Anda di halaman 1dari 27

Menentukan lokasi

pemboran
MELIPUTI:

1. penentuan titik pengeboran


2. pola pemboran dan peledakan
PENENTUAN TITIK PENGEBORAN :
• Dengan menggunakan Geolistrik
Salah satu teknik untuk menentukan titik pengeboran dengan lokasi yang memiliki cekung
air/sumber air yang banyak (AKUIFER) adalah dengan metoda GEOLISTRIK.
• Dengan menggunakan Geo Electromagnetic Satellite Scan
Penentuan titik pengeboran dengan metoda GEO ELECTROMAGNETIC SATELLITE SCAN
(BELAH BUMI) lebih akurat dibandingkan dengan menggunakan peralatan Geolistrik.
Akurasi ketepatan geolistrik hanya 50% sedangkan Geo Electromagnetic Satellite Scan 90%
Seringkali Clay basah dibaca air oleh peralatan Geolistrik ,Geo Electromagnetic Satellite Scan
hanya membaca air yang mengalir di dalam tanah sehingga untuk pengeboran jaran sekali
mengalami air kering setelah proses pengeboran selesai
Berikut adalah contoh hasil Scan Geo
Electromagnetic Satellite Scan :
POLA PEMBORAN DAN POLA PELEDAKAN
• Pola Pemboran (Drilling Patern)
Pada umumnya ada dua macam pola pemboran lubang ledak, yaitu
pola pemboran sejajar (paralel) dan pola pemboran selang-seling
(staggered).
Pola pemboran sejajar adalah pola dengan penempatan lubang bor
yang sejajar pada setiap kolomnya, sedangkan pola pemboran
selang-seling adalah pola dengan penempatan lubang bor secara
berselang-seling pada setiap kolomnya.
Geometri Peledakan
Yang dimaksud dengan geometri peledakan adalah besaran-besaran
yang menentukan keberhasilan dari operasi peledakan, yaitu
• Burden
• Spasi
• Stemming
• Subdrilling
• kedalaman lubang ledak
• panjang isian
• tinggi jenjang
Geometri Peledakan

J
Perhitungan geometri peledakan menurut Konya (1990) tidak hanya
mempertimbangkan faktor bahan peledak, sifat batuan dan diameter
lubang ledak,tetapi juga memperhatikan faktor koreksi terhadap
posisi lapisan batuan, keadaan struktur geologi serta koreksi terhadap
jumlah lubang ledak yang diledakkan.
• a) Burden
Burden adalah jarak tegak lurus antara lubang ledak terhadap bidang bebas terdekat dan
merupakan arah pemindahan batuan (displacement) akan terjadi.
Jarak burden yang baik adalah jarak yang memungkinkan energi ledakan dapat secara maksimal
bergerak keluar dari kolom isian menuju bidang bebas, dan dipantulkan kembali dengan kekuatan
yang cukup untuk melampaui kuat tarik batuan sehingga akan terjadi penghancuran batuan.
sedangkan perhitungan koreksi burden digunakan rumusan dibawah ini :
B2 = Kd x Ks x Kr x B1.........................................................(3.2)
keterangan :
B1 = Burden awal (m)
B2 = Burden terkoreksi (m)
Kd = Faktor koreksi berdasarkan struktur geologi batuan
Ks = Faktor koreksi berdasarkan orientasi perlapisan
Kr = Faktor koreksi berdasarkan jumlah baris peledakan, yaitu Kr = 1 jika
terdapat satu atau 2 baris dan Kr = 0,9 jika terdapat 3 baris atau lebih.
b) Spasi

• Spasi adalah jarak terdekat antara dua lubang ledak yang berdekatan di dalam satu
baris (row).

• Perbandingan jarak spasi dengan burden (S/B) pada pola peledakan dan penyebaran
energinya.

• Apabila spasi terlalu besar, akan menyebabkan banyak bongkah atau bahkan batuan
hanya mengalami keretakan dan menimbulkan tonjolan diantara dua lubang ledak
setelah diledakkan, karena energi ledakan dari lubang yang satu tidak mampu
berinteraksi dengan energi dari lubang lainnya tetapi bila jarak spasi terlalu keci,akan
menyebabkan batuan hancur menjadi halus, disebabkan karena energi yang menekan
terlalu kuat dan menimbulkaan efek ledakan berupa noise (kebisingan) dan flyrocks.
• Untuk memperoleh jarak spasi maka digunakan rumusan sebagai berikut:
1). Instantneous initation single row blastholes
A. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
L < 4B, S = ( L + 2B) / 3
B. Untuk tinggi jenjang besar (high benches)
L = 4B, S = 2B
2). Delayed initation single row blastholes
A. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)
L < 4B, S = ( L+ 7B ) / 8
B. Untuk tinggi jenjang besar (high benches)
L = 4B, S = 1,4B
c) Stemming
• Stemming adalah tempat material penutup di dalam lubang ledak, yang letaknya di
atas kolom isian bahan peledak.
• Material bukan eksplosive, yg digunakan untuk meyumbat sisa lubang bor yang tidak
terisi bahan peledak
• Fungsi stemming adalah agar terjadi keseimbangan tekanan dan mengurung gas-gas
hasil ledakan sehingga dapat menekan batuan dengan energi yang maksimal.
• Disamping itu stemming juga berfungsi untuk mencegah agar tidak terjadi batuan
terbang (flyrocks) dan ledakan tekanan udara (airblast) saat peledakan.
• Untuk penentuan tinggi stemming digunakan rumusan seperti yang tertera
berikut ini :
T = 0,7 x B
keterangan :
T = Stemming (m)
d) Subdrilling (J)

• Subdrilling adalah tambahan kedalaman pada lubang bor di bawah lantai


jenjang yang dibuat dengan maksud agar batuan dapat terbongkar sebatas
lantai jenjangnya.
• Jika panjang subdrilling terlalu kecil maka batuan pada batas lantai jenjang
tidak lengkap terbongkar sehingga akan menyisakan tonjolan pada lantai
jenjangnya. Merapikan dasar lantai untuk pemboran.

• Dalam penentuan tinggi subdrilling yang baik untuk memperoleh lantai jenjang
yang rata maka digunakan rumusan sebagai berikut :
J = 0,3 x B
keterangan : J = Subdrilling (m)
e) Kedalaman Lubang Ledak (H)
Dalam penentuan kedalaman lubang ledak biasanya disesuaikan dengan
tingkat produksi (kapasitas alat muat) dan pertimbangan geoteknik. Pada
prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total antara tinggi
jenjang dengan besarnya subdrilling, yang dapat ditulis sebagai berikut:

H=L+J
keterangan: H = Kedalaman lubang ledak (m)
L = Tinggi jenjang (m)
c. Kedalaman dan kebersihan lobang bor
Permukaan (lantai) bor biasanya tidak rata dan datar sehingga
keda;aman lobang bor tidakakan sama seluruhnya.
•Rectangular drill pattern

x x

x y

•Staggered drill pattern

x x x x x x

x y
f) Panjang Kolom Isian (PC)

Panjang kolom isian merupakan panjang kolom lubang ledak yang akan diisi
bahan peledak. Panjang kolom ini merupakan kedalaman lubang ledak
dikurangi panjang stemming yang digunakan, sehingga dapat ditulis:
PC = H – T
keterangan : PC = Panjang kolom isian (meter)
H = Kedalaman lubang ledak (meter)
T = Stemming (meter)
g) Tinggi Jenjang (L)

• Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan lubang bor
dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh terhadap hasil
peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara, batu terbang dan
getaran tanah.

• Hal ini dipengaruhi oleh jarak burden. Berdasarkan perbandingan tinggi


jenjang dan jarak burden yang diterapkan (stiffness ratio), maka akan
diketahui hasil dari peledakan tersebut .

• Penentuan ukuran tinggi jenjang berdasarkan stiffness ratio digunakan rumus


sebagai berikut :
L = 5De x 0,3048
keterangan : L = Tinggi jenjang minimum (m)
De = Diameter lubang ledak (inchi)
Pola Peledakan
• Pola peledakan merupakan urutan waktu peledakan antara lubang-
lubang bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya,
ataupun antara lubang bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya.

• Pola peledakan ini ditentukan berdasarkan urutan waktu peledakan serta


arah runtuhan material yang diharapkan.
Berdasarkan arah runtuhan batuan, pola peledakan diklasifikasikan sebagai
berikut :

a. Box Cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak

b. Echelon cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu
sudut dari bidang bebasnya

c. V cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk huruf V.
• Pola pemboran “staggered” pola peledakan V-Cut

6 5 4 4 4 5 6
Delay relay
connector (DRC) 5 4 3 3 4 5

5 4 3 2 3 4 5

4 3 2 2 3 4

4 3 2 1 2 3 4

•Free face
Initiation point
Corner Cut on echelon blasting

4 5 6 7 8 9 10 11

3 4 5 6 7 8 9 10

2 3 4 5 6
7 8 9

1 2 3 4 5
6 7 8

Initiation point Free face


V-Cut (square corner)

•9 •9

•8 •8

•7 •7

•6 •6

•5 •4 •3 •2 •1 •2 •3 •4 •5
Initiation point

•Free Face
Pola pemboran square, pola peledakan V-Cut

Anda mungkin juga menyukai