Setelah sumur dibor lalu dipasang casing dan komplesi sudah dilakukan, berikutnya adalah
membuat sumur agar berproduksi dengan cara membuat lubang koneksi antara reservoir dengan
sumur, hal ini disebut dengan perforation job. Perforasi adalah suatu cara yang dilakukan agar
mendapatkan hubungan antara reservoir (subsurface) dengan sumur (borehole). Dengan kata
lain, perforasi merupakan suatu kegiatan membuat lubang di bawah permukaan yang menembus
casing, semen, dan formasi sehingga terjadi kontak antara formasi (reservoir) dengan sumur dan
membuat fluida formasi di lapisan produktif dapat mengalir ke dalam sumur atau diproduksikan,
dengan menggunakan bahan peledak seperti gun yang dipasang di dalam casing kemudian
diturunkan ke dalam lubang sumur.
Penggunaan bahan peledak (perforator) diperlukan tekanan yang besar, karena itu jenis bahan
peledak yang digunakan harus disesuaikan dengan cara atau teknik perforasi yang akan
diaplikasikan.
• Kabel
Underbalance Perforation
Underbalance perforation dilakukan dimana kondisi tekanan hidrostatik lebih
kecil daripada tekanan formasi. Perforasi underbalance biasanya menggunakan Enerjet
tool. Prinsip kerja dari enerjet tool ini hanya menembak atau membuka lapisan satu arah
saja untuk memproduksikan fluida dari reservoir ke surface.
1. Conventional Underbalance
Conventional underbalance adalah suatu metode perforasi yang dilakukan dalam kondisi
underbalance (Ph < Pf), maksimum underbalance yang boleh digunakan yaitu 500 - 1000 psi.
Apabila underbalance pressure lebih tinggi dari 1000 psi maka kemungkinan gun akan blown up.
Keuntungan dari metode ini adalah kita hanya membutuhkan sedikit unload liquid. Prosesnya
adalah setelah gun ditembakkan, pure charges akan membuat lubang pada rangkaian gun, liquid
akan masuk ke dalam lubang dan akan tergantikan oleh gas yang keluar, efek dari dynamic
underbalance ini sangat cepat sekitar 0.06 sec sebelum kembali ke kondisi awal. Tujuannya
adalah untuk memperkecil nilai skin, metode ini biasa diterapkan pada reservoir dengan porosity
> 10 % untuk menjamin keberhasilannya.
Overbalance Perforation
Perforasi overbalance dilakukan pada kondisi lubang sumur yang overbalance
(kondisi dimana tekanan hidrostatik lebih besar daripada tekanan formasi). Pada kasus
tertentu di suatu lapangan, perforasi overbalance ini biasanya hanya digunakan dengan tujuan
perbaikan bonding (ikatan) semen. Karena sumur dalam keadaan tidak produksi atau tubing
maupun artificial lift tidak terpasang, sehingga sumur membutuhkan tekanan dari kolom
fluida yang lebih besar untuk menahan tekanan formasi. Jika tidak, maka influx yang tidak
diinginkan akan masuk ke wellbore atau yang umum dikenal dengan sebutan kick.
Adapun tool yang digunakan pada operasi perforasi overbalance yaitu HSD (High Shoot
Density). HSD ini bekerja secara spiral di dalam wellbore (melingkar ke bawah). Hasil tembakan
dari HSD pada setiap sudut di dalam wellbore tergantung kedalaman perforasi yang telah
ditentukan oleh PE. Misalnya HSD 6 SPF (Shot Per feet), maka setiap 1 feet di dalam wellbore
terdapat 6 tembakan yang dikeluarkan oleh HSD di setiap sudut lubang sumur
Jenis-jenis Perforator
Bullet Perforator
Perforator jenis ini menggunakan peluru untuk menembus lapisan reservoir.Peluru ini
berukuran sekitar 3.25 in. Peluru ini ditembakan menggunakan hasil pembakaran dari bubuk
mesiu. Metode ini menciptakan zona hancur dengan permeabilitas rendah dan membiarkan
peluru dan puing-puing tertancap di ujung galian tembakan.
Keuntungannya :
1. Bullet lebih murah dan mudah dari jetperforator
2. Bullet menyebabkan perekahan formasi yang dapat dipakai pada formasi yang tebal
3. Perforasi yang dihasilkan bersifat “burrless” (rata pada bagian dalam) serta lubang
berbentuk bulat, dengan kondisi ini maka sebagian perforasi dapat ditutup dengan klep-
klep bola/ball sealer sementara waktu diperlukan
4. Bullet cocok untuk formasi lunak, dimana ia dapat menebus lebih dalam dibanding jet
Keterbatasannya :
1. Efek fracturing dapat merugikan bila lapisan produktif tipis-tipis dan air atau uida
formasi lainnya ikut terproduksi pula
2. Bullet tidak dapat digunakan untuk temperatur yang tinggi, lebih dari 250 oF
3. Bullet sukar menembus formasi yang keras, dan untuk casing yang terlalu tebal/ berlapis-
lapis
4. Bullet yang ukuran kecil tidak memberikan hasil yang baik
Jet Perforator
Perforator menggunakan wadah muatan peledak (detonator) yang berbentuk seperti
granat dan terpasang pada rangkaian perforator. Detonator yang ditembakkan secara elektrik
menciptakan reaksi berantai yang meledakkan lapisan tanah. Tekanan ledakan jet berbentuk
seperti jarum meluncur berkecepatan tinggi dengan kecepatan sekitar 20.000 kaki / detik dengan
tekanan diperkirakan 5 juta psi.
Keuntungannya:
1. Dapat digunakan untuk temperatur sampai 400 oF
2. Rekahan yang terjadi tidak terlalu besar sehingga cocok untuk formasi yang tipis
3. Lebih banyak tembakan yang dapat dilakukan untuk sekali penurunan gun ke dalam
sumur, sehingga untuk formasi dengan interval yang panjang akan lebih baik dan murah.
4. Jet perforator menembus formasi keras tapi baik
5. Untuk operasi dalam tubing (parmanent type completion) hanya jet yang cocok karena
alat untuk bullet memerlukan diameter yang besar agar peluru cukup besar diameternya
Keterbatasannya:
1. Rekahan yang terbentuk tidak terlalu lebar sehingga tidak banyak membantu
meningkatkan permeabilitas pada lapisan yang tebal
2. Penggunaan ball sealer tidak dapat dipakai karena hasil pelubangan yang runcing
dibagian dalam dan tidak bulat di bagian luar
3. Jet lebih mahal jika dibandingkan dengan bullet bila dipakai pada interval perforasi yang
pendek atau sedikit jumlah penembakannya
Hydraulic Perforator
Perforator yang menggunakan aliran hidrolik berkecepatan injeksi tinggi bertekanan
tinggi. Kekuatan penetrasi dapat ditingkatkan dengan penambahan nitrogen ke aliran fluida.
Prinsip kerja hydraulic hampir sama dengan jenis perforator lain.
Laser Perforator
Perforator yang menggunakan sinar laser bertekanan tinggi untuk menembus lapisan
reservoir.
Penentuan Interval dan Posisi Perforasi
Dalam proses produksi minyak dapat terjadi water conning, dimana hal ini akan memberikan
pengaruh negatif terhadap perolehan minyak. Dengan fenomena gas dan water conning tersebut,
maka para ahli mencari hubungan antara laju produksi kritis dengan parameter reservoir serta
parameter produksi untuk menentukan interval perforasi dan posisinya.
Salah satu penyebab rendahnya produktivitas sumur pada perforated completion adalah
karena program pelubangan selubung (perforasi) yang tidak memadai. Apabila kondisi ini terjadi
akan berakibat timbulnya suatu hambatan terhadap aliran atau bertambahnya penurunan tekanan
(pressure drop) dalam formasi. Oleh karena itulah, Carl Granger dan Kermit Brown telah
menggunakan analisa Nodal untuk mengevaluasi besarnya penurunan tekanan melalui lubang
perforasi, pada berbagai harga density perforasi. Analisa Nodal disini, diterapkan untuk Standart
Perforated Well, dengan menganggap perforated hole turn 90o dan tidak terjadi damage zone
disekeliling lubang bor. Anggapan-anggapan lain yang digunakan dalam mengevaluasi pressure
drop melalui lubang perforasi ini adalah :
1. Menjalankan Gamma Ray Log dan CCL kemudian dari kedalaman CCL Log dikoreksi
dengan pembacaan chart yang telah ditunjukkan Gamma Ray Log untuk menentukan titik
perforasi
2. Korelasi antara chart Cased Hole Log terhadap chart Open Hole Log sebagai referensi
untuk menentukan titik perforasi.
3. Menjalankan rangkaian peralatan perforasi yang sudah dirangkai di permukaan.
4. Setelah sampai pada titik perforasi dengan koreksi yang telah dilakukan maka rangkaian
peralatan dihentikan.
5. Memastikan kedalaman tersebut tepat lalu posisikan gun untuk menembak.
6. Setelah menembak, lalu collar dinaikkan untuk memastikan bahwa gun telah meledak
dengan baik.
7. Menjaga semua dokumentasi, log, sketsa, dan perhitungan untuk file