A. Pendahuluan
Di dalam dunia perminyakan, Optimalisasi Cadangan Minyak pada Sumur sangat
perlu dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal dari
hasil pemboran dalam sumur. Karena dalam satu kali pemboran, biaya yang
dikeluarkan perusahaan sangatlah besar, maka jika minyak yang dapat diambil hanya
sedikit, dapat mengakibakan kerugian pada suatu perusahaan. Sangat perlu untuk
dipastikan bahwa formasi sumur tersebut berada dalam kondisi yang baik sehingga
keuntungan yang dapat didapatkan juga besar dan juga sangat perlu diperhatikan
kondisi formasi suatu sumur apakah dalam keadaan baik atau tidak. Karena jika
formasi sumur sudah tidak baik maka akan muncul berbagai permasalahan di dalam
sumur yang dapat mengakibatkan cadangan minyak di dalamnya menjadi sulit untuk
didapatkan. Salah satu cara agar dapat meningkatkan atau mengoptimalkan cadangan
minyak dalam sumur yaitu dengan cara stimulasi.
Stimulasi dapat diartikan sebagai proses merangsang sumur yang merupakan
suatu proses perbaikan terhadap sumur untuk meningkatkan harga permeabilitas
formasi yang mengalami kerusakan sehingga dapat memberikan laju produksi yang
besar, yang akhirnya produktivitas sumur akan menjadi lebih besar jika dibandingkan
sebelum diadakannya stimulasi sumur. Stimulasi dilakukan pada sumur-sumur
produksi yang mengalami penurunan produksi yang disebabkan oleh adanya
kerusakan formasi (formation damage) di sekitar lubang sumur dengan cara
memperbaiki permeabilitas batuan reservoir. Stimulasi dapat dilakukan dengan
metode Acidizing Fracturing dan Hydraulic Fracturing.
Alasan dilakukannya stimulasi antara lain karena adanya hambatan alami yaitu
permeabilitas reservoir yang rendah sehingga menyebabkan fluida reservoir tidak
dapat bergerak secara cepat melewati reservoir dan hambatan akibat yaitu yang sering
disebut dengan kerusakan formasi (Formation damage), kerusakan formasi ini
kebanyakan disebabkan oleh operasi pemboran dan penyemenan yang menyebabkan
permeabilitas batuan menjadi kecil jika dibandingkan dengan permeabilitas alaminya
sebelum terjadi kerusakan formasi, pengecilan permeabilitas batuan formasi ini akan
mengakibatkan terhambatnya aliran fluida dari formasi menuju ke lubang sumur
sehingga pada akhirnya akan menyebabkan turunnya produktivitas suatu sumur.
Sasaran dari stimulasi ini adalah formasi produktif, karena itu karakteristik
reservoir mempunyai pengaruh besar pada pemilihan stimulasi. Karakteristik
reservoir meliputi karakteristik batuan maupun karakteristik fluida reservoir terutama
berpengaruh pada pemilihan fluida treatment baik pada acidizing maupun pada
hydraulic fracturing, faktor lain yang berpengaruh dalam treatment ini adalah kondisi
reservoir yaitu volume pori, tekanan dan temperatur reservoir.
Metode Acidizing Fracturing adalah salah satu proses perbaikan terhadap sumur
untuk menanggulangi atau mengurangi formation damage/kerusakan formasi dalam
upaya peningkatan laju produksi dengan menggunakan Acid atau asam. Sebelum
dilakukan stimulasi dengan pengasaman dengan tepat data-data laboratorium yang
diperoleh dari sample formasi fluida dari lab tersebut dapat digunakan engineer untuk
merencanakan operasi stimulasi dengan tepat, pada gilirannya dapat diperoleh
penambahan produktivitas formasi sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu
informasi yang diperlukan adalah daya larut asam terhadap sample batuan (acid
solubility). Metoda ini menggunakan teknik gravimetri untuk menentukan reaktivitas
formasi dengan asam. Batuan karbonat biasanya larut dalam asam HCl, sedangkan
silikat larut dalam mud acid. Stimulasi dengan acidizing ini dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga metode yaitu; Acid washing, Acid fracturing, dan Matrix
acidizing. Sedangkan metode Hydraulic Fracturing adalah salah satu metode
perbaikan terhadap sumur untuk meningkatkan produktivitas dari suatu formasi,
memperbesar radius pengurasan sumur menjadi mengurasan sumur efektif dan dapat
mengurangi atau menghilangkan efek skin pada suatu formasi yang produktif.
3. Scale Index
Data dari analisis air formasi yang mencakup nilai ion yang terkandung pada air
formasi dapat digunakan untuk mengetahui nilai scale index pada formasi yang
bersangkutan. Indikasi scale index dapat memberitahu seberapa parah kemungkinan
pengendapan scale yang terjadi pada formasi. Total ionic strength yang didapat dari
hasil analisis air formasi dapat digunakan untuk menentukan nilai permeabilitas untuk
menghitung nilai scale index nya.
4. Kurva IPR
IPR single phase adalah IPR yang dipergunakan untuk undersaturated oil
reservoir, yakni ketika Pressure While Flowing berada diatas bubble point pressure.
Pada kondisi tersebut gas masih terlarut di dalam minyak maka belum ada free gas
yang terbentuk pada laju alir reservoir. Hal ini menyebabkan pada laju alir fluida
hanya terdiri dari satu fasa, yaitu minyak.
Ketika tekanan reservoir berada dibawah bubble point pressure, gas terlarut akan
keluar dari minyak dan menjadi free gas. Free gas menempati sebagian ruang dari
pori sehingga mengurangi aliran dari minyak dan efek ini dapat dikuantifikasi dengan
berkurangnya permeabilitas relatif. Hal ini juga mengakibatkan berkurangnya laju alir
minyak pada bottom hole pressure tersebut. Hal ini mengakibatkan deviasi kurva IPR
ketika berada di bawah bubble poin pressure. Semakin rendah tekanan tersebut maka
semakin besar deviasinya. Jika tekanan reservoir berada dibawah initial bubble point
pressure maka pada reservoir tersebut terdapat aliran minyak dan gas sehingga laju
alir pada reservoir disebut sebagai two phase, karena laju alir terdiri dari dua fasa,
yakni minyak dan gas. Metode IPR two phase yang banyak dipergunakan secara luas
di industri salah satunya adalah metode Vogel.
IPR three phase reservoir adalah model IPR yang dipergunakan untuk reservoir
tiga fasa dimana fluida yang mengalir adalah minyak, air, dan gas. Salah satu metoda
IPR ini adalah metode Wiggins yang dikembangkan dari metode Vogel. Metode ini
lebih sederhana daripada metode three phase reservoir lainnya. Pada metode
Wiggins, diasumsikan bahwa setiap fasa dapat diperlakukan secara terpisah sehingga
debit minyak dan debit air dapat dihitung masing-masing.
Beberapa asumsi yang dipakai dalam melaksanakan metode ini adalah sebagai
berikut :
Formasi homogen
Ukuran pori-porinya seragam
Penetrasi larutan asam secara uniform dan radial
Kecepatan reaksi menurun secara uniform dengan berkurangnya konsentrasi
asam
Berat limestone yang terlarut pada setiap penambahan jarak menurun secara
uniform sampai seluruh asam terpakai.
Berdasarkan asumsi di atas, jarak radial larutan asam akan menembus formasi
sebelum larutan asam terpakai seluruhnya. Faktor yang tidak diketahui adalah
spending time, yang harus ditentukan dalam laboratorium spending time tergantung
pada perbandingan luas batuan dengan larutan asam, yang disebut surface area.
Untuk mendapatkan hasil penetrasi dan fluida asam yang baik, perlu pengurangan
kecepatan reaksi dan menaikkan rate injeksi larutan asam ke dalam formasi. Selain
tergantung pada perbandingan luas batuan dengan larutan asam, yang disebut surface
area, spending time asam tergantung pula pada tekanan, temperatur, kecepatan asam
dalam batuan dan retarding addtivesnya.
Acid Fracturing adalah metode stimulasi sumur dengan menggunakan asam HCl
dan asam organik seperti formic acid (HCOOH) dan acetic acid (CH3COOH).
Fluida diinjeksikan pada tekanan di aas tekanan rekah sehingga menghasilkan
rekahan yang diharapkan menghasilkan konduktivitas yang besar. Larutan asam
akan memasuki rekahan dan melarutkan mineral batuan disekitarnya membentuk
etching. Proses etching ini diharapkan sedemikian rupa untuk membentuk saluran
konduktif yang tidak akan tertutup ketika rekahan mengalami penutupan pada saat
tekanan mencapai closure pressure. Produktivitas suatu sumur berdasar pada acid
fracturing treatment yang sering kali susah diprediksi khususnya reservoir gas.
Dimensi rekahan yang terbentuk pada dasarnya dipengaruhi oleh kinetika reaksi
asam pada rekahan, jenis, dan volume asam yang digunakan.
Di dalam operasi acidizing, larutan zat asam dialirkan melalui rekahan atau
fracturing. Operasi ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :
F. Kesimpulan/Penutup
Acidizing adalah proses perbaikan terhadap sumur untuk menanggulangi atau
mengurangi kerusakan formasi dalam upaya peningkatan laju produksi dengan
melarutkan sebagian batuan yang nantinya akan memperbesar saluran atau bahkan
membuka saluran baru akibat adanya pelarutan/reaksi antara acid dengan batuan.
Acidizing bertujuan untuk memperbesar porositas dan memperbaiki permeabilitas
batuan reservoir. Hal ini pada batuan reservoir karbonat (limestone) biasanya
digunakan asam HCl, karena batuan karbonat biasanya dapat larut dalam asam HCl,
sedangkan untuk batuan silikat (mineral clay) larut dalam mud acid.
Penentuan kadar larut sampel formasi dalam larutan asam adalah suatu informasi
atau data yang sangat penting sebelum melakukan suatu stimulasi core batuan
karbonat yang diketahui beratnya dimasukkan ke dalam larutan HCl selama 10 menit,
maka akan terjadi reaksi kimia antara HCl dengan batuan karbonat sesuai dengan
persamaan :
CaCo3 + 2 HCL CaCl2 + H2O + Co2
Setelah pemboran selesai dilakukan pada suatu sumur dan dilanjutkan dengan
proses produksi, laju rata-rata produksi sumur kemungkinan akan semakin
Daftar Pustaka
292674164-Pengertian-Stimulasi.pdf
499510276-Laporan-Resmi-Praktikum-Analisa-Inti-Batuan-Sonia-Wedari-Oktaviani-
191410042-1.pdf
260934265-Acidizing.pdf
218917222-Pengantar-teknik-perminyakan.pdf