Anda di halaman 1dari 44

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengenalan terhadap bahan kimia merupakan hal yang sangat penting


dan suatu keharusan bagi siapa saja yang berada dalam lingkungan bahan
kimia baik itu di labolatorium maupun didalam gudang/penyimpanan bahan
kimia, dan atau area yang memiliki kontak langsung dengan bahan kimia.

Perlu diketahui bahwa ada begitu banyak jenis bahan kimia dengan
berbagai klasifikasi menurut wujudnya, yaitu ada cair, padat, dan gas. Sifat
fisik dan kimia serta kegunaan bahan tersebut. Oleh karena itu seseorang harus
mengetahuinya sebelum melakukan praktek agar tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan.

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui sifat-sifat bahan kimia
2. Mengetahui kegunaan bahan kimia
3. Mengetahui klasifikasi bahan kimia menurut wujudnya

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Bahan kimia merupakan suatu zat atau senyawa dapat berwujud


padar, cair atau gas dan berdasarkan komponen penyusunnya berbentuk
tunggal atau campuran yang berasal dari alam maupun hasil proses produksi.

Beberapa hal yang harus diketahui adalah wujud, warna, bentuk, bau,
kelarutan, sifat serta kegunaan dari bahan kimia tersebut.

2.2 Macam-Macam Bahan kimia

1. Asam Klorida (HCl)

Asam Klorida dengan rumus kimia HCl mempunyai nama lain yaitu
hydrochloric acid, muriaric acid, hydrogen chloride.

Sifat fisik asam klorida, seperti titik didih dan leleh, rapat jenis, dan pH,
tergantung pada konsentrasi atau molaritas HCl dalam larutan akuatik.
Mereka berkisar dari konsentrasi yang sangat rendah mendekati 0% HCl
hingga angka untuk asam klorida pekat berasap yaitu lebih dari 40%
HCl.

Asam klorida sebagai campuran dua bahan antara HCl dan H2O
mempunyai titik didih-konstan azeotrop pada 20,2% HCl dan 108,6 °C
(227 °F). Asam klorida memiliki empat titik eutektik kristalisasi-konstan,

2
berada di antara kristal HCl·H2O (68% HCl), HCl·2H2O (51% HCl),
HCl·3H2O (41% HCl), HCl·6H2O (25% HCl), dan es (0% HCl).
Terdapat pula titik eutektik metastabil pada 24,8% antara es
dan kristalisasi dari HCl·3H2O.Sifat kimia HCl adalah asam monoprotik,
yang berarti bahwa HCl dapat terdisosiasi (terionisasi) melepaskan satu
H+ (sebuah proton tunggal) hanya sekali. Dalam larutan asam klorida,
H+ ini bergabung dengan molekul air membentuk ion hydronium : HCl
+ H2O → H3O+ + Cl−

Ion lain yang terbentuk adalah ion klorida, Cl−. Asam klorida oleh
karenanya dapat digunakan untuk membuat garam klorida,
seperti natrium klorida. Asam klorida adalah asam kuat karena ia
terdisosiasi penuh dalam air.

Asam monoprotik memiliki satu tetapan disosiasi asam, Ka, yang


mengindikasikan tingkat disosiasi zat tersebut dalam air. Untuk asam
kuat seperti HCl, nilai Ka cukup besar. Beberapa usaha perhitungan
teoretis telah dilakukan untuk menghitung nilai Ka HCl. Ketika garam
klorida seperti NaCl ditambahkan ke dalam larutan HCl, ia tidak akan
mengubah pH larutan secara signifikan. Hal ini mengindikasikan bahwa
Cl− adalah basa konjugat yang sangat lemah dan HCl secara penuh
berdisosiasi dalam larutan tersebut. Untuk larutan asam klorida sedang
hingga pekat, asumsi bahwa molaritas H+ sama dengan molaritas
(satuan konsentrasi) HCl cukuplah baik, dengan ketepatan mencapai
empat digit angka bermakna.

Identifikasi HCl merupakan cairan tidak berwarna, berbau tajam seperti


klorin, merupakan asam kuat, pada suhu kamar HCl berbentuk gas tidak
berwarna, berasap, racun bagi pernafasan, merupakan oksidator kuat,
dapat bereaksi dengan logam golongan utama maupun logam treansisi,
sangat korosif, dan larut dalam alkali hidroksida,kloroform,dan eter.

Kegunaan HCl yaitu Asam klorida digunakan untuk sejumlah besar


aplikasi skala kecil, seperti pengolahan kulit, pemurnian garam dapur,

3
pembersih rumah tangga, dan konstruksi bangunan. Produksi
minyak dapat dirangsang dengan menyuntikkan asam klorida ke dalam
formasi batuan sumur minyak, melarutkan sebagian dari batu, dan
menciptakan struktur berpori besar. Pengasaman sumur minyak adalah
proses umum dalam industri produksi minyak laut utara.

Asam klorida telah digunakan untuk melarutkan kalsium karbonat, yaitu


hal-hal seperti membersihkan kerak pada ketel dan untuk membersihkan
lumpang pada pembuatan bata. Namun, ini merupakan cairan berbahaya
yang harus digunakan dengan hati-hati. Ketika digunakan pada
pembuatan bata reaksi dengan mortar hanya berlangsung sampai semua
asam habis dikonversi, menghasilkan kalsium klorida, karbon dioksida,
dan air : 2HCl + CaCO3 → CaCl2 + CO2 + H2O

Banyak reaksi kimia yang melibatkan asam klorida diterapkan dalam


produksi makanan, bahan makanan, dan aditif makanan. Produk khusus
termasuk aspartam, fruktosa, asam sitrat, lisin, protein nabati
terhidrolisis sebagai pengaya makanan, dan dalam produksi gelatin.
Asam klorida food grade (ekstra-murni) dapat ditambahkan pada produk
akhir bila diperlukan.

Dalam pengawetan baja, untuk menghilangkan karat atau


kerak oksida dari besi atau baja sebelum pengolahan selanjutnya, seperti
ekstrusi, rollig, galvanisasi, dan teknik lainnya. HCl berderajatkemurnian
teknis dengan konsentrasi 18% adalah yang paling umum digunakan
sebagai pengawet untuk pengawetan baja karbon : Fe2O3 + Fe + 6HCl →
3FeCl2 + 3H2O

Dalam produksi senyawa organik, seperti vinil klorida dan dikloroetana


untuk PVC. Ini adalah penggunaan yang pasti namun terbatas,
mengkonsumsi secara lokal produk asam klorida yang tidak pernah
sampai ke pasar terbuka. Senyawa organik lainnya yang diproduksi
dengan asam klorida termasuk bisphenol A untuk polikarbonat, karbon
aktif, dan asam askorbat, serta berbagai produk farmasi.

4
Asam klorida dapat digunakan untuk mengatur keasaman (pH) larutan :

OH− + HCl → H2O + Cl−

Pembuatan HCl yaitu dengan memanaskan hablur NaCl dengan Asam


Sulfat pekat.

2. Asam Sulfat (H2SO4)

Asam Sulfat memiliki Rumus Kimia H2SO4 dengan nama lain minyak
viriol, sulfuric acid, acidum sulfuricum.
Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan
melepaskan SO3 pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%.
Asam sulfat 98% lebih stabil untuk disimpan, dan merupakan bentuk
asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% umumnya disebut
sebagai asam sulfat pekat.
Apabila SO3 dalam konsentrasi tinggi ditambahkan ke dalam asam sulfat,
H2S2O7 akan terbentuk. Senyawa ini disebut sebagai asam
pirosulfat, asam sulfat berasap, ataupun oleum. Konsentrasi oleum
diekspresikan sebagai %SO3 (disebut %oleum) atau %H2SO4 (jumlah
asam sulfat yang dihasilkan apabila H2O ditambahkan); konsentrasi yang
umum adalah 40% oleum (109% H2SO4) dan 65% oleum (114,6%
H2SO4). H2S2O7 murni terdapat dalam bentuk padat dengan titik leleh
36 °C.

Reaksi Hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Selalu tambahkan


asam ke dalam air dan jangan terbalik menambahkan air ke dalam asam.
Air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat dan

5
cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke
dalam asam sulfat pekat, ia akan dapat mendidih dan bereaksi dengan
keras. Reaksi yang terjadi adalah pembentukan ion hidronium:

H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO−4


HSO−4 + H2O → H3O+ + SO2−4

asam sulfat bereaksi dengan kebanyakan basa, menghasilkan


garam sulfat. Sebagai contoh, garam tembaga tembaga (II) sulfat dibuat
dari reaksi antara tembaga (II) Oksida dengan asam sulfat:

CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O


Identifikasi Asam sulfat yaitu merupakan cairan tidak berwarna, berbau
seperti belerang, bersifat higroskofis, larut dalam air dengan melepaskan
panas, korosif pada logam dan jaringan, oksidator, deskruktif.
Kegunaan Asam sulfat yaitu sebagai bahan pembuatan ammonium sulfat,
sebagai katalis asam, sebagai katalis minyak bumi, bahan untuk proses
pembuatan detergen, pembuatan baterai untuk industry otomotif.
Pembuatan Asam sulfat dengan cara Asam pirosulfat direaksikan dengan
air membentuk asam sulfat pekat.

3. Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, soda api,
atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam

6
air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri,
kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur
kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium
hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium
kimia.

Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam


bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa
disebut larutan Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan
menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan
akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena pada proses
pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis. Ia juga larut
dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua
cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil
eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.

Identifikasi NaOH yaitu merupakan padatan berwarna putih, bersifat


higroskofis, larut dalam pelarut air, tidak mudah terbakar, mudah reaktif
dengan oksidator, bersifat korosif.
Pembuatannya yaitu dengan mengkaustikan soda.

4. Tembaga (II) Sulfat (CuSO4)

Tembaga(II) sulfat, juga dikenal dengan cupri sulfat, adalah


sebuah senyawa kimia dengan rumus molekul CuSO4. Senyawa garam
ini eksis di bumi dengan kederajatan hidrasi yang berbeda-beda.

7
Bentuk anhidratnya berbentuk bubuk hijau pucat atau abu-abu putih,
sedangkan bentuk pentahidratnya (CuSO 4·5H2O), berwarna biru terang.
Tembaga (II) sulfat pentahidrat akan terdekomposisi sebelum mencair
pada 150 °C, akan kehilangan dua molekul airnya pada suhu 63 °C,
diikuti 2 molekul lagi pada suhu 109 °C dan molekul air terakhir pada
suhu 200 °C.

Proses dehidrasi melalui dekomposisi separuh tembaga tetra aqua(2+), 2


gugus aqua yang berlawanan akan terlepas untuk menghasilkan separuh
tembaga diaqua(2+). Tahap dehidrasi kedua dimulai ketika 2 gugus aqua
terakhir terlepas. Dehidrasi sempurna terjadi ketika molekul air yang
tidak terikat terlepas.

Pada suhu 650 °C, tembaga (II) sulfat akan terdekomposisi


menjadi tembaga (II) oksida (CuO) dan belerang trioksida (SO3).

Warna tembaga(II) sulfat yang berwarna biru berasal dari hidrasi air.
Ketika tembaga(II) sulfat dipanaskan dengan api, maka kristalnya akan
terdehidrasi dan berubah warna menjadi hijau abu-abu.

Tembaga sulfat bereaksi dengan asam klorida. Pada reaksi ini, larutan
tembaga(II) yang warnanya biru akan berubah menjadi hijau karena
pembentukan tetraklorokuprat(II) : Cu2+ + 4 Cl– → CuCl42–

Tembaga(II) sulfat juga dapat bereaksi dengan logam lain yang lebih
reaktif dari tembaga (misalnya Mg, Fe, Zn, Al, Sn, Pb,) :

CuSO4 + Zn → ZnSO4 + Cu
CuSO4 + Fe → FeSO4 + Cu
CuSO4 + Mg → MgSO4 + Cu
CuSO4 + Sn → SnSO4 + Cu
3 CuSO4 + 2 Al → Al2(SO4)3 + 3 Cu
Tembaga yang terbentuk akan terlapisi di permukaan logam lainnya.
Reaksi akan berhenti ketika tidak ada lagi permukaan kosong pada logam

8
yang dapat dilapisi oleh tembaga. Kegunaannya yaitu sebagai herbisida,
reagen analis, dan digunakan dalam sintesis organic.

5. Amonia (NH3)

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH3. Biasanya senyawa ini
didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas (disebut bau amonia).
Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi keberadaan nutrisi
di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik dan dapat merusak
kesehatan.

Amonia yang digunakan secara komersial dinamakan amonia anhidrat.


Istilah ini menunjukkan tidak adanya air pada bahan tersebut. Karena
amonia mendidih di suhu -33 °C, cairan amonia harus disimpan
dalam tekanan tinggi atau temperatur amat rendah. Walaupun
begitu, kalor penguapannya amat tinggi sehingga dapat ditangani
dengan tabung reaksi biasa di dalam sungkup asap. "Amonia rumah"
atau amonium hidroksida adalah larutan NH3 dalam air. Konsentrasi
larutan tersebut diukur dalam satuan baumé. Produk larutan komersial
amonia berkonsentrasi tinggi biasanya memiliki konsentrasi 26 derajat
baumé (sekitar 30 persen berat amonia pada 15.5 °C). Amonia yang
berada di rumah biasanya memiliki konsentrasi 5 hingga 10 persen berat
amonia.

9
Amonia umumnya bersifat basa (pKb=4.75), tetapi dapat juga bertindak
sebagai asam yang amat lemah (pKa=9.25). Amonia dapat terbentuk
secara alami maupun sintetis. Amonia yang berada di alam merupakan
hasil dekomposisi bahan organik.

Identifikasi Amonia merupakan gas yang tidak berwarna namun berbau


sangat menyengat, Sangat mudah larut dalam air dalam keadaan
standar,1 liter air mampu melarutkan 1180 liter ammonia, Mudah
mencair, amonia cair membeku pada suhu (-)78 derajat celsius menjadi
cairan/kondisi normal pada temperatur 30-40 derajat celcius dan
mendidih pada suhu -33 derajat celsius. Amonia simpan di dalam tanki
berkisar pada tekanan 15-20 atm dan temperatur terbaik pada 30-40
derajat celcius, Bersifat korosif pada tembaga dan timah.

Zat Amonia biasanya digunakan sebagai obat obatan, bahan campuran


pupuk urea (CO(NH2)2) dan ZA (Zwvelamonia) ((NH4) 2SO4), bahan
pembuatan amonium klorida(NH4Cl)pada baterai, asam nitrat (HNO3),
zat pendingin, membuat hidrazin (N2H4)sebagai bahan bakar roket, bahan
dasar pembuatan bahan peledak, kertas pelastik, dan detergen dan jika
dilarutkan kedalam air maka zat tersebut akan dapat menjadi pembersih
alat perkakas rumah tangga.

6. Kalium Permanganat (KMnO4)

Kalium permanganat adalah suatu senyawa kimia anorganik dan obat-


obatan. Sebagai obat senyawa ini digunakan untuk membersihkan luka
dan dermatitis.Senyawa ini memiliki rumus kimia KMnO4 dan

10
merupakan garam yang mengandung ion K+ dan MnO4-. Senyawa ini
merupakan agen pengoksidasi kuat. Ia larut dalam air menghasilkan
larutan berwarna merah muda atau ungu yang intens, penguapan larutan
ini meinggalkan kristal prismatik berwarna keunguan-hitam. Dalam
senyawa ini, mangan memiliki bilangan oksidasi +7.

Kalium permanganat diproduksi secara industri dari mangan dioksida,


MnO2 melebur dengan kalium hidroksida dan dipanaskan
dalam udara atau dengan sumber lain dari oksigen, seperti kalium
nitrat atau kalium klorat.Tahapan ini menghasilkan kalium manganat:

2 MnO2 + 4 KOH + O2 → 2 K2MnO4 + 2 H2O

Kalium manganat kemudian diubah menjadi permanganat


melalui oksidasi elektrolit dalam media basa :

2 K2MnO4 + 2 H2O → 2 KMnO4 + 2 KOH + H2

Kegunaannya yaitu sebagai oksidan, kalium permanganat dapat bertindak


sebagai antiseptik. Misalnya, larutan encer senyawa ini digunakan untuk
mengobati sariawan (radang), desinfektan untuk tangan dan pengobatan
untuk pomfoliks, dermatitis, dan infeksi jamur pada tangan atau kaki
yang sifatnya ringan. Digunakan secara luas dalam industri pengolahan
air. Hal ini digunakan sebagai bahan kimia regenerasi untuk
menghilangkan besi dan hidrogen sulfida (bau telur busuk) dari air
sumur melalui Filter "Manganese Greensand". "Pot-Perm" juga dapat
diperoleh di toko peralatan kolam dan digunakan sebagai tambahan untuk
menangani air limbah, Sebagai pereaksi untuk sintesis senyawa
organik. Jumlah yang signifikan diperlukan untuk sintesis asam
askorbat, kloramfenikol, sakarin, asam isonikotinat, dan asam pirazinoat.
Dalam kimia analitik, larutan standar dari KMnO4 terkadang digunakan
sebagai titran pengoksidasi untuk titrasi redoks (Permanganometri).

Identifikasi Kalium Permanganat yaitu merupakan serbuk berwarna ungu


pekat, berbentuk jarum Kristal, tidak berbau, merupakan oksidator kuat,

11
panas apabila kontak dengan kulit, apabila kontak dengan senyawa yang
mudah menyala akan menyebabkan kebakaran.

7. Natrium Klorida (NaCl)

Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah
senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl, mewakili perbandingan 1:1
ion natrium dan klorida. Dengan massa molar masing-masing 22,99 dan
35,45 g/mol, 100 g NaCl mengandung 39,34 gr Na dan 60,66 gr Cl
Senyawa ini adalah garam yang paling memengaruhi salinitas laut dan
cairan ekstraselular pada banyak organisme multiseluler.

Senyawa ini cukup larut dalam air, dan suhu di mana reaksi berlangsung
memainkan praktis tidak ada peran. Pada suhu 21 ° C koefisien kelarutan
dalam 100g air adalah 35,9, pada 100C itu adalah 38,1 ion Klorida
membentuk kisi kubik, dengan ion natrium berada di atas. Titik lebur
adalah 800,8 ° C. Garam meja mulai mendidih pada suhu 1.465 ° C.
NaCl adalah garam yang terbentuk sebagai hasil dari interaksi basa dan
asam. Natrium klorida adalah elektrolit yang kuat. Ion-ion menarik satu
sama lain dengan sangat kuat, dan daya tarik di antara mereka hanya bisa
dipatahkan oleh pelarut polar. Pada H₂O kisi kristal mudah berantakan.
Anion dan kation dari ikatan dibebaskan (Na⁺, Cl⁻). Ini menjelaskan
konduktivitas listrik yang baik dari natrium klorida.

Ada beberapa cara untuk memperoleh natrium klorida yang ada di Bumi,
antara lain Di perairan laut, samudra, dan danau. Pada banyak deposit

12
mineral ini di berbagai negara, Pada tepi danau garam, Pada rawa-rawa
garam, Pada dinding kawah gunung berapi.
Kegunaan Garam dapur digunakan untuk mengaramkan sayuran, ikan, dan
daging. Ini digunakan sebagai antiseptik. Peran natrium klorida juga penting
dalam dunia kedokteran, yaitu digunakan untuk larutan isotonik.
Identifikasi Natrium klorida yaitu merupakan serbuk Kristal berwarna
putih, larut dalam air, tidak berbau, larut dalam gliserol dan ammonia.

8. Asam Nitrat (HNO3)

Asam nitrat dengan rumus kimia HNO3 memliki nama lain Nitric acid,
asam sendawa, adalah larutan asam kuat yang mempunyai
nilai pKa sebesar -2. Di dalam air, asam ini terdisosiasi menjadi ion-
ionnya, yaitu ion nitrat NO3− dan ion hidronium (H3O+). Garam dari
asam nitrat disebut sebagai garam nitrat (contohnya seperti kalsium nitrat
atau barium nitrat). Dalam temperatur ruangan, asam nitrat berbentuk uap
berwarna merah atau kuning.
Asam nitrat murni (100%) merupakan cairan tak berwarna dengan berat
jenis 1.522 kg/m³. Ia membeku pada suhu -42 °C, membentuk kristal-
kristal putih, dan mendidih pada 83 °C. Ketika mendidih pada suhu
kamar, terdapat dekomposisi (penguraian) sebagian dengan pembentukan
nitrogen dioksida sesudah reaksi: 4HNO3 → 2H2O + 4NO2 + O2 (72 °C)

13
Yang berarti bahwa asam nitrat anhidrat sebaiknya disimpan di bawah
0 °C untuk menghindari penguraian. Nitrogen dioksida (NO2) tetap larut
dalam asam nitrat yang membuatnya berwarna kuning, atau merah pada
suhu yang lebih tinggi. Manakala asam murni cenderung mengeluarkan
asap putih ketika terpapar ke udara, asam dengan nitrogen dioksida
terlarut mengeluarkan uap berwarna coklat kemerah-merahan, yang
membuatnya dijuluki "asam berasap merah" atau "asam nitrat berasap".
Asam nitrat berasap juga dirujuk sebagai asam nitrat 16 molar (bentuk
paling pekat asam nitrat pada temperatur dan tekanan standar).
Asam nitrat bercampur dengan air dalam berbagai proporsi
dan distilasi menghasilkan azeotrop dengan konsentrasi 68% HNO3 dan
titik didih 120,5 °C pada 1 atm. Terdapat dua hidrat padat yang
diketahui, yaitu monohidrat (HNO3·H2O) dan trihidrat (HNO3·3H2O).
Asam nitrat bereaksi dengan alkali, oksida basa, dan karbonat untuk
membentuk garam, seperti amonium nitrat. Karena memiliki sifat
mengoksidasi, asam nitrat pada umumnya tidak menyumbangkan
protonnya (yakni, ia tidak membebaskan hidrogen) pada reaksi dengan
logam dan garam yang dihasilkan biasanya berada dalam keadaan
teroksidasi yang lebih tinggi.Karenanya, perkaratan (korosi) tingkat berat
bisa terjadi. Perkaratan bisa dicegah dengan penggunaan logam ataupun
aloi anti karat yang tepat.

Sebagai sebuah oksidator yang kuat, asam nitrat bereaksi dengan hebat
dengan sebagian besar bahan-bahan organik dan reaksinya dapat bersifat
eksplosif. Produk akhirnya bisa bervariasi tergantung pada konsentrasi
asam, suhu, serta reduktor. Reaksi dapat terjadi dengan semua logam
kecuali deret logam mulia dan aloi tertentu. Karakteristik ini membuat
asam nitrat menjadi agen yang umumnya digunakan dalam uji asam.
Sebagai kaidah yang umum, reaksi oksidasi utamanya terjadi dengan
asam pekat, memfavoritkan pembentukan nitrogen dioksida : Cu + 4H+ +
2NO3- → Cu+2 + 2NO2 + 2H2O

14
Sifat-sifat asam cenderung mendominasi pada asam nitrat encer, diikuti
dengan pembentukan nitrogen oksida (NO) yang lebih diutamakan.

3Cu + 8HNO3 → 3Cu(NO3)2 + 2NO + 4H2O

Karena asam nitrat merupakan oksidator, hidrogen (H2) jarang terbentuk.


Hanya magnesium (Mg), mangan (Mn), dan kalsium (Ca) yang bereaksi
dengan asam nitrat dingin dan encer yang dapat menghasilkan hidrogen:

Mg(s) + 2HNO3(aq) → Mg(NO3)2(aq) + H2(g)

Asam nitrat mampu menyerang dan melarutkan semua logam yang ada
pada tabel periodik, kecuali emas dan platina.

Ketika asam nitrat bereaksi dengan berbagai unsur non-logam, terkecuali


silikon serta halogen, biasanya ia akan mengoksidasi non-logam tersebut
ke keadaan oksidasi tertinggi dengan asam nitrat menjadi nitrogen
dioksida untuk asam pekat dan nitrogen monoksida untuk asam encer.

C + 4HNO3 → CO2 + 4NO2 + 2H2O

Ataupun : 3C + 4HNO3 → 3CO2 + 4NO + 2H2O

Kegunaan Asam Nitrat yaitu sebagai pereaksi, mendekstruksi logam


kabel tembaga, untuk penghancur logam, bahan pembuatan air radja,
bahan peledak.

Asam nitrat dibuat dengan mencampur nitrogen dioksida (NO2)


dengan air. Menghasilkan asam nitrat yang sangat murni biasanya
melibatkan distilasi dengan asam sulfat, karena asam nitrat membentuk
sebuah azeotrop dengan air dengan komposisi 68% asam nitrat dan 32%
air. Asam nitrat kualitas komersial biasanya memiliki konsentrasi antara
52% dan 68% asam nitrat. Produksi komersial dari asam nitrat
melalui proses Ostwald yang ditemukan oleh Wilhelm Ostwald.

15
9. Kalium Dikromat (K2Cr2O7)

Kalium dikromat dengan rumus kimia K2Cr2O7 mempunyai nama lain


yaitu Kalium bikromat, potassium dichromate, adalah suatu pereaksi
kimia anorganik yang umum, yang biasa digunakan sebagai agen
pengoksidasi dalam berbagai aplikasi laboratorium dan industri. Seperti
halnya seluruh senyawa kromium heksavalensi, senyawa ini akut dan
secara kronis berbahaya bagi kesehatan. Senyawa ini adalah kristal padat
ionik dengan warna merah-jingga yang sangat terang.
Kalium dikromat merupakan oksidator dalam kimia organik, dan lebih
ringan daripada kalium permanganat. Hal ini digunakan
untuk mengoksidasi alkohol. Ia mengubah alkohol primer menjadi
aldehida serta, dalam kondisi yang lebih memaksa, menjadi asam
karboksilat. Sebaliknya, kalium permanganat cenderung untuk
menghasilkan asam karboksilat sebagai produk tunggal. Alkohol
sekunder diubah menjadi keton. Misalnya, menton dapat dibuat dengan
oksidasi mentol dengan dikromat yang diasamkan. Alkohol tersier tidak
dapat teroksidasi.

Dalam larutan berair perubahan warna yang diperlihatkan dapat


digunakan untuk menguji dalam membedakan aldehida dari keton.
Aldehida mereduksi dikromat dari bilangan oksidasi +6 ke +3, berubah
warna dari jingga menjadi hijau. Perubahan warna ini muncul karena
aldehida dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat yang sesuai. Suatu

16
keton tidak mengalami perubahan seperti itu karena tidak dapat
teroksidasi lebih lanjut, dan larutan akan tetap menjadi jingga.
Ketika dipanaskan dengan kuat, ia terurai dengan pembentukan oksigen :
4K2Cr2O7 → 4K2CrO4 + 2Cr2O3 + 3O2

Ketika suatu basa ditambahkan ke dalam larutan merah jingga yang


mengandung ion dikromat, larutan kuning diperoleh karena terbentuknya
ion kromat. Misalnya, kalium kromat diproduksi secara industri
menggunakan potash: K2Cr2O7 + K2CO3 → 2 K2CrO4 + CO2

Reaksi ini berlangsung reversibel.

Kegunaannya yaitu sebagai pewarna textile, digunakan dalam titrasi


alkalimetri, sebagai standar primer penetapan natrium toisulfat, bahan
pembuatan korek api, bahan petasan, unttuk mencuci alat alat gelas,
pengoksidasi pada kimia organic.
Identifikasi Kalium dikromat yaitu merupakan serbuk Kristal berwarna
orange, larut dalam air, merupakan senyawa oksidator, beracun, lebih
mudah larut dalam air panas, tidak berbau.
Kalium dikromat dapat diperoleh dari kalium kromat dengan
memanggang bijih krom dengan kalium hidroksida.

10. Etanol (C2H5OH)

Etanol dengan rumus kimia C2H5OH memiliki nama lain yaitu etil
alcohol, alcohol murni, alcohol absolut, adalah cairan tak berwarna yang
mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia terbakar tanpa asap dengan

17
lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada
cahaya biasa.
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan
gugus hidroksil dan pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil
dapat berpartisipasi ke dalam ikatan hidrogen, sehingga membuatnya cair
dan lebih sulit menguap daripada senyawa organik lainnya dengan massa
molekul yang sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik
lainnya, meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida,
kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana,piridina,
dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan,
seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida
alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.

Campuran etanol-air memiliki volume yang lebih kecil daripada jumlah


kedua cairan tersebut secara terpisah. Campuran etanal dan air dengan
volume yang sama akan menghasilkan campuran yang volumenya hanya
1,92 kali jumlah volume awal. Pencampuran etanol dan air
bersifat eksotermik dengan energi sekitar 777 J/mol dibebaskan pada
298K.

Campuran etanol dan air akan membentuk azeotrop dengan


perbandingkan kira-kira 89 mol% etanol dan 11 mol% air. Perbandingan
ini juga dapat dinyatakan sebagai 96% volume etanol dan 4% volume air
pada tekanan normal dan T = 351 K. Komposisi azeotropik ini sangat
tergantung pada suhu dan tekanan. Ia akan menghilang pada temperatur
di bawah 303 K.

Ikatan hidrogen menyebabkan etanol murni sangat higroskopis,


sedemikiannya ia akan menyerap air dari udara. Sifat gugus hidroksil
yang polar menyebabkannya dapat larut dalam banyak senyawa ion,
utamanya natrium hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida,
kalsium klorida, amonium klorida, amonium bromida, dan natrium

18
bromida. Natrium klorida dan kalium klorida sedikit larut dalam
etanol. Oleh karena etanol juga memiliki rantai karbon nonpolar, ia juga
larut dalam senyawa nonpolar, meliput kebanyakan minyak atsiri dan
banyak perasa, pewarna, dan obat.

Penambahan beberapa persen etanol dalam air akan


menurunkan tegangan permukaan air secara drastis. Campuran etanol
dengan air yang lebih dari 50% etanol bersifat mudah terbakar dan
mudah menyala. Campuran yang kurang dari 50% etanol juga dapat
menyala apabila larutan tersebut dipanaskan terlebih dahulu.

Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang
berikatan dengan gugus hidroksil paling tidak memiliki dua hidrogen
atom yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh
etanol kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya.

Pada reaksi Asam Basa, Etanol dapat diubah menjadi konjugat basanya,
ion etoksida (CH3CH2O−), dengan mereaksikannya dengan logam
alkali seperti natrium: 2CH3CH2OH + 2Na → 2CH3CH2ONa + H2

ataupun dengan basa kuat seperti natrium hidrida:

CH3CH2OH + NaH → CH3CH2ONa + H2.

Reaksi seperti ini tidak dapat dilakukan dalam larutan akuatik, karena air
lebih asam daripada etanol, sehingga pembentukan hidroksida lebih
difavoritkan daripada pembentuk etoksida.

Pada Reaksi Halida Etanol bereaksi dengan hidrogen halida dan


menghasilkan etil halida seperti etil klorida dan etil bromide :

CH3CH2OH + HCl → CH3CH2Cl + H2O

Reaksi dengan HCl memerlukan katalis seperti seng klorida. Hidrogen


klorida dengan keberadaan seng klorida dikenal sebagai reagen Lucas.

CH3CH2OH + HBr → CH3CH2Br + H2O

19
Reaksi dengan HBr memerlukan proses refluks dengan katalis asam
sulfat.

Etil halida juga dapat dihasilkan dengan mereaksikan alkohol


dengan agen halogenasi yang khusus, seperti tionil klorida untuk
pembuatan etil klorida, ataupun fosforus tribromida untuk pembuatan etil
bromida.

CH3CH2OH + SOCl2 → CH3CH2Cl + SO2 + HCl


Pada reaksi oksidasi Etanol dapat dioksidasi menjadi asetaldehida, yang
kemudian dapat dioksidasi lebih lanjut menjadi asam asetat :
C2H5OH + 2[O] → CH3COOH + H2O
Kegunaannya yaitu fermentasi karbohidrat dengan ragi, hidrai etilena,
pelarut, campuran minuman, sintesis bahan kimia lain, sebagai
desinfektan pada konsentrasi 70-80%.
Identifikasinya yaitu merupakan cairan tidak berwarna, berbau khas, bila
dipegang terasa dingin, larut dalam air, sangat higroskopis, mudah
menguap, mudah terbakar, bersifat memabukan.
Pembuatan etanol yaitu, melalui hidrasi etilena: C2H4(g) + H2O(g) →
CH3CH2OH(l).
Dengan proses fermentasi mencerna gula dan menghasilkan etanol
dan karbon dioksida: C6H12O6 → 2 CH3CH2OH + 2 CO2.

11. Kalium Kromat (K2CrO4)

Kalium kromat yang memiliki nama lain potassium cromate, chromic


acid, adalah senyawa anorganik dengan rumus kimia (K2CrO4). Padatan
kuning ini adalah garam kalium dari anion kromat. Ini adalah bahan

20
kimia laboratorium umum, sedangkan natrium kromat penting bagi
industry, larut dalam air dan tidak berbau.
Berat jenisnya adalah 2, 732 g / cm3. Kalium kromat meleleh pada 968, 3
° C. Pada suhu 668 derajat, ia berubah menjadi fase heksagonal merah -
ia memperoleh warna yang berbeda - merah. Namun, ketika didinginkan,
warnanya menjadi kuning lagi. Membentuk kristal kuning dari sistem
belah ketupat. Mengacu pada paramagnetik. Larut dalam etanol, larut
dalam air. Tidak larut dalam etil dan dietil alkohol. Massa molar adalah
194, 19 g / mol.
Dalam asam encer, kalium kromat dikonversi menjadi kalium dikromat,
yang rumusnya adalah K2Cr2O7. Contohnya adalah reaksi berikut:
2K2CrO4 + 2HCl → K2Cr2O7 + 2KCl + H2O
Saat berinteraksi dengan asam pekat, reaksi lain terjadi:
K2CrO4 + 2HCl → K (CrClO3) + KCl + H2O
Ketika berinteraksi dengan asam kalium pekat panas, kromat
menunjukkan sifat oksidatif. Contohnya adalah reaksi berikut yang
dilakukan pada suhu 90 derajat: 2K2CrO4 + 16HCl → 2CrCl3 + + 4KCl
+ 8H2O
Kalium kromium dapat masuk ke dalam reaksi pertukaran. Misalnya:
K2CrO4 + 2AgNO3 → Ag2CrO4 + 2KNO3
K2CrO4 + Hg2(NO3)2 → Hg2CrO4 + 2KNO3
Kegunaannya yaitu sebagai indicator tittasi argentometri, bahan pembuat
cat kuning, untuk mengendapkan PbCr4.
Pembuatannya Dengan mengoksidasi kromium oksida dengan kalium
klorat (reaksi berlangsung pada suhu 500-700 derajat):
Cr2O3 + KClO3 + K2CO3 → 2K2CrO4 + KCl + 2CO2

21
12. Eter (CH3-CH2-O-CH2-CH3)

Eter memiliki nama lain ethoxyethane adalah suatu senyawa


organik yang mengandung gugus R—O—R', dengan R dapat
berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum
adalah pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-
CH3). Eter sangat umum ditemukan dalam kimia organik dan biokimia,
karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa
karbohidrat dan lignin.
Molekul-molekul eter tidak dapat berikatan hidrogen dengan sesamanya,
sehingga mengakibatkan senyawa eter memiliki titik didih yang relatif
rendah dibandingkan dengan alkohol. Eter bersifat sedikit polar karena
sudut ikat C-O-C eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O tidak dapat
meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar daripada alkena, namun
tidak sepolar alkohol, ester, ataupun amida. walau demikian, keberadaan
dua pasangan elektron menyendiri pada atom oksigen eter,
memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul air.Eter dapat
dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
Kegunaannya yaitu sebagai pelarut, untuk mengekstrak suatu unsur atau
senyawa, di dunia kedokteran eter digunakan sebagai obat bius hewan.
Identifikasi eter merupakan cairan bening jernih, berbau khas, sangat
mudah menguap, dingin di tangan lebih dingin dari etanol, merupakan
senyawa organic, tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam pelarut
nonpolar,mudah terbakar dengan nyala bening karena uap eter

22
membentuk campuran yang eksplosit dengan udara,dapat melarutkan
lemak,minyak,resin,alkaloid,brom,iod
bereaksi dengan asam sulfat dan menghasilkan alcohol dan asam alkane
sulfonat, dapat mengalami reaksi substitusi oleh halogen.
Pembuatan eter yaitu dengan dehidrasi senyawa alcohol :
2CH3-CH2-OH → CH3-CH2-O-CH2-CH3 + H2O

13. Besi (II) Sulfat (FeSO4.7H2O)

Besi(II) sulfat atau fero sulfat adalah senyawa kimia dengan


rumus FeSO4. Dikenal sejak zaman kuno sebagai copperas dan
sebagai vitriol hijau, heptahidrat biru-hijau adalah bentuk yang paling
umum dari bahan ini. Semua besi sulfat larut dalam air dan bersifat aquo
complex [Fe(H2O)6]2+. Besi sulfat mempunyai geometri molekul
oktahedral dan bersifat paramagnetik.
Dalam penyelesaian baja sebelum plating atau pelapisan, lembar baja
atau batangan dilewatkan melalui bak pengawetan asam sulfat. Perlakuan
ini menghasilkan sejumlah besar zat besi(II) sulfat sebagai hasil samping
: Fe + H2SO4 → FeSO4 + H2
Sumber lain dalam jumlah besar hasil dari produksi titanium dioksida
dari ilmenite melalui proses sulfat. Ferro sulfat juga dibuat secara
komersial melalui oksidasi pyrite: 2 FeS2 + 7 O2 + 2 H2O → 2 FeSO4 + 2
H2SO4

23
Pada pemanasan, besi(II) sulfat pertama kehilangan air kristalnya dan
kristal hijau semua diubah menjadi zat padat anhidrat berwarna coklat.
Saat dipanaskan lebih lanjut, bahan anhidrat melepaskan sulfur dioksida
dan asap putih dari sulfur trioksida, meninggalkan besi(III) oksida coklat-
kemerahan. Dekomposisi besi(II) sulfat mulai pada kira-kira 480 °C :
2 FeSO4 → Fe2O3 + SO2 + SO3
Seperti semua garam besi(II), besi(II) sulfat adalah reduktor. Misalnya,
mereduksi asam nitrat menjadi nitrogen oksida dan klor menjadi klorida:
6 FeSO4 + 3 H2SO4 + 2 HNO3 → 3 Fe2(SO4)3 + 4 H2O + 2 NO
6 FeSO4 + 3 Cl2 → 2 Fe2(SO4)3 + 2 FeCl3
Pada pemaparan terhadap udara, ia teroksidasi membentuk karat coklat-
kuning yang melapisi dasar ferri sulfat, yang merupakan hasil adisi
(adduct) dari ferri oksida dan ferri sulfat: 12 FeSO4 + 3 O2 → 4
Fe2(SO4)3 + 2 Fe2O3
Secara industri, besi sulfat terutama digunakan sebagai prekursor untuk
senyawa besi lainnya. Ini adalah bahan pereduksi, sebagian besar untuk
reduksi kromat dalam semen, digunakan untuk membentengi makanan
dan untuk mengobati anemia defisiensi besi, digunakan dalam pembuatan
tinta, terutama besi tinta empedu, dapat juga digunakan untuk mewarnai
beton dan beberapa batu kapur dan batu pasir berwarna karat
kekuningan. Tukang kayu menggunakan larutan ferro sulfat untuk
mewarnai kayu maple dengan rona keperakan. Dalam pertanian besi(II)
sulfat digunakan untuk mengobati klorosis besi. Meskipun tidak secepat
aksi besi kelat, efeknya tahan lama. Besi(II) sulfat dapat dicampur
dengan kompos dan rabuk ke dalam tanah untuk membentuk simpanan
yang dapat bertahan selama bertahun-tahun. Besi(II) sulfat juga
digunakan sebagai kondisioner rumput, dan pembasmi lumut.
Pembuatannya dengan melarutkan paku dengan H2SO4, reaksi:
Fe + H2SO4 → FeSO4 + H2
FeSO4 + 7H2O → FeSO4.7H2O

24
14. Asam Asetat (CH3COOH)

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah salah satu senyawa
organic yang berada dalam golongan asam karboksilat.
Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini sering kali ditulis
dalam bentuk CH3–COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat
pekat (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16,7°C. Asam asetat adalah komponen
utama cuka (3–9%) selain air. Asam asetat berasa asam dan berbau
menyengat. Selain diproduksi untuk cuka konsumsi rumah tangga, asam
asetat juga diproduksi sebagai prekursor untuk senyawa lain
seperti polivinil asetat dan selulosa asetat. Meskipun digolongkan
sebagai asam lemah, asam asetat pekat bersifat korosif dan dapat
menyebabkan iritasi pada kulit.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana,
setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan
sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian
menjadi ion H+ dan CH3COO–. Asam asetat merupakan pereaksi kimia
dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan
dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat,
dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam
industri makanan, asam asetat, dengan kode aditif makanan E260,

25
digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat
encer juga sering digunakan sebagai pelunak air.
Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam
karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton).
Oleh karena itu, asam asetat mempunyai sifat asam. Asam asetat adalah
asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4,76. Basa konjugasinya
adalah asetat (CH3COO−). Basa konjugatnya adalah asetat (CH3COO−).
Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi
pada cuka rumah) memiliki pH sekitar 2,4; menandakan bahwa sekitar
0,4% molekul asam asetat terdisosiasi.
Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip
seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang
sedang yaitu 6,2; sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar
seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti
minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. Asam asetat bercampur
dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti
air, kloroform dan heksana. Dengan alkana yang lebih tinggi (dimulai
dari oktana), asam asetat tidak lagi bercampur sempurna, dan
kebercampurannya terus menurun berbanding lurus dengan kenaikan
rantai n-alkana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam
asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia,
misalnya sebagai pelarut dalam produksi dimetil tereftalat.
Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya
menghasilkan garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan
logam etanoat bila bereaksi dengan logam, dan menghasilkan logam
etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau
bikarbonat. Dengan basa kuat (misalnya pereaksi organolitium), asam
asetat mengalami deprotonasi menghasilkan LiCH2CO2Li. Reaksi
organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah
pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam
karboksilat seperti asetil klorida atau anhidrida asetat melalui substitusi

26
nukleofilik. Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul
asam asetat. Ester dari asam asetat dapat diperoleh melalui
reaksi esterifikasi Fischer, dan juga pembentukan amida. Pada suhu
440 °C, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida,
atau ketena dan air.
Identifikasi Asam asetat dapat dikenali dengan baunya yang khas. Selain
itu, garam-garam dari asam asetat bereaksi dengan larutan besi(III)
klorida, yang menghasilkan warna merah pekat yang hilang bila larutan
diasamkan.Garam-garam asetat bila dipanaskan dengan arsenik
trioksida (AsO3) membentuk kakodil oksida ((CH3)2As-O-As(CH3)2),
yang mudah dikenali dengan bau uapnya yang tidak menyenangkan.
Kegunaannya yaitu sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam
makanan, di lab digunakan sebagai pereaksi dan pelarut, untuk membuat
larutan buffer asetat, pereaksi kimia, bahan untuk memproduksi
monomer vinil asetat, digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan
ester.
Pembuatannya yaitu dengan mengubah etanol menjadi asam asetat
menggunakan bakteri Acetobacter Xylinum.

15. Asam Sitrat (C8H6O7)

Asam sitrat dengan rumus kimia C8H6O7 merupakan asam organic


lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan
genus Citrus (jeruk-jerukan). Senyawa ini merupakan bahan pengawet
yang baik dan alami, selain digunakan sebagai penambah rasa masam
pada makanan dan minuman ringan. Dalam biokimia, asam sitrat dikenal
sebagai senyawa antara dalam siklus asam sitrat yang terjadi di

27
dalam mitokondria, yang penting dalam metabolisme makhluk hidup. Zat
ini juga dapat digunakan sebagai zat pembersih yang
ramah lingkungan dan sebagai antioksidan.
Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun
ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot
kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk
purut).
Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang
dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang
dihasilkan adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan
penyangga untuk mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat
bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu,
sitrat dapat mengikat ion-ion logam dengan pengkelatan, sehingga
digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air. Pada
temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih.
Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau
bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap
molekul asam sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air
panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam
sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi
bentuk anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C. Secara kimia, asam
sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas
175 °C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air.
Penggunaan utama asam sitrat saat ini adalah sebagai zat pemberi cita
rasa dan pengawet makanan dan minuman, terutama minuman ringan.
Kemampuan asam sitrat untuk meng-kelat logam menjadikannya berguna
sebagai bahan sabun dan deterjen. Dengan meng-kelat logam pada air
sadah, asam sitrat memungkinkan sabun dan deterjen membentuk busa
dan berfungsi dengan baik tanpa penambahan zat penghilang kesadahan.
Demikian pula, asam sitrat digunakan untuk memulihkan bahan penukar
ion yang digunakan pada alat penghilang kesadahan dengan

28
menghilangkan ion-ion logam yang terakumulasi pada bahan penukar ion
tersebut sebagai kompleks sitrat. Asam sitrat digunakan di dalam
industri bioteknologi dan obat-obatan untuk melapisi (passivate) pipa
mesin dalam proses kemurnian tinggi sebagai ganti asam nitrat, karena
asam nitrat dapat menjadi zat berbahaya setelah digunakan untuk
keperluan tersebut, sementara asam sitrat tidak. Asam sitrat dapat pula
ditambahkan pada es krim untuk menjaga terpisahnya gelembung-
gelembung lemak. Dalam resep makanan, asam sitrat dapat digunakan
sebagai pengganti sari jeruk.

16. Asam Oksalat (H2C2O4)

Asam oksalat adalah senyawa kimia yang memiliki rumus


H2C2O4 dengan nama sistematis asam etanadioat. Asam dikarboksilat
paling sederhana ini biasa digambarkan dengan rumus HOOC-COOH.
Merupakan asam organik yang relatif kuat, 10.000 kali lebih kuat
daripada asam asetat. Di-anionnya, dikenal sebagai oksalat, juga agen
pereduktor. Banyak ion logam yang membentuk endapan tak larut
dengan asam oksalat, contoh terbaik adalah kalsium oksalat(CaOOC-
COOCa), penyusun utama jenis batu ginjal yang sering ditemukan.

Asarn oksalat dengan glycerol akan membentuk alkyl alkohol, dengan


reaksi sebagai berikut : Asarn oksalat anhydrat menyublim pada suhu
150°C tetapi jika dipanaskan lagi akan terdekomposisi menjadi
karbondioksida dan asarn formiat. Jika asarn oksalat dipanaskan dengan

29
penarnba~an asarn sulfat akan menghasilkan karbon monoksida,
karbondioksida dan H2O.

Kegunaannya yaitu sebagai pewarnaan kain dalam industry textile,


pelapis besi (antikarat), elektrolit, pemutih pada gabus, produksi cobalt,
bahan baku agrochemicial, farmasi, pelarut produl perawatan kebersihan,
prosuk detergent dan pembersih, pelarut senyawa organic, digunakan
sebahai bahan aditif makanan.

Identifikasi asam oksalat yaitu merupadan asam kuat berupa Kristal


berwarna putih, larut dalam alcohol, dan tidak berbau.

Pembuatannya dengan cara peleburan alkali, reaksi :

Selulosa + NaOH → Na2C2O4 + zat lain

Na2C2O4 + Ca(OH)2 → CaC2O4 + 2NaOH


CaC2O4 + H2SO4 → CaSO4 + H2C2O4

17. Formalin (CH2O)

Formaldehida (juga disebut metanal, atau formalin), merupakan aldehida


dengan rumus kimia CH2O yang berbentuk cair yang dikenal
sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde
atau atau trioxane. Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat
reasi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa
dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan
terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan

30
asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi
cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang
ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan
sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.

Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang


ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung
beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya.

Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara


10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti
pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida
lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam
reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa
mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis
basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro,
menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk
trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena.
Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat
gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida
bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu
larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak
kemasukan udara.

Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,


sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan
pengawet. Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan
nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal,
gudang dan pakaian. Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet
dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai
untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari
formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri
serta untuk sementara mengawetkan bangkai. Dalam industri,

31
formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-
rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina,
formaldehida menghasilkan resin thermoset yang keras. Resin ini dipakai
untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks
atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari
50% produksi formaldehida dihabiskan untuk produksi resin
formaldehida. Untuk mensintesis bahan-bahan kimia, formaldehida
dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang
dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang
lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan
busa poliuretana, serta heksametilena tetramina, yang dipakai dalam resin
fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak). Sebagai
formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan
sebagai insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan
bahan peledak.

Identifikasi formalin berupa cairan tidak berwarna, berbau kuat yang


membuat perih, mudah terbakar jika larutannya pekat,bersifat netral
dalam keasaman, dapat dioksidasi untuk menghasilkan asam format,
teroksidasi dengan mudah, bersifat reduktor, merupakan larutan jenuh
yang mengandung sekitar 40% volume atau 37% berat gas, ditambah 10-
12% methanol.

Pembuatannya dengan reaksi oksidasi methanol :

CH3OH + ½ O2 → CH2O + H2O

Dehidrasi methanol : CH3OH → CH2O + H2

32
18. Etil Asetat (C4H8O2)

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3.


Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini
berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering
disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan OAc
mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai pelarut.

Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap),
tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan
penerima ikatan hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan
hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen
yang terikat pada atom elektronegatif seperti fluor, oksigen, dan nitrogen.
Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air
hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada
suhu yang lebih tinggi. Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang
mengandung basa atau asam.

Etil asetat disintesis melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam


asetat dan etanol dan hasilnya beraroma jeruk (perisa sintesis), biasanya
dalam sintesis disertai katalis asam seperti asam sulfat.

CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3 + H2O

Reaksi di atas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan


suatu kesetimbangan kimia. Karena itu, rasio hasil dari reaksi di atas
menjadi rendah jika air yang terbentuk tidak dipisahkan. Di laboratorium,
produk etil asetat yang terbentuk dapat dipisahkan dari air dengan
menggunakan aparatus Dean-Stark.

33
Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan
asam asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat
menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis
yaitu esterifikasi Fischer.

Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya digunakan basa kuat
dengan proporsi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini
menghasilkan etanol dan natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi
dengan etanol : CH3CO2C2H5 + NaOH → C2H5OH + CH3CO2Na

Kegunaannya yaitu sebagairasa buatan untuk permen,eskrim,kue, sebagai


pelarut dalam banyak aplikasi(termasuk the dan kopi), untuk pernis dan
cat, untuk pembuatan tinta cetak dan parfum, di lab campuran yang
mengandung etil asetat umum digunakan dalam kromatografi kolom dan
ekstraksi, bahan baku pembuatan plastik.
Identifikasi etil asetat yaitu merupakan cairan tidak berwarna, memiliki
aroma yang khas buah semerbak, larut sedikit dalam air dan mudah larut
dalam pelarut organic, tidak beracum, kelarutannya meningkat pada suhu
yang lebih tinggi.
Pembuatannya melalui reaksi esterfikasi fischer dari asam asetat dan
etanol. Reaksi: CH3CH2OH + CH3COOH → CH3COOCH2CH3 + H2O

19. Benzena (C6H6)

Benzena adalah suatu senyawa organik dengan rumus kimia C6H6.

Molekul benzena tersusun atas enam atom karbon yang berikatan dalam

34
suatu cincin, dengan satu atom hidrogen yang terikat pada masing-
masing atom karbon. Oleh karena benzena hanya mengandung atom
karbon dan hidrogen, benzena dikelompokkan sebagai hidrokarbon.

Benzena adalah kandungan alami minyak mentah dan salah


satu petrokimia esensial. Oleh karena cincinnya memiliki ikatan
pi kontinu antar atom karbon, benzena diklasifikasikan
sebagai hidrokarbon aromatic. Benzena kadang-kadang disingkat
sebagai PhH. Benzena adalah cairan tak berwarna, sangat mudah terbakar
dan berbau harum. Keberadaannya memberi aroma khas di SPBU.
Penggunaan utamanya adalah sebagai prekursor pabrikasi bahan kimia
dengan struktur yang lebih kompleks, seperti etilbenzena dan kumena,
yang setiap tahunnya diproduksi milyaran kilogram. Oleh karena benzena
memiliki bilangan oktan yang tinggi, bensin (bbm) mengandung
turunan aromatiknya seperti xilena dan toluena hingga mencapai 25%.
Benzena sendiri telah dibatasi hingga kurang dari 1% dalam bensin
karena diketahui sebagai karsinogen pada manusia. Aplikasi non-
industrialnya telah dibatasi dengan alasan yang sama.

Benzena merupakan bahan kimia yang diproduksi secara antropogenik


dan terbentuk secara alami dari proses yang meliputi: letusan gunung
berapi, kebakaran liar, sintesis bahan kimia seperti fenol, produksi serat
sintetis, dan pembuatan karet, pelumas, pestisida, obat-obatan,
dan pewarna. Sumber utama paparan benzena adalah asap tembakau,
stasiun servis mobil, knalpot kendaraan bermotor, dan emisi industri;
namun, benzena juga dapat tertelan dan terserap melalui kulit karena
kontak dengan air yang terkontaminasi. Benzena dimetabolisme oleh hati
dan diekskresikan dalam urine. Pengukuran kadar benzena di udara dan
air dilakukan melalui pengumpulan melalui tabung arang aktif, yang
kemudian dianalisis dengan kromatografi gas. Pengukuran benzena pada
manusia dapat dilakukan melalui tes urine, darah, dan napas; namun,

35
semua ini memiliki keterbatasan karena benzena dimetabolisme dengan
cepat dalam tubuh manusia.

Penggunaan utama benzena adalah sebagai intermediat untuk membuat


bahan kimia lain, utamanya etilbenzena, kumena, sikloheksana,
nitrobenzene dan alkilbenzena. Lebih dari setengah dari produksi
benzena diolah menjadi etilbenzena, prekursor untuk stirena, yang
digunakan untuk membuat polimer dan plastik seperti polistirena dan
EPS. Beberapa 20% produksi benzena digunakan untuk membuat
kumena, yang diperlukan pada produksi fenol dan aseton untuk resin dan
lem. Sikloheksana memakan sekitar 10% dari produksi benzena dunia;
terutama digunakan dalam pabrikasi serat nilon, yang diproses menjadi
tekstil dan plastik teknik. Sejumlah kecil benzena digunakan untuk
membuat beberapa jenis karet, pelumas, pewarna, detergen, obat, bahan
peledak, dan pestisida.

Pembuatannya dengan memanaskan kalsium benzoate dengan kalsium


hidroksida, Reaksi: Ca(C6H5COO)2 + Ca2COH → 2C6H6 + 2CaCO3

20. Iodin (I)

Iodin atau Iodium adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki
simbol I dan nomor atom 53. Unsur ini diperlukan oleh hampir semua
mahkluk hidup. Iodin adalah halogen yang reaktivitasnya paling rendah
dan paling bersifat elektropositif.
Iodium adalah padatan hitam-ungu gelap. Iodium adalah
unsur Nonlogam, sehingga memiliki sifat seperti non-logam lain yaitu

36
konduktor panas yang buruk, konduktor listrik yang buruk, kepadatan
rendah, serta titik lebur dan titik didih yang lebih rendah bila
dibandingkan dengan logam.
Iodium ini menguap saat dipanaskan, menghasilkan uap ungu terang.
tidak larut dalam air, tapi larut dalam larutan iodida. Iodium juga mudah
larut dalam pelarut organik. Iodium juga merupakan unsur halogen.
Karena itu, Iodium sangat reaktif, cenderung bergabung dengan elemen
lain untuk menghasilkan senyawa. Hal ini disebabkan karena halogen
kekurangan hanya satu elektron dalam susunan atomnya. Meski
demikian, dibanding halogen lain seperti florin dan klorin, iodium kurang
reaktif. Iodium adalah zat pengoksidasi, meski tidak sekuat bromin atau
klorin. Bereaksi dengan hidrogen sulfida atau hidrazin untuk membuat
asam hidriodik . Senyawa Iodium disebut iodat. Iodat dengan Iodium
sebagai ion I- disebut iodida. Iodida biasanya tidak berwarna tapi
menjadi kuning setelah berada di udara karena iodida dioksidasi
menjadi Iodium. Kalium iodida (KI) adalah salah satu iodida yang
paling umum. Sebagai halogen, Iodium terlalu reaktif untuk berada di
alam sebagai unsur. Iodium bereaksi dengan cepat dengan beberapa
logam seperti aluminium untuk menghasilkan sejumlah besar panas dan
uap beracun.
Kegunaan lodin dalam obat merah digunakan sebagai antiseptic, dalam
laboratorium digunakan untuk menguji dan mengidentifikasi amilum,
dalam bentuk kalium lodat(KIO3) ditambahkan pada garam dapur untuk
mencegah penyakit gondok, dalam bentuk lodoform (CHI3) merupakan
zat organic yang dapat digunakan sebagai antiseptic, dalam bentuk Perak
Iodida( Agl ) dapat digunakan dalam pembuatan film fotografi.
Identifikasi iodin berupa padatan berkilauan berwarna hitam kebiru
biruan, menguap pada suhu kamar menjadi gas ungu biru dan bau
menyengat, mudah larut dalam kloroform,karbon tetraklorida,atau karbon
disulfide, sedikit larut dalam air, konduktor panas yang burik, bersifat
reaktif, zat pengoksidasi.

37
Pembuatannya dengan mereaksikan kalium iodide dengan tembaga
sulfat.

21. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)

Natrium tiosulfat (Na2S2O3) adalah suatu senyawa kimia dan obat-


obatan. Sebagai obat ia digunakan untuk mengobati keracunan sianida
dan panau. Senyawa ini merupakan senyawa anorganik yang biasanya
tersedia sebagai pentahidrat, Na2S2O3·5H2O. Padatannya adalah zat
kristal yang efloresen (kehilangan air dengan mudah) yang larut dengan
baik dalam air. Ia juga disebut natrium hiposulfit atau "hipo".
Bila dipanaskan hingga 300 °C, senyawa ini terurai menjadi natrium
sulfat dan natrium polisulfida: 4 Na2S2O3 → 3 Na2SO4 + Na2S5
Dalam kondisi normal, pengasaman larutan dari garam berlebih ini
bahkan dengan mengencerkan asam mengakibatkan dekomposisi
sempurna menghasilkan sulfur, sulfur dioksida, dan air:
Na2S2O3 + 2 HCl → 2 NaCl + S + SO2 + H2O
Senyawa ini digunakan sebagai antidot bagi keracunan sianida. Tiosulfat
berfungsi sebagai donor sulfur untuk konversi sianida
menjadi tiosianat (yang kemudian dapat dengan aman diekskresikan
dalam urin), dikatalisasi oleh enzim rodanase. Untuk tujuan ini
digunakan bersama-sama dengan natrium nitrit, digunakan dalam
pengobatan kalsifilaksis dalam pasien hemodialisis penyakit
ginjal stadium akhir. Tampaknya ada fenomena yang tidak sepenuhnya
dipahami dimana hal ini menyebabkan asidosis metabolik hebat pada
beberapa pasien. Dalam mandi kaki untuk profilaksis kurap, dan sebagai
agen antijamur topikal untuk panau. Dalam mengukur volume cairan
tubuh ekstraseluler dan laju filtrasi glomerular ginal. Dalam kimia

38
analitik, penggunaan yang paling penting hadir karena anion tiosulfat
bereaksi secara stoikiometri dengan iodin dalam larutan berair,
mereduksinya menjadi iodida sebagaimana teroksidasi menjadi
tetrationat. Karena sifat kuantitatif reaksi ini, serta karena Na 2S2O3·5H2O
memiliki umur simpan yang sangat baik, ia digunakan sebagai titran
dalam iodometri. Na2S2O3·5H2O juga merupakan komponen dari
percobaan jam iodin. Penggunaan khusus ini dapat diatur untuk
mengukur kandungan oksigen dari air melalui rangkaian panjang reaksi
di dalam uji Winkler untuk oksigen terlarut. Hal ini juga digunakan
dalam memperkirakan secara volumetrik konsentrasi senyawa tertentu
dalam larutan (hidrogen peroksida, misalnya) dan dalam memperkirakan
kandungan klorin dalam bubuk pemutih komersial dan air.
Identifikasi Natrium tiosulfat merupakan Kristal berwarna putih, tidak
berbau, larut dengan baik dalam air tidak larut dalam etanol, bersifat
higroskofis, terurai perlahana dalam larutan berair, tidak dapat terbakar,
tidak reaktuf, bersifat stabil pada kondisi penyimpanan dan penggunaan
yang sesuai rekomendasi, stabil pada kondisi suhu dan tekanan normal.
Pembuatannya dengan memanaskan larutan natrium sulfit/mendidihkan
larutan NaOH berair dan sulfur, Reaksi : 6NaOH + 4S → 2NaS +
Na2S2O3 + 3H2O

22. N-Heksana (C6H14)

Heksana adalah senyawa dengan rumus kimia C6H14 (isomer utama n-


heksana memiliki rumus CH3(CH2)4CH3). Awalan heks- merujuk pada

39
enam karbon atom yang terdapat pada heksana dan akhiran -ana berasal
dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang menghubungkan
atom-atom karbon tersebut. Seluruh isomer heksana amat tidak reaktif,
dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert. Heksana juga
umum terdapat pada bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam
keadaan standar senyawa ini merupakan cairan tak berwarna yang tidak
larut dalam air.

Heksana diproduksi oleh kilang-kilang minyak mentah. Komposisi


dari fraksi yang mengandung heksana amat bergantung kepada sumber
minyak, maupun keadaan kilang. Produk industri biasanya memiliki
50%-berat isomer rantai lurus.

Heksana merupakan konstituen bensin. Mereka semua cairan tak


berwarna pada suhu kamar, dengan titik didih antara 50 dan 70 °C,
dengan bau sepeti bensin. Heksana luas digunakan sebagai pelarut non-
polar yang murah, relative aman, secara umum tidak reaktif, dan mudah
diuapkan.

Dalam industri, heksana digunakan dalam formulasi lem untuk sepatu,


produk kulit, dan pengatapan. Heksana juga digunakan untuk
mengekstrak minyak masak dari biji-bijian, untuk pembersihan dan
penghilang gemuk, dan produksi tekstil. Penggunaan laboratorium khas
heksana ialah untuk mengekstrak kontaminan minyak dan lemak dari air
dan tanah untuk analisis. Karena heksana tidak dapat dideprotonasikan
dengan mudah, maka ia digunakan di laboratorium untuk reaksi-reaksi
yang melibatkan basa sangat kuat, seperti pembuatan organolitium,
misalnya Butillitium secara khas disuplai sebagai larutan heksana. Dalam
banyak aplikasi (terutama farmasi), kegunaan n-heksana ialah dihapus
karena toksisitas jangka panjang, dan sering digantikan oleh n-heptana,
yang tidak akan membentuk metabolit beracun (heksana–2,5–dion).

40
23. Kloroform (CHCl3)

Kloroform adalah nama umum untuk triklorometana (CHCl 3). Kloroform


dikenal karena sering digunakan sebagai bahan pembius, akan tetapi
penggunaanya sudah dilarang karena telah terbukti dapat
merusak liver dan ginjal. Kloroform kebanyakan digunakan sebagai
pelarut nonpolar di laboratorium. Wujudnya pada suhu ruang
berupa cairan bening, mudah menguap, dan berbau khas.
Kloroform dapat disentesis dengan mencampuran etil alcohol atau etanol
dengan kalsium hipoklorit. Kalsium hipoklorit merupakan donor
unsur klor. Selain kalsium hipoklorit, penyumbang unsur klor yang dapat
dipakai adalah pemutih pakaian. Pemutih pakaian memiliki senyawa aktif
yaitu asam hipoklorit. Etil alkohol dipanaskan dan dicampurkan dengan
kalsium hipoklorit. Untuk mendapatkan kloroform dari reaksi
pencampuran ini, terdapat tiga reaksi yang terjadi:
Reaksi oksidasi : CH3-CH2OH + Cl2 → CH3-CHO + HCl
Reaksi klorinasi : CH3-CH2OH + 3Cl2 → CCl3-CHO + 3HCl
Reaksi hidrolisis : 2CCl3-CHO + Ca(OH)2 → 2CH3Cl + (HCOOH)2Ca
Selain menggunakan etil alkohol, aseton dapat digunakan untuk
menggantikan etil alkohol. Reaksi yang terjadi adalah:
Reaksi klorinasi : CH3COCH3 + 3Cl2 → CCl3COCH3 + 3HCl
Reaksi hidrolisis : CCl3COCH3 + Ca(OH)2 →2CH3Cl + (CH3COO)2Ca
Selain ketiga hal di atas, terdapat pula reaksi klorinasi metana yang
membutuhkan suhu 400 °C. Reaksi tersebut terjadi sebagai berikut:
CH4 + Cl2 → CH3Cl + CH2Cl2 + CHCl3 + CCl4

41
Untuk proses ini, kloroform dapat dipisahkan menggunakan distalsi
bertingkat, dan proses ini paling banyak diaplikasikan dalam industri.
Kloroform dapat digunakan untuk mengekstraksi komponen yang tidak
larut dalam air seperti lipid dalam proses isolasi DNA. Proses isolasi
DNA melibatkan larutan yang berisi campuran fenol, kloroform,
dan isoamilalkohol. Campuran ini akan membuat suspensi DNA pada
lapisan atas dan pengotor-pengotor akan mengendap pada bagian bawah
tabung. Cairan yang berada pada bagian atas tabung akan diproses lebih
lanjut untuk analisis DNA, dan bagian pengotor dibuang. Kloroform
digunakan untuk mengekstraksi kafein dalam minuman. Untuk
mendapatkan kafeina tersebut, dalam pemisahannya perlu
ditambahkan diklorometana untuk menarik senyawa pengotor. Lapisan
kloroform diambil, lalu diuji menggunakan spektrofotometer ultraviolet.
Kloroform dapat digunakan untuk campuran untuk menentukan
konsentrasi detergen anionik seperti ''sodium dodesil sulfat''. Metode
yang dilakukan dinamakan Methylene Blue Active Substance. Lapisan
bagian kloroform diambil lalu diukur menggunakan spektrofotomer pada
panjang gelombang 652 nm. Kloroform juga dapat digunakan untuk
mengkuantifikasi secara kasar kandungan lipid dalam suatu
sampel. Untuk memisahkan lipid dari pengotor-pengotor lainnya, sering
ditambahkan pelarut organik lainnya seperti metanol untuk menarik
kandungan protein. Lapisan kloroform diambil lalu diuapkan hingga
tersisa lipidnya.

2.3 Klasifikasi Bahan-Bahan Kimia Menurut Wujudnya


Cair :
 Asam Klorida (HCl)
 Asam Sulfat (H2SO4)
 Asam Nitrat (HNO3)
 Etanol (C2H5OH)
 Eter (CH3-CH2-O-CH2-CH3)

42
 Asam Asetat (CH3COOH)
 Formalin (CH2O)
 Etil Asetat (C4H8O2)
 Benzena (C6H6)
 N-Heksana (C6H14)
 Kloroform (CHCl3)

Padat :
 Natrium Hidroksida (NaOH)
 Tembaga (II) Sulfat (CuSO4)
 Kalium Permanganat (KMnO4)
 Natrium Klorida (NaCl)
 Kalium Dikromat (K2Cr2O7)
 Kalium Kromat (K2CrO4)
 Besi II Sulfat (FeSO4.7H2O)
 Asam Sitrat (C8H6O7)
 Asam Oksalat (H2C2O4)
 Iodin (I)
 Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)
Gas :
 Amonia (NH3)

43
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dari beberapa literature yang dikumpulkan oleh
penulis diperoleh kesimpulan, yaitu :
1. Bentuk-bentuk bahan kimia terdiri dari bentuk padatan, gas dan cair.
2. Bahan kimia digolongkan berdasarkan sifatnya yaitu mudah terbakar,
mudah teroksidasi, mudah meledak, korosif, beracun, dan bahaya iritasi.
3.2 Saran
Alangkah baiknya alat dan bahan di laboratorium dilengkapi lagi agar pada
saat praktikum tidak terjadi kekurangan alat dan bahan. Sebaiknya semua
mahasiswa hadir pada saat praktikum agar dapat melakukan percobaan
dengan baik dan benar dan selalu berhati-hati terhadap beberapa bahan kimia
pada saat praktikum. Serta dosen selalu hadir pada saat praktikum untuk
mengawasi praktikan.

44

Anda mungkin juga menyukai