dengan ekstenrisitas yang besar, dalam hal ini lebih besar dari B/6 dan L/6. (B dan L
masing-masing adalah ukuran footing atau tapaknya).
Normalnya, pondasi itu menerima beban aksial yang cukup besar, katakanlah P, bekerja di
titik berat pondasi.
Tekanan q itu bekerja merata di seluruh area dasar pondasi. Misalnya, beban P itu kita
geser menjauhi titik berat.
Dari diagram tegangan bisa kelihatan, ada satu sisi pondasi yang tekanannya meningkat,
ada yang mengecil. Hingga suatu saat, ada kondisi di mana mencapai nilai 0 (nol).
, dan
Kita ambil satu kasus di atas – seperti contoh sebelumnya – yaitu gambar (b).
Menurut Meyerhoff, ketika eksentrisitas melewati kern area – yang dibatasi B/6 tadi (atau
L/6) pada arah satunya – maka distribusi tekanan menjadi merata, tapi luas areanya
mengecil menjadi area efektif A’.
, dan
q’ adalah tekanan yang terjadi di dasar pondasi akibat beban P dan eksentrisitas e (> B/6)
Pada kasus kita di atas, eksentrisitas hanya terjadi di arah B, tapi ngga di arah L. Sehingga L’
tetap sama dengan L.
Untuk ,
Untuk ,
Kita ambil kasus, bagaimana jika nilai e kita substitusi dengan nilai batasnya, yaitu B/6?
Untuk kasus pertama (e < B/6), kita udah coba di atas, dan hasilnya adalah
Jadi, antara 2P/A dan 1.5P/A ada rasio sebesar 4/3, maka untuk kasus e > B/6, tinggal
mengalikan saja dengan faktor 4/3.
Dengan adanya solusi untuk eksentrisitas 1 arah itu, paling ngga kita bisa menganalisis
sendiri kasus untuk eksentrisitas 2 arah.
untuk eksentrisitas 2 arah yaa tetap dikalikan lagi suatu faktor yang besarnya juga sama
dengan 4/3. Jadi faktor 4/3-nya ada 2 kali, alias (4/3)x(4/3) = 16/9.