Anda di halaman 1dari 19

BAB II

KERANGKA TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Zirkonium Oksiklorid

Zirkonium oksida diklorida, ZrOCl2.8H2O (ZOC), biasa disebut

zirkonium oksiklorid, merupakan klorida hidroksil,

[Zr4(OH)8.16H2O]Cl8.12H2O. Secara komersial, ZOC dapat diperoleh dari

peleburan pasir zirkon dengan soda kostik pada suhu 750 oC. Natrium

zirkonat terhidrolisis dengan zirkonia hidrat, yang direaksikan dengan asam

klorida panas. Zirkonium oksiklorid dapat dibuat dari larutan oksiklorid

dengan cara kristalisasi. Zirkonium oksiklorid juga dapat diperoleh dari

pelarutan zirkonium tetraklorida dalam air, atau dengan mereaksikan

zirkonium karbonat dengan asam klorida.

Zirkonium oksiklorid merupakan bahan dasar yang penting dalam

produksi senyawa zirkonium lainnya pada bahan kimia. Zirkonium oksiklorid

anhidrat dihasilkan oleh reaksi dari diklorin oksida (fosgen) dengan suspensi

zirkonium tetraklorida dalam karbon tetraklorida. Reaksi ini dimulai pada 30


o
C. Senyawa ini sangat padat dan hidroskopis; itu terurai menjadi zirkonia

tetraklorida dan zirkonium pada 250 oC.( Arao Manhique, 2003)

Zirkonium tetraklorida bereaksi cepat dengan air, uap atau cair untuk

pertukaran dua klor pada oksigen. Dalam bentuk serbuk, bereaksi dalam air

untuk membentuk zirkonium hidroksiklorid dan asam klorida bebas.

Zirkonium tetraklorida digunakan untuk menghasilkan senyawa organologam

9
10

zirkonium, misalnya bereaksi dengan alkohol untuk membentuk alkoksida,

untuk membentuk pelapis nitrida zirkonium, dan elektrokimia berubah

menjadi zirkonia pada temperatur tinggi dalam sel bahan bakar. (Arao

Manhique, 2003)

Metode kristalisasi oksiklorid telah dilakukan, meskipun dianggap

terlalu mahal karena jumlah asam klorida yang dibutuhkan. Metode ini

digunakan untuk menghasilkan zirkonium oksiklorid dalam skala besar.

Secara proses, produk dari klorinasi zirkon atau zirkonium tetraklorida

terkontaminasi dengan klorida aluminium, titanium tetraklorida, silikon

tetraklorida dan besi triklorida, diperlakukan dengan asam klorida 20 % untuk

menghasilkan larutan zirkonium oksiklorid.

Untuk menghasilkan zirkonia, zirkonium oksiklorid kristal

ditembakkan di udara. Untuk memperoleh zirkonia halus, zirkonium

oksiklorid dilarutkan dalam air dan menambahkan amonia kedalam endapan

zirkonium hidroksida, menghasilkan zirkonia halus (Arao Manhique, 2003).

Zirkonium oksiklorid adalah serbuk yang berwarna putih dan tidak

berbau yang memiliki berat molekul 322,30, titik didih pada tekanan (760

torr) sebesar 210 ºC (410 ºF), mempunyai titik leleh 150 ºC (302 ºF) dengan

tekanan uap pada suhu 20 ºC (68 ºF) adalah 9 sampai 13 torr. Zirkonium

oksiklorid adalah senyawa yang mudah larut, dapat dilarutkan dalam air

dingin, alkohol, dan eter serta dapat terurai dalam air panas.

Larutan kimia untuk reaksi pengendapan dibuat suatu senyawa yang

paling banyak dikenal dan terbaik dari zirkonium, yaitu zirkonil klorida
11

oktahidrat, ZrOCl2.8H2O digunakan sebagai bahan dasar. Dalam struktur

kristal, zirkonium spesies dominan adalah dalam bentuk ion [Zr4(OH)8]8+

dengan molekul air dikelompokkan sekitar ini ion polimer dan tidak ada

silang antara spesies unit zirkonium. Ketika kristal ditambahkan ke dalam air,

itu adalah mudah dilarutkan dan polimer zirkonium hanya diangkat keluar

dari kisi ke dalam larutan, di mana akan terurai menjadi ZrOOH+. Produk

hidrolisis kationik adalah karakteristik kompleks zirkonium, yang berada di

lingkungan klorin. Langkah hidrolisis pertama dapat ditulis sebagai:

4ZrOCl2 · 8H2 O (s) + H2 O 4 [ZrOOH · 4H 2O]+ + 4Cl- + 4HCl +13H2O

(1)

Pada konsentrasi antara 0,01 sampai dengan 0,1 M, padatan zirkonium

ini benar-benar terurai menjadi kation stabil. Sifat fisik dari larutan zirkonil

klorida menunjukkan banyak karakter yang sama dengan larutan asam klorida

dari molaritas yang sama. Kelarutan dari spesies zirkonium total larutan dapat

lebih dikendalikan oleh penambahan asam klorida (Havesy G. Von, 1925).

Pada penambahan larutan HCl, kelarutan menurun, hal ini karena efek ion

umum, sampai minimum sebesar 8,5 N HCl. Setelah mencapai minimum

sedikit peningkatan dalam kelarutan saat dikaitkan dengan pembentukan

kompleks zirkonium lainnya. Ketergantungan suhu kelarutan zirkonil klorida

terkonsentrasi pada (10.16 N) HCl. Peran asam nonkompleks lebih dari

kontrol kelarutan dari total zirkonium dalam larutan, namun penambahan ion

klor ke dalam sistem ini juga sama pentingnya. Keberadaan ion hidronium
12

melebihi kekuatan produk hidrolisis sebelumnya pada reaksi berikut (Lister,

B.A.J. and (Miss) L.A.MºDonald, 1952: 4315-4330).

4[ZrOOH · 4H 2O]+ + 4Cl- + 4HCl + 13H2O 4ZrO2+ + 8Cl- + 33H2O

(2)

Hidrolisis ion ini lebih lanjut menjadi zirkonia hidro metastabil yang

terbentuk

4 ZrO2+ + 8Cl- + 33H2O [Zr4(OH)8]8+ + 8Cl- + 29H2O (3)

Hidrolisis ion zirkonium dalam larutan berkurang dengan penambahan

HCl, sedangkan ion stabil dalam larutan encer 'yang lebih mendasar' adalah

kation [ZrOOH.4H2O]+. Bukti struktur tetra-zirkonium dalam larutan

menggunakan teknik elektrokimia artinya yaitu mobilitas ion zirkonium

dalam larutan untuk konsentrasi HCl hingga 1 N. Keasaman lebih tinggi dari

1 N tidak menghasilkan spesies yang bermigrasi ke katoda, yang berarti

pembentukan spesies zirkonium yang lebih besar. Keseimbangan ini dalam

larutan adalah sama dengan yang di struktur kristal padat zirkonil klorida

oktahidrat bahwa tidak ada atom klorin terikat secara kovalen dengan atom

zirkonium. Hidrolisis keseluruhan (sebuah kompilasi dari Persamaan (1)

sampai dengan (3)) dari zirkonil klorida padat dapat diringkas sebagai

berikut:
HCl
4[ZrOCl2·8H2O] (s) + H 2 O [Zr4 (OH)8] 8+ + 8Cl- + 29 H2 O (4)

(Havesy G. Von, 1925)

2. Asam Sulfat
13

Asam sulfat, H2SO4, merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat.

Zat ini larut dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai

banyak kegunaan dan merupakan salah satu produk utama industri kimia.

Kegunaan utamanya digunakan untuk proses bijih mineral, sintesis kimia,

pengolahan air limbah dan pengilangan minyak. (http://id.wikipedia.org

/wiki/Asam_sulfat diakses pada tanggal 24/01/2012)

Asam sulfat murni yang tidak diencerkan tidak dapat ditemukan secara

alami di bumi oleh karena sifatnya yang higroskopis. Walaupun demikian,

asam sulfat merupakan komponen utama hujan asam, yang terjadi karena

oksidasi sulfur dioksida di atmosfer dengan keberadaan air (oksidasi asam

sulfit). Sulfur dioksida adalah produk samping dari pembakaran bahan bakar

seperti batu bara dan minyak bumi, yang mengandung sulfur (belerang).

a. Sifat-sifat fisika

1) Bentuk-bentuk asam sulfat


Asam sulfat dapat dibuat dengan melepaskan SO3 pada titik didihnya

dan menghasilkan asam 98,3 %. Asam sulfat 98 % lebih stabil untuk

disimpan, dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat

98 % umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat. Terdapat berbagai jenis

konsentrasi asam sulfat yang digunakan untuk berbagai keperluan:

a) 10 %, disebut asam sulfat encer untuk kegunaan laboratorium,

b) 33,53 %, disebut asam baterai,

c) 62,18 %, disebut asam bilik atau asam pupuk

d) 73,61 %, disebut asam menara atau asam glover,


14

e) 97 %, disebut asam pekat.

Terdapat juga asam sulfat dalam berbagai kemurnian. Mutu teknis

H2SO4 tidaklah murni dan seringkali berwarna, namun cocok digunakan

untuk membuat pupuk. Asam sulfat murni digunakan untuk membuat obat-

obatan dan zat warna. Beberapa sifat fisik H2SO4 terdapat pada tabel 1.

Tabel 1. Beberapa sifat fisik H2SO4


Rumus molekul H2SO4
Massa molar 98,08 g/mol
Penampilan Cairan bening, tak berwarna, tak berbau
Densitas 1,84 g/cm3, cair
Berat jenis uap 3,4 udara =1
Tekanan uap (mmHg) 1 (pada 146 oC)
Titik Lebur 10 (oC)
Titik didih 290 (oC)
Keasaman (pKa) -3
Viskositas 26,7 cp (pada 20 oC)

2) Polaritas dan konduktivitas


H2SO4 anhidrat adalah cairan yang sangat polar. Ia memiliki tetapan

dielektrik sekitar 100. Konduktivitas listriknya juga tinggi. Hal ini

diakibatkan oleh disosiasi yang disebabkan oleh swa-protonasi, disebut

sebagai autopirolisis.

2 H 2 SO4 H3SO4+ + HSO4−

b. Sifat-sifat kimia

1) Reaksi dengan air


Reaksi hidrasi asam sulfat sangatlah eksotermik. Penambahan asam

terlebih dahulu kemudian tambahkan air daripada air ke dalam asam. Hal ini

dikarenakan, air memiliki massa jenis yang lebih rendah daripada asam sulfat
15

dan cenderung mengapung di atasnya, sehingga apabila air ditambahkan ke

dalam asam sulfat pekat, ia akan dapat mendidih dan bereaksi kuat. Reaksi

yang terjadi adalah pembentukan ion hidronium (H3O+) :

H2 SO4 + H2O H3O+ + HSO4-

HSO4- + H2O H3O+ + SO42-

c. Kegunaan
Asam sulfat merupakan komoditas kimia yang sangat penting, dan

sebenarnya pula, produksi asam sulfat pada suatu negara merupakan indikator

terhadap kekuatan industri negara tersebut (E.A.Hakkilla, 1981). Asam sulfat

juga memiliki berbagai kegunaan di industri kimia. Sebagai contoh, asam

sulfat merupakan katalis asam yang umumnya digunakan untuk mengubah

sikloheksanoksim menjadi kaprolaktam, yang digunakan untuk membuat

nilon. Ini juga digunakan untuk membuat asam klorida dari garam melalui

proses Mannheim. Asam sulfat banyak digunakan dalam pengilangan minyak

bumi, contohnya sebagai katalis untuk reaksi isobutana dengan isobutilena

yang menghasilkan isooktana (http://id.wikipedia.org /wiki/Asam_sulfat

diakses pada tanggal 24/01/2012).

3. Zirkonium Berbasis Sulfat

Rumus kimia zirkonium berbasis sulfat (ZBS) adalah

Zr5O7(SO4)3.nH2O. Zirkonium berbasis sulfat merupakan senyawa yang

digunakan sebagai bahan awal (starting material) pada proses berikutnya


16

baik pada proses pemurnian zirkonium maupun pada industri diantaranya

tanning agent, catalyst, decoloring agent, coating, dll. Selain itu ZBS juga

merupakan senyawa krusial, karena pada langkah ini pengotor-pengotor

seperti Fe+3, Th+4, U+6, Ti+4 akan hilang saat pencucian dengan air, tetapi jika

bentuknya bukan ZBS misal zirkon sulfat atau zirkon sulfat tetrahidrat maka

zirkon ini akan terikut di larutan pencuci. Badan Pengawas Tenaga Nuklir

(BAPETEN) telah menentukan batas-batas pengotor khususnya Th dan U

yang harus dipenuhi agar zirkonia (ZrO2) yang dihasilkan dari bahan

tambang mempunyai ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2.Kandungan bahan radioaktif pada berbagai spesifikasi zirkon.


Kreteria menurut Fergusen Wid CIEC Zetamin
Jepang (ppm) (ppm) (ppm) (ppm)
U + 0,4 Th U + 0,4 Th U + 0,4 Th U + 0,4 Th
< 100 326-338 400 - 600 301

Kreteria yang ditetapkan oleh Jepang untuk kandungan bahan radioaktif

tersebut adalah kombinasi antara Uranium dan Thorium dihitung menurut

rumus :

Zirkonium berbasis sulfat merupakan produk utama dalam produksi

bahan kimia murni karena zirkonium adalah untuk mengendalikan bentuk

yang diendapkan. Hal ini dapat diperoleh dengan mengurangi keasaman

larutan zirkonium sulfat. Dasar dari pembentukan zirkonium berbasis sulfat

adalah berkaitan dengan fakta bahwa pelarutan lembaran zirkonium sulfat

terjadi dengan memecah ikatan antara kelompok sulfat dan atom zirkonium,

melalui penggantian kelompok sulfat dengan kelompok-kelompok hidroksi


17

sebagai ligan. Struktur terdiri dari alur tunggal [Zr(OH)2]n2n+1, yang

bergabung dengan menjembatani sulfat. (Arao Manhique, 2003)

Dalam senyawa ini, atom zirkonium didominasi memiliki sejumlah

koordinasi 8. Paling umum zirkonium berbasis sulfat Zr5O7(SO4)3.nH2O.

Sulfat dasar lainnya telah dirumuskan dalam literatur. Struktur dodecahedral

terdiri dari lapisan ZrO8 dijembatani oleh ion sulfat. Zirkonium berbasis

sulfat, Zr(OH)2SO4, memiliki antiprism persegi dan terdiri dari rantai zig-zag

tak terbatas [Zr(OH)2].

Larutan zirkonium ortosulfat sangat asam. Larutan ini dapat dibuat dari

zirkonium berbasis sulfat atau karbonat. Garam mengkristal langsung dari

larutan dalam bentuk tetrahidrat, Zr(SO4)2.4H2O. Pada pemanasan 100 oC,

tetrahidrat dapat dikonversi ke monohidrat dan dari monohidrat dapat

menjadi anhidrat pada suhu 380 oC. Hidrat yang lebih tinggi juga diketahui.

Zirkonium berbasis sulfat digunakan dalam pembuatan zirkonium

berbasis karbonat dan zirkonium hidroksida, karena itu untuk menghasilkan

zirkonia melalui zirkonium hidroksida. Hal ini juga digunakan untuk

memproduksi apa yang disebut sabun zirkonium. Larutan zirkonium sulfat

lebih banyak digunakan dalam penyamakan kulit dari pada larutan kromium.

Zirkonium sulfat digunakan dalam fotografi, sebagai lapisan pigmen.

Zirkonium sulfat juga digunakan dalam reaksi katalis yang berhubungan

dengan pemprosesan hidrokarbon di kilang minyak, dimana disebut sebagai

katalis paling aktif.

a. Metoda Berbasis Sulfat


18

Metode ini didasarkan pada pengendapan zirkonium berbasis sulfat.

Tingkat keasaman konstan harus dipertahankan selama pengendapan pada

pengenceran dan suhu reaksi harus dipertahankan pada 39,5 oC. Keasaman

sebagai media untuk meningkat, karena untuk pembentukan asam bebas. Jika

kondisi ini terpenuhi, maka hasil yang didapat mencapai nilai setinggi 40 %

sampai 50 %. Metode berbasis sulfat ini ditemukan hanya mengandung sisa

dari pengotor (Arao Manhique, 2003).

Tingkat kesulitan utama dalam proses ini terletak dalam mengontrol

media keasaman sebagai hasil dari hidrolisis zirkonium sulfat dengan

pembentukan asam sulfat bebas, sesuai dengan reaksi berikut:

4Zr(SO4)2 + 19H2O → 4ZrO2.3SO3.14H2O + 5H2SO4 (5)

Reaksi 5. menunjukkan reaksi hidrolisis zirkonium sulfat dalam air untuk

menghasilkan zirkonium berbasis sulfat.

Untuk mengatasi masalah tersebut, asam sulfat diganti oleh asam

klorida dan sulfat yang larut ditambahkan untuk menyediakan ion sulfat.

Sulfat dari aluminium, magnesium, natrium, dan amonium yang digunakan

untuk dapat digantikan. Dengan metode alternatif ini, menghasilkan sekitar

97,5 % dapat dicapai .

Selain metode diatas, larutan zirkonil sulfat direaksikan dengan asam

sulfat untuk memberikan perbandingan mol ion zirkonium dengan sulfat =

5:2 . larutan tersebut dipanaskan pada 90 oC dan diencerkan dengan air. Pada

kondisi yang sama, larutan amonium ditambahkan agar pH mencapai 1,5.

Zirkonium berbasis sulfat, Zr5 O8(SO4 )2.xH2 O, menghasilkan endapan lebih


19

dari 99 %. Endapan diubah menjadi hidroksida menggunakan refluks dengan

amonia. Zirkonium berbasis sulfat mudah disaring dan dicuci untuk

menghilangkan kotoran alumunium dan uranium.

Zirkonia atau zirkon konversi pertama zirkonia hidrat, maka untuk

larutan zirkonium oksiklorid melalui reaksi asam klorida. Asam sulfat atau

amonium sulfat ditambahkan kedalam larutan zirkonium oksiklorid, diikuti

dengan pemanasan. Ketidakmurnian logam tetap, dalam larutan harus

dibuang. Namun, beberapa titanium tetap karena sulit untuk dipisahkan dalam

proses ini (Arao Manhique, 2003).

Rincian hidrolitik dari struktur zirkonat sulfat (artinya ion sulfat terikat

kovalen) reduksi (1) dalam ion klorida, dalam bentuk asam klorida (2)

peningkatan suhu (3) penurunan konsentrasi zirkonium atau (4) oleh

peningkatan pH larutan. Kecenderungan dari keempat ini adalah sama seperti

yang telah dilakukan sebelumnya untuk hidrolisis zirkonil klorida, dengan

pengecualian pH larutan pada keasaman lebih tinggi. Peningkatan keasaman

digunakan hanya bila ikatan zirkonium sulfat yang diinginkan. Pada

keasaman rendah, hidrolisis ireversibel lambat, disertai dengan peningkatan

dalam polimerisasi dan mungkin perubahan dalam struktur dari OH- untuk

penghubung O2- . Transisi dua ion dari Reaksi (7) dan (8) akan bergabung

untuk menghasilkan disulfat pentazirkonium,

Zr(SO4)2 · H2 O + 4H2 O 2 H+ + [ZrO (SO4)2 · 3H2O]2- (6)

[ZrO(SO4)2·3H2O]2- + H2O [(HO)ZrO(SO4)·3H2O]- + HSO4- (7)

[(HO)ZrO(SO4)·3H2O]- + H 2 O [(HO)2ZrO·3H2O] + HSO4- (8)


20

Cl-

2[(HO)ZrO(SO4)·3H2O]- + 3[(HO)2ZrO·3H2O]+2H+

Zr5O8(SO4)2·15H2O + 5H2O

(9)

Perhatikan di sini bahwa intermediet disulfat pentazirkonil berbeda dari kelas

zirkonat sulfat bahwa ion sulfat; yang terikat ke atom zirkonium oleh

tarik-menarik elektrostatik, bukan kovalen (Beyer, C.H., Koerner. E.L. and

E.H. Olson, 1955) .

Keseimbangan antara konsentrasi zirkonium, konsentrasi asam klorida,

konsentrasi asam sulfat, suhu dan kadar klorida merupakan bagian utama

dalam mempercepat disulfat pentazirkonium. Pertimbangan semua reaksi

yang diusulkan dalam Persamaan (1)-(9), reaksi keseluruhan untuk

pengendapan disulfat pentazirkonium dapat ditulis sebagai (Blumenthal,

W.B., 1958)
HCl
5ZrOCl2·8H2O + 2H2SO4 + 10NH4OH Zr5 O8 (SO4 )2 ·15H2 O + 32H2O +

10NH4Cl (10)

Pembuatan ZBS adalah merupakan proses pengendapan, yaitu peristiwa

pembentukan partikel-partikel padat di dalam suatu fase homogen.

Pembentukan partikel-partikel ini dapat terjadi karena lingkungannya dalam

keadaan lewat jenuh. Keadaan lewat jenuh ini dapat diciptakan dengan

menambahkan suatu komponen yang akan bereaksi dengan zat terlarut

semula sehingga membentuk endapan atau zat yang tidak mudah larut.

Dalam pembentukan endapan ini akan melewati 2 proses yaitu:


21

1. Lahirnya suatu partikel baru yang disebut nukleasi dimana ion-ion dari

molekul yang akan diendapkan mulai membentuk inti atau pasangan ion

menjadi butir-butir yang sangat kecil yang bisa terdiri dari beberapa jenis

partikel, molekul, atom atau ion-ion. Oleh karena gerak rambang dari

partikel-partikel itu didalam setiap volume kecil beberapa partikel

mungkin bergabung membentuk suatu gerombolan atau klaster, yaitu

gabungan yang agak longgar yang dapat mudah putus. Namun kadang-

kadang cukup banyak partikel bergabung membentuk embrio yang

merupakan permulaan dari susunan kisi dan permulaan dari pembentukan

suatu fase baru yang terpisah. Dalam kebanyakan hal embrio ini berumur

pendek dan kembali menjadi gerombolan atau partikel individual, tetapi

jika lewat jenuhnya cukup besar embrio ini mungkin akan tumbuh

sehingga mencapai suatu ukuran yang berada dalam keseimbangan

termodinamik dengan larutan itu dan ini yang disebut inti.

2. Tumbuhnya partikel tersebut diatas menjadi sesuatu yang ukurannya

makroskopik atau disebut sebagai pertumbuhan inti. Pada tahap ini inti

tumbuh menjadi butiran yang lebih besar. Inti ini menarik molekul-

molekul lain membentuk butiran yang lebih besar sehingga terbentuk

endapan.

4. Spektroskopi X-Ray

a. Spektroskopi X-ray Fluoresensi


22

Spektrometer X-ray fluoresensi (XRF) adalah suatu alat X-ray

digunakan untuk bahan yang relatif non-destruktif analisis kimia batuan,

mineral, sedimen dan cairan. X-ray bekerja pada panjang gelombang-

dispersif spektroskopi prinsip yang mirip dengan microprobe elektron.

Namun, XRF umumnya tidak dapat membuat analisis di spot ukuran kecil

khas pekerjaan EPMA (2-5 mikron), sehingga biasanya digunakan untuk

analisis sebagian besar fraksi lebih besar dari bahan geologi. Biaya murah dan

persiapan sampel relatif mudah, stabilitas dan kemudahan penggunaan X-ray

spektrometer membuat salah satu metode yang paling banyak digunakan

untuk analisis unsur utama dan jejak di batuan, mineral, dan sedimen

(http://anekakimia.blogspot.com/2011/06/analisa-instrumen-xrf.html diakses

pada tanggal 27/01/2012)

Metode X-ray fluoresensi yang digunakan untuk mengukur fase yang

berbeda ditemukan berbagai proses. Untuk kuantitatif, itu sudah cukup untuk

memilih satu baris utama dalam garis besar dalam spektrum karakteristik

unsur dan garis yang berhubungan dengan konsentrasi. Spektrometer X-ray

terdiri atas sumber eksitasi, sarana memisahkan dan mengisolasi garis

karakteristik, dan perangkat untuk mengukur intensitas garis karakteristik

(Arao Manhique,2003).

b. Prinsip Dasar X-Ray Fluoresensi (XRF)

Metode XRF tergantung pada prinsip-prinsip dasar yang umum untuk

beberapa metode instrumen lain yang melibatkan interaksi antara berkas

elektron dan sinar-x dengan sampel, termasuk: X-ray spektroskopi (misalnya,


23

SEM - EDS), difraksi sinar-X (XRD), dan panjang gelombang dispersif

spektroskopi (microprobe WDS).

Analisis unsur-unsur utama dan jejak dalam bahan geologi oleh X-ray

fluoresensi dimungkinkan oleh perilaku atom ketika mereka berinteraksi

dengan radiasi. Ketika bahan-bahan dengan energi tinggi, radiasi panjang

gelombang pendek (misalnya, sinar-X), mereka bisa menjadi terionisasi. Jika

energi radiasi yang cukup untuk mengeluarkan sebuah elektron dalam rapat

diadakan, atom menjadi tidak stabil dan sebuah elektron terluar menggantikan

elektron yang hilang. Ketika ini terjadi, energi dilepaskan karena energi yang

mengikat penurunan orbital elektron dalam dibandingkan dengan yang luar.

Radiasi yang dipancarkan adalah energi yang lebih rendah dari insiden utama

sinar-X dan disebut radiasi neon. Karena energi dari foton yang dipancarkan

adalah karakteristik transisi antara orbital elektron yang spesifik dalam

elemen tertentu, neon dihasilkan sinar-X dapat digunakan untuk mendeteksi

kelimpahan unsur-unsur yang hadir dalam sampel (http://anekakimia.-

blogspot.-com/2011/06/analisa-instrumen-xrf.html diakses pada tanggal 27-

/01/2012).

c. Cara Kerja XRF

Analisis unsur-unsur utama dan jejak dalam bahan geologi oleh XRF

dimungkinkan oleh perilaku atom ketika mereka berinteraksi dengan X-

radiasi. Sebuah spektrometer XRF bekerja karena jika sampel dikenai oleh

sinar-X intens beam, yang dikenal sebagai balok insiden, sebagian energi

yang tersebar, tetapi beberapa juga diserap dalam sampel dengan cara yang
24

tergantung pada kimianya. Insiden X-ray beam biasanya dihasilkan dari target

Rh, meskipun W, Mo, Cr dan lain-lain juga dapat digunakan, tergantung pada

aplikasi.

Atom-atom dalam sampel menyerap sinar-X energi pengion, elektron

mendepak dari tingkat energi rendah (biasanya K dan L). Para elektron

dikeluarkan diganti oleh elektron dari, energi luar orbit yang lebih tinggi.

Ketika ini terjadi, energi dilepaskan karena energi yang mengikat penurunan

orbital elektron dalam dibandingkan dengan yang luar. Hal ini melepaskan

energi dalam bentuk emisi karakteristik sinar-X menunjukkan atom jenis ini.

Jika sampel memiliki unsur-unsur yang hadir, seperti yang khas untuk

kebanyakan mineral dan batuan, penggunaan Spektrometer dispersif panjang

gelombang seperti dalam EPMA memungkinkan pemisahan spektrum yang

dipancarkan sinar-X yang kompleks ke dalam panjang gelombang

karakteristik untuk masing-masing elemen ini. Berbagai jenis detektor (aliran

gas proporsional dan sinar) digunakan untuk mengukur intensitas sinar yang

dipancarkan. Penghitung aliran yang biasa digunakan untuk mengukur

panjang gelombang (> 0,15 nm) sinar-X yang khas dari spektrum K dari

unsur yang lebih ringan daripada Zn. Detektor sintilasi umumnya digunakan

untuk menganalisis panjang gelombang lebih pendek dalam spektrum sinar-X

(K spektrum elemen dari Nb ke I; L spektrum Th dan U). X-ray dari panjang

gelombang menengah (K spektrum yang dihasilkan dari Zn untuk Zr dan L

spektrum dari Ba dan unsur tanah jarang) umumnya diukur dengan

menggunakan kedua detektor bersama-sama. Intensitas energi yang diukur


25

oleh detektor sebanding dengan kelimpahan elemen dalam sampel. Nilai yang

tepat dari proporsionalitas ini untuk setiap elemen diperoleh dengan

perbandingan standar mineral atau batuan dengan komposisi yang diketahui

dari analisis sebelumnya dengan teknik lain (http://anekakimia.blogspot.com

/2011/06/analisa-instrumen-xrf.html diakses pada tanggal 27/01/2012).

B. Penelitian yang Relevan

Dalam penelitiannya, Ngo Van Tuyen, dkk (2007) peneliti Institute for

technology of Radioactive and Rare Element, VAEC, Vietnam, melakukan

penelitian preparation of high quality zirconium oxychloride from zircon of

vietnam, menggunakan pasir zirkon dari vietnam untuk membuat

ZrOCl2.8 H2O sebagai umpan dan menggunakan (NH 4)2SO4 sebagai

pengendap, dalam pembuatan zirkonium berbasis sulfat.

Arao Manhique (2003) peneliti faculty of natural and agricultural

sciences, University of Pretoria, Pretoria melakukan penelitian optimation of

alkali-fusion process for zircon sands : a kinetic study of the process. Metode

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrometri XRF.

C. Kerangka Berfikir

Konversi pembentukan zirkonium berbasis sulfat ini bertujuan

mengetahui banyaknya kadar Zr yang telah menjadi zirkonium berbasis sulfat

dari hasil reaksi zirkonium oksiklorid, atau berapa persen Zr yang berubah

menjadi ZBS terhadap Zr dalam ZOC atau bahan awal. Cara penentuan kadar
26

Zr dapat dilakukan dengan berbagai cara analisis, satu diantaranya yaitu

secara spektrometer X-Ray. Persiapan analisis kadar Zr dengan cara

penyaringan endapan zirkonium berbasis sulfat dan filtrat, yang kemudian

dilakukan analisis kadar Zr secara spektrometri X-Ray.

Pembentukan zirkonium berbasis sulfat ini dipengaruhi oleh konsentrasi

yang tepat dari zirkonium oksiklorid dan asam sulfat sehingga diperoleh

zirkonium berbasis sulfat yang maksimum. Selain itu juga, waktu

pengendapan perlu diperhatikan dalam proses pembentukan, karena

mempengaruhi kandungan logam yang masih ada dalam filtrat zirkonium

berbasis sulfat.

Asam sulfat merupakan jenis asam yang sering digunakan untuk

mereaksikan zirkonium oksiklorid sehingga menghasilkan zirkonium berbasis

sulfat. Perbedaaannya pada variasi waktu pengendapan, konsentrasi

zirkonium oksiklorid, dan konsentrasi asam sulfat yang digunakan dalam

pembentukan zirkonium berbasis sulfat sehingga dalam penelitian ini

diperkirakan ada perbedaan konversi dari pembentukan zirkonium berbasis

sulfat.

D. Hipotesis Penelitian

Dengan kondisi reaksi optimum diharapkan kadar Zr yang optimum

dalam zirkonium berbasis sulfat serta adanya pengaruh dari berbagai variasi

konsentrasi zirkonium oksiklorid, konsentrasi asam sulfat dan waktu


27

pengendapan terhadap konversi pembentukan zirkonium berbasis sulfat yang

dihasilkan.

Anda mungkin juga menyukai