulit salah satu pihak Pemerintah/Negara Berat
yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi
yang dilayani
Menghalangi berjalannya tugas Unit Kerja Ringan
kedinasan Instansi Sedang
4
(Kedinasan)
Pemerintah/Negara Berat

74
Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang Jenis

Hukumannya mengacu kepada Peraturan PerUndang-Undangan Lain

terdapat satu kewajiban.

Absolut dimaksud adalah pelanggaran terhadap kewajiban

sebagai pegawai negeri sipil antara lain mengucapkan sumpah/ janji

PNS tampa alasan yang sah, mengucapkan sumpah janji jabatan

tampa alasan yang sah jenis hukamn sedang, membimbing bawahan

dalam melaksanakan tugas tidak sengaja hukman ringan, dengan

sengaja hukuman sedang , memberikan kesempatan kepada

bawahan untuk mengembangkan karir dengan tidak sengaja jenis

hukuman ringan, dengan sengaja jenis hukum sedang.

1. Pelanggaran terhadap Larangan

Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri sipil yang berkaitan dengan

Larangan sebagai Pegawai Negeri Sipil antara lain,

2. Menyalagunakan wewenang,

3. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau

orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain

4. Tampa Izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk

negara lain dan /atau lembaga atau organisasi internasional.

5. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga

swadaya masyarakat asing

75
6. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada

siapapun baik lansung atau tidak lansung dan dengan dalih apapun

untuk diangkat dalam jabnatan

7. Menerima Hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun

yang juga berhubungan dengan jabatan dan /atau pekerjaannya.

8. Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara.

9. Membuat keputusan dan/atau tindakan yang menguntungkan atau

merugikan salah satu pasangan calon selama masa kampanye

Terkait dengan Pelanggaran jabatan Pegawai Negeri Sipil pada

Lingkup Sekertariat Kabupaten Banggai Kepulauan, sebagaimana

putusan Pengadilan Negeri Palu, Nomor : 29/Pid.SUS/2012/PN.PL

atas perkaran pidana Korupsi yang dilakukan Pegawai Negeri Sipil

atas Nama Adrin, pembantu bendahara Umum Setda Kabupaten

Banggai Kepulauan, oleh Hakim Pengadilann Neger, bersarkan

putusannya dinyatakan bahwa adrin sebagai Pegawai Negeri Sipil

dalam jabatannya sebagai pembantu bendahara terbukti secara sah

dan meyakinkan sebagai terlahir bersalah melakukan Tindak Pidana

Korupsi secara Berlanjut, sehingga dijatuhi hukuman Pidana dengan

Pidana penjara 4 (empat) tahun dan 4 (empat ) bulan, dan denda

sebesar Rp.50.000.000,- (lima puluh Juta Rupiah) dengan ketentuan

apabila denda tersebut tidak dibayar denganti dengan pidana

kurungan selama 1 (satu) bulan.) serta menjatuhkan piodana

tambahan berupa uang pengganti kepada terdakwa sebesar Rp.

76
417.472.299 (empat ratus tujuh belas juta empar ratus tujuh puluh dua

ribu dua ratus sembilan puluh sembilan rupiah) dengan ketentuan jika

terdakwa tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1

(satu) bulan sesudah putusan pengadilan yang memperoleh kekuatan

hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan

dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Dan jika terdakwa

mempunyai harta benda yang mencukupi untuk membayar uang

pengganti,maka terdakwa dipidana dengan pidana penjara selama 8

(delapan Bulan).

Pelanggaran Pegawai Negeri Sipil yang telah dilakukan oleh

Adrin, dalam jabatannnya pembantu bendahara Umum Setda

Kabupaten Banggai Kepulauan, telah masuk dalam pengertian

kejahatan jabatan sebagaimana dimaksud didalam Kitab Undang

Undang Hukum Pidana yakni sejumlah kejahatan jabatan terrtentu

yang hanya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai sifat

sebagai pegawai Negeri. Konsep mengenai kejahatan jabatan dari

ketentuan kitab undang-undang hukum pidana tersebut mengacu

pada tindak pidana korupsi yang diatur didalam Undang-Undang

nomor; 31 Tahun 1999 pasal 15-12 jo Undang-Undang nomor 20

Tahun 2001 pasal 3 tentang pemberantasan tindak pidana Korupsi

yang merumuskan bahwa ;

“ Setiap Orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri


atau orang lain atau suatu koorporasi, menyalagunakan
kewenangan,kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan

77
keuangan Negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) Tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) Tahun dan atau denda paling
sedikit Rp.50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah dan paling
banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”

Unsur- unsurnya adalah sebagai berikut :

1. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri,orang lain atau

Koorporasi

2. Menyalgunakan kewenangan,kesempatan,atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan

3. Dapat merugikan keuangan Negara.

Pasal 3 Undang-Undang nomor 20 tahun 2001 tidak

mencantumkan unsur “Melawan Hukum” secara berdiri sendiri

(bukan merupakan bestanddel delict), yang ada adalah unsur

“menyalagunakan kewenangan”. Secara implisit penyalagunaan

wewenang in haeren dengan melawan hukum . Unsur “Melawan

Hukum” merupakan “genus” nya, sedangkan unsur “Penyalagunaan

wewenang” adalah “species “ nya. Hal ini bukan berarti bahwa delik

ini dapat dilakukan tampa unsur “ melawan hukum” sebab unsur

melawan hukumnya telah termaktub dalam keseluruhan perumusan.

Melawan hukum adalah tidak mempunyai hak sendiri untuk menikmati

keuntungan (korupsi) tersebut.

Unsur melawan Hukum dalam undang-undang nomor; 20

Tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana Korupsi meliputi

unsur melawan hukum formil dan unsur melawan hukum materil.

78
Parameter melawan Hukum formil adalah bertentangan dengan

peraturan perundang undangan. Sedangkan parameter melawan

hukum materil adalah bertentangan dengan nilai kepatutan dan

keadilan masyarakat.

Unsur melawan hukum adalah instrumen/modus adalah dalam

tindak pidana korupsi. Parameter yang dipakai untuk menilai ada

tidaknya unsur “melawan hukum”. adalah peraturan Perundang-

undangan. Perbuatan melawan hukum dalam hukum pidana dikenal

dengan istilah “vederrechtelijke” yang oleh Van Hamel ditafsirkan

dalam 2 (dua) bentuk yaitu;

1. Bertentangan dengan hukum ( in strijd met bet recht ).

2. Tidak berdasar Hukum ( niet steuned op bet recht ).

Pengertian melawan hukum (“vederrechtelijke” ) secara

sederhana tidak hanya kepada suatu perbuatan yang bertentangan

dengan hukum dalam pengertian yang umum akanb tetapi juga dapat

ditujukan kepada adanya suatu perbuatan yang dilakukan tanpa hak.

Melawan hukum (melanggara Hukum) adalah istilah yang

dipergunakan oleh pembentuk undang-undang yang merupakan

terjemahan dari “onrechtmatige daad” dalam hukum perdata (pasal

1365 BW), dan untuk padannya dalam hukum pidana menurut Pompe

adalah melawan hukum materil (Materielle wederrechtelijkheid) disini

penyalagunaan wewenang sebagai perbuatan melawan hukum

dengan bentuknya sebagai kesengajaan.

79
Berdasarkan urain diatas kerena terbukti secara sah dan

meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi, di Kabupatebn Banggai

Kepulauan, dan perbuatan tersebut termasuk dalam kejahatan

jabatan,maka pegawai negeri sipil yang bersangkutan selain diberi

sanksi pidana penjara dan denda sebagaimana putusan hakim yang

mengadili perkara di pengadilan Negeri Palu, yang berkekuatan

hukum tetap , juga dijatuhi hukuman pemberhentian tidak dengan

hormat sebagai pegawai Negeri sipil sebagaimana ketentuan pada

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, Pasal 4 point 4

(empat) pelanggaran disiplin berat. Dengan mengacu pada petusan

Hakim pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.

B. Pembahasan

Implikasi dari Peraturan Peraturan Pemerintah 53 Tahun 2010

tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Banggai Kepulauan

memang secara konseptual bisa memberikan afek jerah bagi Pegawai

Negeri Sipil, Karena untuk menumbuhkan sikap disiplin sesuai

amanat Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin

Pegawai Negeri Sipil. Dalam rangka mewujudkankan Pegawai Negeri

sipil dalam rangka mewujudkan Pegawai Negeri sipil yang handal,

profesional, dan bermoral sebagai penyelenggara Pemerintahan yang

baik (good govermence) , sebagai pegawai Negeri Sipil juga dituntut,

untuk selalu setia kepada Pancasila dan Undang Undang dasar

80
negera a Republik Indoensia Tahun 1945, setia kepada negara

kesatuan republik Indonesia, Pemerintah, serta dituntut untuk selalu

bersikap adil, disiplin, jujur, transparan, akuntabel dalam

melaksanakan tugas.

Tujuan diberlakuknnya Peraturan Pemerintah nomor 53 Tahun

2010, tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil ini, adalah merupakan

bagian dari reformasi birokrasi untuk lebih terjaminnya ketertiban dan

kelancaran tugas pokok dan fungsi Pegawai Negeri Sipil,serta

mendorong peningkatan kinerja, dan perubahan sikap, dan prilaku

pegawai negeri sipil.

Peraturan Pemerintah nomor 53 Tahun 2010 tentang disipilin

Pegawai Negeri Sipil, terdiri dari tujuh (VII) Bab, lima puluh satu (51)

Pasal, diantaranya mencabut pasal 12 peraturan Pemerintah nomor

32 Tahun 1979 tentang Pemeberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai

Negeri Sipil ini juga mengatur tentang Kewajiban dan Larangan

Pegawai Negeri Sipil, diatur dalam pasal 3 dan 4 yang memuat tujuh

belas kewajiban dan lima belas larangan. Konsekwensinya cukup

berat.

Meski penerapan Sanksi Pidana Bagi Pegawai Negeri Sipil

Yang Melakukan Pelanggaran jabatan menururut Ketentuan Peraturan

Pemerintah nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil, telah dilaksanakan, namun belum secara keseluruhan

81
pelanggaran Jabatan Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan Di Banggai

Kepulauan belum mendapat penanganan sesuai ketentuan dimaksud,

hal ini disebabkan pengaruh kekuasaan Pebajat Birokrasi (Bupati)

serta kurangnya peran lembaga Hukum yang diberi kewenangan untuk

menangani kasus-kasus berkaitan dengan kejahatan dalam jabatan,

seperti Kepolisian dan Kejaksaan, sehingga hasil penelitian diatas

tercatat sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2013, hanya terdapat

8 Kasus yakni 8 kasus Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil,

yakni terdiri dari 1 kasus pelanggaran ringan yaitu tidak masuk kerja

selama 6 sampai dengan 10 hari kerja, 8 Kasus Pelanggaran sedang,

tidak masuk kerja diatas 10 hari sampai dengan 20 hari kerja dan 5

kasus pelanggaran berat yang berkaitan dengan kejahatan dalam

jabatan. Dari kelima Kasus tersebut yang telah mendapat putusan

yang berkekuatan hukum tetap dari hakim Pengadilan Negeri yang

menangani perkara kasus tersebut tercatat dua kasus, tiga kasus

lainnya, sampai saat ini belum mendapat putusan dari Pengadilan.

Selain itu berkaitan dengan kejahatan jabatan seperti pada

kasus yang menyeret Pegawai negeri Sipil bernama Adrin dalam

jabatannnya sebagai Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan pembantu

bendahara pada kantor sekertariat Pemerintah kabupaten Banggai

kepulauan, seharusnya orang atau pegawai lain yang secara tidak

lansung turut serta seperti bendahara, yang telah mengetahui

perbuatan pidana tersebut dalam jabatan yang sama sebagai pegawai

82
negeri Sipil bahkan menjadi atasan lansungn pembantu bendahara,

yang pekerjaannya menjadi tanggung jawab sebagain bendahara

seharusnya mendapat sanksi pidana yang sama seperti Adrin, namun

dalam kasus tersebut adrin diponis karena meyakinkan telah bersalah

melakukan pelanggaran sebagaimana putusan hakim, Sementara

Pegawai negeri lainnya, tidak mendapat sanksi hukum. Padahal

kedua dua duanya karena jabatannya dan tugas dan kewajibannya

dapat merugiakan keuangan Negara. Sepatutnya mendapat sanksi

hukum.

Sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 58 KUHP ;

“De peroonlijke omstandigheden waardoor de strafbaarheid


uitgesloten, verminderd of ver hoordt ,komen bij de toepassing
der strafwet in annmerking ten anzien van dien dader of
medeplichtige wien zij persoonlijk betreffen”

Artinya : Pada waktu diberlakukan undang-undang Pidana, keadaan

keadaan pribadi, yang meniadakan,meringankan atau memberatkan

pidana itu hanya berlaku bagi orang atau yang membantu itu sendiri,

yang memang meliputi oleh keadaan keadaan tersebut.

Selain itu Bendahara sebagai atasa lansung pembantu

bendahara telah jelas melanggar kewajiban sebagai pegawai Negeri

sipil sebagaimana amanat peraturan Pemerintah nomor 53 Tahun

2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Yakni tidak Melaporkan

dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal yang

dapat membahayakan atau merugikan negara atau pemerintah

terutama bidang keamanan,keuangan dan materil, sanksi Hukumnya

83
adalah Hukman berat, menurut ketentuan PP nomor 53 Tahun 2010

dimaksud.

Kesimpulannya bahwa penerapan Sanksi bagi Pegawai Negeri

Sipil yang melakukan Pelanggaran Peraturan Pemerintah nomor 53

Tahun 2010 Di Kabupaten Banggai Kepulauan belum secara

keseluruhan atau dengan kata lain belum sepenuhnya dijalankan

menurut Peraturan Pemerintah dimaksud, meskipun telah

dilkasanakan..

84
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bahwa Penerapan sanksi Bagi Pegawai Negeri Sipil yang

melakukan Pelanggaran jabatan di Kabupaten Banggai Kepulauan,

berkaitan dengan penegakan Hukum dan nilai keadilan belum

terlaksana dengan baik, aspek kepastian Hukum dan nilai keadilan

sebagai acuan yang obyektif belum dilaksanakan secara penuh

karena dipengaruhi oleh kekuasaan pejabat Birokrasi Bupati yang

juga kedudukannya dalam jabatan politik.

2. Penerapan Sanksi bagi Pegawai Negeri Sipil Yang melakukan

pelanggaran jabatan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 53

Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Sanksi dan

Hukuman yang diberikan sesuai jenis pelanggaran yang dilakukan,

tetapi lebih berorientasi pada pada fungsi Pembinaan, pada jenis

pelanggan ringgan dan sedang. Sedangkan terhadap Pelanggaran

berat yang berkaitan dengan larangan sebagai Pegawai Negeri Sipil

penerapannya mengacu pada ketentuan pidana dan ketentuan

perundang-undangan lainnya, dimana sanksi hukum dapat

dijatuhkan setelah terbukti bersalah secara sah dan meyakinkan

dengan Keputusan yang berkekuatan Hukum tetap dari Hakim

85
Pengadilan yang menangani Perkara pidana. Seperti dalam Kasus

pidana Korupsi Pegawai negeri sipil hanya dapat diberhentikan

dengan tidak hormat dari jabatan sebagai Pegawai Negeri setelah

dinyatakan terbukti bersalah dan meyakinkan dengan keputusan

Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Dengan pindana

penjara 4 (empat Tahun) penjara. Namun demikian dalam hal proses

penanganan Pelanggaran, belum secara keseluruhan pelanggaran

yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil dapat diproses sesuai

ketentuan yang berlaku, hal ini disebabkan dari pengaruh

kewenangan Bupati sebagai penentu kebijakann di Daerah. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah

no 53 Tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Di Kabupaten

banggai Kepulauan berkaitan dengan penegakan Hukum dan nilai

keadilan belum terlaksana dengan baik. Aspek kepastian hukum dan

nilai keadilan sebagai acuan yang obyektif belum dilaksanakan

secara penuh karena dipengaruhi oleh kekuasaan Politik Bupati .

Karena jabatan Bupati adalah jabatan Politik dan sebagai Penentu

Kebijakan di Daerah.

B. Saran

Berdasarkan pada hasil pembahasan, maka hal – hal yang dapat

disampaikan sebagai saran kepada pihak – pihak yang terkait dalam

pelaksanaan Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

86
tentang Disiplin Pegawai Negeri dapat berjalan dengan lebih maksimal,

dan nilai-nilai dasar hukum terwujud secara seimbang, maka kepada

Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan sebagai berikut ;

1. Untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010

tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil dengan tetap taat dan patuh

terhadap Nilai- nilai Hukum, dan perturan perundang-undangan yang

berlaku, dengan tdak meninglkan nilai kepastian Hukum dan Rasa

keadilan.

2. Persoalan Pelanggaran Displin Pegawai Negeri Sipil sebagaimana

amanat Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang disiplin

Pegawai Negeri Sipil, agar tidak diselesaikan dengan kebijakan dan

pertimbangan Politik. tetapi tetapi mengacu pada pertimbangan

hukum, dalam rangka Penegakan Hukum serta mewujudkan pegawai

Negeri Sipil yang profesional disiplin dan bertanggung Jawab serta.

87
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Azizi Hakim, 2011 Negara Hukum dan Demokrasi di Indonesia.


Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Achmad Ali, 2009 Menguak Teori Hukum dan Teori Peradilan, Prenada
Media Group, Jakarta

Andi Hamzah, 2010 Asas-Asas Hukum Pidana, Reneka Cipta, Jakarta.

Bernad. I. Tanya, dkk, 2013 Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas
Tuang dan Generasi GENTA Publishing Yogyakarta.

IGM Nurdjana, Sistem Hukum Pidana dan Bahaya Laten Korupsi “ Perspektif
Tegaknya Keadilan Melawan Mafia Hukum” Pustaka Pelajar,
Yogyakarta

MPR RI, 2010 Undang-Undang Dasar 1945 Sekretaris Jenderal MPR RI


Jakarta

P.A.F. Lamintang, Theo Lamintang, 2011, Delik Delik Khusus Kejahatan


Jabatan Dan Kejahatan Jabatan Tertentu Sebagai Tindak Pidana
Korupsi, Sinar Grafika Jakarta

______________, Sri Hartati, Hj, Setiajeng Kadarsih, Tedi Sudrajat, 2008,


Hukum Kepegawaian Indonesia, Sinar Grafika Jakarta

S.F. Marbun, Moh. Mahfud MD, 2006, Pokok-Pokok Hukum Administrasi


Negera, Liberty, Yogyakarta

Soejono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta

Soejono Soekanto, Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif Suatu


Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

_______________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 & 33


2004 Tentang Otoda, Anfaka Perdana Surabaya

88

Anda mungkin juga menyukai