Jenis-jenis hambatan ini dapat terjadi sendiri-sendiri, bersamaan, atau satu masalah
akan mempengaruhi masalah yang lain.
a. Pressure Shale
Pressure Shale merupakan batuan endapan yang biasanya terdapat di daerah yang
luas, adakalanya terdapat pula kontak dengan endapan pasir. Dengan semakin tebal
lapisan di atasnya karena proses pengendapan terus berlangsung maka tekanan
overburden akan semakin besar. Pada proses compaction atau pemadatan ini
cairan-cairan yang berada di dalam lapisan shale akan tertekan keluar dan masuk
ke dalam batuan yang porous (permeabel) dan tidak kompresibel misalnya batu
pasir. Akibatnya cairan terperangkap dan tertekan di dalam pasir, dan tekanan dapat
mencapai tekanan yang relatif tinggi bahkan dapat menyamai tekanan overburden
itu sendiri. Selanjutnya pada saat lapisan tersebut dilakukan pengeboran bisa terjadi
situasi dimana tekanan hidrostatis lumpur lebih kecil daripada tekanan formasi.
Perbedaan tekanan ini dapat mengakibatkan runtuhnya dinding lubang bor pada
waktu pengeboran sedang berlangsung. Cara untuk mengatasi masalah ini adalah
dengan menaikan tekanan pada dasar lubang bor, dalam hal ini menaikan berat
lumpur. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah menjaga agar lubang bor tetap terisi
penuh pada waktu mencabut dan memasukkan stang bor, serta mengurangi
kemungkinan swabbing dengan jalan menurunkan viskositas dan gel-strength.
c. Stressed Shale
Shale jenis ini tidak banyak bereaksi atau terhidrasi dengan air, tetapi mudah
ambruk. Problem ini akan makin besar bila lapisan mengalami kemiringan dan
ditambah lagi bila menjadi basah oleh air atau lumpur.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pembesaran lubang bor dan masalah shale
berkaitan dengan dua masalah pokok, yaitu tekanan formasi dan kepekaan terhadap
lumpur atau air filtrasi. Gejala-gejala yang sering tampak bila sedang menghadapi
masalah shale antara lain:
- Tekanan (beban) pompa naik
- Serbuk bor (cutting) bertambah banyak
- Lumpur menjadi kental
- Air filtrasi bertambah
- Bridges dan fill-up, adanya endapan cutting di dalam lubang bor
- Torsi bertambah besar
- Bit balling
b. Cavernous formation
Hilangnya lumpur ke dalam reef, gravel, atau pun formasi yang mengandung banyak
gua-gua sudah dapat diduga sebelumnya. Gua-gua ini banyak terdapat pada
formasi batu kapur (limestone dan dolomite).
a. Squeeze effect
Saat menurunkan rangkaian stang bor terlalu cepat dan ditambah lumpur yang
kental, maka lumpur yang berada di bawah mata bor akan terlambat naik ke annulus
di atas mata bor. Hal ini menyebabkan lumpur di bawah mata bor tertekan ke
formasi karena kondisi antara rangkaian stang bor dengan lubang seperti sebuah
piston. Peristiwa ini dikenal sebagai squeeze effect. Akibat dari squeeze effect dapat
menyebabkan formasi pecah dan lumpur masuk ke formasi.
d. Gel strength
Lumpur yang memiliki tinggi gel-strength sangat penting pada saat tidak ada
sirkulasi, yaitu akan menahan cutting supaya tidak turun ke dasar lubang. Dalam
kondisi ini material pembuat lumpur diusahakan tidak menumpuk di dasar lubang.
Apabila gel-strength tinggi maka untuk memulai sirkulasi yang sempat terhenti akan
diperlukan tenaga pompa yang cukup besar. Bila formasi tidak sanggup menahan
tekanan pompa yang besar ini maka formasi akan pecah.
a. Berat lumpur
Berat lumpur perlu juga dijaga agar tetap minimum sekedar mampu mengimbangi
tekanan formasi. Serbuk bor (cutting) yang berada di annulus juga mengakibatkan
penambahan berat lumpur, sehingga pembersihan lubang bor memegang peranan
yang sangat penting.
a. Bahan penyumbat
Dalam mengatasi hilangnya lumpur pengeboran dipergunakan bahan penyumbat
antara lain:
- Granular material sepeti nut-shells, nut-plug, dan tuff-plug
- Fibrous material seperti leather-floc, fiber-seal, dan chip-seal.
- Flakes, seperti mica dan cellophare
- Kombinasi dari jenis bahan-bahan tersebut di atas. Demikian pula ukurannya
dapat dicampur dari yang halus (fine), medium, serta yang kasar (coarse).
- Heat expanded material, seperti expanded-perlite
- Bahan-bahan khusus seperti high filter loss slurry, bentonite diesel oil slurry, atau
bentonite diesel oil cemen slurry
b. Seepage losses
Adalah bila hilangnya lumpur pengeboran dalam jumlah yang relatif kecil, yaitu
kurang dari 15 bbl/ jam, upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini
adalah:
- Mengurangi berat lumpur pengeboran, tekanan pompa, dan periode
menunggu. Dapat dicoba menambahkan bahan penyumbat dengan cara
menyiapkan bahan-bahan penyumbat dengan lumpur khusus untuk membawa
bahan-bahan tersebut sekitar 200bbl.
- Bahan penyumbat akan lebih baik apabila terdiri dari bermacam-macam jenis
serta ukuran dengan konsentrasi sekitar 25 - 35 lbs/ bbl lumpur. Apabila hilangnya
lumpur pengeboran makin besar maka jumlah serta ukuran bahan penyumbat harus
diperbesar.
- Bahan penyumbat dipompakan ke dalam lubang bor, pada saat bahan penyumbat
sampai pada dasar mata bor, maka pengeboran dapat dimulai lagi. Dengan
demikian sirkulasi lumpur bor akan kembali normal (seimbang). Apabila sirkulasi
masih belum normal maka penyumbatan dengan batch-method ini dapat diulang
hingga berhasil.
- Complete loss of returns, Adakalanya lumpur pengeboran tidak keluar kembali dari
lubang bor, tetapi lubang bor tetap penuh. Hal yang dapat diusahakan antara lain
dengan memakai high-filter-loss slurry atau soft plug. Lumpur tidak sampai ke
permukaan, Keadaan ini sangat berbahaya karena akan terjadi pengurangan
tekanan hidrostatis lumpur pengeboran yang selanjutnya dapat terjadi well-kick.
Usaha yang harus segera dilakukan adalah mengisi lubang annulus dengan air yang
jumlahnya harus diperhitungkan atau lubang bor disumbat terlebih dahulu dengan
bahan penyumbat sebelum pengeboran dilanjutkan.
- Blind drilling, Adakalanya pengeboran menembus formasi dengan tekanan yang
sangat rendah, bahkan di bawah tekanan hidrostatis air. Usaha yang dapat
dilakukan antara lain pengeboran dengan lumpur yang sangat ringan misalnya
aerated-mud atau mist-drilling sampai mencapai formasi yang cukup keras untuk
kemudian dipasang casing dan disemen.
a. Caving soughing
Caving soughing ini terjadi kibat pengeboran menembus formasi yang tidak stabil
dan mudah ambruk, terutama shale. Gejala yang tampak pada masalah ini antara
lain adalah:
- Tekanan pompa naik
- Serbuk bor atau cutting bertambah
- Ada sangkutan (drag, bridges)
- Torsi naik
- Bit balling
- Lumpur (viskositas naik, air fitrasi naik, gel strength naik)
b. Key seat
Key seat atau lubang kunci ini dapat terjadi pada lubang bor yang miring. Hal ini
terjadi karena gesekan rangkaian stang bor dengan dinding lubang bor bagian atas
dan membentuk semacam lubang kunci jika lubang bor dilihat dari atas. Biasanya
jepitan terjadi waktu mencabut stang bor. Untuk pencegahannya dapat dilakukan
dengan menghindari belokan tajam (dog-leg). Pada sumur miring, belokan yang
disarankan maksimum 3/100ft.
Dalam hal ini tidak tampak adanya gejala sebelum jepitan. Jepitan jenis ini dapat
terjadi pada sumur bor miring maupun sumur bor tegak. Sebagai tindakan
pencegahan antara lain:
- Mengurangi berat lumpur serta air filtrasi, pelumasan. Ini dapat dilakukan dengan
menggunakan bagan oil-emulsion-mud, oil-invert-emulsion-mud atau oil-base-mud.
- Memakai stabilizer dan spiral grooved drill collar pada rangkaian bor
Ada bermacam-macam jenis fish yang terdapat di dalam lubang bor. Jenis, ukuran,
dan bentuknya dapat bermacam-macam tergantung dari situasi serta penyebab
adanya fish tersebut. Secara umum jenis fish ini dapat dikelompokan sebagai
berikut:
- Stang bor terjepit
- Stang bor lepas atau patah
- Stang bor terlepas seluruhnya atau sebagian dan terjatuh ke dalam lubang bor
- Pipa selubung (casing) terjepit, pecah, atau lepas
- Kabel swab atau kabel logging putus
- Perabotan kecil atau benda-benda asing lainnya yang jatuh ke dalam lubang bor.
Jenis, ukuran, dan bentuk fish serta situasi dan kondisi lubang bor banyak
menentukan cara pemancingan serta alat yang diperlukan.
a. Sirkulasi
Sirkulasi merupakan cara yang sering diterapkan untuk membebaskan stang bor
yang terjepit, yaitu dengan cara:
- Sirkulasi intensif dan diberi pelumas pada lumpur bor, bila stang terjepit karena
endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay. Bila jepitan karena perbedaan
tekanan (differential pressure sticking) berat lumpur dapat dikurangi.
- Perendaman, Bila pipa terjepit maka perlu dicari tempat jepitan, biasanya jepitan
terjadi karena endapan atau longsoran pasir, shale, atau clay. Bila demikian dapat
dipompakan cairan perendaman pada lokasi tempat jepitan. Sambil direndam, pipa
dicoba digerakkan naik-turun atau diputar. Waktu perendaman dapat dilakukan
secara singkat atau sampai beberapa jam. Sebagai cairan perendam dapat dipakai
minyak, oil base mud, invert oil emulsion mud, asam klorida (HCl), atau yang populer
saat ini adalah oil soluble surfactant (misalnya pipe-lax) yang dilarutkan dalam diesel
oil, dengan jumlah rata-rata satu galon surfactant untuk tiap barrel minyak. Dalam
hal ini perlu diperhatikan agar cairan perendam benar-benar berada di daerah
jepitan.
- Pengeboran kurung (wash over), bila stang bor yang tertinggal di dalam lubang
bor karena patah atau dipotong dalam keadaan terjepit, maka jepitan harus
dibersihkan dulu sebelum pipa dapat diangkat. Pembersihan sekeliling pipa ini dapat
dilakukan dengan pengeboran sekelilingnya.
- Sidetrack dan Abandon, adakalanya stang bor yang terjepit tidak dapat
dibebaskan. Jika demikian, terpaksa lubang bor disumbat dengan semen (plug-
back) dan kemudian pengeboran dilanjutkan ke samping (side-track). Kemungkinan
lain adalah sumur disumbat atau ditutup lalu ditinggalkan.
a. Swab effect
Swab effect terjadi apabila pencabutan rangkaian stang bor terlalu cepat maka
antara rangkaian stang bor dan dinding lubang bor akan mirip seperti halnya piston
dan silinder. Ruang di bawah bit yang ditinggalkan oleh rangkaian pengeboran
menjadi vakum dan fluida formasi akan tersedot (terhisap ke dalam lubang bor).
Ditambah lagi dengan viskositas lumpur yang besar (lumpur kental) maka gerakan
lumpur yang ada di atas bit terlambat mengisi ruangan di bawah bit. Akibatnya akan
masuk fluida formasi ke dalam lubang dan bercampur dengan lumpur bor dan akan
menyebabkan berat jenis lumpur turun. Hal ini dapat menurunkan tekanan
hidrostatis dari lumpur bor.