TEORI DASAR
berjalan lancar. Fluida tersebut dialirkan dari permukaan melalui ruang antara
diameter luar rangkaian pipa bor dengan dinding lubang bor. Lumpur bor
itu sendiri. Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting dalam pemboran.
pada lumpur pemboran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari fungsi lumpur
Ini adalah fungsi terpenting dari lumpur bor. Lumpur mengalir pada corot
pahat (bit nozzle) menimbulkan daya sembur yang kuat sehingga dasar lubang
dan ujung-ujung pahat menjadi bersih dari serpih bor. Ini akan memperpanjang
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
4
adanya pengaruh gravitasi serpih cenderung jatuh, tetapi dapat diatasi oleh daya
Panas yang cukup besar terjadi karena gesekan pahat dengan formasi.
Karena itu panas tersebut harus dikurangi dengan mengalirkan lumpur sebagai
Lumpur bor harus membentuk deposit dari ampas tapisan (filter cake)
pada dinding lubang sehingga formasi menjadi kokoh dan menghalangi masuknya
fluida ke dalam formasi. Kemampuan ini akan meningkat jika fraksi koloid dari
lumpur bertambah, misalnya dengan menambah bentonite atau zat kimia yang
polimer sehingga viscositas dari filtrate meningkat demikian mobilitas filter cake
Berat dari kolom yang terdiri dari fase air, partikel-partikel padat lainnya
barite (BaSO4) yang mempunyai berat jenis tinggi (4.2 SG) untuk menaikkan
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
5
tekanan hidrostatis dari kolom lumpur agar dapat mengimbangi dan menjaga
tekanan formasi. Tekanan hidrostatis lumpur juga merupakan salah satu faktor
saat tidak ada sirkulasi tergantung sekali pada daya agarnya (gel strength). Sifat
mencegah turunnya serpih kedasar lubang atau menumpuk di annulus yang akan
memungkinkan terjadinya rangkaian bor terjepit. Tetapi daya agar ini tidak boleh
terlalu tinggi agar mengalirkan kembali lumpur tidak membutuhkan tekanan awal
tentang formasi dengan kontinyu memberikan sampel serbuk bor yang sesuai
dengan kedalamannya dan tetap menahan serbuk bor didalam lumpur jika
akurat. Lumpur bor yang berfungsi sebagai pelindung dan tidak menimbulkan
kerusakan pada formasi yang produktif disamping itu dapat memberikan respon
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
6
oleh alat permukaan menjadi semakin besar, karena semua rangkaian mengalami
pengapungan didalam lumpur oleh gaya apung yang sama dengan berat lumpur
yang dipindahkan. Didalam mendesain rangkaian bor, faktor apung dari lumpur
selalu diperhitungkan untuk mengetahui letak dari titik netral dari rangkaian pipa
membersihkan lubang dan mengangkat serpih bor. Sifat aliran, viskositas dan
berat lumpur mempunyai pengaruh besar terhadap efisien daya hidrolika, karena
besar laju korosi. Gas yang terlarut didalam lumpur misalkan CO 2 dan H2S akan
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
7
komposisi dan kondisi dari lumpur bor. Agar semua fungsi lumpur bor dapat
berjalan dengan baik, maka sifat-sifat dari lumpurnya pun harus dijaga dan selalu
2.2.1 Densitas
perbandingan berat per unit volume lumpur. Sifat ini berpengaruh terhadap
densitas lumpur harus selalu dikontrol terhadap kondisi formasinya agar diperoleh
performance yang sesuai dengan fungsi yang diharapkan terhadap formasi yang
dibor.
2.2.2 Viskositas
disebabkan oleh adanya gesekan antara partikel pada fluida yang mengalir. Pada
melakukan sirkulasi, hal ini dapat terjadi karena adanya pergeseran antara
oleh adanya gesekan antara padatan didalam lumpur, dimana plastic viscosity
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
8
merupakan hasil dari pembacaan pada alat Fann VG Meter. Dial reading pada
putaran 600 rpm dikurangi dial reading pada putaran 300 rpm atau dapat
Harga plastic viscosity yang tinggi menunjukkan kenaikan gesekan antar padatan
kandungan solid.
cairan, serta padatan-cairan zat kimia dalam kimia dinamis. Yield point
merupakan hasil dari dial reading pada putaran 300 rpm dikurangi dengan
YP = θ 300 – PV…………………………………………………………….....(2.2)
Alat untuk mengukur harga yield point adalah Fann VG Meter dengan
menggunakan satuan lb/100ft2. Apabila yield point terlalu besar maka yang akan
terjadi adalah kerja pompa menjadi berat pada saat awal pemompaan dan pressure
loss besar, yield point ini berhubungan dengan viskositas lumpur. Viskositas
lumpur menjadi tinggi dikarenakan oleh naiknya harga yield point. Yield point
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
9
Apparent Viscosity merupakan hasil dari kecepatan pada putaran 600 rpm
dibagi dua, dengan satuan Centipoise (cp) atau dapat ditunjukkan dengan
persamaan berikut :
AV = θ 600 : 2 …………………………………………………………….......(2.3)
Pada awal waktu sirkulasi berhenti, lumpur akan mengalir atau menjadi
gel. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antara partikel-partikel
padatan lumpur, gaya mengagar inilah yang disebut dengan daya agar atau gel
strength.
terinfiltrasi lumpur disebut invaded zone sedangkan lumpur yang masuk kedalam
formasi disebut mud filtrate. Laju tapisan akan membentuk mud cake. Lumpur
pemboran yang baik akan membentuk lapisan mud cake yang tipis dan
permeabilitas rendah agar lubang bor tidak terlalu dipersempit dan fluida
pemboran tidak banyak yang hilang. Laju tapisan yang besar akan menyebabkan
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
10
2.2.8 pH
yang digunakan berada pada suasana basa. Apabila lumpur yang digunakan dalam
suasana asam maka serbuk bor yang keluar dari lubang bor akan halus dan hancur
sehingga tidak dapat ditentukan batuan yang telah ditembus oleh bit, selain itu
peralatan yang dilalui oleh lumpur saat sedang sirkulasi atau tidak akan mudah
berkarat.
pemboran apa yang akan mempengaruhi interpretasi logging listrik atau tidak.
terkandung dalam lumpur pemboran. Kadar garam yang besar akan menyebabkan
daya hantar besar sehingga pembacaan resistivity dari cairan formasi akan
terpengaruh.
Padatan tidak boleh terlalu banyak yang terkandung didalam lumpur pemboran
padatan yang baik didalam lumpur sekitar 8%-12% volume lumpur. Untuk
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
11
pemboran dengan bahan dasar air (Water Base Mud) dimana air sebagai fasa cair
kontinyu dan sebagai pelarut atau penahan materi-materi didalam lumpur. Ada
empat macam komposisi atau fasa yang umum digunakan di dalam lumpur
4. Fasa kimia
Fasa cair adalah komponen utama lumpur pemboran. Fungsi dari fasa cair
adalah sebagai fasa dasar yang dapat menyebabkan lumpur dapat mengalir.
Disamping itu bila bereaksi dengan reaktif solid akan membentuk koloid yang
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
12
viskositasnya tertentu sehingga lumpur dapat mengangkat serpih bor. Fasa cair
yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kondisi formasi yang
dibor. Fasa cair yang biasa digunakan adalah air tawar, air garam, minyak dan
Reaktif Solid merupakan zat padat yang dapat bereaksi dengan cairan di
sekelilingnya yang berbeda, kemudian membentuk koloidal. Dalam hal ini clay
dan bentonite menghisap air tawar yang akan membentuk lumpur. Bentonite
(swelling).
Untuk salt water clay (attapulgite), swelling akan terjadi baik di air tawar
atau air asin karena digunakan untuk pemboran dengan salt water mud. Baik
Inert Solid merupakan padatan yang tidak bereaksi dengan air dan dengan
komponen lainnya dalam lumpur, dimana material ini tidak tersuspensi. Fungsi
utamanya adalah untuk menambah berat atau berat jenis lumpur, yang tujuannya
untuk menahan tekanan dari tekanan formasi dan tidak banyak pengaruhnya
dengan sifat fisik lumpur lain. Inert solid dapat pula berasal dari formasi-formasi
yang dibor dan terbawa oleh lumpur seperti chert, pasir atau clay non swelling.
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
13
Padatan ini bukan disengaja untuk menaikkan densitas lumpur dan perlu dibuang
secara cepat.
Kadar garam dari lumpur akan mempengaruhi interpretasi logging listrik. Kadar
garam yang besar akan menyebabkan daya hantarnya besar pula. Pembacaan
resistivity dari cairan formasi akan terpengaruh. Naiknya kadar garam dari lumpur
disebabkan cutting garam yang masuk kedalam lumpur disaat menembus formasi
yang mengandung garam, dengan kata lain lumpur terkontaminasi oleh garam.
Kontaminasi adalah suatu problem yang dapat muncul dengan gejala yang
perlahan-lahan ataupun dengan cepat, dan biasanya diamati suatu fluktuasi sifat-
sifat lumpur yang tadinya normal saja menjadi naik yield point, naiknya daya
agar, viskositas yang berlebihan dan laju tapisan yang tidak terkontrol.
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
14
kimiawi dari fluida pemboran. Semua jenis lumpur mempunyai satu kontaminasi
umum yaitu padatan berat jenis rendah (Low Solid Gravity), baik berasal dari
mengetahui zat-zat penghambat shale (shale inhibitor). Ada beberapa jenis zat
yang ditambahkan kedalam lumpur untuk mengurangi keaktifan dari shale, zat-zat
2. Polimer
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
15
ditelusuri dengan dua macam pengaruh, yaitu ukuran ion dan enersi hidrasi.
Diameter dari ion potassium tepat sekali untuk memuat ruang antara dua lapisan
tetrahedral hexagonal dari shale dan dengan interaksi yang kuat ini maka enersi
hidrasi lempung akan berkurang. Dan diamati bahwa pertukaran ion sodium dan
potassium akan menurunkan semua ion-ion positif yang asing dengan membuat
illite menjadi kuat dan stabil dengan kation yang homogin. Seperti yang diuraikan
dalam lumpur polimer KCl, maka pemakaian K+ harus dimonitor terus dalam
2.6.2 Polimer
ampas yang tipis dan impermeabel, adsorpsi polimer pada partikel shale. Laju
tempat aktif untuk adsorpsi pada permukaan partikel. Polimer yang telah terserap
meningkat.
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
16
kimianya juga turun dan tekanan hisap osmosisnya bertambah didalam lumpur,
maka dengan sendirinya transfer air kedalam shale tidak terjadi. Meningkatnya
elektrolit dalam air sudah lama diketahui dapat menghambat pengembangan shale
dan pemakaian lumpur air laut juga dibuktikan dapat menghambat pengembangan
shale karena ion Cl- yang tinggi dan sifat kimiawi air laut mirip dengan komposisi
mineral clay dengan jumlah yang signifikan. Jumlah dari mineral clay meliliki
Hal ini menyebabkan mineral clay menyerap fasa cair yang terinvasi
kedalam formasi yang mengandung clay reaktif terhadap air dan mengakibatkan
tentang sifat kimia clay sangat penting dalam teknologi lumpur pemboran. Karena
hampir setiap operasi pemboran akan menemui daerah shale. Dibawah ini akan
dijelaskan mengenai mineral clay, proses swelling clay, dan akibat yang akan
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
17
Clay terbentuk dari batuan sedimen klastik yang berasal dari pelapukan
batuan beku metamorf. Kecilnya ukuran clay tersusun oleh silica, alumina dan air
dengan beberapa ion logam lain yang jumlahnya bervariasi. Susunan molekul
Montmorillonite
jenis mineral yang paling banyak menyerap air dan memiliki kapasitas tukar
kation yang paling tinggi diantara jenis mineral clay yang lain sekitar 80-150
me/100 gr.
Kaolinite
Kaolinite adalah jenis mineral yang paling sedikit menyerap air. Pada clay ini
amat sulit terjadi substitusi pada strukturnya sebab muatannya sudah seimbang.
Potensial untuk pertukaran ion sangat lemah, air sangat sulit memasuki susunan
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
18
atau strukturnya kaolinite dimana ikatan hydrogen antar lembar kaolin cukup
kuat.
Illite
Pada clay ini memiliki tiga layer, akan tetapi substitusi terjadi pada tetrahedral
layer yaitu Al3+ menggantikan Si4+ sehingga memberikan sifat negative yang kuat
dipermukaan clay. Ikatan yang kuat terjadi bila bertemu dengan kation K+. disini
air sulit memasuki struktur clay karena adanya keseimbangan jumlah muatan,
oleh karena itu sulit pula terjadi pertukaran ion. Dari analisa kapasitas pertukaran
ion (CEC), illite lebih kecil daripada kelompok smectite, namun lebih tinggi dari
Swelling clay terjadi akibat adanya invasi mud filtrat yang terhidrasi oleh
dalam jumlah yang relatif banyak. Perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatis
pori-pori batuan. Dengan memiliki sifat menghidrasi mud filtrat, kemudian shale
lempengan dengan ion Na+ yang memiliki diameter hidrasi yang tinggi. Atom Na +
yang terdapat pada basal plane cenderung menyerap air. Lapisan-lapisan pada
shale ini akan mendorong pada jarak yang lebih jauh. Dengan kata lain
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
19
terabsorbsinya air pada shale, maka air akan masuk diantara lempengan shale
yang menyebabkan diameternya menjadi besar yang biasa disebut swelling clay.
yang berfungsi sebagai viscosifire. Dengan adanya disperse clay pada lumpur
rangkaian tersebut akan terbungkus oleh clay. Hal ini sangat berpengaruh
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
20
Sistem lumpur ini adalah sistem yang paling umum digunakan dalam
pemboran dasar dari sistem ini adalah anionic encapsulating polimer fluid yaitu
KCl dalam air akan terurai menjadi ion K⁺ dan Cl⁻ dalam mestabilkan
mineral shale, ion-ion K⁺ akan menggantikan kedudukan ion Na⁺, dan dalam
plate-plate shale ion K⁺ akan terikat jauh lebih kuat dibandingkan ikatan antara
ion Na⁺ dengan plate clay atau antara clay dengan air, sehingga daya tolak
menolak antara plate-plate clay dalam air akan berkurang atau ikatan antar plate
Akibat daya tarik antar plate semakin kuat karena hadirnya ion K⁺, maka
akan semakin banyak air yang terbebas dari antar clay keluar sistem, sehingga
akan menyebabkan viskositas sistem turun dan filtrate naik. Disamping itu, ion-
ion K⁺ dengan jari-jari atomnya yang besar akan menutup microfracture, sehingga
untuk larut dalam lumpur yang mengandung elektrolit dan adanya muatan
negative pada bagian yang terhidrolisa sehingga akan meningkatkan daya rekat
partikel clay akan meningkatkan dengan kehadiran KCl diatas 3%. Adsorbsi
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
21
berhubungan dengan air. Seberapa besar pengurangan swelling clay yang terjadi
tergantung pada konsentrasi KCl dan polymer dalam fasa cair lumpur.
Jumlah ion K⁺ yang dibutuhkan dalam lumpur akan tergantung dari tipe
clay atau shale yang akan dibor. Shale yang tidak reaktif yang tidak mengandung
proposi yang tinggi dari mixed layer clays, sehingga tidak akan membutuhkan
banyak ion K⁺. Konsentrasi 3% normalnya akan cukup, tetapi untuk shale reaktif
yang banyak mengandung mixed layer clays (gumbo type shale) akan
membutuhkan jumlah ion yang banyak. Pada kasus ini 10-15% atau lebih
mungkin dibutuhkan dalam lumpur. Ketika membor shale yang reaktif harus
diingat akan ada kecenderungan untuk ion K⁺ berkurang dalam sistem, hal ini
Densitas tidak bisa dinaikkan melebihi 12.5 ppg tanpa masalah rheology dan
harus di dispersi.
Mahal.
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
22
antara lain :
1. Air
Dalam tugas akhir ini lumpur yang digunakan yaitu lumpur yang berbahan
dasar air. Air merupakan cairan yang penting dalam pemboran dan banyak
digunakan sebagai komponen utama. Air dapat dibagi menjadi dua yaitu air
2. Bentonite
berasal dari plane-nya. Karena Na+ adalah kation dengan sifat hidrasi paling
pengembang (swelling) paling besar pula, sehingga jenis inilah yang dipilih
dalam keadaan basa dengan range 8-11 untuk menghindari korosi pada alat
pemboran.
4. XCD
XCD adalah sebagai pengental utama dalam lumpur air tawar dan berbagai
jenis garam.
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
23
PAC-LV sama dengan PAC-R yaitu sebagai pengontrol filtrasi tetapi PAC-L
jumlah yang pasti berapa banyak KCl yang sebenarnya diperlukan untuk
air.
10. HT-stab
11. Biocide
Biocide adalah untuk mengontrol pertumbuhan dari bakteri pada lumpur water
base mud.
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
24
12. Barite
Barite (BaSO4) adalah bahan mineral alami yang mempunyai specific gravity
Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa