Anda di halaman 1dari 28

EVALUASI STIMULASI ACID WASHING

JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

Proposal Tugas Akhir

oleh :
Muhammad Yusuf
12010304

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2015

EVALUASI STIMULASI ACID WASHING


JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

Proposal Tugas Akhir

oleh :
Muhammad Yusuf
12010304

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2015

EVALUASI STIMULASI ACID WASHING


PADA SUMUR X LAPANGAN Y

Proposal Tugas Akhir

Diajukan guna memenuhi syarat penulisan


Tugas Akhir untuk gelar Diploma III pada
Program Studi Teknik Perminyakan
Akademi Minyak dan Gas Balongan
Indramayu

Oleh :
Muhammad Yusuf
12010304

Disetujui Untuk
Program Studi Teknik Perminyakan
AKAMIGAS Balongan, Indramayu
Oleh :

Pembimbing I

Dwi Arifiyanto, S.T

Pembimbing II

D. Subyar Mujihandono, S.T., M.IL

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
nikmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini
dengan judul Evaluasi Stimulasi Acid Washing Pada JOB PERTAMINA
PETROCHINA EAST JAVA. Terimakasih juga kepada kedua orang tua yang
selalu berusaha dan selalu mendoakan.
Dalam penyusunan dari penyelesaian Proposal Tugas Akhir ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak yang telah membantu sehingga penyusun dapat
menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1 Ir. Hj. Hanifah Handayani M.T, selaku Ketua Yayasan Akamigas Balongan

Indramayu.
2 Drs. H. Nahdudin Islamy M.Si, selaku Direktur Akamigas Balongan.
3 Dwi Arifiyanto, S.T, selaku Ketua Prodi Teknik Perminyakan dan Dosen
Pembimbing I
4 D. Subyar Mujihandono, S.T., M.IL, selaku Dosen Pembimbing II.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih
terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu saran serta kritik yang bersifat
membangun sangat penyusun harapkan agar proposal yang penyusun buat lebih
sempurna di waktu yang akan datang. Semoga proposal yang telah disusun ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi saya selaku penyusun.

Indramayu,

September 2015

Penyusun

EVALUASI STIMULASI ACID WASHING

PT. JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

I; LATAR BELAKANG MASALAH

Proposal ini didasari oleh adanya penurunan produktivitas sumur yang


merupakan persoalan yang penting dalam industri perminyakan. Salah satu
penyebabnya adalah formation damage yang dinyatakan sebagai efek skin, yaitu
berkurangnya

konduktivitas

fluida

di

sekitar

formasi

akibat

turunnya

permeabilitas di sekitar sumur dari harga mula-mula di formasinya. Maka dalam


hal ini perlu dilakukannya stimulasi terhadap sumur.Pengevaluasian stimulasi
acidizing itu sendiri perlu dilakukan agar dapat mengetahui hasil dari kegiatan
pengasaman dilihat dari perbandingan sebelum dan sesudah dilakukannya
pengasaman tersebut.
Kadang-kadang pada perioda awal produksi sumur menunjukkan
permeabilitas reservoir yang rendah, sehingga diperlukan stimulasi untuk dapat
dimulainya produksi dari suatu reservoir. Tetapi pada keadaan yang lain, stimulasi
dilakukan juga untuk memperbesar permeabilitas disekitar sumur, karena produksi
dari sumur tersebut sudah rendah. Salah satu jenis stimulasi yang umum
diterapkan pada sumur minyak adalah pengasaman. Sedangkan kondisi
pengasaman dilakukan dibawah tekanan rekah batuan reservoir, yang mempunyai
tujuan memperbaiki permeabilitas alami dari batuan tersebut. Pengasaman sumur
dilakukan dengan cara memompakan larutan asam kedalam sumur, agar dapat
melarutkan semen jenis limestone, dolomite atau calcite yang terletak diantara
butir batuan sedimen.
Jenis pengasaman yang dapat dilakukan pada sumur minyak terdiri dari
pengasaman

washing,

pengasaman

matriks

dan

pengasaman

fracturing.

Pengasaman washing dilakukan dengan cara memompakan larutan asam melalui


sumur untuk membuka peforasi yang tersumbat. Fungsi larutan asam pada jenis
pengasaman ini adalah untuk menghilangkan endapan scale.
II;

MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui
cara memperbaiki atau meningkatkan produksi sumur, serta dapat mengevaluasi
hasil dari kegiatan pengasaman dengan menggunakan metode acid washing,
dilihat dari perbandingan sebelum dan sesudah kegiatan acid washing dari
berbagai parameter yaitu Productivity Index (PI), Skin Factor (S), harga Flow
Effiniensi (FE) serta dari kurva Inflow Performance Relationship (IPR), sehingga
produktivitas sumur kembali optimal.

TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pengertian Acid Washing
III;

Pengasaman acid washing adalah operasi yang direncanakan untuk


menghilangkan endapan scale yang dapat larut dalam larutan asam yang terdapat
dalam lubang sumur, serta menstimulasi aliran hidrokarbon.
Adapun anggapan-anggapan yang digunakan dalam acid washing ini adalah :
0 Formasinya homogen.
1 Ukuran pori-porinya seragam.
2 Kecepatan reaksi menurun secara uniform dengan berkurangnya kosentrasi
asam.
3 Beratnya limestone yang terlarut pada tiap pertambahan jarak menurun secara
uniform sampai seluruh asam terpakai.
III.2;

Jenis-Jenis Acid
Pertimbangan utama dalam pemilihan jenis asam adalah kesesuaiannya

dengan batuan dan fluida formasi. Bila asam tidak sesuai dengan formasi maka
treatment akan gagal atau bahkan mengakibatkan kerusakan formasi lebih lanjut.
Terdapat beberapa jenis asam, yaitu :
1; Hydrochloric Acid (HCl)

Asam hydrochloric (HCl) merupakan jenis asam yang paling banyak


digunakan dalam operasi pengasaman di lapangan. Asam ini merupakan larutan

hydrogen chloride yang berupa gas di dalam air dengan berbagai konsentrasi.
Konsentrasi asam ini bervariasi antara 535 %. Secara umum yang biasa
digunakan di lapangan adalah konsentrasi 15 % HCl. Asam jenis ini akan
melarutkan batugamping, dolomite dan karbonat lainnya. Sedangkan untuk
pengasaman batupasir digunakan 5-7 % HCl.
Keuntungan penggunaan asam HCl antara lain memiliki daya reaksi yang
cukup tinggi terhadap batu gamping dan dolomite, serta harganya relatif lebih
murah dibandingkan dengan asam jenis lainnya. Sedangkan kerugiannya, asam
memiliki sifat korosifitas paling tinggi, terutama pada temperatur tinggi diatas
o

250 F. Oleh karena itu agar temperatur tidak melebihi tingkat korosifitasnya,
maka pada penggunaan asam HCl biasanya ditambahkan additif yaitu corrosion
inhibitor sebagai pencegah korosi.
2; Hydrofluoric Acid (HF)

Asam hydroflouric tersedia sebagai larutan dengan kosentrasi 40-70%.


Namun untuk keperluan pengasaman, HF biasanya digunakan bersama-sama atau
dicampur dengan HCl. Asam ini mempunyai kemampuan untuk melarutkan
padatan-padatan lumpur, mineral-mineral lempung feldspar dan silica. HF juga
bersifat korosi, tetapi tingkat korosifitas dari campuran asam ini relatif rendah
dibandingkan dengan HCl.
Asam HF dapat bereaksi dengan silika dan senyawa-senyawa silika seperti
gelas, bangunan beton, karet alam, kulit dan logam-logam tertentu seperti baja
serta material organik. Asam ini beracun baik dalam keadaan sendiri maupun
bercampur dengan asam HCl sehingga diperlukan penanganan yang hati-hati.
3; Organic Acid
a; Acetic Acid (CH3COOH)

Asam jenis ini digunakan untuk pengasaman batuan karbonat dengan laju
reaksi lebih lambat dibandingkan dengan HCl, karena derajat ionisasinya lebih
kecil. Asam acetic lebih mahal dibandingkan HCl dan tidak bersifat korosif
terhadap peralatan sumur, sehingga dapat dibiarkan lama dalam tubing maupun
casing.

Beberapa keuntungan yang didapatkan dari penggunaan asam acetic yaitu :


1; Tidak menimbulkan pengendapan dengan ion besi.
2; Tidak menyebabkan embrittlement atau stress cracking pada baja yang

mempunyai strength yang tinggi.


3; Tidak merusak peralatan aluminium.
o
4; Tidak merusak lapisan chrome pada temperatur di atas 200 F.
b; Formic Acid (HCOOH)
Jenis asam ini termasuk asam organik yang yang lambat bereaksi dan
terionisasi secara lemah. Sifat formic mirip dengan acetic, tetapi pada temperatur
tinggi asam formic lebih korosif dibanding asam acetic. Keuntungan asam formic
yaitu harganya lebih murah dibandingkan asam acetic.
3.3;

Jenis-Jenis Acid Additive


Acid additif digunakan untuk mencegah atau menanggulangi efek yang

ditimbulkan proses acidizing pada peralatan produksi maupun pada formasi.


Adapun jenis-jenis acid additif yang ada yaitu :
1; Surfactant

Surfactant digunakan selama pekerjaan acidizing dilakukan dan berfungsi


menurunkan tegangan permukaan antara cairan dengan batuan sehingga lebih
mudah lewat, selain itu juga berfungsi sebagai non emulsifiers, emulsifiers,
emulsion breakers, antisludging agents, wetting agents, foaming agents, dan
surface tension atau interfacial tension reducers.
Beberapa jenis surfactant surfactant yang biasa digunakan berdasarkan fungsinya
antara lain :
a; Anti Sludge Agent

Jika asam diinjeksikan ke dalam formasi dan kontak dengan crude oil
akan menyebabkan terbentuknya sludge (partikel-partikel seperti lumpur) di
bidang antar permukaan minyak dengan asam. Hal ini umumnya terjadi pada
crude oil yang mempunyai prosentase aspalt yang tinggi. Padatan sludge hanya

sedikit larut dalam minyak, karena itu jika sudah terbentuk akan sulit untuk
dihilangkan. Dengan demikian material tersebut dapat terakumulasi di dalam
formasi dan dapat menurunkan harga permeabilitas batuan di sekitar sumur.
Anti sludge agent dapat mencegah terbentuknya endapan sludge yang
terjadi selama treatment pengasaman dengan cara menjaga bahan-bahan coloidal
terdispersi. Terbentuknya sludge oil di dalam formasi akan meningkat dengan
naiknya konsentrasi asam.
b; Suspending Agent

Suspending agent digunakan untuk mencegah terbentuknya endapan


butiran yang tidak larut dalam asam dengan cara mensuspensikannya dalam
larutan asam, sehingga dapat terangkut ke permukaan bersama larutan asam sisa.
c; Non Emulsifying Agent

Reaksi antara asam dengan fluida formasi dapat menyebabkan


terbentuknya emulsi karena fluida formasi mungkin mengandung zat-zat kimia
yang terbentuk sebagai zat yang menstabilkan emulsi. Kecenderungan
terbentuknya emulsi akan meningkat dengan bertambahnya konsentrasi asam.
Non-emulsifying agent digunakan untuk mencegah terbentuknya emulsi, karena
dapat larut atau terdispersi dalam larutan asam ataupun dapat bercampur dengan
bahan-bahan lainnya. Non emulsifying agent menghasilkan. tegangan permukaan
dan tegangan antar muka yang rendah sehingga mencegah natural emulsifier di
dalam crude oil membentuk emulsi.
a; Retarder Agent

Additif retarder agent digunakan untuk mengontrol laju reaksi asam


sehingga spending time nya menjadi lebih lama. Additif ini diperlukan terutama
jika volume asam yang digunakan besar dan sumur relatif dalam.
2; Corrosion Inhibitor

Corrosion Inhibitor adalah campuran dari beberapa persenyawaan

termasuk quaternary amines, acetylenic, alcohols, methanol, dan surfactant.


Kebanyakan corrosion inhibitor adalah cationic (membuat batugamping menjadi
bersifat water wet). Corrosion inhibitor merupakan additif yang selalu digunakan
dalam setiap operasi pengasaman, dengan mengingat kondisi asam yang korosif
terhadap peralatan logam. Dengan adanya corrosion inhibitor, walaupun tidak
bisa 100% menghilangkan korosi, tetapi dapat mengurangi laju korosi hingga
batas yang dapat ditolerir. Corrosion inhibitor mengurangi laju korosi dengan cara
membentuk lapisan film ujungis di permukaan peralatan logam tubing atau
casing. Dengan adanya lapisan ini, dapat dicegah reaksi penembusan asam
terhadap logam sehingga laju korosi terhambat.
Kesesuaian antara corrosion inhibitor dengan additif lain perlu
diperhatikan. Ketidaksesuaian dapat menimbulkan masalah merugikan yang tidak
diinginkan seperti misalnya terjadi reaksi yang menghasilkan pengendapan.
Fluida corrosion inhibitor biasanya cenderung terpisah dari fluida asam.
Pemisahan akan dapat dilihat pada permukaan fluida asam yang telah didiamkan
sekitar 15 menit berupa lapisan film berminyak dan berwarna gelap. Karena itu
pencampurannya harus selalu dilakukan pengadukan agar tidak terpisah dari
asam.
3; Iron Control Additive

Pada semua projek pengasaman, besi di pipa atau di formasi akan terlarut.
3+

Jika besinya Fe , maka bisa menyebabkan kerusakan formasi jika asam telah
terpakai (spent acid) dan pH naik. Pada pH 2.2, Fe

3+

(ferric) akan mengendap

sebagai ferric hydroxide, Fe(OH)3, suatu gel sangat kental yang akan
mengakibatkan kerusakan formasi. Kebanyakan ion besi di asam adalah Fe2+
(ferrous) dan ini akan mengandap jika pH > 7 atau pH = 7. Dalam kebanyakan
pengasaman, harga 7 dan ke atas ini tidak akan pernah dicapai oleh spent acid
maupun fluida formasinya, sehingga ferrous cukup aman.
Ada tiga cara untuk mengontrol pengendapan ferric oxide, yaitu sebagai berikut :
a; Mengontrol pH agar tetap di bawah 2.2

b; Menggunakan sequestering agent yang akan membuuat produk yang terlarut di


dalam air.
c; Menggunakan reducing agent untuk merubah ferric ke ferrous
Ketiga metode ini tidak dapat dipakai secara kombinasi tetapi masing- masing
mempunyai keuntungan tersendiri tergantung situasinya.
4; Alcohol

Alcohol digunakan untuk membantu meningkatkan effisiensi pembersihan


sumur pada operasi pengasaman untuk sumur gas. Alcohol dan campuran antara
alkohol-asam mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah daripada
campuran asam. Alcohol yang biasa digunakan konsentrasinya berkisar antara 5
50% volume. Hal ini memudahkan sumur dengan tekanan dasar sumur yang
rendah untuk mendorong keluar fluida treatmen dari lubang sumur. Untuk sumur
dengan formasi yang sensitif terhadap air, alcohol dapat digunakan untuk
menggantikan sebagian air pada campuran asam, sehingga penggunaan air dapat
dikurangi. Alcohol yang paling banyak digunakan adalah methanol. Pada
temperatur dingin methanol dapat ditambahkan dalam asam utnuk menurunkan
titik beku asam.
5; Mutual Solvent

Umumnya mutual solvent digunakan pada saat after flush (overlfush) di


belakang campuran HF-HCl. Fungsinya adalah untuk membersihkan formasi dari
sisa-sisa pengasaman. Dalam operasi pengasaman yang banyak digunakan yaitu
ethylene glycol monobuthyl ether (EGMBE) yang berguna untuk mengurangi
tegangan antar permukaan minyak-air, sebagai solvent untuk melarutkan minyak
dalam air, sebagai pencuci untuk merubah bahan-bahan basah minyak menjadi
basah air, serta meningkatkan aksi surfactant dan demuslifier saat kontak dengan
material-material formasi.

6; Clay Stabilizer

Clay stabilizer dikembangkan untuk meminimalkan kerusakan formasi


akibat pengembangan lempung (clay swelling) atau migrasi clay. Clay stabilizer
yang digunakan dalam pengasaman dimasukan dalam kategori polyquartenery
amines, polyamines, cationic organic polymer dan cationic surfactant. Materialmaterial ini dapat juga digunakan dalam fluida fracturing, tetapi hanya baik untuk
masalah clay swelling. Zirconium oxychloride salt dan hydroxy aluminum
merupakan clay stabilizar yang banyak digunakan untuk mengatasi masalah
migrasi clay. Clay stabilizer tidak perlu digunakan kecuali memang diperlukan
yang didasarkan pada hasil pengujian di laboratorium atau berdasarkan
pengalaman sebelumnya yang menunjukkan perlunya penggunaan material ini.

7; Diverting Agents

Dalam setiap treatmen pengasaman, penting untuk menangani seluruh


zona produktif. Biasanya permeabilitas tidak seragam di setiap interval produksi
sehingga penyebaran asam di tiap interval berbeda, lebih banyak masuk ke
permeabilitas tinggi. Karena itulah perlu penggunaan diverting agent untuk
memblok sementara saluran perforasi pada zona permeabilitas tinggi. Dengan ini
asam dapat diarahkan masuk ke zona permeabilitas rendah.
8; Nitrogen

Nitrogen sering dipakai pada proses pengasaman. Pertama untuk foaming


acid, kedua untuk enersi clean up pada reservoir bertekanan rendah, dan ketiga
sebagai sumber gas bagi foam untuk diverter. Selain itu, nitrogen kadang
digunakan untuk sumber gas lift sementara.
Foaming acid digunakan pada acid fracturing dimana viskositas foam
membantu membuat rekahan dan sebagai retarder acidnya. Foamed acid tidak
boleh dipakai untuk matrix acidizing karena viskositas foamed acid lebih besar
dari abiasa, maka bisa terjadi fracture. Dengan adanya fracture, maka semua asam
akan masuk ke rekahan.

9; Aromatic Solvent

Formasi dengan minyak berat, sludge (gumpalan atau endapan), asphalt


dan scale berlapis minyak perlu digunakan aromatic solvent untuk melarutkannya
agar kerja asam lebih baik lagi. Solvent digunakan sebagai preflush atau
pendispersi dalam fluida asam treatment untuk melarutkan hidrokarbon sehingga
asam dapat bereaksi dengan material formasi atau materail asing penyumbat pori.

3.4;
Kerusakan Formasi
1; Analisa Kerusakan Formasi

Secara umum, kerusakan formasi didefinisikan sebagai penurunan


permeabilitas awal formasi yang terjadi akibat adanya penyumbatan pada bagian
atau seluruh daerah di sekitar lubang bor. Persamaannya :

S=

k
1
ks

( )

ln

rs
rw

..............................................................................(3-1)

Keterangan :
k = Permeabilitas, mD
rs = Radius skin damage, ft
ks = Permeabilitas skin, mD
rw = Jari-jari sumur, ft
Persamaan 3-1 yang dihasilkan ini memberikan konsep dasar di dalam
mengevaluasi pengaruh skin terhadap permeabilitas, yaitu :
1; Untuk ks k , mengindikasikan sumur mengalami kerusakan S 0.
2; Untuk ks k , mengindikasikan sumur terstimulasi S 0.
3; Untuk S 0, mengindikasikan permeabilitas dekat wellbore sama dengan
permeabilitas awal dari reservoir.
2. Mekanisme Kerusakan Formasi
Umumnya, kerusakan formasi dapat disebabkan oleh penyumbatan
Partikel - partikel padat pada ruang - ruang berpori, migrasi fines, pengendapan

bahan kimia, pengaruh fluida, pengaruh mekanis dan pengaruh biologis.

a; Penyumbatan partikel pertikel padat pada ruang ruang berpori

Umumnya, penyumbatan partikel partikel padat pada ruang ruang


berpori terjadi saat partikel partikel berukuran halus (fines) bergerak melalui
media

berpori

kemudian

mengendap.

Schechter

(1992)

2)

menjelaskan

kemungkinan cara cara penjebakan partikel melalui Gambar 3.1. berikut:

Gambar 3.1.
Caracara penjebakan partikel

Pada Gambar 3.1. dijelaskan bahwa partikel-partikel berukuran besar


tertransport ke permukaan media berpori dan membentuk cake formation pada
bagian luarnya. Sementara itu, partikel-partikel yang berukuran kecil akan
bergerak melalui media berpori, menempel pada permukaan rongga pori bagian
dalam dan membentuk endapan-endapan yang menyumbat rongga pori tersebut.
b; Migrasi partikel partikel berukuran halus (fines)

Partikel-partikel

berukuran

halus

selama

penyumbatan

terjadi

kemungkinan berasal dari luar atau dalam media berpori itu sendiri. Partikel
partikel berukuran halus di dalam media berpori boleh jadi dimobilisasi oleh
perubahan komposisi kimia air. Kerusakan formasi sering disebabkan oleh
dispersi partikel-partikel clay berukuran halus saat salinitas air dalam media
berpori berkurang atau komposisi ion berubah. Dengan demikian, fluida apapun
yang mungkin bersinggungan dengan formasi produktif, seperti filtrat dari fluida
pemboran, fluida komplesi, fluida stimulasi dan lain sebagainya harus memiliki
komposisi ion yang tidak akan menimbulkan kerusakan formasi.
c; Pengendapan bahan kimia

Endapan-endapan padat yang berasal dari air asin atau crude oil di dalam
formasi dapat mengakibatkan kerusakan formasi saat padatan-padatan ini
menyumbat ruang-ruang pori. Umumnya endapan-endapan yang terbentuk dapat
berupa endapan senyawa inorganic yang berasal dari air asin atau jenis endapan
organic yang berasal dari minyak. Endapan-endapan ini dapat berubah terhadap
temperatur dan tekanan di sekitar lubang sumur atau akibat perubahan komposisi
fasa dari fluida yang diinjeksikan.
d; Pengaruh fluida

Kerusakan formasi dapat disebabkan oleh perubahan pada fluida itu


sendiri daripada perubahan pada permeabilitas batuan. Kerusakan yang
disebabkan oleh fluida juga berkaitan dengan perubahan pada viskositas semu dari

fasa minyak atau perubahan pada permeabilitas relatif. Jenisjenis kerusakan ini
dapat bersifat sementara karena fluida bersifat aktif dan secara teoritis semua
kerusakan ini dapat dihilangkan dari dinding lubang bor.
e; Pengaruh mekanis

Kerusakan formasi di sekitar lubang bor yang diakibatkan pengaruh


mekanis dapat berupa kerusakan fisik formasi atau kompaksi batuan. Sebagai
contoh, kerusakan fisik formasi yang ditimbulkan saat kegiatan perforasi atau saat
pemboran dalam kaitannya dengan kompaksi batuan.
f; Pengaruh biologis

Di beberapa sumur, khususnya sumur-sumur injeksi, rentan terhadap


kerusakan formasi dikarenakan kehadiran bakteri di sekitar lingkungan lubang
bor. Bakteri yang terinjeksi ke dalam formasi, khususnya bakteri anaerob dapat
berkembang biak dengan cepat di dalam formasi, kemudian menyumbat ruangruang pori dengan dirinya atau dengan endapan-endapan yang dihasilkan dari
aktivitas organisme biologis. Penurunan permeabilitas yang disebabkan oleh
bakteri dapat menjadi sangat signifikan karena injeksi bakteri yang terjadi secara
terus-menerus menurunkan permeabilitas dari zona-zona produktif yang tebal.
Oleh karena itu, cara terbaik untuk menanggulangi permasalahan ini adalah
melakukan treatment terhadap air injeksi dengan menggunakan bactericides.
3. Sumber Sumber Kerusakan Formasi Selama Pengoperasian Sumur
Secara umum, kerusakan formasi selama pengoperasiaan sumur dapat
bersumber dari kegiatan pemboran, komplesi, produksi maupun injeksi.
a; Kegiatan pemboran

Kerusakan formasi yang ditimbulkan dari proses pemboran merupakan


sumber kerusakan formasi yang paling umum dijumpai pada sumur-sumur
minyak maupun gas bumi. Kerusakan ini diakibatkan adanya invasi partikelpartikel fluida pemboran ke dalam formasi dan filtrat dari fluida pemboran itu
sendiri.
b; Kegiatan komplesi

Kerusakan formasi selama kegiatan well completion dapat disebabkan oleh


adanya invasi fluida komplesi ke dalam formasi, seperti saat penyemenan,
perforasi maupun stimulasi. Tujuan uatama dari penggunaan fluida saat komplesi
itu sendiri adalah mempertahankan tekanan agar tekanan di lubang bor lebih
tinggi dari formasi (overbalance), sehingga secara tidak langsung fluida komplesi
akan didesak masuk ke dalam formasi. Apabila fluida komplesi mengandung
padatan atau bahan-bahan kimia yang incompetible dengan formasi, maka
kerusakan formasi dapat terjadi. Oleh karena itu, untuk mencegah injeksi padatan
ke dalam formasi, Millhone (1982) merekomendasikan agar kandungan fluida
komplesi tidak lebih dari 2 ppm padatan berukuran kurang dari 2 m.
Pada proses penyemenan, filtrat semen berpotensi mengakibatkan
kerusakan pada formasi saat memasuki formasi. Hal ini dikarenakan umumnya
filtrat semen mengandung konsentrasi ion calcium yang tinggi yang berpotensi
menghasilkan endapan.
Untuk kegiatan perforasi, kerusakan formasi yang ditimbulkan umumnya
berasal dari penggunaan teknik overbalance dimana tekanan di lubang bor saat
perforasi dilakukan lebih tinggi dari tekanan formasi, sehingga untuk mengurangi
dampak kerusakan yang ditimbulkan dapat digunakan teknik underbalance
dimana tekanan di lubang bor saat perforasi dilakukan lebih rendah dari tekanan
formasi.
c; Kegiatan produksi

Kerusakan formasi selama kegiatan produksi dapat disebabkan oleh


migrasi partikel-partikel berukuran halus di dalam formasi atau endapan.
Kecepatan yang tinggi di dalam media berpori dekat lubang bor terkadang cukup
memobilisasi partikel-partikel berukuran halus yang pada akhirnya dapat
menyumbat rongga-rongga pori batuan. Umumnya, mobilisasi partikel-partikel
berukuran halus terjadi di hampir seluruh sumur produksi saat air mulai
terproduksi. Gambaran mengenai mobilisasi partikel-partikel berukuran halus
disebabkan pergerakan air dijelaskan oleh Muecke (1979) melalui Gambar 3.2.

Gambar 3.2.
Mobilisasi partikel partikel berukuran halus
disebabkan oleh pergerakan air
d; Kegiatan injeksi

Sumur-sumur injeksi rentan terhadap kerusakan formasi disebabkan oleh


adanya injeksi partikel-partikel padat, endapan-endapan kaitannya dengan air
formasi atau air injeksi yang incompetible maupun perkembangan bakteri.

3.5;Prosedur Pelaksanaan Acid Washing

Sebelum melaksanakan pengasaman, perlu diketahui tentang penempatan


fluida selama stimulasi pengasaman. Disini ada tiga tahap pemompaan fluida
selama pengasaman, yaitu preflush, fluida treatment, dan fluida overflush.
1; Pre-Flush

Fluida pre-flush harus dipompakan di depan larutan asam untuk


menghindari terjadinya kontak langsung antara asam dengan fluida formasi. Hal
ini dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan terbentuknya sodium dan

potassium fluosilicate sebagai reaksi antara asam dengan ion-ion yang ada.
Endapan tersebut terbentuk jika asam fluosilicate dan fluoaluminic bertemu
dengan potassium atau sodium yang terkandung dalam air formasi. Jenis-jenis
pre-flush yang dapat dipilih antara lain asam HCl, diesel, kerosene dan ammonium
chloride (NH4Cl).
2; Flush atau Fluida Main Treatment

Pada main treatment ini fluida dirancang untuk mengatasi kerusakankerusakan yang ada pada formasi. Fluida treatment yang dipakai dalam
pengasaman bergantung pada jenis batuan dan fluida reservoir yang akan
distimulasi.
3; Overflush

Fluida overflush digunakan untuk mendorong fluida treatment dalam


formasi. Fluida ini meyakinkan bahwa asam akan bereaksi di dalam formasi.
Fluida yang umum digunakan dalam overflush adalah NH4Cl, HCl solar dan
kerosene.
Pemilihan jenis asam yang akan digunakan harus memperhatikan
komposisi batuan pada formasi yang dimaksud, jenis fluida formasi, dan faktor
ekonomisnya. Hal ini dimaksudkan agar pengasaman dapat bermanfaat
sebagaimana mestinya dan tidak menimbulkan efek samping akibat adanya reaksi
antara asam dengan mineral-mineral penyusun batuan yang akan dapat
menyebabkan terbentuknya endapan baru setelah pengasaman.
3.6;

Prosedur Perhitungan
Sebelum menghitung proses pengasamannya, perlu dianalisa terlebih

dahulu performa dari sumur yang akan diasam, yaitu dengan menganalisa flow
effisiensi serta produktivitas formasi dari sumur tersebut sebelum dan sesudah
kegiatan pengasaman. Berikut langkah-langkah yang akan dilakukan
1; Analisa Flow Effisiensi

Untuk menghitung harga flow effisiensi perlu diketahui terlebih dahulu


harga PI ideal dan PI actual sebelum dilakukan pengasaman. Berikut langkah

perhitungannya.
Menghitung Productivity Index (PI) ideal menggunakan persamaan :
0.007082 k h
3
B0 0 ln ( r e /r w ) + S
4

PIideal =

............................................................(3-2)

Keterangan :
PIideal = Productivity index actual, bbl/day/psi
k

= Permeabilitas, mD

= Ketebalan formasi, ft

Bo

= Faktor volume formasi minyak, bbl/STB

= Viskositas,cp

re

= Jari-jari pengurasan, ft

rw

= Jari-jari sumur, ft

= Skin

Menghitung Produktivity Index (PI) actual menggunakan persamaan :


q
P pwf + Ps

PIactual =

.....................................................................(3-3)

Keterangan :
PIactual = Productivity index actual,bbl/day/psi
Q

= Laju produksi total,bbl/day

P*

= Pressure,psi

Pwf

= Tekanan alir dasar sumur, psi

Menghitung harga Flow Efficiency (FE) dengan membadingkan harga antara PI


actual dengan PI ideal berikut rumus perhitungannya :

FE =

Ideal drawdon
Actual drawdon

PrPwf '
Pr pwf

Keterangan : Pwf = Pwf + Pskin

= ..........................................(3-4)

Keterangan : Pskin = S

q
2 K h

2; Membuat kurva IPR dengan Metode Modifikasi Standing

Pembuatan grafik IPR dilakukan dengan menggunakan persamaan yang


diturunkan oleh Standing dari persamaan Vogel untuk FE 1.0
drawdown ideal PRPwf
FE
drawdown actual PRPwf

'

Pwf ' PR FE PR Pwf


Pwf ' Pwf
1 FE 1
PR PR
Pwf'
PR

1FEY

Keterangan :
Y 1

Pwf

Dengan Y

PR
Pwf
PR

'
'
qo Pwf Pwf
1 0.2 0.8
(qo max) FE 1 PR PR

1
FE

syarat : Pwf 0 dan

'

Setelah

Dimasukkan kedalam persamaan Vogel,

persamaannya menjadi :

Dengan

Pwf'
PR

1FEY mengganti

Maka persamaannya menjadi:

qo
2
1.8 FE Y 0.8 FE Y 2
(qo max) FE1.0

..................................................( 3-5)

3; Menghitung IPR harapan setelah dilakukan proses pengasaman washing

Setelah mengetahui harga IPR awal dari sumur tersebut, langkah


berikutnya adalah menghitung harga IPR harapan. Harga IPR harapan dihitung
dengan mengasumsi perubahan harga skin damage yang nantinya berkaitan
dengan harga permeabilitas skin (Ks) dan juga radius skin (rs). Perhitungan ini
dilakukan dengan mengasumsi jenis asam yang digunakan adalah Asam
Hydrochloric (HCl) dengan konsentrasi asam sebesar 15%.
Langkah perhitungan pertama adalah menghitung harga skin damage,
permeabilitas skin dan radius skin. Untuk dapat menghitung harga skin damage
yang akan diasam perlu dihitung harga skin perforasi terlebih dahulu. Harga skin
perforasi dapat dihitung dengan persamaan Saidikowski, berikut persamaannya :
Sp =

( hhpt 1) ln ( rwh t kkvh )

- 2 .............................................(3-6)

Keterangan :
Sp = Skin perforasi
ht = Tebal reservoir, ft
hp = Interval perforasi, ft
rw = Jari-jari sumur, ft
kh = Permeabilitas horizontal, mD
kv = Permeabilitas vertikal, mD
Setelah didapat harga skin perforasi, dapat dicari harga skin damage
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
St = Sp + Sd .....................................................................................(3-7)
Kemudian

harga

skin

damage

digunakan

untuk

mencari

harga

permeabilitas skin dan radius skin damage yang dapat dicari dengan metode trial
and eror dengan menggunakan persamaan Hawkins, berikut rumus persamaannya:
Sd =

( ksk 1) ln ( rwrs )

Keterangan :
k = Permeabilitas, mD

...................................................................(3-8)

rs = Radius skin damage, ft


ks = Permeabilitas skin, ft
rw = Jari-jari sumur, ft
Langkah berikutnya setelah mendapatkan parameter skin di atas adalah
membuat kurva IPR harapan dengan menggunakan metode Pudjo Sukarno.
4; Menghitung volume asam yang akan digunakan

Sebelum menghitung volume asam yang akan digunakan perlu diketahui


dulu beberapa parameter yang meliputi harga gradien rekah formasi, tekanan
rekah formasi, tekanan injeksi maksimum di permukaan, dan harga laju alir
maksimum.
1; Menentukan harga gradien rekah formasi

Dengan menggunakan Metode Gidley, William dan Schechter, persamaan


matematis yang digunakan untuk menentukan gradien rekah formasi yaitu :
Gf

(Gob )

P
..................................................................(3-9)
D

Keterangan :
Gf

= Gradien rekah formasi, psi/ft

= Konstanta, berkisar antara 0.33 0.55

Gob

= Gradien overburden, psi/ft

= Tekanan reservoir , psi

D
= Kedalaman, ft
Besarnya harga gradien overburden ditetapkan antara 1.0 hingga 1.2 psi/ft.
Jika kedalaman sumur kurang dari 10,000 ft, maka gradien overburden dianggap 1
psi/ft. Sedangkan jika kedalaman lebih besar dari 10,000 ft besarnya gradien
overburden berkisar antara 1.0 hingga 1.2 psi/ft.
2; Menentukan besarnya harga tekanan rekah formasi

Dengan diketahuinya harga tekanan rekah formasi, maka dapat diatur


berapa besar tekanan yang diperlukan untuk menginjeksikan asam agar tidak
terjadi rekahan pada formasi.
Besarnya harga tekanan rekah formasi dapat ditentukan berdasarkan harga

gradien tekanan rekah dengan menggunakan persamaan berikut :


Pf Gf D ......................................................................................(3-10)

Keterangan :
Pf
= Tekanan rekah formasi, psi
Gf
= Gradien rekah formasi, psi/ft
D

= Kedalaman sumur, ft

3; Penentuan laju injeksi asam maksimum di permukaan

Untuk menghitung besarnya laju injeksi larutan asam dapat digunakan


persamaan berikut.
Qmax =

4,917 x 106 k h( ( Gf xD )P r)
ln ( r e /r w )

................................................

(3.11)
Keterangan :
Qmax

= Laju injeksi maximum di permukaan, bbl/m

= Permeabilitas rata-rata, mD

= Ketebalan formasi, ft

Gf

= Gradien rekah formasi, psi/ft

= Kedalaman sumur, ft

Pr

= Tekanan reservoir, psi

= Viskositas asam, cp

re

= Jari-jari pengurasan, ft

rw

= Jari-jari sumur, ft

4; Penentuan volume injeksi asam

Untuk menentukan volume injeksi asam yang dibutuhkan, dapat dihitung


dengan menggunakan persamaan berikut.

V = 7,4805 h (rp - rw ) ......................................................... (3-12)


Keterangan :
V

= Volume larutan asam, gall

= Porositas batuan, fraksi

= Ketebalan perforasi, ft

rp

= Jari-jari penembusan asam, ft

rw

= Jari-jari sumur, ft

IV; KESIMPULAN SEMENTARA


1; Pengasaman

2;
3;

4;

5;

acid washing adalah operasi yang direncanakan untuk


menghilangkan endapan scale yang dapat larut dalam larutan asam yang
terdapat dalam lubang sumur, serta menstimulasi aliran hidrokarbon
Jenis-jenis acid yaitu Hydrochloric Acid (HCL), Hydroflouric Acid (HF) dan
Organic Acid seperti Acetic Acid (CH3COOH) dan Formic Acid (HCOOH)
Jenis-jenis additive yaitu Surfactant, Corrosion Inhibitor, Iron Control
Additive, Alcohol, Mutual Solvent, Clay Stabilizer, Diverting Agents,
Nitrogen dan Aromatic Solvent.
Parameter yang digunakan dalam acid waqshing yaitu Productivity Index (PI),
Skin Factor (S), harga Flow Effiniensi (FE) serta dari kurva Inflow
Performance Relationship (IPR).
Dalam proses evaluasi pengasaman washing ini harus ditempuh dengan cara
sesuai pada poin 3.6 mengenai prosedur perhitungan, sehingga data yang
dihasilkan valid.

DIAGRAM ALIR

Persiapan Proses Acid Washing

Validasi
Data

Data Sumur :
Jari- jari sumur
(rw)
Jari-jari
pengurasan (re)
Pressure (P)
Kedalaman (D)
Skin (S)
Ketebalan formasi
(h)
Gradien rekah

Data
Produksi :
Laju
produksi

Data Reservoir :
Permeabilitas
(k)
Viskositas ()
Porositas ()
Faktor volume
formasi minyak
(Bo)

Perhitungan perbandingan
parameter produksi (PI, FE, S, dan
IPR) sebelum dan sesudah acid
washing
Sasaran acid
washing

Analisa hasil
stimulasi

Kesimpulan

TIME SCHEDULE

Waktu yang ingin diajukan penulis dalam melaksanakan Tugas Akhir ini
kurang lebih selama dua bulan, yaitu tanggal 1 Desember 2015 31 Januari 2016, untuk

waktu yang lebih spesifik dapat disesuaikan dengan yang ada di perusahaan ataupun di
lapangan. Berikut rincian kegiatan selama Tugas Akhir di laksanakan :

WAKTU (BULAN)
No.

KEGIATAN

SEPTEMBER

OKTOBER

DESEMBER

JANUARI

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1.

Pengajuan Judul

2.

Flow Chart

3. Penyusunan Proposal
Pengajuan ke
4.
Perusahaan
5.
Pengambilan Data
Pengujian & Analisa
6.
Data
7.
Evaluasi Data
8.

Pembahasan

9.

Presentasi Hasil

DAFTAR PUSTAKA
Economides, Michael J., Reservoir Stimulation, Schlumberger, Texas,2000.
Guo, Boyun., Petroleum Production Engineering, Elsevier Science &
Technology Books, Lousiana, 2007.

Williams, Bert B., Acidizing Fundamentals , Society of Petroleum


Engineering of AIME, New York, 1979.

Anda mungkin juga menyukai