Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TEORI DASAR

Lumpur pemboran dapat didefinisikan sebagai fluida yang dipergunakan

untuk membantu operasi pemboran dengan membersihkan dasar lubang dari

serpih bor dan mengangkat ke permukaan, dengan demikian pemboran dapat

berjalan lancar. Fluida tersebut dialirkan dari permukaan melalui ruang antara

diameter luar rangkaian pipa bor dengan dinding lubang bor. Lumpur bor

merupakan unsur yang terpenting didalam suatu operasi pemboran.

2.1 Fungsi Lumpur Pemboran

Tujuan dari penggunaan lumpur pemboran adalah agar proses pemboran

tidak mengalami kesulitan-kesulitan yang dapat mengganggu proses pemgeboran

itu sendiri. Lumpur pemboran merupakan faktor yang penting dalam pemboran.

Kecepatan pemboran efisien, keselamatan dan biaya pemboran sangat tergantung

pada lumpur pemboran tersebut. Hal ini dapat dilihat dari fungsi lumpur

pemboran, yaitu diantaranya :

2.1.1 Membersihkan Dasar Lubang

Ini adalah fungsi terpenting dari lumpur bor. Lumpur mengalir pada corot

pahat (bit nozzle) menimbulkan daya sembur yang kuat sehingga dasar lubang

dan ujung-ujung pahat menjadi bersih dari serpih bor. Ini akan memperpanjang

umur pahat dan akan mempercepat laju pengeboran.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
4

2.1.2 Mengangkat Serpih Bor

Lumpur yang disirkulasi membawa serpih bor menuju permukaan. Dengan

adanya pengaruh gravitasi serpih cenderung jatuh, tetapi dapat diatasi oleh daya

sirkulasi dan kekentalan (viskositas) lumpur.

2.1.3 Mendinginkan dan Melumasi Pahat

Panas yang cukup besar terjadi karena gesekan pahat dengan formasi.

Karena itu panas tersebut harus dikurangi dengan mengalirkan lumpur sebagai

pengantar panas ke permukaan.

2.1.4 Melindungi Dinding Lubang Bor

Lumpur bor harus membentuk deposit dari ampas tapisan (filter cake)

pada dinding lubang sehingga formasi menjadi kokoh dan menghalangi masuknya

fluida ke dalam formasi. Kemampuan ini akan meningkat jika fraksi koloid dari

lumpur bertambah, misalnya dengan menambah bentonite atau zat kimia yang

dapat meningkatkan pendispersian padatan. Dapat pula dengan menambah zat-zat

polimer sehingga viscositas dari filtrate meningkat demikian mobilitas filter cake

dari formasi akan berkurang.

2.1.5 Menjaga dan Melindungi Tekanan Formasi

Berat dari kolom yang terdiri dari fase air, partikel-partikel padat lainnya

cukup memadai untuk mengimbangi tekanan formasi. Tetapi jika menjumpai

daerah yang bertekanan abnormal dibutuhkan materi pemberat khusus seperti

barite (BaSO4) yang mempunyai berat jenis tinggi (4.2 SG) untuk menaikkan

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
5

tekanan hidrostatis dari kolom lumpur agar dapat mengimbangi dan menjaga

tekanan formasi. Tekanan hidrostatis lumpur juga merupakan salah satu faktor

yang mencegah gugurnya formasi karena tidak seimbangnya tekanan.

2.1.6 Menahan Serbuk Bor Selama Sirkulasi Dihentikan

Kemampuan lumpur untuk menahan atau mengapungkan serpih bor pada

saat tidak ada sirkulasi tergantung sekali pada daya agarnya (gel strength). Sifat

pengapungan atau penahan serpih didalam lumpur sangat diinginkan untuk

mencegah turunnya serpih kedasar lubang atau menumpuk di annulus yang akan

memungkinkan terjadinya rangkaian bor terjepit. Tetapi daya agar ini tidak boleh

terlalu tinggi agar mengalirkan kembali lumpur tidak membutuhkan tekanan awal

yang terlalu besar.

2.1.7 Membantu Dalam Evaluasi Formasi

Lumpur bor berperan sekali didalam membantu mendapatkan data-data

tentang formasi dengan kontinyu memberikan sampel serbuk bor yang sesuai

dengan kedalamannya dan tetap menahan serbuk bor didalam lumpur jika

sirkulasi berhenti, sehingga analisa litologi formasi dapat dilakukan dengan

akurat. Lumpur bor yang berfungsi sebagai pelindung dan tidak menimbulkan

kerusakan pada formasi yang produktif disamping itu dapat memberikan respon

yang baik terhadap operasi logging.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
6

2.1.8 Menunjang Berat Dari Rangkaian Bor

Dengan bertambahnya kedalaman, berat rangkaian yang harus ditahan

oleh alat permukaan menjadi semakin besar, karena semua rangkaian mengalami

pengapungan didalam lumpur oleh gaya apung yang sama dengan berat lumpur

yang dipindahkan. Didalam mendesain rangkaian bor, faktor apung dari lumpur

selalu diperhitungkan untuk mengetahui letak dari titik netral dari rangkaian pipa

didalam operasi pemboran.

2.1.9 Menghantarkan Daya Hidrolika Ke Pahat

Lumpur bor adalah media untuk menghantarkan daya hidrolika dari

permukaan ke dasar lubang. Daya hidrolika harus ditentukan didalam membuat

program pengeboran sehingga laju sirkulasi lumpur dan tekanan permukaan

dihitung sedemikan agar pendayagunaan tenaga menjadi optimal untuk

membersihkan lubang dan mengangkat serpih bor. Sifat aliran, viskositas dan

berat lumpur mempunyai pengaruh besar terhadap efisien daya hidrolika, karena

itu harus dijaga pada harga yang diinginkan.

2.1.10 Mencegah dan Menghambat Laju Korosi

Korosi adalah proses elektrokimia karena semakin banyak jumlah ion

elektrolit didalam lumpur atau semakin tinggi konduktivitas lumpur semakin

besar laju korosi. Gas yang terlarut didalam lumpur misalkan CO 2 dan H2S akan

besar sekali menaikkan laju korosi. Untuk mengurangi terlarutnya gas-gas

tersebut, pH lumpur harus dijaga antara 9.5-11.5.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
7

2.2 Sifat-Sifat Lumpur Pemboran

Faktor utama dalam melakukan proses pengeboran adalah mengontrol

komposisi dan kondisi dari lumpur bor. Agar semua fungsi lumpur bor dapat

berjalan dengan baik, maka sifat-sifat dari lumpurnya pun harus dijaga dan selalu

diamati secara teliti.

2.2.1 Densitas

Densitas lumpur pemboran atau berat lumpur didefinisikan sebagai

perbandingan berat per unit volume lumpur. Sifat ini berpengaruh terhadap

pengontrolan tekanan subsurface dari formasi, sehingga dalam operasi pemboran

densitas lumpur harus selalu dikontrol terhadap kondisi formasinya agar diperoleh

performance yang sesuai dengan fungsi yang diharapkan terhadap formasi yang

dibor.

2.2.2 Viskositas

Viskositas adalah tahanan fluida terhadap aliran atau gerakan yang

disebabkan oleh adanya gesekan antara partikel pada fluida yang mengalir. Pada

lumpur bor, viskositas merupakan tahanan terhadap aliran lumpur disaat

melakukan sirkulasi, hal ini dapat terjadi karena adanya pergeseran antara

partikel-partikel dari lumpur bor tersebut.

2.2.3 Plastic Viscosity

Plastic Viscosity adalah suatu tahanan terhadap aliran yang disebabkan

oleh adanya gesekan antara padatan didalam lumpur, dimana plastic viscosity

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
8

merupakan hasil dari pembacaan pada alat Fann VG Meter. Dial reading pada

putaran 600 rpm dikurangi dial reading pada putaran 300 rpm atau dapat

ditunjukkan pada persamaan berikut :

PV= θ 600 – θ 300……………………………………………………………..(2.1)

Harga plastic viscosity yang tinggi menunjukkan kenaikan gesekan antar padatan

yang disebabkan oleh naiknya konsentrasi padatan didalam lumpur seperti

kandungan solid.

2.2.4 Yield Point

Sifat ini menunjukkan gaya elektrokimia antara padatan-padatan, cairan-

cairan, serta padatan-cairan zat kimia dalam kimia dinamis. Yield point

merupakan hasil dari dial reading pada putaran 300 rpm dikurangi dengan

besarnya plastic viscosity atau dapat ditunjukkan pada persamaan berikut :

YP = θ 300 – PV…………………………………………………………….....(2.2)

Alat untuk mengukur harga yield point adalah Fann VG Meter dengan

menggunakan satuan lb/100ft2. Apabila yield point terlalu besar maka yang akan

terjadi adalah kerja pompa menjadi berat pada saat awal pemompaan dan pressure

loss besar, yield point ini berhubungan dengan viskositas lumpur. Viskositas

lumpur menjadi tinggi dikarenakan oleh naiknya harga yield point. Yield point

dapat diturunkan dengan menurunkan gaya elektrokimia antar partikel, jadi

dengan penambahan zat-zat penetral muatan partikel aktif.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
9

2.2.5 Apparent Viscosity

Apparent Viscosity merupakan hasil dari kecepatan pada putaran 600 rpm

dibagi dua, dengan satuan Centipoise (cp) atau dapat ditunjukkan dengan

persamaan berikut :

AV = θ 600 : 2 …………………………………………………………….......(2.3)

2.2.6 Gel Strength

Pada awal waktu sirkulasi berhenti, lumpur akan mengalir atau menjadi

gel. Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik-menarik antara partikel-partikel

padatan lumpur, gaya mengagar inilah yang disebut dengan daya agar atau gel

strength.

2.2.7 Laju Tapisan

Selama proses pemboran berlangsung, filtrate lumpur pemboran akan

menerobos langsung ke formasi sampai dengan radius tertentu. Area yang

terinfiltrasi lumpur disebut invaded zone sedangkan lumpur yang masuk kedalam

formasi disebut mud filtrate. Laju tapisan akan membentuk mud cake. Lumpur

pemboran yang baik akan membentuk lapisan mud cake yang tipis dan

permeabilitas rendah agar lubang bor tidak terlalu dipersempit dan fluida

pemboran tidak banyak yang hilang. Laju tapisan yang besar akan menyebabkan

terjadinya kerusakan formasi dan lumpur akan kehilangan banyak cairan.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
10

2.2.8 pH

Lumpur pemboran yang akan dipakai untuk proses pemboran harus

mempunyai pH lumpur dengan spesifikasi berkisar 8-11, jadi lumpur pemboran

yang digunakan berada pada suasana basa. Apabila lumpur yang digunakan dalam

suasana asam maka serbuk bor yang keluar dari lubang bor akan halus dan hancur

sehingga tidak dapat ditentukan batuan yang telah ditembus oleh bit, selain itu

peralatan yang dilalui oleh lumpur saat sedang sirkulasi atau tidak akan mudah

berkarat.

2.2.9 Kadar Garam (Cl Content)

Kandungan Cl- ditentukan untuk mengetahui kadar garam dari lumpur

pemboran apa yang akan mempengaruhi interpretasi logging listrik atau tidak.

Kadar garam berhubungan langsung dengan besarnya ion chloride yang

terkandung dalam lumpur pemboran. Kadar garam yang besar akan menyebabkan

daya hantar besar sehingga pembacaan resistivity dari cairan formasi akan

terpengaruh.

2.2.10 Solid Content

Solid Content adalah kandungan padatan didalam lumpur pemboran.

Padatan tidak boleh terlalu banyak yang terkandung didalam lumpur pemboran

karena dapat menimbulkan masalah-masalah didalam pemboran. Kandungan

padatan yang baik didalam lumpur sekitar 8%-12% volume lumpur. Untuk

menentukan kandungan padatan didalam lumpur menggunakan alat Mud Retort.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
11

2.3 Komposisi Lumpur Pemboran

Komposisi lumpur pemboran disusun dari berbagai bahan kimia yang

masing-masing mempunyai fungsi secara individual dan diharapkan saling

bekerja sama secara sinergik untuk mendapatkan sifat-sifat lumpur yang

diharapkan. Bahan-bahan kimia penyusun lumpur tidak hanya berfungsi tunggal

melainkan dapat berfungsi ganda.

Lumpur pemboran yang paling banyak digunakan adalah lumpur

pemboran dengan bahan dasar air (Water Base Mud) dimana air sebagai fasa cair

kontinyu dan sebagai pelarut atau penahan materi-materi didalam lumpur. Ada

empat macam komposisi atau fasa yang umum digunakan di dalam lumpur

pemboran adalah sebagai berikut :

1. Fasa cair (air atau minyak)

2. Reactive solids (padatan yang bereaksi dengan air membentuk koloid)

3. Inert solids (zat padat yang tidak bereaksi)

4. Fasa kimia

Dari keempat komponen ini dicampurkan sedemikian rupa sehingga didapatkan

lumpur pemboran yang sesuai dengan keadaan formasi yang ditembus.

2.3.1 Fasa Cair

Fasa cair adalah komponen utama lumpur pemboran. Fungsi dari fasa cair

adalah sebagai fasa dasar yang dapat menyebabkan lumpur dapat mengalir.

Disamping itu bila bereaksi dengan reaktif solid akan membentuk koloid yang

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
12

viskositasnya tertentu sehingga lumpur dapat mengangkat serpih bor. Fasa cair

yang digunakan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan kondisi formasi yang

dibor. Fasa cair yang biasa digunakan adalah air tawar, air garam, minyak dan

emulsi antara minyak dan air.

2.3.2 Reaktif Solid

Reaktif Solid merupakan zat padat yang dapat bereaksi dengan cairan di

sekelilingnya yang berbeda, kemudian membentuk koloidal. Dalam hal ini clay

dan bentonite menghisap air tawar yang akan membentuk lumpur. Bentonite

menghisap air tawar pada permukaan partikel-partikelnya, sehingga volumenya

naik menjadi 10 kali dari volume semula sehingga menjadi mengembang

(swelling).

Untuk salt water clay (attapulgite), swelling akan terjadi baik di air tawar

atau air asin karena digunakan untuk pemboran dengan salt water mud. Baik

bentonite atau attapulgite akan memberikan kenaikan volume lumpur.

2.3.3 Inert Solid

Inert Solid merupakan padatan yang tidak bereaksi dengan air dan dengan

komponen lainnya dalam lumpur, dimana material ini tidak tersuspensi. Fungsi

utamanya adalah untuk menambah berat atau berat jenis lumpur, yang tujuannya

untuk menahan tekanan dari tekanan formasi dan tidak banyak pengaruhnya

dengan sifat fisik lumpur lain. Inert solid dapat pula berasal dari formasi-formasi

yang dibor dan terbawa oleh lumpur seperti chert, pasir atau clay non swelling.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
13

Padatan ini bukan disengaja untuk menaikkan densitas lumpur dan perlu dibuang

secara cepat.

2.3.4 Zat Kimia

Zat kimia merupakan bagian dari sistem yang digunakan untuk

mengontrol sifat-sifat lumpur misalnya menyebarkan partikel-partikel clay

(Dispertion), mengumpulkan partikel-partikel clay (Flocculation) yang akan

berefek pada pengkoloidan partikel clay itu sendiri.

2.4 Kandungan Garam

Kandungan Cl- ditentukan untuk mengetahui kadar garam dari lumpur.

Kadar garam dari lumpur akan mempengaruhi interpretasi logging listrik. Kadar

garam yang besar akan menyebabkan daya hantarnya besar pula. Pembacaan

resistivity dari cairan formasi akan terpengaruh. Naiknya kadar garam dari lumpur

disebabkan cutting garam yang masuk kedalam lumpur disaat menembus formasi

yang mengandung garam, dengan kata lain lumpur terkontaminasi oleh garam.

2.5 Kontaminasi Lumpur Pemboran

Kontaminasi adalah suatu problem yang dapat muncul dengan gejala yang

perlahan-lahan ataupun dengan cepat, dan biasanya diamati suatu fluktuasi sifat-

sifat lumpur yang tadinya normal saja menjadi naik yield point, naiknya daya

agar, viskositas yang berlebihan dan laju tapisan yang tidak terkontrol.

Kontaminasi didefinisikan semua jenis zat (padat, cairan ataupun gas)

yang dapat menimbulkan pengaruh merusak terhadap sifat-sifat fisika atau

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
14

kimiawi dari fluida pemboran. Semua jenis lumpur mempunyai satu kontaminasi

umum yaitu padatan berat jenis rendah (Low Solid Gravity), baik berasal dari

serbuk bor ataupun dari pemakaian bentonite yang terlalu berlebihan.

2.6 Metode Mengatasi Problem Shale

Umum dilakukan empat tahap dalam mengatasi problem shale, yaitu :

1. Tentukan dahulu karakteristik hidrasi dari shale dari percobaan laboratorium.

2. Sesuaikan konsetrasi zat penghambat shale dengan keaktifan shale,

dikombinasikan dengan zat pengontrol tapisan efektif.

3. Formulasikan suatu sistem lumpur dengan biaya yang memadai dengan

konsentrasi zat penghambat yang cukup.

4. Lengkapi alat-alat pengolahan lumpur sehingga sifat-sifat lumpur dapat dijaga

dengan biaya yang tidak terlalu tinggi.

Langkah pertama setelah memahami karakteristik hidrasi adalah

mengetahui zat-zat penghambat shale (shale inhibitor). Ada beberapa jenis zat

yang ditambahkan kedalam lumpur untuk mengurangi keaktifan dari shale, zat-zat

tersebut antara lain :

1. Ion potassium (K+)

2. Polimer

3. Ion chlorida (Cl-)

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
15

2.6.1 Ion Potassium (K+)

Karakteristik interaksi ion potassium dengan permukaan lempung dapat

ditelusuri dengan dua macam pengaruh, yaitu ukuran ion dan enersi hidrasi.

Diameter dari ion potassium tepat sekali untuk memuat ruang antara dua lapisan

tetrahedral hexagonal dari shale dan dengan interaksi yang kuat ini maka enersi

hidrasi lempung akan berkurang. Dan diamati bahwa pertukaran ion sodium dan

kalsium dalam lempung montmorillonite oleh ion potassium menghasilkan

lempung yang kurang mengembang. Diamati juga dengan lempung illite,

potassium akan menurunkan semua ion-ion positif yang asing dengan membuat

illite menjadi kuat dan stabil dengan kation yang homogin. Seperti yang diuraikan

dalam lumpur polimer KCl, maka pemakaian K+ harus dimonitor terus dalam

lumpur dan disesuaikan dengan keaktifan dari shale.

2.6.2 Polimer

Polimer berkerja didalam menstabilkan shale melalui beberapa pengaruh

yaitu menurunkan laju tapisan, meningkatkan viskositas dari filtrate, membentuk

ampas yang tipis dan impermeabel, adsorpsi polimer pada partikel shale. Laju

penyerapan polimer berbanding lurus dengan konsentrasi polimer dan jumlah

tempat aktif untuk adsorpsi pada permukaan partikel. Polimer yang telah terserap

dapat menempel lagi pada partikel yang berdekatan sehingga membentuk

jembatan polimer (polimer bridging). Jembatan-jembatan polimer ini yang

membentuk suatu lapisan (coating) pada permukaan shale sehingga kestabilannya

meningkat.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
16

2.6.3 Ion Chlorida (Cl-)

Bertambahnya salinitas dari air membuat aktifitas turun, potensial

kimianya juga turun dan tekanan hisap osmosisnya bertambah didalam lumpur,

maka dengan sendirinya transfer air kedalam shale tidak terjadi. Meningkatnya

elektrolit dalam air sudah lama diketahui dapat menghambat pengembangan shale

dan pemakaian lumpur air laut juga dibuktikan dapat menghambat pengembangan

shale karena ion Cl- yang tinggi dan sifat kimiawi air laut mirip dengan komposisi

kimia air asli yang terdeposit dalam shale.

2.7 Swelling Clay

Ketidakstabilan dari lubang bor biasanya berpengaruh dengan formasi

yang mengandung shale. Shale merupakan batuan sedimen yang megandung

mineral clay dengan jumlah yang signifikan. Jumlah dari mineral clay meliliki

kekuatan hidrasi yang cukup tinggi.

Hal ini menyebabkan mineral clay menyerap fasa cair yang terinvasi

kedalam formasi yang mengandung clay reaktif terhadap air dan mengakibatkan

terjadinya pengembangan atau biasa disebut dengan swelling clay. Pengetahuan

tentang sifat kimia clay sangat penting dalam teknologi lumpur pemboran. Karena

hampir setiap operasi pemboran akan menemui daerah shale. Dibawah ini akan

dijelaskan mengenai mineral clay, proses swelling clay, dan akibat yang akan

timbul dari permasalahan tersebut.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
17

2.7.1 Mineral Clay

Clay terbentuk dari batuan sedimen klastik yang berasal dari pelapukan

batuan beku metamorf. Kecilnya ukuran clay tersusun oleh silica, alumina dan air

dengan beberapa ion logam lain yang jumlahnya bervariasi. Susunan molekul

pada atom-atom pembentuk struktur octahedral pada alumina dan tetrahedral

pada silica. Rangkaian struktur-struktur membentuk layer. Dua jenis lembar

tersebut bergabung dengan saling menggunakan oksigen bersama membentuk

stuktur-struktur layer dengan berbagai kemungkinan pola.

 Montmorillonite

Montmorillonite adalah kelompok phyllosilicate yang sangat lembut dan

biasanya terbentuk dalam Kristal mikroskopis yang membentuk tanah liat.

Montmorillonite merupakan anggota dari smectite, dimana memiliki 2 lembar

tetrahedral yang mengapit selembar octahedral pusat. Partikel berbentuk piring

dengan diameter rata-rata sekitar satu micrometer. Monmorillonite merupakan

jenis mineral yang paling banyak menyerap air dan memiliki kapasitas tukar

kation yang paling tinggi diantara jenis mineral clay yang lain sekitar 80-150

me/100 gr.

 Kaolinite

Kaolinite adalah jenis mineral yang paling sedikit menyerap air. Pada clay ini

amat sulit terjadi substitusi pada strukturnya sebab muatannya sudah seimbang.

Potensial untuk pertukaran ion sangat lemah, air sangat sulit memasuki susunan

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
18

atau strukturnya kaolinite dimana ikatan hydrogen antar lembar kaolin cukup

kuat.

 Illite

Pada clay ini memiliki tiga layer, akan tetapi substitusi terjadi pada tetrahedral

layer yaitu Al3+ menggantikan Si4+ sehingga memberikan sifat negative yang kuat

dipermukaan clay. Ikatan yang kuat terjadi bila bertemu dengan kation K+. disini

air sulit memasuki struktur clay karena adanya keseimbangan jumlah muatan,

oleh karena itu sulit pula terjadi pertukaran ion. Dari analisa kapasitas pertukaran

ion (CEC), illite lebih kecil daripada kelompok smectite, namun lebih tinggi dari

kaolinite dimana illite sekitar 10-40 me/100 gr.

2.7.2 Proses Swelling clay

Swelling clay terjadi akibat adanya invasi mud filtrat yang terhidrasi oleh

shale yang mengandung komponen bentonite (Sodium Montmorilonite) atau clay

dalam jumlah yang relatif banyak. Perbedaan tekanan antara tekanan hidrostatis

dengan tekanan formasi akan meyebabkan mengalirnya cairan lumpur kedalam

pori-pori batuan. Dengan memiliki sifat menghidrasi mud filtrat, kemudian shale

akan mengalami pengembangan (swelling clay).

Dalam studi pemboran ditegaskan bahwa hidrasi dan swelling

berhubungan langsung dengan kandungan monmorillonite. Jenis shale ini berupa

lempengan dengan ion Na+ yang memiliki diameter hidrasi yang tinggi. Atom Na +

yang terdapat pada basal plane cenderung menyerap air. Lapisan-lapisan pada

shale ini akan mendorong pada jarak yang lebih jauh. Dengan kata lain

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
19

terabsorbsinya air pada shale, maka air akan masuk diantara lempengan shale

yang menyebabkan diameternya menjadi besar yang biasa disebut swelling clay.

2.7.3 Akibat yang Akan Ditimbulkan Dari Swelling clay

Kesuksesan suatu proses pemboran dan produksi akan tertunda jika

permasalahan swelling clay terjadi. Berbagai masalah yang berkaitan dengan

swelling clay diantaranya adalah :

 Perubahan sifat fisik lumpur

Mineral clay mengandung komponen bentonite, yang merupakan material

yang berfungsi sebagai viscosifire. Dengan adanya disperse clay pada lumpur

pemboran akan menyebabkan terjadinya “Mud Making Clay” sehingga akan

merubah harga densitas dan viskositas lumpur pemboran.

 Rangkaian terbungkus clay

Setiap dilakukannya pencabutan rangkaian pemboran, sebagian besar

rangkaian tersebut akan terbungkus oleh clay. Hal ini sangat berpengaruh

dalam pengangkatan cutting dan terjadinya kenaikan tekanan pada pompa.

 Ketidakstabilan lubang pemboran

Lubang pemboran akan mengalami penyempitan. Hal ini ditandai dengan

kenaikan tekanan pompa merupakan indikasi bahwa rangkaian pemboran akan

terjepit dalam waktu singkat diikuti dengan kebuntuan pada annulus.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
20

2.8 Lumpur KCl Polimer

Sistem lumpur ini adalah sistem yang paling umum digunakan dalam

pemboran dasar dari sistem ini adalah anionic encapsulating polimer fluid yaitu

polymer membungkus cutting pada saat pembersihan lubang.

KCl dalam air akan terurai menjadi ion K⁺ dan Cl⁻ dalam mestabilkan

mineral shale, ion-ion K⁺ akan menggantikan kedudukan ion Na⁺, dan dalam

plate-plate shale ion K⁺ akan terikat jauh lebih kuat dibandingkan ikatan antara

ion Na⁺ dengan plate clay atau antara clay dengan air, sehingga daya tolak

menolak antara plate-plate clay dalam air akan berkurang atau ikatan antar plate

nya semakin kuat.

Akibat daya tarik antar plate semakin kuat karena hadirnya ion K⁺, maka

akan semakin banyak air yang terbebas dari antar clay keluar sistem, sehingga

akan menyebabkan viskositas sistem turun dan filtrate naik. Disamping itu, ion-

ion K⁺ dengan jari-jari atomnya yang besar akan menutup microfracture, sehingga

mengurangi hidrasi osmosis shale.

Adanya polimer dalam menstabilkan shale dikarenakan kemudahannya

untuk larut dalam lumpur yang mengandung elektrolit dan adanya muatan

negative pada bagian yang terhidrolisa sehingga akan meningkatkan daya rekat

dan adsorbsi polymer terhadap partikel-partikel clay. Adsorbsi polymer oleh

partikel clay akan meningkatkan dengan kehadiran KCl diatas 3%. Adsorbsi

polimer akan mengurangi swelling dengan cara menyelubungi plate-plate shale

bersama-sama dalam kelompok-kelompok yang mengurangi kemungkinan

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
21

berhubungan dengan air. Seberapa besar pengurangan swelling clay yang terjadi

tergantung pada konsentrasi KCl dan polymer dalam fasa cair lumpur.

Jumlah ion K⁺ yang dibutuhkan dalam lumpur akan tergantung dari tipe

clay atau shale yang akan dibor. Shale yang tidak reaktif yang tidak mengandung

proposi yang tinggi dari mixed layer clays, sehingga tidak akan membutuhkan

banyak ion K⁺. Konsentrasi 3% normalnya akan cukup, tetapi untuk shale reaktif

yang banyak mengandung mixed layer clays (gumbo type shale) akan

membutuhkan jumlah ion yang banyak. Pada kasus ini 10-15% atau lebih

mungkin dibutuhkan dalam lumpur. Ketika membor shale yang reaktif harus

diingat akan ada kecenderungan untuk ion K⁺ berkurang dalam sistem, hal ini

disebabkan karena hilangnya ion K⁺ ke dalam clay. Keuntungan penggunaan

lumpur KCl Polymer:

 Laju penembusan yang baik.

 Memberikan stabilitas lubang yang baik.

 Memberikan pembersihan lubang yang baik.

Kerugian penggunaan lumpur KCl Polymer:

 Densitas tidak bisa dinaikkan melebihi 12.5 ppg tanpa masalah rheology dan

harus di dispersi.

 Tergantung pada polymer untuk control filtrasi.

 Mahal.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
22

2.9 Bahan Utama Lumpur

Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan lumpur di laboratorium,

antara lain :

1. Air

Dalam tugas akhir ini lumpur yang digunakan yaitu lumpur yang berbahan

dasar air. Air merupakan cairan yang penting dalam pemboran dan banyak

digunakan sebagai komponen utama. Air dapat dibagi menjadi dua yaitu air

tawar dan air asin.

2. Bentonite

Bentonite adalah Montmorilanite yang mempunyai kation Na+ dominan (70%)

berasal dari plane-nya. Karena Na+ adalah kation dengan sifat hidrasi paling

besar, maka bentonite adalah jenis lempeng yang mempunyai sifat

pengembang (swelling) paling besar pula, sehingga jenis inilah yang dipilih

sebagai bahan baku lumpur pemboran, akan membentuk viskositas suatu

lapisan dinding lubang sumur agar tidak rubuh (erosi).

3. KOH (Kalium Hidroksida)

KOH untuk mengontrol pH lumpur karena lumpur yang digunakan harus

dalam keadaan basa dengan range 8-11 untuk menghindari korosi pada alat

pemboran.

4. XCD

XCD adalah sebagai pengental utama dalam lumpur air tawar dan berbagai

jenis garam.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
23

5. PAC-R (Polyanionic Celullose – Rheology)

PAC-R adalah pengontrol filtrasi tetapi dapat mempengaruhi viskositas

meskipun tidak terlalu besar seperti XCD.

6. PAC-LV (Polyanionic Celullose – Low Viscosity)

PAC-LV sama dengan PAC-R yaitu sebagai pengontrol filtrasi tetapi PAC-L

tidak mempengaruhi viskositas.

7. KCl (Kalium Chloride)

KCl digunakan untuk menghambat hidrasi clay, sulit untuk menentukan

jumlah yang pasti berapa banyak KCl yang sebenarnya diperlukan untuk

menghambat hidrasi clay.

8. NaCl (Natrium Chloride)

NaCl merupakan larutan garam untuk mengurangi pembasahan formasi oleh

air.

9. K2SO4 (Kalium Sulfat)

K2SO4 merupakan garam yang dianggap sebagai kombinasi garam asam

dengan garam alkalin.

10. HT-stab

HT-stab merupakan additif lumpur untuk mensupport agar rheologi lumpur

mampu bertahan hingga temperature yang tinggi.

11. Biocide

Biocide adalah untuk mengontrol pertumbuhan dari bakteri pada lumpur water

base mud.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa
24

12. Barite

Barite (BaSO4) adalah bahan mineral alami yang mempunyai specific gravity

antara 4.2 sampai 4.6 dengan indeks kekerasan 3, kualitasnya sangan

dipengaruhi oleh kadar kontamin, berwarna putih, abu-abu atau coklat.

Studi Laboratorium Pengaruh Ion K+ dan Ion CL Terhadap Swelling Clay di Laboratorium Pemboran PPPTMGB "LEMIGAS"
Aliefa

Anda mungkin juga menyukai