Anda di halaman 1dari 6

Nama : Acti Oktavia

NIM : 191010201004
Ruang : V-V.1044
Kelas : 03HUKE019
Mata Kuliah : Hukum Administrasi Negara
Dosen : Ibu Siti Chadijah, S.H.,M.H

TUGAS ANALISA PUTUSAN


Nomor 36/G/2017/PTUN-SRG

1. PENGGUGAT
ADI ROPIYADI, kewarganegaraan Indonesia, beralamat di Kp. Cikumbueun RT
001/001, Desa Cikumbueun, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Provinsi
Banten, pekerjaan Wiraswasta.

2. TERGUGAT
CAMAT MANDALAWANGI, berkedudukan di Jalan Raya Pandeglang Pari KM 14
Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.

3. OBJEK SENGKETA
Surat Keputusan (SK) Camat mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten
tentang Surat Keputusan tentang Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kecamatan
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Nomor: 140/Kep.32-kec.Mdl/2017, tertanggal 28
Agustus 2017.

4. KEPENTINGAN PENGGUGAT
Penggugat memiliki kepentingan terhadap Surat Keputusan (SK) Camat Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten tentang Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat
Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Nomor: 140/Kep.32-kec.Mdl/2017
tertanggal 28 Agustus 2017. Dengan turunannya Surat Keputusan Bersama Panitia
Pemilihan Kepala Desa Cikumbueun Penanggung Jawab Pemilihan, dan Panitia
Pemilihan Tingkat Kecamatan Nomor : 01/KEP/PANBER/X/2017, tentang Penetapan
Para Calon Kepala Desa Cikumbueun yang Berhak/Tidak Berhak mengikuti Pemilihan
Kepala Desa Cikumbueun Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang, yang

1
menyatakan bahwa Penggugat tidak berhak sebagai Calon Kepala Desa Cikumbueun
Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang, dimana hal tersebut telah merugikan
kepentingan hukum Penggugat dan Hak Konstitusional sebagai Warga Negara Indonesia.

5. PETITUM
Dalam Pokok Perkara/Sengketa:
1. Mengabulkan Gugatan Penggugat seluruhnya.
2. Menyatakan batal atau tidak sah Surat Keputusan (SK) Camat Mandalawangi
Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten,tentang pemilihan Kepala Desa Tingkat
kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Nomor: 140/Kep.32-kec.Mdl/2017
tertanggal 28 Agustus 2017.
3. Mewajibkan kepada tergugat, untuk Mencabut Surat Keputusan (SK) Camat
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten, tentang Panitia Pemilihan
kepala Desa Tingkat Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Nomor:
140/Kep.32-kec.Mdl/2017 tertanggal 28 Agustus 2017, dari daftar Arsip Kecamatan
Kabupaten Pandeglang.
4. Menghukum Tergugat membayar biaya perkara.

6. PERTIMBANGAN HAKIM
Menimbang, bahwa objek sengketa yang dimohonkan Penggugat untuk dinyatakan
batal atau tidak sah oleh Pengadilan Tata Usaha Negara Serang dalam sengketa ini adalah
Surat Keputusan Camat Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten Nomor:
140/Kep.32-Kec.Mdl./2017 Tentang Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kecamatan
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Tahun 2017 tanggal 28Agustus 2017.

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, pihak Tergugat telah


mengajukan Jawabannya tanggal 19 Desember 2017 yang pada pokoknya membantah
dalil-dalil gugatan Penggugat dan juga memuat eksepsi yang pada pokoknya, sebagai
berikut :
1. Eksepsi tentang Pengadilan Tata Usaha Negara Serang tidak berwenang memeriksa,
mengadili dan memutus perkara a quo.
2. Eksepsi tentang Gugatan Kabur (Obscuur Libel).
3. Eksepsi tentang Gugatan Prematur.
4. Eksepsi tentang Penggugat Kurang Pihak.

2
Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan eksepsi-eksepsi Tergugat tersebut,
Majelis Hakim perlu mempertimbangkan terlebih dahulu dari segi formal gugatan
Penggugat yakni terkait Hak Gugat atau Legal Standing dari Penggugat. Berdasarkan
Ketentuan Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang
berbunyi: “Orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh
suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat mengajukan gugatan tertulis kepada
pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar Keputusan Tata Usaha Negara yang
disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan
ganti rugi dan/atau direhabilitasi.”

Menimbang, bahwa sebagaimana ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang- Undang


Peradilan Tata Usaha Negara tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa adanya
unsur Kepentingan dalam mengajukan gugatan merupakan hal yang sangat urgent dalam
sengketa di Peradilan Tata Usaha Negara, sehingga berdasarkan ketentuan tersebut, maka
gugatan haruslah ada kepentingan Penggugat yang dirugikan atas dikeluarkannya
keputusan tata usaha negara yang menjadi objek sengketa. Menimbang, bahwa bertitik
tolak pada doktrin tersebut, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa Penggugat dalam
mengajukan gugatan haruslah memiliki kepentingan yang dirugikan secara langsung
terhadap Surat Keputusan Objek Sengketa, barulah dapat berproses atau dalam hal ini
mengajukan gugatan.

Menimbang, bahwa dari uraian fakta hukum diatas dikaitkan dengan objek sengketa
dalam perkara a quo, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa tidak ada kepentingan
Penggugat yang dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara yang menjadi objek
sengketa in casu dikarenakan kepentingan Penggugat baru dirugikan setelah adanya SK
Bersama Panitia Pemilihan Kepala Desa Cikumbueun Penanggung Jawab Pemilihan dan
Panitia Pemilihan Tingkat Kecamatan Nomor: 01/KEP/PANBER/X/2017 Tentang
Penetapan Para Calon Kepala Desa Cikumbueun yang berhak / tidak berhak mengikuti
pemilihan Kepala Desa Cikumbueun Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang
yang menyatakan Penggugat tidak berhak mengikuti pemilihan Kepala Desa
Cikumbueun.

Menimbang, bahwa objek sengketa dalam perkara ini adalah SK Camat


Mandalawangi terkait Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat Kecamatan
Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Tahun. Oleh karena itu, Majelis Hakim

3
berpendapat bahwa sudah jelas objek sengketa a quo tidak mempunyai hubungan kausal
secara langsung dengan kepentingan Penggugat. Menimbang, bahwa sebagaimana ada
adagium “no interest no action” yang artinya tidak ada kepentingan tidak ada gugatan,
maka apabila Penggugat tidak memiliki kepentingan yang dirugikan secara langsung
terhadap objek sengketa a quo maka Penggugat tidak mempunyai legal standing untuk
mengajukan gugatan.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan hukum di atas Majelis Hakim


berpendapat bahwa oleh karena Penggugat tidak mempunyai kepentingan mengajukan
gugatan terhadap objek sengketa in casu, maka gugatan Penggugat tidak memenuhi syarat
formil gugatan sebagaimana ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang
Peradilan Tata Usaha Negara, dengan demikian Gugatan Penggugat haruslah dinyatakan
ditolak.

Menimbang bahwa oleh karena Gugatan Penggugat telah dinyatakan ditolak maka
mengenai materi eksepsi yang diajukan Tergugat tidak ada urgensinya untuk
dipertimbangkan dan pertimbangan mengenai pokok sengketa juga tidak perlu
dipertimbangkan lagi. Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 107 Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Majelis Hakim
berpendapat bahwa terhadap alat bukti berupa bukti-bukti surat lain yang diajukan baik
oleh pihak Penggugat maupun oleh pihak Tergugat tetap dipertimbangkan seluruhnya,
akan tetapi menurut Majelis Hakim tidak dapat menjadi dasar bagi Majelis Hakim untuk
menjatuhkan putusan terhadap perkara a quo dikarenakan tidak ada relevansinya dengan
perkara ini, namun tetap termuat dalam berkas perkara ini dan menjadi satu kesatuan
dengan putusan ini.

Menimbang, bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 110 Undang-Undang Nomor 5


Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, oleh karena pihak Penggugat adalah
pihak yang kalah dalam perkara ini, maka kepada Penggugat dibebankan untuk
membayar biaya perkara yang besarnya akan ditetapkan dalam amar putusan.

4
7. PUTUSAN
Mengadili :
1. Menolak Gugatan Penggugat.
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara ini sebesar Rp529.000,00
(Lima Ratus Dua Puluh Sembilan Ribu Rupiah).

8. ANALISIS
Analisa yang dapat dilakukan terhadap uraian pertimbangan putusan Nomor
36/G/2017/PTUN-SRG bahwa dalam sengketa Tata Usaha Negara ini, dapat diketahui
bahwa terdapat Penggugat yang menggugat Camat Mandalawangi dengan objek sengketa
yakni Surat Keputusan (SK) Camat mandalawangi Kabupaten Pandeglang Provinsi
Banten tentang Surat Keputusan tentang Panitia Pemilihan Kepala Desa Tingkat
Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang Nomor: 140/Kep.32-kec.Mdl/2017,
tertanggal 28 Agustus 2017.

Berdasarkan putusan di atas, majelis hakim menolak gugatan penggugat dikarenakan


Penggugat tidak memiliki kepentingan yang dirugikan secara langsung terhadap objek
sengketa a quo, maka penggugat tidak mempunyai legal standing untuk mengajukan
gugatan. Saya setuju atau sependapat dengan putusan dan pertimbangan yang dipakai
oleh majelis hakim dalam kasus di atas. Terkait dengan legal standing dalam acara
peradilan tata usaha negara didasarkan pada ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang-Undang
Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
Tentang Peradilan Tata Usaha Negara yang berbunyi : “Orang atau badan hukum perdata
yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan Tata Usaha Negara dapat
mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar
Keputusan Tata Usaha Negara yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah,
dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau direhabilitasi.”

Orang dalam rumusan itu adalah seseorang dalam pengertian alami (natuurlijke
persoon). Maka dapat diidentifkasi bahwa penggugat masuk dalam ketegori orang,
bukan badan hukum perdata. Namun sesuai dengan ketentuan Pasal 53 Ayat (1) Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2004, ada persayaratan bahwa kepentingan penggugat dirugikan
atas suatu keputusan tata usaha negara. Sehingga pada akhirnya majelis hakim
berkesimpulan bahwa Penggugat dalam mengajukan gugatan haruslah memiliki

5
kepentingan yang dirugikan secara langsung terhadap Surat Keputusan Objek Sengketa,
setelah itu barulah dapat berproses atau dalam hal ini mengajukan gugatan. Padahal,
apabila menilik kepada KTUN yang menjadi objek sengketa, yaitu Surat Keputusan (SK)
Camat Mandalawangi Nomor : 140/Kep.32-kec.Mdl/2017, tertanggal 28 Agustus 2017,
sebenarnya tidak memiliki hubungan kausal secara langsung terhadap kepentingan
penggugat. Kepentingan penggugat baru dirugikan setelah terbitnya Surat Keputusan
Bersama Panitia Pemilihan Kepala Desa Cikumbueun, Penanggung Jawab Pemilihan dan
Panitia Pemilihan Tingkat Kecamatan Nomor : 01/KEP/PANBER/X/2017 Tentang
Penetapan Para Calon Kepala Desa Cikumbueun yang berhak / tidak berhak mengikuti
pemilihan Kepala Desa Cikumbueun Kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang.
Oleh sebab itu, majelis hakim sudah selayaknya untuk menolak gugatan penggugat
tersebut karena tidak memenuhi syarat formil gugatan.

Anda mungkin juga menyukai