PENDAHULUAN
1. Fraksi cairan :
a. Air.
b. Minyak.
c. Emulsi minyak dan air.
2. Fraksi padat
a. Reaktif solid (clay, bentonite, attapulgite).
b. Innert solid.
3. Fraksi Additive
a. Material pemberat.
1
b. Filtration loss reduce agent.
c. Viscousifier.
d. Thinner.
e. pH Adjuster (pengontrol).
f. Shale stabilisator agent.
Adanya bermacam-macam fraksi tersebut, maka Zaba dan Doherty
(1970),mengelompokan lumpur bor berdasarkan fasa fluidanya, menjadi :
1. Lumpur air tawar (fresh water Mud).
Adalah lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan (kalau ada) kadar
garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm = 1 % berat garam). Jenis-jenis
lumpur fresh water muds adalah :
A. Spud Mud, adalah lumpur yang digunakan pada pemboran awal atau
bagian atas bagi conductor casing. Fungsi utamanya adalah untuk mengangkat
cutting dan membuka lubang di permukaan.
B. Natural Mud, yaitu dibentuk dari pecahan-pecahan cutting dalam fasa cair,
sifat-sifatnya bervariasi tergantung formasi yang di bor. Lumpur ini digunakan
untuk pemboran yang cepat seperti pemboran pada surface casing.
C. Bentonite – treated Mud, yaitu mencakup sebagian besar dari tipe-tipe air
tawar. Bentonite adalah material paling umum yang digunakan untuk koloid
inorganic yang berfungsi mengurangi filtrate loss dan mengurangi tebal mud
cake.Bentonite juga menaikkan viscositas.
2
F. Red Mud, yaitu mendapatkan warnanya dari warna yang dihasilkan oleh
treatment dengan cautic soda dan gueobracho (merah tua). Jenis lumpur ini
adalah alkaline tannate treatment dengan penambahan polyphospate untuk
lumpur dengan pH dibawah 10.
3
4. Oil base dan Oil base emulsion Mud.
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinunya. Komposisinya
diatur agar kadar airnya rendah (3 – 5% volume). Relatif lumpur ini tidak
sensitif terhadap kontaminan.Tetapi airnya adalah kontaminan karena
memberi efek negatif bagi kestabilan lumpur ini. Untuk mengontrol viskositas,
menaikkan gel strength, mengurangi efek kontaminasi air dan mengurangi
filtrate loss perlu ditambahkan zat-zat kimia. Manfaat oil base mud didasarkan
pada kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak karena itu tidak akan
menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik terhadap formasi maupun
formasi produktif (jadi ia juga untuk completion mud). Kegunaan terbesar
adalah pada completion dan work-over sumur.
4
gilirannya dapat menimbulkan hambatan pemboran (hole problem) dan akhirnya
mengakibatkan kerugian yang sangar besar.
Maka, dalam laporan ini dibahas dan diliaporkan hasil dari percobaan yang
telah dilakukan dalam praktikum Analisa Lumpur Pemboran, yaitu :
1. Pengukuran densitas, Sand content dan kadar minyak pada lumpur bor.
2. Pengukuran Viscosity dan Gel Strength.
3. Filtrasi dan Mud cake.
4. Analisa Kimia Lumpuran Pemboran.
5. Kontaminasi Lumpur Pemboran.
6. Pengukuran harga MBT (Methylene Blue Test).
5
BAB II
PENGUKURAN DENSITAS, SAND CONTENT DAN KADAR
MINYAK PADA LUMPUR PEMBORAN
6
Asumsi-asumsi:
1. Volume setiap material adalah additive :
Vs + Vml = Vmb.........(2-1)
Keterangan :
Vs = Volume solid, gallon
Vml = Volume lumpur lama, gallon
Vmb = Volume lumpur baru, gallon
ρs = densitas solid, ppg
ρml = densitas lumpur lama, ppg
ρmb = densitas lumpur baru, ppg
dari persamaan 1 dan 2 di dapat :
(𝜌𝑚𝑏−𝜌𝑚𝑙)𝑉𝑚𝑙
Vs = ..............(2-3)
𝜌𝑠−𝜌𝑚𝑏
Ws = Vs x ρs
(𝜌𝑚𝑏−𝜌𝑚𝑙)𝑉𝑚𝑙
𝑊𝑠 = 𝜌𝑠.........(2-4)
𝜌𝑠−𝜌𝑚𝑏
7
% volume solid :
𝑉𝑠 (𝜌𝑚𝑏−𝜌𝑚𝑙)
𝑥 100% = 𝑥 100%......(2-5)
𝑉𝑚𝑏 𝜌𝑠−𝜌𝑚𝑙
% berat solid :
𝜌𝑠𝑉𝑠 (𝜌𝑚𝑏−𝜌𝑚𝑙)𝜌𝑠
𝑥 100% = 𝑥 100%....(2-6)
𝜌𝑚𝑏𝑉𝑚𝑏 (𝜌𝑠−𝜌𝑚𝑙)𝜌𝑚𝑙
Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barite dengan SG 4.3
untuk menaikkan densitas lumpur lama seberat ρml ke lumpur baru sebesar
ρmb setiap bbl, lumpur lama memerlukan berat solid, Ws sebanyak :
(𝜌𝑚𝑏−𝜌𝑚𝑙)
Ws = 684 (35.8−𝜌𝑚𝑏).......(2-7)
Keterangan :
Ws = berat solid zat pemberat , kg barite/bbl lumpur.
Sedangkan jika yang digunakan sebagai pemberat adalah bentonite dengan
SG 2.5 maka untuk tiap barrel lumpur diperlukan :
(𝜌𝑚𝑏−𝜌𝑚𝑙)
Ws = 398 ........(2-8)
(2.5−𝜌𝑚𝑏)
Dimana:
Ws = kg bentonite/bbl lumpur lama
8
densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi. Bertambahnya densitas
lumpur yang tersirkulasi ke permukaan akan menambah beban pompa
sirkulasi lumpur. Oleh karena itu, setelah lumpur disirkulasikan harus
mengalami proses pembersihan terutama menghilangkan partikel-partikel
yang masuk ke dalam lumpur selama sirkulasi. Alat-alat yang biasa
digunakan disebut dengan ”Conditioning Equipment”, adalah:
Shale shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau cutting
yang berukuran besar.
Degassser
Fungsinya membersihkan lumpur dari gas yang mungkin masuk ke
lumpur pemboran.
Gambar 2.2.Degasser
9
Desander
Fungsinya membersihkan lumpur dari partikel-partikel padatan yang
berukuran kecil yang biasanya lolos dari shale shaker.
Gambar 2.3.Desander
Desilter
Fungsinya sama dengan desander tetapi desilter dapat membersihkan
lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih kecil.
10
𝑉𝑠
𝑛= 𝑥 100%........(10)
𝑉𝑚
Dimana :
n = kandungan pasir
Vs = Volume pasir dalam lumpur
Vm = Volume lumpur
11
Gambar 2.7.Sand Content Set Gambar 2.8. Gelas Ukur
2.3.2. Bahan
1. Barite
2. Bentonite
3. Air tawar (aquades)
12
Gambar 2.11.Bentonite Gambar 2.12.Barite
13
2.4.2. Sand Content
a. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai.
Tambahkan air pada batas berikutnya.Tutup mulut tabung dan kocok
dengan kuat.
b. Menuangkan campuran tersebut kedalam saringan. Biarkan cairan
mengalir melalui saringan. Ulangi hingga tabung menjadi bersih. Cuci
pasir yang tersaring pada saringan untuk melepaskan dari sisa – sisa
lumpur yang melekat.
c. Memasang funnel tersebut pada sisi atas dari sieve. Dengan perlahan –
lahan balik rangkaian peralatan tersebut dan masukkan ujung funnel
kedalam gelas ukur. Biarkan pasir mengendap. Dari skala yang ada pada
tabung, baca persen volume dari pasir yang mengendap.
d. Mencatat sand content dari lumpur dalam persen volume.
14
Gram lumpur = lb/gall lumpur x 1,2
Gram padatan = Gram lumpur – (Gram minyak + gr air)
ml padatan = 10 – (ml minyak + ml air)
Specific gravity padatan rata – rata = gr padatan / ml padatan
% berat padatan = (gram padatan / gram lumpur) x 100
2.6. PEMBAHASAN
2.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini terdapat lumpur dasar yang terdiri dari
campuran 350 cc air dan 25 gram bentonite. Pada keadaan normal, lumpur
dasar memiliki densitas 8.65 ppg dan sand content 0.50. Saat ditambahkan
barite sebanyak 2 gram, densitas meningkat menjadi 8.70 ppg dengan
harga sand content tetap. Kemudian ditambahkan lagi bentonite sebanyak
5 gram, harga densitas meningkat menjadi 8.75 dengan sand content yang
tetap. Pada penambahan carbonite sebanyak 15 gram sand content pun
juga ikut meningkat.
Pada dunia perminyakan pengukuran densitas dan sand content
merupakan hal yang penting untuk dilakukan, karena jika tidak densitas
yang terlalu besar akan mengakibatkan loss circulation dan jika terlalu
15
rendah akan menyebabkan kick. Harga sand content yang terlalu tinggi
dapat menaikkan densitas yang kemudian akan menambah beban pompa
sirkulasi lumpur. Oleh karena penambahan zat additivediatas dapat
mengontrol sand content dan densitasnya.
𝑉𝑠 𝜌𝑙𝑢𝑚𝑝𝑢𝑟 − 𝜌𝑚
= (𝜌𝑚𝑙 𝑥 𝑆𝐺 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒)− 𝜌𝑚𝑙
𝑉𝑚𝑙
21,658 𝑝𝑝𝑔−8,33 𝑝𝑝𝑔
0,50 = (8,33 𝑝𝑝𝑔 𝑥 𝑆𝐺 𝑏𝑎𝑟𝑖𝑡𝑒)− 8,33 𝑝𝑝𝑔
16
4,165 ppg x SG barite = 13,328 ppg + 4,165 ppg
4,165 ppg x SG barite = 17,493 ppg
17,493 𝑝𝑝𝑔
SG barite = 4,165 𝑝𝑝𝑔
SG barite = 4,2
4. Dari jawaban soal no.3, perhatikan apakah harga yang diperoleh
tersebut berada dalam range SG barite seperti tertulis dalam soal? Jika
ya, tentukan apakah barite tersebut termasuk pure barite (barite murni)
atau API barite? Jika tidak, jelaskan apa sebabnya!
Jawab : Berdasarkan jawaban nomor 3, maka harga SG barite yang
didapat sebesar 4,2 seperti yang termasuk di dalam range SG
dalam soal, berarti barite tersebut merupakan API barite.
5. Dari table diatas terlihat bahwa selain densitas, juga diukur kadar pasir.
Jelaskan secara singkat mengapa perlu dilakukan pengukuran kadar
pasir dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut dalam operasi
pemboran!
Jawab : Pengukuran kadar pasir perlu dilakukan, karena dapat
mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan.
Dalam hal ini akan menambah densitas lumpur yang telah
disirkulasi. Cara mengatasinya adalah dengan proses
pembersihan menggunakan conditioning equipment yang
fungsinya menghilangkan partikel – partikel yang masuk ke
dalam lumpur selama sirkulasi.
6. Pada saat ini selain barite dapat juga digunakan hematite (Fe2O3) dan
ilmenite (FeO.TiO2) sebagai density control additive. Hematite
mempunyai harga SG antara 4.9 – 5.3, sedangkan ilmenite dari 4.5 –
5.11 dengan kekerasan masing – masing 2 kali lebih dari barite. Dari
data – data tersebut, buatlah analisa kelebihan dan kekurangan kedua
additive tersebut jika dibandingkan dengan barite?
Jawab : - Kelebihannya
Pengontrolan tekanan static lumpur akan lebih rendah
dilakukan
17
Cocok untuk pemboran yang dangkal
Lost circulation akan lebih mudah dicegah
- Kekurangannya
Sukar larut dan bercampur dengan lumpur yang lama
Tidak ekonomis apabila ingin menaikkan densitas
Tidak sesuai dengan pemboran yang tekanan formasinya
cukup tinggi
7. Galena (PbS) mempunyai harga SG sekitar 7,5 dan dapat digunakan
untuk membuat lumpur dengan densitas lebih dari 19 ppg. Jelaskan
mengapa material ini jarang digunakan sebagai density control additive
dan hanya digunakan untuk masalah – masalah pemboran khusus!
Jawab : Galena memang hanya digunakan untuk masalah pemboran
khusus, karena SG galena (PbS) tinggi, sehingga
meningkatkan densitas mencapai > 19 ppg.
8. Suatu saat saudara berada di lokasi pemboran. Pada saat bit mencapai
kedalaman 1600 ft, saudara diharuskan menaikkan densitas dari 200 bbl
lumpur 11 ppg menjadi 11,5 ppg dengan menggunakan barite (SG =
4,2) dengan catatan bahwa volume akhir tidak dibatasi. Hitunglah
jumlah barite yang dibutuhkan (dalam lb)!
Jawab : Vml = 200 bbl = 200 x 42 gallon/bbl = 8.400 gallon
ρs = SG x 8,33 ppg = 4,2 x 8,33 ppg = 35 ppg
(𝜌𝑚𝑏 − 𝜌𝑚𝑙 )𝑉𝑚𝑙
𝑊𝑠 = 𝑥 𝜌𝑠
(𝜌𝑠 − 𝜌𝑚𝑏 )
18
- Dapat merusak peralatan pemboran, karena sand content
bersifat abrasive.
- Rusaknya peralatan pemboran akibat sand content yang
abrasive, akan memperbesar cost.
2.7. KESIMPULAN
1. Dari percobaan diatas dapat disimpulkan bahwa bentonite memiliki
kandungan pasir yang lebih kecil dibandingkan dengan CaCO3.
2. Serpihan – serpihan yang tercampur pada lumpur pemboran dapat
mempengaruhi densitas lumpur yang disirkulasikan.
3. Besar kecilnya densitas pada lumpur pemboransangat berpengaruh pada
operasi pemboran.
4. Densitas yang terlalu besar dapat mengakibatkan loss circulation,
sedangkan densitas yang terlalu kecil dapat mengakibatkan kick.
5. Semakin besar temperature pada saat pemboran, maka densitas lumpur
pemboran akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan volume lumpur
pemboran mengalami ekspansi.
6. Barite dan Calcium Carbonate merupakan zat additive yang dapat
meningkatkan densitas lumpur pemboran.
7. Peningkatan harga sand content dapat meningkatkan harga densitas.
19
BAB III
PENGUKURAN VISKOSITAS DAN GEL STRENGTH
20
suatujumlah tertentu dari tahapan dalam yang harus diberikan agar fluida
mengalir seluruhnya.
Dalam percobaan ini pengukuran viskositas yang sederhana dilakukan
dengan menggunakan alat marsh funnel. Viskositas ini adalah jumlah detik
yang dibutuhkan lumpur sebanyak 0.9463 liter untuk mengalir keluar dari
corong marsh funnel. Bertambahnya viscositas ini direfleksikan dalam
bertambahnya apparent viscosity. Untuk fluida non newtonian, informasi
yang diberikan marsh funnel memberikan suatu gambaran rheology fluida
yang tidak lengkap sehingga biasanya digunakan untuk membandingkan
fluida yang baru (awal) dengan kondisi sekarang.
Viscosity plastic seringkali digambarkan sebagai bagian dari resistensi
untuk mengalir yang disebabkan oleh friksi mekanik.
Yield point adalah bagian dari resistensi untuk mengalir oleh gaya tarik
menarik antar partikel. Gaya tarik menarik ini disebakan oleh muatan-
muatan pada permukaan partikel yang didespersi dalam fasa fluida.
Gel strength dan yield point merupakan ukuran dari gaya tarik menarik
dalam suatu sistem lumpur. Bedanya gel strength merupakan ukuran gaya
tarik menarik yang statik sedangkan yield point merupakan ukuran gaya
tarik menarik yang dinamik.
Τ = 5.007 x C..........(1)
γ = 1.704 x RPM..........(2)
21
dimana :
τ : shear stress, dyne/cm2
γ : shear rate, detik-1
C : Dial Reading, derajat
RPM : revolution per minute dari rotor
(300 xC)
a x100 ........(4)
RPM
600 300
p ............(5)
600 300
γb = C600 – µp...........(7)
dimana :
µp : Plastic Viscosity, cp
γb :yield point Bingham, lb/100 ft
C600 : Dial reading pada 600 RPM, derajat
22
C300 : Dial reading pada 300 RPM, derajat
23
Gambar 3.3.Mud Mixer Gambar 3.4. Fann VG Meter
3.3.2. Bahan :
1. Bentonite
2. Air tawar (aquades)
3. Bahan – bahan pengencer (thinner)
24
3.4.2. Cara Bekerja dengan Marsh Funnel
1. Tutup bagian bawah mars funnel dengan jari tangan. Tuangkan lumpur
bor melalui saringan sampai lumpur menyinggung bagian bawah
saringan (1500 cc).
2. Setelah disediakan bejana yang telah tertentu isinya (1 quart = 946 ml),
pengukuran dimulai dengan membuka jari tadi sehingga lumpur
mengalir dan ditampung dalam bejana tadi.
3. Catat waktu yang diperlukan (detik) untuk mengisi bejana tertentu isinya
tadi.
25
5. Ulangi kerja di atas untuk gel strength 10 menit. (untuk gel strength 10
menit, lama pendiaman lumpur 10 menit).
3 LD + 2.6 gr dextrid - 11 27 18 72
4 LD + 3 gr bentonite 50 2 3.4 7 20
5 LD + 9 gr bentonite - 12 50 24 104
3.6. PEMBAHASAN
3.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini adalah menenukan sifat-sifat fisik lumpur
pemboran seperti viscositas,yield point, dan gel strength. Dari table
praktikum diatas diketahui lumpur dasar tanpa penambahan zat additive.
Pada lumpur dasar ini mempunyai viscositas relative sebesar 52 cp,
viskositas plastic sebesar 3.5 cp, yield point sebesar 21.5, dan gel strength
masing-masing pada 10 detik sebesar 3 dan pada 10 menit sebesar 10. Saat
ditambah dengan 2 dan 2.6 gram dextrid terdapat perbandingan pada
viscositas relative, pada LD + 2 gr dextrid memliki viskositas relative
sebesar 61 cp, sedangkan pada LD + 2.6 gr dextrid tidak memiliki
viscositas relative. Pada penambahan bentonite sebanyak 3 dan 9 gram
juga memliki perbandingan pada viscositas relative. Pada LD + 3 gr
bentonite memiliki viscositas sebesar 50 cp, sedangkan pada LD + 9 gr
bentonite tidak memiliki viscositas relative.Dari kedua additive tersebut,
dextrid dan bentonite, perubahan nilai gel strength terlihat sangat
26
signifikan saat ditambahkan bentonite daripada dextrid karena bentonite
yang ditambahkan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dextrid.
Pada dunia perminyakan pengukuran sifat fisik lumpurdari
komposisi lumpur bor bermanfaat, terutama pengukuran gel strength
karena apabila nilai dari Gel Strength besar dapat mempengaruhi proses
sirkulasi lumpur bor. Seperti bertambahnya beban pompa sirkulasi, cutting
sulit berpisah dari lumpur dan jika terlalu rendah cuttingakan mengendap
di dasar sumur.
27
5. Dari suatu percobaan yang dilakukan dalam pembuatan lumpur dengan
barit seberat 4 gram, kemudian itu didapatkan deal reading pada 600
RPM sebesar 155 dan dial reading pada 300 RPM sebesar 130,
hitunglah nilai plastic viscosity dan yield point dari percobaan tersebut !
Jawab : Diketahui : C600 = 155
C300 = 130
Ditanya :µp…?
Yb…?
= 155 – 130
= 25
Yb =C300 - µp
= 130 – 25
= 115
3.7. KESIMPULAN
1. Semakin besarnya viskositas, maka naiknya cutting kepermukaan akan
semakin lambat dan juga dapat mengakibatkan terjadinya stuck.
2. Dari table diatas dapat disimpulkan bahwa penambahan dextrid dan
bentonite digunakan pada lumpur pemboran untuk meningkatkan
viskositas pada lumpur pemboran.
3. Pada penambahan bentonite, kenaikan gel strength lebih dominan dan
signifikan daripada viskositas dibandingkan dengan penambahan
dextrid pada lumpur pemboran.
4. Viskositas yang terlalu kecil pada lumpur pemboran akan menyulitkan
lumpur mengangkat cutting ke permukaan.
5. Sifat gel yang baik pada lumpur pemboran dapat mencegah terjadinya
pengendapan cutting di dasar sumur pada saat operasi pemboran.
28
6. Gel Strength terlalu besar dapat mempersulit sirkulasi dari lumpur
pemboran dan juga akan menambah beban dari pompa sirkulasinya dan
juga akan mempersulit pemisahan cutting.
7. Nilai gel strength pada 10 menit lebih besar dari pada gel strength pada
10 detik.
29
BAB IV
FILTRASI DAN MUD CAKE
Mud cake yang tipis akan merupakan bantalan yang baik antara
pipa pemboran dan permukaan lubang bor. Mud cake yang tebal akan
menjepit pipa pemboran sehingga sulit diputar dan diangkat. Filtrat yang
terlalu banyak menyusup ke pori-pori batuan dapat menimbulkan damaged
pada formasi. Alat untuk mendiagnosis filtration loss dan mud cake adalah
HPHT (High Pressure High Temperature).
30
Gambar 4.1 HPHT
1
Cc 2
2k Cm 1
Vf = A Pt
31
Dimana :
A : Filtration Area
K : Permeabilitas cake
P : Tekanan Filtrasi
0.5
t2
Q 2 Q1x
t1
Dimana :
Lumpur pemboran itu terdiri dari komponen padat dan komponen cair.
Karena pada umumnya dinding lubang sumur mempunyai pori-pori,
komponen Cair dari lumpur akan masuk ke dalam dinding lubang bor. Zat
cair yang masuk ini disebut filtrat. Padatan dari lumpur akan menempel
pada permukaan dinding lubang. Bila padatan dari lumpur yang menempel
32
ini sudah cukup menutupi pori-pori dinding lubang, maka cairan yang
masuk ke dalam formasi juga berhenti.
c. Water blocking
Filtrat yang berupa air akan menghambat aliran minyak dari
formasi ke dalam lubang sumur jika filtrat dari lumpur banyak.
d. Differential sticking
Seiring dengan banyaknya filtration loss maka mud cake dari
lumpur akan tebal. Diwaktu sirkulasi berhenti ditambah lagi
dengan berat jenis lumpur yang besar, maka drill collar yang
terbenam didalam mud cake serta lumpur akan menekan dengan
tekanan hidrostatik yang besar ke dinding lubang.
33
e. Channeling pada semen.
Di waktu penyemenan, mud cake yang tebal kalau tidak dikikis
akan menyebabkan ikatan antara semen dengan dinding lubang
tidak baik.
Alat untuk mengukur filtration loss dan mud cake yang umum adalah
standar filtration press, terdiri dari :
1. Mud cup
2. Gelas ukur
3. Tabung sumber tekanan
4. Kertas saringan
Filtrat loss yang besar mempunyai efek buruk terhadap formasi
maupun lumpurnya, karena dapat menyebabkan terjadinya formation
damage (pengurangan permeabilitas efektif minyak/gas) dan lumpur akan
kehilangan banyak cairan.Filtrat loss yang besar dalam lumpur dapat
dicegah dengan penambahan :
1. Koloid (bentonite)
2. Starch, CMC – Driscose
3. Minyak (buruk terhadap dynamic loss)
4. Q – Broxin (baik untuk dinamik maupun statistik loss)
Dengan mengetahui bagaimana terjadinya filtration loss dan akibatnya
bagi suatu pekerjaan pemboran, maka dapatlah ditemukan cara untuk
mengurangi filtration loss tersebut. Untuk mengurangi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
34
invasi filtrat yang masuk ke dalam formasi produktif dapat menyebabkan
produktivitas sumur tersebut menurun. Untuk itu perlu adanya pengaturan
terhadap laju filtrasi, maka diperlukan membatasi jumlah cairan yang
masuk ke dalam formasi.
Terjadinya filter cake pada dinding lubang bor analog dengan peristiwa
osmose dan secara matematis dapat dinyatakan dengan :
Dimana :
T = temperatur
35
5. Filter paper
4.3.2. Bahan :
1. Bentonite
2. Aquades
3. PAC – L
4. Spresene
36
4.4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pembuatan lumpur
Membuat lumpur standar : 22,5 gr bentonite + 350 cc aquades.
Tambahkan additive sesuai dengan petunjuk asisten.Aduk selama 20
menit.
2. Persiapkan alat filter dan segera memasang fiter paper serapat mungkin
dan meletakkan gelas ukur di bawah silinder untuk menampung fluid
filtrate.
3. Tuangkan campuran ke dalam silinder dan segera tutup rapat. Kemudian
alirkan udara dengan tekanan 100 Psi.
4. Segera catat volume filtrate sebagai fungsi dari waktu dengan stopwatch.
Interval pengamatan setiap 2 menit pada 20 menit pertama, kemudian
setiap 5 menit untuk 10 menit selanjutnya. Catat volume filtrate pada
menit ke 7.
5. Hentikan penekanan udara, buang tekanan udara dalam silinder (bleed
off) dituangkan kembali sisa lumpur dalam silinder ke dalam breaker.
6. Menentukan tebal mud cake yang terjadi dan mengukur pH – nya.
37
4.6. PEMBAHASAN
4.6.1. Pembahasan Praktikum
Pada praktikum ini adalah untuk menentukan filtrasi dan mud cake.
Pada tabel diatas terdapat lumpur dasar yang ditambahkan jenis additive
seperti dextrid, bentonite, dan quebracho. Pada saat lumpur dasar
ditambahkan dextrid sebanyak 2 gram dan 2.6 gram, terjadi peningkatan
pH dan ketebalan mud cake. Pada penambahan barite ini terdapat
perbandingan, pada saat lumpur dasar dengan 2 gram dextrid memiliki pH
9.84 dan ketebalan mud cake 1.47, tapi pada saat ditambahkan 2.6 gram
dextrid terjadi peningkatan pH menjadi 10.2 dan bertambahnya ketebalan
mud cake menjadi 2.98.
38
2. Dalam percobaan ini, selain mengukur volume filtrate juga dilakukan
pengukuran pH. Apakah pengaruh pH terhadap kondisi lumpur
pemboran?
Jawab : pH adalah petunjuk untuk menentukan apakah lumpur
pemboran bersifat asam atau basa. Apabila Lumpur bersifat
asam maka akan berakibat buruk pada pipa pemboran.
3. Apakah mud cake diharapkan pada operasi pemboran ?
Jawab : Mud cake yang tipis merupakan bantalan yang baik untuk drill
string, namun jika terlalu tebal akan membuat rangkaian bor
terjepit.
4. Bagaimana cara mengatasi filtrate loss yang terlalu besar ?
Jawab : Penambahan bahan additive pada lumpur dapat mengurangi
filtrate loss.
5. Jelaskan secara singkat apa yang anda ketahui tentang sodium
Carboxymethyl Cellulose (CMC) !
Jawab : Sodium Carboxymethyl Cellulose (CMC) adalah selulosa
derivatif dengan kelompok karboksimetil (-CH2-COOH)
terikat ke beberapa hidroksil kelompok dari glukopiranosa
monomer yang membentuk selulosa tulang punggung . CMC
dalam industri pengeboran minyak digunakan sebagai bahan
lumpur pemboran, di mana ia bertindak sebagai agen
pengubah viskositas dan retensi air.
4.7. KESIMPULAN
1. Semakin besar filtrate yang dihasilkan, maka semakin tebal mud cake
yang terbentuk.
2. Dari table percobaan diatas, dapat disimpulkan bahwa bentonite dapat
meningkatkan kemampuan lumpur dalam membersihkan lubang bor.
3. Tebalnya pembentukan mud cake pada saat pemboran, dapat
mengakibatkan runtuhnya dinding lubang dan kesulitan dalam
menginterpretasikan hasil electrical logging.
39
4. Pembentukan mud cake yang tipis akan merupakan bantalan yang baik
antara pipa pemboran dan permukaan lubang bor.
5. Filtrat yang terlalu banyak menyusup ke pori-pori batuan dapat
menimbulkan damaged pada formasi.
6. Penambahan additive quebracho daoat menurunkan pH dan menambah
mud cake.
7. Harga pH berpengaruh pada ketebalan mud cake, jika harga pH tinggi
maka mud cake semakin tebal.
40
BAB V
ANALISA KIMIA LUMPUR PEMBORAN
Dalam percobaan ini akan dilakukan analisis kimia lumpur bor dan
filtratnya, yaitu : analisis kimia alkalinitas, analisis kesadahan total,
analisis kandungan ion chlor, ion kalsium, ion besi serta PH lumpur bor
(dalam hal ini filtratnya).
41
batu kapur yang masuk ke sistem lumpur pada waktu pemboran
menembus formasi limestone.
42
1. Water base mud
Pada lumpur pemboran jenis ini bahan dasar yang digunakan
adalah air, bila airnya berupa air tawar maka disebut “fresh water mud”
dan apabila airnya berupa air asin disebut “salt water mud”.
Unsaturated Salt Water Mud yaitu lumpur yang fasa cairya diambil
dari air laut yang dapat menimbulkan busa (foaming) sehingga perlu
ditambahkan bahan kimia (defoamer)
Saturated Salt Water Mud yaitu lumpur yang fasa cairnya dijenuhi
oleh NaCL untuk mencegah pelarutan garam pada formasi garam
yang ditembus dan dapat digunakan untuk mengebor lapisan shale.
Sodium - Sillicate Mud yaitu lumpur yang fasa cairnya mengandung
sekitar 65 % volume larutan Na - Silicate dan 35 % larutan garam
jenuh. Lumpur ini dikembangkan untuk digunakan bagi pemboran
heaving shale, tetapi jarang digunakan karena lebih banyak digunakan
lumpur Lime Treated Gypsum Lignosulfonate yang lebih baik, lebih
murah dan mudah dikontrol sifat - sifatnya.
43
2. Oil - in - water emultion muds
Pada lumpur ini minyak merupakan fasa terbesar (emulsi dan air sebagai
fasa kontinyu. Jika pembuatannya baik fltratnya hanya air. Air yang
digunakan dapat fresh water atau salt water. Sifat - sifat fisik yang
dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur, voluime filtrat, tebal mud
cake dan pelumasan. Segera setelah emulsifikasi, filtrat loss berkurang.
44
dengan menambah emulsifier (pembuat emulsi) ke water base mud diikuti
dengan sejumlah minyak (5 - 25 % volume). Jenis emulsifier bukan sabun
lebih disukai karena dapat digunakan dalam lumpur yang mengandung Ca
tanpa memperkecil emulsifiernya dalam hal efisiensinya. Emulsifikasi
minyak dapat ditambah dengan agitasi (diaduk). Penambahan minyak dan
emulsifier secara periodik. Jika sebelum emulsifikasi lumpurnya
mengandung clay yang tinggi pengenceran dengan air perlu dilakukan
untuk mencegah kenaikan viskositas. Karena keuntungan dan mudahnya
pengontrolan maka lumpur ini banyak disukai.
Oil Base Mud mempunyai fasa kontinyu minyak, kadar air tidak
boleh lebih besar dari 5 %, karena bila lebih besar sifat lumpur menjadi
tidak stabil. Untuk itu diperlukan tangki yang tertutup agar terhindar dari
hujan / embun dan bahaya api. Untuk mengontrol viskositas, menaikan
gelstrength, dan mengurangi efek kontaminasi air serta mengurangi filtrate
loss perlu ditambahkan zat - zat kimia. Lumpur jenis ini mahal harganya,
biasanya digunakan kalau keadaanya memaksa atau pada completion dan
work over sumur. Misalnya melepas drilpipe terjepit, mempermudah
pemasangan casing dan liner. Keuntungannya mud cake tipis dan liat
,pelumas baik.
45
dengan oil base mud yaitu filtratenya minyak, karena itu tidak
menghidratkan shale / clay yang sensitive. Perbedaan utamanya dengan oil
base mud adalah bahwa air ditambahkan sebagai tambahan yang berguna
(bukan kontaminer). Air yang teremulsi dapat antara 15 - 50 % volume,
tergantung density dan temperatur yang dihadapi. Karena air merupakan
bagian dari lumpur maka mengurangi bahaya api, toleran terhadap air dan
pengontrolan flow propertisnya (sifat - sifat aliran) dapat seperti water
base mud.
Gaseous Drilling Fluid, fluidanya hanya terdiri dari gas atau udara
maupun aerated gas. Lumpur jenis ini biasanya digunakan untuk pemboran
yang formasinya keras dan kering dan juga pada pemboran dimana
kemungkinan terjadinya blow out kecil sekali atau dimana loss circulation
merupakan bahaya utama
Polymer berasal dari Poli yang berarti banyak dan berarti unit
molekul. Dapat dikatakan bahwa polymer adalah suatu susunan rangkaian
molekul yang panjang dalam bentuk unit yang berulang. Sifat fisik
polymer yang dapat dilihat dalam suspensi adalah bentuk rantai, kumpulan
rantai dan jenis dari tiap unitnya.
46
suspensi, maka semua bahan kimia penstabil harus mempunyai sifat
dispersi.
47
Gambar 5.1.Buret Mikro Gambar 5.2.Pipet
5.3.2. Bahan :
1. NaHCO3, NaOH, CaCO3, serbuk MgO, kalium khromat, bentonite,
gypsum, aquades, quebracho
2. Larutan H2SO4 0,02 N, larutan EDTA 0,01 M, larutan AgNO3, larutan
KMnO4 0,1 N
48
5.4. PROSEDUR PERCOBAAN
5.4.1. Analisa Kimia Alkalinitas
Buatlah lumpur dengan komposisi sebagai berikut:
350 ml aquadest + 22,5 gram bentonite + 0,5 gram NaHCO3 + 0,4 gram
aquadest NaOH + 0,2 gram CaCO3.
1. Ambil 3 ml filtrate tersebut dan memasukkan ke dalam labu titrasi 250
ml, kemudian menambahkan 20 ml aquadest.
2. Tambahkan 2 tetes indicator phenolphytalein dan titrasi dengan H2SO4
hingga warna merah tepat hilang. Reaksi yang terjadi:
OH-+ H+ H2O
3. Catat volume pmakaian H2SO4 (P ml)
4. Pada larutan titrasi, tambahkan 2 tetes indicator metyl jingga. Dan
titrasikan kembali dengan H2SO4 standar hingga berwarna jingga tua.
Reaksi yang terjadi:
HCO3 + H+ H2O + CO2
5. Catat volume pemakaian H2SO4 total (M ml)
Catatan, jika:
2P > M menunjukkan adanya gugus ion OH- dan CO3-.
2P = M menunjukkan adanya gugus ion CO- saja.
2P < M menunjukkan adanya gugus ion CO3- dan HCO3-.
P = 0 menunjukkan adanya gugus ion HCO3- saja.
P = M menunjukkan adanya gugus ion OH- saja.
Perhitungan:
1. Total alkalinity
2. CO3-2 Alkalinity
Jika ada OH-
49
Jika tidak ada OH-
3. OH- Alkalinity
4. HCO3- Alkalinity
𝑚𝑙𝐸𝐷𝑇𝐴𝑥𝑀𝐸𝐷𝑇𝐴𝑥 1000
= 𝑒𝑝𝑚 (𝐶𝑎+ + 𝑀𝑔+ )
𝑚𝑙𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡
50
5.4.3. Menentukan Kesadahan Mg2+ dan Ca2+
1. Ambil 3 ml filtrat lumpur diatas, masukkan ke dalam labu titrasi 250 ml.
2. Tambahkan 25 ml aquadest, 1 ml NaOH 10 N dan 50 mg murexid dalam
NaCl.
3. Titrasi dengan EDTA standar sampai terjadi warna biru.
4. Catat volume pemakaian EDTA
Reaksi yang terjadi:
Ca+2 + H2Y-2 CaY-2 + 2H+
Kesadahan Ca+ :
51
1. Tuang 5 ml filtrate lumpur ke dalam gelas kimia kemudian tambahkan 1
tetes sampai 2 tetes HCl konsentrat.
2. Tambahkan 0.5 ml larutan Hidrogen Peroxyde, sampai didapat warna
kuning muda (end point).
3. Tambahkan 1 ml larutan indicator besi. Timbulnya warna ungu
menunjukkan adanya ion besi dalam filtrate lumpur.
4. Tambahkan 0.5 ml larutan buffer besi. Ukur harga pHnya. Jika terlalu
banyak larutan buffer yang ditambahkan maka akan timbul endapan
berwarna kecoklatan. Tambahkan satu tetes atau lebih HCl konsentrat
sampai endapan hilang.
5. Titrasi dengan KMnO4 0.1 N seperti langkah 2 (kuning muda).
52
5.5. DATA PERCOBAAN
Diketahui hasil percobaan sebagai berikut:
Tabel 5.1. Tabel Data Percobaan Analisa Kimia Lumpur Pemboran
Percobaan Hasil Percobaan
Alkalinitas Vol Filtrat = 3 ml
N H2SO4 = 0.02 N
Vol H2SO4 P = 0.05 ml
M = 3.4 ml
Kesadahan total Vol filtrate = 3 ml
M EDTA = 0.02 M
Vol EDTA = 0.05 ml
Kesadahan Ca2+ dan Mg2+ Vol filtrate = 3 ml
M EDTA = 0.01 M
Vol EDTA = 8 ml
Kandungan klorida Vol filtrate = 3 ml
N AgNO3 = 0.02 N
Vol AgNO3 = 1 ml
Kandungan Ion Besi (I) Vol filtrate = 5 ml
N KMnO4 = 0.01 N
Vol KMnO4 = 7 ml
Kandungan Ion Besi (II) Vol filtrate = 10 ml
N K2Cr2O7 = 0.01 N
Vol K2Cr2O7 = 10 ml
5.6. PEMBAHASAN
5.6.1. Pembahasan Praktikum
Analisa kimia pada lumpur pemboran di lakukan untuk mengetahui
alkalinitas, kesadahan total, kandungan ion chlor, kandungan ion besi, dan
kandungan ion kalsium dan magnesium. Pada tabel diatas terdapat hasil-
hasil percobaan. Pada alkalinitas H2SO4 didapatkan hasil sebesar 22.67
epm, kemudian dilanjutkan dengan penghitungan kesadahan total dan
didapat hasil sebesar 0.33 epm, lalu pada penghitungan kesadahan Ca2+
dan Mg2+ didapatkan hasil sebesar 26.67epm.
53
dan ion besi (II) didaptkan hasil masing-masing sebesar 781.9 ppm dan
558.5 ppm.
- Kesadahan total
𝑚𝑙 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 𝑀 𝐸𝐷𝑇𝐴 𝑥 1000 0,05 𝑚𝑙 𝑥 0,02 𝑚𝑙 𝑥 1000
=
𝑚𝑙 𝑓𝑖𝑙𝑡𝑟𝑎𝑡 3 𝑚𝑙
= 0,33 epm
=26,67 epm
ppm Ca+2 = epm Ca+2 x BA Ca
= 26,67 epm x 40
54
= 1066,8 ppm
= 236,67 ppm
= 781,9 ppm
= 558,5 ppm
2. Apa yang dimaksud dengan volume EDTA?
Jawab : EDTA adalah ethylene diamine tetra acetic dan volume
EDTA merupakan volume standar yang diketahui yang
digunakan sebagai pembanding untuk titrasi.
3. Jelaskan masing – masing keguanaan alkalinitas, kesadahan, kandungan
ion klor dan ion besi serta kegunaan kimia lumpur pemboran secara
umum!
Jawab : - Kegunaan alkalinitas
Untuk mengetahui besar konsentrasi hidroksil, bicarbonate
dan carbonat.
- Kegunaan kesadahan
55
Untuk mengetahui besarnya kandungan ion Ca+2 dan Mg+2
pada air, dimana ion – ion tersebut bisa berasal dari lumpur
pemboran pada waktu pemboran menembus formasi gypsum.
- Kegunaan kandungan ion klor
Untuk mengetahui kontaminasi garam yang masuk ke system
lumpur pada waktu pemboran menembus formasi garam.
- Kegunaan kandungan ion besi
Untuk pengontrolan terjadinya korosi pada peralatan
pemboran.
- Kandungan kimia lumpur pemboran
Untuk mengontrol kandungan ion – ion yang terdapat dalam
lumpur pemboran untuk kemudian dilakukan tindakan –
tindakan yang perlu dalam penanggulangannya.
5.7. KESIMPULAN
1. Analisa kimia lumpur pemboran digunakan untuk mengontrol
kandungan – kandungan ion yang terdapat dalam lumpur pemboran.
2. Kandungan ion besi yang berlebihan pada lumpur pemboran dapat
mengakibatkan terjadinya korosi pada peralatan pemboran.
3. Untuk menganalisa kimia lumpur pemboran, kita dapat menggunakan
suatu metode, yaitu metode titrasi.
4. Analisa pH pada lumpur pemboran sangat diperlukan untuk mengetahui
tingkat kebasaan dan keasaman dari lumpur pemboran yang digunakan
pada saat operasi pemboran.
5. Kandungan ion Ca+2 dan Mg+2 pada air dapat menyebabkan air tersebut
bersifat sadah.
56
BAB VI
KONTAMINASI LUMPUR PEMBORAN
57
2. Kontaminasi Gypsum
Gypsum dapat masuk kedalam lumpur pada saat pemboran
menembus formasi gypsum, lapisan gypsum yang terdapat pada
formasi shale dan limestone. Akibat adanya gypsum dalam jumlah
yang cukup banyak dalam lumpur pemboran, maka akan merubah
sifat-sifat fisik lumpur tersebut seperti viscosity plastic, yield point,
gel strength dan fluid loss.
3. Kontaminasi semen
Kontaminasi semen dapat terjadi akibat operasi penyemanan
yang kurang sempurna atau setelah pengeboran lapisan semen dalam
casing, float collar, dan casing shoe, kontaminasi semen akan
mengubah viscosity plastic, yield point, gel strength, fluid loss dan pH
lumpur.
58
air akan membentuk muatan negatif yang kuat pada permukaan platenya,
hal inilah yang menyebabkan terjadinya swelling clay sehingga terjadi
perubahan sifat-sifat lumpur secara tiba-tiba yang dapat mengganggu
jalannya operasi pemboran.
59
Gejala-gejala umum yang terlihat jika sedang terjadi shale problem
antara lain :
60
6. pH indicator
7. Kompressor
8. Jangka Sorong
9. Filter Paper
10. Gelas ukur
61
Gambar 6.5.Neraca Gambar 6.6.pH Indikator
6.3.2. Bahan :
1. Aquades
2. Bentonite
3. NaCl 7 gr
4. Semen
5. Gypsum
6. Soda Ash
7. Indikator EBT
8. Indikator Phenolphtalein
9. Indikator Methyl Jingga
10. EDTA Standar
11. Larutan Buffer pH 10
12. Asam Sulfat
13. Monosodium Phospate
62
6.4. PROSEDUR PERCOBAAN
6.4.1. Kontaminasi NaCl
1. Buat lumpur standar:
22.5 gram bentonite + 350 cc aquadest, ukur pH, viscositas, gel strength,
fluid loss dan ketebalan mud cake.
2. Tambahkan NaCl sebanyak 1 gram ke dalam lumpur standar. Ukur pH,
viscositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.
3. Lakukan langkah b dengan penambahan NaCl masing – masing 3.5
gram, 7.5 gram, dan 17.5 gram. Ukur pH, viscosity, gel strength, fluid
loss dan ketebalan mud cake.
4. Buatlah lumpur baru dengan komposisi: lumpur standar + 7.5 gram NaCl
+ 0.5 gram NaOH. Ukur pH, viskositas, gel strength, fluid loss dan
ketebalan mud cake.
63
2. Buatlah lumpur baru dengan komposisi: lumpur standar + 0.225 gram
semen. Ukur pH, viscositas, gel strength, fluid loss dan ketebalan mud
cake.
3. Lakukan langkah 2 dengan penambahan semen masing – masing 0.5
gram, 1 gram dan 1.5 gram. Ukur pH, viscositas, gel strength, fluid loss
dan ketebalan mud cake.
4. Buatlah lumpur baru dengan komposisi: lumpur standar + 1.5 gram
semen + 0.2 gram monosodium phosphate. Ukur pH, viscositas, gel
strength, fluid loss dan ketebalan mud cake.
5. Lakukan langkah 4 dengan penambahan 1 gram monosodium phosphate.
LD + 7.5 gr NaCl 43 40 21 25 5 17 25 27 30
LD + 15 gr Gypsum + soda 75 67 82 92 2 8 16 18 20
ash
LD + 1 gr semen 156 150 162 210 2 9.6 18 20 22
LD + 1.5 gr semen + 46 29 71 73 2 8 17 17 18
NH(H2PO4)
64
Tabel 6.2. Tabel Data Mud Cake, Volume H 2SO4, Volume EDTA pada Lumpur Pemboran
Volume
Volume
Tebal mud (mm) EDTA
Komposisi Lumpur H2 SO4
(ml)
1 2 3
LD 1.1 1.7 1.7
LD + 7.5 gr NaCl 4 3.9 4.2
LD + 17.5 gr NaCl 4 3.9 4.2
LD + 7.5 gr NaCl + 0.5
4.4 4.6 4.6
NaOH
LD + 0.9 gr Gypsum 1.5 1.5 1.5 0.6
LD + 1.5 gr Gypsum 3.6 3.7 4 1
LD + 15 gr Gypsum + soda
2.8 2.9 2.5 5.3 1.1
ash
LD + 1 gr semen 3 3.1 3 1
LD + 1.5 gr semen 3.3 3.4 3.5 0.6
LD + 1.5 gr semen +
2.8 3 3 0.4
NH(H2PO4)
6.6. PEMBAHASAN
6.6.1. Pembahasan Praktikum
Setiap proses pemboran, salah satu faktor penting yang
mempengaruhi suksesnya suatu pemboran adalah lumpur pemboran. Pada
lumpur bor selalu terjadi kontaminasi. Pada umumnya kontaminasi yang
selalu terjadi adalah kontaminasi NaCl, kontaminasi gypsum, dan
kontaminasi semen.
65
50 41
40 32 Gel strength 10''
30
25 26
30
Filtration loss V30
20 13
mud cake
10 4.2 4.6
1.7 percobaan ke-3
0
Lumpur dasar LD + 7,5 gr NaCl LD + 7,5 gr NaCl
+ 0.5 NaOH
66
120
120
92
100 Gel strength 10''
80
Filtration loss V30
60
32 32
40 18 mud cake percobaan
13
20 1.7 1.5 2.5 ke-3
0
Lumpur dasar LD + 0,9 gr LD + 0,9 gr
gypsum gypsum + soda
ash
200 178
150
67
dan tebal mud cake yang bertambah. Pada saat ditambahkan zat additive
NH(H2PO4) terjadi penurunan gel strength dari 178 menjadi 73, filtration
loss, dan tebal mud cake juga ikut berkurang.
68
- Untuk kontaminasi garam, penanggulangannya dilakukan
dengan penambahan kimiawi thinner dan juga konversi salt-
water mud
4. Jika perlu dapat ditambahkan bahan – bahan additive. Sebutkan dan
jelaskan macam – macam bahan additive tersebut dan berikan
contohnya!
Jawab : - Soda Ash dapat digunakan untuk menipiskan mud cake,
menanggulangi terjadinya kontaminasi gypsum.
- Monosodium Phosphate merupakan additive yang
ditambahkan pada lumpur sebagai cara penanggulangan
lumpur yang terkontaminasi semen.
- Sodium Acid Pyrophospate merupakan additive yang
ditambahkan pada lumpur sebagai cara penanggulangan
lumpur yang terkontaminasi garam.
5. Apakah tujuan dari ditambahkan soda ash pada komposisi lumpur dasar
dan gypsum?
Jawab : Tujuan dari penambahan soda ash adalah untuk menipiskan
mud cake, menambah volume H2SO4, meningkatkan volume
EDTA, menurunkan gel strength dan menurunkan filtration
loss.
6. Apakah NH(H2PO4) itu? Dan jelaskan maksud dari penambahan
NH(H2PO4) tersebut pada komposisi lumpur dasar dan semen?
Jawab : NH(H2PO4) adalah monosodium phosphate yang merupakan
additive yang ditambahkan pada lumpur sebagai cara
penanggulangan lumpur yang terkontaminasi semen.
7. Jelaskan terjadinya kontaminasi oksigen dan CO2!
Jawab : - Kontaminasi oksigen terjadi karena pemboran menembus
formasi yang mengandung O2. Akibatnya akan menyebabkan
korosi pada peralatan pemboran. Penanggulangannya adalah
dengan menggunakan alat O2 breaker.
69
- Kontaminasi karbondioksida terjadi karena pemboran
menembus lapisan yang mengandung CO2. Akibatnya akan
terjadi korosi pada peralatan pemboran. Penanggulangannya
yaitu dengan menggunakan CO2 breaker.
8. Jelaskan pengaruh fisik lumpur terhadap perubahan pH, kesadahan, dan
alkalinitas!
Jawab : - pH
Penurunan pH dapat menyebabkan gangguan pada sifat fisik
lumpur, dimana jika pH < 7 (cenderung asam) dapat
menyebabkan korosi pada peralatan pemboran.
- Kesadahan
Jika pemboran menembus formasi yang banyak mengandung
Ca+2 dan Mg+2, sehingga dapat menyebabkan berubahnya sifat
– sifat fisik lumpur pemboran.
- Alkalinitas
Jika lumpur pemboran sumbernya berasal hanya dari OH-,
menunjukkan lumpur tersebut stabil dan kondisinya baik.
Jika sumbernya berasal dari CO3-2, maka lumpur tidak stabil,
tetapi masih bisa dikontrol.
Jika lumpur tersebut mengandung HCO3-, maka kondisi
lumpur tersebut sangat jelek.
6.7. KESIMPULAN
1. Kontaminasi yang terjadi pada saat pemboran dapat menyebabkan
terjadinya perubahan sifat fisik pada lumpur pemboran, yaitu viskositas
plastic, gel strength, pH dan filtration loss.
2. Kontaminasi pada lumpur pemboran dapat diatasi dengan cara
menambahkan additive yang tepat dan juga dengan cara memperbaiki
operasional pada pemboran.
3. Penambahan soda ash pada lumpur pemboran bertujuan untuk
menipiskan mud cake, menambah volume H2SO4, meningkatkan
70
volume EDTA, menurunkan gel strength serta menurunkan terjadinya
filtration loss pada saat pemboran.
4. Kontaminasi semen terjadi karena penyemenan yang kurang sempurna
pada saat pemboran.
5. Kontaminasi yang mengandung ion Ca+2 dapat ditanggulangi dengan
menggunakan emulsion mud (oil in water emulsion mud).
71
BAB VII
PENGUKURAN HARGA MBT (METHYLENE BLUE TEST)
Li+<Na+<H+<K+<NH4+Mg2+<Ca2+<Al3+
72
Adapun hal yang menyebabkan mineral clay memiliki kapasitas
tukar kation adalah :
73
Reaksi pertukaran kation kadang-kadang bersamaan dengan
terjadinya sweeling. Jika permukaan clay kontak dengan air dan
menganggap bahwa satu plat clay terpisah dari matriknya, maka ion-ion
yang bermuatan positif (kation) akan meninggalkan plat clay tersebut.
Karena molekul air adalah polar maka molekul air akan ditarik balik oleh
kation yang terlepas maupun plat clay dan molekul air yang bermuatan
positif akan ditarik oleh plat claynya sendiri, sehingga seluruh clay akan
mengembang.
74
shale tetap stabil, tidak longsor atau runtuh. Beberapa akibat yang dapat
ditimbulkan dengan runtuhnya shale tersebut didalam lubang bor
diantaranya adalah :
1. Terjadinya pembesaran lubang bor.
2. Terjadinya permasalahan dalam pembersihan lubang bor.
3. Rangkaian pipa bor terjepit.
4. Kebutuhan akan lumpur menjadi bertambah, sehingga tidak
ekonomis.
5. Kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan logging, bridges dan fill up.
Shale biasanya terdiri dari lumpur, silt dan clay (lempung) yang
merupakan hasil endapan didalam marine basin. Shale dalam bentuknya
yang lunak atau bercampur dengan air disebut clay. Dan apabila clay yang
terjadi terletak pada suatu ke dalaman tersebut terdapat tekanan dan
temperatur yang tinggi, maka endapan clay tersebut akan mengalami
perubahan bentuk ini disebut shale. Perubahan bentuk yang lain, misalnya
karena metamorfosa yang disebut slate, phylite atau mika schist.
Berdasarkan kandungannya, apabila shale tersebut mengandung banyak
pasir disebut dengan carbonaceous shale. Shale juga mengandung
berbagai jenis clay mineral dimana sebagian diantaranya berdehidrasi
tinggi. Sedangkan pengaruh dehidrasi yang tinggi tersebut disebabkan
karena shale mengandung banyak mineral montmorillonite. Shale yang
berdehidrasi tinggi ini biasanya terdapat dalam formasi yang relatif
dangkal atau tidak dalam.Gejala-gejala problem shale dapat dilihat sebagai
berikut :
75
pompa dihentikan reruntuhan shale akan jatuh ke bawah dan
terkumpul di sekitar drill collars.
Seperti yang diketahui bahwa formasi shale mengandung mineral clay.
Clay bersifat expanding dan non expanding bila bertemu air. Untuk
mengetahui tingkat reaktif clay dapat dilakukan pengujian dengan
Methylene Blue Test (MBT),X-Ray Diffraction dan Scanning Electron
Microscope.
76
Gambar 7.1.Hot Plate Gambar 7.2. Stopwatch
7.3.2. Bahan :
1. Bentonite
2. Aquades
3. H2SO4 5 N
4. Methylene Blue
77
7.4. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Timbang 1 gram clay sudah siap untuk dianalisis mesh 270 (baik
setelah teraktivasi maupun sebelum teraktivasi) ke dalam Erlenmeyer
flask 250 cc.
2. Kemudian tambahkan 50 cc aquades dan diaduk dengan menggunakan
magnetisie sambil ditetesi katalisator asam sulfat 5 N sebanyak 10 tetes.
3. Kemudian didihkan diatas hot plate selam 10 menit sambil diaduk.
4. Sampel tersebut kemudian titrasi dengan penambahan larutan
methylenen blue setiap 5 cc dan diaduk selama 30 detik dan kemudian
ambil sampel dengan pipet dan teteskan diatas kertas whatman sampai
terdapat lingkaran dua warna biru yang berbeda (biru tua dan biru
muda).
5. Setelah terjadi dua warna lingkaran biru tua dan biru muda selanjutnya
dikocok manual selama kurang lebih 2 menit apakah warna tersebut
berubah atau hilang. Jika tidak ada perubahan berarti titrasi berakhir.
6. Jika setelah dikocok 2 menit dua lingkaran tersebut berubah, maka
lakukan kembali langkah 4 dan seterusnya.
7. Kemudian catat pertukaran kation dari larutan tersebut yang besarnya
sama dengan jumlah cc dari larutan titrasi methylene blue dalam satuan
meq/100 gram.
78
Berdasarkan data percobaan diatas terdapat 2 jenis bentonite, yaitu
bentonite indobent dan bentonite baroid.Dari data diatas terlihat harga
KTK terbesar dimiliki oleh bentonite indobent yaitu 75 meq/100 gr dan
yang kecil dimiliki bentonite baroid yaitu 48 meq/100 gr.
7.7. KESIMPULAN
1. MBT pada lumpur pemboran digunakan untuk mengukur total kapasitas
pertukaran kation dari suatu system clay.
2. Dari data percobaan di atas dapat disimpukan bahwa bentonite indobent
memiliki harga kapasitas tukar kation lebih tinggi dibandingkan dengan
bentonite baroid.
3. Mineral alloghenic memiliki harga pertukaran kation yang paling besar
dibandingkan dengan mineral authogenic.
4. Semakin kecil kapasitas tukar kation pada clay, maka semakin kecil pula
kemungkinan terjadinya swelling.
5. Swelling pada clay terjadi dikarenakan adanya kontak antara air dengan
clay, yang dapat menyebabkan clay mengembang.
79
BAB VIII
PEMBAHASAN UMUM
80
permukaan lubang bor, sedangkan mud cake yang tebal akan menjepit pipa
pemboran sehingga sulit diputar dan diangkat dan filtratnya akan menyusup ke
formasi dan dapat menimbulkan kerusakan pada formasi.
Analisa kimia lumpur pemboran digunakan untuk mengontrol kandungan
– kandungan ion yang terdapat pada lumpur pemboran, sehingga kemudian
dilakukan tindakan – tindakan yang perlu dalam penanggulangannya.Dalam
analisa kimia lumpur pemboran digunakan suatu metode, yaitu titrasi dimana
titrasi meliputi reaksi dari sampel yang diketahui volumenya dengan sejumlah
volume suatu larutan standar yang diketahui konsentrasinya.
Adanya material – material yang tidak diinginkan (kontaminan) yang
masuk ke dalam lumpur pada saat operasi pemboran sedang berjalan dapat
menyebabkan terjadinya perubahan sifat – sifat fisik pada lumpur
pemboran.Beberapa kontaminasi yang sering terjadi pada saat pemboran
diantaranya adalah kontaminasi sodium clorida, kontaminasi gypsum, kontaminasi
semen, kontaminasi hard water, kontaminasi carbondioxide, kontaminasi
hydrogen sulfide dan kontaminasi oxygen.Untuk menanggulangi kontaminasi –
kontaminasi tersebut dapat kita tambahkan beberapa macam bahan additive, yaitu
soda ash, monosodium phosphate, dan beberapa additive lainnya.
Methylene blue test digunakan untuk mengukur total kapasitas pertukaran
kation dari suatu system clay. Jika permukaan clay kontak dengan air dan
menganggap bahwa satu plat clay terpisah dari matriksnya, maka ion – ion yang
bermuatan positif (kation) akan meninggakan plat clay tersebut. Molekul air yang
bersifat polar akan ditarik balik oleh kation yang terlepas maupun plat clay dan
molekul air yang bermuatan positif akan ditarik oleh plat claynya sendiri,
sehingga seluruh clay akan mengembang. Clay yang mengalami pengembangan
ini disebut dengan swelling.
81
BAB IX
KESIMPULAN UMUM
82
14. Untuk menganalisa kimia lumpur pemboran, kita dapat menggunakan suatu
metode, yaitu metode titrasi.
15. Analisa pH pada lumpur pemboran sangat diperlukan untuk mengetahui
tingkat kebasaan dan keasaman dari lumpur pemboran yang digunakan pada
saat operasi pemboran.
16. Kandungan ion Ca+2 dan Mg+2 pada air dapat menyebabkan air tersebut
bersifat sadah.
17. Kontaminasi yang terjadi pada saat pemboran dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sifat fisik pada lumpur pemboran, yaitu viskositas plastic, gel
strength, pH dan filtration loss.
18. Kontaminasi pada lumpur pemboran dapat diatasi dengan cara menambahkan
additive yang tepat dan juga dengan cara memperbaiki operasional pada
pemboran.
19. Penambahan soda ash pada lumpur pemboran bertujuan untuk menipiskan
mud cake, menambah volume H2SO4, meningkatkan volume EDTA,
menurunkan gel strength serta menurunkan terjadinya filtration loss pada saat
pemboran.
20. Kontaminasi semen terjadi karena penyemenan yang kurang sempurna pada
saat pemboran.
21. Kontaminasi yang mengandung ion Ca+2 dapat ditanggulangi dengan
menggunakan emulsion mud (oil in water emulsion mud).
22. MBT pada lumpur pemboran digunakan untuk mengukur total kapasitas
pertukaran kation dari suatu system clay.
23. Mineral alloghenic memiliki harga pertukaran kation yang paling besar
dibandingkan dengan mineral authogenic.
24. Semakin kecil kapasitas tukar kation pada clay, maka semakin kecil pula
kemungkinan terjadinya swelling.
25. Swelling pada clay terjadi dikarenakan adanya kontak antara air dengan clay,
yang dapat menyebabkan clay mengembang.
83
DAFTAR PUSTAKA
84
85