Anda di halaman 1dari 57

PERTEMUAN 9

DEFINISI STIMULASI
STIMULASI
Stimulasi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan terhadap sumur
dengan tujuan meningkatkan laju produksi dengan jalan
memperbaiki dan atau meningkatkan harga permeabilitas batuan.
Ada dua cara untuk memperbaiki permeabilitas, yaitu :
 Acidizing
 Hydraulic Fracturing
DEFINISI ACIDIZING
ACIDIZING

Adalah pekerjaan yang dilakukan untuk menanggulangi kerusakan


formasi/meningkatkan kemampuan formasi yaitu dengan
menginjeksikan asam ke formasi untuk melarutkan partikel-partikel
penyumbat pori atau meningkatkan permeabilitas batuan dengan
harapan laju produksi kembali meningkat.
KERUSAKAN
FORMASI
IDENTIFIKASI KERUSAKAN FORMASI

Kerusakan formasi dapat diidentifikasi dengan Well Test yaitu


dengan :

 Pressure Build-up Test


 Pressure Drawdown Test

Selain itu juga dilakukan analisa air formasi untuk mengetahui


kecenderungan terbentuknya scale dari air formasi.
Dari well Test ini kita dapatkan informasi yaitu :
Permeabilitas formasi (kf)
162.6  q    o
k
mh

Harga Skin Faktor


 P1jam - Pwf k 
S  1.151  - log  3.23 
 m   C t rw 2


Penurunan tekanan karena adanya skin (∆Ps)


Pskin  0.87 m S
PROBLEM SCALE
Air formasi terdiri dari kation dan anion dimana keduanya terlarut
dalam air membentuk senyawa yang mengakibatkan terjadinya
proses kelarutan (solubility).

Proses terlarutnya ion-ion dalam air formasi dipengaruhi oleh


tekanan, temperatur serta waktu kontak.

Air mempunyai batas kemampuan dalam mempertahankan


senyawa ion-ion tersebut agar tetap dalam larutan sampai pada
tekanan dan temperatur tertentu.
Gambar Scale CaCO3 di Tubing
IDENTIFIKASI SCALE
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi problem scale salah
satunya adalah dengan menghitung Scaling Index, dengan metode
Stiff & Davis.
Persaman :
SI  pH - K  pCa  PAlk
Keterangan :
SI = Scaling Index
K = konstanta yang merupakan fungsi dari kadar garam,
konsentrasi dan temperatur (dari grafik)
pH = pH air sebenarnya
pCa = 
4.5977 - 0.4327 ln Ca 2

pAlk = 
4.8139 - 0.4375 ln CO 3
2
 HCO 3 

Jika SI > 0 maka larutan kelewat jenuh dan scale cenderung


terbentuk.

Jika SI < 0 maka sistem berada pada keadaan dibawah


kondisi jenuh sehinga scale cenderung tidak terbentuk.

Jika SI = 0, maka sistem berada pada kondisi stabil


(setimbang).
JENIS ACIDIZING
Matrix Acidizing
Adalah proses penginjeksian asam kedalam formasi produktif pada
tekanan dibawah tekanan rekah formasi dengan tujuan agar reaksi
dapat menyebar secara radial.
Acid Fracturing
Adalah proses pelarutan yang bertujuan memperbesar rekahan
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas. Acid Fracturing ini
hanya dapat diterapkan pada batugamping dan dolomit.
Acid Washing
Adalah proses untuk menghilangkan endapan scale yang terdapat
di pipa atau di perforasi dengan menempatkan asam di posisi scale
dan dibiarkan bereaksi.
MATRIX ACIDIZING

 Asam diinjeksikan dibawah tekanan rekah formasi

 Matriks aicidizing efektif digunakan bila terdapat kerusakan


formasi.

 Pengasaman pada batupasir bertujuan untuk menghilangkan


skin damage
ACID FRACTURING

 Asam diinjeksikan diatas tekanan rekah formasi

 Hanya dilakukan pada reservoir batugamping

 Acid fracturing baik dilakukan pada formasi yang memiliki


permeabilitas alami kecil.
ACID FRACTURING

 Metode ini dapat digunakan untuk menghilangkan kerusakan


formasi juga dapat untuk meningkatkan permeabilitas formasi
yang tidak mengalami kerusakan.
ACID FRACTURING

 Prinsip dasar acid fracturing sama dengan hydraulic fracturing,


bedanya adalah bagaimana konduktivitas rekahan itu dibuat
dan bagaimana cara mempertahankan agar rekahan itu tetap
terbuka.
ACID WASHING

Acid washing adalah proses untuk menghilangkan endapan scale


yang terdapat di peralatan produksi dan di perforasi dengan
menempatkan asam di posisi scale berada dan membiarkan
bereaksi
POKOK – POKOK PENGASAMAN

1. Mineralogi Batuan

2. Jenis asam yang digunakan

3. Konsentrasi asam

4. Jumlahnya.
Pengasaman harus menghilangkan kerusakan formasi
tanpa menimbulkan kerusakan lain di formasi;

Oleh karena itu diperlukan pemahaman tentang


mineral batuan.
Tingkat keberhasilan pengasaman:

Batupasir : Kurang dari 70%

Karbonat : lebih dari 90%


Jenis clay dan lokasinya didalam formasi

akan menentukan keberhasilan

pengasaman
 Sandstone dengan Calcite > 20% dapat
rusak jika diasam dengan mud acid.

 Formasi dengan kadar chlorite diatas 10%


dapat rusak karena HCl 15%.

 Clay di matrix lebih stabil dibandingkan


dengan yang ada di pori.
 Clay di matrix tidak menyebebkan
kerusakan formasi yang besar.

 Mineralogi batuan karbonat lebih sederhana


dibandingkan batupasir

 Jangan menggunakan HF didalam formasi


karbonat karena reaksi antara HF dengan Ca
akan mengendapkan CaF2.
JENIS ACID
ACID YANG DIGUNAKAN DI BATUAN
KARBONAT
 Asam yang digunakan adalah Hydrochloric Acid (HCl), Acetic
Acid (CH3COOH), dan Formic Acid (HCOOH)

 Konsentrasi HCl yang biasa digunakan adalah 15%, untuk


membersihkan tubing sekitar 5%. Konsentrasi HCl >15%
disebut “asam konsentrasi tinggi”.

 Konsentrasi acetic yang biasa digunakan adalah 10%. Manfaat


lainnya adalah sebagai fluida perforasi pada sumur karbonat,
secara alami mengurangi timbulnya unsur besi.

 Konsentrasi formic yang biasa digunakan adalah 9-10%.


 Asam acetic dan formic umumnya digunakan pada temperatur
yang tinggi karena tidak begitu korosif dibanding HCl, juga
untuk kedalaman yang sangat dalam.

 Urutan kekuatan reaksinya adalah HCl > Formic > Acetic

 Campuran Formic – Acetic akan sukses diaplikasikan pada


temperatur tinggi dimana dibutuhkan reaksi yang lebih lambat
dan penetrasi asam pada kedalaman yang lebih dalam.
Hydrochloric Acid (HCl)

Merupakan jenis asam yang paling sering digunakan. Umumnya


konsentrasi yang digunakan adalah 15 % HCl (untuk batugamping
dan dolomite), sedangkan untuk batupasir konsentrasi yang
digunakan adalah 5 – 7% HCl.

KEUNTUNGAN KEKURANGAN
 Daya reaksi yang cukup  Memiliki sifat korosif yang
tinggi terhadap tinggi, terutama pada
batugamping dan dolomite. temperatur diatas 250˚
 Harganya relatif lebih
murah dibanding dengan
asam jenis lain.
Agar temperatur tidak melebihi tingkat korosifitasnya, pada
penggunaan HCl biasanya ditambahkan additif yaitu
Corrosion Inhibitor. Berikut adalah reaksi antara HCl dengan
beberapa mineral batuan :

Calcite/limestone
2HCl + CaCO3 → CaCl2 + CO2 + H2O
Dolmite
4HCl + CaMg(CO3)2 → CaCl2 + MgCl2 + CO2 + H2O
Siderite
2HCl + FeCO3 → FeCl2 + CO2 + H2O
Ferrous sulfide
2HCl + FeS → FeCl2 + H2S
Ferric oxide
6HCl + Fe2O3 → 2FeCl3 + 3H2O
ACID YANG DIPAKAI DI BATUPASIR

 Asam yang biasa digunakan adalah Hydrochloric Acid


(HCl), Acetic (CH3COOH), Formic (HCOOH), dan
Hydrofluoric Acid (HF).
 HF lebih umum digunakan dikombinasikan dengan HCl. HF
tidak pernah dipompakan sendiri tapi dikombinasikan
dengan organik acid, acetic, atau formic.
GELLED ACIDS
 Gelled Acids merupakan asam yang berbentuk gel yang
berguna untuk memperlambat laju reaksi asam.

 Perlambatan yang dihasilkan oleh asam ini yaitu dengan cara


peningkatan viskositas fluida asamnya.

 Peningkatan viskositas cenderung membatasi asamnya


bergerak ke dalam pori-pori yang lebih besar sehingga
penetrasinya lebih jauh.
 Gelling agent yang biasanya digunakan adalah polymer yang
dapat larut dalam air dan penggunaannya terbatas pada
formasi dengan temperatur yang rendah karena kebanyakan
gelling agent akan terurai secara cepat dalam larutan asam
pada temperatur lebih dari 130oF.

 Asam ini diatur agar bentuk gel nya dapat rusak dengan
sendirinya dalam formasi karena jika bentuk gelnya setelah
acidizing belum rusak sepenuhnya, maka gel tersebut dapat
menimbulkan kerusakan.
JENIS ACID
ADDITIVE
ADDITIF UNTUK
ACIDIZING
1. Surfactant
2. Aromatic Solvent
3. Alcohol
4. Clay Stabilizer
5. Corrosion Inhibitor
6. Mutual Solvent
7. Nitrogen
8. Diverting Agent
SURFACTANT
Berfungsi sebagai :
 Emulsifiers dan Non-emulsifiers (membuat dan mencegah
emulsi)
 Emulsion breakers (pemecah emulsi  5%)
 Antisludging agents (sebagai stabilizer pencegah
terbentuknya sludge. Konsentrasi yang umum digunakan
0.1-1 %.)
 Wetting agents
 Foaming agents
 Interfacial tension reducers (merubah tegangan pemukaan
 0.05%)
SURFACTANT

Dari fungsinya tersebut, kegunaan surfactants dalam acidizing yaitu


mempercepat pembersihan, mencegah sludge (lumpur) dan emulsi pada
formasi, membuat formasi menjadi water wet, dan meningkatkan aliran
minyak dan gas.
Surfactan dapat dibagi menjadi empat kategori
berdasarkan muatan ionnya, yaitu :
1. Cationic bermuatan positif
2. Anionic bermuatan negatif
3. Non-ionic tidak bermuatan
4. Amphoteric muatan tergantung PH dari sistem
Water soluble Oil soluble
Group Group

Molekul Surfactan
Orientasi Muatan Pada Surfactant
Anionic dan Sifat Wettingnya
Orientasi Muatan Pada Surfactant
Cationic dan Sifat Wettingnya
AROMATIC SOLVENT
 Solvent digunakan sebagai preflush atau pendispersi dalam
fluida asam untuk melarutkan hidrokarbon sehingga asam
dapat bereaksi dengan material formasi atau partikel
penyumbat pori.
 Formasi dengan minyak berat, sludge (gumpalan atau
endapan), asphalt dan scale berlapis minyak perlu digunakan
aromatic solvent untuk melarutkannya agar kerja asam lebih
baik lagi.
 Aromatic solvent yang umum digunakan yaitu xylene dan
toluene. Jenis lain seperti A-Sol, N.L.Chekersol, Paravan G-15
dan Torgan.
Aplikasi Aromatic Solvent

Produk Aplikasi
Melarutkan segala endapan hidrokarbon seperti
sludge, asphaltenes, oily coatings. Digunakan
Xylene untuk preflush pada pengasaman. Dengan
Toluene penambahan surfactant bisa larut di asam.
Pembersih perforasi dan batuan yang dilapisi
minyak sehingga asam bisa bereaksi.
Campuran bermacam alcohol dan membantu
pengasaman dengan membersihkan lapisan
(coating) hidrokarbon, menurunkan surface
A-Sol
tension, dan membuat formasi water wet.
Solvent
Tergantung jenisnya sampai 80 % volume bisa
dipakai di HCl, juga bisa dipakai sendiri sebagai
preflush.
Aplikasi Aromatic Solvent

Produk Aplikasi
Tersebar di asam. Digunakan dengan sekaligus
N.L. pada asamnya untuk melarutkan coating
Checkers hidrokarbon dan scale dan material lain yang
ol akan bereaksi dengan asam. Maksimum 5 %
volume.

Dapat dipakai di asam maksimum 5 % volume


Paravon atau sebagai additif untuk menggiatkan
G-5 kelarutan xylene dan toluene.
Digunakan untuk menghilangkan asphalthene
Targon dan deposit minyak. Dipompa sebagai preflush.
Konsentrasi 5 % volume.
ALCOHOL

 Berfungsi meningkatkan efisiensi pembersihan sumur pada


operasi pengasaman untuk sumur gas. Alcohol dan campuran
antara alcohol-asam mempunyai tegangan permukaan yang
lebih rendah dari campuran asam. Konsentrasi yang biasa
digunakan berkisar 5 - 50% volume.
CLAY STABILIZER

 Digunakan untuk meminimalkan kerusakan formasi akibat


pengembangan lempung (clay swelling).

 Clay stabilizer yang digunakan dalam pengasaman adalah


polyamines, cationic organic polymer dan cationic surfactant.

 Clay stabilizer tidak perlu digunakan kecuali memang


diperlukan yang didasarkan pada hasil pengujian di
laboratorium atau berdasarkan pengalaman sebelumnya yang
menunjukkan perlunya penggunaan material ini.
CORROSION INHIBITOR
 Berfungsi meminimalisir terjadinya korosi pada peralatan
akibat konsentrasi asam yang cukup tinggi dengan cara
membentuk lapisan film tipis di permukaan peralatan logam.

 Fluida corrosion inhibitor biasanya cenderung terpisah dari


fluida asam. Pemisahan akan dapat dilihat pada permukaan
fluida asam yang telah didiamkan sekitar 15 menit berupa
lapisan film berminyak dan berwarna gelap.
MUTUAL SOLVENT
1. Meminimalisir adsorpsi oil-wetting surfactant pada
padatan formasi.
2. Mengurangi tegangan permukaan antara minyak dan air.
3. Bertindak sebagai pelarut untuk melarutkan minyak dalam
air.
4. Bertindak sebagai deterjen yang mampu menghilangkan
material oil wet dari permukaan.
5. Meningkatkan kerja surfactant dan emulsifiers dalam kontak
dengan material formasi
6. Menurunkan emulsifikasi dan mempercepat pembersihan dalam
acidizing pada batu pasir.
7. EGMBE digunakan sebagai preflush dan bertindak sebagai
pembersih dan oil remover untuk meningkatkan efektivitas
stimulasi.
NITROGEN
 Sebagai foaming acid pada acid fracturing dimana viskositas
foam membantu membuat rekahan dan sebagai retarded
acidnya.

 Sebagai energi clean-up pada reservoir bertekanan rendah.

 Sebagai sumber gas bagi foam untuk diverter.


DIVERTING AGENTS
 Fungsi diverting agents adalah untuk memblok sementara saluran
perforasi pada saat asam sedang masuk ke lubang perforasi yang
lain. (Dengan kata lain diverting agents digunakan untuk
mengontrol asam agar dapat masuk ke zona yang dituju).

 Material diversi yang digunakan antara lain ball sealer,rock salt,


benzoic acid flake, wax bead dan oil soluble resin.

 Jenis diverting agents yang paling banyak digunakan adalah ball


sealer dan coiled tubing.
Contoh Diverting Agents

Disadur dari www.stimlab.com

Ball Sealers Packer (Coiled Tubing)


Pemilihan dan Penggunaan Diverting Agent

Jenis Diverter Terlarut di Sumur Tempat

Air, Minyak Formasi


Rock Salt Air garam, Gas Perforasi
HCl dilute Injeksi Perforasi
Air Minyak Formasi
Benzoic Acid
Air garam, Injeksi Perforasi
Flakes (BAF)
Minyak Gas Perforasi
Wax Beads
Minyak Minyak Formasi
(Unibeads)2
Pemilihan dan Penggunaan Diverting Agent

Oil Soluble Minyak


Minyak Formasi
Resin (OSR) Gas
Ball Sealers
Minyak
(tak - Perforasi
Gas
mengapung)
Minyak
Ball Sealers4
- Gas Perforasi
(mengapung)
Injeksi
Minyak
Foam - Gas Formasi
Injeksi

Anda mungkin juga menyukai