1. Perencanaan Acidizing
Volume Asam
Dalam memprediksi konduktivitas rekahan, yang perlu dicermati adalah
pertimbangan dalam penggunaan volume asam. Berdasarkan pengalaman,
direkomendasikan paling tidak 1.5 kali volume rekahan jika menggunakan 28%
HCL. Namun jika menggunakan 15% HCL, volume asam yang direkomendasikan
adalah 3 kali volume rekahan. Ketika additive fluid loss digunakan dalam asam,
penambahan volume asam diperlukan untuk memberikan konduktivitas yang
cukup untuk memaksimalkan stimulasi.
Selain volume asam, rock embedment strength dan tegangan penutupan
juga ikut berpengaruh dalam konduktivitas rekahan. Rock embedment strength
merupakan gaya yang diperlukan untuk mendorong diameter lapisan ke dalam
batuan, dimana gaya ini tergantung dari masing-masing komposisi batuan.
Tegangan penutupan merupakan gradient rekahan dikalikan dengan kedalaman
formasi dikurangi PBHP. Tegangan ini dapat menyebabkan rekahan menutup
kembali setelah batuan direkahkan.
1.2.3. Prosedur Perencanaan Acid Fracturing
Secara umum proses perencanaan stimulasi acid fracturing melalui tahap-
tahap sebagai berikut :
1. Mengumpulkan semua data sumur, data reservoir, data komplesi, dan
parameter-parameter perekahan dari sumur-sumur di sekitarnya (kalau
ada).
2. Memilih fluida perekah yang sesuai dengan temperatur dan mampu
mengasilkan viskositas yang diperlukan.
3. Menentukan laju injeksi yang digunakan.
4. Menentukan Temperatur Injeksi Di Dasar Sumur.
5. Menentukan Geometri Rekahan Dinamis.
6. Menentukan Jarak Penetrasi Asam.
7. Menentukan Konduktivitas Rekahan.
8. Meninjau ulang perhitungan yang ada agar fluida perekah dan asam yang
akan digunakan dapat dipompakan ke sumur tanpa menimbulkan
persoalan sehingga diperoleh hasil yang optimum dan ekonomis.
9. Jika suatu viskositas telah ditentukan maka harus diubah ke dalam harga
spesifik fluida yang berasal dari kontraktor.
Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan acid fracturing ini antara lain
panjang rekahan, jarak penetrasi asam dan konduktivitasnya. Pada sumur-sumur
bertemperatur rendah hingga moderat pertimbangan yang paling penting adalah
kontrol fluid loss asam, sedangkan pada sumur-sumur bertemperatur tinggi jarak
penetrasi asam efektif sering dibatasi oleh waktu spending asam yang cepat, dan
sebaiknya retarded asam sebaiknya dilakukan.
Tanpa fluid loss, efisiensi acid fracturing akan sangat rendah dan penetrasinya
mungkin hanya beberapa feet saja dari sumur. Operasi acid fracturing ini dapat
pula dibagi menjadi dua, yaitu acidizing melalui rekahan yang sudah ada dan
acidizing dengan tekanan yang tinggi melalui rekahan
Gambar 2.
Acid Fracturing di Formasi
(www.stimlab.com)
Tabel 1
Additif Fluid Loss
(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)
.
a. Acidizing melalui rekahan yang sudah ada
Dalam proses ini formasinya harus terdiri dari banyak rekahan, sehingga
tujuan dari pada acidizing disini untuk melarutkan batuan-batuan dari rekahan
tersebut. Kecepatan injeksi selama proses ini dijaga agar tidak melebihi tekanan
rekah formasi. Dalam melakukan evaluasi dari acidizing dipakai asumsi sebagai
berikut:
Rekahan horizontal dan ketebalan seragam, berkembang secara radial dari
lubang sumur.
Larutan asam yang bocor ke formasi diabaikan.
Kecepatan reaksi dari larutan sebanding dengan konsentrasinya dan
jumlah batuan yang terlarut berkurang dengan bertambahnya penetrasi
dari larutan asam.
Pada kecepatan injeksi yang konstan penambahan jumlah asam ke dalam
rekahan tidak dapat memperluas proses acidizing, melainkan hanya
menambah lebarnya rekahan.
b. Acidizing dengan tekanan yang tinggi melalui rekahan
Pada operasi acidizing ini, larutan asam diinjeksikan ke dalam formasi
dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan rekah formasi, sehingga diharapkan
menghasilkan permeabilitas yang lebih tinggi. Asumsi-asumsi yang dipakai pada
acidizing bertekanan tinggi adalah:
Rekahan yang ditimbulkan adalah horizontal atau vertikal.
Sebagian besar dari larutan asam ini masuk ke dalam rekahan, tetapi
yang masuk ke dalam matriks batuan dan lubang sumur dapat diabaikan.
Luas dan volume rekahan tergantung pada volume asam, rate injeksi,
lebar rekahan selama stimulasi, dan karakterisitik fisik dari batuan
reservoir.
Larutan asam tidak mengandung proping agent.
Dalam acidizing dengan bertekanan tinggi ini penetrasi yang terjadi jauh
lebih besar yang disebabkan oleh:
Spending time akan bertambah karena bertambah kecilnya specific
surface area.
Rate injeksi lebih besar.
Keuntungan dari acid fracturing adalah efektif untuk batugamping
(formasi karbonat), biaya operasi lebih murah, dan dapat membersihkan
impurities disekitar lubang sumur, sedangkan kerugiannya adalah tidak efektif
pada formasi non karbonat dan menimbulkan korosi pada peralatan.
Jika qi dinyatakan dalam bbl/menit dan t dalam detik, maka persamaan menjadi :
5,615.qi.t
ra = rw2 ................................................................. (2)
60. . .h
Keterangan :
ra = jarak radial penetrasi asam, ft
= porositas
qi = rate injeksi asam , bbl/menit
t = spending time, detik
rw = jari-jari sumur, ft
h = ketebalan formasi, ft
Dari persamaan (2), faktor yang tidak diketahui adalah spending time dan
t yang harus ditentukan di laboratorium. Spending time ini tergantung pada
perbandingan luas batuan dengan volume larutan asamnya yang disebut spesific
surface area , dimana untuk matriks acidizing specific surface area dapat ditulis :
108
k = ................................................................................ (3)
2.F .Sq 2
1
Sq = 104 ........................................................................... (3)
2.F.k
Keterangan :
k = permeabilitas, darcy
Sq = specific surface area, cm2/cm3
F = -m = Faktor resistivity formasi, dimensionless (dimana m adalah
faktor sementasi)
Spending time dari asam tergantung pula pada tekanan dan temperatur,
kecepatan asam dalam batuan, konsentrasi retarding additivenya. Banyak faktor
yang mempengaruhinya maka pengukuran spending time hanya mungkin
dilakukan di laboratorium.
Gambar 5.1
Mekanisme Proses Reaksi Pengasaman.
(Schechter. R.S., 1979)
Gambar 3.
Proses Reaksi Pengasaman.
(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)
Keterangan :
F = Gradient rekahan, psi/ft
S = Tekanan overburden, psi
D = Kedalaman, ft
P = Tekanan formasi, psi
v = Poisson ratio
Setelah gradient rekahan diperoleh, maka untuk menghitung tekanan
rekah formasi adalah dengan cara mengalikan gradient tekanan dengan
kedalaman.
Tekanan maksimum injeksi
Tekanan maksimum injeksi asam pada dasar sumur harus di bawah
tekanan rekah formasinya, yaitu tekanan rekah formasi dikurangi dengan
tekanan sebagai faktor keselamatan (25 psi). Dengan mengabaikan tekanan
akibat gesekan asam dalam tubing, tekanan maksimum injeksi asam di
permukaan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:
Keterangan :
Pmaks. = Tekanan maksimum injeksi asam di permukaan, psi
F = Gradient tekanan, psi/ft
G = Gradient hidrostatik, psi/ft
D = Kedalaman, ft
Harga gradien hidrostatik asam dapat dicari dengan memakai Gambar 4.
Gambar 4.
Hubungan Gradien Hidrostatik Asam HCl Terhadap Konsentrasi Asamnya
(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)
Keterangan :
Qmaks. = Laju maksimum injeksi asam, bbl/menit
kavg = Permeabilitas rata-rata formasi, mD
ha = Tebal formasi yang diasamkan, ft
μa = Viskositas asam pada temperatur formasi, cp
re = Jari-jari pengurasan, ft
rw = Jari-jari sumur,ft
Viskositas asam pada berbagai temperatur dapat dicari dengan
menggunakan grafik pada Gambar 5.
Gambar 5.
Hubungan Viscositas Asam HCl denganTemperatur
pada Berbagai Konsentrasi Asam
(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)
Daya pompa
Untuk menentukan daya pompa pada kondisi maksimum dapat
digunakan persamaan sebagai berikut:
Keterangan :
Hh = Horse power pompa, HP
Pmaks = Tekanan maksimum injeksi pompa di permukaan, psi
Qmaks = Laju maksimum injeksi asam, bbl/menit
Gambar 6.
Petunjuk Penggunaan Asam Pada Berbagai Kondisi
(Kalfayan, Leonard., “Production Enhancement with Acid Stimulation”).
1.3.3. Prosedur Perencanaan Matrik Acidizing
Perencanaan matrik acidizing harus menjelaskan tidak hanya penentuan
volume dan jenis fluida yang akan diinjeksikan, tetapi juga laju injeksi maksimum
yang diijinkan dan tekanan penginjeksian (untuk menghindari perekahan pada
formasi). Prosedur perencanaan matrik acidizing secara umum dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Menentukan fracture gradient dari formasi yang akan diinjeksi asam.
2. Menghitung tekanan dasar sumur bila terjadi rekahan :
Menghitung tekanan maksimum di permukaan untuk dapat injeksi di bawah
tekanan rekah
3. Menghitung tekanan maksimum laju injeksi asam dengan anggapan aliran
radial Darcy
4. Menentukan volume asam dan jenis asam yang diperlukan. Menginjeksikan
asam 50-200gal/ft tergantung dari pengalaman. Kebutuhan volume asam dan
kekuatannya yang tepat tidak dapat diprediksi karena ketidakpastian kondisi
disekitar lubang sumur dan akan bervariasi dari formasi yang satu ke formasi
yang lain.
Gambar 7.
Evaluasi Keberhasilan Pengasaman
(Tjondrodiepoetro, Bambang.“diktat kursus stimulation (acidizing and
hydraulic fracturing)”
Keberhasilan operasi pengasaman dapat didasarkan pada beberapa
parameter diantaranya yaitu :
1. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Laju Produksi
Mengevaluasi hasil pengasaman pertama-tama adalah dengan
mengamati laju hariannya. Bila laju produksi harian setelah pengasaman lebih
besar dibanding sebelum pengasaman, maka dapat dikatakan pengasaman
tersebut berhasil.
2. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Indeks Produktivitas
Produktivity Index adalah indek yang menyatakan kemampuan suatu
formasi untuk mengalirkan fluidanya ke dasar sumur pada drawdown tertentu.
Secara matematik PI dinyatakan :
0,007082 k h
PI . ............................................................. (10)
Bo μo ln (re )
rw
Pwf besarnya dipengaruhi oleh adanya faktor hambatan (skin), maka terdapat
dua type indeks produktivitas, yaitu PI ideal dan PI aktual.
q
PI aktual .................................................................. (11)
Ps - Pwf
q
PI .................................................... (12)
Ps - Pwf ΔPskin )
ideal
P 1jam - Pwf k
S 1,151 - log 3,23 .................... (13)
2
m Ct rw
Keterangan :
P1jam = pembacaan tekanan dari bentuk linear pada kurva PBU selama 1
jam penutupan.
Pwf = tekanan sumur sesaat sebelum penutupan, psi.
m = kemiringan slope pada bagian linear dari grafik.
= viskositas, cp.
= porositas, fraksi.
k = permeabilitas, md
Ct = kompressibilitas batuan, psi-1
rw = jari-jari sumur, ft
h = ketebalan lpisan produktif, ft
Kerusakan formasi akibat faktor skin dapat dilihat dari penyimpangan harga S
terhadap titik nol, dan secara kuantitatif dinyatakan sebagai :
S > 0 = adanya kerusakan formasi di sekitar lubang sumur
S = 0 = kerusakan sumur di sekitar lubang sumur diabaikan
S < 0 = adanya perbaikan formasi di sekitar lubang sumur
4. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Effisiensi Aliran
Effisiensi aliran adalah suatu konstanta yang menunjukkan pengertian identik
dengan adanya skin di sekitar sumur pada formasi produktif.
(PI) aktual
Flow Effisiensi (FE) . ....................................... (14)
(PI) ideal
q / P * - Pwf
FE , sehingga
q / P * - Pwf - P skin
P * - Pwf - P skin
FE ........................................................... (15)
P * - Pwf