Anda di halaman 1dari 60

PENEGAKAN HUKUMAN DISIPLIN BAGI PEGAWAI ASN

DI BADAN KEPEGAWAIAN NEGARAREGIONAL VIII


BANJARMASIN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1


(S1) Jurusan Administrasi Publik Pada STIA Bina Banua Banjarmasin

OLEH :

SUYAD

NPM: 2015109087

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI (STIA)


BINA BANUA BANJARMASIN
2017

1
ABSTRAK

Suyad NPM: 2015 10 9087, Penegakan Hukuman Disiplin Bagi Pegawai ASN Di
Badan Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin, Skripsi, 2017. Dibawah
bimbingan Bapak Dr. Irawanto, S.sos, M.si sebagai pembimbing I dan Bapak Dr.
Muhammad Akbar, M.si sebagai pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan penjatuhan sanksi disiplin
terhadap Pegawai ASN yang melakukan pelanggaran disiplin . Penelitian ini juga
bertujuan untuk mengetahui faktor yang menghambat pelaksanaan penjatuhan
sanksi administrasi terhadap pegawai negeri sipil yang melakukan pelanggaran
disiplin.
Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Kepegawaian Negara Regional VIII
Banjarmasin. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Badan Kepegawaian
Negara Regional VIII Banjarmasin. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan
wawancara langsung dengan narasumber pada lokasi penelitian yang kompeten
dan relevan dengan topik yang diajukan..Di Kantor Badan Kepegawaian Negara
Regional VIII Banjarmasin pada tahun 2001 dan tahun 2006 ada 2 pegawai yang
sudah ditindak ,adapun sanksi yang dijatuhkan berupa penurunan pangkat karena
melanggar PP 10 tepatnya melangsungkan pernikahan siri dan tidak seijin istri
pertama serta tidak seijin atasan.Bahkan pada tahun 2015 ada pegawai ASN BKN
Reginol VIII Banjarmasin yang diberhentikan dengan tidak hormat dikarenakan
melanggar disiplin yaitu 4 bulan berturut turut tidak masuk kerja tanpa alasan
alias mbolos kerja. Semua jenis pelanggaramn tersebut diatas karena yang
bersangkutan atau pegawai itu tidak tertib didalam mematuhi TUD (Tata Tertib
Urusan Dalam) dan jelas melanggar PP nomor 53 tahun 2010 serta Undang
Undang nomor 5 tahun 2014 tentang manajemen Pegawai Negeri Sipil yang
terdiri dari pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja
yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan pemeritahan atau diserahi tugas negara lainya dan digaji berdasarkan
peraturan perundang undangan yang berlaku di negara Republik Indonesia.
Kesimpulan artikel ini adalah PP Nomor 53 tahun 2010 belum dapat merubah
kelakuan buruk para PNS, yang ada mereka malah acuh dengan PP tersebut. Hal
itu karena tidak adanya tindakan hukum yang tegas yang dilakukan oleh para
pejabat yang seharusnya memberikan hukuman. Padahal pada PP No 53 Tahun
2010 ini juga dicantumkan hukuman juga bisa dikenakan terhadap pejabat yang
seharusnya memberikan hukuman, tetapi tidak menjatuhkan hukuman terhadap
anak buahnya yang telah melakukan pelanggaran. Rekomendasi pejabat
hendaknya memantau bawahan yang menjadi tanggungjawabnya agar
melaksanakan PP No. 53 Tahun 2010 dengan disiplin agar tidak dikenai sanksi
akibat melanggarnya. Jika disiplin telah menjadi nafas para PNS tentunya kinerja
pemerintah akan jauh lebih baik, Disiplin tersebut tidak terjadi hanya untuk

i
sementara. Penerapan peraturan disiplin PNS harus tegas dan konsisten. Selain itu
diharapkan PNS wajib menjaga dan mengembangkan etika profesinya.
Kata kunci: Disiplin Pegawai Negeri Sipil, PP Nomor 53 Tahun 2010

ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Suyad
NPM : 2015 10 9087
Judul Skripsi : Penegakan Hukum Disiplin Bagi Pegawai ASN Di
Badan Kepegawaian Negara Regional VIII
Banjarmasin
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Skripsi ini berdasarkan hasil
penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari saya sendiri, baik untuk naskah
laporan maupun kegiatan pengambilan data yang tercantum sebagai bagian dari
Skripsi ini. Jika terdapat karya orang lain, saya akan mencantumkan sumber yang
jelas.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian
hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh
karena karya tulis ini dan sanksi lain sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Universitas STIA Bina Banua Banjarmasin. Demikian pernyataan ini saya buat
dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun.

Banjarmasin, Januari 2018


` Yang menyatakan,

SUYAD
NPM : 2015 10 9087

iii
PERSETUJUAN SKRIPSI

Skripsi ini telah disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Irawanto, S.sos, M.si Dr. Muhammad Akbar, M.si

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ketua


STIA Banua Banjarmasin STIA Bina Banua Banjarmasin

Drs. Singgih Priono,Msi Dr. Irawanto, S.sos, M.si

iv
KATA PENGANTAR
Berkat Rahmat Allah SWT, yang Maha Pengasih lagi maha Penyayang
yang telah memberikan petunjuk sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Penegakan Hukuman Disiplin Bagi Pegawai ASN di
Badan Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin”.
Skripsi ini, penulis ajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Ahli Publik (SAP) di kampus Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Bina Banua Banjarmasin.Penulis menyadari sepenuhnya bahwa ini
merupakan tugas yang sangat berat . Sehingga skripsi ini terdapat kekurangan
sebagai karya ilmiah.
Atas selesainya penulisan skripsi ini, tidak lupa juga penulis mengucapkan
terima kasih sedalam-dalamnya atas segala bantuan yang diberikan kepada:
1. Bapak Dr. Irawanto, Ssos, M.Si Selaku Ketua di Sekolah Tinggi Ilmu
Administrasi Bina Banua Banjarmasin
2. Bapak Drs. Singgih Priono,Msi Selaku Ketua Program Studi di Sekolah
Tinggi Ilmu Administrasi Bina Banua Banjarmasin
3. Bapak Dr. Irawanto, Ssos, M.Si Selaku Dosen Pembimbing I
4. Bapak Dr. Muhammad Akbar, M.Si Selaku Dosen pembimbing II
5. Kepada seluruh para Dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Bina
Banua Banjarmasin
6. Bapak Slamet Nugroho,SH,Msi.selaku Kepala BKN VIII Banjarmasin yang
memberikan ijin dalam penelitian ini, dan seluruh pegawai BKN Regional
VIII Banjarmasin yang memberikan waktunya dalam wawancara penelitian
yang penulis kerjakan.
7. Kepada istri tercinta yang selalu memberikan motivasi, anak, serta teman-
teman mahasiswa yang selalu memberikan dukungan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala yang berlipat ganda bagi
mereka semua yang telah membantu dalam penyususan Skripsi ini. Akhir kata
semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan bagi
penyusun ada khususnya.
Banjarmasin, Januari 2018

v
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM
ABSTRAK ............................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
A. LatarBelakang Masalah .........................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...................................................................................4
D. Manfaat Penelitian.................................................................................4
BABII TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................5
A. Aparat Sipil Negara ...............................................................................5
B. Pokok-Pokok Disiplin Pegawai ASN..................................................13
C. Tata Cara Dalam Penjatuhan Hukuman Disiplin ................................29

BABIII METODE PENELITIAN..........................................................................33


A. Tempat dan Waktu ..............................................................................33
B. Metode Pendekatan .............................................................................33
C. Metode Penelitian................................................................................34
D. Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................................34
E. Metode Pengumpulan Data .................................................................34
F. Metode Analisa Data ...........................................................................35

BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................36


A. Pelaksaan Penjatuhan Hukuman Terhadap Pegawai ASN Yang
Melakukan Pelanggaran Disiplin di Kantor Badan Kepegawaian
Negara Regional VIII Banjarmasin .....................................................36
B. Faktor Penghambat Pelaksan Penjatuhan Hukuman Disiplin Terhadap
Pegawai ASN Yang Melakukan Pelanggaran Disiplin Di Kantor
Badan Kepegawian Negara Regional VIII Banjarmasin.....................42

vi
BABV PENUTUP..................................................................................................45
A. Kesimpulan..........................................................................................45
B. Saran ....................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................47


LAMPIRAN ...........................................................................................................48

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia sebagai negara hukum telah menempatkan landasan
yuridis bagi warga negaranya dalam memperoleh pekerjaan yang layak,
sebagaimana tertulis dalam Pasal 27 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945,
yang berbunyi: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Isi pasal tersebut, Negara
menyadari akan arti penting dan mendasarnya masalah pekerjaan bagi
kelangsungan hidup manusia. Manusia untuk menjaga kelangsungan
hidupnya, maka perlu bekerja untuk menghasilkan sesuatu imbalan berupa
materi, dan salah satu dari pekerjaan itu adalah dengan cara mengabdi
pada Negara dengan menjadi Aparatur sipil negara.
Usaha mencapai tujuan nasional tersebut diatas diperlukan adanya
Aparatur Sipil Negara (ASN). Menurut Kamus Hukum ASN atau dahulu
dikenal dengan Pegawai Negeri adalah unsur aparatur negara; abdi negara;
dan abdi masyarakat yang dengan penuh kesetiaan dan ketaatan kepada
Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah yang
menyelenggarakan tugas pemerintah dan pembangunan.Kelancaran
pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan nasional terutama tergantung
dari kesempurnaan aparatur sipil negara.
Pelanggaran disiplin Pegawai ASN, bisa saja dikarenakan oleh
hak-hak yang diperolehnya tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya,
sebagaimana kita ketahui bahwa kebutuhan manusia pada masa sekarang
ini semakin kompleks, akan tetapi mungkin kebutuhan hidup yang
semakin banyak tersebut bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab
terjadinya pelanggaran. Pemerintah telah menaikan gaji serta tunjangan,
namun tetap saja terjadi pelanggaran, kemungkinan faktor utama yang
menjadi hambatan kedisiplinan Pegawai Aparatur sipil negara itu terletak
pada diri pegawai itu sendiri. Tindakan yang menyimpang seperti: korupsi,

1
2

penyalahgunaan wewenang, dan pemborosan keuangan negara, pungutan


liar, dan berbagai bentuk pelanggaran tersebut akan selalu terjadi, bila
dalam diri Pegawai ASN belum terbentuk suatu kesadaran dan suatu etika
yang dituangkan dalam Nilai-nilai Perilaku Kedinasan. Kewajiban dan
larangan teresebut, apabila dilanggar atau tidak dipatuhi akan dikenakan
sanksi hukuman disiplin sesuai dengan tingkat kesalahannya. Pegawai
Negeri Sipil selain ketentuan di atas tentang adanya larangan dan
kewajiban, juga mempunyai hak-hak untuk digunakan seperti yang tertera
di dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. Peraturan mengenai
kedisiplinan Pegawai negeri Aparatur sipil negara telah dibentuk dan
diberlakukan, tidak jarang ditemukan adanya pelanggaran-pelanggaran
terhadap kedisiplinan tersebut.
Namun kenyataannya, masih banyak ditemukan pegawai negeri
aparatur sipil negara yang melakukan pelanggaran disiplin. Contoh
pelanggaran disiplin melakukan perkwinan kedua tidak seijin istri pertama
dan tidak sijin atasan, baik melakukan pernikahan secara siri atau secara
sah dilakukan dikantor urusan agama. Adapunsesuai dengan aturan
kepegawaian, pelanggaran disiplin seperti tidak hadir berkantor saat hari
kerja tanpa ijin alias mbolos kerja. Bagi Pegawai ASN yang tidak masuk
diberikan surat peringatan serta dipotong uang tunjangan dan dipotong
uang makan bahkan bisa dipotong gaji. Apabila sudah tiga kali mendapat
surat peringatan tetapi tidak digubris maka sanksi yang akan diberikan
seperti penundaan kenaikan pangkat dan penundaan kenaikan gaji berkala.
Dapat disimpulkan bahwa Pegawai ASN yang melakukan pelanggaran
disiplin akan dijatuhi hukuman disiplin. Sebagaimana dimaksud di dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 86 ayat (3).
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-pokok
Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, akan tetapi pada saat
Undang-Undang ini berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang
3

merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 43 Tahun


1999 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian, dinyatakan masih berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-
Undang ini.
Peraturan pemerintah tentang kedisiplinan yang ditujukan bagi
Pegawai ASN agar dapat ditaati dengan baik dengan maksud untuk
mendidik dan membina Pegawai ASN, dan bagi mereka yang melakukan
pelanggaran atas kewajiban dan larangan maka dikenakan sanksi berupa
hukuman disiplin. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut,
penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Penegakan Hukuman
Bagi Pegawai ASN Di Badan Kepegawaian Negara Regional VIII
Banjarmasin”, yang menitikberatkan pada penegakan kedisiplinan yang
ada pada diri Pegawai ASN di wilayah kerja kantor BKN Regional VIII
Banjarmasin yang dibekali serta di didik tentang bagaimana disiplin
didalam bekerja yang harus ditaati oleh semua para Pegawai ASN dengan
peraturan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010
tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Permasalahan yang penulis
temukan dikantor BKN Regional VIII Banjarmasin pada tahun 2001 ada1
(satu) dan tahun 2006 ada 1 (satu) orang pegawai yang menerima sanksi
hukuman penurunan pangkat satu tingkat dan pada tahun 2015 ada 1[satu]
orang pegawai yang menerima sanksi pemberhentian dengan tidak
hormat di karenakan tidak masuk kerja 4 (empat bulan) alias membolos
kerja.

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, dapat dirumuskan
masalahsebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksaan penjatuhan hukuman terhadap Pegawai
Negeri Aparatur Sipil Negara yang melakukan pelanggaran disiplin
di Badan Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin ?
2. Faktor-faktor apakah yang mendorong dan menghambat pelaksaan
4

penjatuhan hukuman terhadap Pegawai Negeri Aparatur Sipil Negara


Masihyang melakukan pelanggaran disiplin di Badan Kepegawaian
Negara Regional VIII Banjarmasin ?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksaan hukuman terhadap
Pegawai Aparatur Sipil Negara yang melakukan pelanggaran disiplin
di Badan Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin dari tahun
2005 sampai dengan Tahun 2017.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong dan
menghambat pelaksanaan penjatuhan hukuman terhadap Pegawai
Aparatur Sipil Negara.

D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan guna
memberikan wawasan dibidang hukum, yang berkaitan dengan
penegakan disiplin, bagi Pegawai Aparatur Sipil Negara
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 53 tahun 2010 tentang
Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
2. Secara Praktis
Penelitian ini berguna dalam memberikan masukan bagi
masyarakat, pemerintahan, legislatif dan praktisi hukum dalam
memecahkan masalah-masalah mengenai penjatuhan sanksi disiplin
Pegawai ASN pada umumnya, khususnya untuk Pegawai ASN di
kantor BKN Regional VIII Banjarmasin, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No.53 Tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri sipil.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Aparat Sipil Negara


1. Pengertian Aparatur Sipil Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2014 tentang
aparatur sipil negara dalam pasal 1 angka 3 Aparatur Sipil Negara
yang selanjutnya disingkat ASN adalah warga Negara Indonesia yang
memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil
Negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk
menduduki jabatan pemerintahan.Mengingat Undang Undang No 43
tahun 1999 tentang pokok pokok kepegawaian, Pejabat pembina disini
adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan
pembinaan Manajemen Pegawai ASN di instansi pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan pengertian Pegawai ASN atau seseorang dapat
disebut Pegawai ASN apabila memenuhi beberapa unsur yaitu:
a. Memenuhi syarat-syarat yang ditentukan;
b. Diangkat oleh pejabat yang berwenang;
c. Diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri;
d. Digaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Mengenai Subjek hukum kepegawaian, yaitu Aparat Sipil
Negara. Kedudukan dan peranan dari Pegawai ASN dalam setiap
organisasi pemerintahan sangatlah menentukan, sebab Pegawai ASN
merupakan tulang punggung pemerintahan dalam melaksanakan
pembangunan nasional. Peranan dari Pegawai ASN seperti diistilahkan
dalam dunia kemiliteran yang berbunyi not the gun, the man behind
thegun, yaitu bukan senjata yang penting melainkan manusia yang
menggunakan senjata itu. Senjata yang modern tidak mempunyai arti

5
6

apa-apa apabila manusia yang dipercaya menggunakan senjata itu


tidak melaksanakan kewajibannya dengan benar.
Kranenburg dalam Muchas (2008: 31) yakni memberikan
pengertian dari Pegawai Negeri, yaitu pejabat yang ditunjuk, jadi
pengertian tersebut tidak termasuk terhadap mereka yang memangku
jabatan mewakili seperti anggota parlemen, presiden dan sebagainya.
Logemann dalam Muchas (1982: 12) dengan menggunakan kriteria
yang bersifat materil mencermati hubungan antara Pegawai Negeri
dengan memberikan pengertian Pegawai Negeri sipil setiap pejabat
yang mempunyai hubungan dinas dengan negara. Pegawai negeri
Sipil, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia,“pegawai” berarti
“orang yang bekerja pada instansi/swasta dan sebagainnya) sedangkan
“negara” berarti Pegawai negeri sipil adalah orang yang bekerja pada
pemerintah atau Negara (Poerwadarminta W.J.S., 1986: 478) agar
Pegawai negeri sipil sebagai unsur Aparatur negara, abdi negara dan
abdi masyarakat dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka ia
harus mempunyai kesetiaan dan ketaatan penuh terhadap Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, negara, dan pemerintah, sehingga dengan
demikian dapat memusatkan segala perhatian dan pikiran serta
mengarahkan segala daya dan tenaganya untuk menyelenggarakan
tugas pemerintahan dan pembangunan secara berdaya guna dan
berhasil guna. Dengan demikian kesetiaan dan ketaatan penuh tersebut
mengandung pengertian bahwa Pegawai negeri sipil berada
sepenuhnya di bawah pimpinan pemerintah. Hal ini perlu ditegaskan
untuk menjamin kesatuan pimpinan dan garis pimpinan yang jelas dan
tegas, dari uraian ini, maka timbulah kewajiban dan hak setiap
Pegawai negeri sipil.
7

2. Hak, Kewajiban dan Larangan Pegawai ASN


2.1 Hak Pegawai ASN
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 mengatur Hak
Pegawai ASN diatur di pasal 21 yaitu :
a. Gaji, tunjangan, dan fasilitas;
b. Cuti;
c. Jaminan pensiunan dan jaminan hari tua;
d. Perlindungan; dan
e. Pengembangan kompentensi.
2.2 Kewajiban Pegawai ASN
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 mengatur
kewajiban Pegawai Aparatur Sipil Negara diatur di pasal 23 yaitu :
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah.
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerinah
yang berwenang.
d. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab.
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan kepada setiap orang, baik didalam
maupun di luar kedinasan.
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Sebagaimana Kewajiban Pegawai ASN diatur juga di dalam
8

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 pasal 3, yaitu :


Setiap Pegawai negeri sipil wajib :
1. Mengucapkan sumpah/ janji Pegawainegeri sipil.
2. Mengucapkan sumpah/ janji jabatan.
3. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Pemerintah.
4. Mentaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Melaksanakan tugas kedianasan yang dipercayakan kepada
Pegawainegeri sipil dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan
tanggung jawab.
6. Menjunjung tinggi kehormatan Negara, pemerintah, dan
martabat Pegawainegeri sipil.
7. Mengutamakan kepentingan Negara dari pada kepentingan
sendiri, seseorang, dan atau golongan.
8. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau
menurut perintah harus dirahasiakan.
9. Bekerja dangan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk
kepentingan Negara.
10. Melaporakan dengan segara kepada atasannya apabila
mengetahui ada hal yang dapat membahayakan atau merugikan
Negara atau pemerintah terutama di bidang keamanan,
keuangan, dan materil.
11. Masuk kerja dan mentaati ketentuan jam kerja.
12. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.
13. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara
dengan sebaiknya-baiknya.
14. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.
15. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.
16. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk
mengembangkan karier; dan
9

17. Mentaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat


yang berwenang.
Kewajiban Pegawai negeri sipil adalah segala sesuatu yang
wajib dilakukan berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan.
Dikutip dari Sastra Djatmika (1995: hal. 103) kewajiban Pegawai
negeri sipil dibagi dalam tiga golongan,yaitu:
1. Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan suatu
jabatan.
2. Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan
dengan suatu tugas dalam jabatan melainkan dengan
kedudukannya sebagai pegawai Negara pada umumnya.
3. Kewajiban-kewajiban lain
Untuk menunjang kedudukan Pegawai negeri sipil, diperlukan
elemen-elemen penunjang kewajiban meliputi kesetiaan, ketaatan,
pengabdian, kesadaran tanggung jawab, jujur, tertib, bersemangat
dengan memegang rahasia Negara dan melakukan tugas
kedinasan.
a. Kesetiaan berarti tekad dan sikap batin serta kesanggupan
untuk mewujudkan dan mengamalkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 dengan penuh kesadaran dan Tanggung
jawab, pada umumnya kesetian timbul dari pengetahuan dan
pemahaman dan keyakinan yang mendalam terhadap apa yang
disetiai, oleh karena itu setiap Pegawai negeri sipil wajib
mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan
pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
b. Ketaatan berarti kesanggupan seseorang untuk mentaati segala
Peraturan Perundang-Undangan dan Peraturan (kedinasan)
yang berlaku serta kesanggupan untuk tidak melanggar
larangan yang ditentukan.
c. Pengabdian (terhadap Negara dan masyarakat) merupakan
kedudukan dan peranan Pegawai negeri sipil Republik
10

Indonesia dalam hubungan formal baik dengan Negara secara


keseluruhan maupun dengan masyarakat secara khusus.
d. Kesadaran berarti merasa, tahu dan ingat (pada keadaan yang
sebenarnya atau keadaan ingat (tahu) akan dirinya.
e. Jujur berarti lurus hati, tidak curang (lurus adalah tegak benar)
terus terang (benar adanya). Kejujuran adalah ketulusan hati
seseorang dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk
tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya
atau keadaan wajib menanggung segala sesuatunya apabila
terdapat sesuatu hal, boleh dituntut dan dipersalahkan.
f. Menjunjung tinggi berarti memuliakan atau menghargai dan
mentaati martabat bangsa. Menjunjung tinggi kehormatan
bangsa dan Negara mengandung arti bahwa norma-norma yang
hidup dalam bangsa dan Negara Indonesia harus dihormati.
g. Cermat berarti (dengan saksama), (dengan) teliti, dengan
sepenuh minat (perhatian).
h. Tertib berarti mentaati peraturan dengan baik, aturan yang
bertkaitan dengan ketertiban dengan baik.
i. Semangat berarti jiwa kehidupan yang mendorong seseorang
untuk bekerja keras dengan tekad yang bulat untuk
melaksanakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan.
j. Rahasia berarti sesuatu yang tersembunyi (hanya diketahui
oleh seseorang atau beberapa orang saja ataupun sengaja
disembunyikan supaya orang lain tidak mengetahui). Rahasia
dapat berupa rencana, kegiatan atau tindakan yang akan,
sedang atau telah dilaksanakan yang dapat menimbulkan
kerugian atau bahaya, apabila diberitahukan kepada atau
diketahui oleh yang tidak berhak.
k. Tugas kedinasan berarti sesuatu yang wajib dikerjakan atau
yang ditentukan untuk dilakukan terhadap bagian pekerjaan
umum yang mengurus sesuatu pekerjaan tertentu.
11

2.3 Larangan Pegawai ASN Commented [Office1]: Tolong ditambahkan dari kutipan
pendapat para ahli terkait dengan larangan di pegawai negeri sipil
Larangan Pegawai ASN diatur di dalam Pemerintah Nomor 05 (ASN)

Tahun 2014 Pasal 4 yaitu :


1. Menyalahgunakan wewenang;
2. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan
atau orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain;
3. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk
Negara lain dan atau lembaga atau organisasi internasional;
4. Bekerja pada perusahaan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing;
5. Memiliki menjual membeli menggandaikan, menyewakan,
atau meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak
bergerak, dokumen atau surat berharga milik Negara secara
tidak sah;
6. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,
bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerja dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau
pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung
merugikan Negara.
7. Memberikan atau menyanggupi akan memberi suatu kepada
siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan
dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan.
8. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun
juga yang berhubungan dengan jabatan dan atau pekerjaannya;
9. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya.
10. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu
tindakan yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu
pihak yang di layani sehingga mengakibatkan kerugian bagi
yang dilayani.
11. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan.
12

12. Memberikan dukungan kepada calon Presidan Wakil Presiden,


Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara:
a. Ikut sebagai pelaksana kampanye;
b. Menjadi peserta kampanye dengan menggunakan atribut
partai atau atribut Pegawai ASN;
c. Sebagai peserta kampanye dengan mengerahkan Pegawai
ASN lain; dan atau
d. Sebagai peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas
Negara;
13. Memberikan dukungan kepada calon Presiden dan Wakil
Presiden dengan cara:
a. Membuat keputusan dan atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon
selama kampanye; dan atau
b. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi
peserta pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa
kampanye meliputi pertemuan, ajakan, himbauan, seruan,
atau pemberian barang kepada Pegawai ASN dalam
lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga, dan
masyarakat;
14. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan
Perwakilan Daerah atau calon Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah dengan cara memberikan surat dukungan
diserta fotocopy Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan
Tanda Penduduk sesuai Peraturan Perundang-Undangan; dan
15. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah, dengan cara:
a. Terlibat dalam kegiatan kampanye untuk mendukung
calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah;
13

b. Menggunakan fasilitas yang terkait dengan jabatan dalam


kegiatan kampanye.
c. Membuat keputusan dan atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon
selama masa kampanye : dan atau
d. Mengadakan kegiatan yang mengarah kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon terhadapan
pasangan calon yang menjadi peserta pemilu sebelum,
selama, dan sesudah masa kampanye meliputi pertemuan,
ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang kepada
pegawai negeri dalam lingkungan unit kerjanya, anggota
keluarganya, dan masyarakat.

2.4 Menurut Pendapat Murad Maulana:


a. ASN adalah:
Istilah baru dalam dunia pemerintahan yang sudah cukup lama di
perkenalkan di Indonesia. Saya yakin masih banyak dari
masysrakat Indonesia yang tidak tahu terutama PNS yang belum
mengerti apa itu Aparatur Sipil Negara (ASN) yang telah disahkan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara.
b.Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2014 Tentang ASN bahwa Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya
di singkat ASN adalah profesi bagi Pegawai negeri sipil dan
pegawai tidak tetap pemerintah yang bekerja pada instansi
pemerintah dan perwakilannya. Sehingga sangat jelas pegawai
ASN itu tertdiri dari PNS dan Pegawai tidak tetap pemerintah
(PTTP).
Menurut salah satu guru besar UI seperti di lansir dalam situs
menpan.go,id,bahwa ASN sebagai sebuah profesi yang harus
memiliki standar peleyanan profesi ,nilai dasar,kode etik,dan kode
14

perilaku profesi ,pendidikan dan pengembangan profesi , serta


memiliki organisasi profesi yang dapat menjaga nilai nilai dasar
profesi.
Manfaat RUU ASN [Aparatur sipil negara];
1. Dengan adanya RUU ASN diharapkan tidak ada lagi pilitisasi
birokrasi atau bebas dari intervensi politik ,bersih dari praktik
korupsi,kolusi ,dan nepotisme seperti yang tercantum dalam
pasal 12.
2. Bagi honorer yang gagal jadi CPNS bisa masuk ke pegawai
pemerintah dengan perjanjian kontrak (PPPK) dengan catatan
memenuhi syarat.
3. Adanya UU ASN akan menjamin kesejahteraan PNS dan PPPK
karena akan memperoleh seperti honorarium yang adil dan
layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya,
tunjangan cuti, pengembangan kompetensi, biaya kesehatan,
dan uang duka.
4. UU ASN akan menjamin kompetisi terbuka antara PNS karena
menggunakan pendekatan open career system yang
mengedepankan kompetisi serta kompetensi ASN dalam
promosi dan pengisian jabatan, istilah yang sering kita dengar
“lelang jabatan” yang belum lama ini telah dilaksanakan oleh
pemerintah DKI Jakarta.
2.5 Pokok-Pokok Disiplin Pegawai ASN
1. Pengertian Disiplin Pegawai ASN
Bagi seorang Pegawai ASN Kedisiplinan harus menjadi
acuan hidupnya. Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang
semakin tinggi membutuhkan aparatur yang bersih, beribawa,
dan berdisiplin tinggi dalam menjalankan tugas.
Sikap dan perilaku seorang Pegawai ASN dapat dijadikan
panutan atau keteladanan bagi Pegawai ASN di lingkungannya
dan masyarakat pada umumnya. Dalam melaksanakan tugas
15

sehari-hari mereka harus mampu mengendalikan diri sehingga


irama dan suasana kerja berjalan harmonis, Namun kenyataan
yang berkembang sekarang justru jauh dari kata sempurna.
Masih banyak Pegawai ASN yang melakukan pelanggaran
disiplin dengan berbagai macam cara.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 05 tahun 2014
pada Pasal 1 angka 1 pengertian Disiplin Pegawai ASN adalah
kesanggupan Pegawai ASN untuk mentaati kewajiban dan
menghindari larang yang di tentukan dalam Peraturan
Perundang-Undangan dan/ atau peraturan kedinasan yang
apabila tidak ditaati atau di langgar dijatuhi hukuman disiplin.
Peraturan disiplin Pegawai ASN menurut Peraturan
Pemerintah No. 05 tahun 2014 tentang peraturan disiplin
Pegawai ASN adalahperaturan yang mengatur kewajiban,
larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau
larangan dilanggar oleh Pegawai ASN pelaksanaan ketentuan-
ketentuan dalam peraturan tersebut, oleh Badan Kepegawaian
Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun 2014 tentang Peraturan
Disiplin PegawaiASN, tolak ukur pengertian kedisiplinan kerja
Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
a. Kepatuhan terhadap jam-jam kerja.
b. Kepatuhan terhadap instruksi dari atasan, serta pada
peraturan dan tata tertib yang berlaku.
c. Berpakaian yang baik dan rapi pada tempat kerja serta
menggunakan tanda pengenal instansi.
d. Menggunakan dan memelihara bahan-bahan , alat
perlengkapan kantor dengan penuh hati-hati.
e. Bekerja dengan mengikuti cara-cara bekerja yang telah
ditentukan.
Menurut Sondang P. Siagian (2008: 304) dikatakan bahwa
16

terdapat dua jenis disiplin dalam organisasi, yaitu yang bersifat


preventif dan korektif.
1. Pendisiplinan Preventif.
Pendisiplinan yang bersifat preventif adalah tindakan yang
mendorong para karyawan untuk taat kepada berbagai
ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar yang telah
ditetapkan. Artinya melalui kejelasan dan penjelasan
tentang pola sikap, tindakan dan perilaku yang diinginkan
dari setiap anggota organisasi diusahakan pencegahan
jangan sampai para karyawan berperilaku negatif.
2. Pendisiplinan Korektif.
Jika ada karyawan yang nyata-nyata telah melakukan
pelanggaran atas ketentuan-ketentuan yang berlaku atau
gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan, kepadanya
dikenakan sanksi disipliner. Berat atau ringannya suatu
sanksi tentunya tergantung pada bobot pelanggaran yang
telah terjadi. Artinya pengenaan sanksi diprakarsai oleh
atasan langsung karyawan yang bersangkutan, diteruskan
kepada pimpinan yang lebih tinggi dan keputusan akhir
pengenaan sanksi tersebut diambil oleh pejabat pimpinan
yang memang berwenang untuk itu.
Menurut Fathoni (2009: 172), disiplin adalah kesadaran dan
kesediaan seseorang menaati semua peraturan dan norma-
norma sosial yang berlaku. Sedangkan Simamora (2006 : 610)
menyatakan bahwa : “Disiplin adalah prosedur yang
mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar
peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk
pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan yang teratur serta
menunjukkan tingkat kesungguhan tim kerja didalam suatu
organisasi.”
1. Pelanggaran Disiplin
17

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun 2014 pada


Pasal 1 angka 3 pengertian Pelanggaran Disiplin adalah setiap ucapan,
tulisan,atau perbuatan Pegawai ASN yang tidak mentaati kewajiban
dan atau melanggar larangan ketentuan disiplin Pegawai ASN, baik
yang dilakukan di dalam maupun di luar.
Adapun pelanggaran terhadap kewajiban diatur dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 05 Tahun 2014 pada Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10
yaitu Hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (2) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban :
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit
kerja;
b. Mentaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada unit kerja;
c. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada Pegawai
ASN dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada unit kerja;
d. Menjunjung tinggi kerhormatan negara, pemerintah, dan martabat
Pegawai ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
e. Mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri,
seseorang, dan atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
f. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angak 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
g. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk
18

kepentingan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 9,


apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
h. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan kantor atau merugikan negara
atau pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan
materil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
i. Masuk kerja, dan mentaati ketentuan jam kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:
1) teguran lisan bagi Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa
alasan yang sah selama 5 (lima) hari kerja;
2) teguran tertulis bagi Pegawai ASN yang tidak masuk kerja
tanpa alasan yang sah selama 6 (enam) sampai dengan 10
(sepuluh) hari kerja; dan
3) pernyataan tidak puas secara tertulis bagi Pegawai ASN yang
tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 11 (sebelas)
sampai dengan 15 (lima belas) hari kerja;
j. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-sebaiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;
k. Memberikan pelayanan sebaik-sebaiknya kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;
l. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan
dengan tidak sengaja;
m. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila
pelanggaran dilakukan dengan tidak sengaja; dan
n. Mentaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila
19

pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja.


Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (3) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban:
a. Mengucapkan sumpah/janji Pegawai ASN sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 1, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan
yang sah;
b. Mengucapkan sumpah atau janji jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 angka 2, apabila pelanggaran dilakukan tanpa alasan
yang sah;
c. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi
instansi yang bersangkutan;
d. Mentaati segala peraturan perundang-undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak
negatif bagi instansi yang bersangkutan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada Pegawai
ASN dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan;
f. Menjunjung tinggi kerhormatan negara, pemerintah, dan martabat
ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6, apabila
pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan;
g. Mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri,
seseorang, dan/ atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi
yang bersangkutan;
h. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angak 8, apabila pelanggaran berdampak bagi instansi yang
20

bersangkutan;
i. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk
kepentingan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka
apabila pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang
bersangkutan;
j. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan kantor atau merugikan negara
atau pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan
materil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila
pelanggaran berdampak negatif bagi instansi yang bersangkutan;
k. Masuk kerja, dan mentaati ketentuan jam kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:
1) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun bagi
Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 16 (lima) hari kerja sampai 20 (dua puluh) hari kerja;
2) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun bagi
Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah
selama 21 (dua puluh satu) sampai dengan 25 (dua puluh lima)
hari kerja; dan
3) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun
bagi Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang
sah selama 26 (dua puluh enam) sampai dengan 30 (tiga puluh)
hari kerja;
l. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 12, apabila pencapaian sasaran
kerja pada akhir tahun hanya mencapai 25% (dua puluh lima
persen) sampai dengan 50% (lima puluh persen)
m. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-sebaiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang
bersangkutan;
21

n. Memberikan pelayanan sebaik-sebaiknya kepada masyarakat


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;
o. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 15, apabila pelanggaran dilakukan
dengan sengaja;
p. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan
karier sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 16, apabila
pelanggaran dilakukan dengan sengaja; dan
q. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan.
Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (4) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap kewajiban :
a. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan
Republik Indonesia, dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 3, apabila pelanggaran berdampak negatif pada
pemerintah dan atau negara;
b. Mentaati segala Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 4, apabila pelanggaran berdampak
negatif pada pemerintah dan atau negara;
c. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan
kepadaPegawaiASNdengan penuh pengabdian, kesadaran dan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 5,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan atau
negara;
d. Menjunjung tinggi kerhormatan negara, pemerintah, dan martabat
Pegawai ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 6,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau
negara;
22

e. Mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan sendiri,


seseorang, dan atau golongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 angka 7, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah
dan atau negara;
f. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut
perintah harus dirahasiakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
angka 8, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah
dan atau negara;
g. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat dan bersemangat untuk
kepentingan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3angka
apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan atau
negara;
h. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui
ada hal yang dapat membahayakan kantor atau merugikan negara
atau pemerintah terutama di bidang keamanan, keuangan, dan
materil sebagaimana di maksud dalam Pasal 3 angka 10, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan atau negara;
i. Masuk kerja, dan mentaati ketentuan jam kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa:
1) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selam 3 (tiga) tahun
bagi Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang
sah selama 31 (tiga pulu satu) hari kerja sampai 35 (tiga puluh
lima) hari kerja;
2) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih
rendah bagi Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan
yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40
(empat puluh) hari kerja; dan
3) Pembebasan dari jabatan bagi Pegawai ASN yang tidak masuk
kerja tanpa alasan yang sah selama 41 (empat puluh satu)
sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja;
4) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
23

atau pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai ASN


bagi Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang
sah selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau lebih.
j. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 angaka 12, apabila pencapaian sasaran
kerja pada akhir tahun kurang dari 25% (dua puluh lima persen)
k. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan
sebaik-sebaiknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 13,
apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan atau
negara;
l. Memberikan pelayanan sebaik-sebaiknya kepada masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 14, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
m. Mentaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 17, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan atau negara.
Adapun pelanggaran dan jenis hukuman, pelanggaran
terhadap Larangan diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 05
Tahun 2014 pada Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 yaitu : Hukuman disiplin
ringan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) dijatuhkan bagi
pelanggaran terhadap larangan:
a. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan,
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen atau surat berharga milik negara, secara tidak sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada unit kerja;
b. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,
bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau
pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila
24

pelanggaran berdampak negatif pada unit kerja;


c. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan
dengan tidak sengaja;
d. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan; dan
e. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif
pada unit kerja.
Hukuman disiplin sedang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (3) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap larangan:
a. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan,
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen atau surat berharga milik negara, secara tidak sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
b. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,
bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau
pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada instansi yang bersangkutan;
c. Bertindak sewanang-wenang terhadap bawahannya, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 9, apabila pelanggaran dilakukan
dengan sengaja;
d. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani
sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani sebagaimana
25

dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai dengan ketentuan


Peraturan Perundang-Undangan; dan
e. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif
pada instansi yang bersangkutan;
f. Memberikan dukungan kepada calon Presiden dan Wakil Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, atau
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara ikut serta sebagai
pelaksanaan kampanye, menjadi peserta kampanye dengan
menggunakan atribut-atribut Pegawai ASN, sebagai peserta
kampanye dengan mengerahkan Pegawai ASN lain, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 12 huruf a, huruf b, dan c;
g. Memberikan dukungan kepada calon Presiden dan Wakil Presiden
dengan cara mengadakan kegiatan yang mengarahkan kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta
pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi
pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang
kepada ASN dalam lingkungan unit kerjanya, anggota keluarga,
dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 13
huruf b;
h. Memberikan dukungan kepada calon anggota Dewan Perwakilan
Daerah atau calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
dengan cara memberikan surat dukungan disertai foto kopi Kartu
Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Tanda Penduduk sesuai
Peraturan Perundang-Undangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 angka 14; dan
i. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah dan Wakil
Keapala Daerah dengan cara terlibat dalam kegiatan kampanye
untuk mendukung calon Kepala daerah Daerah dan Wakil Kepala
Daerah serta mengadakan kegiatan yang mengarahkan kepada
keberpihakan terhadap pasangan calon yang menjadi peserta
26

pemilu sebelum, selama, dan sesudah masa kampanye meliputi


pertemuan, ajakan, himbauan, seruan, atau pemberian barang
kepada Pegawai ASN dalam lingkungan unit kerjanya, anggota
keluarga dan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
angka 15 huruf a dan huruf d.
Hukuman disiplin berat sebagaiamana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (4) dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap larangan:
a. Menyalahgunakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
4 angka 1;
b. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau
orang lain dengan menggunakan kewenangan orang lain
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 3;
c. Tanpa izin Pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk negara
lain dan atau Lembaga atau Organisasi Internasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 3;
d. Bekerja pada perusahan asing, konsultan asing, atau lembaga
swadaya masyarakat asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
angka 4;
e. Memiliki, menjual, membeli, menggandaikan, menyewakan,
meminjamkan barang-barang baik bergerak atau tidak bergerak,
dokumen atau surat berharga milik negara, secara tidak sah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 5, apabila pelanggaran
berdampak negatif pada pemerintah dan atau negara;
f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat,
bawahan, atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan
kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau
pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 6, apabila
pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan atau negara;
g. Memberi atau menyanggupi akan memberi sesuatu kepada
siapapun baik secara langsung atau tidak langsung dan dengan
27

dalih apapun untuk diangkat dalam jabatan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 angka 7;
h. Menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapun juga
yang berhubungan dengan jabatan dan atau pekerjaannya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 8;
i. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan
yang dapat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang
dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 10, sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan;
j. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 angka 11, apabila pelanggaran berdampak negatif
pada pemerintah dan atau negara;
k. Memberikan dukungan kepada calon Presiden dan Wakil
Preseiden, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan cara sebagai
peserta kampanye dengan menggunakan fasilitas negara,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 angka 12 huruf d;
l. Memberikan dukungan kepada calon Presiden dan Wakil presiden
dengan cara membuat keputusan dan atau tindakan yang
menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan calon selama
masa kampanye sebagaimana dalam Pasal 4 angka 13 huruf a; dan
m. Memberikan dukungan kepada calon Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah, dengan cara menggunakan fasilitas yang terkait
dengan jabatan dalam kegiatan kampanye dan atau membuat
keputusan dan atau tindakan yang menguntungkan atau merugikan
salah satu pasangan calon selama masa kampanye sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 angka 15 huruf b dan huruf c.
2. Hukuman Disiplin
Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada
Pegawai ASN karena melanggar peraturan disiplin Pegawai ASN.
28

Hukam disiplin diberikan tujuan untuk memperbaiki dan mendidik


Pegawai ASN yang melakukan pelanggaran disiplin. Dalam
menentukan jenis hukuman disiplin yang akan dijatuhkan haruslah
dipertimbangkan dengan seksama bahwa hukuman disiplin yang akan
dijatuhkan itu setimpal dengan pelanggaran disiplin yang dilakukan,
sehingga hukuman disiplin tersebut dapat diterima oleh keadilan.
Menurut J.B.J.M ten Berge dalam Ridwan HR (2006 : 319).
sebagai sanksi regresif (regressieve sancties), yaitu sanksi yang
diterapkan sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap ketentuan yang
terdapat pada ketetapan yang diterbitkan. Sanksi ini ditujukan pada
keadaan hukum semula, sebelum diterbitkannya ketetapan. Contohnya:
penarikan, perubahan, dan penundaan suatu ketetapan. Ditinjau dari
segi tujuan diterapkannya sanksi, sanksi regresif ini sebenarnya tidak
begitu berbeda dengan sanksi reparatoir. Bedanya hanya terletak pada
lingkup dikenakannya sanksi tersebut. Sanksi reparatoir dikenakan
terhadap pelanggaran norma hukum administrasi secara umum,
sedangkan sanksi regresif hanya dikenakan terhadap ketentuan-
keentuan yang terdapat dalam ketetapan.
Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun 2014 pada pasal 5
menjelaskan bahwa, Apabila seorang Pegawai ASN tidak menaati
ketentuan pada Pasal 3 dan 4 maka dijatuhi hukuman disiplin.
Adapun Tingkat dan Jenis Hukuman disiplin diatur didalam
Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun 2014, Bagian Kedua Pasal 7
adalah sebagai berikut;
a. Tingkat hukuman disiplin terdiri dari :
1) Hukuman disiplin ringan;
2) Hukuman disiplin sedang; dan
3) Hukuman disiplin berat.
b. Jenis hukuman disiplin terdiri dari ;
1) Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari;
(a) Teguran lisan;
29

Hukuman disiplin yang berupa teguran lisan


dinyatakan dan disampaikan secara lisan oleh pejabat yang
berwenang menghukum kepada Pegawai ASN yang
melakukan pelanggaran disiplin. Apabila seorang atasan
menegur bawahannya tetapi tidak dinyatakan secara tegas
sebagai hukuman disiplin, itu bukan hukuman disiplin.
(b) Teguran tertulis; dan
Hukuman tertulis yang berupa teguran tertulis
dinyatakan dan disampainkan secara tertulis oleh pejabat
yang berwenang menghukum kepada Pegawai ASN yang
melakukan pelanggaran disiplin.
(c) Pernyataan tidak puas secara tertulis.
Hukuman disiplin yang berupa pernyataan tidak
puas dinyatakan dandisampaikan secara tertulis oleh
pejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai
ASNyang melakukan pelanggaran disiplin.
2) Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari ;
(a) Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 (satu) tahun;
Hukuman disiplin yang berupa penundaan kenaikan gaji
berkala, ditetapkan untuk masa sekurang-kurangnya tiga
bulan dan untuk paling lama satu tahun. Masa penundaan
kenaikan gaji berkala tersebut dihitung penuh untuk
kenaikan gaji berkala berikutnya.
(b) Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun;
Hukuman disiplin yang berupa penundaan kenaikan
pangkat selama 1 (tahun) ditetapkan dengan keputusan
pejabat yang berwenang menghukum. Berlaku untuk
selama 1 (satu) tahun, terhitung mulai kenaikan pangkat
yang bersangkutan dapat dipertimbangkan, dan masa kerja
selama penundaan kenaikan pangkat, tidak dihitung untuk
masa kerja kenaikan pangkat berikutnya.
30

(c) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu)


tahun. Hukuman disiplin yang berupa penurunan pangkat
setingkat lebih rendahselama 1 (satu) tahun, harus
disebutkan pelanggaran disiplinyang dilakukan oleh
Pegawai ASN yang bersangkutan, setelah menjalani
hukuman disiplin penurunan pangkat selesai, maka pangkat
Pegawai ASN yang bersangkutan dengan sendirinya
kembali kepada pangkat semula, dan masa kerja selama
menjalani hukuman penurunan pangkat setingkat lebih
rendah selama 1 (satu) tahun tidak dihitung sebagai masa
kerja kenaikan pangkat. Kenaikan pangkat berikutnya baru
dapat dipertimbangkan setelah Pegawai ASN yang
bersangkutan paling singkat 1 (satu) tahun setelah kembali
pada pangkat semula.
3) Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari;
(a) Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga)
tahun;
Hukuman disiplin yang berupa penurunan pangkat
setingkat lebih rendah berlaku untuk selama 3 tahun harus
disebutkan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh
Pegawai ASN yang bersangkutan, setelah menjalani
hukuman disiplin penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 3 (tiga) tahun selesai, maka pangkat Pegawai ASN
yang bersangkutan dengan sendirinya kembali kepada
pangkat yang semula, dan masa kerja selama menjalani
hukuman disiplin penurunan pangkat setingkat lebih rendah
selama 3 (tiga) tahun tidak dihitung sebagai masa kerja
kenaikan pangkat, kenaikan pangkat berikutnya, baru dapat
dipertimbangkan setelah Pegawai ASN yang
bersangkutan paling singkat 1 (satu)tahun setelah
kembali pada pangkat semula.
31

(b) Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat


lebih rendah;
Hukuman disiplin yang berupa pemindahan dalam
rangka penurunan jabatan ini dilakukan dengan
mempertimbangkan lowongan jabatan yang lebih rendah
dan kompetensi yang bersangkutan sesuai dengan
persyaratan jabatan yang ditentukan, dalam surat keputusan
hukuman disiplin tersebut harus disebutkan pelanggaran
disiplin yang dilakukan oleh Pegawai ASN yang
bersangkutan, Pegawai ASN yang dijatuhi hukuman
disiplin pemindahan dalam rangka penurunan jabatan
setingkat lebih rendah, diberikan tunjangan jabatan
berdasarkan jabatan baru yang didudukinya sesuai
ketentuan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
(c) Pembebasan dari jabatan;
Hukuman disiplin yang berupa pembebasan dari
jabatan berarti pula pencabutan segala wewenang yang
melekat pada jabatan itu.selama dibebaskan dari jabatan,
Pegawai ASN yang bersangkutan masih tetap menerima
penghasilan sebagai Pegawai ASN kecuali tunjangan
jabatan.
(d) Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai Pegawai ASN dan Hukuman disiplin berupa
Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai Pegawai ASN, Pegawai ASN yang dijatuhkan
disiplin ini tetap diberikan ha-hak kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
(e) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai ASN;
Hukuman disiplin yang berupa Pemberhentian tidak
dengan hormat sebagai Pegawai ASN , Pegawai ASN yang
dijatuhi hukuman disiplin ini tidak diberikan hak-hak
32

pensiunan walaupun memenuhi syarat-syarat masa kerja


usia pensiun.
B. Tata Cara Dalam Penjatuhan Hukuman Disiplin
1. Tata Cara Pemanggilan
Pegawai ASN yang diduga melakukan Pelanggaran disiplin,
dipanggil secara tertulis untuk diperiksa oleh atasan langsung atau Tim
Pemeriksa. Pemanggilan secara tertulis bagi Pegawai ASN yang
diduga melakukanpelanggaran disiplin, dilakukan paling lambat 7
(tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan. Apabila Pegawai ASN
yang diduga melakukan Pelanggaran disiplin pada tanggal yang
seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan
pemanggilan kedua paling lambat 7 hari (tujuh) hari kerja sejak
tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan
pertama. Dalam menentukan tanggal pemeriksaan dalam surat
pemanggilan pertama dan pemanggilan kedua harus memperhatikan
waktu yang diperlukan untuk menyampaikan dan diterimanya surat
panggilan. Apabila pada tanggal pemeriksaan yang ditentukan dalam
surat pemanggilan kedua Pegawai ASN yang bersangkutan tidak hadir
juga, maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan
hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada
tanpa dilakukan pemeriksaan.
2. Tata Cara Pemeriksaan
Sebelum melakukan pemeriksaan, atasan langsung atau Tim
pemeriksa mempelajari lebih dahulu dengan seksama laporan-laporan
atau bahan-bahan mengenai pelanggaran disiplin yang diduga
dilakukan oleh Pegawai ASN yang bersangkutan. Pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilakukan secara tertutup, hanya
diketahui dan dihadiri oleh Pegawai ASN yang diperiksa dan
pemeriksa.
Setiap Pegawai ASN yang diperiksa karena diduga melakukan
pelanggaran disiplin, wajib menjawab segala pertanyaan yang diajukan
33

oleh atasan langsungnya. Apabila Pegawai ASN yang diperiksa itu


tidak mau menjawab pertanyaan, maka yang bersangkutan dianggap
mengakui pelanggaran disiplin yang dituduhkan kepadanya. Hasil
pemeriksaan harus dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan.
Menurut Faisal Abdulah (2012: 180) Apabila Pegawai ASN
yang diperiksa mempersulit pemeriksaan, maka hal itu tidak menjadi
hambatan untuk menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan bukti-
bukti yang ada. Apabila menurut hasil pemeriksaan, ternyata
kewenangan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada Pegawai
ASN tersebut merupakan kewenangan :
a. Atasan langsung yang bersangkutan, maka atasan langsung tersebut
wajib menjatuhkan hukuman disiplin;
b. Pejabat yang lebih tinggi, maka atasan langsungnya wajib
melaporkan secara hierarki disertai berita acara pemeriksaan,
laporan kewenangan penjatuhan hukuman disiplin;
Susunan Tim Pemeriksa terdiri dari :
a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota;
b. 1 (satu) orang Sekertaris merangkap anggota; dan
c. Paling kurang 1 (Satu) orang anggota.
Persyaratan untuk menjadi Tim Pemeriksa tidak boleh
berpangkat atau memangku jabatan yang lebih rendah dari Pegawai
ASN yang diperiksa.
3. Tata Cara Penjatuhan Hukuman Disiplin
Tujuan penjatuhan hukuman disiplin pada prinsipnya bersifat
pembinaan yaitu untuk memperbaiki dan mendidik Pegawai ASN yang
melakukan pelanggaran disiplin agar yang bersangkutan mempunyai
sikap menyesal dan berusaha tidak mengulangi serta memperbaiki diri
pada masa yang akan datang. Juga dimaksudkan agar Pegawai ASN
yang lainnya tidak melakukan pelanggaran disiplin. Pejabat yang
berwenang menghukum sebelum menjatuhkan hukuman disiplin wajib
mempelajari dengan teliti hasil pemeriksaan, dan memperhatikan
34

dengan seksama faktor-faktor yang mendorong atau menyebabkan


Pegawai ASN tersebut melakukan pelanggaran disiplin dan dampak
atas pelanggaran disiplin tersebut.
Di dalam buku Wawasan Kerja Aparatur Negara (1993: 24)
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pengertian disiplin adalah :
“Sikap mental yang tercermin dalam perbuatan, tingkah laku
perorangan, kelompok atau masyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan
terhadap peraturan-peraturan yang ditetapkan Pemerintah atau etik,
norma serta kaidah yang berlaku dalam masyarakat”.
Sedangkan menurut Sutopo Yuwowno (1988: 102) didalam
bukunya dasar dasar produksi diungkapkan bahwa “Disiplin adalah
sikap kejiwaan seseorang atau kelompok orang yang senantiasa
berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi keputusan yang di
tetapkan.
Sedangkan Alfred R.Lateiner dan I.S Levine (1980: 71) telah
memberikan definisi antara lain,Disiplin merupakan suatu kekuatan
yang selalu berkembang ditubuh para pekerja yang membuat mereka
dapat mematuhi keputusan dan peraturan peraturan yang telah
ditetapkan.
Meskipun bentuk pelanggaran disiplin yang dilakukan sama,
tetapi faktor-faktor yang mendorong dan dampak yang ditimbulkan
dari pelanggaran disiplin itu berbeda, maka jenis hukuman disiplin
yang akan dijatuhkan berbeda. Pegawai ASN yang telah terbukti
melakukan pelanggaran disiplin, harus dijatuhi hukuman disiplin yang
setimpal dengan pelanggaran yang dilakukan. Tingkat dan jenis
hukuman disiplin yang dija`tuhkan tidak harus secara berjenjang.
Apabila tidak terdapat pejabat yang berwenang menghukum misalnya
jabatan yang lowong karenapejabatnya berhalangan tetap, belum
diangkat pejabat untuk jabatan tersebut, atau tidak terdapat dalam
struktur organisasi, maka kewenangan menjatuhkan hukuman disiplin
menjadi kewenangan pejabat lebih tinggi. Dalam hal Pegawai ASN
35

yang dipekerjakan atau diperbantukan di lingkungannya akan dijatuhi


hukuman disiplin yang bukan menjadi kewenangannya, Pimpinan
Instansi atau Kepala Perwakilan mengusulkan penjatuhan hukuman
disiplin kepada Pejabat Pembina Kepegawaian instansi induknya
disertai berita acara pemeriksaan. Penjatuhan hukuman disiplin yang
menjadi wewenang Presiden diusulkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dan tembusannya disampaikan kepada BAPEK dengan
melampirkan :
a. Berita acara pemeriksaan
b. Bukti-bukti pelanggaran disiplin; dan
c. Bahan-bahan lain yang diperlukan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu


1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Badan Kepegawaian
NegaraRegional VIII Banjarmasin.
2. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkan surat tugas
bimbingan penelitian skripsi tertanggal 1 Oktober 2017. Sedangkan
kegiatan dapat dilihat dari tabel waktu kegiatan di bawah ini :
Tabel 1: Waktu Penelitian
No Kegiatan I II III IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan v v v v
Proposal
2 Pencarian v v v v
Data
3 Pengolahan v v v v
Data
4 Penulisan v v v
Laporan
5 Penjilidan

Sumber : Peneliti

B. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatanyuridis normatif dan yuridis empiris. Pendekatan normatif dan
yuridis empirisdigunakan dengan pertimbangan bahwa penelitian ini
bertujuan untuk membahasdan mengkaji berbagai peraturan yang
berkaitan dengan peraturan disiplin Pegawai ASN dan bagaimana

36
37

peraturan tersebut diimplementasikan di Kantor Badan Kepegawaian


Negara Regional VIII Banjarmasin.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam pendekatan deskripsi analisis, yaitu
menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan
dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang
menyangkut permasalahan diatas. Deskriptif karena dalam penelitian ini
diharapkan akan diperoleh gambaran yang menyeluruh dan sistematis
tentang pemberian sanksi administratif disiplin Aparatur Sipil Negara.
Sedangkan analisis karena dari data-data yang diperoleh akan dilakukan
analisis terhadap pelaksanaan disiplin Aparatur Sipil Negara tersebut.

D. Data dan Sumber Data


Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari dari
primer dan data sekunder. Data data primer diperoleh dari beberapa nara
sumber (informan) dan nara sumber kunci (key informant) diantaranya
adalah Kepala BKN Regional VIII (sebagai key informant) dan kabag
Umum dan Kabid bidang mutasi, Bintek, Informasi Kepegawaian dan
Pensiun , Sebagai nara sumber Untuk mendapatkan data peneliti yang
terkait dengan penjatuhan hukuman disiplin di Kantor ini.
Populasi dalam penelitian ini kualitatf informasi/data diperoleh
dari ley infor man dan informan berjumlah 22 orang dan Sampel penelitian
ini adalah bagian Informasi Kepegawaian.

E. Metode Pengumpulan Data


1. Wawancara
Teknik pengumpulan data melalui tanya jawab langsung yang
dilakukan penulis terhadapresponden yaitu pegawai bagian Informasi
Kepegawaian dan bagian urusan kepegawaian khususnya yang terkait
pelaksaan hukuman terhadap Pegawai Negeri Aparatur Sipil Negara
38

yang melakukan pelanggaran disiplin di Kantor Badan Kepegawaian


Negara Regional VIII Banjarmasin.
2. Kuisioner
Data ini di ambil dengan pengambilan sampel di Kantor Badan
Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin dengan
menggunakan kuisioner dan diisi oleh pegawai ASN.
3. Observasi
Penulis melakukan langsung observasi terhadap pegawai Kantor
Badan Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin secara
langsung yang terdapat melakukan tindak pelanggaran disiplin.

F. Analisa Data
1. Studi Kepustakaan (Library research)
Studi ini dilakukan dengan cara mempelajari, masalah dan mengutip
data dari berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku, buku-
buku tentang Hukum Kepegawaian, makalah, internet, maupun sumber
ilmiah lainnya yang mempunyai hubungan dengan masalah yang
dibahas dalam penelitian ini.
2. Studi Lapangan ( Field research)
Studi ini dilakukan dengan cara datang langsung ke lokasi penelitian
dengan tujuan untuk memperoleh data primer yang akurat, lengkap,
dan valid dengan melakukan wawancara (interview). Wawancara yang
dilakukan adalah wawancara langsung yang terpimpin, terarah, dan
mendalam sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti guna
memperoleh hasil berupa data dan informasi yang lengkap terkait
dengan Hukuman yang diberikan bagi pelanggar Disiplin Aparatur
Sipil dalam lingkup Kantor Badan Kepegawaian Negara Regional VIII
Banjarmasin. Wawancara dilakukan dengan cara menanyakan
pertanyaan terbuka menggunakan daftar pertanyaan yang sudah
ditentukan dan akan dikembangkan pada saat wawancara langsung.
39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penjatuhan Hukuman Terhadap Pegawai ASN Yang


Melakukan Pelanggaran Disiplin di Kantor Badan Kepegawaian
Negara Regional VIII Banjarmasin
Kedudukan hukum seorang Pegawai ASN diatur dalam berbagai
perundang-undangan kepegawaian dan berlaku bagi Pegawai ASN yang
sedang aktif melaksanakan tugasnya maupun Pegawai ASN yang sudah
tidak aktif melaksanakan tugasnya. Peraturan Perundang-undangan
tersebut menjadi pedoman bagi para Pegawai ASN untuk menjalankan
kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan serta cara
memperoleh hak-haknya.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, akan tetapi pada saat
Undang-undang ini berlaku, semua peraturan perundang-undangan yang
merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 43 Tahun
1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, dinyatakan masih berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan Undang-
Undang ini.
Kedispilinan Pegawai ASN merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan. Pegawai ASN sebagai aparat pemerintah, abdi
negara dan abdi masyarakat harus bisa menjadi teladanbagi masyarakat
secara keseluruhan agar masyarakat dapat percaya terhadap peran
Pegawai ASN. Disiplin Pegawai ASN diperlukan untuk mewujudkan
aparatur pemerintah yang bersih danberwibawa.
Pemberian Sanksi Administrasi, prosedur sanksi administrasi dapat
dilakukan secara langsung oleh pemerintah, tanpa melalui peradilan.
40

Menurut analisa penulis bahwa sanksi disiplin Di


Kantor Badan Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin itulah
sanksi yang diberikan. Sanksi administrasi dalam penerapannya
ditujukan pada pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai ASN,
prosedur sanksi administrasidapat dilakukan secara langsung oleh
pemerintah, tanpa melalui peradilan. Yang memiliki wewenang untuk
menjatuhkan sanksi disiplin adalah atasan langsung dari Pegawai ASN
yang melakukan pelanggaran disiplin. Sanksi disiplin dalam penerapannya
berupa teguran lisan dan teguran tertulis.
Data Kantor Badan Kepegawaian Negara Regional VIII
Banjarmasin, Penjatuhan Sanksi Untuk Pembinaan Disiplin mulai tahun
2001 sampai dengan Tahun 2015 bagi Pegawai ASN. Commented [Office2]: Mana data nya????

Dari data diatas dapat dilihat bahwa sampai dengan tahun 2015
terdapat 2 orang, yang dijatuhkan sanksi untuk pembinaan disiplin.
Disebabkan karena Pegawai ASN tersebut telah melakukan pelanggaran
disiplin, yang dimana pelanggaran tersebut adalah pelanggaran terhadap
kewajiban. Commented [Office3]: Kewajiban apa

Pegawai, pada tanggal 29 Desember 2015, pelanggaran disiplin Commented [Office4]: Penelitiannya kapan kapan tahun 2017
atau 2015???
yang dilakukan Pegawai ASN dalam kategori, ringan, sedang dan berat
yaitu:
“Pelanggaran disiplin yang dilakukan Pegawai ASN dalam kategori
ringan yaitu biasanya Pegawai ASN pulang sebelum jam kerja
berakhir tanpa alasan yang sah, Pegawai ASN membolos lama,
misalnya menambah libur setelah hari libur lebaran tanpa alasan
yang sah danPegawai ASN nongkrong di kantin pada jam kerja.”
Sesuai dengan peraturan pemerintah No. 05 tahun 2014 bahwa
hukuman disiplin ringan terhadap pelanggaran dalam kategori ringan
seperti pelanggaran terhadap kewajiban yang diatur pada pasal 8 angka
9dalam peraturan pemerintah ini, yang menyatakan bahwa pelanggaran
terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11 berupa :
41

1. Teguran lisan bagi Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan
yang sah selama 5 hari kerja.
2. Teguran tertulis bagi Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa
alasan yang sah selama 6 sampai 10 hari kerja.
3. Pernyataan tidak puas secara tertulis bagi Pegawai ASN yang tidak
masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 11 sampai 15 hari kerja
Pelanggaran Pegawai ASN dalam kategori sedang adalah ketika
Pegawai ASN yang telah menerima hukuman disiplin ringan, namun
masih tetap mengulangi perbuatan yang sama berupa pelanggaran dalam
kategori ringan berulangkali tanpa mengindahkan hukuman disiplin ringan
yang telah dijatuhkan sebelumnya kepada Pegawai ASN yang
bersangkutan. Pada akhirnya Pegawai ASN ini menerima penjatuhan
hukuman disiplin sedang berupa penundaan kenaikan gaji berkala selama
1 (satu) tahun, penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun, atau
penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 05 tahun 2014 bahwa
hukuman disiplin sedang terhadap pelanggaran disiplin dalam
kategorisedang seperti pelanggaran terhadap kewajiban yang diatur pada
Pasal 9 angka 11 dalam Peraturan Pemerintah ini, yang menyatakan
bahwa pelanggaran terhadap kewajiban masuk kerja dan menaati
ketentuan jam kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 11
berupa:
1. Penundaan kenaikan gaji berkala selama 1 tahun bagi Pegawai ASN
yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 sampai
dengan 20 hari kerja.
2. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 tahun bagi Pegawai ASN yang
tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 21 sampai 25 hari
kerja, dan
3. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 tahun bagi
Pegawai ASN yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 26
sampai dengan 30 hari kerja.
42

Beberapa pelanggaran Pegawai ASN dalam kategori berat seperti,


adanya laporan kepada pimpinan bahwa seorang Pegawai ASN telah
melakukan perselingkuhan atau nikah sirih oleh keluarga ASN yang
bersangkutan, dan setelah dilakukan penelusuran ditemukan bukti-bukti
yang kuat atas laporan tersebut dan Pegawai ASN yang bersangkutan
terbukti melakukan perbuatan tersebut akan dijatuhkan hukuman disiplin
berat yaitu pemecatan.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun 2014
bahwahukuman disiplin berat terhadap pelanggaran disiplin dalam
kategori berat seperti pelanggaran terhadap kewajiban yang diatur pada
Pasal 10 angka 4 yaitu menjunjung tinggi kehormatan Negara, Pemerintah,
dan martabat Pegawai ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka
6, apabila pelanggaran berdampak negatif pada pemerintah dan/atau
Negara.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dijatuhkan sanksi disiplin di Badan Kepegawaian Negara, belum
sepenuhnya melaksanakan kewajibannya sebagai Pegawai ASN dan
mengikuti ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang
disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Adapun proses pelaksanaan penjatuhan sanksi disiplin terhadap
pelanggaran disiplin Pegawai ASN Di Badan Kepegawaian Negara, yaitu:
1. Pemanggilan
Sebelum Pegawai ASN dijatuhkan Sanksi Disiplin, Pegawai ASN
yang di duga melakukan Pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis
untuk diperiksa, apabila pada tanggal yang seharusnya yang
bersangkutan diperiksa tidak hadir, maka dilakukan pemanggilan yang
kedua, apabila pada tanggal pemeriksaan, pemanggilan kedua ASN
yang diduga melakukan pelanggaran tidak hadir maka dilakukan
pemanggilan ketiga dan apabila pemanggilan ketiga tidak hadir maka
pejabat yang berwenang menghukum dapat menjatuhkan hukuman
disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada tanpa
43

dilakukan pemeriksaan.
Hasil Penelitian :
Dalam proses pemanggilan terhadap pelanggaran disiplin Pegawai
ASN Di Kantor regional VIII BKN Banjarmasin, sudah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun 2014 Pasal 23.
2. Pemeriksaan
Sebelum Pegawai Negeri Sipil dijatuhi sanksi disiplin, setiap
atasan langsung wajib memeriksa terlebih dahulu Pegawai ASN yang
diduga melakukan pelanggaran disiplin. Pemeriksaan yang dimaksud
adalah dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan dalam berita
acara. Khusus untuk pelanggaran disiplin dengan ancaman hukuman
disiplin sedang, dapat dibentuk Tim pemeriksa. Tim pemeriksa yang
dimaksud adalah atasan langsung, unsur pengawasan, dan unsur
kepegawaian.
Hasil Penelitian :
Dalam proses pemeriksaan terhadap pelanggaran disiplin Pegawai
ASN Di Badan Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin, telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun 2014 Pasal 24
dan Pasal 25.
3. Penjatuhan hukuman disiplin
Sebelum Pegawai ASN tersebut dijatuhkan sanksi disiplin.
Kantor regional VIII BKN Banjarmasin mengadakan rapat
yangmembahaspenjatuhan sanksi disiplin untuk menghindari
kesewenang-wenangan, rapat tersebut dipimpin oleh Kepala Kantor
apabila hukuman disiplin berat berupa pemecatan, yang dihadiri oleh
Kepala Kantor regional VIII BKN Banjarmasin, atasan langsung, tim
periksa, dan seluruh yang terkait dalam penjatuhan sanksi disiplin
berat.
Hasil Penelitian :
Dalam proses penjatuhan hukuman disiplin terhadap pelanggaran
disiplin Di Kantor Badan Kepegawaian Regional VIII BKN
44

Banjarmasin, sepenuhnya mengikuti ketentuan Peraturan Pemerintah


No. 05 Tahun 2014 Tentang Disiplin Pegawai ASN.
4. Penyampaian keputusan hukuman disiplin
Pegawai ASN yang bersangkutan dipanggil secara tertulis
untuk hadir menerima keputusan hukuman disiplin,
disampaikansecaratertutup oleh pejabat yang berwenang
menghukum, penyampaian keputusan hukuman disiplin paling lambat
14 hari kerja sejak keputusan itu ditetapkan.
Hasil Penelitian :
Dalam proses penyampaian keputusan hukuman disiplin
terhadap pelanggaran disiplin Pegawai ASN Di Kantor regional VIII
BKN Banjarmasin,telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor
05 Tahun 2014.
Di Kantor Regional VIII BKN Banjarmasin juga belum
sepenuhnya melaksanakanpenjatuhansanksi disiplin dimana masih
ada atasan yang tidakmenjatuhkan sanksi disiplin kepada
bawahnnya yang melakukan pelanggaran disiplin. Disebabkan,
karena adanya pembiaran yang dilakukan oleh atasan langsung, yang
dimaksud dengan pembiaran disini adalah dimana atasan tersebut
mengetahui bahwa adanya pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh
bawahannya tetapi dia tidak memberikan teguran atas perbuatannya.
Dengan alasan sudahberumur (sudahtua), yang seharusnyadiberikan
atau dijatuhkan sanksi disiplin sebagaimana ketentuan Peraturan
Pemerintah No. 05 tahun 2014.
Dan apabila diliat dari Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun
2014 pada Pasal 21 yakni :
a) Pejabat yang berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman
disiplin kepada Pegawai ASN yang melakukan pelanggaran
disiplin.
b) Apabila Pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak menjatuhkan hukaman disiplin
45

kepada Pegawai ASN yang melakukan pelanggaran disiplin,


pejabat tersebut dijatuhi hukuman disiplinoleh atasannya.
c) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sama
dengan jenis hukuman disiplin yang seharusnya dijatuhkan kepada
Pegawai ASN yang melakukan pelanggaran disiplin.
d) Atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga menjatuhkan
hukuman disiplin terhadap Pegawai ASN yang melakukan
pelanggaran disiplin.
Dari pernyataan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa atasan
langsung tersebut tidak mengikuti ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor
05 tahun 2014 Pasal 21.
Dari seluruh penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelaksanaan penjatuhan sanksi administrasi terhadap pelanggaran disiplin
Pegawai ASN di Badan Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin,
belum sepenuhnya mengikuti ketentuan Peraturan Pemerintah No. 05
Tahun 2014 Tentang Disiplin Pegawai ASN.

B. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong dan


menghambat pelaksanaan penjatuhan hukuman terhadap Pegawai
Aparatur Sipil Negara.
Dalam pelaksanaan penjatuhan sanksi administrasi di Kantor
regional VIII BKN Banjarmasin, adapun faktor-faktor yang
menghambatan jalannya penjatuhan sanksi administrasi tersebut yakni:
1. Disebabkan karena adanya ketidak tahuan oleh atasan, yang dimaksud
dengan Ketidak tahuan disini adalah dimana atasan tidak mengetahui
bahwa adanya pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh bawahannya
dan belum adanya laporan dari pihak manapun atau sumber yang bisa
dipercaya apalagi kabar burung alias kabar yang masih belum bisa di
percaya, maka dia tidak memberikan teguran atas perbuatannya.
Dengan alasan, karena sumber informasi atau kebenarannya masih
belum bisa dipercaya dan tidak didukung dengan fakta, tetapi bila
46

sumber masalahnya ada dan nyata kebenaranya maka Pegawai ASN


bawahannya seharusnya diberikan atau dijatuhkan sanksi disiplin
sebagaimana ketentuan Peraturan Pemerintah No. 05 tahun 2014.
Dan apabila diliat dari Peraturan Pemerintah Nomor 05 Tahun
2014 pada Pasal 21 yakni :
a) Pejabat yang berwenang menghukum wajib menjatuhkan hukuman
disiplin kepada Pegawai ASN yang melakukan pelanggaran
disiplin.
b) Apabila Pejabat yang berwenang menghukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tidak menjatuhkan hukuman disiplin
kepada Pegawai ASN yang melakukan pelanggaran disiplin,
pejabat tersebut dijatuhi hukuman disiplin atasannya.
c) Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sama
dengan jenis hukuman disiplin yang seharusnya dijatuhkan kepada
Pegawai ASN yang melakukan pelanggaran disiplin.
d) Atasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), juga menjatuhkan
hukuman disiplin terhadap Pegawai ASN yang melakukan
pelanggaran disiplin.
2. Kurangnya kesadaran Pegawai ASN dalam melakukan kewajibannya
dan berkomitmen untuk tidak melakukan pelanggaran disiplin.
Situasi perekonomian dan keluarga sering menjadi pemicu untuk
melakukan pelanggaran disiplin, sebab dalam Kantor regional VIII
BKN Banjarmasin, masih banyak yang mempunyai anak usia sekolah,
harus antar jemput sehingga mengganggu jam kerja. Karena mungkin
gaji kurang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama untuk
membayar pembantu rumah tangga atau asisten rumah tangga sehingga
para Pegawai ASN memutar otak untuk memenuhi kebutuhan rumah
tangga.Hal ini terjadi hampir di semua instansi pemerintah baik pusat
maupun daerah . Tetapi bila dibanding dengan instansi lain
memangPegawaiASN BKN sudah terkenal paling baik disiplinnya
dan diakui oleh instansi lain, termasuk kinerjanya. Contohnya ada
47

tamu dari bagian INKA berasal dari Sampit meminta fotocopy, SK


CPNS, PNS, KARPEG karena rumahnya kebakaran, dalam hitungan
menit sudah bisa di terima semua apa yang diminta oleh tamu tersebut.
Semua ini dikarenakan sistim penyimpanan arsip Pegawai ASN di
kantor Badan Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin sudah
tersusun rapi, khususnya bagian informasi kepegawaian (INKA)
karena semua arsip Pegawai ASN ada disini.
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pelaksanaan penjatuhan sanksi disiplin terhadap pelanggaran disiplin
Pegawai ASN di Kantor Badan Kepegawaian Negara Regional VIII
Banjarmasin, sudah berjalan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku namun belum sepenuhnya mengikuti
ketentuan Peraturan Pemerintah No. 05 Tahun 2014 Tentang Disiplin
Pegawai ASN.Namun bila Pegawai ASN BKN bersalah sudah
terbukti dihukum sesuai tingkat kesalahannya.
2. Faktor penghambat pelaksanaan penjatuhan sanksi di Kantor Badan
Kepegawaian Negara Regional VIII Banjarmasin, Disebabkan karena
adanya ketidaktahuan oleh atasan karena sumber masalah atau fakta
yang diterima belum bisa dipercaya alias masih kabar burung,
kurangnya kesadaran Pegawai ASN dalam melakukan kewajibannya,
sering menjadi penghambat dalam penjatuhan sanksi.

B. SARAN
1. Pelaksanaan penjatuhan sanksi di Kantor Badan Kepegawaian Negara
Regional VIII Banjarmasin, harus sesuai dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah No. 05 Tahun 2014 tentang disiplin pegawai ASN.
2. Kepala Kantor Badan Kepegawaian Negara Regional VIII
Banjarmasin perlu mengadakan sosialisasi terkait Peraturan
Pemerintah No. 05 Tahun 2014 tentang disiplin ASN, Pemberian
sanksi yang tegas kepada atasan langsung ataupun pejabat yang
berwenang Menegur,memanggil,menindak dan menghukum atasan
atau pejabat bila tidak memberikan sanksi kepada bawahannya yang
melakukan pelanggaran disiplin ASN, sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 05 Tahun 2014.

45
46

3. Mengadakan antar jemput anak sekolah khusus anak pegawai ASN


BKN Regional VIII Banjarmasin syukur gratis dibiayai oleh
negara,karena begitu besar tanggung jawab dan banyaknya pekerjaan
yang di emban oleh para pegawai ASN BKNRegional VIII
Banjarmasin untuk melayani 4 Provinsi: Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara.
Dengan begitu akan mengurangi ijin keluar untuk mengantar dan
menjermput anak sekolah.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Ali, S.H., M.H. (2011). Menguak Tabir Hukum. GhaliaIndonesia.Bogor.

Achmad Ruslan, S.H., M.H. (2013).Pembentukan Peraturan Perundang


Undangan di Indonesia. Rangkang Education. Yogyakarta.

Faisal Abdullah, S.H., M.Si. (2012). Hukum Kepegawaian Indonesia,


Rangkang Education. Yogyakarta.

I.S. Livine . (1980). Teknik Memimpin Pegawai dan Pekerja. Terjemahan oleh
iral Soedjono. Cemerlang. Jakarta.

M. Suparno. (1992). Rekayasa Pembangunan Watak dan Moral Bangsa. PT.


Purel Mundial. Jakarta.

Moh. Mahfud. (1988). Hukum Kepegawaian Indonesia. Liberty. Yogyakarta.

Muchsan. (1982). Hukum Kepegawaian. Bina Aksara. Jakarta. Dikutip dari buku
oleh Sri H., Setiajeng K., Tedi S. (2008. Sinar Grafika. Jakarta).

Nurlita, Witarsa. (1998). Dasar-Dasar Produksi. Karunika. Jakarta.

Philipus M. Hadjon, dkk. (2008). Pengantar Hukum Administrasi Indonesia.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Poerwadarminta, W,J,S. (1986). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.


Jakarta.

Ridwan H.R. (2006). Hukum Administrasi Negara. PT.Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Sastra D. dan Marsono. (1995). Hukum Kepegawaian di Indonesia. Djambatan.


Jakarta.

Sri. H, S.H., M.H, dkk. (2010). Hukum Kepegawaian Indonesia. Sinar grafika.
Jakarta.

Wawasan Kerja Aparatur Negara. (1993). BP-7 Pusat. Jakarta.

W.J.S Poerwadarminta. (1986). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.


Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan :

47
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494).

Undang-undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 292,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601).

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri


Sipil, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135).

48
LAMPIRAN

49

Anda mungkin juga menyukai