DIPERJUALBELIKAN
Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, sebagaimana
yang telah diatur dan diubah dari Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002, bahwa:
Kutipan Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000,- (seratus juta
rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud da lam Pasal 9 ayat (1)
huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,-
(lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta
melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf
a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,-
(satu miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam
bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,- (empat miliar rupiah).
Moch. Iqbal., S.H., M.H.
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN TERHADAP KEWENANGAN PERADILAN
PERDATA DENGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Edisi Pertama
Copyright © 2019
ISBN 978-623-218-391-9
14 x 20.5 cm
xii, 272 hlm.
Cetakan ke-1, Oktober 2019
Kencana. 2019.1192
Penulis:
Moch. Iqbal., S.H., M.H.
Desain Sampul
Irfan Fahmi
Tata Letak
Lintang Novita & Euis
Penerbit
PRENADAMEDIA GROUP
(Divisi Kencana)
Jl. Tambra Raya No. 23 Rawamangun - Jakarta 13220
Telp: (021) 478-64657 Faks: (021) 475-4134
e-mail: pmg@prenadamedia.com
www.prenadamedia.com
INDONESIA
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara apa pun,
termasuk dengan cara penggunaan mesin fotokopi, tanpa izin sah dari penerbit.
KATA PENGANTAR
Kepala Badan Litbang Diklat Hukum dan Peradilan
B
adan Litbang Diklat Hukum dan Peradilan Mahkamah
Agung RI merupakan satuan kerja yang lahir setelah
diterapkannya peradilan satu atap di Indonesia. Salah satu
tugas dan tanggung jawab Balitbang Diklat Kumdil MA RI adalah
meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi seluruh aparat
peradilan, baik bagi tenaga teknis maupun tenaga nonteknis.
Dalam melaksanakan tugasnya, Badan Litbang Diklat Hukum
dan Peradilan didukung oleh empat unit kerja, yaitu: 1) Sekretariat
Badan; 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum dan
Peradilan; 3) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis Peradilan; dan
4) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan.
Pada tahun 2019 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
dan Peradilan (Puslitbang) telah melaksanakan berbagai macam
kegiatan yang menjadi tugas pokok dan fungsinya. Salah satunya
adalah penelitian tentang “Implikasi Putusan Sengketa Pertanahan
Terhadap Kewenangan Peradilan Perdata dengan Peradilan Tata
Usaha Negara.” Penelitian tersebut dilaksanakan di wilayah
Jabodetabek dan hasilnya telah disusun dan dibuat dalam bentuk
buku penelitian.
Untuk itu, kami sampaikan ucapan terima kasih atas partisipasi
dan bantuan semua pihak mulai dari pengumpulan bahan-bahan
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
vi
KATA PENGANTAR
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
dan Peradilan Badan Litbang Diklat Kumdil MA RI
P
uji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas
segala limpahan nikmat dan karunia-Nya, sehingga Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hukum dan Peradilan melalui
DIPA Badan Litbang Diklat Hukum dan Peradilan Mahkamah
Agung RI Tahun Anggaran 2019 telah berhasil merealisasikan
salah satu tugas pokok dan fungsinya, yakni menyelenggarakan
kegiatan penelitian dan pengkajian. Pada tahun 2019, Puslitbang
menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengkajian sebanyak
13 judul. Salah satu di antaranya, penelitian lapangan berjudul
“Implikasi Putusan Sengketa Pertanahan Terhadap Kewenangan
Peradilan Perdata dengan Peradilan Tata Usaha Negara”,
sebagaimana saat ini hasilnya telah berada di tangan pembaca.
Rangkaian kegiatan penelitian dan pengkajian diawali dengan
penyelenggaraan Focus Group Discussion (FGD) untuk mendiskusikan
proposal yang disusun oleh peneliti, dengan tujuan mendapatkan
masukan dan kritik dari peserta FGD, untuk menyempurnakan
judul, metode, pendekatan, tujuan, manfaat, serta pilihan bahan
hukum maupun referensi yang akan digunakan dalam penelitian.
FGD Proposal berlangsung di Puslitbang Mahkamah Agung RI di
Jakarta. FGD dihadiri oleh beberapa hakim tinggi, hakim tinggi
yang diperbantukan pada Balitbang Diklat, hakim yustisial, hakim
tingkat pertama, fungsional peneliti puslitbang Mahkamah Agung,
maupun para peneliti yang berasal dari instansi atau lembaga lain,
dan akademisi, serta pihak lain yang terkait.
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
viii
SEKAPUR SIRIH
A
lhamdulillah atas segala rahmat dan karunia-Nya , penulis
bersyukur telah dapat menyelesaikan tugas penelitian
dengan judul “Implikasi Putusan Sengketa Pertanahan
dalam Kewenangan Peradilan Perdata dengan Peradilan Tata
Usaha Negara“ topik tersebut adalah sesuatu yang menarik untuk
dibahas dan dikaji, hal ini dikarenakan ada kesan ambivalen dalam
penanganan kasus-kasus sengketa pertanahan yang sering tumpang-
tindih, di mana dalam satu objek tanah yang sama, katakanlah
sebidang tanah/bangunan, yang sudah diadili Peradilan Tata Usaha
Negara, ternyata tidak selesai sampai di Peratun saja, melainkan
masih tetap ada gugatan di Peradilan Perdata, karena faktanya
kedua lingkungan peradilan baik perdata (Undang-Undang No. 2
Tahun 1986) maupun Tata Usaha Negara (Undang-Undang No. 5
Tahun 1986 jo. Undang-Undang No. 9 Tahun 2004) sama-sama
merasa memiliki kewenangan absolut dan berwenang mengadili
persoalan yang menyangkut tanah dan konsekuensi lebih lanjut
adalah muncul implikasi seperti terhadap kasus serupa/sejenis bisa
menghadirkan putusan yang berbeda-beda dalam dua lingkungan
peradilan; ataupun juga terdapat putusan perdata dan putusan
Peratun yang saling bertentangan, misalnya si A yang sudah kalah
di Peratun bisa saja menggugat kembali di peradilan perdata dan
menjadi pihak yang dimenangkan, sehingga menimbulkan pula
implikasi lebih lanjut berupa ketidakpastian hukum yang lebih
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Kepala Badan Litbang Diklat Hukum dan
Peradilan v
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Hukum
dan Peradilan Badan Litbang Diklat Kumdil MA-RI vii
SEKAPUR SIRIH ix
DAFTAR ISI xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB 2 KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD
KEPASTIAN HUKUM HAK ATAS TANAH DI
INDONESIA 9
A. Hak-hak Atas Tanah di Indonesia 9
B. Pendaftaran Hak Atas Tanah 12
C. Asas Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah 20
D. Kedudukan Sertifikat Hak Atas Tanah 28
xii
1
PENDAHULUAN
K
eberadaan sebuah negara yang menyatakan dirinya sebagai
negara hukum memiliki implikasi-implikasi, penerapan
dan praktik-praktik yang secara nyata dan konsekuen
terhadap penerimaan prinsip-prinsip dan syarat-syarat kehadiran
sebuah negara hukum. Konsep dan pemikiran tentang negara
hukum (rechtstaat) yang mulai berkembang dan populer sejak
abad ke-19 ini diawali dengan pemikiran Immanuel Kant tentang
negara hukum.
Konsep negara hukum pada saat itu dikenal dengan
democratische rechtstaat atau negara hukum yang demokratis.
Sifat konsep tersebut yang liberal, didasarkan pada pemikiran
kenegaraan John Locke, Montesquieu, dan Immanuel Kant,
sedangkan sifatnya yang demokratis berdasarkan pada pemikiran
JJ Rousseau tentang kontrak sosial 1. Prinsip liberal bertumpu
pada asas liberty (vrijheid) dan prinsip demokratis berdasarkan
pada asas equality (gelijkheid). Menurut Immanuel Kant, kebebasan
yang dimaksud adalah the free self-assertion on each limited only by
the like liberty of all. Bahwa liberty merupakan suatu kondisi yang
memungkinkan pelaksanaan kehendak secara bebas dan hanya
dibatasi seperlunya untuk menjamin kehidupan bersama secara
1
Puslitbang Hukum dan Peradilan, Badan Litbang Diklat Kumdil, Mahkamah Agung,
Eksekutabilitas Putusan Peradilan Tata Usaha Negara, Laporan Penelitian thaun 2010. h. 31.
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
2
Roescou Pound, The Development of the Constitusional Guarantees of Liberty. New
Haven London. Yale University Press. 1957. h. 1-2 dalam Philip Hadjon, Pengantar Hukum
Administrasi Negara. Gajahmada University Press. Cetakan ke III, Yogyakarta, 1994, h. 314.
3
Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Pustaka Pelajar.
Cetakan I, Jakarta, 2001, h. 46.
2
BAB 1 ■ PENDAHULUAN
4
Padmo Wahyono, Pembangunan Hukum di Indonesia, InHill Co. Jakarta. 1989. h. 151.
3
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
5
Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Jakarta: Ichtiar, 1962, h. 9.
4
BAB 1 ■ PENDAHULUAN
5
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
6
BAB 1 ■ PENDAHULUAN
7
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
8
2
KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI
WUJUD KEPASTIAN HUKUM HAK ATAS
TANAH DI INDONESIA
9
Baca Penjelasan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-pokok Agraria L.N. Tahun 1960 Nomor 104.
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
10
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
11
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang
Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1994, h. 225.
11
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
12
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
13
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
12
Periksa Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
14
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
15
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
13
Lihat Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 dan penjelasannya.
16
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
14
R. Soeprapto, Undang-Undang Pokok Agraria dalam Praktek, t.p., Jakarta, 1986, h. 322.
15
Ibid., h. 324.
17
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
16
Maria S.W. Sumardjono, Puspita Serangkum Aneka Masalah Hukum Agraria, Penerbit
Andy Offset, Yogyakarta, 1982, h. 21.
18
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
yang berkepentingan.
Berdasarkan hal tersebut, maka pemerintah berkewajiban untuk
melakukan pendaftaran tanah, sedangkan masyarakat (pemegang
hak atas tanah) berkewajiban untuk mendaftarkan hak atas tanah
tersebut (Pasal 23, Pasal 32, dan {Pasal 38 UUPA).
19
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
20
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
yaitu negara dan hak perdata yaitu, hak yang ada pada
perseorangan;
4. Hak-hak positif dan negatif.
Hak positif menuntut dilakukan perbuatan-perbuatan dari
pihak tempat kewajiban korelatifnya berada, seperti hak
untuk menerima keuntungan pribadi; dan
5. Hak-hak milik dan pribadi.
Hak-hak milik berhubungan dengan barang-barang yang
dimiliki oleh seseorang yang biasanya dapat dialihkan dan
hak-hak pribadi berhubungan dengan kedudukan seseorang
yang tidak pernah dapat dialihkan.18
18
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung: PT Citra Aditya Bhakti, Cet. Kelima, h. 61-62.
21
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
19
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Yogyakarta: Penerbit
Liberty, 1986, h. 39.
20
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi Dan
Pelaksanaannya, Jilid (I), Hukum Tanah Nasional, Jakarta: Penerbit Djambatan, 1983, h. 286.
22
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
21
Bandingkan dengan Permeneg Agraria/Kepala BPN No. 8 Tahun 1996, tentang
Perubahan Petmeneg Agraria/Kepala BPN No. 7 Tahun 1996, tentang Persyaratan Pemilikan
Rumah Tempat Tinggal Atau Hunian oleh Orang Asing.
22
Sri Soemantri Martosoewignjo, Proses Perumusan Cita Hukum dan Asas-Asas Hukum
Dalam Periode tahun 1908 Sampai Sekarang, Jakarta: Majalah Hukum Nasional, Edisi
Khusus, BPHN Departemen Kehakiman, No. 1, 1995, h. 135-136.
23
S.F. Marbun, (II) Peradilan Administrasi Negara dan Upaya Administratif di Indonesia,
Jakarta: Liberty, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, 1997, h. 180.
23
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
24
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
hak atas tanah secara sistematis sebagai bukti hak atas tanah
adat, yaitu:
a. Surat tanda bukti hak milik dan Grant Sultan yang dikeluarkan
berdasarkan peraturan Swapraja dan hak atas tanah yang
lainnya yang diakui selama tidak bertentangan dengan UUPA.
b. Akta pemindahan hak dibuat berdasarkan hukum adat yang
dibubuhi kesaksian oleh kepala desa.
25
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
26
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
27
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
1. Tentang Sertifikat
Selain pengertian sertifikat yang diberikan oleh undang-undang
secara autentik, ada juga pengertian sertifikat yang diberikan
oleh para sarjana. Salah satunya adalah K. Wantjik Saleh yang
menyatakan bahwa sertifikat adalah salinan buku tanah dan surat
ukurnya setelah dijilid menjadi satu bersama-sama dengan suatu
kertas sampul yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri.24
Sertifikat tanah atau sertifikat hak atas tanah atau juga disebut
sertifikat hak terdiri dari salinan buku tanah atau surat ukur yang
dijilid dalam satu sampul. Sertifikat tanah memuat:
a. Data fisik: letak, batas-batas, luas, keterangan fisik tanah dan
beban yang ada di atas tanah;
24
K. Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 1977, h. 64.
28
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
b. Data yuridis: jenis hak (hak milik, hak guna bangunan, hak
guna usaha, hak pakai, hak pengelolaan) dan siapa pemegang
hak.
25
Syamsul Bahri, Hukum Agraria Indonesia Dulu dan Kini, Penerbit Fakultas Hukum
dan Pengetahuan Masyarakat, Universitas Andalas, Padang, 1981, h. 22.
29
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
26
Boedi Harsono, Undang-Undang Pokok Agraria, Sejarah Penyusunan, Isi dan
Pelaksanaannya, Bagian Pertama, Jilid Pertama, Penerbit Djamabatan, Jakarta, 1971, h. 50.
27
A.P. Parlindungan, Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria, Cetakan Kelima,
Penerbit Alumni, Bandung, 1990, h. 97.
30
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
28
Parlindungan A.P. Hilangnya Hak-hak Atas Tanah, CV. Mandar Maju: Bandung,
1999, h.13.
29
Kartasaputra, Masalah Pertanahan di Indonesia, Rineka Cipta: Jakarta, 2005, h. 120.
31
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
30
Soegiarto. Permasalahan dan Kasus-kasus Pertanahan, Jakarta: Kencana-PrenadaMedia
Group, 2000, h. 15.
31
Edi Prajoto, Antinomi Norma Hukum Pembatalan Pemberian Hak Atas Tanah Oleh
Peradilan Tata Usaha Negara dan Badan Pertanahan Nasional, Bandung: CV. Utomo,
2006, h. 24
32
Muchtar Wahid, Memaknai kepastian Hukum Hak Milik Atas Tanah, Suatu Analisis
dengan Pendekatan Terpadu Secara Normatif dan Sosiologis, Jakarta: Penerbit Republika,
2008, h. 34-38.
32
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
33
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
34
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
35
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- Hak Milik
Hak milik dapat diberikan kepada:
a) Warga negara Indonesia,
b) Badan-badan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah,
misalnya: bank pemerintah, badan keagamaan dan badan
sosial yang ditunjuk pemerintah.
36
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
- Hak Pakai
Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau
memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara
atau milik orang lain, yang memberi wewenang dan kewajiban
yang ditentukan. Jangka waktu berlakunya hak pakai: 25 tahun
dan dapat diperpanjang paling lama 20 tahun, atau untuk jangka
waktu yang tidak ditentukan selama tanahnya digunakan untuk
keperluan tertentu.
- Hak Pengelolaan
Hak pengelolaan dapat diberikan kepada:
a) Instansi pemerintah termasuk pemerintah daerah,
b) Badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, PT
Persero, badan otorita, badan hukum pemerintah lainnya
yang ditunjuk pemerintah,
37
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
Pasal 28g
(1) Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah
kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang
merupakan hak asasi.
Pasal 28h
Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut
tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun.
38
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
33
Boedi Harsono, Menuju Penyempurnaan Hukum Tanah Nasional, (Jakarta: Penerbit
Universitas Trisakti, (ed.) 3, 2007, h. 63.
34
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang
Melekat pada Tanah dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horisontal, Bandung:
PT Citra Aditya Bakti, 1996, h. 76.
39
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
35
Boedi Harsono, Op. cit., h. 40 – 41.
36
Mariam Darus Badrulzaman, Mencari Sistem Hukum Benda Nasional, Bandung: PT
Alumni, 1997, h. 31.
37
Aslan Noor, Konsep Hak Milik atas Tanah bagi Bangsa Indonesia, Bandung: Mandar
Maju, 2006, h. 28-29.
40
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
38
John Salindeho, Sistem Jaminan Kreditdalam Era Pembangunan Hukum, Jakarta:
Sinar Grafika, 1994, h. 34-35.
39
Asas-asas hukum adat tidak mendapatkan penjelasan dalam UUPA. Djuhaendah Hasan
menyatakan asas hukum adat antara lain asas kontan konkret, asas kekeluargaan dan asas
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Cf. Djuhaendah Hasan, Op. cit., h. 114.
41
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
40
Mariam Darus Badrulzaman, Op. cit., h. 37.
41
Ibid., h. 59.
42
Ibid., h. 36.
42
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
43
J. Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie, Kompensatie & Percampuran Hutang, Bandung:
PT Alumni, 1999, h. 12-13.
43
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
langsung dari sertifikat itu sendiri. Oleh karena itu, kiranya lebih
bijaksana apabila diusahakan untuk memperpendek birokrasi
tersebut sehingga pelayanan perolehan sertifikat dapat dilakukan
dalam waktu yang lebih singkat, efektif, dan efisien.
Tentang prosedur pengurusan dan penerbitan sertifikat
sebetulnya sudah diatur dalam PP No. 10 Tahun 1961 beserta
peraturan-peraturan pelaksanaannya. Menurut ketentuan tersebut
seseorang dalam mengurus sertifikatnya harus melewati tiga tahap,
yang garis besarnya sebagai berikut:
a) Tahap 1: Permohonan Hak
Pemohon sertifikat hak atas tanah dibagi menjadi empat
golongan, dan masing-masing diharuskan memenuhi persyaratan-
persyaratan tertentu:
1. Penerima hak, yaitu para penerima hak atas tanah negara
berdasarkan surat keputusan pemberian hak yang dikeluarkan
pemerintah c.q. Direktur Jenderal Agraria atau pejabat yang
ditunjuk. Bagi pemohon ini diharuskan melengkapi syarat:
a. Asli surat keputusan pemberian hak atas tanah yang
bersangkutan.
b. Tanda lunas pembayaran uang pemasukan yang besarnya
telah ditentukan dalam surat keputusan pemberian hak
atas tanah tersebut.
2. Para ahli waris, yaitu mereka yang menerima warisan tanah,
baik tanah bekas hak milik adat ataupun hak-hak lain. Bagi
pemohon ini diharuskan melengkapi syarat:
a. Surat tanda bukti hak atas tanah, yang berupa sertifikat
hak tanah yang bersangkutan.
b. Bila tanah tersebut sebelumnya belum ada sertifikatnya,
maka harus disertakan surat tanda bukti tanah lainnya,
seperti surat pajak hasil bumi/petok D lama/verponding
lama Indonesia dan segel-segel lama, atau surat keputusan
penegasan/pemberian hak dari instansi yang berwenang.
c. Surat Keterangan kepala desa yang dikuatkan oleh camat
yang membenarkan surat tanda bukti hak tersebut.
44
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
45
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
46
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
47
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
48
BAB 2 ■ KEDUDUKAN SERTIFIKAT SEBAGAI WUJUD KEPASTIAN HUKUM ...
49
3
KOMPETENSI PTUN DAN
PERADILAN UMUM DALAM
MENYELESAIKAN SENGKETA DI
BIDANG PERTANAHAN
52
BAB 3 ■ KOMPETENSI PTUN DAN PERADILAN UMUM ...
53
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
54
BAB 3 ■ KOMPETENSI PTUN DAN PERADILAN UMUM ...
55
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
56
BAB 3 ■ KOMPETENSI PTUN DAN PERADILAN UMUM ...
50
Zafrullah Salim, Tinjauan Mengenai Kedudukan Keputusan Menteri dalam Tap MPR
III/MPR/2000 tentang Sumber dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undang, dalam
Mahkamah, Volume 13, Nomor 1, Riau, 2002, h. 147.
51
Ibid., h. 164.
52
Deno Kamelus, Arti Kedudukan Perencanaan dalam Hukum Administrasi Negara,
dalam SF Marbun dkk., Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII
Press, Cetakan Pertama, Yogyakarta, 2001, h. 248.
57
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
53
Zafrullah Salim, Op. cit., h. 161-162.
54
Ibid., h. 158-159.
58
BAB 3 ■ KOMPETENSI PTUN DAN PERADILAN UMUM ...
59
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
55
Indroharto, S.H., Perbuatan Pemerintah Menurut Hukum Publik dan Hukum Perdata,
Penerbit LPP HAN, 1999, h. 3.
56
Indroharto, Ibid.
57
Pusat Penelitian Hukum dan Peradilan, Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah
Agung RI, “Urgensi Pembentukan Pengadilan Pertanahan di Indonesia”, 2015, h. 25.
60
BAB 3 ■ KOMPETENSI PTUN DAN PERADILAN UMUM ...
58
W. Riawan Tjandra. “Hukum Acara Peradilan Administrasi Negara: Edisi Revisi”,
Universitas Atmajaya. Yogyakarta. 2005. h. 3.
61
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
59
Departemen Pendidikan Nasional. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Penerbit
Balai Pustaka, 2008, h. 719.
60
Puslitang Kumdil Mahkamah Agung, Op. cit., h. 29.
62
BAB 3 ■ KOMPETENSI PTUN DAN PERADILAN UMUM ...
61
Puslitbang Kumdil Mahkamah Agung RI, Op. cit., h. 50.
62
Enrico Simanjutak dalam Bunga Rampai Peradilan Administrasi Kontemporer,
Beberapa Anotasi Terhadap Pergeseran Kompetensi Absolut Peradilan Umum Kepada
Peradilan Administrasi Pasca Pengesahan UU No. 30 Tahun 2014, Jakarta: Penerbit Genta
Press, 2014, h. 42.
63
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
63
Varia Peradilan, tahun ke XXI No. 251 Oktober 2006, h. 41-42.
64
BAB 3 ■ KOMPETENSI PTUN DAN PERADILAN UMUM ...
65
4
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA
PERTANAHAN DALAM KEWENANGAN
PERADILAN PERDATA DENGAN
PERADILAN TATA USAHA NEGARA
64
Wawancara peneliti tanggal 11 April 2009, dengan ketua PTUN Makassar, transcript
110517_001.
68
BAB 4 ■ IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
65
R.O.B Siringo-ringo, dkk., Menjawab Permasalahan Teori dan Praktek Peradilan Tata
Usaha Negara, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.
69
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
66
Gugatan TUN, antara Hartoyo Subekti vs Kantor Pertanahan Kota Surabaya, dengan
tergugat intervensi, PT Kris Kencana Surabaya, pertimbangan hukum, h. 46.
67
Gugatan antara Bagus Ariwibowo vs Kantor Pertanahan Kota Batu, dengan pihak
70
BAB 4 ■ IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
71
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
69
Wawancara dengan Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin/ahli hukum
pertanahan, pada tanggal 12 April 2019, transcript judul 110517_002.
72
BAB 4 ■ IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
70
Wawancara dengan Dekan Hukum UNHAS, Ibid.
73
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
74
BAB 4 ■ IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
“Itu tadi implikasi dari putusan yang tidak bisa dijalankan (eksekusi)
kalau saya melihat kan ada dua cara pembatalan sertifikat; yang pertama
dibatalkan oleh instansinya sendiri (Permen Agraria No.11 tahun 2016)
yang membuat sertifikat, yaitu BPN, karena kesalahan administrasi;
walaupun kadang-kadang yang salah dia juga (BPN) nggak mau batalkan,
dia (BPN) suruh kita menggugat, padahal itu salah BPN. Yang kedua,
karena putusan pengadilan Perdata (PN) karena ternyata misalnya terbukti
bahwa berdasarkan putusan PN bukan nama yang tercantum di sertifikat
itu yang berhak atas tanah. Inikan bisa membuktikan bahwa putusan PN
itu memang lebih kuat karena me-record pada kondisi kepemilikan atau
kondisi hak keperdataan seseorang. Maka jika ada putusan Mahkamah
Agung yang sudah inkracht, maka putusan administrasi yang ngalah, kan
ini bisa ada hak, ini bicara kepemilikan atas tanah jangan putusan TUN
yang harus menang karena itu hanya administratif.
Pembuktian dari hak itu yang harus digariskan. Tetapi memang
bisa mengklasifikasi implikasi, menegaskan implikasi masing-masing
itu, harus kita kembali kepada karakter hukum yang mengatur dua
bidang, karena karakter hukum administrasi adalah hukum publik, dan
karakter hukum perdata yang sangat berbeda implikasi hukumnya; kalau
perdata itu melahirkan hak, ada hak, penegasan hak, dan seterusnya,
itu bicara hak, nah Peradilan umum berwenang untuk menilai siapakah
sesungguhnya yang memang berhak atas tanah tersebut berdasarkan
berbagai proses pembuktian, salah satu bukti itu adalah sertifikat.
Jadi dapat ditegaskan sekali lagi, pembatalan sertifikat atas tanah
tidak berimplikasi pada hilangnya hak keperdataan seseorang atas
tanah, sertifikat adalah produk administrasi negara yang dibuat untuk
memberikan tanda bukti hak; hanya tanda bukti yang dibuat sebagaimana
yang dimaksud dalam Undang-Undang Pokok Agraria. Jadi berkaitan
75
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
dengan ketentuan tersebut, maka hak milik atas tanah itu masih bisa
dibuktikan dengan pembuktian yang lain. Jadi di sini bisa kita lihat bahwa
sertifikat itu adalah tanda bukti dari aspek administrasi Negara. Nah di
dalam sertifikat itu ada masalah, saya masih bisa buktikan hak saya
dengan yang lain, misalnya kita bisa buktikan bahwa itu hak saya dari
turun temurun, terdata di letter C. Sebagai tanah bekas milik adat, dan
semua orang satu kampung ini ikut sama saya, di declare seperti itu,
bahwa itu sudah melekat hak milik, itu berdasarkan hukum adat.
Ini untuk pertanyaan pertama, putusan TUN harus mengabdi ke
Pengadilan Negeri (PN), menurut saya karena yang didahulukan adalah
haknya seseorang, di mana hak ini tidak bisa dihilangkan termasuk oleh
Negara sekalipun, termaktub dalam Pasal 28 huruf h “setiap orang punya
hak milik dan hak milik tersebut tidak dapat dihilangkan, diambil alih
begitu saja oleh negara sekalipun”, jadi itu HAM.
71
Kementrian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Biro Hukum dan
Hubungan Masyarakat. Anotasi Putusan-putusan Pengadilan Jilid 4 tahun 2015, h. 4.
76
BAB 4 ■ IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
72
Transkrip Wawancara Peneliti dengan Ketua PTUN Makassar; judul 11051_001.
77
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
73
Transkription 110516__001 tanggal 10 April 2019, Wawancara dengan Ketua PN
Makassar.
78
BAB 4 ■ IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
74
Transcription, judul 110517_002, Wawancara dengan Prof. Dr. Farida.
79
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
75
M. Muchin,S.H., “Aspek Hukum, Sengketa Hak atas Tanah”, dimuat dalam Varia
Peradilan tahun ke XXI No. 251 Oktober 2006, h. 44.
80
BAB 4 ■ IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
76
Putusan TUN Surabaya No.137/G/2015/PTUN.Sby, diperkuat di tingkat banding dan
tingkat kasasi.
81
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
77
Teguh Satya Bhakti. Pembangunan Hukum Administrasi Negara melalui Pemberdayaan
yurisprudensi Peradilan Tata Usaha Negara, Edisi Pertama, Penerbit PT Alumni, Bandung,
2018, h. 14.
82
BAB 4 ■ IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
perlu ada surat edaran Mahkamah Agung atau perlu ada peraturan
Mahkamah Agung sebagai tindakan sementara, melindungi
kepentingan masyarakat pencari keadilan dan menjamin kepastian
hukum, serta menetralisir gesekan antarsektoral antarinstitusi
peradilan, yang tidak perlu terjadi.
Sebab bagaimanapun sebuah keputusan yang telah berkekuatan
hukum tetap haruslah dipastikan untuk dapat dieksekusi, agar tidak
sia-sia perjuangan memperoleh keadilan via proses persidangan
yang panjang dan melelahkan. Bukankah di dalam konsep the rule
of law kekinian memiliki tujuan menciptakan kepastian hukum
(certainty), di samping kesetaraan (equality) dan berlaku umum
(generality).78
Ujung dari penelitian ini, yang telah mendeskripsikan dan
menggambarkan aspek-aspek titik singgung kewenangan TUN
dan kewenangan peradilan umum (perdata) beserta implikasinya
terhadap rasa keadilan masyarakat, adalah peradilan yang efektif!
78
Kebijakan Penegakkan Hukum (Suatu Rekomendasi). Komisi Hukum Nasional
Republik Indonesia, h. 123.
83
5
CONTOH PUTUSAN PENGADILAN
UMUM ATAS PEMBATALAN
SERTIFIKAT HAK ATAS TANAH
Objek:
1. Sertipikat Hak Milik: 07030/Desa Kubang Jaya tanggal 4 Juni
2015, Surat Ukur Nomor: 07835. Kubang Jaya/2015 tanggal 26
Maret 2015, Luas 14.020 M² atas nama Umar, dengan batas-batas
tanah;
Utara : dengan tanah Siti Margareta 388,60 M²
Selatan : dengan tanah Yap Ling Li 379,50 M²
Barat : dengan tanah H.Abdul Hamid 19,87 M²
Timur : dengan tanah Jalan Raya Teratak Buluh 50 M²
2. Sertipikat Hak Milik: 07029/Desa Kubang Jaya tanggal 4 Juni 2015,
Surat Ukur Nomor: 07836. Kubang Jaya/2015 tanggal 26 Maret
2015, Luas 13.330 M² atas nama Yap Ling Li; dengan batas-batas
tanah;
Utara : dengan tanah Umar 379,50 M²
Selatan : dengan tanah Jalan 366,69 M²
Barat : dengan tanah Perumahan 39,08 M²
Timur : dengan tanah Jalan Raya Teratak Buluh 33 M²
86
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
PERTIMBANGAN HUKUM:
A. DALAM KONVENSI
Menimbang, bahwa Majelis Hakim selanjutnya akan
mempertimbangkan gugatan Penggugat dan jawaban Tergugat I-VI,
Tergugat VII, Tergugat VIII dan Turut Terguat I, II sebagai berikut;
------------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dalam surat jawaban yang diajukan oleh Kuasa
Hukum Tergugat I-VI yang telah diajukan oleh Kuasa Hukumnya juga
mengajukan eksepsi, sehingga secara hukum terhadap eksepsi yang
diajukan Kuasa HukumTergugat I-VI haruslah dipertimbangkan terlebih
dahulu sebelum mempertimbangkan pokok perkara; ------------------------
-------------------------------------------
1. Dalam Eksepsi
Menimbang, bahwa Kuasa Hukum Tergugat I-VI dalam eksepsinya
telah mengajukan eksepsi terhadap gugatan yang diajukan oleh Penggugat
yang pada pokoknya adalah sebagai berikut; -------------
a. Pengadilan Negeri Bangkinang tidak berwenang secara absolute
mengadili perkara a quo (Competensi absolute); -----------------------
--------------------------------------------------
b. Tentang Penggugat tidak mempunyai legal standing mengajukan
gugatan a quo; ------------------------------------
c. Tentang gugatan Para Penggugat bersifat premature; -----------------
--------------------
d. Tentang larangan kumulasi (penggabungan) Gugatan Para Penggugat;
-------------
1) Larangan penggabungan/Kumulasi objektif; ----------------------
-----------------------------
2) Larangan penggabungan/kumulasi subjektif antara Penggugat
dan Penggugat II yang berdiri sendiri; ------------------------------
------------------------------------------------------------
e. Tentang gugatan salah alamat ditujukan pada Tergugat-Tergugat;
--------------------
f. Tentang gugatan Para Penggugat kontradiksi antara Posita dan
Petitum; -----------
g. Tentang Gugatan kabur dan tidak jelas (Obscur libels); -------------
---------------------
87
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
88
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
89
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
90
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
Jaya dan Sertipikat Hak Milik No. 07029/Desa Kubang Jaya atas nama
Para Penggugat pada Pengadilan Negeri Pekanbaru adalah mengenai
dugaan pemalsuan surat dan bukan merupakan gugatan Perbuatan
Melawan Hukum terkait tentang kepemilikan atas objek sengketa;
-----------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis Hakim berpendapat
pemeriksaan atau pengujian hukum baik secara administrasi (ic. sengketa
TUN di Pengadilan Tata Usaha Negara Pekan Baru) maupun secara
pidana terhadap alas hak Para Penggugat berupa Sertipikat hak Milik
No. 07030/Desa Kubang Jaya dan Sertipikat Hak Milik No. 07029/Desa
Kubang Jaya tersebut yang hingga sampai saat ini belum berkekuatan
hukum tetap (inkracht van gewisjde) tidak serta merta mengakibatkan
gugatan aquo premature; ----------------------------------------------
Bahwa, oleh karena gugatan yang diajukan oleh Para Penggugat
tidak bersifat premature maka terhadap eksepsi ketiga aquo haruslah
ditolak; ----------------------------------------
Menimbang, bahwa kemudian Majelis Hakim akan mempertimbangkan
alasan-alasan Eksepsi lainnya yang diajukan oleh Kuasa Hukum Tergugat
I s/d VI; -----------------------------------
91
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
92
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
93
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
dan telah terdapat SHM lain yang telah terbit SHMnya terlebih dahulu
dari SHM Turut Tergugat I dan II tersebut; ------------------------------------
--------------------------------
Menimbang, bahwa terkait eksepsi aquo Majelis Hakim berpendapat
hal tersebut merupakan hak dari Para Penggugat untuk menentukan
siapa-siapa saja yang yang akan digugatnya didasarkan atas kerugian
yang diderita oleh Para Penggugat, sehingga terhadap pihak penjual
yang dijadikan Turut Tergugat bukan sebagai Tergugat dalam perkara
ini adalah merupakan hak dari Para Penggugat; -----------------------------
---------------------------------------------
Bahwa, dalam hal ini Pengadilanlah yang menilai apakah gugatan
Para Penggugat terhadap sengketa tersebut beralasan hukum atau
tidak, oleh karena itu masalah apakah para pihak yang digugat oleh
Para Penggugat in casu dapat dipertanggungjawabkan secara perdata
atau tidak adalah mutlak penilaian Majelis Hakim. Dengan demikian
eksepsi Para Tergugat mengenai gugatan salah alamat ditujukan pada
Tergugat-Tergugat haruslah ditolak; --------------
Menimbang, bahwa kemudian Majelis Hakim akan mempertimbangkan
alasan-alasan Eksepsi lainnya yang diajukan oleh Kuasa Hukum Tergugat
I s/d VI; -----------------------------------
94
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
2. Dalam Provisi:
Menimbang, bahwa adapun maksud tuntutan provisi Para Penggugat
adalah sebagaimana di atas; --------------------------------------------------------
----------------------------
95
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
96
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
maupun membantah suatu hak orang lain, menunjuk pada suatu peristiwa,
diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut”, dan sebaliknya
terhadap Tergugat dibebani pula untuk membuktikan dalil bantahannya;
-----------------------------------------
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya, Penggugat
telah mengajukan alat bukti surat tertanda P.I-1 sampai dengan P.I.II-32
dan saksi-saksi sebanyak 3 (tiga) orang yakni saksi TARMIZI SY, saksi
JASMANI, dan saksi FITRI NILA SARI, serta 1 (satu) orang ahli atas
nama MUHD. YUSUF, S.H., M.H. Sedangkan Tergugat I s/d VII untuk
membuktikan dalil bantahannya telah mengajukan alat bukti surat
tertanda T.I s/d VII-1 sampai dengan T.I s/d VII-27 tetapi Kuasa Hukum
Tergugat I s/d VII tidak ada mengajukan bukti berupa saksi selanjutnya
Kuasa Hukum Tergugat I s/d VII mengajukan ahli atas nama DR. DAYAT
LIMBONG, S.H., M.Hum. Selanjutnya Tergugat VIII untuk membuktikan
dalil bantahannya telah mengajukan alat bukti surat tertanda T.VIII-1
sampai dengan T.VIII-2 dan tidak mengajukan saksi maupun ahli di
persidangan. Kemudian Turut Tergugat I dan II untuk membuktikan
dalil bantahannya telah mengajukan alat bukti surat tertanda TT. I.II-1
sampai dengan TT. I.II-16 dan saksi-saksi sebanyak 2 (dua) orang atas
nama saksi RAMLAN dan saksi ASEP SUDRAJAT; ---------------------------
-------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan surat gugatan, jawaban, replik,
duplik dan surat-surat bukti yang diajukan kedua belah pihak dalam
perkara ini dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pokok permasalahan
antara para pihak adalah sebagai berikut; ------------------------------
Bahwa Penggugat I mendalilkan sebagai pemilik sebidang tanah
seluas 14.020 M² yang terletak di RT 01 RW 01 Dusun II Desa Kubang
Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar; -------------
Bahwa Penggugat II mendalilkan sebagai pemilik sebidang tanah
seluas 13.330 M² yang terletak di RT 01 RW 01 Dusun II Desa Kubang
Jaya Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar; -------------
Bahwa kedua bidang tanah tersebut (objek aquo) terletak pada
satu hamparan dan saling bersempadan, dengan batas-batas dan ukuran
tanah milik Para Penggugat adalah sebagai berikut: -------
Penggugat I, Sertipikat Hak Milik: 07030/Desa Kubang Jaya tanggal
4 Juni 2015, Srat Ukur Nomor: 07835. Kubang Jaya/2015 tanggal
26 Maret 2015, Luas 14.020 M² atas nama Umar, dengan batas-batas
tanah; -------------------------------------------------------------------------------------
97
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
98
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
99
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
100
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
101
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
102
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
103
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
104
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
105
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
106
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
107
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
108
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
-----------------------------------------------------
Bahwa terhadap petitum pada poin 14 mengenai tuntutan Para
Penggugat agar menyatakan sita jaminan harta benda Para Tergugat
tidak beralasan hukum maka haruslah ditolak; -------------------------------
---------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dengan demikian terhadap gugatan Para
Penggugat dapatlah dikabulkan untuk sebagian, dan ditolak selain dan
selebihnya; ------------------------------------------
B. DALAM REKONVENSI
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Para Penggugat dalam
Konvensi/Para Tergugat dalam Rekonvensi telah dikabulkan untuk
sebagian, dan ditolak selain dan selebihnya maka terhadap gugatan
Rekonvensi yang diajukan oleh Para Penggugat dalam Rekonvensi/Para
Tergugat dalam Konvensi haruslah ditolak; ------------------------------------------
MENGADILI:
A. DALAM KONVENSI
1. Dalam Eksepsi
Menolak eksepsi Tergugat I s/d Tergugat VI untuk seluruhnya;
-----------------------------------
109
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
2. Dalam Provisi:
Menolak tuntutan Provisi Para Penggugat; -----------------------
--------------------------------------
110
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
111
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
B. DALAM REKONVENSI
Menolak Gugatan Para Penggugat Rekonvensi untuk seluruhnya;
--------------------------------
112
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
113
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
Objek:
1. Risalah Lelang Nomor: 033/2009 tanggal 10 Juli 2009 berdasarkan
Risalah Lelang Nomor: 033/2009 tertanggal 10 Juli 2009 yaitu
berupa sebidang tanah seluas 2.610 m2 (dua ribu enam ratus sepuluh
meter persegi) dengan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor: 1256/
Desa Hadimulyo, dengan surat ukur Nomor: 636/1996 tanggal13
Maret 1996 yang terletak di Jl. Diponegoro RT 19/RW 07, Kelurahan
Hadimulyo Timur, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro dahulu
dengan batas-batas sebagai berikut; --
a. Sebelah Utara berbatasan dengan tanah Zanaryati
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Diponegoro
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Desa
d. Sebelah Barat berbatasan dengan tanah Sudarto dan tanah
Yusuf
2. Akta Jual Beli Nomor: 543/2015 tanggal 16 November 2015; ----
-----------------------------------------------
3. Akta Jual Beli Nomor: 163/2016 tanggal 26 Agustus 2016; --------
----------------------------------------------
4. Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor: 1256/Desa Hadimulyo dengan
surat ukur Nomor: 636/1996 tanggal 13 Maret 1996, seluas 2.610
m2 (dua ribu enam ratus sepuluh meter persegi) menjadi Sertifikat
Hak Milik (SHM) Nomor: 4126/Kelurahan Hadimulyo Timur dan
menjadi atas nama TERGUGAT II (Agus Jamhari) dan Sertifikat Hak
Milik (SHM) Nomor: 4127/Kelurahan Hadimulyo Timur menjadi
atas nama TERGUGAT II (Agus Jamhari); --------------------------------
----------------------
PERTIMBANGAN HUKUM:
1. DALAM EKSEPSI:
Menimbang, bahwa sebagaimana telah dipertimbangkan eksepsi
para Tergugat dalam putusan sela perkara a quo baik eksepsi yang
berkaitan dengan kewenangan mengadili dan eksepsi lainnya, oleh
karenanya Majelis Hakim mengambil alih seluruh pertimbangan sejauh
ditolaknya dalam seluruh dalil-dalil eksepsi para Tergugat tersebut;
--------------------------------------------------------------------------------------
114
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
115
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
116
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
117
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
118
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
119
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
Bahwa atas alasan hukum tersebut di atas maka proses jual beli
tanah objek perkara sebagaimana bukti Sertifikat Hak Milik No.1256
semula atas nama Drs. Chairul Thabrani antara Tergugat I dengan
Tergugat II dihadapan Turut Tergugat I maupun proses jual beli objek
perkara antara Tergugat II dengan Tergugat III dihadapan Turut Tergugat
II serta pemecahan Sertifikat Hak Milik yang dilakukan Oleh Tergugat
V menjadi 2 (dua) Sertifikat Hak Milik yakni: -----------------------------
a. Sertifikat Hak Milik No. 4126/Kelurahan Hadimulyo Timur menjadi
atas nama Tergugat II.
b. Sertifikat Hak Milik No. 4127/Kelurahan Hadimulyo Timur menjadi
atas nama Tergugat III. Proses peralihan hak tersebut telah dilakukan
dengan prosedur yang benar sesuai dengan peraturan yang berhak,
sehingga perbuatan tersebut bukanlah merupakan suatu perbuatan
melawan hukum sebagaimana yang didalilkan oleh Penggugat
dalam gugatannya tersebut, sehingga sepatutnya gugatan Penggugat
tersebut DITOLAK atau setidak-tidaknya dinyatakan Tidak Dapat
diterima.-----------------------
Bahwa tidak ada alasan hukum dan bukan merupakan kewenangan
dari Tergugat V untuk membatalkan Sertifikat Hak Milik yang menjadi
kewenangannya, hal ini mengacu pada ketentuan Undang-Undang
No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan. Dan apabila
terdapat sengketa dibidang administrasi pemerintahan tersebut maka
kewenangan dalam memeriksa dan mengadili atas pembatalan tersebut
menjadi kewenangan Peradilan Tata Usaha Negara; --------------------
Menimbang, bahwa terhadap Gugatan Penggugat tersebut Tergugat
IV memberikan dalil-dalil bantahannya pada pokoknya menyatakan
bahwa segala sesuatu yang telah dikemukakan oleh Tergugat IV pada
bagian “Dalam Eksepsi” tersebut di atas, mohon hendaknya dianggap
telah tercantum selengkapnya pada bagian “Dalam Pokok Perkara ini”;
----------------------------------------------------------------
Bahwa Tergugat IV menyatakan menolak dan menyangkal dengan
tegas seluruh dalil serta argumentasi Penggugat dalam gugatannya,
kecuali apa yang akan diakui oleh Tergugat IV dengan tegas dan bulat;
------------------------------------------------------------------------------------------------
Bahwa dasar gugatan Penggugat dalam perkara a quo adalah
berdasarkan atas tuduhan perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh Tergugat IV bersama-sama dengan Tergugat lainnya, sehingga yang
menjadi pokok perselisihan dalam perkara ini yang harus dibuktikan
120
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
121
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
122
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
123
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
124
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
surat tersebut diberi tanda P-01, Fotokopi Kuitansi, Risalah Lelang Nomor:
033/2009 tanggal 14 Juli 2009, selanjutnya pada fotokopi bukti surat
tersebut diberi tanda P-02, Fotokopi Salinan Resmi Putusan Perkara
Perdata Nomor: 420 PK/Pdt/2015 tertanggal 25 November 2015 yang
merupakan tergolong Akta Otentik, namun pada prinsipnya meskipun
secara hukum kekuatan hukumnya sempurna masih bisa lumpuhkan
atau dipatahkan apabila bukti lawan atau tergugat dapat membuktikan
sebaliknya seperti penerbitannya tersebut memiliki cacat hukum formil,
sehingga dalam hal ini system pembuktian dalam pertimbangan perkara
a quo adalah dalam system komparasi secara random (acak) serta
validitas surat dikaitkan antara surat penggugat dan tergugat serta
dihubungkan dengan keterangan saksi-saksi dari kedua belah pihak;
--------------------------------------
Menimbang, bahwa dalam konstruksi hukum pertimbangan dalam
putusan ini perlu juga diketengahkan bahwa bagi orang orang Indonesia,
tanah merupakan masalah yang paling pokok, dapat dikonstantir dari
banyaknya perkara perdata maupun pidana yang diajukan ke pengadilan
yaitu berkisar sengketa tanah tersebut antara lain menyangkut sengketa
warisan, utang piutang dengan tanah sebagai jaminan, sengketa tata
usaha Negara mengenai penerbitan sertifikat tanah, serta perbuatan
melawan hukum lainnya (baca, Sunaryati Hartono, Beberapa Pemikiran
Ke Arah Pembaruan Hukum Tanah, Alumni: Bandung, 1978, melalui
methode disadur kembali dari buku Adrian Sutedi, Peralihan Hak
Tanah, Sinar Gravika: Jakarta, 2007, h.7); -------------------------------------
Menimbang, bahwa secara hukum bahwa pengertian Akta Autentik
adalah akta yang dibuat atau di hadapan pejabat publik yang berwenang
untuk itu, sebagai bukti yang sempurna bagi kedua belah pihak dan ahli
warisnya serta orang yang mendapatkan hak darinya tentang segala hal
yang tertulis dalam akta itu dan bahkan tentang apa yang tercantum
di dalamnya sebagai pembritahuan saja, sepanjang langsung mengenai
akta tersebut, pejabat publik yang diberi wewenang oleh undang-undang
untuk membuat akta autentik antara lain, Notaris, Pegawai Catatan Sipil,
Panitera Pengadilan dan Juru Sita dalam melakukan pekerjaannya pejabat
publik yang bersangkutan terikat pada syarat dan ketentuan undang-
undang sehingga merupakan jaminan untuk mempercayai keabsahan
pekerjaannya, (baca, Prof. Abdulkadir Muhammad, Hukum Acara
Perdata Indonesia, Citra Aditya: Bandung 2008, h.131); -------------------
---------------------------------------------------------------------------------------------------
125
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
126
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
127
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
128
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
129
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
adakah etikat tidak baik yang dilakukan oleh para Tergugat sebagai suatu
perbuatan melawan hukum; ------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa sebagaimana diterangkan di atas bahwa dalam
perkara a quo telah adanya sertifikat dengan dasar jual beli yakni
Sertifikat Hak Milik Nomor: 4126 diterbitkan tanggal 28 Maret 2016
dengan dasar Surat Akta Jual Beli tanggal 13 April 2015, dan Sertifikat
Hak Milik Nomor: 4127 tanggal 28 Maret 2016 dengan dasar Akta Jual
Beli tanggal 16 November 2015, melihat tanggal diterbitkannya surat jual
beli tersebut akan menimbulkan pertanyaan mengapa tanggal-tanggal
terbitnya jual beli tersebut ketika perkara a quo masih berperkara dalam
upaya hukumnya sebagaimana adanya Putusan Nomor 4/Pdt.G/2009/
PN M tanggal 3 Februari 2010, putusan tingkat banding melalui Putusan
Nomor 32/Pdt/2010/PT.TK tanggal 26 Juli 2010, Putusan Kasasi Nomor
1101 K/Pdt/2012 tanggal 10 Oktober 2013, serta Putusan peninjauan
Kembali Nomor 420 PK/Pdt/2015 tanggal 25 November 2015 artinya
proses jual beli dalam perkara a quo sebelum diputusnya perkara dalam
tingkat upaya hukum peninjauan kembali/dalam tingkat peninjauan
kembali bahkan akta jual beli tanggal 16 November 2015 selisih waktu
beberapa hari sebelum diputusnya dalam tingkat peninjuan kembali
tanggal 25 November 2015, tentu saja menimbulkan fakta hukum bahwa
Tergugat I dan Tergugat II melakukan jual beli saat objek sengketa masih
dalam proses berperkara di Mahkamah Agung hal ini tentunya Tergugat
I dan Tergugat II tidak mengindahkan prinsip etikad baik dalam jual
beli yang mengandung implikasi hukum hanya pembeli yang beritikad
baik akan dilindungi; ---------------
Menimbang, bahwa Majelis Hakim dalam melihat prinsip etikad
baik ini juga mendasarkan pada pandangan hukum Ahli Dr. H. Atja
Sondjaja, S.H., M.H. yang menyatakan bahwa barang yang bisa diperjual
belikan adalah barang yang tidak dalam sengketa atau tidak dalam
sitaan artinya barang yang ada dalam sengketa atau barang yang ada
dalam sitaan dilarang untuk dijual belikan bahkan Pasal 199 HIR/214
Rbg mengatakan apabila terjadi jual beli atas barang yang dalam sitaan
maka jual beli itu batal demi hukum; -
Bahwa PK adalah upaya hukum luar biasa, tergantung kapan di
keluarkan PKnya, kalau diperjualbelikan itu sebelum diajukan PK maka
sahsah saja tetapi kalau jual belinya dilakukan pada saat proses PK
tidak boleh diperjualbelikan dan batal, apalagi misalnya dalam sitaan
maka jual beli tersebut batal demi hukum; ------------------------------------
130
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
131
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
dari tanah yang dimiliki dan hak untuk mempergunakan tanah, yang
dalam batasan arti boleh menjual, menggadaikan, menghibahkan tanah
tersebut kepada orang lain, (baca, Rinto Manulang, Segala hal Tentang
Tanah Rumah & Perizinannya, Suka Buku: Jakarta, 2011, h.13); ------
-------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan alat-alat bukti yang diajukan
oleh Penggugat sebagaimana tersebut adalah Akta Autentik di atas
dalam kaitannya satu sama lain yang ternyata bersesuaian Majelis
Hakim berpendapat bahwa Penggugat memiliki alas hak yang sah atas
kepemilikan tersebut, karena Penggugat dapat membuktikan dengan
surat-suratnya; --------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa dalam kaitannya dengan etikat baik dari
Penggugat sebagai pemenag lelang maka secara rasional hukum maka
terhadap para Tergugat mesti terang dinyatakan telah melakukan
perbuatan melawan hukum sebagaimana pertimbangan hukum tersebut
di atas; ------------------------------
Menimbang, bahwa untuk melihat secara lebih jelas tentang
pengertian dari suatu perbuatan melawan hukum dalam hukum
perdata secara definisi dapat diterapkan yakni Pasal 1365 KUHPerdata
adalah sebagai berikut: a) Adanya perbuatan melawan hukum yakni
perbuatan yang melawan hak subyetif orang lain atau bertentangan
dengan kewajiban si pembuat sendiri, dan melawan undang-undang;
b) Melawan hak subjektif orang lain, yakni hak khusus yang dijamin
hukum kepada seseorang untuk kepentingannya.Hak ini bisa berupa
hak kebebasan, kehormatan, dan hak harta kekayaan; c) Ada kesalahan
(schuld) Kesalahan ini bisa karena kesengajaan maupun karena kealpaan
(onachtzaamheid); d) Ada kerugian Akibat perbuatan itu, timbul
kerugian bagi orang lain. Kerugian bisa berupa kerugian materiil maupun
immaterial; e) Adanya hubungan causal untuk dapat menuntut ganti
rugi, harus ada hubungan causal yang jelas antara perbuatan melawan
hukum dangan kerugian penggugat (M.A. Moegni Djojodirdjo, Perbuatan
Melawan Hukum, Jakarta: Pradnya Paramita, 1982, h. 66; Munir Fuady,
Perbuatan Melawan Hukum, Bandung: Citra Adtya Bakti, 2005, h. 1-2);
----------------------------------------
Menimbang, bahwa dari pengertian perbuatan melawan hukum
tersebut serta dari keterangan saksi-saksi tersebut Majelis Hakim
berpendapat bahwa para Tergugat telah melakukan perbuatan melawan
hukum sehingga memiliki konsekuensi hukum yang secara sinergi akan
132
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
133
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
134
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
135
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
tanggal13 Maret 1996, seluas 2.610 m2 (dua ribu enam ratus sepuluh meter
persegi) menjadi Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor: 4126/Kelurahan
Hadimulyo Timur dan menjadi atas nama TERGUGAT II (Agus Jamhari)
dan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor: 4127/Kelurahan Hadimulyo
Timur menjadi atas nama TERGUGAT II (Agus Jamhari) tidak sah dan
cacat hukum, sebagaimana secara sinergi hukum bertalian dengan
petitum 5 Penggugat maka tentunya memiliki konsekuensi hukum
dari perbuatan melawan hukum Tergugat V maka terhadap petitum 7
Penggugat dapat dikabulkan; -------------------------------------------------------
---------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Menyatakan
Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor: 4126/Kelurahan Hadimulyo Timur
atas nama Agus Jamhari (TERGUGAT II) dan Sertifikat Hak Milik Nomor:
4127/Kelurahan Hadimulyo Timur atas nama TERGUGAT II (Agus
Jamhari) tidak sah dan cacat hukum, oleh karena merupakan bagian
secara sinergi dalam pertimbangan hukum yang berkaitan tentang
pembeli beritikat baik serta perlindungan hukumnya dan implikasi
terhadap perbuatan melawan hukum dari Tergugat V maka petitum 8
dapat dikabulkan; -------------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Menghukum
TERGUGAT V untuk membatalkan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor:
4126/Kelurahan Hadimulyo Timur atas nama Agus Jamhari (TERGUGAT
II) dan membatalkan Sertifikat Hak Milik Nomor: 4127/Kelurahan
Hadimulyo Timur atas nama TERGUGAT II (Agus Jamhari) dalam tempo
14 (empat belas) hari terhitung sejak putusan perkara ini mempunyai
kekuatan hukum tetap, secara hukum pertimbangan berkaitan konsekuensi
hukum dari perbuatan melawan hukum dan bertalian dengan petitum
6, maka petitum 9 dapat dikabulkan; --------------------------------------------
------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Menghukum
TERGUGAT II untuk menyerahkan Sertifikat Hak Milik Nomor: 4126/
Kelurahan Hadimulyo Timur atas nama Agus Jamhari (TERGUGAT
II) tersebut kepada TERGUGAT V untuk dimusnahkan dalam tempo
7 (tujuh) hari sejak putusan dalam perkara ini mempunyai kekuatan
hukum tetap, oleh karena bertalian langsung dengan konsekuensi
hukum pada petitum 9, maka terhadap petitum 10 dapat dikabulkan;
----------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Menyatakan
136
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
Akta Jual Beli Nomor: 163/2016 tanggal 26 Agustus 2016 yang dibuat
di hadapan TURUT TERGUGAT II selaku Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) Kota Metro tidak sah dan batal demi hukum dengan segala
akibatnya, oleh karena sebagaimana pertimbangan hukum terhadap
batalnya jual beli jika terjadi apabila dilakukan dalam proses upaya
hukum dan status barang masih dalam sita jaminan maka terhadap
petitum 11 dapat dikabulkan; ------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Menyatakan
perbuatan TERGUGAT V yang telah melakukan pembaliknamaan
Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor: 4127/Kelurahan Hadimulyo Timur
yang semula tercatat atas nama Agus Jamhari (TERGUGAT II) menjadi
atas nama Hadri Abunawar (TERGUGAT III) adalah tidak sah dan cacat
hukum, sebagaimana adanya pertimbangan hukum tentang implikasi
hukum terhadap perbuatan melawan hukum para Tergugat bertalian
dengan petitum 5 Penggugat, maka terhadap petitum Penggugat 12
dapat dikabulkan; -------------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Menghukum
TERGUGAT III untuk menyerahkan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor:
4127/Kelurahan Hadimulyo Timur atas nama Hadri Abunawar
(TERGUGAT III) kepada TERGUGAT V untuk dimusnahkan dalam
tempo 7 (tujuh) hari sejak perkara ini mempunyai kekuatan hukum
tetap, oleh karena bertalian langsung dengan konsekuensi hukum pada
petitum 9 dan petitum 10, maka terhadap petitum 13 dapat dikabulkan;
------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Menghukum
TERGUGAT I, TERGUGAT II dan TERGUGAT III atau siapa saja yang
menguasai, menduduki serta memperoleh hak atas tanah sengketa untuk
mengosongkan tanah sengketa dari tanaman dan dari segala bentuk
bangunan yang ada di atasnya serta menyerahkan tanah sengketa
dalam keadaan kosong dan baik tanpa beban apapun, jika perlu dengan
bantuan pihak yang berwajib/kepolisian, oleh karena telah terbuktinya
perbuatan melawan hukum para Tergugat dan demi kepastian hukum
Penggugat dalam proses eksekusi nantinya serta oleh karena dalam
mengabulkannya tuntutan petitum penggugat mesti melihat hubungan
hukum secara linear dan terperinci antara posita dan petitum serta
memiliki dasar hak yang jelas dan merupakan suatu konsekuensi hukum
dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan para Tergugat tersebut,
137
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
maka Majelis Hakim berpendapat bahwa hal yang logis dan yuridis
yang mendasari dikabulkannya petitum ini, maka terhadap petitum
14 dapat dikabulkan; ----------------------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Menghukum
TERGUGAT I untuk membayar kerugian inmateriel kepada PENGGUGAT
sebesar Rp. 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) dengan
cara seketika dan sekaligus, oleh karena tidak didasarkan perhitungan
secara jelas, sinergi dan rasional utama keterkaitan antara posita dan
petitumnya maka petitum 15 haruslah ditolak; -------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Menghukum
TERGUGAT I, TERGUGAT II, TERGUGAT III dan TERGUGAT V secara
tanggung renteng untuk membayar uang paksa (dwangsoom) kepada
PENGGUGAT sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) untuk setiap
hari keterlambatan apabila lalai memenuhi isi putusan dalam pekara ini
terhitung sejak putusan dalam perkara ini mempunyai kekuatan hukum
tetap, oleh karena pengenaan belum begitu urgen untuk diterapkan
maka terhadap petitum 16 haruslah ditolak; ----------------------------------
--------------------------------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Meletakkan
Sita Jaminan (Conservatoir Beslag) terhadap Objek Lelang Nomor:
033/2009 tanggal 10 Juli 2009 tersebut yaitu sebidang tanah seluas
2.610 m2 (dua ribu enam ratus sepuluh meter persegi) dahulu dengan
Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor: 1256/Desa Hadimulyo, surat ukur
Nomor: 636/1996 tanggal13 Maret 1996 yang tercatat pemegang hak
atas nama Drs. Chairul Tabrani (PENGUGAT I) sekarang dengan Sertifikat
Hak MilikNomor: 4126/Kelurahan Hadimulyo Timur atas nama Agus
Jamhari (TERGUGAT II) dan Sertifikat Hak Milik (SHM) Nomor: 4127/
Kelurahan Hadimulyo Timur atas nama Hadri Abunawar (TERGUGAT
III) yang terletak di Jl. Diponegoro RT 19/RW 07, Kelurahan Hadimulyo
Timur, Kecamatan Metro Pusat, Kota Metro dahulu dengan batas-batas
sebagai berikut; ------------------------------------------------------
a. Sebelah Utara berbatasan dengan tanah Zanaryati
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Jalan Diponegoro
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Jalan Desa
d. Sebelah Barat berbatasan dengan tanah Sudarto dan tanah Yusuf
Oleh karena dalam perkara a quo tidak pernah diletakkan Sita
Jaminan (conservatoir beslag) maka terhadap petitum 17 haruslah
138
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
ditolak; ----------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa mengenai petitum Penggugat yang Menyatakan
bahwa putusan perkara a quo dapat dilaksanakan terlebih dahulu
meskipun ada upaya hukum banding maupun kasasi (Uitvoorbaar
bijvooraad), dengan tetap memperhatikan alasan-alasan pertimbangan di
atas, serta dengan menghubungkannya pula dengan SEMA No.3 Tahun
2000 tentang Putusan Serta Merta dan Provisionil, tidak terdapat alasan
yang tepat untuk itu sehingga sejauh terhadap tuntutan provisionil
sebagaimana petitum 18 Penggugat haruslah ditolak; ----------------------
-----------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
Majelis Hakim berpendapat gugatan Pengugat dapat dikabulkan sebagian;
--------------------------------------------------------------------------
Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat dikabulkan
sebagian dan para Tergugat berada di pihak yang kalah, maka para
Tergugat harus dihukum untuk membayar biaya perkara, dengan
demikian petitum 19 dapat dikabulkan; ----------------------------------------
--------------------------------
Memperhatikan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata, Pasal 163
HIR/Pasal 283 R.Bg dan peraturan-peraturan lain yang bersangkutan;
---------------------------------------------------------------------------
MENGADILI:
DALAM EKSEPSI
1. Menolak Eksepsi Tergugat I, II, III, IV dan V untuk seluruhnya;
Dalam Pokok Perkara
a. Mengabulkan gugatan Penggugat sebagian; -----------------------
-----------------------------------
b. Menyatakan PENGGUGAT adalah pembeli/pemenang
lelang yang beritikad baik maka secara hukum sah sebagai
pemilik Objek Lelang Nomor: 033/2009 tanggal 10 Juli 2009
berdasarkan Risalah Lelang Nomor: 033/2009 tertanggal 10
Juli 2009 yaitu berupa sebidang tanah seluas 2.610 m2 (dua
ribu enam ratus sepuluh meter persegi) dengan Sertifikat Hak
Milik (SHM) Nomor: 1256/Desa Hadimulyo, dengan surat
ukur Nomor: 636/1996 tanggal13 Maret 1996 yang terletak
139
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
140
BAB 5 ■ CONTOH PUTUSAN PENGADILAN UMUM ...
141
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
142
6
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan dalam bab sebelumnya,
berikut ini disampaikan kesimpulannya.
1. Sengketa/kasus pertanahan, di Indonesia mengandung
banyak dimensi, khususnya bernuansa Tata Usaha Negara
dan bernuansa perdata, di mana sebatas hak/milik menjadi
kewenangan perdata (peradilan umum) dan yang menyangkut
proses penerbitan administrasi hak yang berwenang mengadili
adalah peradilan Tata Usaha Negara; dasar kewenangan yang
dipunyai masing-masing lingkungan peradilan seyogianya tidak
harus saling menghilangkan kewenanangan absolut yang ada
pada ke-2 (dua) lingkungan peradilan baik umum maupun
peradilan Tata Usaha Negara, dengan memakai pemahaman
hakim baik hakim peradilan umum maupun hakim peradilan
tata usaha negara bahwa:
a. putusan Peradilan Tata Usaha Negara tidak harus mengabdi,
tunduk serta mengacu pada putusan peradilan umum
manakala terjadi dua putusan yang berseberangan; karena
kenyataannya terjadinya titik singgung kewenangan
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
B. SARAN
Berdasarkan penelitian dan paparan di atas, berikut beberapa
saran yang berkaitan dengan tema yang sedang topik kajian dalam
tulisan ini:
1. Perlu penegasan oleh lembaga peradilan tertinggi, untuk
menerbitkan pedoman atau payung hukum atau peraturan,
144
BAB 6 ■ PENUTUP
145
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
A.P. Perlindungan. Komentar Atas Undang-Undang Pokok Agraria.
Cetakan Kelima, Penerbit Alumni, Bandung, 1990, h. 97.
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum, Suatu Kajian Filosofis dan
Sosiologis, Chandra Pratama, Cetakan Pertama, Jakarta, 1996,
h. 246.
Asas-asas Hukum Adat tidak Mendapatkan Penjelasan dalam UUPA.
Djuhendah Hasan Menyatakan Asas Hukum Adat Antara Lain
Adalah Konan Konkret, Asas Kekeluargaan dan Asas Kepentingan
Umum di atas Kepentingan Pribadi. Cf. Djuhendah Hasan, Op.
cit., h. 114.
Aslan Noor, Konsep Hak Milik Atas Tanah Bagi Bangsa Indonesia,
Mandar Maju, Bandung, 2006, h. 28-29.
Bernadus Sukismo, Peradilan Pajak dalam Sistem Peradilan di
Indonesia Berdasarkan Undang-Undang 1945, Disertasi, Program
Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2001, h. 427.
Boedi Harsono, 1994, (Edisi Revisi), Hukum Agraria Indonesia.
Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria. Isi dan
Pelaksanaannya, Jilid 1, Penerbitan Djambatan, Jakarta. h. 225.
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
148
■ DAFTAR PUSTAKA
149
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
150
■ DAFTAR PUSTAKA
WAWANCARA
Kutipan Wawancara peneliti dengan Ketua Pengadilan Makassar,
tanggal 9 April 2019, transcript judul 110514_005.
Transkip 110516_001 tanggal 10 April 2019, Wawancara dengan
Ketua PN Makassar.
151
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
152
LAMPIRAN
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Menimbang:
a. bahwa peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan memerlukan dukungan jaminan kepastian
hukum di bidang pertanahan;
b. bahwa pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria ditugaskan kepada Pemerintah, merupakan sarana dalam
memberikan jaminan kepastian hukum yang dimaksudkan;
c. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah dipandang tidak dapat
lagi sepenuhnya mendukung tercapainya hasil yang lebih nyata pada pembangunan nasional, sehingga
perlu dilakukan penyempurnaan.
Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Vendu Reglement Staatsblad 1908 Nomor 189 juncto Vendu Instructie Staatsblad 1908 Nomor 190;
3. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara
Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043);
4. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3318);
5. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 42, Tambahan Lembaran Nomor 3632);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik (Lembaran Negara Tahun
1977 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3107);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor
7, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3372).
MEMUTUSKAN:
Menetapkan:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDAFTARAN TANAH
BAB I
KETENTUAN UMUM
1 / 49
155
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah
dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah
yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya;
2. Bidang tanah adalah bagian permukaan bumi yang merupakan satuan bidang yang berbatas.
3. Tanah Negara atau tanah yang dikuasai langsung oleh Negara adalah tanah yang tidak dipunyai dengan
sesuatu hak atas tanah.
4. Hak pengelolaan adalah hak menguasai dari Negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian
dilimpahkan kepada pemegangnya.
5. Hak atas tanah adalah hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, selanjutnya disebut UUPA.
6. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang
didaftar, termasuk keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan di atasnya.
7. Data yuridis adalah keterangan mengenai status hukum bidang tanah dan satuan rumah susun yang
didaftar, pemegang haknya dan hak pihak lain serta beban-beban lain yang membebaninya.
8. Ajudikasi adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka proses pendaftaran tanah untuk pertama kali,
meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa
obyek pendaftaran tanah untuk keperluan pendaftarannya.
9. Pendaftaran tanah untuk pertama kali adalah kegiatan pendaftaran tanah yang dilakukan terhadap obyek
pendaftaran tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang
Pendaftaran Tanah atau Peraturan Pemerintah ini.
10. Pendaftaran tanah secara sistematik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali yang
dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang belum didaftar dalam
wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan.
11. Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu
atau beberapa obyek pendaftaran tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa/kelurahan secara
individual atau massal.
12. Pemeliharaan data pendaftaran tanah adalah kegiatan pendaftaran tanah untuk menyesuaikan data fisik
dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertifikat
dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian.
13. Titik dasar teknik adalah titik yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran dan
perhitungan dalam suatu sistem tertentu yang berfungsi sebagai titik kontrol atau titik ikat untuk keperluan
pengukuran dan rekonstruksi batas.
14. Peta dasar pendaftaran adalah peta yang memuat titik-titik dasar teknik dan unsur-unsur geografis,
seperti sungai, jalan, bangunan dan batas fisik bidang-bidang tanah.
15. Peta pendaftaran adalah peta yang menggambarkan bidang atau bidang-bidang tanah untuk keperluan
pembukuan tanah.
16. Daftar tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang membuat identitas bidang tanah dengan suatu
2 / 49
156
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
sistem penomoran.
17. Surat ukur adalah dokumen yang memuat data fisik suatu bidang tanah dalam bentuk peta dan uraian.
18. Daftar nama adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat keterangan mengenai penguasaan
tanah dengan sesuatu hak atas tanah, atau hak pengelolaan dan mengenai pemilikan hak milik atas
satuan rumah susun oleh orang perseorangan atau badan hukum tertentu.
19. Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data fisik suatu obyek
pendaftaran tanah yang sudah ada haknya.
20. Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA
untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak
tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang bersangkutan.
21. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang Agraria/pertanahan.
22. Badan Pertanahan Nasional adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang bidang tugasnya
meliputi bidang pertanahan.
23. Kantor Pertanahan adalah unit kerja Badan Pertanahan Nasional di wilayah kabupaten atau kotamadya,
yang melakukan pendaftaran hak atas tanah dan pemeliharaan daftar umum pendaftaran tanah.
24. Pejabat Pembuat Akta Tanah, selanjutnya disebut PPAT adalah Pejabat umum yang diberi kewenangan
untuk membuat akta-akta tanah tertentu.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2
Pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan asas sederhana, aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka.
Pasal 3
Pendaftaran tanah bertujuan:
a. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang
tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan
dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan;
b. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar
dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai
bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar, untuk terselenggaranya tertib
administrasi pertanahan.
Pasal 4
(1) Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a
kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah.
(2) Untuk melaksanakan fungsi informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b data fisik dan data
yuridis dari bidang tanah dan satuan rumah susun yang sudah terdaftar terbuka untuk umum.
(3) Untuk mencapai tertib administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, setiap bidang tanah
3 / 49
157
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
dan satuan rumah susun termasuk peralihan, pembebanan, dan hapusnya hak atas bidang tanah dan hak
milik atas satuan rumah susun wajib didaftar.
BAB III
POKOK-POKOK PENYELENGGARAAN PENDAFTARAN TANAH
Bagian Kesatu
Penyelenggara Dan Pelaksana Pendaftaran Tanah
Pasal 5
Pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Badan Pertanahan Nasional.
Pasal 6
(1) Dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 tugas
pelaksanaan pendaftaran tanah dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan, kecuali kegiatan-kegiatan
tertentu yang oleh Peraturan Pemerintah ini atau perundang-undangan yang bersangkutan ditugaskan
kepada Pejabat lain.
(2) Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain
yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
Pasal 7
(1) PPAT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.
(2) Untuk desa-desa dalam wilayah yang terpencil Menteri dapat menunjuk PPAT Sementara.
(3) Peraturan jabatan PPAT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah
tersendiri.
Pasal 8
(1) Dalam melaksanakan Pendaftaran Tanah Sistematik, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Panitia
Ajudikasi yang dibentuk oleh Menteri atau Pejabat yang ditunjuk.
(2) Susunan Panitia Ajudkasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. seorang Ketua Panitia, merangkap anggota yang dijabat oleh seorang pegawai Badan Pertanahan
Nasional;
b. beberapa orang anggota yang terdiri dari:
1) seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai kemampuan pengetahuan di
bidang pendaftaran tanah;
2) seorang pegawai Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai kemampuan pengetahuan di
bidang hak-hak atas tanah;
4 / 49
158
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
3) Kepala Desa/Kelurahan yang bersangkutan dan atau seorang Pamong Desa/Kelurahan yang
ditunjuknya.
(3) Keanggotaan Panitia Ajudikasi dapat ditambah dengan seorang anggota yang sangat diperlukan dalam
penilaian kepastian data yuridis mengenai bidang-bidang tanah di wilayah desa/kelurahan yang
bersangkutan.
(4) Dalam melaksanakan tugasnya Panitia Ajudikasi dibantu oleh satuan tugas pengukuran dan pemetaan,
satuan tugas pengumpul data yuridis dan satuan tugas administrasi yang tugas, susunan dan
kegiatannya diatur oleh Menteri
(5) Tugas dan wewenang Ketua dan anggota Panitia Ajudikasi diatur oleh Menteri.
Bagian Kedua
Obyek Pendaftaran Tanah
Pasal 9
(1) Obyek pendaftaran tanah meliputi:
a. Bidang-bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan dan
hak pakai;
b. tanah hak pengelolaan;
c. tanah wakaf;
d. hak milik atas satuan rumah susun;
e. hak tanggungan;
f. tanah Negara.
(2) Dalam hal tanah Negara sebagai obyek pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f,
pendaftarannya dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang merupakan tanah Negara dalam
daftar tanah.
Bagian Ketiga
Satuan Wilayah Tata Usaha Pendaftaran Tanah
Pasal 10
(1) Satuan wilayah tata usaha pendaftaran tanah adalah desa atau kelurahan.
(2) Khusus untuk pendaftaran tanah hak guna usaha, hak pengelolaan, hak tanggungan dan tanah Negara
satuan wilayah tata usaha pendaftarannya adalah Kabupaten/Kotamadya.
Bagian Keempat
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah
Pasal 11
5 / 49
159
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Pelaksanaan pendaftaran tanah meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan pemeliharaan data
pendaftaran tanah.
Pasal 12
(1) Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali meliputi:
a. pengumpulan dan pengolahan data fisik;
b. pembuktian hak dan pembukuannya;
c. penerbitan sertifikat;
d. penyajian data fisik dan data yuridis;
e. penyimpanan daftar umum dan dokumen.
(2) Kegiatan pemeliharaan data pendaftaran tanah meliputi:
a. pendaftaran perubahan dan pembebanan hak;
b. pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah lainnya.
BAB IV
PENDAFTARAN TANAH UNTUK PERTAMA KALI
Bagian Kesatu
Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali
Pasal 13
(1) Pendaftaran tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan
pendaftaran tanah secara sporadik.
(2) Pendaftaran tanah secara sistematik didasarkan pada suatu rencana kerja dan dilaksanakan di wilayah-
wilayah yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Dalam hal suatu desa/kelurahan belum ditetapkan sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistematik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), pendaftarannya dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara
sporadik.
(4) Pendaftaran tanah secara sporadik dilaksanakan atas permintaan pihak yang berkepentingan.
Bagian Kedua
Pengumpulan Dan Pengolahan Data Fisik
Paragraf 1
Pengukuran Dan Pemetaan
6 / 49
160
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Pasal 14
(1) Untuk keperluan pengumpulan dan pengolahan data fisik dilakukan kegiatan pengukuran dan pemetaan.
(2) Kegiatan pengukuran dan pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. pembuatan peta dasar pendaftaran;
b. penetapan batas bidang-bidang tanah;
c. pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta pendaftaran;
d. pembuatan daftar tanah;
e. pembuatan surat ukur.
Paragraf 2
Pembuatan Peta Dasar Pendaftaran
Pasal 15
(1) Kegiatan pendaftaran tanah secara sistematik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) dimulai
dengan pembuatan peta dasar pendaftaran.
(2) Di wilayah-wilayah yang belum ditunjuk sebagai wilayah pendaftaran tanah secara sistematik oleh Badan
Pertanahan Nasional diusahakan tersedianya peta dasar pendaftaran untuk keperluan pendaftaran tanah
secara sporadik.
Pasal 16
(1) Untuk keperluan pembuatan peta dasar pendaftaran Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan
pemasangan, pengukuran, pemetaan dan pemeliharaan titik-titik dasar teknik nasional di setiap
Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II.
(2) Pengukuran untuk pembuatan peta dasar pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diikatkan
dengan titik-titik dasar teknik nasional sebagai kerangka dasarnya.
(3) Jika di suatu daerah tidak ada atau belum ada titik-titik dasar teknik nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), dalam melaksanakan pengukuran untuk pembuatan peta dasar pendaftaran dapat
digunakan titik dasar teknik lokal yang bersifat sementara, yang kemudian diikatkan dengan titik dasar
teknik nasional.
(4) Peta dasar pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) menjadi dasar untuk
pembuatan peta pendaftaran.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengukuran dan pemetaan titik dan teknik nasional dan pembuatan peta
dasar pendaftaran ditetapkan oleh Menteri.
Paragraf 3
Penetapan Batas Bidang-bidang Tanah
Pasal 17
7 / 49
161
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
(1) Untuk memperoleh data fisik yang diperlukan bagi pendaftaran tanah bidang-bidang tanah yang akan
dipetakan diukur, setelah ditetapkan letaknya, batas batasnya dan menurut keperluannya ditempatkan
tanda-tanda batas di setiap sudut bidang tanah yang bersangkutan.
(2) Dalam penetapan batas bidang tanah pada pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah
secara sporadik diupayakan penataan batas berdasarkan kesepakatan para pihak yang berkepentingan.
(3) Penempatan tanda-tanda batas termasuk pemeliharaannya wajib dilakukan oleh pemegang hak atas
tanah yang bersangkutan.
(4) Bentuk. ukuran, dan teknis penempatan tanda batas ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 18
(1) Penetapan batas bidang tanah yang sudah dipunyai dengan suatu hak yang belum terdaftar atau yang
sudah terdaftar tetapi belum ada surat ukur/gambar situasinya atau surat ukur/gambar situasi yang ada
tidak sesuai lagi dengan keadaan yang sebenarnya. dilakukan oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran
tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik,
berdasarkan penunjukan batas oleh pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dan sedapat mungkin
disetujui oleh para pemegang hak atas tanah yang berbatasan.
(2) Penetapan batas bidang tanah yang akan diberikan dengan hak baru dilakukan sesuai ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau atas penunjukan instansi yang berwenang.
(3) Dalam menetapkan batas-batas bidang tanah Panitia Ajudikasi atau Kepala Kantor Pertanahan
memperhatikan batas-batas bidang atau bidang-bidang tanah yang telah terdaftar dan surat ukur atau
gambar situasi yang bersangkutan.
(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dituangkan dalam suatu berita acara yang
ditandatangani oleh mereka yang memberikan persetujuan.
(5) Bentuk berita acara sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 19
(1) Jika dalam penetapan batas bidang tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) tidak diperoleh
kesepakatan antara pemegang hak atas tanah yang bersangkutan dengan pemegang hak atas tanah
yang berbatasan, pengukuran bidang tanahnya diupayakan untuk sementara dilakukan berdasarkan
batas-batas yang menurut kenyataannya merupakan batas-batas bidang-bidang tanah yang
bersangkutan.
(2) Hak pada waktu yang telah ditentukan pemegang hak atas tanah yang bersangkutan atau para pemegang
hak atas tanah yang berbatasan tidak. hadir setelah dilakukan pemanggilan, pengukuran bidang
tanahnya, untuk sementara dilakukan sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketua Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau Kepala Kantor Pertanahan dalam
pendaftaran tanah secara sporadik membuat berita acara mengenai dilakukannya pengukuran sementara
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), termasuk mengenai belum diperolehnya kesepakatan
batas atau ketidakhadiran pemegang hak atas tanah yang bersangkutan.
(4) Dalam gambar ukur sebagai hasil pengukuran sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dibubuhkan catatan atau tanda yang menunjukkan bahwa batas-batas bidang tanah tersebut baru
merupakan batas-batas sementara.
(5) Dalam hal telah diperoleh kesepakatan melalui musyawarah mengenai batas-batas yang dimaksudkan
atau diperoleh kepastiannya berdasarkan putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap, diadakan penyesuaian terhadap data yang ada pada peta pendaftaran yang bersangkutan.
8 / 49
162
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Paragraf 4
Pengukuran Dan Pemetaan Bidang-bidang Tanah Dan Pembuatan Peta Pendaftaran
Pasal 20
(1) Bidang-bidang tanah yang sudah ditetapkan batas batasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,
Pasal 18 dan Pasal 19 diukur dan selanjutnya dipetakan dalam peta dasar pendaftaran.
(2) Jika dalam wilayah pendaftaran tanah secara sporadik belum ada peta dasar pendaftaran, dapat
digunakan peta lain, sepanjang peta tersebut memenuhi syarat untuk pembuatan peta pendaftaran.
(3) Jika dalam wilayah dimaksud belum tersedia peta dasar pendaftaran maupun peta lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), pembuatan peta dasar pendaftaran dilakukan bersamaan dengan pengukuran
dan pemetaan bidang tanah yang bersangkutan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengukuran dan pemetaan bidang-bidang tanah dan pembuatan peta
pendaftaran ditetapkan oleh Menteri.
Paragraf 5
Pembuatan Daftar Tanah
Pasal 21
(1) Bidang atau bidang-bidang tanah yang sudah dipetakan atau dibubuhkan nomor pendaftarannya pada
peta pendaftaran dibukukan dalam daftar tanah.
(2) Bentuk, isi, cara pengisian, penyimpanan dan pemeliharaan daftar tanah diatur oleh Menteri.
Paragraf 6
Pembuatan Surat Ukur
Pasal 22
(1) Bagi bidang-bidang tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, b dan c yang sudah
diukur serta dipetakan dalam peta pendaftaran, dibuatkan surat ukur untuk keperluan pendaftaran haknya.
(2) Untuk wilayah-wilayah pendaftaran tanah secara sporadik yang belum tersedia peta pendaftaran, surat
ukur dibuat dari hasil pengukuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20.
(3) Bentuk, isi, cara pengisian, penyimpanan dan pemeliharaan surat ukur ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Ketiga
Pembuktian Hak Dan Pembukuannya
Paragraf 1
9 / 49
163
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Pasal 23
Untuk keperluan pendaftaran hak:
a. hak atas tanah baru dibuktikan dengan:
1) penetapan pemberian hak dari Pejabat yang berwenang memberikan hak yang bersangkutan
menurut ketentuan yang berlaku apabila pemberian hak tersebut berasal dari tanah Negara atau
tanah hak pengelolaan;
2) asli akta PPAT yang memuat pemberian hak tersebut oleh pemegang hak milik kepada penerima.
hak yang bersangkutan apabila mengenai hak guna bangunan dan hak pakai atas tanah hak milik;
b. hak pengelolaan dibuktikan dengan penetapan pemberian hak pengelolaan oleh Pejabat yang
berwenang;
c. tanah wakaf dibuktikan dengan akta ikrar wakaf;
d. hak milik atas satuan rumah susun dibuktikan dengan akta pemisahan;
e. pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak tanggungan.
Paragraf 2
Pembuktian Hak Lama
Pasal 24
(1) Untuk keperluan pendaftaran hak, hak atas tanah yang berasal dari konversi hak-hak lama dibuktikan
dengan alat-alat bukti mengenai adanya hak tersebut berupa bukti-bukti tertulis, keterangan saksi dan
atau pernyataan yang bersangkutan yang kadar kebenarannya oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran
tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik,
dianggap cukup untuk mendaftar hak, pemegang hak dan hak-hak pihak lain yang membebaninya.
(2) Dalam hal tidak atau tidak lagi tersedia secara lengkap alat-alat pembuktian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), pembukuan hak dapat dilakukan berdasarkan kenyataan penguasaan fisik bidang tanah yang
bersangkutan selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut-turut oleh pemohon pendaftaran
dan pendahulu pendahulunya, dengan syarat :
a. penguasaan tersebut dilakukan dengan itikad baik dan secara terbuka oleh yang bersangkutan
sebagai yang berhak atas tanah, serta diperkuat oleh kesaksian orang yang dapat dipercaya.
b. penguasaan tersebut baik sebelum maupun selama pengumuman sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 tidak dipermasalahkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang
bersangkutan ataupun pihak lainnya.
Pasal 25
(1) Dalam rangka menilai kebenaran alat bukti sebagaimana dimaksud Pasal 24 dilakukan pengumpulan dan
penelitian data yuridis mengenai bidang tanah yang bersangkutan oleh Panitia Ajudikasi dalam
pendaftaran tanah secara sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah
secara sporadik.
(2) Hasil penelitian alat-alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam suatu daftar isian
10 / 49
164
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Pasal 26
(1) Daftar isian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2) beserta peta bidang atau bidang-bidang
tanah yang bersangkutan sebagai hasil pengukuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
diumumkan selama 30 (tiga puluh) hari dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau 60 (enam puluh)
hari dalam pendaftaran tanah secara sporadik untuk memberi kesempatan kepada pihak yang
berkepentingan mengajukan keberatan.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di Kantor Panitia Ajudikasi dan Kantor
Kepala Desa/Kelurahan letak tanah yang bersangkutan dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau
di kantor Pertanahan dan Kantor Kepala Desa/Kelurahan letak tanah yang bersangkutan dalam
pendaftaran tanah secara sporadik serta di tempat lain yang dianggap perlu.
(3) Selain pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), dalam hal pendaftaran tanah
secara sporadik individual, pengumuman dapat dilakukan melalui media massa.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3)
ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 27
(1) Jika dalam jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) ada yang
mengajukan keberatan mengenai data fisik dan atau data yuridis yang diumumkan, Ketua Panitia
Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran
tanah secara sporadik mengusahakan agar secepatnya keberatan yang diajukan diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat.
(2) Jika usaha penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
membawa hasil, dibuatkan berita acara penyelesaian dan jika penyelesaian yang dimaksudkan
mengakibatkan perubahan pada apa yang diumumkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1) perubahan tersebut diadakan pada peta bidang-bidang tanah dan atau daftar isian yang
bersangkutan.
(3) Jika usaha penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat dilakukan atau tidak membawa hasil, Ketua Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara
sistematik dan Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik memberitahukan
secara tertulis kepada pihak yang mengajukan keberatan agar mengajukan gugatan mengenai data fisik
dan atau data yuridis yang disengketakan ke Pengadilan.
Pasal 28
(1) Setelah jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) berakhir, data fisik
dan data yuridis yang diumumkan tersebut oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara
sistematik atau oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik disahkan
dengan suatu berita acara yang bentuknya ditetapkan oleh Menteri.
(2) Jika setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1)
masih ada kekuranglengkapan data fisik dan atau data yuridis yang bersangkutan atau masih ada
keberatan yang belum diselesaikan, pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
catatan mengenai hal-hal yang belum lengkap dan atau keberatan yang belum diselesaikan.
(3) Berita acara pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi dasar untuk:
11 / 49
165
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Paragraf 3
Pembukuan Hak
Pasal 29
(1) Hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf dan hak milik atas satuan rumah susun didaftar dengan
membukukannya dalam buku tanah yang memuat data yuridis dan data fisik bidang tanah yang
bersangkutan, dan sepanjang ada surat ukurnya dicatat pula pada surat ukur tersebut.
(2) Pembukuan dalam buku tanah serta pencatatannya pada surat ukur sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan bukti bahwa hak yang bersangkutan beserta pemegang haknya dan bidang tanahnya yang
diuraikan dalam surat ukur secara hukum telah di daftar menurut Peraturan Pemerintah ini.
(3) Pembukuan hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan alat bukti yang dimaksud
dalam Pasal 23 dan berita acara pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28.
Pasal 30
(1) Atas dasar alat bukti dan berita acara pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (3) hak
atas bidang tanah:
a. yang data fisik dan data yuridisnya sudah lengkap dan tidak ada yang disengketakan, dilakukan
pembukuannya dalam buku tanah menurut ketentuan Pasal 29 ayat (1);
b. yang data fisik atau data yuridisnya belum lengkap dilakukan pembukuannya dalam buku tanah
dengan catatan mengenai hal-hal yang belum lengkap;
c. yang data fisik dan atau data yuridisnya disengketakan tetapi tidak diajukan gugatan ke Pengadilan
dilakukan pembukuannya dalam buku tanah dengan catatan mengenai adanya sengketa tersebut
dan kepada pihak yang berkeberatan diberitahukan oleh Ketua Panitia Ajudikasi untuk pendaftaran
tanah secara sistematik atau Kepala Kantor Pertanahan untuk pendaftaran tanah secara sporadik
untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai data yang disengketakan dalam waktu 60
(enam puluh) hari dalam pendaftaran tanah secara sistematik dan 90 (sembilan puluh) hari dalam
pendaftaran tanah secara sporadik dihitung sejak disampaikannya pemberitahuan tersebut;
d. yang data fisik dan atau data yuridisnya disengketakan dan diajukan gugatan ke Pengadilan tetapi
tidak ada perintah dari Pengadilan untuk status quo dan tidak ada putusan penyitaan dari
Pengadilan, dilakukan pembukuannya dalam buku tanah dengan catatan mengenai adanya
sengketa tersebut serta hal-hal yang disengketakan;
e. yang data fisik atau data yuridisnya disengketakan dan diajukan ke Pengadilan serta ada perintah
untuk status quo atau putusan penyitaan dari Pengadilan, dibukukan dalam buku tanah dengan
mengosongkan nama pemegang haknya dan hal-hal lain yang disengketakan serta mencatat di
dalamnya adanya sita atau perintah status quo tersebut.
(2) Catatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dihapus apabila:
a. telah diserahkan tambahan alat pembuktian yang diperlukan; atau
b. telah lewat waktu 5 (lima) tahun tanpa ada yang mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai
12 / 49
166
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Bagian Keempat
Penerbitan Sertifikat
Pasal 31
(1) Sertifikat diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang bersangkutan sesuai dengan data fisik dan
data yuridis yang telah didaftar dalam buku tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1).
(2) Jika di dalam buku tanah terdapat catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf b yang
menyangkut data yuridis, atau catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf c, d, dan e
yang menyangkut data fisik maupun data yuridis penerbitan sertifikat ditangguhkan sampai catatan yang
bersangkutan dihapus.
(3) Sertifikat hanya boleh diserahkan kepada pihak yang namanya tercantum dalam buku tanah yang
bersangkutan sebagai pemegang hak atau kepada pihak lain yang dikuasakan olehnya.
(4) Mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun kepunyaan bersama beberapa orang
atau badan hukum diterbitkan satu sertifikat, yang diterimakan kepada salah satu pemegang hak bersama
atas penunjukan tertulis para pemegang hak bersama yang lain.
(5) Mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun kepunyaan bersama sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dapat diterbitkan sertifikat sebanyak jumlah pemegang hak bersama untuk
diberikan kepada tiap pemegang hak bersama yang bersangkutan, yang memuat nama serta besarnya
bagian masing-masing dari hak bersama tersebut.
(6) Bentuk, isi, cara pengisian dan penandatanganan sertifikat ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 32
13 / 49
167
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
(1) Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai
data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai
dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
(2) Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah atas nama orang atau badan
hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak
lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut
apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertifikat itu tidak mengajukan keberatan secara
tertulis kepada pemegang sertifikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak
mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertifikat tersebut.
Bagian Kelima
Penyajian Data Fisik Dan Data Yuridis
Pasal 33
(1) Dalam rangka penyajian data fisik dan data yuridis, Kantor Pertanahan menyelenggarakan tata usaha
pendaftaran tanah dalam daftar umum yang terdiri dari peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku
tanah dan daftar nama.
(2) Bentuk, cara pengisian, penyimpanan, pemeliharaan, dan penggantian peta pendaftaran, daftar tanah,
surat ukur, buku tanah dan daftar nama ditetapkan oleh Menteri.
Pasal 34
(1) Setiap orang yang berkepentingan berhak mengetahui data fisik dan data yuridis yang tersimpan di dalam
peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur dan buku tanah.
(2) Data fisik dan data yuridis yang tercantum dalam daftar nama hanya terbuka bagi instansi Pemerintah
tertentu untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.
(3) Persyaratan dan tata cara untuk memperoleh keterangan mengenai data sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Keenam
Penyimpanan Daftar Umum Dan Dokumen
Pasal 35
(1) Dokumen-dokumen yang merupakan alat pembuktian yang telah digunakan sebagai dasar pendaftaran
diberi tanda pengenal dan disimpan di Kantor Pertanahan yang bersangkutan atau di tempat lain yang
ditetapkan oleh Menteri, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari daftar umum.
(2) Peta pendaftaran, daftar tanah, surat ukur, buku tanah, daftar nama dan dokumen-dokumen sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus tetap berada di Kantor Pertanahan yang bersangkutan atau di tempat lain
yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Dengan izin tertulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya dapat diberikan petikan, salinan atau
rekaman dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada instansi lain yang memerlukan untuk
pelaksanaan tugasnya.
14 / 49
168
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
(4) Atas perintah Pengadilan yang sedang mengadili suatu perkara, asli dokumen sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibawa oleh Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan atau Pejabat yang ditunjuknya
ke sidang Pengadilan tersebut untuk diperlihatkan kepada Majelis Hakim dan para pihak yang
bersangkutan.
(5) Secara bertahap data pendaftaran tanah disimpan dan disajikan dengan menggunakan peralatan
elektronik dan mikrofilm.
(6) Rekaman dokumen yang dihasilkan alat elektronik atau mikrofilm sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
mempunyai kekuatan pembuktian sesudah ditandatangani dan dibubuhi cap dinas oleh Kepala Kantor
Pertanahan yang bersangkutan.
(7) Bentuk, cara penyimpanan, penyajian dan penghapusan dokumen-dokumen sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), demikian juga cara penyimpanan dan penyajian data pendaftaran tanah
dengan alat elektronik dan mikrofilm sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditetapkan oleh Menteri.
BAB V
PEMELIHARAAN DATA PENDAFTARAN TANAH
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 36
(1) Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik atau data
yuridis obyek pendaftaran tanah yang telah terdaftar.
(2) Pemegang hak yang bersangkutan wajib mendaftarkan perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kepada Kantor Pertanahan.
Bagian Kedua
Pendaftaran Peralihan Dan Pembebanan Hak
Paragraf 1
Pemindahan Hak
Pasal 37
(1) Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah,
pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak
melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang
berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Dalam keadaan tertentu sebagaimana yang ditentukan oleh Menteri Kepala Kantor Pertanahan dapat
mendaftar pemindahan hak atas bidang tanah hak milik, yang dilakukan di antara perorangan warga
negara Indonesia yang dibuktikan dengan akta yang tidak dibuat oleh PPAT, tetapi yang menurut Kepala
Kantor Pertanahan tersebut kadar kebenarannya dianggap cukup untuk mendaftar pemindahan hak yang
bersangkutan.
15 / 49
169
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Pasal 38
(1) Pembuatan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dihadiri oleh para pihak yang
melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan dan disaksikan oleh sekurang kurangnya 2 (dua) orang
saksi yang memenuhi syarat untuk bertindak sebagai saksi dalam perbuatan hukum itu.
(2) Bentuk, isi dan cara pembuatan akta-akta PPAT diatur oleh Menteri.
Pasal 39
(1) PPAT menolak untuk membuat akta, jika:
a. mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah susun, kepadanya
tidak disampaikan sertifikat asli hak yang bersangkutan atau sertifikat yang diserahkan tidak sesuai
dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan; atau
b. mengenai bidang tanah yang belum terdaftar, kepadanya tidak disampaikan:
1) surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) atau surat keterangan
Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menguasai bidang
tanah tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2); dan
2) surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum
besertifikat dari Kantor Pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari
kedudukan Kantor Pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan
oleh Kepala Desa/Kelurahan; atau
c. salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan atau salah
satu saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 tidak berhak atau tidak memenuhi syarat untuk
bertindak demikian; atau
d. salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat kuasa mutlak yang pada
hakikatnya berisikan perbuatan hukum pemindahan hak; atau
e. untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh izin Pejabat atau instansi yang
berwenang, apabila izin tersebut diperlukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;
atau
f. obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam sengketa mengenai data fisik dan atau
data yuridisnya; atau
g. tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan yang bersangkutan.
(2) Penolakan untuk membuat akta tersebut diberitahukan secara tertulis kepada pihak-pihak yang
bersangkutan disertai alasannya.
Pasal 40
(1) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT
wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor
Pertanahan untuk didaftar.
(2) PPAT wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kepada para pihak yang bersangkutan.
16 / 49
170
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Paragraf 2
Pemindahan Hak Dengan Lelang
Pasal 41
(1) Peralihan hak melalui pemindahan hak dengan lelang hanya dapat didaftar jika dibuktikan dengan kutipan
risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang.
(2) Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sebelum suatu bidang tanah atau satuan rumah susun dilelang
baik dalam rangka lelang eksekusi maupun lelang non eksekusi, Kepala Kantor Lelang wajib meminta
keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 kepada Kantor Pertanahan mengenai bidang tanah
atau satuan rumah susun yang akan dilelang.
(3) Kepala Kantor Pertanahan mengeluarkan keterangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) selambat-
lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah diterimanya permintaan dari Kepala Kantor Lelang.
(4) Kepala Kantor Lelang menolak melaksanakan lelang, apabila:
a. mengenai tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah susun:
1) kepadanya tidak diserahkan sertifikat asli hak yang bersangkutan, kecuali dalam hal lelang
eksekusi yang dapat tetap dilaksanakan walaupun sertifikat asli hak tersebut tidak diperoleh
oleh Pejabat Lelang dari pemegang haknya; atau
2) sertifikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan;
atau
b. mengenai bidang tanah yang belum terdaftar, kepadanya tidak disampaikan :
1) surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1), atau surat keterangan
Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menguasai bidang
tanah tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2); dan
2) surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum
besertifikat dari Kantor Pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari
kedudukan Kantor Pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan
oleh Kepala Desa/Kelurahan; atau
c. ada perintah Pengadilan Negeri untuk tidak melaksanakan lelang berhubung dengan sengketa
mengenai tanah yang bersangkutan.
(5) Untuk pendaftaran peralihan hak yang diperoleh melalui lelang disampaikan kepada Kepala Kantor
Pertanahan:
a. kutipan risalah lelang yang bersangkutan;
b.
1) sertifikat hak milik atas satuan rumah susun atau hak atas tanah yang dilelang jika bidang
tanah yang bersangkutan sudah terdaftar; atau
2) dalam hal sertifikat tersebut tidak diserahkan kepada pembeli lelang eksekusi, surat
keterangan dari Kepala Kantor Lelang mengenai alasan tidak diserahkannya sertifikat
tersebut; atau
3) jika bidang tanah yang bersangkutan belum terdaftar, surat-surat sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) huruf b Pasal ini;
c. bukti identitas pembeli lelang;
17 / 49
171
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Paragraf 3
Peralihan Hak Karena Pewarisan
Pasal 42
(1) Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang tanah hak yang sudah didaftar dan
hak milik atas satuan rumah susun sebagai yang diwajibkan menurut ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36, wajib diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah
susun yang bersangkutan sebagai warisan kepada Kantor Pertanahan, sertifikat hak yang bersangkutan,
surat kematian orang yang namanya dicatat sebagai pemegang haknya dan surat tanda bukti sebagai ahli
waris.
(2) Jika bidang tanah yang merupakan warisan belum didaftar, wajib diserahkan juga dokumen-dokumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1) huruf b.
(3) Jika penerima warisan terdiri dari satu orang, pendaftaran peralihan hak tersebut dilakukan kepada orang
tersebut berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Jika penerima warisan lebih dari satu orang dan waktu peralihan hak tersebut didaftarkan disertai dengan
akta pembagian waris yang memuat keterangan bahwa hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah
susun tertentu jatuh kepada seorang penerima warisan tertentu, pendaftaran peralihan hak atas tanah
atau hak milik atas satuan rumah susun itu dilakukan kepada penerima warisan yang bersangkutan
berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris dan akta pembagian waris tersebut.
(5) Warisan berupa hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang menurut akta pembagian
waris harus dibagi bersama antara beberapa penerima warisan atau waktu didaftarkan belum ada akta
pembagian warisnya, didaftar peralihan haknya kepada para penerima waris yang berhak sebagai hak
bersama mereka berdasarkan surat tanda bukti sebagai ahli waris dan/atau akta pembagian waris
tersebut.
Paragraf 4
Peralihan Hak Karena Penggabungan Atau Peleburan Perseroan Atau Koperasi
Pasal 43
(1) Peralihan hak atas tanah, hak pengelolaan, atau hak milik atas satuan rumah susun karena
penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang tidak didahului dengan likuidasi perseroan
atau koperasi yang bergabung atas melebur dapat didaftar berdasarkan akta yang membuktikan
terjadinya penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang bersangkutan setelah
penggabungan atau peleburan tersebut disahkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Peralihan hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun karena penggabungan atau peleburan
perseroan atau koperasi yang didahului dengan likuidasi perseroan atau koperasi yang bergabung atau
melebur didaftar berdasarkan pemindahan hak dalam rangka likuidasi yang dibuktikan dengan akta yang
dibuat oleh PPAT yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1).
Paragraf 5
18 / 49
172
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Pembebanan Hak
Pasal 44
(1) Pembebanan hak tanggungan pada hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun, pembebanan
hak guna bangunan, hak pakai dan hak sewa untuk bangunan atas hak milik, dan pembebanan lain pada
hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang ditentukan dengan peraturan perundang-
undangan dapat didaftar jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Pasal 39, dan Pasal 40 berlaku juga untuk
pembuatan akta PPAT yang dimaksud pada ayat (1).
Paragraf 6
Penolakan Pendaftaran Peralihan Dan Pembebanan Hak
Pasal 45
(1) Kepala Kantor Pertanahan menolak untuk melakukan pendaftaran peralihan atau pembebanan hak, jika
salah satu syarat di bawah ini tidak dipenuhi:
a. sertifikat atau surat keterangan tentang keadaan hak atas tanah tidak sesuai lagi dengan daftar-
daftar yang ada pada Kantor Pertanahan;
b. perbuatan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) tidak dibuktikan dengan akta
PPAT atau kutipan risalah lelang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, kecuali dalam keadaan
tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (2);
c. dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran peralihan atau pembebanan hak yang bersangkutan
tidak lengkap;
d. tidak dipenuhi syarat lain yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan;
e. tanah yang bersangkutan merupakan obyek sengketa di Pengadilan.
f. perbuatan hukum yang dibuktikan dengan akta PPAT batal atau dibatalkan oleh putusan
Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; atau
g. perbualan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) dibatalkan oleh para pihak
sebelum didaftar oleh Kantor Pertanahan.
(2) Penolakan Kepala Kantor Pertanahan dilakukan secara tertulis, dengan menyebut alasan-alasan
penolakan itu.
(3) Surat penolakan disampaikan kepada yang berkepentingan, disertai pengembalian berkas
permohonannya, dengan salinan kepada PPAT atau Kepala Kantor Lelang yang bersangkutan.
Paragraf 7
Lain-lain
Pasal 46
19 / 49
173
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan pendaftaran peralihan dan pembebanan hak atas
tanah dan hak milik atas satuan rumah susun ditetapkan oleh Menteri.
Bagian Ketiga
Pendaftaran Perubahan Data Pendaftaran Tanah Lainnya
Paragraf 1
Perpanjangan Jangka Waktu Hak Atas Tanah
Pasal 47
Pendaftaran perpanjangan jangka waktu hak atas tanah dilakukan dengan mencatatnya pada buku tanah dan
sertifikat hak yang bersangkutan berdasarkan keputusan Pejabat yang berwenang yang memberikan
perpanjangan jangka waktu hak yang bersangkutan.
Paragraf 2
Pemecahan, Pemisahan Dan Penggabungan Bidang Tanah
Pasal 48
(1) Atas permintaan pemegang hak yang bersangkutan, satu bidang tanah yang sudah didaftar dapat dipecah
secara sempurna menjadi beberapa bagian, yang masing-masing merupakan satuan bidang baru dengan
status hukum yang sama dengan bidang tanah semula.
(2) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk tiap bidang dibuatkan surat ukur, buku tanah dan
sertifikat untuk menggantikan surat ukur, buku tanah dan sertifikat asalnya.
(3) Jika hak atas tanah yang bersangkutan dibebani hak tanggungan, dan atau beban-beban lain yang
terdaftar, pemecahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) baru boleh dilaksanakan setelah diperoleh
persetujuan tertulis dari pemegang hak tanggungan atau pihak lain yang berwenang menyetujui
penghapusan beban yang bersangkutan.
(4) Dalam pelaksanaan pemecahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sepanjang mengenai tanah
pertanian, wajib memperhatikan ketentuan mengenai batas minimal sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 49
(1) Atas permintaan pemegang hak yang bersangkutan, dari satu bidang tanah yang sudah didaftar dapat
dipisahkan sebagian atau beberapa bagian, yang selanjutnya merupakan satuan bidang baru dengan
status hukum yang sama dengan bidang tanah semula.
(2) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk satuan bidang baru yang dipisahkan dibuatkan
surat ukur, buku tanah dan sertifikat sebagai satuan bidang tanah baru dan pada peta pendaftaran, daftar
tanah, surat ukur, buku tanah dan sertifikat bidang tanah semula dibubuhkan catatan mengenai telah
diadakannya pemisahan tersebut.
(3) Terhadap pemisahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 48 ayat (3) dan ayat (4).
20 / 49
174
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Pasal 50
(1) Atas permintaan pemegang hak yang bersangkutan, dua bidang tanah atau lebih yang sudah didaftar dan
letaknya berbatasan yang kesemuanya atas nama pemilik yang sama dapat digabung menjadi satu
satuan bidang baru, jika semuanya dipunyai dengan hak yang sama dan bersisa jangka waktu yang
sama.
(2) Dalam hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk satuan bidang yang baru tersebut dibuatkan surat
ukur, buku tanah dan sertifikat dengan menghapus surat ukur, buku tanah dan sertifikat masing-masing.
(3) Terhadap penggabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (3).
Paragraf 3
Pembagian Hak Bersama
Pasal 51
(1) Pembagian hak bersama atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun menjadi hak masing-masing
pemegang hak bersama didaftar berdasarkan akta yang dibuat PPAT yang berwenang menurut peraturan
yang berlaku yang membuktikan kesepakatan antara para pemegang hak bersama mengenai pembagian
hak bersama tersebut.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, Pasal 39, dan Pasal 40 berlaku juga untuk
pembuatan akta PPAT yang dimaksud pada ayat (1).
Paragraf 4
Hapusnya Hak Atas Tanah Dan Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
Pasal 52
(1) Pendaftaran hapusnya suatu hak atas tanah, hak pengelolaan dan hak milik atas satuan rumah susun
dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan dengan membubuhkan catatan pada buku tanah dan surat ukur
serta memusnahkan sertifikat hak yang bersangkutan, berdasarkan:
a. data dalam buku tanah yang disimpan di Kantor Pertanahan, jika mengenai hak-hak yang dibatasi
masa berlakunya;
b. salinan surat keputusan Pejabat yang berwenang, bahwa hak yang bersangkutan telah dibatalkan
atau dicabut;
c. akta yang menyatakan bahwa hak yang bersangkutan telah dilepaskan oleh pemegang haknya.
(2) Dalam hal sertifikat hak atas tanah yang hapus tidak diserahkan kepada Kepala Kantor Pertanahan, hal
tersebut dicatat pada buku tanah dan surat ukur yang bersangkutan.
Paragraf 5
Peralihan Dan Hapusnya Hak Tanggungan
21 / 49
175
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Pasal 53
Pendaftaran peralihan hak tanggungan dilakukan dengan mencatatnya pada buku tanah serta sertifikat hak
tanggungan yang bersangkutan dan pada buku tanah serta sertifikat hak yang dibebani berdasarkan surat tanda
bukti beralihnya piutang yang dijamin karena cessie, subrogasi, pewarisan atau penggabungan serta peleburan
perseroan.
Pasal 54
(1) Pendaftaran hapusnya hak tanggungan dilakukan sesuai ketentuan dalam Undang-undang Nomor 4
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan dengan Tanah.
(2) Dalam hal hak yang dibebani hak tanggungan telah dilelang dalam rangka pelunasan utang, maka surat
pernyataan dari kreditor bahwa pihaknya melepaskan hak tanggungan atas hak yang dilelang tersebut
untuk jumlah yang melebihi hasil lelang beserta kutipan risalah lelang dapat dijadikan dasar untuk
pendaftaran hapusnya hak tanggungan yang bersangkutan.
Paragraf 6
Perubahan Data Pendaftaran Tanah Berdasarkan Putusan Atau Penetapan Pengadilan
Pasal 55
(1) Panitera Pengadilan wajib memberitahukan kepada Kepala Kantor Pertanahan mengenai isi semua
putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan penetapan Ketua Pengadilan
yang mengakibatkan terjadinya perubahan pada data mengenai bidang tanah yang sudah didaftar atau
satuan rumah susun untuk dicatat pada buku tanah yang bersangkutan dan sedapat mungkin pada
sertifikatnya dan daftar-daftar lainnya.
(2) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan juga atas permintaan pihak yang
berkepentingan, berdasarkan salinan resmi putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap atau salinan penetapan Ketua Pengadilan yang bersangkutan yang diserahkan olehnya kepada
Kepala Kantor Pertanahan.
(3) Pencatatan hapusnya hak atas tanah, hak pengelolaan dan hak milik alas satuan rumah susun
berdasarkan putusan Pengadilan dilakukan setelah diperoleh surat keputusan mengenai hapusnya hak
yang bersangkutan dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuknya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
ayat (1).
Paragraf 7
Perubahan Nama
Pasal 56
Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah sebagai akibat pemegang hak yang ganti nama dilakukan
dengan mencatatnya di dalam buku tanah dan sertifikat hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun
yang bersangkutan berdasarkan bukti mengenai ganti nama pemegang hak tersebut sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
22 / 49
176
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
BAB VI
PENERBITAN SERTIFIKAT PENGGANTI
Pasal 57
(1) Atas permohonan pemegang hak diterbitkan sertifikat baru sebagai pengganti sertifikat yang rusak,
hilang, masih menggunakan blangko sertifikat yang tidak digunakan lagi, atau yang tidak diserahkan
kepada pembeli lelang dalam suatu lelang eksekusi.
(2) Permohonan sertifikat pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat diajukan oleh pihak
yang namanya tercantum sebagai pemegang hak dalam buku tanah yang bersangkutan atau pihak lain
yang merupakan penerima hak berdasarkan akta PPAT atau kutipan risalah lelang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 37 dan Pasal 41, atau akta sebagaimana dimaksud Pasal 43 ayat (1), atau surat
sebagaimana dimaksud Pasal 53, atau kuasanya.
(3) Dalam hal pemegang hak atau penerima hak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sudah meninggal
dunia, permohonan sertifikat pengganti dapat diajukan oleh ahli warisnya dengan menyerahkan surat
tanda bukti sebagai ahli waris.
(4) Penggantian sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dicatat pada buku tanah yang bersangkutan.
Pasal 58
Dalam hal penggantian sertifikat karena rusak atau pembaharuan blangko sertifikat, sertifikat yang lama ditahan
dan dimusnahkan.
Pasal 59
(1) Permohonan penggantian sertifikat yang hilang harus disertai pernyataan di bawah sumpah dari yang
bersangkutan di hadapan Kepala Kantor Pertanahan atau Pejabat yang ditunjuk mengenai hilangnya
sertifikat hak yang bersangkutan.
(2) Penerbitan sertifikat pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didahului dengan pengumuman 1
(satu) kali dalam salah satu surat kabar harian setempat atas biaya pemohon.
(3) Jika dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari dihitung sejak hari pengumuman sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak ada yang mengajukan keberatan mengenai akan diterbitkannya sertifikat pengganti
tersebut atau ada yang mengajukan keberatan akan tetapi menurut pertimbangan Kepala Kantor
Pertanahan keberatan tersebut tidak beralasan, diterbitkan sertifikat baru.
(4) Jika keberatan yang diajukan dianggap beralasan oleh Kepala Kantor Pertanahan, maka ia menolak
menerbitkan sertifikat pengganti.
(5) Mengenai dilakukannya pengumuman dan penerbitan serta penolakan penerbitan sertifikat baru
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) dibuatkan berita acara oleh Kepala Kantor
Pertanahan.
(6) Sertifikat pengganti diserahkan kepada pihak yang memohon diterbitkannya sertifikat tersebut atau orang
lain yang diberi kuasa untuk menerimanya.
(7) Untuk daerah-daerah tertentu Menteri dapat menentukan cara dan tempat pengumuman yang lain
daripada yang ditentukan pada ayat (2).
Pasal 60
23 / 49
177
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
(1) Penggantian sertifikat hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah susun yang tidak diserahkan
kepada pembeli lelang dalam lelang eksekusi didasarkan atas surat keterangan dari Kepala Kantor
Lelang yang bersangkutan yang memuat alasan tidak dapat diserahkannya sertifikat tersebut kepada
pemenang lelang.
(2) Kepala Kantor Pertanahan mengumumkan telah diterbitkannya sertifikat pengganti untuk hak atas tanah
atau hak milik atas satuan rumah susun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tidak berlakunya lagi
sertifikat yang lama dalam salah satu surat kabar harian setempat atas biaya pemohon.
BAB VII
BIAYA PENDAFTARAN TANAH
Pasal 61
(1) Besarnya dan cara pembayaran biaya-biaya dalam rangka pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah
diatur dengan Peraturan Pemerintah tersendiri.
(2) Atas permohonan yang bersangkutan, Menteri atau Pejabat yang ditunjuk dapat membebaskan pemohon
dari sebagian atau seluruh biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jika pemohon dapat membuktikan
tidak mampu membayar biaya tersebut.
(3) Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan yang diajukan dalam waktu 6 (enam) bulan sejak
tanggal meninggalnya pewaris, tidak dipungut biaya pendaftaran.
(4) Tata cara untuk memperoleh pembebasan atas biaya pendaftaran tanah diatur oleh Menteri.
BAB VIII
SANKSI
Pasal 62
PPAT yang dalam melaksanakan tugasnya mengabaikan ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 38, Pasal 39 dan Pasal 40 serta ketentuan dan petunjuk yang diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang
ditunjuk dikenakan tindakan administratif berupa teguran tertulis sampai pemberhentian dari jabatannya sebagai
PPAT, dengan tidak mengurangi kemungkinan dituntut ganti kerugian oleh pihak-pihak yang menderita kerugian
yang diakibatkan oleh diabaikannya ketentuan-ketentuan tersebut.
Pasal 63
Kepala Kantor Pertanahan yang dalam melaksanakan tugasnya mengabaikan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah ini dan ketentuan dalam peraturan pelaksanaannya serta ketentuan-ketentuan lain dalam
pelaksanaan tugas kegiatan pendaftaran tanah dikenakan sanksi administratif sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
24 / 49
178
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Pasal 64
(1) Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua peraturan perundang-undangan sebagai
pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 yang telah ada masih tetap berlaku, sepanjang
tidak bertentangan atau diubah atau diganti berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
(2) Hak-hak yang didaftar serta hal-hal lain yang dihasilkan dalam kegiatan pendaftaran tanah berdasarkan
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tetap sah sebagai hasil pendaftaran tanah
menurut Peraturan Pemerintah ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 65
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini maka Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang
Pendaftaran Tanah (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2171)
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 66
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan sejak tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 8 Juli 1997
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SOEHARTO
Diundangkan Di Jakarta,
Pada Tanggal 8 Juli 1997
MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA,
Ttd.
MOERDIONO
25 / 49
179
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
PENJELASAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 1997
TENTANG
PENDAFTARAN TANAH
UMUM
Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan akan
meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha. Sehubungan dengan itu akan
meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan. Pemberian
jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, pertama-tama memerlukan tersedianya perangkat hukum yang
tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-
ketentuannya. Selain itu dalam menghadapi kasus-kasus konkret diperlukan juga terselenggaranya pendaftaran
tanah yang memungkinkan bagi para pemegang hak atas tanah untuk dengan mudah membuktikan haknya atas
tanah yang dikuasainya, dan bagi para pihak yang berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditor,
untuk memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang menjadi obyek perbuatan hukum yang
akan dilakukan, serta bagi Pemerintah untuk melaksanakan kebijaksanaan pertanahan.
Sehubungan dengan itu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria,
dalam Pasal 19 memerintahkan diselenggarakannya pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian
hukum dimaksud di atas. Pendaftaran tanah tersebut kemudian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang sampai saat ini menjadi dasar kegiatan pendaftaran
tanah di seluruh Indonesia.
Dalam kenyataannya pendaftaran tanah yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10
Tahun 1961 tersebut selama lebih dari 35 tahun belum cukup memberikan hasil yang memuaskan. Dari sekitar
55 juta bidang tanah hak yang memenuhi syarat untuk didaftar, baru lebih kurang 16,3 juta bidang yang sudah
didaftar. Dalam pada itu melalui pewarisan, pemisahan dan pemberian-pemberian hak baru, jumlah bidang
tanah yang memenuhi syarat untuk didaftar selama Pembangunan Jangka Panjang Kedua diperkirakan akan
meningkat menjadi sekitar 75 juta. Hal-hal yang merupakan kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, di
samping kekurangan anggaran, alat dan tenaga, adalah keadaan obyektif tanah tanahnya sendiri yang selain
jumlahnya besar dan tersebar di wilayah yang luas, sebagian besar penguasaannya tidak didukung oleh alat-
alat pembuktian yang mudah diperoleh dan dapat dipercaya kebenarannya. Selain itu ketentuan hukum untuk
dasar pelaksanaannya dirasakan belum cukup memberikan kemungkinan untuk terlaksananya pendaftaran
dalam waktu yang singkat dengan hasil yang lebih memuaskan. Sehubungan dengan itu maka dalam rangka
meningkatkan dukungan yang lebih baik pada pembangunan nasional dengan memberikan kepastian hukum di
bidang pertanahan, dipandang perlu untuk mengadakan penyempurnaan pada ketentuan yang mengatur
pendaftaran tanah, yang pada kenyataannya tersebar pada banyak peraturan perundang-undangan.
Dalam Peraturan Pemerintah yang menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 ini, tetap
dipertahankan tujuan dan sistem yang digunakan, yang pada hakikatnya sudah ditetapkan dalam Undang-
undang Pokok Agraria (UUPA), yaitu bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan dalam rangka memberikan
jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan dan bahwa sistem publikasinya adalah sistem negatif, tetapi
yang mengandung unsur positif, karena akan menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai
alat pembuktian yang kuat, seperti yang dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat (2), Pasal 32
ayat (2) dan Pasal 38 ayat (2) UUPA. Pendaftaran tanah juga tetap dilaksanakan melalui dua cara, yaitu
pertama-tama secara sistematik yang meliputi wilayah satu desa atau kelurahan atau sebagiannya yang
terutama dilakukan atas prakarsa Pemerintah dan secara sporadik, yaitu pendaftaran mengenai bidang-bidang
tanah atas permintaan pemegang atau penerima hak yang bersangkutan secara individual atau massal.
Penyempurnaan yang diadakan meliputi penegasan berbagai hal yang belum jelas dalam peraturan yang lama,
26 / 49
180
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
antara lain pengertian pendaftaran tanah itu sendiri, asas-asas dan tujuan penyelenggaraannya, yang di
samping untuk memberi kepastian hukum sebagaimana disebut di atas juga dimaksudkan untuk menghimpun
dan menyajikan informasi yang lengkap mengenai data fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang
bersangkutan. Prosedur pengumpulan data penguasaan tanah juga dipertegas dan dipersingkat serta
disederhanakan. Guna menjamin kepastian hukum di bidang penguasaan dan pemilikan tanah faktor kepastian
letak dan batas setiap bidang tanah tidak dapat diabaikan. Dari pengalaman masa lalu cukup banyak sengketa
tanah yang timbul sebagai akibat letak dan batas bidang-bidang tanah tidak benar. Karena itu masalah
pengukuran dan pemetaan serta penyediaan peta berskala besar untuk keperluan penyelenggaraan
pendaftaran tanah merupakan hal yang tidak boleh diabaikan dan merupakan bagian yang penting yang perlu
mendapat perhatian yang serius dan seksama, bukan hanya dalam rangka pengumpulan data penguasaan
tanah tetapi juga dalam penyajian data penguasaan/pemilikan tanah dan penyimpanan data tersebut.
Perkembangan teknologi pengukuran dan pemetaan, seperti cara penentuan titik melalui Global Positioning
System (GPS) dan komputerisasi pengolahan, penyajian dan penyimpanan data, pelaksanaan pengukuran dan
pemetaan dapat dipakai di dalam pendaftaran tanah. Untuk mempercepat pengukuran dan pemetaan bidang
tanah yang harus didaftar penggunaan teknologi modern, seperti Global Positioning System (GPS) dan
komputerisasi pengolahan dan penyimpanan data perlu dimungkinkan yang pengaturannya diserahkan kepada
Menteri.
Di samping pendaftaran tanah secara sistematik pendaftaran tanah secara sporadik juga akan ditingkatkan
pelaksanaannya, karena dalam kenyataannya akan bertambah banyak permintaan untuk mendaftar secara
individual dan massal yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan, yang akan makin meningkat
kegiatannya. Pendaftaran tanah secara sistematik diutamakan karena melalui cara ini akan mempercepat
perolehan data mengenai bidang-bidang tanah yang akan didaftar dari pada melalui pendaftaran tanah secara
sporadik. Tetapi karena prakarsanya datang dari Pemerintah, diperlukan waktu untuk memenuhi dana, tenaga
dan peralatan yang diperlukan. Maka pelaksanaannya harus didasarkan pada suatu rencana kerja yang meliputi
jangka waktu yang agak panjang dan rencana pelaksanaan tahunan yang berkelanjutan melalui uji kelayakan
agar berjalan lancar.
Tujuan pendaftaran tanah untuk menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap mengenai bidang-
bidang tanah dipertegas dengan dimungkinkannya menurut Peraturan Pemerintah ini pembukuan bidang-bidang
tanah yang data fisik dan atau data yuridisnya belum lengkap atau masih disengketakan, walaupun untuk tanah
yang demikian belum dikeluarkan sertifikat sebagai tanda bukti haknya.
Dalam rangka memberi kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah dalam Peraturan Pemerintah
ini diberikan penegasan mengenai sejauh mana kekuatan pembuktian sertifikat, yang dinyatakan sebagai alat
pembuktian yang kuat oleh UUPA. Untuk itu diberikan ketentuan bahwa selama belum dibuktikan yang
sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang
benar, baik dalam perbuatan hukum sehari hari maupun dalam sengketa di Pengadilan, sepanjang data tersebut
sesuai dengan apa yang tercantum dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan (Pasal 32 ayat (1)
Peraturan Pemerintah ini), dan bahwa orang tidak dapat menuntut tanah yang sudah besertifikat atas nama
orang atau badan hukum lain, jika selama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya sertifikat itu dia tidak mengajukan
gugatan pada Pengadilan, sedangkan tanah tersebut diperoleh orang atau badan hukum lain tersebut dengan
itikad baik dan secara fisik nyata dikuasai olehnya atau oleh orang lain atau badan hukum yang mendapat
persetujuannya (Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah ini).
Dengan demikian maka makna dari pernyataan, bahwa sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat dan
bahwa tujuan pendaftaran tanah yang diselenggarakan adalah dalam rangka memberikan jaminan kepastian
hukum di bidang pertanahan, menjadi tampak dan dirasakan arti praktisnya, sungguh pun sistem publikasi yang
digunakan adalah sistem negatif.
Ketentuan tersebut tidak mengurangi asas pemberian perlindungan yang seimbang baik kepada pihak yang
mempunyai tanah dan dikuasai serta digunakan sebagaimana mestinya maupun kepada pihak yang
memperoleh dan menguasainya dengan itikad baik dan dikuatkan dengan pendaftaran tanah yang
bersangkutan atas namanya.
Sengketa-sengketa dalam menyelenggarakan pendaftaran tanah tetap pertama-tama diusahakan untuk
27 / 49
181
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
diselesaikan melalui musyawarah antara pihak yang bersangkutan. Baru setelah usaha penyelesaian secara
damai tidak membawa hasil, dipersilakan yang bersangkutan menyelesaikannya melalui Pengadilan.
Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah merupakan salah satu sumber utama dalam rangka pemeliharaan data
pendaftaran tanah, maka pokok-pokok tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) serta cara melaksanakannya
mendapat pengaturan juga dalam Peraturan Pemerintah ini.
Tidak adanya sanksi bagi pihak yang berkepentingan untuk mendaftarkan perbuatan hukum yang telah
dilakukan dan dibuktikan dengan akta PPAT, diatasi dengan diadakannya ketentuan, bahwa PPAT dalam waktu
tertentu diwajibkan menyampaikan akta tanah yang dibuatnya beserta dokumen-dokumen yang bersangkutan
kepada Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftarannya. Ketentuan ini diperlukan mengingat dalam praktek
tidak selalu berkas yang bersangkutan sampai kepada Kantor Pertanahan.
Dari apa yang dikemukakan di atas jelaslah, bahwa Peraturan Pemerintah yang baru mengenai pendaftaran
tanah ini disamping tetap melaksanakan pokok-pokok yang digariskan oleh UUPA, memuat penyempurnaan dan
penegasan yang diharapkan akan mampu untuk menjadi landasan hukum dan operasional bagi pelaksanaan
pendaftaran tanah yang lebih cepat.
Pasal 2
Asas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya maupun
prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama para pemegang
hak atas tanah. Sedangkan asas aman dimaksudkan untuk menunjukkan, bahwa pendaftaran tanah perlu
diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai
tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.
Asas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya dengan
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka
penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak yang memerlukan.
Asas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan kesinambungan dalam
pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti
kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan yang terjadi di kemudian hari.
Asas mutakhir menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus dan berkesinambungan,
sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan keadaan nyata di lapangan, dan
masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang benar setiap saat. Untuk itulah diberlakukan
pula asas terbuka.
Pasal 3
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana tercantum pada huruf a merupakan tujuan utama pendaftaran tanah
yang diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA.
Disamping itu dengan terselenggaranya pendaftaran tanah juga dimaksudkan terciptanya suatu pusat informasi
mewarnai bidang-bidang tanah sehingga pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah dengan mudah dapat
memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan
satuan-satuan rumah susun yang sudah didaftar. Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan
dasar dan perwujudan tertib administrasi di bidang pertanahan.
28 / 49
182
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan kegiatan-kegiatan tertentu yang pelaksanaannya ditugaskan kepada Pejabat lain,
adalah kegiatan yang pemanfaatannya bersifat nasional atau melebihi wilayah kerja Kepala Kantor
Pertanahan, misalnya pengukuran titik dasar teknik, pemetaan fotogrametri dan lain sebagainya.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kegiatan-kegiatan tertentu adalah misalnya pembuatan akta PPAT oleh PPAT atau
PPAT Sementara, pembuatan risalah lelang oleh Pejabat Lelang, ajudikasi dalam pendaftaran tanah
secara sistematik oleh Panitia Ajudikasi dan lain sebagainya.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mempermudah rakyat di daerah terpencil yang tidak ada PPAT untuk
melaksanakan perbuatan hukum mengenai tanah. Yang ditunjuk sebagai PPAT Sementara adalah
Pejabat Pemerintah yang menguasai keadaan daerah yang bersangkutan, yaitu Kepala Desa.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Mengingat pendaftaran tanah secara sistematik pada umumnya bersifat massal dan besar besaran, maka
untuk melaksanakannya Kepala Kantor Pertanahan perlu dibantu oleh Panitia yang khusus dibentuk
untuk itu, sehingga dengan demikian tugas rutin Kantor Pertanahan tidak terganggu.
29 / 49
183
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memungkinkan dimasukkannya Tetua Adat yang mengetahui benar
riwayat/kepemilikan bidang-bidang tanah setempat dalam Panitia Ajudikasi, khususnya di daerah yang
hukum adatnya masih kuat.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pendaftaran tanah yang obyeknya bidang tanah yang berstatus tanah Negara dilakukan dengan
mencatatnya dalam daftar tanah dan tidak diterbitkan sertifikat.
Pasal 10
Ayat (1)
Desa dan kelurahan adalah satuan wilayah pemerintahan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5
Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.
Ayat (2)
Areal hak guna usaha, hak pengelolaan dan tanah Negara umumnya meliputi beberapa desa/kelurahan.
Demikian juga obyek hak tanggungan dapat meliputi beberapa bidang tanah yang terletak di beberapa
desa/kelurahan.
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 13
30 / 49
184
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Karena pendaftaran tanah secara sistematik dilaksanakan atas prakarsa Pemerintah, maka kegiatan
tersebut didasarkan pada suatu rencana kerja yang ditetapkan oleh Menteri.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan pihak yang berkepentingan adalah pihak berhak atas bidang tanah yang
bersangkutan atau kuasanya.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Di dalam wilayah yang ditetapkan untuk dilaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik mungkin ada
bidang tanah yang sudah terdaftar. Penyediaan peta dasar pendaftaran untuk pelaksanaan pendaftaran
tanah secara sistematik yang dimaksud pada ayat ini, selain digunakan untuk pembuatan peta
pendaftaran dalam pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik, juga digunakan untuk memetakan
bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar di atas.
Ayat (2)
Dengan adanya peta dasar pendaftaran bidang tanah yang didaftar dalam pendaftaran tanah secara
sporadik dapat diketahui letaknya dalam kaitan dengan bidang-bidang tanah lain dalam suatu wilayah,
sehingga dapat dihindarkan terjadinya sertifikat ganda atas satu bidang tanah.
Pasal 16
Ayat (1)
Penyiapan peta dasar pendaftaran diperlukan agar setiap bidang tanah yang didaftar dijamin letaknya
secara pasti, karena dapat direkonstruksi di lapangan setiap saat. Untuk maksud tersebut diperlukan titik-
titik dasar teknik nasional.
Ayat (2)
Titik dasar teknik adalah titik tetap yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu pengukuran dan
perhitungan dalam suatu sistem tertentu yang berfungsi sebagai titik kontrol ataupun titik ikat untuk
keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas.
Ayat (3)
31 / 49
185
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dalam kenyataannya banyak bidang tanah yang bentuknya kurang baik, dengan dilakukannya penataan
batas dimaksudkan agar bentuk bidang-bidang tanah tersebut tertata dengan baik.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Gambar situasi yang dimaksud Pasal ini adalah dokumen penunjuk obyek suatu hak atas tanah menurut
ketentuan yang berlaku sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini, yaitu yang diatur dalam Peraturan
Menteri Agraria Nomor 6 Tahun 1965 tentang Pedoman Pokok Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah
Sebagaimana Diatur Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961.
Yang dimaksud dengan pemegang hak atas tanah dalam ayat ini adalah orang atau badan hukum yang
mempunyai hak atas tanah menurut UUPA, baik yang sudah besertifikat maupun yang belum besertifikat.
Ayat (2)
Yang dimaksud hak baru adalah hak atas tanah yang diberikan atas tanah Negara
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
32 / 49
186
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Yang dimaksud dengan batas-batas yang menurut kenyataannya merupakan batas-batas bidang-bidang
tanah yang bersangkutan adalah misalnya tembok atau tanda-tanda lain yang menunjukkan batas
penguasaan tanah oleh orang yang bersangkutan. Apabila ada tanda-tanda semacam ini maka
persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak mutlak diperlukan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Ketentuan ini berlaku juga, jika pemegang hak atas tanah yang bersangkutan atau mereka yang
mempunyai tanah yang berbatasan, biarpun sudah disampaikan pemberitahuan sebelumnya, tidak hadir
pada waktu diadakan pengukuran.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan gambar ukur adalah hasil pengukuran dan pemetaan di lapangan berupa peta
batas bidang atau bidang-bidang tanah secara kasar.
Catatan pada gambar ukur didasarkan pada berita acara pengukuran sementara.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Pemetaan bidang-bidang tanah bisa dilakukan langsung pada peta dasar pendaftaran, tetapi untuk bidang
tanah yang luas pemetaannya dilakukan dengan cara membuat peta tersendiri dengan menggunakan
data yang diambil dari peta dasar pendaftaran dan hasil ukuran batas bidang tanah yang akan dipetakan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan peta lain adalah misalnya peta dari instansi Pekerjaan Umum atau instansi Pajak,
sepanjang peta tersebut memenuhi persyaratan teknis untuk pembuatan peta pendaftaran.
Ayat (3)
Dalam keadaan terpaksa pembuatan peta dasar pendaftaran dapat dilakukan bersamaan dengan
pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang bersangkutan dan bidang-bidang sekelilingnya yang
berbatasan, sehingga letak relatif bidang tanah itu dapat ditentukan.
Ayat (4)
Pengaturan oleh Menteri menurut ayat ini meliputi pula pengaturan mengenai licensed surveyor.
Pasal 21
Ayat (1)
Daftar tanah dimaksudkan sebagai sumber informasi yang lengkap mengenai nomor bidang lokasi dan
penunjukan ke nomor surat ukur bidang-bidang tanah yang ada di wilayah pendaftaran, baik sebagai hasil
pendaftaran untuk pertama kali maupun pemeliharaannya kemudian.
Ayat (2)
Cukup jelas
33 / 49
187
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dalam peraturan pendaftaran tanah yang lama surat ukur yang dimaksud ayat ini disebut gambar situasi.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 23
Huruf a
Penetapan Pejabat yang berwenang mengenai pemberian hak atas tanah Negara dapat dikeluarkan
secara individual, kolektif ataupun secara umum.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan Akta Ikrar Wakaf adalah Akta Ikrar Wakaf sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
Ketentuan mengenai pembukuan wakaf ditinjau dari sudut obyeknya pembukuan tersebut merupakan
pendaftaran untuk pertama kali, meskipun bidang tanah yang bersangkutan sebelumnya sudah didaftar
sebagai tanah hak milik.
Huruf d
Hak milik atas satuan rumah susun adalah hak pemilikan individual atas suatu satuan rumah susun
tertentu, yang meliputi dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan hak bersama atas
apa yang disebut bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama, tempat bangunan rumah susun
itu didirikan. Pembukuan hak milik atas satuan rumah susun dilakukan berdasarkan Akta Pemisahan,
yang menunjukkan satuan rumah susun yang mana yang dimiliki dan berapa bagian proporsional
pemiliknya atas benda-benda yang dihaki bersama tersebut.
Yang dimaksud dengan Akta Pemisahan adalah Akta Pemisahan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun.
Pembukuannya merupakan pendaftaran untuk pertama kali biarpun hak atas tanah tempat bangunan
gedung yang bersangkutan berdiri sudah didaftar.
Huruf e
Yang dimaksud dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan adalah Akta Pemberian Hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.
Pasal 24
Ayat (1)
34 / 49
188
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Bukti kepemilikan itu pada dasarnya terdiri dari bukti kepemilikan atas nama pemegang hak pada waktu
berlakunya UUPA dan apabila hak tersebut kemudian beralih, bukti peralihan hak berturut-turut sampai ke
tangan pemegang hak pada waktu dilakukan pembukuan hak.
Alat-alat bukti tertulis yang dimaksudkan dapat, berupa:
a. grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie (Staatsblad.
1834 27), yang telah dibubuhi catatan, bahwa hak eigendom yang bersangkutan dikonversi menjadi
hak milik; atau
b. grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie (Staatsblad.
1834 27) sejak berlakunya UUPA sampai tanggal pendaftaran tanah dilaksanakan menurut
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 di daerah yang bersangkutan; atau
c. surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang bersangkutan;
atau
d. sertifikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959;
atau
e. surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum ataupun sejak
berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi
telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut di dalamnya; atau
f. akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian oleh Kepala
Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini; atau
g. akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya belum dibukukan; atau
h. akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan Peraturan
Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977; atau
i. risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang tanahnya belum dibukukan;
atau
j. surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah; atau
k. petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum berlakunya
Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961; atau
l. surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan
Bangunan; atau
m. lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud dalam
Pasal II, Pasal VI dan Pasal VII Ketentuan-ketentuan Konversi UUPA.
Dalam hal bukti tertulis tersebut tidak lengkap atau tidak ada lagi, pembuktian kepemilikan itu dapat
dilakukan dengan keterangan saksi atau pernyataan yang bersangkutan yang dapat dipercaya
kebenarannya menurut pendapat Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara sistematik atau
Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik.
Yang dimaksud dengan saksi adalah orang yang cakap memberi kesaksian dan mengetahui kepemilikan
tersebut.
Ayat (2)
Ketentuan ini memberi jalan keluar apabila pemegang hak tidak dapat menyediakan bukti kepemilikan
sebagaimana dimaksud ayat (1) baik yang berupa bukti tertulis maupun bentuk lain yang dapat dipercaya.
Dalam hal demikian pembukuan hak dapat dilakukan tidak berdasarkan bukti kepemilikan akan tetapi
berdasarkan bukti penguasaan fisik yang telah dilakukan oleh pemohon dan pendahulunya.
35 / 49
189
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Pembukuan hak menurut ayat ini harus memenuhi syarat sebagai berikut:
(6) bahwa penguasaan dan penggunaan tanah yang bersangkutan dilakukan secara nyata dan dengan itikad
baik selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut turut;
(7) bahwa kenyataan penguasaan dan penggunaan tanah tersebut selama itu tidak diganggu gugat dan
karena itu dianggap diakui dan dibenarkan oleh masyarakat hukum adat atau desa/kelurahan yang
bersangkutan;
(8) bahwa hal-hal tersebut diperkuat oleh kesaksian orang-orang yang dapat dipercaya;
(9) bahwa telah diberikan kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan melalui pengumuman
sebagaimana dimaksud Pasal 26;
(10) bahwa telah diadakan penelitian juga mengenai kebenaran hal-hal yang disebutkan di atas;
(11) bahwa akhirnya kesimpulan mengenai status tanah dan pemegang haknya dituangkan dalam keputusan
berupa pengakuan hak yang bersangkutan oleh Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran tanah secara
sistematik dan oleh Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara sporadik.
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Yang diumumkan pada dasarnya adalah data fisik dan data yuridis yang akan dijadikan dasar pendaftaran
bidang tanah yang bersangkutan.
Untuk memudahkan pelaksanaannya, dalam pendaftaran tanah secara sistematik pengumuman tidak
harus dilakukan sekaligus mengenai semua bidang tanah dalam wilayah yang telah ditetapkan, tetapi
dapat dilaksanakan secara bertahap.
Pengumuman pendaftaran tanah secara sistematik selama 30 (tiga puluh) hari dan pengumuman
pendaftaran tanah secara sporadik 60 (enam puluh) hari dibedakan karena pendaftaran tanah secara
sistematik merupakan pendaftaran tanah secara massal yang diketahui oleh masyarakat umum sehingga
pengumumannya lebih singkat, sedangkan pengumuman pendaftaran tanah secara sporadik sifatnya
individual dengan ruang lingkup terbatas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan tempat pengumuman yang lain adalah misalnya Kantor Rukun Warga, atau lokasi
tanah yang bersangkutan. Untuk penentuan ini Menteri akan mengaturnya lebih lanjut.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
36 / 49
190
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Belum lengkapnya data yang tersedia atau masih adanya keberatan yang tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah untuk mufakat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), bukan merupakan alasan
untuk menunda dilakukannya pembuatan berita acara hasil pengumuman data fisik dan data yuridis.
Ayat (3)
Pengesahan sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan pengesahan data fisik dan data yuridis bidang
tanah sebagaimana adanya. Oleh karena itu data tersebut tidak selalu cukup untuk dasar pembukuan
hak. Kadang-kadang data yang diperoleh hanya tepat untuk pembukuan hak melalui pengakuan hak
berdasarkan pembuktian menurut Pasal 24 ayat (2). Kadang-kadang dari penelitian riwayat tanah ternyata
bahwa bidang tanah tersebut adalah tanah Negara, yang apabila sesuai dengan ketentuan yang berlaku
dapat diberikan kepada pemohon dengan sesuatu hak atas tanah.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 30
Ayat (1)
Huruf a
Salah satu tujuan pendaftaran tanah adalah untuk mengumpulkan dan menyajikan informasi
mengenai bidang-bidang tanah. Oleh karena itu data fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah
yang sudah dinilai cukup untuk dibukukan tetap dibukukan walaupun ada data yang masih harus
37 / 49
191
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
dilengkapi atau ada keberatan dari pihak lain mengenai data itu. Dengan demikian setiap data fisik
dan data yuridis mengenai bidang tanah itu, termasuk adanya sengketa mengenai data itu,
semuanya tercatat.
Huruf b
Ketidaklengkapan data yang dimaksud pada huruf b dapat mengenai data fisik, misalnya karena
surat ukurnya masih didasarkan atas batas sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19
ayat (3), dan dapat pula mengenai data yuridis, misalnya belum lengkapnya tanda tangan ahli
waris.
Huruf c, d dan e
Sengketa yang dimaksud pada huruf c, d, dan e juga dapat mengenai data fisik maupun data
yuridis.
Dalam hal sengketa tersebut sudah diajukan ke Pengadilan dan ada perintah untuk status quo atau
ada putusan mengenai sita atas tanah itu, maka pencantuman nama pemegang hak dalam buku
tanah ditangguhkan sampai jelas siapa yang berhak atas tanah tersebut, baik melalui putusan
Pengadilan maupun berdasarkan cara damai.
Perintah status quo yang dimaksud di sini haruslah resmi dan tertulis dan sesudah sidang
pemeriksaan mengenai gugatan yang bersangkutan berjalan diperkuat dengan putusan peletakan
sita atas tanah yang bersangkutan.
Ayat (2)
Waktu 5 (lima) tahun dipandang cukup untuk menganggap bahwa data fisik maupun data yuridis yang
kurang lengkap pembuktiannya itu sudah benar adanya.
Ayat (3)
Penyelesaian secara damai dapat terjadi di luar maupun di dalam pengadilan.
Apabila dalam waktu yang ditentukan pihak yang berkeberatan atas data fisik maupun data yuridis yang
akan dibukukan tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai hal yang disengketakan itu,
keberatannya dianggap tidak beralasan dan catatan mengenai adanya keberatan itu dihapus.
Apabila dalam waktu yang ditentukan keberatan tersebut diajukan ke Pengadilan, catatan itu dihapus
setelah ada penyelesaian secara damai atau putusan Pengadilan mengenai sengketa tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Penerbitan sertifikat dimaksudkan agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan haknya. Oleh
karena itu sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat sebagaimana dimaksud Pasal 19 UUPA.
Sehubungan dengan itu apabila masih ada ketidakpastian hak atas tanah yang bersangkutan, yang
ternyata dari masih adanya catatan dalam pembukuannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
38 / 49
192
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
(1), pada prinsipnya sertifikat belum dapat diterbitkan. Namun apabila catatan itu mengenai
ketidaklengkapan data fisik yang tidak disengketakan, sertifikat dapat diterbitkan.
Data fisik yang dimaksud tidak lengkap adalah apabila data fisik bidang tanah yang bersangkutan
merupakan hasil pemetaan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3).
Ayat (3)
Sertifikat tanah wakaf diserahkan kepada Nadzirnya.
Dalam hal pemegang hak sudah meninggal dunia, sertifikat diterimakan kepada ahli warisnya atau salah
seorang ahli waris dengan persetujuan para ahli waris yang lain.
ayat (4)
Dalam hal hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun kepunyaan seorang laki-laki yang
beristeri atau seorang perempuan yang bersuami surat penunjukan tertulis bermaksud tidak diperlukan.
Ayat (5)
Dengan adanya ketentuan ini tiap pemegang hak bersama memegang sertifikat yang menyebutkan
besarnya bagian masing-masing dari hak bersama tersebut.
Dengan demikian masing-masing akan dengan mudah dapat melakukan perbuatan hukum mengenai
bagian haknya yang bersangkutan tanpa perlu mengadakan perubahan pada surat tanda bukti hak para
pemegang hak bersama yang bersangkutan, kecuali kalau secara tegas ada larangan untuk berbuat
demikian jika tidak ada persetujuan para pemegang hak bersama yang lain.
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Sertifikat merupakan tanda bukti hak yang kuat, dalam arti bahwa selama tidak dapat dibuktikan
sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya harus diterima sebagai data yang
benar. Sudah barang tentu data fisik maupun data yuridis yang tercantum dalam sertifikat harus sesuai
dengan data yang tercantum dalam buku tanah dan surat ukur yang bersangkutan, karena data itu diambil
dari buku tanah dan surat ukur tersebut.
Ayat (2)
Pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya diperintahkan oleh UUPA tidak menggunakan sistem
publikasi positif, yang kebenaran data yang disajikan dijamin oleh Negara, melainkan menggunakan
sistem publikasi negatif. Di dalam sistem publikasi negatif Negara tidak menjamin kebenaran data yang
disajikan. Tetapi walaupun demikian tidaklah dimaksudkan untuk menggunakan sistem publikasi negatif
secara murni. Hal tersebut tampak dari pernyataan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, bahwa surat
tanda bukti hak yang diterbitkan berlaku sebagai alat bukti yang kuat dan dalam Pasal 23, 32, dan 38
UUPA bahwa pendaftaran berbagai peristiwa hukum merupakan alat pembuktian yang kuat. Selain itu dari
ketentuan-ketentuan mengenai prosedur pengumpulan, pengolahan, penyimpanan dan penyajian data
fisik dan data yuridis serta penerbitan sertifikat dalam Peraturan Pemerintah ini, tampak jelas usaha untuk
sejauh mungkin memperoleh dan menyajikan data yang benar, karena pendaftaran tanah adalah untuk
menjamin kepastian hukum. Sehubungan dengan itu diadakanlah ketentuan dalam ayat (2) ini.
Ketentuan ini bertujuan, pada satu pihak untuk tetap berpegang pada sistem publikasi negatif dan pada
lain pihak untuk secara seimbang memberikan kepastian hukum kepada pihak yang dengan itikad baik
menguasai sebidang tanah dan didaftar sebagai pemegang hak dalam buku tanah, dengan sertifikat
39 / 49
193
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
sebagai tanda buktinya, yang menurut UUPA berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
Kelemahan sistem publikasi negatif adalah, bahwa pihak yang namanya tercantum sebagai pemegang
hak dalam buku tanah dan sertifikat selalu menghadapi kemungkinan gugatan dari pihak lain yang
merasa mempunyai tanah itu. Umumnya kelemahan tersebut diatasi dengan menggunakan lembaga
acquisideve verjaring atau adverse possession. Hukum tanah kita yang memakai dasar hukum adat tidak
dapat menggunakan lembaga tersebut, karena hukum adat tidak mengenalnya. Tetapi dalam hukum adat
terdapat lembaga yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan sistem publikasi negatif dalam
pendaftaran tanah. yaitu lembaga rechisverwerking.
Dalam hukum adat jika seseorang selama sekian waktu membiarkan tanahnya tidak dikerjakan, kemudian
tanah itu dikerjakan orang lain yang memperolehnya dengan itikad baik, maka hilanglah haknya untuk
menuntut kembali tanah tersebut. Ketentuan di dalam UUPA yang menyatakan hapusnya hak atas tanah
karena ditelantarkan (Pasal 27, 34 dan 40 UUPA) adalah sesuai dengan lembaga ini.
Dengan pengertian demikian, maka apa yang ditentukan dalam ayat ini bukanlah menciptakan ketentuan
hukum baru, melainkan merupakan penerapan ketentuan hukum yang sudah ada dalam hukum adat,
yang dalam tata hukum sekarang ini merupakan bagian dari. Hukum Tanah Nasional Indonesia dan
sekaligus memberikan wujud konkret dalam penerapan ketentuan dalam UUPA mengenai penelantaran
tanah.
Pasal 33
Ayat (1)
Karena pada dasarnya terbuka bagi umum dokumen yang dimaksud ayat ini disebut daftar umum.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Sebelum melakukan perbuatan hukum mengenai bidang tanah tertentu para pihak yang berkepentingan
perlu mengetahui data mengenai bidang tanah tersebut. Sehubungan dengan sifat terbuka data fisik dan
data yuridis yang tersimpan dalam peta pendaftaran, daftar tanah, buku tanah dan surat ukur, siapapun
yang berkepentingan berhak untuk mengetahui keterangan yang diperlukan. Tidak digunakannya hak
tersebut menjadi tanggung jawab yang bersangkutan.
Ayat (2)
Daftar nama sebenarnya tidak memuat keterangan mengenai tanah, melainkan memuat keterangan
mengenai orang perseorangan atau badan hukum dalam hubungan dengan tanah yang dimilikinya.
Keterangan ini diperlukan oleh instansi-instansi Pemerintah untuk keperluan pelaksanaan tugasnya.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas
40 / 49
194
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Untuk mencegah hilangnya dokumen yang sangat penting untuk kepentingan masyarakat ini maka
apabila ada instansi yang menganggap perlu untuk memeriksanya. pemeriksaan dokumen itu wajib
dilakukan di Kantor Pertanahan. Pengecualian ketentuan ini adalah sebagaimana diatur dalam ayat (4).
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Setelah diperlihatkan dan jika diperlukan dibuatkan petikan, salinan atau rekamannya seperti dimaksud
pada ayat (3), dokumen yang bersangkutan dibawa dan disimpan kembali di tempat yang dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2).
Ayat (5)
Penyimpanan dengan menggunakan peralatan elektronik dan dalam bentuk film akan menghemat tempat
dan mempercepat akses pada data yang diperlukan. Tetapi penyelenggaraannya memerlukan persiapan
peralatan dan tenaga serta dana yang besar. Maka pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap.
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Perubahan data fisik terjadi kalau diadakan pemisahan, pemecahan, atau penggabungan bidang-bidang
tanah yang sudah didaftar. Perubahan data yuridis terjadi misalnya kalau diadakan pembebanan atau
pemindahan hak atas bidang tanah yang sudah didaftar.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pengecualian terhadap ketentuan pada ayat (1) perlu diberikan dalam keadaan tertentu yaitu untuk
daerah-daerah yang terpencil dan belum ditunjuk PPAT Sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (2), untuk memudahkan rakyat melaksanakan perbuatan hukum mengenai tanah.
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas
41 / 49
195
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1)
Dalam ayat ini diwujudkan fungsi dan tanggung jawab PPAT sebagai pelaksana pendaftaran tanah. Akta
PPAT wajib dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan dasar yang kuat untuk pendaftaran
pemindahan hak dan pembebanan hak yang bersangkutan. Oleh karena itu PPAT bertanggung jawab
untuk memeriksa syarat-syarat untuk sahnya perbuatan hukum yang bersangkutan, dengan antara lain
mencocokkan data yang terdapat dalam sertifikat dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan.
Yang dimaksudkan dalam huruf d dengan surat kuasa mutlak adalah pemberian kuasa yang tidak dapat
ditarik kembali oleh pihak yang memberi kuasa, sehingga pada hakikatnya merupakan perbuatan hukum
pemindahan hak.
Contoh syarat yang dimaksudkan dalam huruf g adalah misalnya larangan yang diadakan oleh Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari
Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan jo Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1996 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan untuk membuat akta, jika kepadanya
tidak disertai fotocopy surat setoran pajak penghasilan yang bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 40
Ayat (1)
Selaku pelaksana pendaftaran tanah PPAT wajib segera menyampaikan akta yang dibuatnya kepada
Kantor Pertanahan, agar dapat dilaksanakan proses pendaftaran oleh kepala kantor Pertanahan.
Ayat (2)
Kewajiban PPAT hanya sebatas menyampaikan akta dengan berkas-berkasnya kepada Kantor
Pertanahan. Pendaftaran kegiatan selanjutnya serta penerimaan sertifikatnya menjadi urusan pihak yang
berkepentingan sendiri.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Untuk menghindarkan terjadinya pelelangan umum yang tidak jelas obyeknya perlu diminta keterangan
yang paling mutakhir mengenai tanah atau satuan rumah susun yang akan dilelang dari Kantor
Pertanahan.
Ayat (3)
Sesuai dengan fungsinya sebagai sumber informasi yang mutakhir mengenai tanah atau satuan rumah
susun yang akan dilelang, keterangan ini sangat penting bagi pejabat Lelang untuk memperoleh
42 / 49
196
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
keyakinan tentang obyek lelang. Oleh Karena itu surat keterangan tersebut harus tetap diterbitkan,
walaupun tanah atau satuan rumah susun yang bersangkutan sedang dalam sengketa atau dalam status
sitaan.
Ayat (4)
Lelang eksekusi meliputi lelang dalam rangka pelaksanaan putusan Pengadilan, hak tanggungan, sita
pajak, sita Kejaksaan/Penyidik dan sita Panitia Urusan Piutang Negara. Dalam pelelangan eksekusi
kadang-kadang tereksekusi menolak untuk menyerahkan sertifikat asli hak yang akan dilelang. Hal ini
tidak boleh menghalangi dilaksanakannya lelang. Oleh karena itu lelang eksekusi tetap dapat
dilaksanakan walaupun sertifikat asli tanah tersebut tidak dapat diperoleh Pejabat Lelang dari tereksekusi.
Ayat (5)
Dokumen ini akan dijadikan dasar pendaftaran peralihan haknya.
Pasal 42
Ayat (1)
Peralihan hak karena pewarisan terjadi karena hukum pada saat pemegang hak yang bersangkutan
meninggal dunia. Dalam arti, bahwa sejak itu para ahli waris menjadi pemegang haknya yang baru.
Mengenai siapa yang menjadi ahli waris diatur dalam Hukum Perdata yang berlaku bagi pewaris.
Pendaftaran peralihan hak karena pewarisan juga diwajibkan, dalam rangka memberikan perlindungan
hukum kepada para ahli waris dan demi ketertiban tata usaha pendaftaran tanah, agar data yang
tersimpan dan disajikan selalu menunjukkan keadaan yang mutakhir. Surat tanda bukti sebagai ahli waris
dapat berupa Akta Keterangan Hak Mewaris, atau Surat Penetapan Ahli Waris atau Surat Keterangan Ahli
Waris.
Ayat (2)
Dokumen yang membuktikan adanya hak atas tanah pada yang mewariskan diperlukan karena
pendaftaran peralihan hak ini baru dapat dilakukan setelah pendaftaran untuk pertama kali hak yang
bersangkutan atas nama yang mewariskan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Apabila dari akta pembagian waris yang dibuat sesuai ketentuan yang berlaku bagi para ahli waris sudah
ternyata suatu hak yang merupakan harta waris jatuh pada seorang penerima warisan tertentu,
pendaftaran peralihan haknya dapat langsung dilakukan tanpa alat bukti peralihan hak lain, misalnya akta
PPAT.
Ayat (5)
Sesudah hak tersebut didaftar sebagai harta bersama, pendaftaran pembagian hak tersebut selanjutnya
dapat dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 51.
Pasal 43
Ayat (1)
Beralihnya hak dalam penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang tidak didahului
dengan likuidasi terjadi karena hukum (Pasal 107 ayat (3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang
Perseroan Terbatas dan Pasal 14 Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian). Karena
43 / 49
197
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
itu cukup dibuktikan dengan akta yang membuktikan terjadinya penggabungan atau peleburan tersebut.
Ketentuan ini secara mutatis mutandis berlaku untuk penggabungan atau peleburan badan hukum lain.
Ayat (2)
Dalam rangka likuidasi dilakukan pemindahan hak, yang kalau mengenai tanah dibuktikan dengan akta
PPAT.
Pasal 44
Ayat (1)
Dipandang dari sudut hak tanggungan, pendaftaran pemberian hak tanggungan merupakan pendaftaran
pertama. Dipandang dari sudut hak yang dibebani, pencatatannya dalam buku tanah dan sertifikat tanah
yang dibebani merupakan pemeliharaan data pendaftaran tanah.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 45
Ayat (1)
Akta PPAT merupakan alat untuk membuktikan telah dilakukannya suatu perbuatan hukum. Oleh karena
itu apabila perbuatan hukum itu batal atau dibatalkan, akta PPAT yang bersangkutan tidak berfungsi lagi
sebagai bukti perbuatan hukum tersebut. Dalam pada itu apabila suatu perbuatan hukum dibatalkan
sendiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan sedangkan perbuatan hukum itu sudah didaftar di Kantor
Pertanahan, maka pendaftaran tidak dapat dibatalkan. Perubahan data pendaftaran tanah menurut
pembatalan perbuatan hukum itu harus didasarkan atas alat bukti lain, misalnya putusan Pengadilan atau
akta PPAT mengenai perbuatan hukum yang baru.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Perpanjangan jangka waktu suatu hak tidak mengakibatkan hak tersebut hapus atau terputus. Oleh karena itu
untuk pendaftarannya tidak perlu dibuatkan buku tanah dan sertifikat baru.
Pasal 48
Ayat (1)
Pemecahan bidang tanah harus sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku dan tidak boleh
mengakibatkan tidak terlaksananya ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya
44 / 49
198
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Pasal 49
Ayat (1)
Dalam pemisahan bidang tanah menurut ayat ini bidang tanah yang luas diambil sebagian yang menjadi
satuan bidang baru. Dalam hal ini bidang tanah induknya masih ada dan tidak berubah identitasnya,
kecuali mengenai luas dan batasnya. Istilah yang digunakan adalah pemisahan, untuk membedakannya
dengan apa yang dilakukan menurut Pasal 48.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 51
Ayat (1)
Pada saatnya suatu hak bersama, baik yang diperoleh sebagai warisan maupun sebab lain, perlu dibagi
sehingga menjadi hak individu. Untuk itu kesepakatan antara pemegang hak bersama tersebut perlu
dituangkan dalam akta PPAT yang akan menjadi dasar bagi pendaftarannya. Dalam pembagian tersebut
45 / 49
199
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
tidak harus semua pemegang hak bersama memperoleh bagian. Dalam pembagian harta waris sering kali
yang menjadi pemegang hak individu hanya sebagian dari keseluruhan penerima warisan, asalkan hal
tersebut disepakati oleh seluruh penerima warisan sebagai pemegang hak bersama.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 52
Ayat (1)
Untuk mencatat hapusnya hak atas tanah yang dibatasi masa berlakunya tidak diperlukan penegasan dari
Pejabat yang berwenang.
Dalam acara melepaskan hak, maka selain harus ada bukti, bahwa yang melepaskan adalah pemegang
haknya, juga perlu diteliti apakah pemegang hak tersebut berwenang untuk melepaskan hak yang
bersangkutan.
Dalam hal hak yang dilepaskan dibebani hak tanggungan diperlukan persetujuan dari kreditor yang
bersangkutan.
Demikian juga ia tidak berwenang untuk melepaskan haknya, jika tanah yang bersangkutan berada dalam
sita oleh Pengadilan atau ada beban-beban lain.
Ayat (2)
Dalam hal-hal tertentu Kepala Kantor Pertanahan dapat mengumumkan hapusnya hak yang sertifikatnya
tidak diserahkan kepadanya untuk mencegah dilakukannya perbuatan hukum mengenai tanah yang
sudah tidak ada haknya tersebut.
Pasal 53
Hak tanggungan merupakan accessoir pada suatu piutang tertentu, karenanya menurut hukum mengikuti
peralihan piutang yang bersangkutan. Maka untuk peralihannya tidak diperlukan perbuatan hukum tersendiri dan
pendaftarannya cukup dilakukan berdasarkan bukti cessie, subrogasi ataupun pewarisan piutangnya yang
dijamin.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Kedua dokumen yang dimaksud ayat ini merupakan pernyataan tertulis dari pemegang hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996.
Pasal 55
Ayat (1)
Yang dimaksudkan dengan Pengadilan adalah baik badan-badan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha
Negara ataupun Peradilan Agama.
46 / 49
200
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Putusan Pengadilan mengenai hapusnya sesuatu hak harus dilaksanakan lebih dahulu oleh Pejabat yang
berwenang, sebelum didaftar oleh Kepala Kantor Pertanahan.
Pasal 56
Yang dimaksud pemegang hak yang ganti nama adalah pemegang hak yang sama tetapi namanya berganti.
Penggantian nama pemegang hak dapat terjadi baik mengenai orang perseorangan maupun badan hukum.
Pasal 57
Ayat (1)
Untuk memperkecil kemungkinan pemalsuan, di waktu yang lampau telah beberapa kali dilakukan
penggantian blangko sertifikat. Sehubungan dengan itu apabila dikehendaki oleh pemegang hak,
sertifikatnya boleh diganti dengan sertifikat yang menggunakan blangko baru.
Diterbitkannya sertifikat pengganti dilakukan apabila dan sesudah semua ketentuan dalam Bab VI
Peraturan Pemerintah ini dipenuhi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Ayat (1)
Dalam hal hak atas tanah berdasarkan akta yang dibuat oleh PPAT sudah berpindah kepada pihak lain,
tetapi sebelum peralihan tersebut didaftar sertifikatnya hilang, permintaan penggantian sertifikat yang
hilang dilakukan oleh pemegang haknya yang baru dengan pernyataan dari PPAT bahwa pada waktu
dibuat akta PPAT sertifikat tersebut masih ada.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
47 / 49
201
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Ayat (4)
Keberatan dianggap beralasan apabila misalnya ada pihak yang menyatakan bahwa sertifikat tersebut
tidak hilang melainkan dipegang olehnya berdasarkan persetujuan pemegang hak dalam rangka suatu
perbuatan hukum tertentu.
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Di daerah-daerah tertentu pengumuman yang dimaksud pada ayat (2) memerlukan biaya yang besar
yang tidak sebanding dengan harga tanah yang bersangkutan. Sebubungan dengan itu Menteri dapat
menentukan cara pengumuman lain yang lebih murah biayanya.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pengumuman ini dimaksudkan agar masyarakat tidak melakukan perbuatan hukum mengenai tanah atau
satuan rumah susun yang bersangkutan berdasarkan sertifikat yang telah tidak berlaku.
Sertifikat yang lama dengan sendirinya tidak berlaku lagi, karena sesuai dengan ketentuan yang berlaku
hak yang bersangkutan telah berpindah kepada pembeli lelang dengan telah dimenangkannya lelang
serta telah dibayarnya harga pembelian lelang.
Pasal 61
Ayat (1)
Peraturan Pemerintah dimaksud adalah Peraturan Pemerintah pelaksanaan Undang-undang Nomor 20
Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Ayat (2) s/d Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
48 / 49
202
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Ayat (1)
Ketentuan peralihan ini memungkinkan Peraturan Pemerintah ini segera dapat dilaksanakan di seluruh
Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
49 / 49
203
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
PENJELASAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 1997
TENTANG
PENDAFTARAN TANAH
UMUM
Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua peranan tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan
akan meningkat, baik sebagai tempat bermukim maupun untuk kegiatan usaha. Sehubungan
dengan itu akan meningkat pula kebutuhan akan dukungan berupa jaminan kepastian hukum di
bidang pertanahan. Pemberian jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, pertama-tama
memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan
secara konsisten sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuannya. Selain itu dalam menghadapi
kasus-kasus konkret diperlukan juga terselenggaranya pendaftaran tanah yang memungkinkan
bagi para pemegang hak atas tanah untuk dengan mudah membuktikan haknya atas tanah yang
dikuasainya, dan bagi para pihak yang berkepentingan, seperti calon pembeli dan calon kreditor,
untuk memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai tanah yang menjadi obyek perbuatan
hukum yang akan dilakukan, serta bagi Pemerintah untuk melaksanakan kebijaksanaan
pertanahan.
Sehubungan dengan itu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
pokok Agraria, dalam Pasal 19 memerintahkan diselenggarakannya pendaftaran tanah dalam
rangka menjamin kepastian hukum dimaksud di atas. Pendaftaran tanah tersebut kemudian diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang
sampai saat ini menjadi dasar kegiatan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia.
Dalam kenyataannya pendaftaran tanah yang diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961 tersebut selama lebih dari 35 tahun belum cukup memberikan hasil yang
memuaskan. Dari sekitar 55 juta bidang tanah hak yang memenuhi syarat untuk didaftar, baru
lebih kurang 16,3 juta bidang yang sudah didaftar. Dalam pada itu melalui pewarisan, pemisahan
dan pemberian-pemberian hak baru, jumlah bidang tanah yang memenuhi syarat untuk didaftar
selama Pembangunan Jangka Panjang Kedua diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 75
juta. Hal-hal yang merupakan kendala dalam pelaksanaan pendaftaran tanah, di samping
kekurangan anggaran, alat dan tenaga, adalah keadaan obyektif tanah tanahnya sendiri yang
selain jumlahnya besar dan tersebar di wilayah yang luas, sebagian besar penguasaannya tidak
didukung oleh alat-alat pembuktian yang mudah diperoleh dan dapat dipercaya kebenarannya.
Selain itu ketentuan hukum untuk dasar pelaksanaannya dirasakan belum cukup memberikan
kemungkinan untuk terlaksananya pendaftaran dalam waktu yang singkat dengan hasil yang lebih
memuaskan. Sehubungan dengan itu maka dalam rangka meningkatkan dukungan yang lebih baik
pada pembangunan nasional dengan memberikan kepastian hukum di bidang pertanahan,
dipandang perlu untuk mengadakan penyempurnaan pada ketentuan yang mengatur pendaftaran
tanah, yang pada kenyataannya tersebar pada banyak peraturan perundang-undangan.
Dalam Peraturan Pemerintah yang menyempurnakan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun
1961 ini, tetap dipertahankan tujuan dan sistem yang digunakan, yang pada hakikatnya sudah
ditetapkan dalam Undang-undang Pokok Agraria (UUPA), yaitu bahwa pendaftaran tanah
diselenggarakan dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan dan
bahwa sistem publikasinya adalah sistem negatif, tetapi yang mengandung unsur positif, karena
akan menghasilkan surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat,
seperti yang dinyatakan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c, Pasal 23 ayat (2), Pasal 32 ayat (2) dan
Pasal 38 ayat (2) UUPA. Pendaftaran tanah juga tetap dilaksanakan melalui dua cara, yaitu
pertama-tama secara sistematik yang meliputi wilayah satu desa atau kelurahan atau sebagiannya
yang terutama dilakukan atas prakarsa Pemerintah dan secara sporadik, yaitu pendaftaran
mengenai bidang-bidang tanah atas permintaan pemegang atau penerima hak yang bersangkutan
secara individual atau massal.
Penyempurnaan yang diadakan meliputi penegasan berbagai hal yang belum jelas dalam
peraturan yang lama, antara lain pengertian pendaftaran tanah itu sendiri, asas-asas dan tujuan
penyelenggaraannya, yang di samping untuk memberi kepastian hukum sebagaimana disebut di
www.hukumonline.com
204
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
atas juga dimaksudkan untuk menghimpun dan menyajikan informasi yang lengkap mengenai data
fisik dan data yuridis mengenai bidang tanah yang bersangkutan. Prosedur pengumpulan data
penguasaan tanah juga dipertegas dan dipersingkat serta disederhanakan. Guna menjamin
kepastian hukum di bidang penguasaan dan pemilikan tanah faktor kepastian letak dan batas
setiap bidang tanah tidak dapat diabaikan. Dari pengalaman masa lalu cukup banyak sengketa
tanah yang timbul sebagai akibat letak dan batas bidang-bidang tanah tidak benar. Karena itu
masalah pengukuran dan pemetaan serta penyediaan peta berskala besar untuk keperluan
penyelenggaraan pendaftaran tanah merupakan hal yang tidak boleh diabaikan dan merupakan
bagian yang penting yang perlu mendapat perhatian yang serius dan seksama, bukan hanya
dalam rangka pengumpulan data penguasaan tanah tetapi juga dalam penyajian data
penguasaan/pemilikan tanah dan penyimpanan data tersebut. Perkembangan teknologi
pengukuran dan pemetaan, seperti cara penentuan titik melalui Global Positioning System (GPS)
dan komputerisasi pengolahan, penyajian dan penyimpanan data, pelaksanaan pengukuran dan
pemetaan dapat dipakai di dalam pendaftaran tanah. Untuk mempercepat pengukuran dan
pemetaan bidang tanah yang harus didaftar penggunaan teknologi modern, seperti Global
Positioning System (GPS) dan komputerisasi pengolahan dan penyimpanan data perlu
dimungkinkan yang pengaturannya diserahkan kepada Menteri.
Di samping pendaftaran tanah secara sistematik pendaftaran tanah secara sporadik juga akan
ditingkatkan pelaksanaannya, karena dalam kenyataannya akan bertambah banyak permintaan
untuk mendaftar secara individual dan massal yang diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan,
yang akan makin meningkat kegiatannya. Pendaftaran tanah secara sistematik diutamakan karena
melalui cara ini akan mempercepat perolehan data mengenai bidang-bidang tanah yang akan
didaftar dari pada melalui pendaftaran tanah secara sporadik. Tetapi karena prakarsanya datang
dari Pemerintah, diperlukan waktu untuk memenuhi dana, tenaga dan peralatan yang diperlukan.
Maka pelaksanaannya harus didasarkan pada suatu rencana kerja yang meliputi jangka waktu
yang agak panjang dan rencana pelaksanaan tahunan yang berkelanjutan melalui uji kelayakan
agar berjalan lancar.
Tujuan pendaftaran tanah untuk menghimpun dan menyediakan informasi yang lengkap mengenai
bidang-bidang tanah dipertegas dengan dimungkinkannya menurut Peraturan Pemerintah ini
pembukuan bidang-bidang tanah yang data fisik dan atau data yuridisnya belum lengkap atau
masih disengketakan, walaupun untuk tanah yang demikian belum dikeluarkan sertifikat sebagai
tanda bukti haknya.
Dalam rangka memberi kepastian hukum kepada para pemegang hak atas tanah dalam Peraturan
Pemerintah ini diberikan penegasan mengenai sejauh mana kekuatan pembuktian sertifikat, yang
dinyatakan sebagai alat pembuktian yang kuat oleh UUPA. Untuk itu diberikan ketentuan bahwa
selama belum dibuktikan yang sebaliknya, data fisik dan data yuridis yang dicantumkan dalam
sertifikat harus diterima sebagai data yang benar, baik dalam perbuatan hukum sehari hari maupun
dalam sengketa di Pengadilan, sepanjang data tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam
surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan (Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah ini), dan
bahwa orang tidak dapat menuntut tanah yang sudah besertifikat atas nama orang atau badan
hukum lain, jika selama 5 (lima) tahun sejak dikeluarkannya sertifikat itu dia tidak mengajukan
gugatan pada Pengadilan, sedangkan tanah tersebut diperoleh orang atau badan hukum lain
tersebut dengan itikad baik dan secara fisik nyata dikuasai olehnya atau oleh orang lain atau
badan hukum yang mendapat persetujuannya (Pasal 32 ayat (2) Peraturan Pemerintah ini).
Dengan demikian maka makna dari pernyataan, bahwa sertifikat merupakan alat pembuktian yang
kuat dan bahwa tujuan pendaftaran tanah yang diselenggarakan adalah dalam rangka memberikan
jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan, menjadi tampak dan dirasakan arti praktisnya,
sungguh pun sistem publikasi yang digunakan adalah sistem negatif.
Ketentuan tersebut tidak mengurangi asas pemberian perlindungan yang seimbang baik kepada
pihak yang mempunyai tanah dan dikuasai serta digunakan sebagaimana mestinya maupun
kepada pihak yang memperoleh dan menguasainya dengan itikad baik dan dikuatkan dengan
pendaftaran tanah yang bersangkutan atas namanya.
Sengketa-sengketa dalam menyelenggarakan pendaftaran tanah tetap pertama-tama diusahakan
untuk diselesaikan melalui musyawarah antara pihak yang bersangkutan. Baru setelah usaha
penyelesaian secara damai tidak membawa hasil, dipersilakan yang bersangkutan
menyelesaikannya melalui Pengadilan.
www.hukumonline.com
205
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah merupakan salah satu sumber utama dalam rangka
pemeliharaan data pendaftaran tanah, maka pokok-pokok tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) serta cara melaksanakannya mendapat pengaturan juga dalam Peraturan Pemerintah ini.
Tidak adanya sanksi bagi pihak yang berkepentingan untuk mendaftarkan perbuatan hukum yang
telah dilakukan dan dibuktikan dengan akta PPAT, diatasi dengan diadakannya ketentuan, bahwa
PPAT dalam waktu tertentu diwajibkan menyampaikan akta tanah yang dibuatnya beserta
dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk keperluan
pendaftarannya. Ketentuan ini diperlukan mengingat dalam praktek tidak selalu berkas yang
bersangkutan sampai kepada Kantor Pertanahan.
Dari apa yang dikemukakan di atas jelaslah, bahwa Peraturan Pemerintah yang baru mengenai
pendaftaran tanah ini disamping tetap melaksanakan pokok-pokok yang digariskan oleh UUPA,
memuat penyempurnaan dan penegasan yang diharapkan akan mampu untuk menjadi landasan
hukum dan operasional bagi pelaksanaan pendaftaran tanah yang lebih cepat.
Pasal 2
Asas sederhana dalam pendaftaran tanah dimaksudkan agar ketentuan-ketentuan pokoknya
maupun prosedurnya dengan mudah dapat dipahami oleh pihak-pihak yang berkepentingan,
terutama para pemegang hak atas tanah. Sedangkan asas aman dimaksudkan untuk
menunjukkan, bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga
hasilnya dapat memberikan jaminan kepastian hukum sesuai tujuan pendaftaran tanah itu sendiri.
Asas terjangkau dimaksudkan keterjangkauan bagi pihak-pihak yang memerlukan, khususnya
dengan memperhatikan kebutuhan dan kemampuan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang
diberikan dalam rangka penyelenggaraan pendaftaran tanah harus bisa terjangkau oleh para pihak
yang memerlukan.
Asas mutakhir dimaksudkan kelengkapan yang memadai dalam pelaksanaannya dan
kesinambungan dalam pemeliharaan datanya. Data yang tersedia harus menunjukkan keadaan
yang mutakhir. Untuk itu perlu diikuti kewajiban mendaftar dan pencatatan perubahan-perubahan
yang terjadi di kemudian hari.
Asas mutakhir menuntut dipeliharanya data pendaftaran tanah secara terus menerus dan
berkesinambungan, sehingga data yang tersimpan di Kantor Pertanahan selalu sesuai dengan
keadaan nyata di lapangan, dan masyarakat dapat memperoleh keterangan mengenai data yang
benar setiap saat. Untuk itulah diberlakukan pula asas terbuka.
Pasal 3
Tujuan pendaftaran tanah sebagaimana tercantum pada huruf a merupakan tujuan utama
pendaftaran tanah yang diperintahkan oleh Pasal 19 UUPA.
Disamping itu dengan terselenggaranya pendaftaran tanah juga dimaksudkan terciptanya suatu
pusat informasi mewarnai bidang-bidang tanah sehingga pihak yang berkepentingan termasuk
Pemerintah dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan
perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah
didaftar. Terselenggaranya pendaftaran tanah secara baik merupakan dasar dan perwujudan tertib
administrasi di bidang pertanahan.
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
www.hukumonline.com
206
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan kegiatan-kegiatan tertentu yang pelaksanaannya ditugaskan kepada
Pejabat lain, adalah kegiatan yang pemanfaatannya bersifat nasional atau melebihi wilayah
kerja Kepala Kantor Pertanahan, misalnya pengukuran titik dasar teknik, pemetaan
fotogrametri dan lain sebagainya.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kegiatan-kegiatan tertentu adalah misalnya pembuatan akta PPAT
oleh PPAT atau PPAT Sementara, pembuatan risalah lelang oleh Pejabat Lelang, ajudikasi
dalam pendaftaran tanah secara sistematik oleh Panitia Ajudikasi dan lain sebagainya.
Pasal 7
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk mempermudah rakyat di daerah terpencil yang tidak ada
PPAT untuk melaksanakan perbuatan hukum mengenai tanah. Yang ditunjuk sebagai PPAT
Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang menguasai keadaan daerah yang
bersangkutan, yaitu Kepala Desa.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 8
Ayat (1)
Mengingat pendaftaran tanah secara sistematik pada umumnya bersifat massal dan besar
besaran, maka untuk melaksanakannya Kepala Kantor Pertanahan perlu dibantu oleh
Panitia yang khusus dibentuk untuk itu, sehingga dengan demikian tugas rutin Kantor
Pertanahan tidak terganggu.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memungkinkan dimasukkannya Tetua Adat yang
mengetahui benar riwayat/kepemilikan bidang-bidang tanah setempat dalam Panitia
Ajudikasi, khususnya di daerah yang hukum adatnya masih kuat.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 9
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
www.hukumonline.com
207
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Pendaftaran tanah yang obyeknya bidang tanah yang berstatus tanah Negara dilakukan
dengan mencatatnya dalam daftar tanah dan tidak diterbitkan sertifikat.
Pasal 10
Ayat (1)
Desa dan kelurahan adalah satuan wilayah pemerintahan yang diatur dalam Undang-
undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.
Ayat (2)
Areal hak guna usaha, hak pengelolaan dan tanah Negara umumnya meliputi beberapa
desa/kelurahan. Demikian juga obyek hak tanggungan dapat meliputi beberapa bidang
tanah yang terletak di beberapa desa/kelurahan.
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 13
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Karena pendaftaran tanah secara sistematik dilaksanakan atas prakarsa Pemerintah, maka
kegiatan tersebut didasarkan pada suatu rencana kerja yang ditetapkan oleh Menteri.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan pihak yang berkepentingan adalah pihak berhak atas bidang tanah
yang bersangkutan atau kuasanya.
Pasal 14
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 15
Ayat (1)
Di dalam wilayah yang ditetapkan untuk dilaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik
mungkin ada bidang tanah yang sudah terdaftar. Penyediaan peta dasar pendaftaran untuk
pelaksanaan pendaftaran tanah secara sistematik yang dimaksud pada ayat ini, selain
digunakan untuk pembuatan peta pendaftaran dalam pelaksanaan pendaftaran tanah secara
sistematik, juga digunakan untuk memetakan bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar di
atas.
Ayat (2)
www.hukumonline.com
208
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Dengan adanya peta dasar pendaftaran bidang tanah yang didaftar dalam pendaftaran
tanah secara sporadik dapat diketahui letaknya dalam kaitan dengan bidang-bidang tanah
lain dalam suatu wilayah, sehingga dapat dihindarkan terjadinya sertifikat ganda atas satu
bidang tanah.
Pasal 16
Ayat (1)
Penyiapan peta dasar pendaftaran diperlukan agar setiap bidang tanah yang didaftar dijamin
letaknya secara pasti, karena dapat direkonstruksi di lapangan setiap saat. Untuk maksud
tersebut diperlukan titik-titik dasar teknik nasional.
Ayat (2)
Titik dasar teknik adalah titik tetap yang mempunyai koordinat yang diperoleh dari suatu
pengukuran dan perhitungan dalam suatu sistem tertentu yang berfungsi sebagai titik kontrol
ataupun titik ikat untuk keperluan pengukuran dan rekonstruksi batas.
Ayat (3)
Lihat penjelasan ayat (2).
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 17
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dalam kenyataannya banyak bidang tanah yang bentuknya kurang baik, dengan
dilakukannya penataan batas dimaksudkan agar bentuk bidang-bidang tanah tersebut
tertata dengan baik.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 18
Ayat (1)
Gambar situasi yang dimaksud Pasal ini adalah dokumen penunjuk obyek suatu hak atas
tanah menurut ketentuan yang berlaku sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini, yaitu
yang diatur dalam Peraturan Menteri Agraria Nomor 6 Tahun 1965 tentang Pedoman Pokok
Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Sebagaimana Diatur Dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 10 Tahun 1961.
Yang dimaksud dengan pemegang hak atas tanah dalam ayat ini adalah orang atau badan
hukum yang mempunyai hak atas tanah menurut UUPA, baik yang sudah besertifikat
maupun yang belum besertifikat.
Ayat (2)
Yang dimaksud hak baru adalah hak atas tanah yang diberikan atas tanah Negara
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
www.hukumonline.com
209
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 19
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan batas-batas yang menurut kenyataannya merupakan batas-batas
bidang-bidang tanah yang bersangkutan adalah misalnya tembok atau tanda-tanda lain yang
menunjukkan batas penguasaan tanah oleh orang yang bersangkutan. Apabila ada tanda-
tanda semacam ini maka persetujuan dari pemegang hak atas tanah yang berbatasan tidak
mutlak diperlukan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Ketentuan ini berlaku juga, jika pemegang hak atas tanah yang bersangkutan atau mereka
yang mempunyai tanah yang berbatasan, biarpun sudah disampaikan pemberitahuan
sebelumnya, tidak hadir pada waktu diadakan pengukuran.
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan gambar ukur adalah hasil pengukuran dan pemetaan di lapangan
berupa peta batas bidang atau bidang-bidang tanah secara kasar.
Catatan pada gambar ukur didasarkan pada berita acara pengukuran sementara.
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 20
Ayat (1)
Pemetaan bidang-bidang tanah bisa dilakukan langsung pada peta dasar pendaftaran, tetapi
untuk bidang tanah yang luas pemetaannya dilakukan dengan cara membuat peta tersendiri
dengan menggunakan data yang diambil dari peta dasar pendaftaran dan hasil ukuran batas
bidang tanah yang akan dipetakan.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan peta lain adalah misalnya peta dari instansi Pekerjaan Umum atau
instansi Pajak, sepanjang peta tersebut memenuhi persyaratan teknis untuk pembuatan peta
pendaftaran.
Ayat (3)
Dalam keadaan terpaksa pembuatan peta dasar pendaftaran dapat dilakukan bersamaan
dengan pengukuran dan pemetaan bidang tanah yang bersangkutan dan bidang-bidang
sekelilingnya yang berbatasan, sehingga letak relatif bidang tanah itu dapat ditentukan.
Ayat (4)
Pengaturan oleh Menteri menurut ayat ini meliputi pula pengaturan mengenai licensed
surveyor.
Pasal 21
Ayat (1)
Daftar tanah dimaksudkan sebagai sumber informasi yang lengkap mengenai nomor bidang
lokasi dan penunjukan ke nomor surat ukur bidang-bidang tanah yang ada di wilayah
pendaftaran, baik sebagai hasil pendaftaran untuk pertama kali maupun pemeliharaannya
kemudian.
Ayat (2)
Cukup jelas
www.hukumonline.com
210
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Pasal 22
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Dalam peraturan pendaftaran tanah yang lama surat ukur yang dimaksud ayat ini disebut
gambar situasi.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 23
Huruf a
Penetapan Pejabat yang berwenang mengenai pemberian hak atas tanah Negara dapat
dikeluarkan secara individual, kolektif ataupun secara umum.
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Yang dimaksud dengan Akta Ikrar Wakaf adalah Akta Ikrar Wakaf sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
Ketentuan mengenai pembukuan wakaf ditinjau dari sudut obyeknya pembukuan tersebut
merupakan pendaftaran untuk pertama kali, meskipun bidang tanah yang bersangkutan
sebelumnya sudah didaftar sebagai tanah hak milik.
Huruf d
Hak milik atas satuan rumah susun adalah hak pemilikan individual atas suatu satuan rumah
susun tertentu, yang meliputi dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan
hak bersama atas apa yang disebut bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama,
tempat bangunan rumah susun itu didirikan. Pembukuan hak milik atas satuan rumah susun
dilakukan berdasarkan Akta Pemisahan, yang menunjukkan satuan rumah susun yang
mana yang dimiliki dan berapa bagian proporsional pemiliknya atas benda-benda yang
dihaki bersama tersebut.
Yang dimaksud dengan Akta Pemisahan adalah Akta Pemisahan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun.
Pembukuannya merupakan pendaftaran untuk pertama kali biarpun hak atas tanah tempat
bangunan gedung yang bersangkutan berdiri sudah didaftar.
Huruf e
Yang dimaksud dengan Akta Pemberian Hak Tanggungan adalah Akta Pemberian Hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.
Pasal 24
Ayat (1)
Bukti kepemilikan itu pada dasarnya terdiri dari bukti kepemilikan atas nama pemegang hak
pada waktu berlakunya UUPA dan apabila hak tersebut kemudian beralih, bukti peralihan
hak berturut-turut sampai ke tangan pemegang hak pada waktu dilakukan pembukuan hak.
Alat-alat bukti tertulis yang dimaksudkan dapat, berupa:
a. grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie
(Staatsblad. 1834 27), yang telah dibubuhi catatan, bahwa hak eigendom yang
bersangkutan dikonversi menjadi hak milik; atau
b. grosse akta hak eigendom yang diterbitkan berdasarkan Overschrijvings Ordonnantie
(Staatsblad. 1834 27) sejak berlakunya UUPA sampai tanggal pendaftaran tanah
dilaksanakan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 di daerah yang
bersangkutan; atau
www.hukumonline.com
211
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
c. surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Swapraja yang
bersangkutan; atau
d. sertifikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria Nomor 9
Tahun 1959; atau
e. surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik sebelum
ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban untuk mendaftarkan
hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua kewajiban yang disebut di dalamnya;
atau
f. akta pemindahan hak yang dibuat di bawah tangan yang dibubuhi tanda kesaksian
oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat sebelum berlakunya Peraturan
Pemerintah ini; atau
g. akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya belum
dibukukan; atau
h. akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977; atau
i. risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang tanahnya belum
dibukukan; atau
j. surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang diambil oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah; atau
k. petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding Indonesia sebelum
berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961; atau
l. surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan; atau
m. lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana
dimaksud dalam Pasal II, Pasal VI dan Pasal VII Ketentuan-ketentuan Konversi
UUPA.
Dalam hal bukti tertulis tersebut tidak lengkap atau tidak ada lagi, pembuktian kepemilikan
itu dapat dilakukan dengan keterangan saksi atau pernyataan yang bersangkutan yang
dapat dipercaya kebenarannya menurut pendapat Panitia Ajudikasi dalam pendaftaran
tanah secara sistematik atau Kepala Kantor Pertanahan dalam pendaftaran tanah secara
sporadik.
Yang dimaksud dengan saksi adalah orang yang cakap memberi kesaksian dan mengetahui
kepemilikan tersebut.
Ayat (2)
Ketentuan ini memberi jalan keluar apabila pemegang hak tidak dapat menyediakan bukti
kepemilikan sebagaimana dimaksud ayat (1) baik yang berupa bukti tertulis maupun bentuk
lain yang dapat dipercaya. Dalam hal demikian pembukuan hak dapat dilakukan tidak
berdasarkan bukti kepemilikan akan tetapi berdasarkan bukti penguasaan fisik yang telah
dilakukan oleh pemohon dan pendahulunya.
Pembukuan hak menurut ayat ini harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. bahwa penguasaan dan penggunaan tanah yang bersangkutan dilakukan secara
nyata dan dengan itikad baik selama 20 (dua puluh) tahun atau lebih secara berturut
turut;
b. bahwa kenyataan penguasaan dan penggunaan tanah tersebut selama itu tidak
diganggu gugat dan karena itu dianggap diakui dan dibenarkan oleh masyarakat
hukum adat atau desa/kelurahan yang bersangkutan;
c. bahwa hal-hal tersebut diperkuat oleh kesaksian orang-orang yang dapat dipercaya;
d. bahwa telah diberikan kesempatan kepada pihak lain untuk mengajukan keberatan
melalui pengumuman sebagaimana dimaksud Pasal 26;
e. bahwa telah diadakan penelitian juga mengenai kebenaran hal-hal yang disebutkan di
atas;
www.hukumonline.com
212
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Pasal 25
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Yang diumumkan pada dasarnya adalah data fisik dan data yuridis yang akan dijadikan
dasar pendaftaran bidang tanah yang bersangkutan.
Untuk memudahkan pelaksanaannya, dalam pendaftaran tanah secara sistematik
pengumuman tidak harus dilakukan sekaligus mengenai semua bidang tanah dalam wilayah
yang telah ditetapkan, tetapi dapat dilaksanakan secara bertahap.
Pengumuman pendaftaran tanah secara sistematik selama 30 (tiga puluh) hari dan
pengumuman pendaftaran tanah secara sporadik 60 (enam puluh) hari dibedakan karena
pendaftaran tanah secara sistematik merupakan pendaftaran tanah secara massal yang
diketahui oleh masyarakat umum sehingga pengumumannya lebih singkat, sedangkan
pengumuman pendaftaran tanah secara sporadik sifatnya individual dengan ruang lingkup
terbatas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan tempat pengumuman yang lain adalah misalnya Kantor Rukun
Warga, atau lokasi tanah yang bersangkutan. Untuk penentuan ini Menteri akan
mengaturnya lebih lanjut.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 28
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Belum lengkapnya data yang tersedia atau masih adanya keberatan yang tidak dapat
diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
ayat (1), bukan merupakan alasan untuk menunda dilakukannya pembuatan berita acara
hasil pengumuman data fisik dan data yuridis.
www.hukumonline.com
213
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Ayat (3)
Pengesahan sebagaimana dimaksud ayat (2) merupakan pengesahan data fisik dan data
yuridis bidang tanah sebagaimana adanya. Oleh karena itu data tersebut tidak selalu cukup
untuk dasar pembukuan hak. Kadang-kadang data yang diperoleh hanya tepat untuk
pembukuan hak melalui pengakuan hak berdasarkan pembuktian menurut Pasal 24 ayat (2).
Kadang-kadang dari penelitian riwayat tanah ternyata bahwa bidang tanah tersebut adalah
tanah Negara, yang apabila sesuai dengan ketentuan yang berlaku dapat diberikan kepada
pemohon dengan sesuatu hak atas tanah.
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 30
Ayat (1)
Huruf a
Salah satu tujuan pendaftaran tanah adalah untuk mengumpulkan dan menyajikan
informasi mengenai bidang-bidang tanah. Oleh karena itu data fisik dan data yuridis
mengenai bidang tanah yang sudah dinilai cukup untuk dibukukan tetap dibukukan
walaupun ada data yang masih harus dilengkapi atau ada keberatan dari pihak lain
mengenai data itu. Dengan demikian setiap data fisik dan data yuridis mengenai
bidang tanah itu, termasuk adanya sengketa mengenai data itu, semuanya tercatat.
Huruf b
Ketidaklengkapan data yang dimaksud pada huruf b dapat mengenai data fisik,
misalnya karena surat ukurnya masih didasarkan atas batas sementara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3), dan dapat pula mengenai data yuridis, misalnya
belum lengkapnya tanda tangan ahli waris.
Huruf c, d dan e
Sengketa yang dimaksud pada huruf c, d, dan e juga dapat mengenai data fisik
maupun data yuridis.
Dalam hal sengketa tersebut sudah diajukan ke Pengadilan dan ada perintah untuk
status quo atau ada putusan mengenai sita atas tanah itu, maka pencantuman nama
pemegang hak dalam buku tanah ditangguhkan sampai jelas siapa yang berhak atas
tanah tersebut, baik melalui putusan Pengadilan maupun berdasarkan cara damai.
Perintah status quo yang dimaksud di sini haruslah resmi dan tertulis dan sesudah
sidang pemeriksaan mengenai gugatan yang bersangkutan berjalan diperkuat dengan
putusan peletakan sita atas tanah yang bersangkutan.
Ayat (2)
Waktu 5 (lima) tahun dipandang cukup untuk menganggap bahwa data fisik maupun data
yuridis yang kurang lengkap pembuktiannya itu sudah benar adanya.
Ayat (3)
Penyelesaian secara damai dapat terjadi di luar maupun di dalam pengadilan.
Apabila dalam waktu yang ditentukan pihak yang berkeberatan atas data fisik maupun data
yuridis yang akan dibukukan tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai hal yang
disengketakan itu, keberatannya dianggap tidak beralasan dan catatan mengenai adanya
keberatan itu dihapus.
www.hukumonline.com
214
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Apabila dalam waktu yang ditentukan keberatan tersebut diajukan ke Pengadilan, catatan itu
dihapus setelah ada penyelesaian secara damai atau putusan Pengadilan mengenai
sengketa tersebut.
Ayat (4)
Cukup jelas
Ayat (5)
Cukup jelas
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Penerbitan sertifikat dimaksudkan agar pemegang hak dapat dengan mudah membuktikan
haknya. Oleh karena itu sertifikat merupakan alat pembuktian yang kuat sebagaimana
dimaksud Pasal 19 UUPA. Sehubungan dengan itu apabila masih ada ketidakpastian hak
atas tanah yang bersangkutan, yang ternyata dari masih adanya catatan dalam
pembukuannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1), pada prinsipnya sertifikat
belum dapat diterbitkan. Namun apabila catatan itu mengenai ketidaklengkapan data fisik
yang tidak disengketakan, sertifikat dapat diterbitkan.
Data fisik yang dimaksud tidak lengkap adalah apabila data fisik bidang tanah yang
bersangkutan merupakan hasil pemetaan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (3).
Ayat (3)
Sertifikat tanah wakaf diserahkan kepada Nadzirnya.
Dalam hal pemegang hak sudah meninggal dunia, sertifikat diterimakan kepada ahli
warisnya atau salah seorang ahli waris dengan persetujuan para ahli waris yang lain.
ayat (4)
Dalam hal hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun kepunyaan seorang laki-
laki yang beristeri atau seorang perempuan yang bersuami surat penunjukan tertulis
bermaksud tidak diperlukan.
Ayat (5)
Dengan adanya ketentuan ini tiap pemegang hak bersama memegang sertifikat yang
menyebutkan besarnya bagian masing-masing dari hak bersama tersebut.
Dengan demikian masing-masing akan dengan mudah dapat melakukan perbuatan hukum
mengenai bagian haknya yang bersangkutan tanpa perlu mengadakan perubahan pada
surat tanda bukti hak para pemegang hak bersama yang bersangkutan, kecuali kalau secara
tegas ada larangan untuk berbuat demikian jika tidak ada persetujuan para pemegang hak
bersama yang lain.
Ayat (6)
Cukup jelas
Pasal 32
Ayat (1)
Sertifikat merupakan tanda bukti hak yang kuat, dalam arti bahwa selama tidak dapat
dibuktikan sebaliknya data fisik dan data yuridis yang tercantum di dalamnya harus diterima
sebagai data yang benar. Sudah barang tentu data fisik maupun data yuridis yang tercantum
dalam sertifikat harus sesuai dengan data yang tercantum dalam buku tanah dan surat ukur
yang bersangkutan, karena data itu diambil dari buku tanah dan surat ukur tersebut.
Ayat (2)
Pendaftaran tanah yang penyelenggaraannya diperintahkan oleh UUPA tidak menggunakan
sistem publikasi positif, yang kebenaran data yang disajikan dijamin oleh Negara, melainkan
www.hukumonline.com
215
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
menggunakan sistem publikasi negatif. Di dalam sistem publikasi negatif Negara tidak
menjamin kebenaran data yang disajikan. Tetapi walaupun demikian tidaklah dimaksudkan
untuk menggunakan sistem publikasi negatif secara murni. Hal tersebut tampak dari
pernyataan dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c UUPA, bahwa surat tanda bukti hak yang
diterbitkan berlaku sebagai alat bukti yang kuat dan dalam Pasal 23, 32, dan 38 UUPA
bahwa pendaftaran berbagai peristiwa hukum merupakan alat pembuktian yang kuat. Selain
itu dari ketentuan-ketentuan mengenai prosedur pengumpulan, pengolahan, penyimpanan
dan penyajian data fisik dan data yuridis serta penerbitan sertifikat dalam Peraturan
Pemerintah ini, tampak jelas usaha untuk sejauh mungkin memperoleh dan menyajikan data
yang benar, karena pendaftaran tanah adalah untuk menjamin kepastian hukum.
Sehubungan dengan itu diadakanlah ketentuan dalam ayat (2) ini.
Ketentuan ini bertujuan, pada satu pihak untuk tetap berpegang pada sistem publikasi
negatif dan pada lain pihak untuk secara seimbang memberikan kepastian hukum kepada
pihak yang dengan itikad baik menguasai sebidang tanah dan didaftar sebagai pemegang
hak dalam buku tanah, dengan sertifikat sebagai tanda buktinya, yang menurut UUPA
berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.
Kelemahan sistem publikasi negatif adalah, bahwa pihak yang namanya tercantum sebagai
pemegang hak dalam buku tanah dan sertifikat selalu menghadapi kemungkinan gugatan
dari pihak lain yang merasa mempunyai tanah itu. Umumnya kelemahan tersebut diatasi
dengan menggunakan lembaga acquisideve verjaring atau adverse possession. Hukum
tanah kita yang memakai dasar hukum adat tidak dapat menggunakan lembaga tersebut,
karena hukum adat tidak mengenalnya. Tetapi dalam hukum adat terdapat lembaga yang
dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan sistem publikasi negatif dalam pendaftaran
tanah. yaitu lembaga rechisverwerking.
Dalam hukum adat jika seseorang selama sekian waktu membiarkan tanahnya tidak
dikerjakan, kemudian tanah itu dikerjakan orang lain yang memperolehnya dengan itikad
baik, maka hilanglah haknya untuk menuntut kembali tanah tersebut. Ketentuan di dalam
UUPA yang menyatakan hapusnya hak atas tanah karena ditelantarkan (Pasal 27, 34 dan
40 UUPA) adalah sesuai dengan lembaga ini.
Dengan pengertian demikian, maka apa yang ditentukan dalam ayat ini bukanlah
menciptakan ketentuan hukum baru, melainkan merupakan penerapan ketentuan hukum
yang sudah ada dalam hukum adat, yang dalam tata hukum sekarang ini merupakan bagian
dari. Hukum Tanah Nasional Indonesia dan sekaligus memberikan wujud konkret dalam
penerapan ketentuan dalam UUPA mengenai penelantaran tanah.
Pasal 33
Ayat (1)
Karena pada dasarnya terbuka bagi umum dokumen yang dimaksud ayat ini disebut daftar
umum.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 34
Ayat (1)
Sebelum melakukan perbuatan hukum mengenai bidang tanah tertentu para pihak yang
berkepentingan perlu mengetahui data mengenai bidang tanah tersebut. Sehubungan
dengan sifat terbuka data fisik dan data yuridis yang tersimpan dalam peta pendaftaran,
daftar tanah, buku tanah dan surat ukur, siapapun yang berkepentingan berhak untuk
mengetahui keterangan yang diperlukan. Tidak digunakannya hak tersebut menjadi
tanggung jawab yang bersangkutan.
Ayat (2)
Daftar nama sebenarnya tidak memuat keterangan mengenai tanah, melainkan memuat
keterangan mengenai orang perseorangan atau badan hukum dalam hubungan dengan
www.hukumonline.com
216
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
tanah yang dimilikinya. Keterangan ini diperlukan oleh instansi-instansi Pemerintah untuk
keperluan pelaksanaan tugasnya.
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 35
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Untuk mencegah hilangnya dokumen yang sangat penting untuk kepentingan masyarakat ini
maka apabila ada instansi yang menganggap perlu untuk memeriksanya. pemeriksaan
dokumen itu wajib dilakukan di Kantor Pertanahan. Pengecualian ketentuan ini adalah
sebagaimana diatur dalam ayat (4).
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Setelah diperlihatkan dan jika diperlukan dibuatkan petikan, salinan atau rekamannya seperti
dimaksud pada ayat (3), dokumen yang bersangkutan dibawa dan disimpan kembali di
tempat yang dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
Ayat (5)
Penyimpanan dengan menggunakan peralatan elektronik dan dalam bentuk film akan
menghemat tempat dan mempercepat akses pada data yang diperlukan. Tetapi
penyelenggaraannya memerlukan persiapan peralatan dan tenaga serta dana yang besar.
Maka pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap.
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Cukup jelas
Pasal 36
Ayat (1)
Perubahan data fisik terjadi kalau diadakan pemisahan, pemecahan, atau penggabungan
bidang-bidang tanah yang sudah didaftar. Perubahan data yuridis terjadi misalnya kalau
diadakan pembebanan atau pemindahan hak atas bidang tanah yang sudah didaftar.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 37
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pengecualian terhadap ketentuan pada ayat (1) perlu diberikan dalam keadaan tertentu
yaitu untuk daerah-daerah yang terpencil dan belum ditunjuk PPAT Sementara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), untuk memudahkan rakyat melaksanakan
perbuatan hukum mengenai tanah.
Pasal 38
Ayat (1)
Cukup jelas
www.hukumonline.com
217
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 39
Ayat (1)
Dalam ayat ini diwujudkan fungsi dan tanggung jawab PPAT sebagai pelaksana pendaftaran
tanah. Akta PPAT wajib dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dijadikan dasar yang kuat
untuk pendaftaran pemindahan hak dan pembebanan hak yang bersangkutan. Oleh karena
itu PPAT bertanggung jawab untuk memeriksa syarat-syarat untuk sahnya perbuatan hukum
yang bersangkutan, dengan antara lain mencocokkan data yang terdapat dalam sertifikat
dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan.
Yang dimaksudkan dalam huruf d dengan surat kuasa mutlak adalah pemberian kuasa yang
tidak dapat ditarik kembali oleh pihak yang memberi kuasa, sehingga pada hakikatnya
merupakan perbuatan hukum pemindahan hak.
Contoh syarat yang dimaksudkan dalam huruf g adalah misalnya larangan yang diadakan
oleh Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan Bangunan jo Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 1996 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun
1994 tentang Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan untuk membuat akta, jika kepadanya tidak disertai fotocopy surat
setoran pajak penghasilan yang bersangkutan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 40
Ayat (1)
Selaku pelaksana pendaftaran tanah PPAT wajib segera menyampaikan akta yang
dibuatnya kepada Kantor Pertanahan, agar dapat dilaksanakan proses pendaftaran oleh
kepala kantor Pertanahan.
Ayat (2)
Kewajiban PPAT hanya sebatas menyampaikan akta dengan berkas-berkasnya kepada
Kantor Pertanahan. Pendaftaran kegiatan selanjutnya serta penerimaan sertifikatnya
menjadi urusan pihak yang berkepentingan sendiri.
Pasal 41
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Untuk menghindarkan terjadinya pelelangan umum yang tidak jelas obyeknya perlu diminta
keterangan yang paling mutakhir mengenai tanah atau satuan rumah susun yang akan
dilelang dari Kantor Pertanahan.
Ayat (3)
Sesuai dengan fungsinya sebagai sumber informasi yang mutakhir mengenai tanah atau
satuan rumah susun yang akan dilelang, keterangan ini sangat penting bagi pejabat Lelang
untuk memperoleh keyakinan tentang obyek lelang. Oleh Karena itu surat keterangan
tersebut harus tetap diterbitkan, walaupun tanah atau satuan rumah susun yang
bersangkutan sedang dalam sengketa atau dalam status sitaan.
Ayat (4)
Lelang eksekusi meliputi lelang dalam rangka pelaksanaan putusan Pengadilan, hak
tanggungan, sita pajak, sita Kejaksaan/Penyidik dan sita Panitia Urusan Piutang Negara.
Dalam pelelangan eksekusi kadang-kadang tereksekusi menolak untuk menyerahkan
www.hukumonline.com
218
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
sertifikat asli hak yang akan dilelang. Hal ini tidak boleh menghalangi dilaksanakannya
lelang. Oleh karena itu lelang eksekusi tetap dapat dilaksanakan walaupun sertifikat asli
tanah tersebut tidak dapat diperoleh Pejabat Lelang dari tereksekusi.
Ayat (5)
Dokumen ini akan dijadikan dasar pendaftaran peralihan haknya.
Pasal 42
Ayat (1)
Peralihan hak karena pewarisan terjadi karena hukum pada saat pemegang hak yang
bersangkutan meninggal dunia. Dalam arti, bahwa sejak itu para ahli waris menjadi
pemegang haknya yang baru. Mengenai siapa yang menjadi ahli waris diatur dalam Hukum
Perdata yang berlaku bagi pewaris.
Pendaftaran peralihan hak karena pewarisan juga diwajibkan, dalam rangka memberikan
perlindungan hukum kepada para ahli waris dan demi ketertiban tata usaha pendaftaran
tanah, agar data yang tersimpan dan disajikan selalu menunjukkan keadaan yang mutakhir.
Surat tanda bukti sebagai ahli waris dapat berupa Akta Keterangan Hak Mewaris, atau Surat
Penetapan Ahli Waris atau Surat Keterangan Ahli Waris.
Ayat (2)
Dokumen yang membuktikan adanya hak atas tanah pada yang mewariskan diperlukan
karena pendaftaran peralihan hak ini baru dapat dilakukan setelah pendaftaran untuk
pertama kali hak yang bersangkutan atas nama yang mewariskan.
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
Apabila dari akta pembagian waris yang dibuat sesuai ketentuan yang berlaku bagi para ahli
waris sudah ternyata suatu hak yang merupakan harta waris jatuh pada seorang penerima
warisan tertentu, pendaftaran peralihan haknya dapat langsung dilakukan tanpa alat bukti
peralihan hak lain, misalnya akta PPAT.
Ayat (5)
Sesudah hak tersebut didaftar sebagai harta bersama, pendaftaran pembagian hak tersebut
selanjutnya dapat dilakukan berdasarkan ketentuan Pasal 51.
Pasal 43
Ayat (1)
Beralihnya hak dalam penggabungan atau peleburan perseroan atau koperasi yang tidak
didahului dengan likuidasi terjadi karena hukum (Pasal 107 ayat (3) Undang-undang Nomor
1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dan Pasal 14 Undang-undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian). Karena itu cukup dibuktikan dengan akta yang membuktikan
terjadinya penggabungan atau peleburan tersebut. Ketentuan ini secara mutatis mutandis
berlaku untuk penggabungan atau peleburan badan hukum lain.
Ayat (2)
Dalam rangka likuidasi dilakukan pemindahan hak, yang kalau mengenai tanah dibuktikan
dengan akta PPAT.
Pasal 44
Ayat (1)
Dipandang dari sudut hak tanggungan, pendaftaran pemberian hak tanggungan merupakan
pendaftaran pertama. Dipandang dari sudut hak yang dibebani, pencatatannya dalam buku
tanah dan sertifikat tanah yang dibebani merupakan pemeliharaan data pendaftaran tanah.
Ayat (2)
Cukup jelas
www.hukumonline.com
219
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Pasal 45
Ayat (1)
Akta PPAT merupakan alat untuk membuktikan telah dilakukannya suatu perbuatan hukum.
Oleh karena itu apabila perbuatan hukum itu batal atau dibatalkan, akta PPAT yang
bersangkutan tidak berfungsi lagi sebagai bukti perbuatan hukum tersebut. Dalam pada itu
apabila suatu perbuatan hukum dibatalkan sendiri oleh pihak-pihak yang bersangkutan
sedangkan perbuatan hukum itu sudah didaftar di Kantor Pertanahan, maka pendaftaran
tidak dapat dibatalkan. Perubahan data pendaftaran tanah menurut pembatalan perbuatan
hukum itu harus didasarkan atas alat bukti lain, misalnya putusan Pengadilan atau akta
PPAT mengenai perbuatan hukum yang baru.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 46
Cukup jelas
Pasal 47
Perpanjangan jangka waktu suatu hak tidak mengakibatkan hak tersebut hapus atau terputus.
Oleh karena itu untuk pendaftarannya tidak perlu dibuatkan buku tanah dan sertifikat baru.
Pasal 48
Ayat (1)
Pemecahan bidang tanah harus sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku dan tidak
boleh mengakibatkan tidak terlaksananya ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, misalnya ketentuan landreform (lihat ayat (4)).
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Pemecahan bidang tanah tidak boleh merugikan kepentingan kreditor yang mempunyai hak
tanggungan atas tanah yang bersangkutan. Oleh karena itu pemecahan tanah itu hanya
boleh dilakukan setelah diperoleh persetujuan tertulis dari kreditor atau pihak lain yang
berwenang menyetujui penghapusan beban lain yang bersangkutan.
Beban yang bersangkutan tidak selalu harus dihapus. Dalam hal hak tersebut dibebani hak
tanggungan, hak tanggungan yang bersangkutan tetap membebani bidang-bidang hasil
pemecahan itu.
Ayat (4)
Peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat Peraturan Pemerintah ini
diundangkan adalah Undang-undang Nomor 56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah
Pertanian.
Pasal 49
Ayat (1)
Dalam pemisahan bidang tanah menurut ayat ini bidang tanah yang luas diambil sebagian
yang menjadi satuan bidang baru. Dalam hal ini bidang tanah induknya masih ada dan tidak
berubah identitasnya, kecuali mengenai luas dan batasnya. Istilah yang digunakan adalah
pemisahan, untuk membedakannya dengan apa yang dilakukan menurut Pasal 48.
Ayat (2)
www.hukumonline.com
220
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 50
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 51
Ayat (1)
Pada saatnya suatu hak bersama, baik yang diperoleh sebagai warisan maupun sebab lain,
perlu dibagi sehingga menjadi hak individu. Untuk itu kesepakatan antara pemegang hak
bersama tersebut perlu dituangkan dalam akta PPAT yang akan menjadi dasar bagi
pendaftarannya. Dalam pembagian tersebut tidak harus semua pemegang hak bersama
memperoleh bagian. Dalam pembagian harta waris sering kali yang menjadi pemegang hak
individu hanya sebagian dari keseluruhan penerima warisan, asalkan hal tersebut disepakati
oleh seluruh penerima warisan sebagai pemegang hak bersama.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 52
Ayat (1)
Untuk mencatat hapusnya hak atas tanah yang dibatasi masa berlakunya tidak diperlukan
penegasan dari Pejabat yang berwenang.
Dalam acara melepaskan hak, maka selain harus ada bukti, bahwa yang melepaskan
adalah pemegang haknya, juga perlu diteliti apakah pemegang hak tersebut berwenang
untuk melepaskan hak yang bersangkutan.
Dalam hal hak yang dilepaskan dibebani hak tanggungan diperlukan persetujuan dari
kreditor yang bersangkutan.
Demikian juga ia tidak berwenang untuk melepaskan haknya, jika tanah yang bersangkutan
berada dalam sita oleh Pengadilan atau ada beban-beban lain.
Ayat (2)
Dalam hal-hal tertentu Kepala Kantor Pertanahan dapat mengumumkan hapusnya hak yang
sertifikatnya tidak diserahkan kepadanya untuk mencegah dilakukannya perbuatan hukum
mengenai tanah yang sudah tidak ada haknya tersebut.
Pasal 53
Hak tanggungan merupakan accessoir pada suatu piutang tertentu, karenanya menurut hukum
mengikuti peralihan piutang yang bersangkutan. Maka untuk peralihannya tidak diperlukan
perbuatan hukum tersendiri dan pendaftarannya cukup dilakukan berdasarkan bukti cessie,
subrogasi ataupun pewarisan piutangnya yang dijamin.
Pasal 54
Ayat (1)
Cukup jelas
www.hukumonline.com
221
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
Ayat (2)
Kedua dokumen yang dimaksud ayat ini merupakan pernyataan tertulis dari pemegang hak
tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (4) Undang-undang Nomor 4
Tahun 1996.
Pasal 55
Ayat (1)
Yang dimaksudkan dengan Pengadilan adalah baik badan-badan Peradilan Umum,
Peradilan Tata Usaha Negara ataupun Peradilan Agama.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Putusan Pengadilan mengenai hapusnya sesuatu hak harus dilaksanakan lebih dahulu oleh
Pejabat yang berwenang, sebelum didaftar oleh Kepala Kantor Pertanahan.
Pasal 56
Yang dimaksud pemegang hak yang ganti nama adalah pemegang hak yang sama tetapi namanya
berganti. Penggantian nama pemegang hak dapat terjadi baik mengenai orang perseorangan
maupun badan hukum.
Pasal 57
Ayat (1)
Untuk memperkecil kemungkinan pemalsuan, di waktu yang lampau telah beberapa kali
dilakukan penggantian blangko sertifikat. Sehubungan dengan itu apabila dikehendaki oleh
pemegang hak, sertifikatnya boleh diganti dengan sertifikat yang menggunakan blangko
baru.
Diterbitkannya sertifikat pengganti dilakukan apabila dan sesudah semua ketentuan dalam
Bab VI Peraturan Pemerintah ini dipenuhi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 58
Cukup jelas
Pasal 59
Ayat (1)
Dalam hal hak atas tanah berdasarkan akta yang dibuat oleh PPAT sudah berpindah
kepada pihak lain, tetapi sebelum peralihan tersebut didaftar sertifikatnya hilang, permintaan
penggantian sertifikat yang hilang dilakukan oleh pemegang haknya yang baru dengan
pernyataan dari PPAT bahwa pada waktu dibuat akta PPAT sertifikat tersebut masih ada.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Ayat (4)
www.hukumonline.com
222
■ LAMPIRAN
www.hukumonline.com
Keberatan dianggap beralasan apabila misalnya ada pihak yang menyatakan bahwa
sertifikat tersebut tidak hilang melainkan dipegang olehnya berdasarkan persetujuan
pemegang hak dalam rangka suatu perbuatan hukum tertentu.
Ayat (5)
Cukup jelas
Ayat (6)
Cukup jelas
Ayat (7)
Di daerah-daerah tertentu pengumuman yang dimaksud pada ayat (2) memerlukan biaya
yang besar yang tidak sebanding dengan harga tanah yang bersangkutan. Sebubungan
dengan itu Menteri dapat menentukan cara pengumuman lain yang lebih murah biayanya.
Pasal 60
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Pengumuman ini dimaksudkan agar masyarakat tidak melakukan perbuatan hukum
mengenai tanah atau satuan rumah susun yang bersangkutan berdasarkan sertifikat yang
telah tidak berlaku.
Sertifikat yang lama dengan sendirinya tidak berlaku lagi, karena sesuai dengan ketentuan
yang berlaku hak yang bersangkutan telah berpindah kepada pembeli lelang dengan telah
dimenangkannya lelang serta telah dibayarnya harga pembelian lelang.
Pasal 61
Ayat (1)
Peraturan Pemerintah dimaksud adalah Peraturan Pemerintah pelaksanaan Undang-undang
Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Ayat (2) s/d Ayat (4)
Cukup jelas
Pasal 62
Cukup jelas
Pasal 63
Cukup jelas
Pasal 64
Ayat (1)
Ketentuan peralihan ini memungkinkan Peraturan Pemerintah ini segera dapat dilaksanakan
di seluruh Indonesia.
Ayat (2)
Cukup jelas
Pasal 65
Cukup jelas
Pasal 66
Cukup jelas
www.hukumonline.com
223
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
www.hukumonline.com
www.hukumonline.com
224
■ LAMPIRAN
-1-
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
225
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
-2-
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
226
■ LAMPIRAN
-3-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL TENTANG
PENYELESAIAN KASUS PERTANAHAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kasus Pertanahan adalah Sengketa, Konflik, atau
Perkara Pertanahan untuk mendapatkan penanganan
penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan/atau kebijakan pertanahan.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
227
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
-4-
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
228
■ LAMPIRAN
-5-
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
229
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
-6-
BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP
Pasal 2
(1) Penyelesaian Kasus Pertanahan, dimaksudkan untuk:
a. mengetahui riwayat dan akar permasalahan
Sengketa, Konflik atau Perkara;
b. merumuskan kebijakan strategis penyelesaian
Sengketa, Konflik atau Perkara; dan
c. menyelesaikan Sengketa, Konflik atau Perkara, agar
tanah dapat dikuasai, dimiliki, dipergunakan dan
dimanfaatkan oleh pemiliknya.
(2) Penyelesaian Kasus Pertanahan bertujuan untuk
memberikan kepastian hukum dan keadilan mengenai
penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah.
Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Menteri ini, meliputi:
a. Penyelesaian Sengketa dan Konflik;
b. Penyelesaian Perkara;
c. Pengawasan dan Pengendalian; dan
d. Bantuan Hukum dan Perlindungan Hukum.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
230
■ LAMPIRAN
-7-
BAB III
PENYELESAIAN SENGKETA DAN KONFLIK
Bagian Kesatu
Dasar Penyelesaian
Paragraf 1
Umum
Pasal 4
Penyelesaian Sengketa dan Konflik dilakukan berdasarkan:
a. Inisiatif dari Kementerian; atau
b. Pengaduan masyarakat.
Paragraf 2
Inisiatif dari Kementerian
Pasal 5
(1) Dalam melaksanakan penyelesaian Sengketa dan Konflik
berdasarkan inisiatif dari Kementerian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, Kementerian
melaksanakan pemantauan untuk mengetahui Sengketa
dan Konflik yang terjadi dalam suatu wilayah tertentu.
(2) Pemantauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara rutin oleh Kepala Kantor Pertanahan,
Kepala Kantor Wilayah BPN atau Dirjen terhadap
pengaduan atau pemberitaan pada surat kabar terkait
Sengketa dan Konflik
(3) Kepala Kantor Pertanahan melaporkan hasil pemantauan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala
Kantor Wilayah BPN setiap 4 (empat) bulan sekali dan
ditembuskan kepada Menteri.
(4) Dalam hal hasil pemantauan perlu ditindaklanjuti,
Menteri atau Kepala Kantor Wilayah BPN memerintahkan
Kepala Kantor Pertanahan untuk melakukan kegiatan
penyelesaian Sengketa dan Konflik.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
231
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
-8-
Paragraf 3
Pengaduan Masyarakat
Pasal 6
(1) Dalam melaksanakan penyelesaian Sengketa atau Konflik
berdasarkan Pengaduan masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, Kementerian menerima
Pengaduan terkait Sengketa dan Konflik dari masyarakat.
(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan kepada Kepala Kantor Pertanahan secara
tertulis, melalui loket pengaduan, kotak surat atau
website Kementerian.
(3) Dalam hal Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disampaikan kepada Kantor Wilayah BPN dan/atau
Kementerian, berkas Pengaduan diteruskan kepada
Kepala Kantor Pertanahan.
(4) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling
sedikit memuat identitas pengadu dan uraian singkat
kasus.
(5) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
dilampiri dengan fotokopi identitas pengadu, fotokopi
identitas penerima kuasa dan surat kuasa apabila
dikuasakan, serta data pendukung atau bukti-bukti yang
terkait dengan pengaduan.
(6) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat
sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 7
(1) Setelah Pengaduan diterima, petugas yang
bertanggungjawab dalam menangani pengaduan
melakukan pemeriksaan berkas Pengaduan.
(2) Dalam hal berkas pengaduan telah memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4) dan ayat
(5), petugas menyampaikan berkas Pengaduan kepada
pejabat yang bertanggung jawab dalam menangani
Sengketa, Konflik dan Perkara pada Kantor Pertanahan.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
232
■ LAMPIRAN
-9-
Pasal 8
(1) Setelah menerima berkas Pengaduan dari petugas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2), pejabat
yang bertanggungjawab dalam menangani Sengketa,
Konflik dan Perkara pada Kantor Pertanahan,
mengadministrasikan pengaduan dimaksud ke dalam
Register Penerimaan Pengaduan.
(2) Register Penerimaan Pengaduan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibuat sesuai dengan format sebagaimana
tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
(1) Setiap perkembangan penyelesaian Sengketa, Konflik dan
Perkara dicatat dalam Register Penyelesaian Sengketa,
Konflik dan Perkara dengan melampirkan bukti
perkembangan dimaksud dan/atau dilakukan
pengadministrasian data melalui sistem informasi
Sengketa, Konflik dan Perkara.
(2) Perkembangan penyelesaian Sengketa, Konflik dan
Perkara dilaporkan kepada Kepala Kantor Wilayah BPN
setiap 4 (empat) bulan sekali dan ditembuskan kepada
Menteri.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
233
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 10 -
Bagian Kedua
Pengumpulan Data dan Analisis
Paragraf 1
Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pasal 10
(1) Berdasarkan hasil pemantauan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (4) dan/atau Pengaduan yang telah
diadministrasikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (1), pejabat yang bertanggungjawab dalam
menangani Sengketa, Konflik dan Perkara pada Kantor
Pertanahan melakukan kegiatan pengumpulan data.
(2) Data yang dikumpulkan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa:
a. data fisik dan data yuridis;
b. putusan peradilan, berita acara pemeriksaan dari
Kepolisian Negara RI, Kejaksaan RI, Komisi
Pemberantasan Korupsi atau dokumen lainnya yang
dikeluarkan oleh lembaga/instansi penegak hukum;
c. data yang dikeluarkan atau diterbitkan oleh pejabat
yang berwenang;
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
234
■ LAMPIRAN
- 11 -
Paragraf 2
Pelaksanaan Analisis
Pasal 11
(1) Setelah pelaksanaan kegiatan pengumpulan data
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, pejabat yang
bertanggungjawab dalam menangani Sengketa, Konflik
dan Perkara pada Kantor Pertanahan melakukan
analisis.
(2) Analisis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
untuk mengetahui pengaduan tersebut merupakan
kewenangan Kementerian atau bukan kewenangan
Kementerian.
(3) Sengketa atau Konflik yang menjadi kewenangan
Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
meliputi:
a. kesalahan prosedur dalam proses pengukuran,
pemetaan dan/atau perhitungan luas;
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
235
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 12 -
Pasal 12
(1) Dalam hal Sengketa dan Konflik merupakan kewenangan
Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(3), pejabat yang bertanggungjawab dalam menangani
Sengketa, Konflik dan Perkara melaporkan hasil
pengumpulan data dan hasil analisis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11 kepada Kepala
Kantor Pertanahan.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
236
■ LAMPIRAN
- 13 -
Bagian Ketiga
Penyelesaian Sengketa dan Konflik
Yang Merupakan Kewenangan Kementerian
Paragraf 1
Umum
Pasal 13
(1) Setelah menerima laporan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1), Kepala Kantor Pertanahan
menyampaikan hasil pengumpulan data dan analisis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11,
kepada:
a. Kepala Kantor Wilayah BPN, dalam hal keputusan
pemberian hak, konversi/penegasan/pengakuan,
pembatalan hak atas tanah yang menjadi objek
Sengketa dan Konflik diterbitkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan; atau
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
237
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 14 -
Pasal 14
(1) Setelah menerima hasil pengumpulan data dan hasil
analisis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1),
Kepala Kantor Wilayah BPN atau Menteri memerintahkan
pejabat yang bertanggungjawab dalam menangani
Sengketa, Konflik dan Perkara untuk menindaklanjuti
proses penyelesaiannya.
(2) Dalam hal terdapat Sengketa atau Konflik yang perlu
ditangani oleh Tim, Kepala Kantor Wilayah BPN atau
Menteri dapat membentuk Tim Penyelesaian Sengketa
dan Konflik paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
diterimanya hasil pengumpulan data dan hasil analisis
dari Kantor Pertanahan.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
238
■ LAMPIRAN
- 15 -
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
239
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 16 -
Pasal 15
Pejabat yang bertanggungjawab dalam menangani Sengketa,
Konflik dan Perkara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) atau Tim Penyelesaian Sengketa dan Konflik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (3) dan ayat (4)
mempunyai tugas:
a. melakukan pengkajian dan pemeriksaan lapangan;
b. melakukan paparan, apabila diperlukan; dan
c. menyusun serta menyampaikan Laporan Penyelesaian
Kasus Pertanahan.
Paragraf 2
Pengkajian dan Pemeriksaan Lapangan
Pasal 16
(1) Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dan Pasal 11,
pejabat yang bertanggungjawab dalam menangani
Sengketa, Konflik dan Perkara atau Tim Penyelesaian
Sengketa dan Konflik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14, melakukan pengkajian.
(2) Pengkajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk mengetahui pokok masalah, penyebab
terjadinya, potensi dampak, alternatif penyelesaian dan
rekomendasi penyelesaian Sengketa dan Konflik.
Pasal 17
(1) Pengkajian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16
dilakukan terhadap:
a. kronologi Sengketa atau Konflik; dan
b. data yuridis, data fisik, dan data pendukung
lainnya.
(2) Dalam hal hasil pengkajian diperlukan data tambahan,
maka dilengkapi dengan melakukan:
a. pencarian data secara mandiri; atau
b. meminta data kepada para pihak.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
240
■ LAMPIRAN
- 17 -
Pasal 18
(1) Dalam melaksanakan pengkajian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16, dilakukan pemeriksaan lapangan.
(2) Dalam melakukan pemeriksaan lapangan, pejabat yang
berwenang/petugas pemeriksa lapangan disertai dengan
Surat Tugas.
(3) Dalam keadaan tertentu, pemeriksaan lapangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat didampingi
oleh pihak Kepolisian.
(4) Surat Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibuat
sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IX yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 19
Kegiatan pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 18, meliputi:
a. penelitian atas kesesuaian data dengan kondisi lapangan;
b. pencarian keterangan dari saksi-saksi dan/atau pihak-
pihak yang terkait;
c. penelitian batas bidang tanah, gambar ukur, peta bidang
tanah, gambar situasi/surat ukur, peta rencana tata
ruang; dan/atau
d. kegiatan lainnya yang diperlukan.
Pasal 20
(1) Hasil kegiatan pemeriksaan lapangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 dituangkan dalam Berita Acara
Hasil Pemeriksaan Lapangan dan ditandatangani oleh
petugas dan para saksi.
(2) Berita Acara Hasil Pemeriksaan Lapangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dibuat sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran X yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
241
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 18 -
Paragraf 3
Paparan
Pasal 21
(1) Berdasarkan hasil pengkajian dan hasil pemeriksaan
lapangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 dan
Pasal 20, dapat dilakukan Paparan.
(2) Paparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
dilaksanakan dalam hal:
a. Sengketa dan konflik termasuk dalam karakteristik
tertentu; atau
b. Sengketa dan Konflik ditangani oleh Tim
Penyelesaian Sengketa dan Konflik.
(3) Paparan bertujuan untuk:
a. menghimpun masukan pendapat para peserta
Paparan;
b. mempertajam pengkajian Sengketa dan Konflik; dan
c. memperoleh kesimpulan dan saran.
(4) Peserta Paparan:
a. pegawai/pejabat dari Kementerian, Kantor Wilayah
BPN dan/atau Kantor Pertanahan atau anggota Tim
Penyelesaian Sengketa dan Konflik; dan/atau
b. instansi terkait, akademisi, unsur masyarakat
dan/atau pemerhati/pegiat agraria dan penataan
ruang, apabila diperlukan.
(5) Undangan peserta paparan dibuat sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 22
(1) Paparan dicatat dalam Notulen Paparan dan
ditandatangani oleh Pimpinan Paparan dan notulis.
(2) Hasil Paparan dibuatkan Berita Acara Paparan yang
ditandatangani oleh Pimpinan Paparan dan perwakilan
dari peserta paparan.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
242
■ LAMPIRAN
- 19 -
Paragraf 4
Laporan Penyelesaian Kasus Pertanahan
Pasal 23
(1) Pejabat yang bertanggungjawab dalam menangani
Sengketa, Konflik dan Perkara atau Tim Penyelesaian
Sengketa dan Konflik membuat Laporan Penyelesaian
Kasus Pertanahan.
(2) Laporan Penyelesaian Kasus Pertanahan merupakan
rangkuman hasil kegiatan penyelesaian Sengketa atau
Konflik.
(3) Laporan Penyelesaian Kasus Pertanahan merupakan satu
kesatuan dengan Berkas Penyelesaian Sengketa dan
Konflik yang dimulai dari Pengaduan, Pengumpulan data,
Analisis, Pengkajian, Pemeriksaan Lapangan, dan
Paparan.
(4) Laporan Penyelesaian Kasus Pertanahan dan Berkas
Penyelesaian Sengketa dan Konflik sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3), dibuat sesuai
dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran
XIV dan Lampiran XV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
243
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 20 -
Paragraf 5
Penyelesaian
Pasal 24
(1) Setelah menerima Laporan Penyelesaian Sengketa dan
Konflik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (5),
Kepala Kantor Wilayah BPN atau Menteri menyelesaikan
Sengketa dan Konflik dengan menerbitkan:
a. Keputusan Pembatalan Hak Atas Tanah;
b. Keputusan Pembatalan Sertifikat;
c. Keputusan Perubahan Data pada Sertifikat, Surat
Ukur, Buku Tanah dan/atau Daftar Umum lainnya;
atau
d. Surat Pemberitahuan bahwa tidak terdapat
kesalahan administrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (3).
(2) Keputusan Pembatalan Hak Atas Tanah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan pembatalan
terhadap hak atas tanah, tanda bukti hak dan daftar
umum lainnya yang berkaitan dengan hak tersebut.
(3) Keputusan Pembatalan Sertifikat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, merupakan pembatalan terhadap
tanda bukti hak dan daftar umum lainnya yang berkaitan
dengan hak tersebut, dan bukan pembatalan terhadap
hak atas tanahnya.
(4) Keputusan Perubahan Data sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c yang menyebabkan perlu adanya
perubahan data pada Keputusan Pemberian Hak atau
Keputusan konversi/penegasan/pengakuan, maka:
a. Menteri, melakukan perbaikan terhadap keputusan
pemberian hak;
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
244
■ LAMPIRAN
- 21 -
Pasal 25
Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1),
ayat (4) dan ayat (7) disampaikan kepada Kepala Kantor
Pertanahan disertai dengan Berkas Penyelesaian Sengketa
dan Konflik sesuai dengan kewenangan pembatalan.
Pasal 26
(1) Dalam hal penyelesaian Sengketa dan Konflik berupa
penerbitan Keputusan Pembatalan Hak Atas Tanah atau
Keputusan Pembatalan Sertifikat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a dan huruf b,
pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan kewenangan
pembatalan.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
245
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 22 -
Paragraf 6
Pelaksanaan Keputusan Penyelesaian
Pasal 27
Keputusan penyelesaian Sengketa atau Konflik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1), dilaksanakan oleh Kepala
Kantor Pertanahan.
Pasal 28
(1) Dalam hal Keputusan berupa Pembatalan Hak Atas
Tanah, Pembatalan Sertifikat atau Perubahan Data
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a,
huruf b dan huruf c, Kepala Kantor Pertanahan
memerintahkan pejabat yang berwenang untuk
memberitahukan kepada para pihak agar menyerahkan
sertifikat hak atas tanah dan/atau pihak lain yang terkait
dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari kerja.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
246
■ LAMPIRAN
- 23 -
Pasal 29
(1) Setelah pemberitahuan atau pengumuman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 27, Kepala Kantor Pertanahan
memerintahkan pejabat yang berwenang menindaklanjuti
keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(1).
(2) Dalam hal Keputusan berupa pembatalan hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a,
pejabat yang berwenang melakukan pencatatan
mengenai hapusnya keputusan pemberian hak, sertifikat,
surat ukur, buku tanah dan Daftar Umum lainnya, pada
Sertifikat hak atas tanah, Buku Tanah dan Daftar Umum
lainnya.
(3) Dalam hal Keputusan berupa pembatalan sertifikat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b,
pejabat yang berwenang melakukan pencatatan mengenai
hapusnya hak pada Sertifikat, Buku Tanah dan Daftar
Umum lainnya.
(4) Dalam hal Keputusan berupa perubahan data
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf c,
pejabat yang berwenang melakukan perbaikan pada
Sertifikat, Surat Ukur, Buku Tanah atau Daftar Umum
lainnya.
(5) Setelah dilakukan perbaikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), sertifikat diberikan kembali kepada
pemegang hak atau diterbitkan sertifikat pengganti.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
247
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 24 -
Pasal 30
Dalam hal Keputusan berupa Surat Pemberitahuan
pengaduan atau permohonan tidak dapat dilaksanakan atau
tidak terdapat kesalahan administrasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 ayat (1) huruf d, Kepala Kantor Pertanahan
meneruskan Surat Pemberitahuan kepada para pihak
dan/atau pihak lain yang terkait, disertai dengan penjelasan
dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja.
Pasal 31
Penerbitan atau peralihan hak atas tanah sebagai tindak
lanjut pelaksanaan pembatalan hak atas tanah, pembatalan
sertifikat atau perubahan data, dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 32
Dalam hal tanah objek Sengketa dan Konflik merupakan aset
Barang Milik Negara/Daerah dan/atau aset Badan Usaha
Milik Negara/Daerah, maka pelaksanaan pembatalan hak atas
tanah dan/atau pemberian hak atas tanah dilakukan setelah
adanya penghapusan aset/aktiva tetap dari instansi yang
bersangkutan.
Pasal 33
(1) Keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat
(1) wajib dilaksanakan kecuali terdapat alasan yang sah
untuk menunda pelaksanaannya.
(2) Alasan yang sah untuk menunda penyelesaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain:
a. sertifikat yang akan dibatalkan sedang dalam status
diblokir atau disita oleh kepolisian, kejaksaaan,
pengadilan dan/atau lembaga penegak hukum
lainnya; atau
b. tanah yang menjadi obyek pembatalan menjadi
obyek hak tanggungan; atau
c. tanah telah dialihkan kepada pihak lain.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
248
■ LAMPIRAN
- 25 -
Pasal 34
(1) Dalam hal tanah yang menjadi obyek pembatalan sedang
dalam status diblokir atau disita oleh kepolisian,
kejaksaan, pengadilan dan/atau lembaga penegak
hukum lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33
ayat (2) huruf a, maka pelaksanaan pembatalan ditunda.
(2) Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan ketentuan:
a. apabila status blokir dan tidak ditindaklanjuti
dengan penetapan sita dari pengadilan, maka
penundaan dilakukan sampai dengan jangka waktu
30 (tiga puluh) hari sejak dilakukan pencatatan
blokir atau sampai adanya pencabutan blokir dari
pihak kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan/atau
lembaga penegak hukum lainnya sebelum tenggang
waktu 30 (tiga puluh) hari; atau
b. apabila status blokir dan ada penetapan sita dari
pengadilan, penundaan dilakukan sampai adanya
keputusan pencabutan sita dari pihak kepolisian,
kejaksaan, pengadilan dan/atau lembaga penegak
hukum lainnya.
Pasal 35
(1) Dalam hal tanah merupakan obyek hak tanggungan atau
tanah telah dialihkan kepada pihak lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf b dan huruf c,
maka dilakukan pemberitahuan kepada pemegang hak
tanggungan atau pihak lain tersebut.
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan:
a. Pihak lain yang tidak mengetahui bahwa tanah
dalam keadaan sengketa atau konflik;
b. tanah tersebut ditawarkan secara terbuka; dan
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
249
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 26 -
Pasal 36
(1) Penundaan penyelesaian Sengketa dan Konflik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dan Pasal 35
dilaporkan oleh Kepala Kantor Pertanahan kepada Kepala
Kantor Wilayah BPN atau Menteri dalam waktu paling
lama 5 (lima) hari kerja sejak pemberitahuan kepada
pihak terkait.
(2) Penundaan pembatalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dicatat dalam Buku Tanah dan Daftar Umum
lainnya dan dicantumkan alasan pembatalannya.
(3) Sertipikat yang terdapat catatan pada Buku Tanah atau
Daftar Umum lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), tidak dapat dialihkan sampai dengan dilakukannya
pembetulan atas catatan dimaksud.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
250
■ LAMPIRAN
- 27 -
Bagian Keempat
Penyelesaian Sengketa dan Konflik
Yang Bukan Merupakan Kewenangan Kementerian
Paragraf 1
Umum
Pasal 37
(1) Penyelesaian Sengketa atau Konflik sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) dapat dilakukan
melalui Mediasi.
(2) Dalam hal salah satu pihak menolak untuk dilakukan
Mediasi maka penyelesaiannya diserahkan kepada para
pihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Paragraf 2
Pelaksanaan Mediasi
Pasal 38
(1) Apabila para pihak bersedia untuk dilakukan Mediasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1), maka
mediasi dilaksanakan berdasarkan prinsip musyawarah
untuk mufakat bagi kebaikan semua pihak.
(2) Pelaksanaan Mediasi dilakukan paling lama 30 (tiga
puluh) hari.
(3) Mediasi bertujuan untuk:
a. menjamin transparansi dan ketajaman analisis;
b. pengambilan putusan yang bersifat kolektif dan
obyektif;
c. meminimalisir gugatan atas hasil penyelesaian
Sengketa dan Konflik;
d. menampung informasi/pendapat dari semua pihak
yang berselisih, dan dari unsur lain yang perlu
dipertimbangkan; dan
e. memfasilitasi penyelesaian Sengketa dan Konflik
melalui musyawarah.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
251
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 28 -
Pasal 39
(1) Peserta Mediasi terdiri dari:
a. Tim Pengolah;
b. Pejabat Kementerian, Kantor Wilayah BPN dan/atau
Kantor Pertanahan;
c. Mediator dari Kementerian, Kantor Wilayah BPN
dan/atau Kantor Pertanahan;
d. para pihak dan/atau pihak lain yang terkait;
dan/atau
e. Pakar dan/atau ahli yang terkait dengan Sengketa
dan Konflik, Instansi terkait, dan unsur masyarakat,
tokoh masyarakat/adat/agama, atau
pemerhati/pegiat agraria dan penataan ruang, serta
unsur-unsur lain, apabila diperlukan.
(2) Peserta Mediasi harus mendapat penugasan dari
Kementerian, kecuali para pihak.
(3) Dalam hal Mediasi tidak dapat dihadiri oleh salah satu
pihak yang berselisih, pelaksanaannya dapat ditunda
agar semua pihak yang berselisih dapat hadir.
(4) Apabila setelah diundang 3 (tiga) kali secara patut pihak
yang berselisih tidak hadir dalam Mediasi, maka Mediasi
batal dan para pihak dipersilahkan menyelesaikan
Sengketa atau Konflik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 40
(1) Pelaksanaan Mediasi dicatat dalam notulensi dan hasil
pelaksanaan Mediasi dituangkan dalam Berita Acara
Mediasi.
(2) Berita Acara Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memuat:
a. pokok masalah;
b. kronologi;
c. uraian masalah; dan
d. hasil Mediasi;
(3) Notulen Mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh Mediator dan notulis.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
252
■ LAMPIRAN
- 29 -
Pasal 41
(1) Dalam hal Mediasi menemukan kesepakatan, dibuat
Perjanjian Perdamaian berdasarkan berita acara mediasi
yang mengikat para pihak.
(2) Perjanjian Perdamaian didaftarkan pada Kepaniteraan
Pengadilan Negeri setempat sehingga mempunyai
kekuatan hukum mengikat.
(3) Perjanjian Perdamaian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuat sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XX yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
253
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 30 -
Pasal 42
(1) Dalam hal salah satu pihak menolak untuk dilakukan
mediasi atau mediasi batal karena sudah 3 (tiga) kali
tidak memenuhi undangan atau telah melampaui waktu
sebagaimana dimaksud Pasal 38 ayat (2), Kepala Kantor
Pertanahan membuat surat pemberitahuan kepada pihak
pengadu bahwa pengaduan atau mediasi telah selesai
disertai dengan penjelasan.
(2) Surat pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dibuat sesuai dengan format sebagaimana tercantum
dalam Lampiran XXI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
BAB IV
PENANGANAN PERKARA
Bagian Kesatu
Pelaksanaan Penanganan Perkara
Pasal 43
Penanganan Perkara dilaksanakan dalam rangka berperkara
dalam proses peradilan perdata atau tata usaha negara,
dimana Kementerian sebagai pihak.
Pasal 44
(1) Penanganan Perkara dalam proses peradilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43, meliputi:
a. penerimaan panggilan sidang (relaas);
b. Pengumpulan data dalam rangka penanganan
perkara
c. penyiapan surat tugas dan surat kuasa;
d. penyiapan gugatan/jawaban;
e. penyiapan replik/duplik;
f. penyiapan bukti;
g. penyiapan saksi dan/atau ahli;
h. pemeriksaan setempat;
i. kesimpulan; dan
j. upaya hukum.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
254
■ LAMPIRAN
- 31 -
Pasal 45
(1) Dalam hal para pihak sepakat untuk menyelesaikan
Perkara yang telah terdaftar pada pengadilan dengan cara
damai, dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Dalam hal Kementerian sebagai pihak, maka perdamaian
dapat dilakukan apabila:
a. tidak menyangkut Barang Milik Negara/Barang Milik
Daerah;
b. tidak merugikan kepentingan Kementerian;
c. disetujui oleh pihak-pihak yang berperkara;
dan/atau
d. tidak terdapat masalah atau perkara lain berkenaan
dengan subyek dan obyek yang sama.
(3) Jika Kementerian sebagai tergugat dalam Perkara Tata
Usaha Negara yang obyeknya sertifikat hak atas tanah
atau jika ada perdamaian melibatkan Kementerian
sebagai tergugat yang berkaitan dengan status
keabsahan keputusan pejabat Tata Usaha Negara, maka
pemegang hak merupakan pihak dalam perdamaian
tersebut.
Pasal 46
(1) Penanganan Perkara pada Kantor Pertanahan
dikoordinasikan oleh Kepala Kantor Pertanahan dan
dilaksanakan oleh Kepala Seksi.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
255
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 32 -
Pasal 47
(1) Dalam hal perkara di pengadilan tidak melibatkan
Kementerian sebagai pihak namun perkaranya
menyangkut kepentingan Kementerian, maka
Kementerian dapat melakukan intervensi.
(2) Pihak yang berperkara dapat meminta keterangan ahli
atau saksi ahli dari Kementerian.
(3) Permohonan bantuan aparatur Kementerian untuk
memberikan keterangan ahli atau saksi ahli sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), disampaikan kepada Kepala
Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah BPN, atau
Menteri.
(4) Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah BPN
atau Sekretaris Jenderal atas nama Menteri menerbitkan
Surat Tugas kepada staf atau pejabat untuk memberikan
keterangan ahli atau saksi ahli.
Pasal 48
Kegiatan penanganan perkara dibuat sesuai dengan format
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XXII yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
256
■ LAMPIRAN
- 33 -
Bagian Kedua
Pelaksanaan Putusan Pengadilan
Pasal 49
(1) Pelaksanaan putusan pengadilan merupakan tindak
lanjut atas putusan lembaga peradilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.
(2) Amar putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap, yang berkaitan dengan
penerbitan, peralihan, pembatalan hak atas tanah
dan/atau pembatalan penetapan tanah terlantar antara
lain:
a. perintah untuk membatalkan hak atas tanah;
b. menyatakan batal/tidak sah/tidak mempunyai
kekuatan hukum hak atas tanah;
c. menyatakan tanda bukti hak tidak sah/tidak
berkekuatan hukum;
d. perintah dilakukannya pencatatan atau pencoretan
dalam Buku Tanah;
e. perintah penerbitan hak atas tanah;
f. perintah untuk membatalkan penetapan tanah
terlantar; dan
g. amar yang bermakna menimbulkan akibat hukum
terbitnya peralihan hak atau batalnya peralihan hak.
Pasal 50
(1) Putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
hukum tetap, yang berkaitan dengan penerbitan,
peralihan, pembatalan hak atas tanah dan/atau
pembatalan penetapan tanah terlantar dilaksanakan
berdasarkan permohonan pihak yang berkepentingan
melalui Kantor Pertanahan setempat.
(2) Dalam hal permohonan pembatalan penetapan tanah
terlantar, langsung diajukan kepada Kementerian.
(3) Pihak yang berkepentingan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan para pihak penggugat maupun
tergugat atau pihak lain yang terlibat dalam Perkara.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
257
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 34 -
Pasal 51
(1) Setelah permohonan diterima, pejabat yang bertanggung
jawab menangani Sengketa, Konflik dan Perkara
melakukan penelitian berkas permohonan.
(2) Dalam hal berkas permohonan telah memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50 ayat (4), maka
pejabat yang bertanggung jawab menangani Sengketa,
Konflik dan Perkara melanjutkan proses penanganan
permohonan.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
258
■ LAMPIRAN
- 35 -
Pasal 52
(1) Berdasarkan hasil penelitian berkas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1), dilakukan analisis
putusan pengadilan.
(2) Dalam hal terdapat kekurangan data, maka pejabat yang
bertanggungjawab menangani Sengketa, Konflik dan
Perkara melakukan pengumpulan data.
Pasal 53
(1) Kepala Kantor Pertanahan menyampaikan hasil analisis
putusan pengadilan disertai data pendukung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, kepada:
a. Kepala Kantor Wilayah BPN, dalam hal keputusan
pemberian hak, konversi/penegasan/pengakuan,
pembatalan hak atas tanah yang diterbitkan oleh
Kepala Kantor Pertanahan; atau
b. Menteri, dalam hal keputusan pemberian hak,
konversi/penegasan/pengakuan, pembatalan hak
atas tanah, atau penetapan tanah terlantar yang
diterbitkan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN atau
Menteri.
(2) Hasil analisis putusan pengadilan disampaikan kepada
Menteri melalui Kepala Kantor Wilayah BPN disertai data
terkait.
Pasal 54
Setelah menerima hasil analisis putusan pengadilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53, Kepala Kantor
Wilayah BPN atau Menteri memerintahkan pejabat yang
bertanggungjawab dalam menangani Sengketa, Konflik dan
Perkara untuk melakukan:
a. melakukan pengkajian dan pemeriksaan lapangan;
b. melakukan paparan, apabila diperlukan; dan
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
259
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 36 -
Pasal 55
Kegiatan pengumpulan data, analisis, pengkajian dan
pemeriksaan lapangan, paparan, penyusunan laporan,
penerbitan keputusan penyelesaian, dan pelaksanaan
keputusan dalam rangka penyelesaian Sengketa dan Konflik,
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, Pasal 16
sampai dengan Pasal 25, Pasal 27 sampai dengan Pasal 31,
berlaku secara mutatis mutandis terhadap pengumpulan
data, analisis dan penyampaiannya, pengkajian dan
pemeriksaan lapangan, paparan, penyusunan laporan,
penerbitan keputusan penyelesaian, dan pelaksanaan
keputusan dalam rangka melaksanakan putusan pengadilan.
Pasal 56
(1) Dalam hal pelaksanaan putusan pengadilan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 49, pelaksanaannya dilakukan
sesuai dengan kewenangan pembatalan.
(2) Kewenangan pembatalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. Kepala Kantor Pertanahan, dalam hal keputusan
konversi/penegasan/pengakuan, pemberian hak,
pembatalan hak yang diterbitkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan;
b. Kepala Kantor Wilayah BPN, dalam hal keputusan
konversi/penegasan/pengakuan, pemberian hak,
pembatalan hak yang diterbitkan oleh Kepala Kantor
Wilayah BPN;
c. Menteri dalam hal keputusan pemberian hak,
keputusan pembatalan hak, keputusan penetapan
tanah terlantar yang diterbitkan oleh Menteri.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
260
■ LAMPIRAN
- 37 -
Pasal 57
(1) Dalam hal tanah objek putusan pengadilan merupakan
aset Barang Milik Negara/Daerah dan/atau aset Badan
Usaha Milik Negara/Daerah, pelaksanaan pembatalan
hak atas tanahnya dilakukan tanpa menunggu proses
penghapusan aset/aktiva tetap dari instansi yang
bersangkutan.
(2) Setelah dilaksanakan pembatalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Kepala Kantor Pertanahan
memberitahukan kepada pemegang aset yang hak atas
tanahnya dibatalkan agar dilakukan penghapusan
aset/aktiva tetap.
(3) Pemberian hak atas tanah dilakukan setelah adanya
penghapusan aset/aktiva tetap dari instansi yang
bersangkutan.
Pasal 58
(1) Pelaksanaan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap wajib dilaksanakan kecuali
terdapat alasan yang sah untuk tidak melaksanakannya.
(2) Alasan yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
antara lain:
a. terhadap obyek putusan terdapat putusan lain yang
bertentangan;
b. terhadap obyek putusan sedang dalam status
diblokir atau sita oleh kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan/atau lembaga penegak hukum
lainnya;
c. alasan lain yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
261
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 38 -
Pasal 59
Pelaksanaan pembatalan terhadap obyek putusan terdapat
putusan lain yang bertentangan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 ayat (2) huruf a, setelah adanya putusan yang
telah berkekuatan hukum tetap.
Pasal 60
Pelaksanaan pembatalan terhadap obyek putusan sedang
dalam status diblokir atau sita oleh kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan/atau lembaga penegak hukum lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (2) huruf b,
setelah adanya pencabutan sita dari kepolisian, kejaksaan,
pengadilan dan/atau lembaga penegak hukum lainnya.
BAB IV
PENGAWASAN
Pasal 61
Pengawasan terhadap Pelaksanaan Putusan Pengadilan dan
Surat Keputusan Hasil Penyelesaian Sengketa, Konflik dan
Perkara pada tingkat tertinggi dilakukan oleh Menteri.
Pasal 62
(1) Dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 61, dilaksanakan monitoring dan evaluasi.
(2) Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dikoordinasikan
oleh Dirjen dan untuk pelaksanaannya dapat menunjuk
salah satu Direktur dengan surat keputusan.
(3) Monitoring dan evaluasi di Kantor Wilayah BPN dan
Kantor Pertanahan dikoordinasikan oleh Kepala Kantor
Wilayah BPN yang dilaksanakan oleh Kepala Bidang.
(4) Monitoring dan evaluasi di Kantor Pertanahan
dikoordinasikan oleh Kepala Kantor Pertanahan yang
dilaksanakan oleh Kepala Seksi.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
262
■ LAMPIRAN
- 39 -
Pasal 63
(1) Unsur pelaksanaan pengawasan penyelesaian Sengketa,
Konflik dan Perkara di Kementerian dilakukan oleh Tim
Pengawas Penyelesaian Sengketa, Konflik dan Perkara
yang terdiri dari Bagian Administrasi dan Bagian
Operasional.
(2) Bagian Administrasi bertugas melakukan:
a. pencatatan, pengolahan dan penyajian data;
b. pencatatan kegiatan penanganan perkara dan
operasional;
c. penyiapan penyelenggaraan dan laporan paparan
perkara/mediasi;
d. pengelolaan laporan bulanan/tahunan dan analisis
semester/akhir tahun.
(3) Bagian Operasional bertugas melakukan:
a. pengawasan penyelesaian;
b. monitor dan evaluasi kegiatan penyelesaian;
c. penyampaian informasi posisi dan hasil
penyelesaian; dan
d. menyelenggarakan Analisis dan Evaluasi Data
Periodik.
Pasal 64
(1) Unsur pelaksana pengawasan penyelesaian Sengketa,
Konflik dan Perkara di tingkat Kantor Wilayah BPN
dilaksanakan oleh Kepala Bidang.
(2) Unsur pelaksana pengawasan penyelesaian Sengketa,
Konflik dan Perkara di tingkat Kantor Pertanahan
dilaksanakan oleh Kasi.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
263
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 40 -
BAB V
BANTUAN HUKUM DAN PERLINDUNGAN HUKUM
Bagian Kesatu
Bantuan Hukum
Pasal 65
(1) Bantuan Hukum dilaksanakan untuk kepentingan
Kementerian atau aparatur Kementerian, Kantor Wilayah
BPN dan/atau Kantor Pertanahan baik yang masih aktif
maupun yang sudah purna tugas yang menghadapi
masalah hukum.
(2) Kegiatan Bantuan Hukum meliputi:
a. pendampingan hukum dalam proses peradilan
pidana, perdata, atau tata usaha negara bagi
keluarga besar Kementerian yang meliputi pegawai
Kementerian dan pensiunan Kementerian dan
keluarga pegawai Kementerian, yang sedang
menghadapi masalah hukum;
b. pengkajian masalah hukum yang berkaitan dengan
kepentingan Kementerian;
c. pengkajian masalah hukum akibat tindakan yang
dilakukan oleh pejabat atau pegawai Kementerian.
Pasal 66
Kegiatan pendampingan hukum meliputi:
a. bantuan hukum dalam proses peradilan pidana, antara
lain:
1) bantuan pembuatan pendapat hukum;
2) pendampingan dalam pemeriksaan di tingkat
penyelidikan;
3) pendampingan dalam pemeriksaan di tingkat
penyidikan;
4) pendampingan selama proses persidangan.
b. Bantuan Hukum dalam proses peradilan perdata/tata
usaha negara, antara lain:
1) bantuan penyiapan surat kuasa;
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
264
■ LAMPIRAN
- 41 -
Pasal 67
(1) Bantuan Hukum dilaksanakan oleh Tim Bantuan Hukum
yang terdiri dari pegawai/pejabat Kementerian dari unsur
Ditjen, Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kantor
Wilayah BPN dan/atau Kantor Pertanahan.
(2) Setiap pelaksanaan tugas Bantuan Hukum dilengkapi
dengan surat tugas dari pejabat yang berwenang.
Bagian Kedua
Perlindungan Hukum
Pasal 68
(1) Pengambilan keputusan untuk melakukan perbuatan
hukum pertanahan berupa penerbitan, peralihan dan
pembatalan sertifikat hak atas tanah,
pencatatan/pencoretan dalam Surat Ukur, Buku Tanah
dan Daftar Umum lainnya serta perbuatan hukum
lainnya untuk melaksanakan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap merupakan
perbuatan hukum yang wajib dilaksanakan oleh pejabat
Kementerian yang berwenang.
(2) Pengambilan keputusan untuk melakukan perbuatan
hukum pertanahan berupa penerbitan, peralihan dan
pembatalan sertifikat hak atas tanah,
pencatatan/pencoretan dalam Surat Ukur, Buku Tanah
dan Daftar Umum lainnya serta perbuatan hukum
lainnya dalam rangka penyelesaian kasus pertanahan
yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, merupakan
tugas dan kewajiban pegawai atau pejabat Kementerian.
(3) Kesalahan dalam proses penyelesaian kasus pertanahan
akibat kelalaian pegawai atau pejabat Kementerian
merupakan pelanggaran administrasi yang dapat
dikenakan sanksi administrasi.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
265
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
- 42 -
Pasal 69
(1) Segala akibat yang terjadi karena perbuatan hukum oleh
pegawai atau Pejabat Kementerian dalam melaksanakan
Peraturan Menteri ini, menjadi tanggung jawab
Kementerian.
(2) Pegawai atau pejabat Kementerian yang melaksanakan
tugas sesuai dengan Peraturan Menteri ini, yang
menghadapi masalah hukum wajib mendapat bantuan
dan perlindungan hukum dari Kementerian.
Pasal 70
Biaya pelaksanaan tugas dan kegiatan serta Bantuan Hukum
yang diatur dalam Peraturan Menteri ini dibebankan pada
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja yang
bersangkutan.
BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 71
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Sengketa, Konflik
dan Perkara yang masih dalam proses penanganan dan
penyelesaian, ditangani dan diselesaikan lebih lanjut
berdasarkan Peraturan Menteri ini.
BAB VII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 72
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, maka:
1. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan; dan
2. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 12
Tahun 2013 tentang Eksaminasi Pertanahan;
3. Ketentuan lain yang bertentangan dengan Peraturan
Menteri ini,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
266
■ LAMPIRAN
- 43 -
Pasal 73
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 21 Maret 2016
Ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 14 April 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
Biro Hukum dan Hubungan Masyarakat, Kementerian ATR/BPN Bagian Advokasi dan Dokumentasi Hukum
267
INDEKS
A I
AV.Decey 4 Immanuel Kant 1
International Commission of Jurist
B 4
Bagir Manan 5
beleidregels pseudowetgeving 57 J
Bernadus Sukismo 52 JJ Rousseau 1
Beschikkingshandeling 57 John Locke 1
Boedi Harsono 11, 29 judicial independence, tiga
pengertian 5
C
K
civil law system 60
K. Wantjik Saleh 28
kontrak sosial 1
D
democratische rechtstaat 1
L
droit de suite 40
laissez faire, asas 2
duality of jurisdiction 60
M
E
Mariam Darus Badrulzaman 41, 42
Edi Pranjoto 32
Montesquieu 1
F
P
Farida Patitingi 72
Philipus M. Hadjon 52
Frederich Julius Stahl 3, 6
proprietary rights 20
publiekrechtelijke
G
rechtshandelingen 59
Gemeenschapelijkrecht 32
publik rights 20
IMPLIKASI PUTUSAN SENGKETA PERTANAHAN ...
R W
R. Soeprapto 41 Wolfgang Friedmann 4
S Z
S.F. Marbun 23 Zafrullah Salim 57
Saleh Adiwinata 41
Sri Soemantri Martosuwignjo 23
V
Van der Vlies 58
270
TENTANG PENULIS