57
58
= porositas, fraksi.
qi = injection rate zat asam, bgl/menit.
rw = jari-jari lubang sumur, ft.
h = ketebalan formasi.
Dalam persamaan di atas, faktor yang tidak diketahui adalah spending time, yang
harus ditentukan dalam laboratorium. Spending time tergantung pada perbandingan
luas batuan dengan larutan asam, yang disebut surface area. Untuk matrix acidizing
specific areanya adalah :
1
S = 102 x 102 ………………….……………(6-4)
2.F .K
Dimana :
K = permeabilitas (darcy)
S = specific surface (cm2/cm3)
F = faktor tahanan formasi
Untuk mendapatkan hasil penetrasi dan fluida asam yang baik, perlu
pengurangan kecepatan reaksi dan menaikkan rate injeksi larutan asam ke dalam
formasi. Spending time asam tergantung pula pada tekanan, temperatur, kecepatan
asam dalam batuan dan retarding additivesnya.
2. Fracturing Acidizing
Di dalam operasi acidizing, lrutan zat asam dialirkan melalui rekahan atau
fracturing. Operasi ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Acidizing melalui rekahan yang sudah ada.
Pada metode ini formasi harus terdiri dari banyak rekahan, sehingga tujuan
dari acidizing di sini adalah untuk melarutkan batuan-batuan dari rekahan
tersebut. Kecepatan injeksi selama proses ini dijaga agar tidak melebihi
rekahan formasi. Dalam mengadakan evaluasi dan acidizing ini, dipakai
asumsi sebagai berikut :
• Rekahan horizontal dan ketebalannya seragam, berkembang secara radial
dari lubang sumur.
• Larutan asam yang bocor ke formasi diabaikan.
60
6.3.2. Bahan
1. Sampel core (karbonat)
2. HCl 15%
62
Gambar 6.1.
Oven
( Laboratorium Analisa Inti Batuan )
63
Gambar 6.2.
Timbangan Digital
( Laboratorium Analisa Inti Batuan )
64
1 2
3
4
Keterangan:
1. Beaker Glass
2. Labu Erlenmeyer
3. Kertas Saring
4. Corong
Gambar 6.3.
Beaker Glass, Labu Erlenmeyer, Kertas Saring, Corong
( Laboratorium Analisa Inti Batuan )
65
Wawal − Wacidizing
x100 %
Berat Kering Core sebelum diasamkan
6.6. PEMBAHASAN
Praktikum kali ini berjudul “ Penentuan Kadar Larut Sampel Formasi Dalam
Larutan Asam “. Tujuan dari percobaan ini ialah menentukan kadar larut sample
formasi dalam larutan asam sehingga dapat diperoleh informasi atau data yang
penting sebelum melakukan stimulasi. Stimulasi sendiri ialah suatu pekerjaan yang
dilakukan terhadap sumur dengan tujuan meningkatkan laju produksi dengan jalan
memperbaiki dan atau meningkatkan harga permeabilitas batuan.
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu penjepit core,
gelas ukur, oven, timbangan digital, sampel core dan asam HCl 15 %. Prinsip kerja
dari percobaan ini yaitu menghitung selisih berat sampel core sebelum dan setelah
dilarutkan dengan asam sebagai hasil dari % berat kelarutan sampel formasi dalam
larutan asam. Praktikum ini menggunakan metode penjenuhan. Sebelum
dijenuhkan core ditimbang terleih dahulu kemudian dimasukkan core kedalam
larutan asam selama 15 menit Kemudian angkat core dari larutan dan masukkan ke
dalam oven untuk dikeringkan selama 30 menit. Core tersebut setelah dikeringkan
kemudian ditimbang. Hasil dari selisih antara berat core sebelum dan sesudah
direaksikan dengan larutan asam merupakan nilai dari kelarutan sampel core
tersebut dalam larutan asam.
Berdasarkan data praktikum online maka didapatkan data berat kering core
sebelum diasamkan sebesar 22,7 gram, berat kering core setelah diasamkan sebesar
17,3 gram, berat yang bereaksi sebesar 5,4 gram, dan kelarutan sample core dalam
asam sebesar 23,78 %. Dari hasil acid solubility sebesar 23,78 % dapat terbilang
kecil karena pada umumnya kelarutan asam batuan karbonat dapat mencapai 90%
(Waltham, 2005). Hal ini kemungkinan dari kualitas core batuan yang digunakan
dalam percobaan dan konsentrasi HCl yang masih tergolong kecil untuk dapat
bekerja dengan baik yaitu 15% dan juga bisa disebabkan oleh suhu pemanasan yang
masih kurang. Semakin besar harga acid solubility dalam suatu sampel core, maka
akan semakin baik karena seluruh asam yang berfungsi sebagai stimulan bekerja
dengan baik.
Berdasarkan hasil percobaan di atas bisa disimpulkan bahwa metode yang
tepat untuk menstimulasi batuan karbonat yaitu dilakukannya acidizing. Acidizing
68
6.7. KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh nilai acid solubility sebesar 23,78 %
yang tergolong kecil.
2. Stimulasi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan terhadap sumur yang
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan produksi minyak dari sumur
dengan cara memperbaiki atau meningkatkan harga permeabilitas batuan.
Stimulasi berhubungan dengan adanya perubahan sifat formasi dengan cara
menambahkan unsur-unsur tertentu atau material lain ke dalam reservoir atau
formasi untuk memperbaikinya.
3. Ada dua jenis stimulasi yaitu acidizing dan hydraulic fracturing.
4. Stimulasi terutama acidizing berhasil jika Q meningkat, skin menurun
(negatif), IPR berpotongan dengan TIP, PI tinggi, dan FE tinggi.
5. Aplikasi lapangan dari percobaan ini adalah larutan asam yang dipompakan
atau diinjeksikan dimaksudkan untuk melarutkan batuan formasi dan endapan
disekitar lubang sumur agar dapat memperbesar nilai permeabilitas dan
porositas dalam batuan, membuat rekahan baru guna jalan alir fluida, dan
menghilangkan problem kepasiran dengan melarutkan scale di area sekitar
lubang bor sehingga akan memperbesar laju produksi. Dapat juga mencegah
problem korosi dengan menentukan nilai acid solubility yang optimum.