Anda di halaman 1dari 23

Pemilihan Calon Sumur untuk Pengasaman

Tidak semua sumur dengan produksi rendah bisa ditingkatkan produksinya


dengan pengasaman. Perforasi disumur mungkin tidak cukup, atau peforasi
phasenya nol, ukuran tubing salah, jepitan terlalu kecil, pipa dipermukaan kecil
tekanan balik besar dapat menyebabkan produksi kecil yang tidak dapat
ditingkatkan dengan pengasaman. Juga banyak metode lain yang akan bisa
meningkatkan produksi selain pengasaman. Perlu diingat, suatu pengasaman tidak
akan berhasil apabila formasi disumur tersebut tidak mengalami kerusakan. Hal-
hal yang dapat membantu evaluasi apakah terjadi kerusakan formasi pada sumur :
1. Perbandingan produksi dengan sumur sekitarnya.
Dilakukan dengan menggunakan harga porositas dan ketebalan formasi
agar bisa membandingkan secara kualitatif.
2. Grafik sejarah produksi.
Bisa terlihat penurunan mendadak setelah kerja ulang. Misalnya karena
penggunaan completion fluid yang salah pada kerja ulang dan adanya
scale disekitar lubang sumur.
3. Pressure Transient Analisys.
Kita dapat menilai besaran skin effect untuk menentukan adanya formation
damage. Kalau skin < 1 tidak diperlukan pengasaman, sebaliknya jika >1
perlu dilakukan analisa reservoir dan perforasi sebelum dilakukan
pengasaman.
4. Analisa komplesinya.
5. Analisa sistem produksi sumurnya.
Pada akhirnya, kalau tidak ada informasi diatas, ada beberapa kondisi yang
menunjukan tanda-tanda formation damage.
 Formasi dengan clay yang bisa mengembang/migrasi.
 Sumur dibor mengalami losss circulation.
 Berat jenis lumpur pemboran berlebihan.
 Water loss berlebihan (>5cc/30men)
 Produksi sumur lebih rendah dari DST (UKL)-nya.
 Sumur memproduksi silt atau lumpur.
 Sumur yang diasam tetapi malah menurun produksinya, perlu
diperiksa :
a. Treatment log
b. Shut in period apakah terlalu lama
c. Apakah fluidanya salah
d. Apakah prosedurnya salah

1. Perencanaan Acidizing

1.1. Metode Acid Washing


Acid washing merupakan treatment yang dilakukan untuk menghilangkan
material atau scale di interval produksi, saluran perforasi dan area di sekitar
lubang sumur. Treatment dilakukan dengan menggunakan coiled tubing atau wash
tool. Dengan coiled tubing, tubing diturunkan hingga kebagian bawah interval dan
sambil menginjeksikan asam, tubing digerakkan kebagian atas interval. Proses ini
dapat dilakukan berulang-ulang sesuai kebutuhan.
Dengan wash tool, alat diturunkan tepat di depan perforasi dan asam
diinjeksikan ke perforasi sambil menggerakkan alat disepanjang interval. Proses
ini juga dapat dilakukan berulang-ulang sesuai kebutuhan.

1.2. Metode Acid Fracturing


Metode acid fracturing hanya digunakan pada batuan karbonat yaitu
batugamping atau dolomite. Kenaikan produksi diakibatkan oleh kenaikan
permeabilitas sampai jauh dari sumur dan melampaui zona yang rusak. Pada acid
fracturing ini, dua permukaan yang terbelah kiri dan kanan akan dilarutkan
disana-sini sehingga waktu rekahan menutup bagian-bagian yang terlarut tak
dapat menutup rapat kembali. Dalam hal ini, pola aliran di sumur produksi akan
menjadi lebih linier dan kurang radial di sekitar sumurnya. Dalam acid fracturing
diperlukan jumlah acid yang relatif sangat banyak dibanding matrix acidizing,
tetapi hasilnyapun akan cukup memadai. Prinsip acid fracturing hampir sama
dengan hydraulic fracturing tetapi pada acid fracturing tidak digunakan proppant
(material pengganjal). Adapun anggapan-anggapan yang digunakan adalah :
1. Rekahan horisontal dan melebar secara radial dari lubang sumur
2. Kebocoran asam ke dalam formasi dianggap tidak ada
3. Kecepatan reaksi asam sebanding dengan konsentrasinya dan banyaknya
batuan yang terlarut dari permukaan rekahan berkurang dengan
bertambahnya penetrasi asam.

1.2.1. Mekanisme Kerja Pada Acid Fracturing


Dalam stimulasi acid fracturing, salah satu pertimbangan penting dalam
pelaksanaannya adalah mekanisme penempatan fluida perekah, dimana dalam
penempatannya tersebut secara umum terbagi kedalam beberapa stage atau
tahapan, yaitu:
 Flush
Fluida flush merupakan fluida awal yang diinjeksikan dalam acid fracturing
sebelum pekerjaan dimulai. Pada dasarnya fluida flush hanya berupa air murni,
dengan tambahan beberapa additif, tujuannya adalah untuk menyiapkan kondisi
lubang sumur untuk acid fracturing.
 Pad
Fluida pad merupakan fluida yang digunakan sebelum diinjeksikan main
fracturing acid, dimana tujuan dari diinjeksikannya fluida pad ini adalah untuk
membuat rekahan awal, sehingga treatment asam dapat maksimal, karena tidak
terlalu banyak asam yang hilang kedalam formasi. Penggunaan fluida pad ini
adalah optional, dalam artian fluida pad tidak harus diinjeksikan sebelum asam,
terkadang asam sendiri dapat bertindak sebagai fluida perekah apabila
ditambahkan dengan beberapa additif yang dapat memperbaiki sifat fisik dari
asam, seperti Gelling Agent untuk menambah viscositas asam.
 Main Fracturing Acid
Main fracturing acid merupakan asam utama yang digunakan untuk
melarutkan dinding rekahan, sehingga dapat menciptakan saluran apabila tekanan
direlease, asam ini terdiri dari asam yang memiliki konsentrasi paling tinggi dari
pada asam yang digunakan dalam fluida pengasaman lain. Terkadang penentuan
konsentrasi dan jenis asam ini akan sangat menentukan tingkat keberhasilan dari
operasi stimulasi. Apabila digunakan tanpa menggunakan fluida pad, maka asam
tersebut harus ditambahkan dengan beberapa additif, dan dalam proses
penginjeksiannya dikombinasikan dengan beberapa diverter stage.
 After Flush
Fluida after flush memiliki komposisi yang sama dengan fluida flush, yang
berbeda hanya waktu penginjeksiannya yang dilakukan terakhir kali, untuk
membersihkan sisa-sisa fluida acid fracturing, terutama asam.
Secara spesifik acid fracturing di bagi menjadi beberapa jenis yaitu :
 Vicous Fingering (VF)
 Closed Fracture Acidization (CFA)
 Equilibrium Acidfrac (EAF)
 Wishper Frac (WF)
Pada viscous fingering dilakukan pemompaan dengan pad yang viscous,
lalu asam yang kurang viscous, dan diulang lagi, baru dioverflush dengan brine.
Teknik ini tergantung dari pad untuk membuat rekahan, lalu asam yang kurang
viscous untuk membuat fingering (saluran kecil bercabang-cabang) melalui
padnya. Dengan ini akan terbentuk etching (pelarutan tak beraturan) di dinding
rekahan sehingga rekahan tidak menutup kembali.
Closed fracture acidization (CFA) merupakan metode lain untuk
mendapatkan etching tak beraturan. Pemompaan dilakukan bergantian asam
dengan pad. Lalu rekahan dibiarkan tertutup. Asam dipompakan dibawah closure
pressure sehingga asam akan membuat etching baru pada rekahan yang terbentuk
dan tertutup tadi, sehingga akan terbentuk konduktifitas yang tidak akan menutup
sepenuhnya.
Equilibrium acidfrac (EAF) hampir sama dengan CFA tetapi asam
dipompakan pada saat rekahan tetap terbuka. Tingkat terakhir dipompakan diatas
closure pressure tetapi dibawah extension pressure, dan leak-off harus kecil agar
berhasil. Dalam hal ini pad dan asam mulai membuka rekahan, lalu asam
dipompakan ketika rekahan akan menutup. Kemudian over flush dengan brine.
Wishper frac membutuhkan perforasi khusus dengan perforasi yang
selektif sesuai dengan perbandingan viskositas antara fluida-fluidanya. Tekniknya
sama dengan fiscous fingering tetapi tidak akan memulai dengan satu cabang
saja. Disini akan dipompakan pad yang sangat tinggi viskositasnya, lalu gel asam
yang mempunyai viskositas 1/10 nya dengan laju injeksi yang besar.

1.2.2. Parameter Perencanaan


Jenis parameter perencanaan yang harus dipilih dan dikontrol
penggunaannya meliputi viskositas dan jenis pad fluid, konsentrasi asam dan
additive yang digunakan, laju injeksi untuk pad fluid dan asam, volume asam dan
pad fluid.
 Viskositas dan Jenis Pad Fluid
Kriteria untuk fluida perekah yang dapat menjadi pad fluid yaitu:
1. Harus memiliki kehilangan tekanan akibat friksi yang tinggi ketika
mengalir sepanjang rekahan untuk membantu menciptakan rekahan yang
lebar.
2. Harus dapat mengontrol fluid loss untuk menciptakan rekahan yang
panjang dan lebar.
3. Harus tidak bereaksi dengan asam untuk membentuk pengendapan atau
material lain yang dapat menghambat produktivitas sumur.
4. Harus dipompa dengan pressure drop yang rendah.
5. Harus dapat dipindahkan secara mudah dari formasi tanpa menyebabkan
kerusakan permeabilitas untuk formasi.
6. Harus aman dalam penggunaannya dan mudah untuk menanganinya.
Water Based Pad Fluids merupakan pad fluid dengan air sebagai dasar
yang paling dominant. Dalam beberapa keadaan, air tanpa gelling agent dapat
menjadi pad fluid yang memuaskan. Ketika akan digunakan, air dapat tanpa
additive fluid loss atau dengan suatu additive disiapkan dengan coating
(membentuk lapisan pelindung yang kedap) suatu partikel inert (lambat atau kaku)
dengan materi yang mengandung gelatin (seperti agar-agar). Karena air memiliki
viskositas yang rendah, maka umumnya tidak dapat membentuk rekaran yang
lebar. Keuntungan yang utama dari air sebagai fluida perekah adalah karena
biayanya yang ekonomis. Air sendiri terkadang digunakan untuk formasi dengan
temperature sangat panas untuk precool (pendingin awal) lubang sumur. Dengan
demikian akan meminimalisir korosi dan meningkatkan jarak penetrasi asam.
Low Viscosity Gelled Water merupakan air dalam bentuk gel dengan
viskositas yang rendah. Fluida ini yang dibentuk dengan guar (semacam polymer)
merupakan fluida perekah yang paling umum digunakan. Fluida ini umumnya
mengandung silika sebagai additive fluid loss. Secara komersial tersedia partikel
inert yang dicoating dengan materi seperti guar yang juga digunakan dalam
formasi dengan temperature sangat tinggi. Keterbatasan fluida ini
adalahviskositasnya yang rendah yang terdegradasi (terurai atau terpisah) secara
cepat dengan temperature, khususnya dalam kehadiran asam. Karena
viskositasnya yang rendah, fluida dengan dasar guar ini umumnya menciptakan
rekahan yang sempit.
High Viskosity Gelled Waters merupakan air dalam bentuk gel dengan
viskositas yang tinggi. Fluida ini dikembangkan untuk menciptakan rekahan yang
lebar agar pad fluid menjadi efektif untuk acid fracturing. Fluida ini dapat
digunakan apda temperature dibawah 200oF (dibentuk dengan menggunakan guar
atau polymer lain) dan pada temperature di atas 200oF (dibentuk dengan
menggunakan polymer sintetis). Fluida ini dibentuk dari guar dengan melarutkan
40 – 80 lb guar per 1000 gal air dan kemudian menambahkan zat kimia yang
beraksi untuk menghubungkan molekul-molekul guar. Karena struktur gel
terbentuk setelah molekul-molekul saling berhubungan, fluida ini sangat viscous.
Viskositas fluida akan bervariasi dengan konsentrasi polymer, temperature, dan
shear rate.
Viscous Emulsions merupakan fluida dalam bentuk emulsi dengan
viskositas tinggi. Fluida ini dibentuk dengan minyak sebagai fasa internal da air,
air asin, atau asam sebagai fasa eksternal juga dapat digunakan sebagai pad fluid.
Fluida ini memiliki viskositas yang tinggi karena kandungan minyak dalam
emulsi tinggi (umumnya 60% - 70%) dan fasa eksternalnya mengandung polymer.
Fluida ini cukup stabil dan akan rusak ketika kontak dengan asam. Keuntungan
yang utama dari fluida ini yaitu terbentuk dengan viskositas tinggi namun
biayanya murah.
Oil Based Pad Fluids merupakan pad fluid dengan minyak sebagai dasar
yang paling dominan. Minyak dengan viskositas tinggi dapat digunakan secara
efektif sebagai pad fluid sebelum asam jika dipilih untuk formasi dengan
permeabilitas dan temperature tertentu. Viskositas harus kurang dari 200cp dalam
formasi dengan permeabilitas di bawah 10mD, dan harus kurang dari 50cp pada
temperature reservoir jika permeabilitasnya kurang dari 1mD.
Konsentrasi asam dan additive merupakan parameter penting dalam
perencanaan acid fracturing. Seringkali asam kuat dengan konsentrasi tinggi yaitu
28% lebih dipilih daripada HCL karena memiliki peningkatan dissolving power
dan meningkatkan volume CO2 secara signifikan yang dapat membantu
mempercepat pembersihan sumur setelah stimulasi. Selain itu juga asam tersebut
lebih viscous daripada15% HCL, dengan demikian membantu menurunkan laju
fluid loss. Additive secara khusus akan dibahas pada bagian berikutnya.
 Laju Injeksi
Untuk meyakinkan treatment yang dipilih adalah yang apilng ekonomis,
beberapa laju injeksi yang berbeda harus dipertimbangkan dalam prosedur
perencanaan treatment. Laju injeksi yang sangat tinggi tidak selalu meningkatkan
hasil stimulasi, tetapi umumnya meningkatkan biaya pompa (pumping cost). Laju
injeksi maksimum untuk pad fluid dan asam ditentukan dengan menghitung
gradien tekanan friksi, (gpf), dan nantinya membaca laju injeksi maksimum dari
kurva tekanan friksi vs laju injeksi. Contoh kurva penentuan laju injeksi dapat
dilihat pada gambar 1.
tekananpermukaanmaksimum  hydrostatichead  gradienrekahanxkedalaman
g pf 
kedalaman
Gambar 1.
Kurva tekanan friksi vs laju injeksi

 Volume Asam
Dalam memprediksi konduktivitas rekahan, yang perlu dicermati adalah
pertimbangan dalam penggunaan volume asam. Berdasarkan pengalaman,
direkomendasikan paling tidak 1.5 kali volume rekahan jika menggunakan 28%
HCL. Namun jika menggunakan 15% HCL, volume asam yang direkomendasikan
adalah 3 kali volume rekahan. Ketika additive fluid loss digunakan dalam asam,
penambahan volume asam diperlukan untuk memberikan konduktivitas yang
cukup untuk memaksimalkan stimulasi.
Selain volume asam, rock embedment strength dan tegangan penutupan
juga ikut berpengaruh dalam konduktivitas rekahan. Rock embedment strength
merupakan gaya yang diperlukan untuk mendorong diameter lapisan ke dalam
batuan, dimana gaya ini tergantung dari masing-masing komposisi batuan.
Tegangan penutupan merupakan gradient rekahan dikalikan dengan kedalaman
formasi dikurangi PBHP. Tegangan ini dapat menyebabkan rekahan menutup
kembali setelah batuan direkahkan.
1.2.3. Prosedur Perencanaan Acid Fracturing
Secara umum proses perencanaan stimulasi acid fracturing melalui tahap-
tahap sebagai berikut :
1. Mengumpulkan semua data sumur, data reservoir, data komplesi, dan
parameter-parameter perekahan dari sumur-sumur di sekitarnya (kalau
ada).
2. Memilih fluida perekah yang sesuai dengan temperatur dan mampu
mengasilkan viskositas yang diperlukan.
3. Menentukan laju injeksi yang digunakan.
4. Menentukan Temperatur Injeksi Di Dasar Sumur.
5. Menentukan Geometri Rekahan Dinamis.
6. Menentukan Jarak Penetrasi Asam.
7. Menentukan Konduktivitas Rekahan.
8. Meninjau ulang perhitungan yang ada agar fluida perekah dan asam yang
akan digunakan dapat dipompakan ke sumur tanpa menimbulkan
persoalan sehingga diperoleh hasil yang optimum dan ekonomis.
9. Jika suatu viskositas telah ditentukan maka harus diubah ke dalam harga
spesifik fluida yang berasal dari kontraktor.
Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan acid fracturing ini antara lain
panjang rekahan, jarak penetrasi asam dan konduktivitasnya. Pada sumur-sumur
bertemperatur rendah hingga moderat pertimbangan yang paling penting adalah
kontrol fluid loss asam, sedangkan pada sumur-sumur bertemperatur tinggi jarak
penetrasi asam efektif sering dibatasi oleh waktu spending asam yang cepat, dan
sebaiknya retarded asam sebaiknya dilakukan.

Tanpa fluid loss, efisiensi acid fracturing akan sangat rendah dan penetrasinya
mungkin hanya beberapa feet saja dari sumur. Operasi acid fracturing ini dapat
pula dibagi menjadi dua, yaitu acidizing melalui rekahan yang sudah ada dan
acidizing dengan tekanan yang tinggi melalui rekahan
Gambar 2.
Acid Fracturing di Formasi
(www.stimlab.com)

Tabel 1
Additif Fluid Loss
(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)

Fluid Type Solid additives Gelatenous Additives


Aqueous pad Silica flour Guar
Calcium carbonate Cellulose
Organic polymer Polyacrilamide
Inert solid coated with
guar-type material
Hydrocarbon pad Inert solid coated with
organic sulfonate

Acid Acid-swellable solid Guar


Organic resin Karaya
Silica flour Cellulose
Organic polymers Polyacrilamide
Polyvinyl alcohol

.
a. Acidizing melalui rekahan yang sudah ada
Dalam proses ini formasinya harus terdiri dari banyak rekahan, sehingga
tujuan dari pada acidizing disini untuk melarutkan batuan-batuan dari rekahan
tersebut. Kecepatan injeksi selama proses ini dijaga agar tidak melebihi tekanan
rekah formasi. Dalam melakukan evaluasi dari acidizing dipakai asumsi sebagai
berikut:
 Rekahan horizontal dan ketebalan seragam, berkembang secara radial dari
lubang sumur.
 Larutan asam yang bocor ke formasi diabaikan.
 Kecepatan reaksi dari larutan sebanding dengan konsentrasinya dan
jumlah batuan yang terlarut berkurang dengan bertambahnya penetrasi
dari larutan asam.
 Pada kecepatan injeksi yang konstan penambahan jumlah asam ke dalam
rekahan tidak dapat memperluas proses acidizing, melainkan hanya
menambah lebarnya rekahan.
b. Acidizing dengan tekanan yang tinggi melalui rekahan
Pada operasi acidizing ini, larutan asam diinjeksikan ke dalam formasi
dengan tekanan yang lebih besar dari tekanan rekah formasi, sehingga diharapkan
menghasilkan permeabilitas yang lebih tinggi. Asumsi-asumsi yang dipakai pada
acidizing bertekanan tinggi adalah:
 Rekahan yang ditimbulkan adalah horizontal atau vertikal.
 Sebagian besar dari larutan asam ini masuk ke dalam rekahan, tetapi
yang masuk ke dalam matriks batuan dan lubang sumur dapat diabaikan.
 Luas dan volume rekahan tergantung pada volume asam, rate injeksi,
lebar rekahan selama stimulasi, dan karakterisitik fisik dari batuan
reservoir.
 Larutan asam tidak mengandung proping agent.
Dalam acidizing dengan bertekanan tinggi ini penetrasi yang terjadi jauh
lebih besar yang disebabkan oleh:
 Spending time akan bertambah karena bertambah kecilnya specific
surface area.
 Rate injeksi lebih besar.
Keuntungan dari acid fracturing adalah efektif untuk batugamping
(formasi karbonat), biaya operasi lebih murah, dan dapat membersihkan
impurities disekitar lubang sumur, sedangkan kerugiannya adalah tidak efektif
pada formasi non karbonat dan menimbulkan korosi pada peralatan.

1.3. Metode Matrix Acidizing


Matrix acidizing adalah proses penginjeksian asam ke dalam formasi
produktif pada tekanan dibawah tekanan rekah, dengan tujuan agar reaksi dapat
menyebar ke dalam batuan secara radial. Asam akan menaikkan permeabilitas
matrix dengan cara membesarkan lubang pori-pori ataupun dengan melarutkan
partikel-partikel yang menyumbat saluran pori-pori tetrsebut. Matrix acidizing
baik digunakan untuk batuan karbonat (batugamping atau dolomite) maupun
batupasir, meski jenis acidnya berbeda. Matrix acidizing akan sangat baik bila
dilakukan pada sumur dengan kedalaman formasi yang rusak sekitar 1-2 feet. Bila
sumur tidak mengalami kerusakan, matrix acidizing tidak akan banyak membantu
pada upaya peningkatan produksi. Adapun anggapan-anggapan yang digunakan
dalam acidizing ini adalah :
1. Formasinya homogen
2. Ukuran pori-porinya seragam
3. Kecepatan reaksi menurun secara uniform dengan berkurangnya kosentrasi
asam.
4. Beratnya limestone yang terlarut pada tiap pertambahan jarak menurun
secara uniform sampai seluruh asam terpakai.
Berdasarkan anggapan-anggapan di atas, maka jarak radius larutan asam
akan menembus formasi sebelum larutan asam digunakan semuanya,
persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :

qi . t =   h (ra2 + rw2) ............................................................... (1)

Jika qi dinyatakan dalam bbl/menit dan t dalam detik, maka persamaan menjadi :

5,615.qi.t
ra =  rw2 ................................................................. (2)
60. . .h
Keterangan :
ra = jarak radial penetrasi asam, ft
 = porositas
qi = rate injeksi asam , bbl/menit
t = spending time, detik
rw = jari-jari sumur, ft
h = ketebalan formasi, ft

Dari persamaan (2), faktor yang tidak diketahui adalah spending time dan
t yang harus ditentukan di laboratorium. Spending time ini tergantung pada
perbandingan luas batuan dengan volume larutan asamnya yang disebut spesific
surface area , dimana untuk matriks acidizing specific surface area dapat ditulis :

108
k = ................................................................................ (3)
2.F .Sq 2

1
Sq = 104 ........................................................................... (3)
2.F.k

Keterangan :
k = permeabilitas, darcy
Sq = specific surface area, cm2/cm3
F = -m = Faktor resistivity formasi, dimensionless (dimana m adalah
faktor sementasi)
Spending time dari asam tergantung pula pada tekanan dan temperatur,
kecepatan asam dalam batuan, konsentrasi retarding additivenya. Banyak faktor
yang mempengaruhinya maka pengukuran spending time hanya mungkin
dilakukan di laboratorium.
Gambar 5.1
Mekanisme Proses Reaksi Pengasaman.
(Schechter. R.S., 1979)

Gambar 3.
Proses Reaksi Pengasaman.
(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)

1.3.1. Mekanisme Kerja Pada Matrik Acidizing


Mekanisme penempatan fluida asam pada matrik acidizing meliputi
beberapa stage atau tahapan, yaitu:
Pickling stage. Tahapan ini berfungsi untuk menghindari terjadinya korosi
yang disebabkan oleh asam yang diinjeksikan. Jika tubing terdapat karat atau
padatan lain seperti paraffin, dengan adanya tahapan ini diharapkan padatan
padatan tersebut tidak menambah kerusakan karena asam yang diinjeksikan dapat
mengikutsertakan padatan tersebut ke dalam formasi sehingga dapat mengendap
dalam formasi. Larutan pickling dasar dapat berupa 5% HCL dengan additive
corrosion inhibitor dan iron control agent. Service company juga menyediakan
larutan ini dan dapat ditambah dengan surfaktan. Terkadang karena jarak lokasi
atau keterbatasan volume tank, larutan yang digunakan untuk preflush dapat
digunakan untuk pickling.
Preflush. Tujuan preflush yaitu menghilangkan scale organik dan
inorganik dari tubing, casing maupun perforasi, memindahkan minyak dari daerah
disekitar lubang sumur untuk mencegah emulsi atau sluge agar dapat
memperlancar injeksi asam (flush). Larutan yang dapat digunakan dapat berupa 3-
5% HCL. Aromatic solvent, seperti xylene yang dapat digunakan untuk mengatasi
endapan hidrokarbon. Campuran dengan asam asetat (acetic) merupakan alternatif
pilihan untuk sumur dengan temperatur tinggi. Asam asetat dapat mencegah
terjadinya pengendapan mineral besi.
Flush. Tahap ini bertujuan untuk melarutkan material yang menyumbat
pori-pori batuan sehingga dapat membentuk wormhole. Asam yang digunakan
utamanya adalah HCL dengan konsentrasi yang bervariasi 15-28%. Volume yang
digunakan juga bervariasi antara 10-300 gal/ft. Konsentrasi yang tinggi (28%)
digunakan untuk menghilangkan kerusakan yang lebih dalam tetapi dalam
aplikasinya, 15% HCL sudah cukup efektif. Jika asam yang dibutuhkan
konsentrasinya tinggi, maka dapat digunakan 20% HCL. Semakin tinggi
konsentrasi asam maka semakin tinggi resiko terbentuknya emulsi, sludge dan
bahkan produk hasil reaksi yang tidak dapat larut dalam asam. Campuran HCL
dengan asam organik sangat berguna untuk formasi yang temperaturnya tinggi
(>300 0F).
Overflush. Tahap ini berguna untuk membersihkan asam yang tidak
bereaksi, material penyumbat, dan produk hasil reaksi dari formasi ke lubang
sumur. Selain itu overflush juga berfungsi untuk memperbaiki permeabilitas
relatif fluida formasi. Fresh water merupakan fluida yang sering digunakan untuk
overflush.

1.3.2. Parameter Perencanaan


Pada operasi acidizing ini selain menentukan volume dan jenis asam yang
digunakan (terutama pada matrix acidizing), perlu pula mempertimbangkan laju
injeksi, tekanan injeksi maksimum yang sesuai untuk mencegah peretakan
formasi. Berikut ini cara-cara untuk menentukan parameter-parameter tersebut:
 Tekanan rekah formasi
Tekanan rekah formasi adalah besarnya tekanan saat pertama kali
formasi batuan mulai merekah. Sebelum menentukan terjadinya perekahan
formasi, maka terlebih dahulu harus ditentukan gradien rekahnya. Penentuan
gradien rekahan dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:
SP v  P
F   ............................................................... (5)
D 1 v  D

Keterangan :
F = Gradient rekahan, psi/ft
S = Tekanan overburden, psi
D = Kedalaman, ft
P = Tekanan formasi, psi
v = Poisson ratio
Setelah gradient rekahan diperoleh, maka untuk menghitung tekanan
rekah formasi adalah dengan cara mengalikan gradient tekanan dengan
kedalaman.
 Tekanan maksimum injeksi
Tekanan maksimum injeksi asam pada dasar sumur harus di bawah
tekanan rekah formasinya, yaitu tekanan rekah formasi dikurangi dengan
tekanan sebagai faktor keselamatan (25 psi). Dengan mengabaikan tekanan
akibat gesekan asam dalam tubing, tekanan maksimum injeksi asam di
permukaan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan:

Pmaks. = (F – G) (D) .................................................................... (6)

Keterangan :
Pmaks. = Tekanan maksimum injeksi asam di permukaan, psi
F = Gradient tekanan, psi/ft
G = Gradient hidrostatik, psi/ft
D = Kedalaman, ft
Harga gradien hidrostatik asam dapat dicari dengan memakai Gambar 4.
Gambar 4.
Hubungan Gradien Hidrostatik Asam HCl Terhadap Konsentrasi Asamnya
(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)

 Laju injeksi asam


Laju injeksi asam dapat ditentukan dari persamaan dibawah ini:

4.917 10 6 k avg ha Pf  Pres 


Q maks  .......................................... (7)
 a ln re / rw 

Keterangan :
Qmaks. = Laju maksimum injeksi asam, bbl/menit
kavg = Permeabilitas rata-rata formasi, mD
ha = Tebal formasi yang diasamkan, ft
μa = Viskositas asam pada temperatur formasi, cp
re = Jari-jari pengurasan, ft
rw = Jari-jari sumur,ft
Viskositas asam pada berbagai temperatur dapat dicari dengan
menggunakan grafik pada Gambar 5.
Gambar 5.
Hubungan Viscositas Asam HCl denganTemperatur
pada Berbagai Konsentrasi Asam
(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)

 Daya pompa
Untuk menentukan daya pompa pada kondisi maksimum dapat
digunakan persamaan sebagai berikut:

Hh = 0,0245 Pmaks Qmaks .............................................................. (8)

Keterangan :
Hh = Horse power pompa, HP
Pmaks = Tekanan maksimum injeksi pompa di permukaan, psi
Qmaks = Laju maksimum injeksi asam, bbl/menit

 Volume larutan asam


Persamaan matematis penentuan volume larutan asam adalah sebagai
berikut:
V = 0,18 (rp2 – rw2) h  ............................................................... (9)

Gambar 6.
Petunjuk Penggunaan Asam Pada Berbagai Kondisi
(Kalfayan, Leonard., “Production Enhancement with Acid Stimulation”).
1.3.3. Prosedur Perencanaan Matrik Acidizing
Perencanaan matrik acidizing harus menjelaskan tidak hanya penentuan
volume dan jenis fluida yang akan diinjeksikan, tetapi juga laju injeksi maksimum
yang diijinkan dan tekanan penginjeksian (untuk menghindari perekahan pada
formasi). Prosedur perencanaan matrik acidizing secara umum dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Menentukan fracture gradient dari formasi yang akan diinjeksi asam.
2. Menghitung tekanan dasar sumur bila terjadi rekahan :
Menghitung tekanan maksimum di permukaan untuk dapat injeksi di bawah
tekanan rekah
3. Menghitung tekanan maksimum laju injeksi asam dengan anggapan aliran
radial Darcy
4. Menentukan volume asam dan jenis asam yang diperlukan. Menginjeksikan
asam 50-200gal/ft tergantung dari pengalaman. Kebutuhan volume asam dan
kekuatannya yang tepat tidak dapat diprediksi karena ketidakpastian kondisi
disekitar lubang sumur dan akan bervariasi dari formasi yang satu ke formasi
yang lain.

2. Evaluasi Hasil Pengasaman

Gambar 7.
Evaluasi Keberhasilan Pengasaman
(Tjondrodiepoetro, Bambang.“diktat kursus stimulation (acidizing and
hydraulic fracturing)”
Keberhasilan operasi pengasaman dapat didasarkan pada beberapa
parameter diantaranya yaitu :
1. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Laju Produksi
Mengevaluasi hasil pengasaman pertama-tama adalah dengan
mengamati laju hariannya. Bila laju produksi harian setelah pengasaman lebih
besar dibanding sebelum pengasaman, maka dapat dikatakan pengasaman
tersebut berhasil.
2. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Indeks Produktivitas
Produktivity Index adalah indek yang menyatakan kemampuan suatu
formasi untuk mengalirkan fluidanya ke dasar sumur pada drawdown tertentu.
Secara matematik PI dinyatakan :

0,007082 k h
PI  . ............................................................. (10)
Bo μo ln (re )
rw

Pwf besarnya dipengaruhi oleh adanya faktor hambatan (skin), maka terdapat
dua type indeks produktivitas, yaitu PI ideal dan PI aktual.

q
PI aktual  .................................................................. (11)
Ps - Pwf

q
PI  .................................................... (12)
Ps - Pwf  ΔPskin ) 
ideal

Menurut Kermit E Brown (1967) bahwa batasan terhadap tingkat


produktivitas sumur adalah :
 PI rendah jika PI < 0,5
 PI sedang jika 0,5 < PI < 1,5
 PI tinggi jika PI > 1,5
3. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Faktor Skin

 P 1jam - Pwf  k  
S  1,151  - log    3,23  .................... (13)
2 
 m    Ct rw  

Keterangan :
P1jam = pembacaan tekanan dari bentuk linear pada kurva PBU selama 1
jam penutupan.
Pwf = tekanan sumur sesaat sebelum penutupan, psi.
m = kemiringan slope pada bagian linear dari grafik.
 = viskositas, cp.
 = porositas, fraksi.
k = permeabilitas, md
Ct = kompressibilitas batuan, psi-1
rw = jari-jari sumur, ft
h = ketebalan lpisan produktif, ft
Kerusakan formasi akibat faktor skin dapat dilihat dari penyimpangan harga S
terhadap titik nol, dan secara kuantitatif dinyatakan sebagai :
 S > 0 = adanya kerusakan formasi di sekitar lubang sumur
 S = 0 = kerusakan sumur di sekitar lubang sumur diabaikan
 S < 0 = adanya perbaikan formasi di sekitar lubang sumur
4. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Effisiensi Aliran
Effisiensi aliran adalah suatu konstanta yang menunjukkan pengertian identik
dengan adanya skin di sekitar sumur pada formasi produktif.

(PI) aktual
Flow Effisiensi (FE)  . ....................................... (14)
(PI) ideal

q / P * - Pwf 
FE  , sehingga
q / P * - Pwf - P skin 
P * - Pwf - P skin
FE  ........................................................... (15)
P * - Pwf

Harga maksimum FE = 1, jika tidak ada kerusakan dalam lubang sumur.


Jika FE < 1, jika ada kerusakan dalam lubang umur.
Jika FE > 1, jika terjadi perbaikan permeabilitas di sekitar lubang sumur.
5. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Kurva IPR
Grafik kurva performance yang disebut Inflow Performance Relationship
(IPR) merupakan grafik kemampuan suatu sumur selama produksi, yang
menunjukkan hubungan antara kapasitas produksi dengan tekanan alir dasar
sumur. Pengamatan terhadap kurva IPR dari suatu sumur sebelum dan sesudah
pengasaman dapat menentukan sukses tidaknya operasi pengasaman
Pengasaman dikatakan berhasil jika pada drawdown (Ps – Pwf) yang sama
akan diperoleh laju produksi yang berbeda, yaitu laju produksi setelah
stimulasi mengalami peningkatan.

Anda mungkin juga menyukai