alaminya
sebelum
terjadi
kerusakan
formasi,
pengecilan
1. Acidizing
1.1. Pengertian dan Jenis Acidizing
Acidizing adalah salah satu proses perbaikan terhadap sumur untuk
menanggulangi atau mengurangi kerusakan formasi dalam upaya peningkatan laju
produksi
dengan
melarutkan
sebagian
batuan,
dengan
demikian
akan
memperbesar saluran yang tersedia atau barangkali lebih dari itu membuka
saluran baru sebagai akibat adanya pelarutan atau reaksi antara acid dengan
batuan. Stimulasi dengan acidizing dapat dilakukan dengan menggunakan tiga
metode yaitu :
1. Acid Washing
2. Acid fracturing
3. Matrix acidizing
Acid washing adalah operasi yang direncanakan untuk menghilangkan
endapan scale yang dapat larut dalam larutan asam yang terdapat dalam lubang
sumur untuk membuka perforasi yang tersumbat. Acid fracturing adalah
penginjeksian asam ke dalam formasi pada tekanan yang cukup tinggi untuk
merekahkan formasi atau membuka rekahan yang sudah ada. Aplikasi acid
fracturing ini hanya terbatas untuk formasi karbonat, karena jika dilakukan pada
formasi batu pasir dapat menyebabkan keruntuhan formasinya dan mengakibatkan
problem kepasiran. Matriks acidizing dilakukan dengan cara menginjeksikan
larutan asam dan additif tertentu secara langsung ke dalam pori-pori batuan
formasi disekitar lubang sumur dengan tekanan penginjeksian di bawah tekanan
rekah formasi, dengan tujuan agar reaksi menyebar ke formasi secara radial.
Pada intinya, acidizing adalah proses pelarutan material-material batuan
yang terdapat disekitar lubang tempat masuknya fluida reservoir ke dalam sumur
dengan menginjeksikan sejumlah asam ke dalam sumur atau lapisan produktif.
Acidizing ini digunakan untuk menghilangkan pengaruh kerusakan formasi
disekitar lubang sumur yaitu skin dengan cara memperbesar pori-pori batuan dan
melarutkan partikel-partikel penyumbat pori-pori batuan.
Kelarutan partikel-partikel batuan / efektivitas pengasaman tergantung dari
faktor-faktor yang mempengaruhi, diantaranya :
Gambar 1
Pengaruh Perbandingan Luas Volume Terhadap Laju Reaksi HCl-CaCO3
(Allen, T.O, Robert, A.P, Production Operations, Well Completion,
Workover and stimulation)
Gambar 1. terlihat pengaruh perbandingan luas-volume pada reaksi asam
HCl dengan CaCO3. Harga spesifik surface area semakin besar maka semakin
besar laju reaksi asam terhadap batuan sehingga spending time semakin kecil.
2. Tekanan
Diatas tekanan 750 psi, pengaruh zat lebih rendah pada reaksi antara acid
dengan batuan calcareous. Tetapi dibawah tekanan 750 psi, perubahan
tekanan banyak pengaruhnya, yaitu reaksi akan lebih cepat dengan
naiknya tekanan pada tekanan dibawah 750 psi.
Gambar 2
Pengaruh Tekanan Terhadap Waktu Reaksi dari HCl dan Batugamping
(......, Stimulasi Sumur, Penataran Teknik Produksi untuk Pertamina,
1987)
3. Temperatur
Semakin tinggi temperature, maka reaksi akan semakin cepat, tetapi perlu
diperhatikan bahwa semakin tinggi temperature, viskositas cairan akan
semakin kecil, dan berakibat terjadinya rekahan acid, juga korosi yang
kemungkinan besar bisa terjadi.
Gambar 3
Pengaruh Temperatur Terhadap Laju reaksi HCl-CaCO3
(Allen, T.O, Robert, A.P, Production Operations, Well Completion,
Workover and stimulation)
4. Konsentrasi acid
Semakin kuat konsentrasi acid, maka semakin lama reaksi berlangsung
sehingga kecepatan reaksi juga akan berlangsung lebih cepat.
Gambar 4
Pengaruh Konsentrasi Asam Terhadap Laju Reaksi HCl-CaCO3
(Allen, T.O, Robert, A.P, Production Operations, Well Completion,
Workover and stimulation)
5. Kecepatan aliran
Kenaikan kecepatan aliran umumnya menurunkan waktu kontak acid
dengan batuan yang berakibat tidak seluruh acid bereaksi dengan batuan
yang dilalui. Akibatnya acid akan semakin jauh masuk ke dalam formasi.
6. Komposisi batuan
Komposisi batuan secara fisik banyak pengaruhnya terhadap reaksi. Batu
gamping umumnya lebih cepat bereaksi dengan HCl disbanding dolomite.
Formasi karbonat sering terdiri dari batugamping dan dolomite juga
mineral-mineral lain yang tidak larut. Semakin lambat reaksi berlangsung,
maka semakin baik hasil reaksi.
1.2. Jenis-jenis Acid
Pertimbangan utama dalam pemilihan jenis asam adalah kesesuaiannya
dengan batuan dan fluida formasi. Bila asam tidak sesuai dengan formasi maka
treatment akan gagal atau bahkan mengakibatkan kerusakan formasi lebih lanjut.
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan jenis asam ini,
yaitu :
a. Konsep Dasar
Konsep dasar ini pada dasarnya membahas mengenai jenis dan lokasi
kerusakan. Jenis material penyebab kerusakan mambutuhkan jenis asam
tertentu untuk melarutkannya, sedangkan lokasi kerusakan berpengaruh dalam
penentuan kekuatan asam, karena asam harus mencapai lokasi keruskan
dengan kondisi yang diinginkan walaupun kualitas asam telah berubah akibat
pengaruh mineral-mineral batuan yang dilewatinya dari lubang sumur hingga
lokasi kerusakan.
b. Kriteria Mineralogi
Formasi yang sensitif akan mengalami kerusakan akibat reaksi-reaksi
kimia yang terjadi antara asam injeksi dengan mineral-mineral batuan formasi
maupun unsur-unsur dalam air formasi. Sensitivitas suatu formasi sangat
dipengaruhi oleh kereaktifan seluruh mineral-mineral batuan terhadap asam
250 F. Oleh karena itu agar temperatur tidak melebihi tingkat korosifitasnya,
maka pada penggunaan asam HCl biasanya ditambahkan additif yaitu corrosion
inhibitor sebagai pencegah korosi. Reaksi yang terjadi antara asam HCl dengan
beberapa mineral batuan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1
Reaksi Antara HCl Dengan Beberapa Mineral Batuan
(Doherty, Henry L., Acidizing Fundamentals, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)
Calcite/limestone
2HCl + CaCO3
4HCl + CaMg(CO3)2
2HCl + FeCO3
sulfide
2HCl + FeS
6HCl + Fe2O3
Tabel 2
Reaksi Antara HF Dengan Beberapa Mineral Batuan
(Doherty, Henry L., Acidizing Fundamentals, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)
Calcite/limestone
2HF + CaCO3
Dolomite
4HF + CaMg(CO3)2
Silicat/feldspar
8HF + Na4SiO4
H2SiF6
SiF4
Kaolinite
Waktu reaksi lebih lambat sehingga jumlah batuan per volume yang dapat
bereaksi lebih banyak.
1. Cationic
bermuatan positif
2. Anionic
bermuatan negatif
3. Non-ionic
tidak bermuatan
4. Amphoteric
Kempat kategori di atas terdiri dari dipolar. Setiap surfactant terdiri dari
water soluble hydrophylic group dan oil soluble lipophilic group. Water soluble
dapat mengandung muatan ion sehingga dapat dibagi menjadi empat macam
kategori di atas.
Anionic
Cationic
Gambar 5
Orientasi Muatan Pada Surfactant Anionic dan Cationic
Serta Sifat Wettingnya
d. Retarder Agent
Additif retarder agent digunakan untuk mengontrol laju reaksi asam
sehingga spending timenya menjadi lebih lama. Additif ini diperlukan
terutama jika volume asam yang digunakan besar dan sumur relatif dalam.
1.3.2. Corrosion Inhibitor
Corrosion Inhibitor adalah campuran dari beberapa persenyawaan termasuk
quaternary amines, acetylenic, alcohols, methanol, dan surfactant. Kebanyakan
corrosion inhibitor adalah cationic (membuat batugamping menjadi bersifat water
wet).
Corrosion inhibitor merupakan additif yang selalu digunakan dalam setiap
operasi pengasaman, dengan mengingat kondisi asam yang korosif terhadap
peralatan logam. Dengan adanya corrosion inhibitor, walaupun tidak bisa 100%
menghilangkan korosi, tetapi dapat mengurangi laju korosi hingga batas yang
dapat ditolerir. Corrosion inhibitor mengurangi laju korosi dengan cara
membentuk lapisan film ujungis di permukaan peralatan logam tubing atau casing.
Dengan adanya lapisan ini, dapat dicegah reaksi penembusan asam terhadap
logam sehingga laju korosi terhambat.
Kesesuaian antara corrosion inhibitor dengan additif lain perlu diperhatikan.
Ketidaksesuaian dapat menimbulkan masalah merugikan yang tidak diinginkan
seperti misalnya terjadi reaksi yang menghasilkan pengendapan. Fluida corrosion
inhibitor biasanya cenderung terpisah dari fluida asam. Pemisahan akan dapat
dilihat pada permukaan fluida asam yang telah didiamkan sekitar 15 menit berupa
lapisan film berminyak dan berwarna gelap. Karena itu pencampurannya harus
selalu dilakukan pengadukan agar tidak terpisah dari asam.
1.3.3. Iron Control Additive
Pada semua projek pengasaman, besi di pipa atau di formasi akan terlarut.
3+
Jika besinya Fe , maka bisa menyebabkan kerusakan formasi jika asam telah
3+
sebagai ferric hydroxide, Fe(OH)3, suatu gel sangat kental yang akan
mengakibatkan kerusakan formasi. Kebanyakan ion besi di asam adalah Fe2+
(ferrous) dan ini akan mengandap jika pH > 7 atau pH = 7. Dalam kebanyakan
pengasaman, harga 7 dan ke atas ini tidak akan pernah dicapai oleh spent acid
maupun fluida formasinya, sehingga ferrous cukup aman.
Ada tiga cara untuk mengontrol pengendapan ferric oxide, yaitu sebagai
berikut :
1. Mengontrol pH agar tetap di bawah 2.2
2. Menggunakan sequestering agent yang akan membuuat produk yang terlarut
di dalam air.
3. Menggunakan reducing agent untuk merubah ferric ke ferrous.
Ketiga metode ini tidak dapat dipakai secara kombinasi tetapi masingmasing mempunyai keuntungan tersendiri tergantung situasinya.
1.3.4. Alcohol
Alcohol digunakan untuk membantu meningkatkan effisiensi pembersihan
sumur pada operasi pengasaman untuk sumur gas. Alcohol dan campuran antara
alcohol-asam mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah daripada
campuran asam. Alcohol yang biasa digunakan konsentrasinya berkisar antara 5
50% volume. Hal ini memudahkan sumur dengan tekanan dasar sumur yang
rendah untuk mendorong keluar fluida treatmen dari lubang sumur. Untuk sumur
dengan formasi yang sensitif terhadap air, alcohol dapat digunakan untuk
menggantikan sebagian air pada campuran asam, sehingga penggunaan air dapat
dikurangi. Alcohol yang paling banyak digunakan adalah methanol. Pada
temperatur dingin methanol dapat ditambahkan dalam asam utnuk menurunkan
titik beku asam.
1.3.5. Mutual Solvent
Umumnya mutual solvent digunakan pada saat after flush (overlfush) di
belakang campuran HF-HCl. Fungsinya adalah untuk membersihkan formasi dari
sisa-sisa pengasaman. Dalam operasi pengasaman yang banyak digunakan yaitu
kerosene, dll.
Menjadikan formasi basah air. Butiran basah air untuk
Kegunaan
Penggunaan
atau gas.
Dalam preflush HCl atau treatmen mud acid.
Bersama demulsifier untuk membentu memecahkan emulsi.
Konsentrasi
Kerugian
2 10 % volume.
Masalah jika digunakan konsentrasi yang lebih tinggi.
untuk mengatasi masalah migrasi clay. Clay stabilizer tidak perlu digunakan
kecuali memang diperlukan yang didasarkan pada hasil pengujian di laboratorium
atau
berdasarkan
pengalaman
sebelumnya
yang
menunjukkan
perlunya
sealer digunakan pada cased hole completion untuk memblok sementara lubang
perforasi permeabilitas tinggi. Bola-bola ditempatkan di perforasi karena
pengaruh differential pressure antara bola dengan perforasi. Dan jika treatmen
telah selesai dilakukan, bola-bola akan lepas dengan sendirinya dan setelah
dilakukan pembersihan sumur siap diproduksikan.
Tabel 4
Pemilihan dan Penggunaan Diverting Agent
(Tjondrodiepoetro, Bambang.diktat kursus stimulation (acidizing and
hydraulic fracturing))
Jenis Diverter
Rock Salt
Benzoic Acid
Flakes (BAF)
Wax Beads
(Unibeads)
Oil Soluble
Resin (OSR)
Terlarut
Sumur
Tempat
Air,
Minyak1
Formasi
Air garam,
Gas1
Perforasi
HCl dilute
Injeksi
Perforasi
Air
Minyak
Formasi
Air garam,
Injeksi
Perforasi
Minyak
Gas1
Perforasi
Minyak
Minyak
Formasi
di
Minyak
Ball Sealers
(tak
mengapung)
Ball Sealers4
(mengapung)
Minyak
Gas3
Minyak
Gas
Formasi
Perforasi
Minyak
-
Gas
Perforasi
Injeksi
Minyak
Foam
Gas
Injeksi
Formasi
1.3.8. Nitrogen
Nitrogen sering dipakai pada proses pengasaman. Pertama untuk foaming
acid, kedua untuk enersi clean up pada reservoir bertekanan rendah, dan ketiga
sebagai sumber gas bagi foam untuk diverter. Selain itu, nitrogen kadang
digunakan untuk sumber gas lift sementara.
Foaming acid digunakan pada acid fracturing dimana viskositas foam
membantu membuat rekahan dan sebagai retarder acidnya. Foamed acid tidak
boleh dipakai untuk matrix acidizing karena viskositas foamed acid lebih besar
dari abiasa, maka bisa terjadi fracture. Dengan adanya fracture, maka semua asam
akan masuk ke rekahan.
1.3.9. Aromatic Solvent
Formasi dengan minyak berat, sludge (gumpalan atau endapan), asphalt dan
scale berlapis minyak perlu digunakan aromatic solvent untuk melarutkannya agar
kerja asam lebih baik lagi.
Solvent digunakan sebagai preflush atau pendispersi dalam fluida asam
treatment untuk melarutkan hidrokarbon sehingga asam dapat bereaksi dengan
material formasi atau materail asing penyumbat pori.
Aromatic solvent yang umum digunakan yaitu xylene dan toluene. Jenis lain
seperti A-Sol, N.L.Chekersol, Paravan G-15 dan Torgan. Kesemua jenis solvent
ini memberikan fungsi yang sama untuk menghilangkan lapisan hidrokarbon.
Tabel 5
Aplikasi Aromatic Solvent
(Tjondrodiepoetro, Bambang.diktat kursus stimulation (acidizing and
hydraulic fracturing))
Produk
Aplikasi
Melarutkan segala endapan hidrokarbon seperti sludge, asphaltenes,
Xylene
Toluene
A-Sol Solvent
N.L.
Checkersol
Paravon G-5
Targon
bersamaan
dengan
aromatic
solvent
untuk