Anda di halaman 1dari 74

48

BAB VI
TEORI DASAR STIMULASI

6.1. Stimulasi
Stimulasi merupakan suatu proses perbaikkan terhadap sumur untuk
peningkatan permeabilitas formasi dalam upaya peningkatan laju produksi.
Stimulasi dapat dilakukan dengan metoda hydraulic fracturing dan acidizing.
Dampak dari stimulasi yaitu menimbulkan terbentuknya rekahan (fracture) atau
pelarutan partikel penyumbat pada ruang pori-pori batuan.

6.2. Metoda Stimulasi


Stimulasi merupakan pekerjaan ulang menyangkut tentang perubahan sifat
formasi dengan menambahkan unsur-unsur tertentu atau material lain ke dalam
formasi guna memperbaiki adanya well damage. Metode stimulasi dapat
dibedakan menjadi dua yaitu acidicing dan hydraulic fracturing.

6.2.1. Acidizing
Prinsip dasar metode ini adalah melarutkan batuan dari material-material
yang menghambat aliran dalam reservoir dengan cara menginjeksikan sejumlah
asam ke dalam lubang sumur/ lapisan produktif. Acidizing ini biasanya dilakukan
untuk menghilangkan pengaruh penurunan permeabilitas formasi di sekitar lubang
sumur (kerusakan formasi) dengan cara memperbesar pori-pori batuan dan
melarutkan partikel-partikel penyumbat pori-pori batuan .
Proses penginjeksian asam ke dalam formasi dilakukan dengan tahap-
tahap kegiatan seperti preflush, spotting dan after flush/overflush.
1. Preflush
Preflush dilakukan dengan memompakan asam yang konsentrasinya rendah
dan jumlahnya kira-kira setengah dari volumeuntuk acidizing sebenarnya.
Preflush bertujuan untuk menghilangkan material formasi yang dapat bereaksi
dengan HCl, memindahkan air formasi yang mengandung ion-ion (Na 2+, Ca2+
49

dan lain-lain) yang cenderung mengendap dengan HF, mendinginkan formasi


sehingga memperdalam penetrasi asam.
2. Spotting
Spotting merupakan proses utama pemompaan asam untuk memperbaiki
permeabilitas batuan. Pemompaan dengan laju yang rendah dilakukan untuk
memperbaiki kerusakan disekitar lubang sumur, sedangkan laju yang tinggi
dilakukan untuk jangkauan yang lebih jauh ke dalam formasi.
3. After flush (postflush)
After flush merupakan proses pendorongan asam yang masih ada dalam
tubing agar seluruh asam masuk ke dalam formasi dan mengurangi waktu
kontak asam dengan tubing, disamping itu juga untuk memindahkan asam
yang telah terpakai jauh dari lubang sumur sehingga presipitasi yang dapat
terbentuk tidak akan banyak merusak. Cairan yang digunakan seperti minyak
diesel, nitrogen, ammonium klorida (NH4Cl), dan HCl.

6.2.1.1. Teori Perbaikan Produktivitas Melalui Pengasaman


Stimulasi pengasaman matriks terutama akan efektif dilakukan pada
sumur-sumur yang mengalami hambatan aliran yang disebabkan oleh adanya
kerusakan formasi. Untuk menggambarkan peningkatan produktivitas sumur yang
dapat dicapai dengan memindahkan kerusakan di dekat lubang sumur yang
dianggap sebagai sistem radial sederhana, seperti terlihat pada Gambar .6.1.
Sistem terdiri dari dua bagian yaitu zona yang mengalami kerusakan yang
terbentang antara radius rw dan rs dengan permeabiltas ks; dan zona diluarnya
tanpa kerusakan yang terbentang antara re dan rs dengan permeabilitas (k).
50

Gambar 6.1.
Skematis Damaged Well dalam Reservoir Terbatas
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)
Muskat menunjukkan perbandingan produktivitas fluida dari sistem yang
mengalami kerusakan terhadap sistem tanpa kerusakan dengan permeabilitas
seragam, seperti persamaan berikut :

Js Fk log(re /rw )
 .……………………………….... (6-
J o log(rs / rw )  Fk log(re / rs )
1)
Keterangan:
Js= produktivitas sumur yang mengalami kerusakan, bpd/psi
Jo = produktivitas sumur tanpa mengalami kerusakan, bpd/psi
Fk = perbandingan permeabilitas, ks/ko
rs = jari-jari daerah yang mengalami kerusakan, inc
rw = jari-jari sumur, inc
re = jari-jari pengurasan, inc.

Persamaan di atas jika diplot untuk harga antara 0 sampai 12 inchi untuk
sumur dengan radius pengurasan 660 feet akan menghasilkan grafik seperti
51

terlihat pada Gambar 6.2. Besarnya peningkatan produktivitas karena perbaikan


sumur yang mengalami kerusakan formasi dapat dilihat dari gambar tersebut.
Sebagai contoh bila zone yang rusak berkembang sampai 6 inc ke dalam formasi
dan perbandingan permeabilitasnya 0,05, maka produktivitas sumurnya hanya 0,3
dari produksi sumur yang tidak mengalami kerusakan. Stimulasi pengasaman
matriks akan menghilangkan kerusakan formasi tersebut dan akan memberikan
peningkatan laju produksi sebesar 3,3 kali.

Gambar 6.2.
Penurunan Produktivitas Karena Kerusakan Formasi
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)
6.2.1.2. Klasifikasi Pengasaman
Pengasaman merupakan salah satu metode stimulasi perangsangan sumur,
selain metode perekahan hidroulik (hydraulic fracturing).
Berdasarkan penggunaan asam, pengasaman dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa macam, yaitu pencucian asam (acid washing), pengasman
matriks (matriks acidizing), perkehan asam (fracturing acidizing).
1. Acid Washing
52

Acid washing merupakan treatment yang dilakukan untuk menghilangkan


material atau scale di interval produksi, saluran perforasi dan area disekitar lubang
sumur. Treatment dilakukan dengan menggunakan coiled tubing atau wash tool.
Dengan coiled tubing, tubing diturunkan hingga kebagian bawah interval dan
sambil menginjeksikan asam, tubing digerakkan kebagian atas interval. Proses ini
dapat dilakukan berulang-ulang sesuai kebutuhan.
Dengan wash tool, alat diturunkan tepat di depan perforasi dan asam
diinjeksikan ke perforasi sambil menggerakkan alat disepanjang interval. Proses
ini juga dapat dilakukan secara berulang sesuai kebutuhan.
2. Matriks acidizing
Matriks acidizing dilakukan dengan cara menginjeksikan larutan asam dan
additif tertentu secara langsung ke dalam pori-pori batuan formasi disekitar
lubang sumur dengan tekanan penginjeksian di bawah tekanan rekah formasi,
denga tujuan agar reaksi menyebar keformasi secara radial. Asam akan
menaikkan permeabilitas matriks baik dengan cara membesarkan lubang pori-pori
ataupun melarutkan partikel-pertikel yang membuntu saluran pori-pori tersebut.
Matriks acidizing digunakan baik untuk batuan karbonat (limestone/dolomite)
maupun sandstone. Walaupun jenis asamnya berlainan, asam akan mencapai
kemampuan efektif secara radial pada jarak 1-2 feet dari lubang sumur. Bila
sumur tidak mengalami kerusakan (damage), matriks acidizing tidak akan banyak
membantu pada peningkatan produksi. Untuk mendapatkan hasil yang besar pada
peningkatan produksi, maka jumlah asam yang digunakan tidak akan ekonomis.
Adapun anggapan-anggapan yang digunakan dalam acidizing ini adalah :
1. Formasinya homogen
2. Ukuran pori-porinya seragam
3. Kecepatan reaksi menurun secara uniform dengan berkurangnya kosentrasi
asam.
4. Beratnya limestone yang terlarut pada tiap pertambahan jarak menurun secara
uniform sampai seluruhnya terpakai.
53

Berdasarkan anggapan-anggapan di atas, maka jarak radius larutan asam akan


menembus formasi sebelum larutan asam digunakan semuanya, persamaannya
dapat ditulis sebagai berikut :

qi . t =   h (ra2 + rw2) …..……………………..…………………..(6-2)

Jika qi dinyatakan dalam bbl/menit dan t dalam detik, maka persamaan menjadi :

5,615.qi.t
ra =  rw2 ..………………….…………..………..……..(6-
60. . .h

3)
Keterangan:
ra = jarak radial penetrasi asam, ft
 = porositas
qi = rate injeksi asam , bbl/menit
t = spending time, detik
rw = jari-jari sumur, ft
h = ketebalan formasi, ft

Dari persamaan (6-3), faktor yang tidak diketahui adalah suspending time dan t
yang harus ditentukan di laboratorium. Spending time ini tergantung pada
perbandingan luas batuan dengan volume larutan asamnya yang disebut spesific
surface area , dimana untuk matriks acidizing specific surface area dapat ditulis :

108
k = ……..………………………………..…..……………. (6-
2.F .Sq 2

4)

1
Sq = 104 ……………………...………………..…..…………(6-
2.F.k

5)
54

Keterangan:
k = permeabilitas, darcy
Sq = Specific surface area, cm2/cm3
F = -m = Faktor resistivity formasi, dimensionless (dimana m adalah
faktor sementasi)

Faktor m bervariasi dari 1,3 untuk consolidated sand dan colitic limstone,
sampai 2,2 untuk limstone. Untuk mendapatkan hasil penetrasi yang lebih baik
dilakukan dengan mengurangi kecepatan reaksi dan menaikkan rate injkesi dari
larutan asam ke dalam formasi.
Spending time dari asam tergantung pula pada tekanan dan temperatur,
kecepatan asam dalam batuan, kosentrasi retarding additivenya. Karena banyak
faktor yang mempengaruhinya maka pengukuran spending time hanya mungkin
dilakukan di laboratorium.

Gambar 6.3.
Mekanisme Proses Reaksi Pengasaman.
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)
Matrik Acidizing Pada Batuan Sandstone
55

Proses pengasaman pada formasi batu pasir (sandstone) pada keadaan


normal digunakan tiga macam fluida yaitu :
1. Preflush (periodde sebelum aliran)
adalah fluida dengan konsentrasi asam hidrokloric berkisar antara 5% sampai
dengan 15% larutan. Pada kondisi ini asam akan bereaksi dengan mineral-
mineral formasi yaitu potassium fluosilicates, calcite (calcium carbonate), dan
material calcareous lainnya. Pengasaman ini memerlukan biaya yang mahal
dengan jenis acid hydrocloric dan mencegah formasi calcium flouride dari
campuran HF-HC1.
2. Campuran HF-HC1
Komposisi campuran ini adalah 3% HF dan 12% HC1 dari fluida injeksi. HF
akan. bereaksi dengan clay, pasir, lumpur pemboran, atau filtrat semen yang
masuk kedalam pori-pori batuan disekitar lubang bor. Sementara itu HC1
tidak akan bereaksi tetapi akkan bersifat menurunkan pH larutan.
3. Afterflush (periode sesudah aliran)
Untuk menghindari reaksi antara HF dengan cairan ditubing maka perlu dijaga
sifat kebasahan batuan.

Matrik Acidizing Pada Batuan Karbonat


Pada bagian depan telah disinggung mengenai matrik acidizing pada
batupasir. Mekanisme pengasaman antara batupasir dengan batu karbonat adalah
berbeda. Secara prinsip perbedaannya adalah laju reaksi asam pada batuan
karbonat lebih cepat dibandingkan dengan laju reaksi asam dengan mineral batu
pasir. Saluran asam dalam batuan karbonat disebut Wormholing
Aliran dan reaksi media berpori dalam reaksinya dijumpai batasan-batasan
tertentu yang dibagi menjadi dua mekanisme, yaitu :
1. Batas pertama
reaksi antara fluida dan padatan reaksinya akan berjalan relative cepat
bergerak melalui media berpori. Sedangkan karakteristik matrik acidizing
sama dengan matrik acidizing pada batuan karbonat yaitu berupa campuran
hydrofluoric dan hydricloric acid.
2. Batas kedua
56

Merupakan kasus mengerasnya saluran yang terbentuk. Keadaan ini terjadi


karena adanya pengendapan batuan serta terjadinya porositas absoulut (pori-
pori saling berhubungan).
Kecepatan reaksi asam dengan batuan karbonat tergantung dari besar
kecilnya pori-pori batuan. Semakin besar pori batuan semakin cepat pula reaksi
yang teriadi, dan begitu pula sebaliknya. Dalam beberapa kasus dilapangan radius
effektif wormhole paling sedikit adalah beberapa millimeter dan dapat juga
mencapai puluhan meter, tergantung dari laju injeksi asam. Batas jarak
terbentuknya wormhole dilambangkan dengan adanya fluid loss seperti yang
ditunjukkan pada gambar 6.4.

Gambar 6.4.
Contoh Kasus Terbentunya Wormhole
pada Contoh Batuan Formasi
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)
3. Fracturing Acidizing
Digunakan hanya untuk batuan karbonat (limstone/dolomite).
Penginjeksian asam dialirkan melalui rekahan atau fracture. Pada fracturing
acidizing ini dua permukaan yang terbelah kiri dan kanan akan dilarutkan,
sehingga waktu rekahan menutup bagian-bagian yang terlarut tak dapat menutup
rapat kembali. Dalam hal ini pola aliran disumur produksi akan menjadi lebih
57

linier dan kurang radial disekitar sumurnya. Dalam fraturing acidizing diperlukan
jumlah acid yang relatif lebih bananyak dibanding matriks acidizing, tetapi
hasilnyapun akan cukup memadai. Prinsip fracturing acidizing sama dengan
hydraulic fracturing walaupun pada fracturing acidizing jarang sekali digunakan
proppant (pasir pengganjal).
Adapun anggapan-anggapan yang digunakan adalah :
1. Rekahan horisontal dan melebar secara radial dari lubang sumur
2. Kebocoran asam ke dalam formasi dianggap tidak ada
3. Kecepatan reaksi asam sebanding dengan kosentrasinya dan banyaknya
batuan yang terlarut dari permukaan rekahan berkurang dengan bertambahnya
penetrasi asam.

Gambar 6.5.
Pola Aliran Saat Rekahan
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)
Pada suatu laju injeksi qi , jarak radial dari asam yang akan menembus ke dalam
rekahan selama waktu t adalah ;
Volume rekahan = volume asam yang akan diinjeksikan

qi . t = n  w (ra2 + rw2) ………………………..……..…………….. (6-6)

Sedangkan ra dapat dicari dengan persamaan :


58

qi.t
ra =  rw2 ……………………………………..……..………(6-
 .n.w
7)
Jika qi dinyatakan dalam bbl/menit, t dalam detik dan w dalam inchi, maka :

5,615 x12.qi.t
ra =  rw2 ….......………………...……..…………….
60. .n.w

(6-8)
atau
1,123.qi.t
ra =  rw2 …........……………………..……..…………..(6-
 .n.w
9)

Keterangan:
qi = laju injeksi, bbl/menit
t = spending time, detik
w = lebar rekahan, inch
n = jumlah rekahan
ra = jarak penetrasi asam, ft

Untuk mendapatkan harga specific area dari acidizing ini dianggap rekahan
dengan lebar w, ft dan luas 1 ft 2. Jadi luas yang dialiri asam adalah 2 ft 2, sedang
volume asamnya adalah w, ft3, sehingga specific surface areanya :

2
Sa = , ft2/ft3 ……..……………………………..……………… (6-
w
10)

Untuk rekahan alam (natural fracture) dapat dianggap lebarnya berkisar


0,1 mm atau lebih kecil. Acidizing dengan tekanan tinggi, larutan asam
diinjeksikan ke dalam rekahan atau zone lemah pada tekanan injeksi yang lebih
59

besar dari tekanan rekah batuan dengan maksud membuat hubungan saluran-
saluran dengan prmeabilitas tinggi kedalam sumur.
Pada acidizing ini asumsi-asumsi yang dipakai adalah :
1. Rekahan yang dibentuk adalah vertikal dan horisontal
2. Sebagian besar larutan asam masuk ke dalam rekahan, tetapi yang masuk ke
dalam matrik batuan dan lubang bor diabaikan
3. Luas dan volume rekahan tergantung pada volume asam, laju injkesi, lebar
retakan selama treatment dan karakteristik fisik batuan reservoir.
4. Larutan asam tidak mengandung proping agent.

Sesuai dengan acidizing yang ada, maka langkah perencanaan matrik


acidizing adalah sebagai berikut :
1. Menentukan gradien rekah
Gradien rekah dapat dihitung berdasarkan dari data penutupan sumur
sesaat(Instan taneous Shut In Pressure, ISIP), yaitu dengan persamaan :

ISIP
Gradien rekah  Gradien Fluida  ……….…………… (6-11)
kedalaman
2. Menentukan tekanan dasar sumur
Pbh = FG x kedalaman ………………………………………...………(6-12)
Keterangan:
Pbh = Tekanan dasar sumur
FG = Fracture gradient (gradient rekah )
3. Menentukan tekanan permukaan maksimum untuk mengijinkan dibawah
tekanan rekahnya, yaitu :
Pmax = (gradien rekah-gradien fluida) x kedalaman ……......………….(6-13)
4. Memperkirakan laju injeksi fluida dengan menggunakan persamaan aliran
radial sebagai berikut :
4,917 x106 kh.( Pbh  Pres )
qmax  ………………….....………..(6-
 . ln(re / rw)
14)
60

5. Memilih volume antara 50 gal sampai 200 gal HCl 15% per feet formasi
permeable.
6. Menyempurnakan treatment dengan menginjeksikan jenis dan volume asam
yang telah ditentukan dengan laju injeksi maksimum dan tekanan tidak
melebihi harga maksimumnya.

6.2.1.3. Jenis Asam Yang Sering Digunakan


Beberapa kategori larutan asam yang ada menurut schechter dapat dilihat
pada Tabel VI-1.

Tabel VI-1
Kategori Larutan Asam Beserta Contohnya
(Schechter R. S., 1992)

1. Mineral Acid
Mineral Acid terbagi menjadi dua jenis asam, yaitu asam hydrochloric
(HCl) dan asam hydrochloric-hydrofuoric (HF-HCl) atau biasa disebut dengan
mud acid.
a. Asam Hydrochloric (HCl)
61

Asam hydrochloric merupakan jenis asam yang pertama kali dan sering
digunakan dalam operasi pengasaman dilapangan. Asam ini merupakan larutan
larutan hydrogen chlorida yang berupa gas di dalam air dengan berbagai
konsentrasi. Secara umum yang biasa digunakan dilapangan adalah konsentrasi
15% HCl yang dikenal dengan sebutan regular acid. Reguler acid biasanya
digunakan untuk pengasaman pada formasi batu gamping dan dolomite.
Sedangkan untuk pengasaman batupasir dapat digunakan 5-7% HCl. Jadi
konsentrasi asam ini bervariasi antara 5-35% tergantung dari kondisi formasi yang
ditangani.
Keuntungan penggunaan asam HCl antara lain memiliki daya reaksi yang
cukup tinggi terhadap batu gamping dan dolomite, serta harganya relatif lebih
murah dibandingkan dengan asam jenis lainnya. Sedangkan kerugiannya, asam
memiliki sifat korosifitas paling tinggi, terutama pada temperature tinggi diatas
250 oF. Oleh karena itu agar temperature tidak melebihi tingkat korosifitasnya,
maka pada penggunaan asam HCl biasanya ditambahkan additive yaitu corrosion
sebagai pencegah korosi. Selain itu asam HCl juga harus ditangani secara hati-hati
karena uapnya dapat membahayakan kulit dan mata serta pada konsentrasi yang
tinggi larutan ini dapat terbakar. Reaksi yang terjadi antara asam HCl dengan
beberapa mineral batuan dapat dilihat pada tabel VI-2.

Tabel VI-2
Reaksi antara HCl dengan Beberapa Mineral
(Calhaun J. C., 1974)
Calcite/limestone
2HCl + CaCO3 → CaCl2 + CO2 + H2O

Dolmite
4HCl + CaMg(CO3)2 → CaCl2 + MgCl2 + CO2 + H2O

Sand/silica/quarts
HCl + SiO2 → tidak bereaksi

Siderite
2HCl + FeCO3 → FeCl2 + CO2 + H2O

Ferrous sulfide
2HCl + FeS → FeCl2 + H2S

Ferric oxide
6HCl + Fe2O3 → 2FeCl3 + 3H2O
62

b. Asam Hydrochloric-Hydrofluoric (HCl-HF)


Asam HCl-HF termasuk jenis asam mineral yang memiliki daya reaksi
yang kuat dengan bau yang sangat keras dan bersifat korosif
Asam HF tersedia sebagai larutan dengan konsentrasi bervariasi antara 40-
70%. Dalam penggunaannyapada operasi pengasaman asam ini dikombinasikan
dengan asam HCl. Campuran kedua jenis asam ini bias didapatkan dengan
melarutkan campuran dari asam-asam berkonsentrasi tinggi dengan air atau
menambahkan garan-garam fluoride ke dalam larutan asam HCl. Garam akan
menjadi asam HF Jika dilarutkan kedalam asam HCl.

Tabel VI-3
Reaksi antara HF dengan Beberapa Mineral Batuan
(Calhaun J. C., 1974)
Calcite/limestone
2HF + CaCO3 → CaF2 + CO2 + H2O

Dolomite
4HF + CaMg(CO3)2 → CaF2 + MgF + 2CO2 + 2H2O

Sand/silica/quartz
6HF + SiO2 → H2SiF6 + 2H2O
4HF + SiO2 → SiF4 + 2H2O
2HF + SiF4 → H2SiF6

Silicat/feldspar
8HF + Na4SiO4 → SiF4 + 4NaF + 4H2O
2HF + SiF4 → H2SiF6
Albite (sodium feldspar)
14HF + NaAlSi3O8 + 2H+ → Na+ + AlF2+ + 3SiF4 + 8H2O

Orthoclase (potassium feldspar)


14HF + KalSi3O8 + 2H+ → K+ + AlF2+ + 3SiF4 + 8H2O

Kaolinite
24HF + Al4Si4O10(OH)8 + 4H+ → 4AlF2+ + 4SiF4 + 18H2O
18HF + Al2SiO2O5(OH)4 → 2H2SiF6 + 2AlF3 + 9H2O

Monmorilonite
40HF + Al4Si8O20(OH)4 + H+ → 4AlF2+ + 8SiF4 + 24H2O

Bentonite
36HF + Al2(Si4O10)(OH)2 → H2SiF6 + 2H3AlF + 12H2O

Asam HF dapat bereaksi dengan silika dan senyawa-senyawa silika seperti gelas,
bangunan beton, karet alam, kulit dan logam-logam tertentu seperti baja serta
63

material organik. Asam ini beracun, baik dalam keadaan sendiri maupun
bercampur dengan asam HCl sehingga diperlukan penanganan yang hati-hati.
Tabel VI-3 menyajikan Reaksi asam HF dengan beberapa mineral batuan.

2.Organic Acid
Organik acid terdiri dari asam acetic (CH3COOH) dan asam formic
(HCOOH)
a. Asam Acetic (CH3COOH)
Asam acetic adalah asam organic pertama yang digunakan pada operasi
stikmulasi pengasaman. Laju reaksi asam acetic lebih lambat dibandingkan
dengan asam HCl karena derajat ionisasinya yang kecil. Asam acetic relative lebih
mahal dibandingkan dengan asam HCl.
Tingkat korosifitas asam ini sangat rendah sehingga dapat digunakan
dalam waktu relative lebih lama didalam sumur karena pengaruhnya terhadap
peralatan logam didalam sumur relative kecil. Asam ini sering juga digunakan
sebagai fluida perforasi pada formasi batu gamping (limestone).
Reaksi kimia yang terjadi antara asam acetic dengan batugamping yaitu :

2CH3COOH + CaCO3 → Ca(CH2COO)2 + CO2 + H2O

Asam acetic mempunyai karakteristik sebagai berikut :


 Tidak berwarna dan mudah larut dalam air
 Waktu reaksi lebih lambat sehingga jumlah batuan pervolume yang dapat
bereaksi lebih banyak.
 Tidak bersifat korosif dan kosentrasi yang umum digunakan berkisar
antara 10-15%.
 Membeku an mengkristal pada temperature 41,2 oF (16,6 oC)

Beberapa keuntungan yang didapatkan dari penggunaan asam acetic yaitu :


 Tidak menimbulkan pengendapan dengan ion besi
64

 Tidak menyebabkan embrittlement atau stress cracking pada baja yang


mempunyai strength yang tinggi
 Tidak merusak peralatan aluminium
 Tidak merusak lapisan chrome pada temperatur di atas 200 oF.
b. Asam Formic (COOH)
Meskipun asam formic bereaksi lebih cepat dari asam acetic, tetapi masih
lebih lambat dibandingkan dengan asam HCl. Asam formic merupakan asam
organic yang paling sederhana, dimana asam ini dapat bercampur dengan air
secara sempurna dan harganya relative lebih murah.
Asam ini efektif digunakan pada temperature tinggi, dengan tingkat
korosifitas yang lebih besar dari pada asam acetic. Walau demikian asam ini dapat
juga digunakan sebagai fluida komplesi yang memerlukan waktu kontak yang
relatif panjang antara asam dengan pipa.
Pada stimulasi pengasaman matriks konsentrasi asam formic yang
digunakan berkisar antara 8-10%.
Reaksi kimia yang terjadi antara asam formic dengan batugamping yaitu :

2HCOOH + CaCO3 → Ca(COOH)2 + CO2 + H2O

3. Powered Acid
Powered acid terdiri dari asam sulfamic (NH2SO3H) dan asam
Chloroacetic (ClCH2CO2H). Kedua jenis asam ini tidak mudah menguap,
berbentuk kristal berwarna putih yang mudah larut dalam air.
Reaksi kimia antara asam sulfamic dengan batugamping yaitu :

2HSO3NH2 + CaCO3 → Ca(SO3NH2)2 + CO2 + H2O

Keuntungan yang didapat dari penggunaan asam ini yaitu :


 Mudah dibawa ke lokasi karena bentuk fisiknya berupa bubuk
 Kecepatan reaksinya sama cepatnya engan HCl
 Tingkat korosifitasnya lebih rendah dibandingkan asam HCl
65

Sedangkan kerugiannya atara lain :


 Tidak dapat untuk melarutkan oksida besi
 Tidak efektif digunakan pada temperatur diatas 180 oF karena akan
terhidrolisa menghasilkan asam sulfat. Asam sulfat yang bereaksi dengan
batuan karbonat akan menghasilkan endapan CaSO4 yang sukar larut.
 Harganya relative mahal sehingga jarang digunakan.

4. Acid Mixture
Kategori ini terdiri dari asam acetic-hydrochloric, asam formic-
hydrochloric dan asam formic-hydrofluoric.
Asam acetic-hydrofluoric dan asam formic-hydrochloric dapat digunakan
pada formasi karbonat, dengan tingkat korosifitas yang rendah dibandingkan
asamorganik meskipun digunakan pada temperature tinggi.
Sedangkan asam formic-hydrofluoric digunakan untuk pengasaman pada
formasi batupasir dengan temperature tinggi dengan tingkat korosifitas yang
relatif lebih rendah dibandingkan dengan asam HCl-HF.

5. Retarded Acid
a. Gelled Acid
Jenis asam ini biasanya digunakan untuk memperlambat kecepatan reaksi
asam terutama pada pengasaman rekah/perekahan asam. Retarded disebabkan
olehnaiknya viskosiyas fluida perekah. Penggunaan ge3lling agent seperti water
soluble polymer terbatas pada temperature rendah dibawah 130 oF.
b. Emulsified Acid
Merupakan suatu campuran antara HCl dengan 10-30% hidrokarbon yang
diemulsikan. Naiknya viskositas yang disebabkan oleh emulsifikasi dan
penambahan minyak dalam asam dapat memperlambat kecepatan reaksi antara
asam dengan batuan formasi. Jenis asam ini dapat juga digunakan pada
pengasaman rekah.

6.2.1.4. Additive Fluida Asam


66

Beberapa bahan kimia yang biasanya ditambahkan ke dalam campuran


preflush, spotting atau afterflush mempunyai fungsi antara lain mencegah
terjadinya emulsi, korosi, scale dan sebagainya. Additive tersebut anatara lain :
1. Surfactant
Surfactant merupakan zat kimia yang dapat memperkecil tegangan permukaan
dari suatu cairan dengan mengabsorbsi pada permukaan antara cairan dan gas.
Penambahan surfactant harus sesuai dengan additif yang lain agar tidak
menimbulkan masalah lain yang merugikan.
Beberapa jenis surfactant surfactant yang biasa digunakan berdasarkan
fungsinya antara lain :
a. Anti Sludge Agent
Jika asam diinjeksikan ke dalam formasi dan kontak dengan crude oil akan
menyebabkan terbentuknya sludge (partikel-partikel seperti lumpur) di
bidang antar permukaan minyak dengan asam. Hal ini umumnya terjadi
pada crude oil yang mempunyai prosentase aspalt yang tinggi. Padatan
sludge hanya sedikit larut dalam minyak, karena itu jika sudah terbentuk
akan sulit untuk dihilangkan. Dengan demikian material tersebut dapat
terakumulasi di dalam formasi dan dapat menurunkan harga permeabilitas
batuan di sekitar sumur.
Anti sludge agent dapat mencegah terbentuknya endapan sludge yang
terjadi selama treatment pengasaman dengan cara menjaga bahan-bahan
coloidal terdispersi. Terbentuknya sludge oil di dalam formasi akan
meningkat dengan naiknya konsentrasi asam.
b. Suspending Agent
Kebanyakan formasi karbonat mengandung bahan-bahan yang tidak larut
dan jika dibiarkan mengendap akan terjadi penyumbatan dalam pori-pori
atau rekahan batuan. Suspending agent digunakan untuk mencegah
terbentuknya endapan butiran yang tidak larut dalam asam dengan cara
mensuspensikannya dalam larutan asam, sehingga dapat terangkut ke
permukaan bersama larutan asam sisa.
c. Non Emulsifying Agent
67

Reaksi antara asam dengan fluida formasi dapat menyebabkan


terbentuknya emulsi karena fluida formasi mungkin mengandung zat-zat
kimia yang terbentuk sebagai zat yang menstabilkan emulsi.
Kecenderungan terbentuknya emulsi akan meningkat dengan
bertambahnya konsentrasi asam. Non-emulsifying agent digunakan untuk
mencegah terbentuknya emulsi, karena dapat larut atau terdispersi dalam
larutan asam ataupun dapat bercampur dengan bahan-bahan lainnya. Non-
emulsifying agent menghasilkan tegangan permukaan dan tegangan antar
muka yang rendah sehingga mencegah natural emulsifier di dalam crude
oil membentuk emulsi.
d. Retarder Agent
Additif retarder agent digunakan untuk mengontrol laju reaksi asam
sehingga spending timenya menjadi lebih lama. Additif ini diperlukan
terutama jika volume asam yang digunakan besar dan sumur relatif dalam.
2. Mutual Solvent
Umumnya mutual solvent digunakan pada saat after flush (overlfush) di
belakang campuran HF-HCl. Fungsinya adalah untuk membersihkan formasi
dari sisa-sisa pengasaman.
Aplikasi mutual solvent dapat dilihat pada Tabel VI-4.

Tabel VI-4
Aplikasi Mutual Solvent
(Calhaun J. C., 1974)

Solubilitas Larut dalam air dan minyak (diesel, crude oil, xylene,
toluene, kerosene, dll.
Kegunaan Menjadikan formasi basah air. Butiran basah air untuk
mencegah stabilitas emulsi, menurunkan tegangan
permukaan dan meningkatkan pembersihan.
Penggunaan Dalam overflush diesel untuk pengasaman sumur
minyak.
Dalam overflush ammonium chloride brine untuk sumur
minyak atau gas.
Dalam preflush HCl atau treatmen mud acid.
Bersama demulsifier untuk membentu memecahkan
emulsi.
68

Konsentrasi 2 – 10 % volume.
Kerugian Masalah jika digunakan konsentrasi yang lebih tinggi.

Dalam operasi pengasaman yang banyak digunakan yaitu ethylene glycol


monobuthyl ether (EGMBE). EGMBE berguna untuk mengurangi tegangan
antar permukaan minyak-air, sebagai solvent untuk melarutkan minyak dalam
air, sebagai pencuci untuk merubah bahan-bahan basah minyak menjadi basah
air, serta meningkatkan aksi surfactant dan demuslifier saat kontak dengan
material-material formasi. Sacara empiris EGMBE diketahui sangat
bermanfaat untuk mengurangi emulsi dan mempercepat clean-up pada
pengasaman batupasir.
3. Suspending Agent
Kebanyakan formasi karbonat mengandung bahan-bahan yang tidak larut dan
jika dibiarkan mengendap akan terjadi penyumbatan dalam por-pori atau
rekahan batuan. Suspending agent dapat digunakan untuk mencegah terjadinya
endapan-endapan dari butiran-butiran yang tidak larut dalam asam dengan
cara mensuspensikan dalam larutan asam, sehingga dapat terangkut ke
permukaan bersama larutan asam sisa.
4. Corrosion Inhibitor
Corrosion inhibitor merupakan additif yang selalu digunakan dalam setiap
operasi pengasaman, dengan mengingat kondisi asam yang korosif terhadap
peralatan logam. Dengan adanya corrosion inhibitor, walaupun tidak bisa
100% menghilangkan korosi, tetapi dapat mengurangi laju korosi hingga batas
yang dapat ditolerir. Corrosion inhibitor mengurangi laju korosi dengan cara
membentuk lapisan film tipis di permukaan peralatan logam tubing atau
casing. Dengan adanya lapisan ini, dapat dicegah reaksi penembusan asam
terhadap logam sehingga laju korosi terhambat. Corrosion inhibitor
merupakan gabungan dari beberapa campuran seperti quaternaryamine,
acetylenic alcohol, methanol dan surfactant.
Sebagian besar corrosion inhibitor bersifat sebagai cationic yang dapat
menjadikan batupasir basah minyak dan karbonat menjadi basah air.
Kesesuaian antara corrosion inhibitor dengan additif lain perlu diperhatikan.
69

Ketidaksesuaian dapat menimbulkan masalah merugikan yang tidak


diinginkan seperti misalnya terjadi reaksi yang menghasilkan pengendapan.
Fluida corrosion inhibitor biasanya cenderung terpisah dari fluida asam.
Pemisahan akan dapat dilihat pada permukaan fluida asam yang telah
didiamkan sekitar 15 menit berupa lapisan film berminyak dan berwarna
gelap. Karena itu pencampurannya harus selalu dilakukan pengadukan agar
tidak terpisah dari asam.
5. Diverting Agent
Dalam setiap treatmen pengasaman, penting untuk menangani seluruh zona
produktif. Biasanya permeabilitas tidak seragam di setiap interval produksi
sehingga penyebaran asam di tiap interval berbeda, lebih banyak masuk ke
permeabilitas tinggi.
Karena itulah perlu penggunaan diverting agent untuk memblok sementara
saluran perforasi pada zone permeabilitas tinggi. Dengan ini asam dapat
diarahkan masuk ke zona permeabilitas rendah. Penggunaan diverting agent
terutama diperlukan untuk interval panjang melebihi 20 ft.
Material diversi yang digunakan antara lain particulate, gel, foam atau ball
sealer. Material particulate yang digunakan seperti rock salt, benzoic acid
flake, wax bead dan oil soluble resin. Particulate menghasilkan diversi dengan
menyumbat perforasi atau membentuk cake di dinding saluran perforasi. Ini
akan menyebabkan pressure drop di depan perforasi dan menekan fluida ke
perforasi yang lain.
Diverter particulate dapat digunakan baik untuk sumur produksi minyak
maupun sumur injeksi air. Jenis oil soluble resin (OSR) karena partikelnya
berukuran relatif kecil dapat digunakan untuk sumur dengan gravel pack.
Partikelnya mampu melewati screen dan gravel dari gravel pack, tetapi tidak
mengalir ke dalam formasi. OSR terbatas penggunaannya untuk sumur
minyak, karena material ini hanya dapat larut dalam minyak dan ini sangat
diperlukan pada saat menghilangkan material ini pada saat pembersihan
sumur.
70

Gambar 6.6
Perbedaan Distribusi Asam Dengan dan Tanpa Diverting Agent
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)
Wax bead dapat larut dalam minyak dan digunakan pada perforasi sumur
minyak, tetapi tidak boleh digunakan pada sumur gravel pack. Titik leleh
material ini rendah 90 – 160 oF, sehingga tidak bisa digunakan pada sumur
bertemperatur yang melebihi titik lelehnya. Material ini dalam penggunaannya
71

dipompakan bersama fluida pembawa water base berbentuk gel. Penggunaan


material ini sangat jarang mengingat harganya yang relatif mahal.
Ball sealer merupakan jenis yang paling banyak digunakan sebagai diverting
agent. Ball sealer akan memblok aliran fluida ke interval pemeabilitas tinggi
sehingga fluida asam masuk ke zona permeabilitas rendah.
Ball sealer dapat digunakan baik dalam acid fracturing dengan laju
penginjeksian tinggi dan tekanan lebih besar daripada tekanan rekah formasi.
Dan dapat pula digunakan pada operasi pengasaman matriks dengan laju
injeksi rendah, tergantung pada specific gravitynya. Separti disebutkan
sebelumnya, ball sealer digunakan pada cased hole completion untuk
memblok sementara lubang perforasi permeabilitas tinggi. Bola-bola
ditempatkan di perforasi karena pengaruh differential pressure antara bola
dengan perforasi. Dan jika treatmen telah selesai dilakukan, bola-bola akan
lepas dengan sendirinya dan setelah dilakukan pembersihan sumur siap
diproduksikan
6. Alcohol
Alcohol digunakan untuk membantu meningkatkan effisiensi pembersihan
sumur pada operasi pengasaman untuk sumur gas. Alcohol dan campuran
alcohol - asam mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah daripada
campuran asam. Hal ini memudahkan sumur dengan tekanan dasar sumur
yang rendah untuk mendorong keluar fluida treatmen dari lubang sumur.
Untuk sumur dengan formasi yang sensitif terhadap air, alcohol dapat
digunakan untuk menggantikan sebagian air pada campuran asam, sehingga
penggunaan air dapat dikurangi.
Alcohol yang biasa digunakan konsentrasinya berkisar antara 5 – 50%
volume. Penggunannya biasanya dipertimbangkan atas dasar biaya sehingga
hanya digunakan bila memang benar-benar diperlukan.
Alcohol yang paling banyak digunakan adalah methanol. Pada temperatur
dingin methanol dapat ditambahkan dalam asam utnuk menurunkan titik beku
asam.
72

7. Aromatic Solvent
Formasi dengan minyak berat, sludge (gumpalan atau endapan), asphalt dan
scale berlapis minyak perlu digunakan aromatic solvent untuk melarutkannya
agar kerja asam lebih baik lagi.
Solvent digunakan sebagai preflush atau pendispersi dalam fluida asam
treatment untuk melarutkan hidrokarbon sehingga asam dapat bereaksi dengan
material formasi atau materail asing penyumbat pori.
Aromatic solvent yang umum digunakan yaitu xylene dan toluene. Jenis lain
seperti A-Sol, N.L.Chekersol, Paravan G-15 dan Torgan. Kesemua jenis
solvent ini memberikan fungsi yang sama untuk menghilangkan lapisan
hidrokarbon. Tabel VI-5 menyajikan aplikasi penggunaan aromatic solvent.

Tabel VI-5
Aplikasi Aromatic Solvent
(Calhaun J. C., 1974)

Produk Aplikasi
Xylene Toluene Melarutkan berbagai endapan hidrokarbon sperti sludge, asphalt,
lapisan minyak.
Membersihkan perforasi dan permukaan formasi yang berlapis
minyak agar asam dapat bereaksi dengan kerusakan formasi.
A-Sol Solvent Campuran berbagai alcohol dan meningkatkan stimulasi asam
dengan menghilangkan lapisan hidrokarbon, menurunkan
tegangan permukaan dan menjadikan formasi basah air.
Tergantung pada jenisnya, lebih dari 80% volume dapat
digunakan dalam HCl. Dapat juga digunakan sebagai preflush
sendiri.
N.L. Checkersol Terdispersi dalam asam, digunakan dalam opersi one-step untuk
menghilangkan lapisan hidrokarbon dan scale terlarut dan
material yang larut dalam asam lainnya. Digunakan pada
maksimum 5% volume
Paravon G-5 Dapat digunakan dalam asam , maksimum 5%volume. Atau
sebagai additif untuk memperkuat daya larut xylene dan toluene.
Targon Digunakan dalam kombinasi dengan aromatic solvent untuk
menghilangkan asphalt dan endapan minyak lainnya.
Diinjeksikan sebagai preflush, kosentrasi 5% volume.

8. Clay Stabilizer
73

Clay stabilizer dikembangkan untuk meminimalkan kerusakan formasi akibat


pengembangan lempung (clay swelling) atau migrasi clay.
Clay stabilizer yang digunakan dalam pengasaman dimasukan dalam kategori
polyquartenery amines, polyamines, cationic organic polymer dan cationic
surfactant. Material-material ini dapat juga digunakan dalam fluida fracturing,
tetapi hanya baik untuk masalah clay swelling. Zirconium oxychloride salt dan
hydroxy aluminum merupakan clay stabilizar yang banyak digunakan untuk
mengatasi masalah migrasi clay. Clay stabilizer tidak perlu digunakan kecuali
memang diperlukan yang didasarkan pada hasil pengujian di laboratorium
atau berdasarkan pengalaman sebelumnya yang menunjukkan perlunya
penggunaan material ini.
Stabilizer dapat digunakan sebagai overflush dengan konsentrasi 0,1 – 2,0 %
volume. Walaupun clay stabilizer tidak menunjukkan potensi untuk
menyebebkan terjadinya kerusakan pada formasi, sebaiknya jangan
digunakan dengan konsentrasi yang terlalu tinggi.

6.2.1.5. Stoikiometri Reaksi Asam Dengan Mineral Batuan


1. Stoikiometri Reaksi Asam Dengan Mineral Korbonat
Stoikiometri menunjukkan proporsi berbagai reaktan yang ada dalam suatu
reaksi. Walaupun proporsi ini mudah untuk dikenali antara limestone atau
dolomite dengan HCl, namun secara alami reaksinya sangat kompleks karena
pengaruh kandungan mineral-mineral lain yang juga bereaksi dengan HCl.
Reaksi kimia antara asam dengan limestone :

2HCl + CaCO3 ↔ CaCl2 + H2O + CO2

Reaksi kimia antara asam dengan dolomite yaitu :

4HCl + CaMg(CO3)2 ↔ CaCl2 + MgCl2 + 2H2O + 2CO2

Persamaan diatas menggambaran stoikiometri dari reaksi antara HCl dengan


Limestone dan dolomite.
74

Sebagai contoh kita lihat pada reaksi pertama dimana 2 mole HCl bereaksi
dengan 1 mole limestone (CaCO3) untuk membuat 1 mole calsium clorida
(CaCL2), 1 mole air (H2O) dan 1 mole karbon dioksida (CO 2). Begitu juga untu
reaksi antara HCl dengan dolomite, yang menggambarkan jumlah mole yang
dibutuhkan dan yang dihasilkan dapat dilihat pada angka kesetimbangan.
Konsep kemampuan melarutkan adalah volume dari batuan terlarut per
unit volume asam. Pertama mendefinisikan β, dimana beta adalah massa dari
batuan terlarut per unit massa dari asam yang direaksikan.

berat molekul min eral batuan x koefisien stoikiometri


  ........(6-
Berat molekul asam x koefisien stoikiometri

15)

Tabel VI- 6
Berat Molekul Komponen Kimia
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)
75

Untuk reaksi dari 100% asam hydrochloric dengan limestone murni menurut
persamaan diatas diperoleh :
100,09 x 1 gm lim estone terlarut
 100   1,372 .........................
36,47 x 2 gm 100% HCl tereaksi

(6-16)
Jika konsentrasi dari asam adalah 15% berat, terhadap 100% adalah :

gm lim estone terlarut


 15   100 x 0,15  0,206 .....................(6-
gm 15% HCl tereaksi

17)

Tabel VI – 7
Dissolving Power Berbagai Konsentrasi HCl
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)

Dissolving power merupakan volume dari batuan terlarut per volume asam
yang bereaksi dapat dihasilkan dari persamaan diatas dengan menggunakan
76

pendekatan perbandingan densitas. Sebagai catatan, porositas dari batuan tidak


diperhitungkan. Perhitungannya adalah :

 15% HCl  15% HCl


X 15  ................................................................ (6-
 CaCO3

18)
Keterangan:
densitas larutan HCl 15% = 1,07 gm/cc
densitas limestone = 2,71 gm/cc

sehingga persamaan diatas menjadi :

0,206 x 1,07 cc lim estone terlarut


X 15   0,082 ........................
2,71 cc 15% HCl tereaksi

..(6-19)

Tabel VI-8
Specific Gravity HCl
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)
77

2. Stoikiometri Reaksi Asam Dengan Mineral Batupasir


Stimulasi pengasaman batupasir umumnya menggunakan campuran asam
HCl – HF. Asam HF bersifat reaktif terhadap mineral clay dan feldspar yang
menghalangi permeabilitas disekitar lubang sumur. Asam HCl sendiri kadang
dapat juga digunakan pada stimulasi batupasir bila terdapat kandungan kalsium
karbonat (CaCO3) yang tinggi pada batupasir tersebut.
Reaksi kimia antara HF dengan silica (SiO2) dan calcite (CaCO3),
termasuk sederhana. Reaksi HF dengan aluminosilicate, seperti clay atau feldspar
akan sangat kompleks, yang disebabkan dua hal.
Pertama, clay dan feldspar tidak diwakili oleh satu persamaan stoichiometri
tunggal, Kedua karena distribusi ion-ion atau mineral seperti AlF3, AlF+, SiF62+,
SiF4 dan lain-lain tergantung pada perbandingan padatan dengan asam. Jadi
persamaan yang menunjukkan reaksi HF dengan suatu mineral harus
dipertimbangkan sebagai sebagai contoh saja, bukan deskripsi yang tepat dari
suatu stoichiometri.
Reaksi HF dengan Silika :

SiO2 + 4HF ↔ SiF4 + 2H2O


SiF4 + 2HF ↔ H2SiF6

Hasil reaksi SiF4 dan H2SiF6 mempunyai daya larut yang tinggi dalam air.
Keberadaan HF yang lebih besar daripada SiO2 menghasilkan H2SiF6 dan
sebaliknya jika jumlah SiO2 yang lebih dominan akan menghasilkan SiF4. Hal ini
menyebabkan harga dissolving power yang berubah-ubah tergantung pada hasil
apa yang dominan.
Reaksi HF dengan silikat (feldspar atau Clay) :

Na4SiO4 + 8HF ↔ SiF4 + 4NaF + 4H2O

2NaF + SiF4 ↔ Na2SiF6

2HF + SiF4 ↔ H2SiF6


78

H2SiF6 (asam fluosilikat) ini akan membentuk larutan dan akan terurai menjadi
ion-ion 2H+ + SiF6=, sesuai dengan reaksi berikut :

H2SiF6 ↔ 2H+ + SiF6=


Apabila pada formasi batuan terdapat NaCl dan KCl, maka ion SiF 6 akan
bereaksi dengan NaCl dan KCl membentuk endapan yang tidak dapat larut yaitu
NaSiF6 dan K2SiF6, sesuai reaksi berikut :

H2SiF6 + 2Na+ ↔ Na2SiF4 + 2H+

H2SiF6 + 2K+ ↔ K2SiF6 + 2H+

Pengendapan dapat dicegah dengan cara menggunakan preflush HCl, sehingga


dapat mencegah reaksi antara ion-ion K dan Na dengan asam fluosilikat.
Reaksi HF dengan Clay tidak ditentukan seperti reaksi dengan silikat
disebabkan perbedaan dan kompleksnya struktur molekul clay. Walaupun
demikian reaksi yang terbentuk hampir sama dengan reaksi terhadap silikat yaitu
menghasilkan SiF4 dan H2SiF6. Apabila keduanya bereaksi dengan NaCl dan KCl
akan menghasilkan endapan, sesuai dengan reaksi berikut :

36HF + Al2SI4O10(OH)2 ↔ 2H3AlF6 + 12H2O

Hasil dari reaksi yang berupa H 3AlF6 dan H2SiF6 akan terhidrolisasi (karena
adanya H2O). Tetapi dengan adanya NaCl dan KCl dalam batuan akan bereaksi
dengan asam-asam tersebut membentuk endapan yang tidak larut (Na 2SiF6,
K2SiF6, Na3SiF6 dan K3AlF6) dengan reaksi sebagai berikut :

H2SiF6 + 2Na+ ↔ Na2SiF6 + 2H

H3AlF6 + 2K+ ↔ K3AlF6 + 3H


Endapan-endapan tersebut harus dihindarkan karena akan menimbulkan
problem penyumbatan baru, sehingga mengakibatkan berkurangnya produktifitas
79

formasi. Untuk itu dipakai proflush HCl sebelum memasukkan larutan HF ke


dalam formasi.
Bila batupasir mengandung CaCO3 dalam jumlah sedikit maupun banyak,
akan bereaksi dengan HF menghasilkan endapan CaF 2 dengan reaksi sebagai
berikut:

2HF + CaCO3 ↔ CaF2 + H2O + CO2


Endapan ini dapat menyumbat pori-pori batuan sehingga memperkecil
produktifitas formasi. Untuk menghindarkan endapan CaF2 ini digunakan preflush
HCl untuk menghilangkan unsur karbonat yang terdapat pada batupasir.
Berdasarkan reaksi-reaksi asam dengan batupasir tersebut diatas, maka
dissolving power dari asam dapat dihitung seperti dilakukan pada batuan
karbonat, hasilnya adala sebagai berikut :

Tabel VI-9
Dissolving Power untuk HCL – HF
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)

6.2.1.6. Kesetimbangan Reaksi Asam Dengan Batuan


Jika reaksi asam telah mencapai kesetimbangan, proses pelarutan mineral
oleh asam akan berhenti meskipun masih terdapat moleul asam. Kesetimbangan
80

tercapai bila aktivitas kimia dari hasil reaksi mengimbagi aktivitas kimia reaktan
atau pereaksi.
Definisi umum dari kesetimbangan reaksi dapat diambil dari argumen
thermodinamika, yaitu kesetimbangan akan terjadi bila aktivitas reaksi seimbang
dengan aktivitas reaktannya. Jika terrdapat koefesien stoikiometri yang sama
maka terjadi kesetimbangan reaksi yang disebut dengan konstanta kesetimbangan
seperti pada contoh berikut :

A + B ↔ C + D
Maka konstanta kesetimbangan dari reaksi diatas adalah :
aC a D
K  ……………………………………………….……….(6-
a A aB

20)

Dimana a adalah aktivitas koefesien komponen ke-i. Aktivitas ini adalah potensial
thermodinamika dan tidak mudah untuk diprediksikan, oleh karena itu umumnya
dibutuhkan data percobaan untuk keakuratan harga. Aktivitas dari zat akan naik
sejalan dengan konsentrasinya dalam larutan, tetapi hubungan aktivitas dengan
konsentrasi tidak linier. Hubungan ini sering diekspresikan dengan definisi
perbandingan aktivitas dengan konsentrasi yang disebutkan dengan koefisien
aktivitas. Tabel VI-10 adalah contoh harga koefisien aktivitas dari larutan HCl.

Tabel VI-10
Koefisien Aktivitas HCl
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)
81

Pemahaman mengenai kesetimbangan reaksi ini akan mengontrol


pengendapan hasil reaksi yang memberikan efek negative pada stimulasi
pengasaman. Reaksi dalam larutan akan terdissosiasi atau terionisasi. Asam HCl
akan terdissosiasi menjadi ion hydrogen (H+) dan ion chloride (Cl).
Kesetimbangan dissosiasi asam HCl dinyatakan dengan :
a H  aCl 
KD  .................................................................................(6-21)
a HCl

Keterangan:Kd adalah konstanta dissosiasi.

Bila kondisi kesetimbangan asam terdissosiasi cukup tinggi, maka


karga Kd akan bertambah besar pula. Jika kesetimbangan asam terdissosiasi
rendah, makaharga Kd akan rendah pula. Konstanta kesetimbangan tergantung dari
temperature dan dapat dihitung dengan persamaan berikut :

A1
 log10 K D   A2  A3T ..........................................................(6-
T
22)
Pada persamaan diatas, T adalah temperature (oK) dan konstanta A1, A2 dan A3
diperoleh dari tabel VI-11.

Tabel VI-11
Konstanta untuk menentukan Harga Kd
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)
82

Pada tabel VI-12 akan memperlihatkan bahwa asam acetic dan asam formic
memiliki konstanta dissosiasi yang lebih kecil dibandingkan dengan asam
hodrokloric, itulah sebabnya asam tersebut termasuk dalam jenis asam lemah.

Tabel VI-12
Harga Kd beberapa Jenis Asam pada Berbagai Temperatur
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)

Dibawah kondisi reservoir, asam organic tidak bereaksi secara sempurna


dengan batuganping atau dolomite karena batasan yang dimungkinkan oleh
kesetimbangan kimia. Terjadinya kesetimbangan kimia disebabkan oleh adanya
CO2 yang tidak ikut keluar dari larutan karena tekanan reservoir yang tinggi. Pada
tekanan reservoir yang rendah, CO2 akan terlepas dari larutan sehingga asam akan
bereaksi dengan sempurna. Dari hasil test diketahui hubungan antara fraksi asam
yang direaksikan, temperature dan komposisi asam pada tekanan tinggi, karena
pada tekanan 1000 psi semua CO2 bereada dalam larutan. Faktor ini digunakan
untuk mengoreksi dissolving power dari organic acid.

6.2.1.7. Kinetika Reaksi Asam dengan Mineral Batuan


Kinetika reaksi merupakan deskripsi kecepatan reaksi yang berlangsung
pada saat senyawa-senyawa reaksi tersebut bersinggungan. Untuk reaksi asam
dengan mineral batuan, reaksi akan mulai berlangsung apabila asam telah
mencapai permukaan mineral, baik secara diffusi maupun secara konveksi.
83

Kecepatan asam yang bereaksi dan kecepatan mineral yang terlarutkan tergantung
pada :
- Kecepatan transport asam ke permukaan mineral batuan, baik secara
diffusi ataupun konveksi.
- Kecepatan reaksi sebenarnya yang terjadi dipermukaan mineral.
Salah satu proses tersebut diatas dapat berjalan dengan cepat dibandingakan
dengan proses yang lain, tetapi dalam perencanaan operasi pengasaman, proses
yang lambat yang diperhitungkan.
Contohnya reaksi antara HCI dengan CaCO3 memberikan reaksi kecepatan
yang sangat tinggi, tetapi untuk perhitungan proses keseluruhan lebih diatur oleh
kecepatan transport asam kepermukaan cairan, oleh karena proses ini lebih lambat
daripada proses-proses yang lain. Sebaliknya untuk reaksi antara HF dengan
mineral, kecepatan reaksi jauh lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan
transport asam, maka dalam hal ini kecepatan reaksi keseluruhan tergantung pada
kecepatan reaksi kimia yang sebenarnya.
Laju kecepatan reaksi didefinisikan sebagai laju kecepatan pemunculan
suatu senyawa tertentu dalam larutan dalam satuan mole per detik. Laju kecepatan
reaksi permukaan tergantung pada besarnya permukaan yang terbuka untuk
terjadinya reaksi, dengan demikian laju kecepatan reaksi ini dinyatakan dengan
satuan per satuan luas. Secara umum, laju kecepatan reaksi permukaan dari suatu
senyawa A yang berbentuk cairan dengan mineral batuan B adalah:

RA  rA SB ……………………………………………………...(6
– 23)

Keterangan:
R = Laju kecepatan pemunculan senyawa A (mole/detik)
r = Laju kecepatan reaksi permukaan senyawa A (mole/det-m2)
SB = Luas permukaan mineral

Jika senyawa A bereaksi dengan mineral B, maka harga R  dan r akan berharga
negatif.
84

Laju reaksi rA, tergantung pada konsentrasi senyawa yang bereaksi. Tetapi
untuk reaksi antara senyawa yang berbentuk cairan dengan mineral berbentuk
padat, konsentrasi mineral padat dapat diabaikan, karena berharga tetap.
Contohnya satu grain quartz mempunyai jumlah moles tetap per satuan volume,
berapa pun reaksi yang terjadi pada permukaan quartz tersebut. Jika
ketergantungan terhadap konsentrasi dimasukkan ke dalam persamaan laju reaksi,
maka diperoleh :

 
- RA   Ef  C A SB ………………….…………………………..(6 –
24)

Keterangan:
Ef = konsentrasi laju kecepatan reaksi, mole senyawa A/{m2-det-(mole
A/m3)}
C = konsentrasi senyawa A pada permukaan reaktif
 = derajat reaksi, suatu ukuran kekuatan laju kecepatan reaksi terhadap
konsentrasi senyawa A.

Konstanta kecepatan reaksi tergantung pada temperatur dan dalam beberapa hal
tergantung pada senyawa kimia selain senyawa A.
Konvensi penulisan untuk senyawa yang berkurang konsentrasinya dalam
larutan sebagai akibat reaksi diberikan tanda didepan R, dengan demikian harga
berharga positif.
A. Reaksi HCL dan Asam Lemah dengan Karbonat
Asam HCL adalah asam kuat, yang berarti apabila HCL dilarutkan dalam
air, molekul-molekul asam hampir semuanya berdissosiasi menjadi ion H + dan ion
chloride CI-. Reaksi antara HCL dengan karbonat sebenarnya merupakan reaksi
antara ion H+ dengan mineral karbonat.
Asam acetic dan formic yang direaksikan dengan karbonat, maka yang
bereaksi juga ion H+ dengan mineral karbonat, hanya saja karena asam tidak
berdissosiasi sepenuhnya maka tersedianya ion H+ terbatas. Oleh karena H+ adalah
85

senyawa yang reaktif, kinetika reaksi HCl dapat juga digunakan untuk asam
lemah dengan memperhatikan kesetimbangan dissosiasi asam.
Berdasarkan hasil pengukuran kinetika reaksi asam HCl–calcite dan HCl-
dolomite, diperoleh hubungan laju kecepatan reaksi sebagai berikut :

- rHCl  Ef CHCL ............................................................................ (6 - 25)

 T 
Ef  E 0f exp  -  .................................................................... (6 - 26)
 RT 

Keterangan:
Konstanta pada persamaan (6-25) dan (5-26) ditunjukkan pada Tabel VI-13.

Tabel VI-13
Konstanta Model Kinetik Reaksi HCL – Mineral
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)

E
Mineral Α E of (K )
R

Calcite (CaCO3) 0.63 7.13 x 107 7.55 x 103

Dolomite 6.32 x 10 4 T
4.4800 x 105 7.55 x 103
(CaMg(CO3)) 1  1.92 x 10 3 T


 kg  moles HCl 

dimana : E f0   ……….(6 –
 m  det   kg  moles HCl / m larutan asam  
α
 2 3

27)
Reaksi asam lemah dengan mineral karbonat dapat diperoleh dari kinetika reaksi
HCl, sebagai berikut:

 rasam lemah  Ef K d /2 C asam


/2
lenah ………………………………….(6
– 28)

Keterangan:
Kd = konstanta disosiasi asam lemah
Ef = konstanta laju kecepatan reaksi HCl– mineral.
86

B. Reaksi antara HF dengan Mineral Batupasir


Penelitian tentang reaksi antara HF dengan mineral-mineral batupasir,
misalnya quartz, feldspar, dan clay, telah dilakukan dan kinetika reaksi untuk
reaksi antara HF dan batupasir adalah sebagai berikut:

 
 rmineral  Ef 1  K  C HCl  C αHF ………..………………..………(6
β

– 29)

Harga Ef dihitung dengan persamaan 6-25, sedangkan konstanta pada persamaan


6-29 ditunjukkan pada Tabel VI-14.
Persamaan 6-29 menunjukkan bahwa ketergantungan terhadap konsentrasi HF
mendekati derajat 1 ( = 1 ). Untuk reaksi dengan feldspar, laju kecepatan reaksi
meningkat dengan meningkatkan konsentrasi HCl, meskipun HCl tidak bereaksi
dalam proses reaksi kimia.
HCl sebagai katalisator pada reraksi antara HF dengan feldspar. Demikian juga
halnya, laju kecepatan reaksi antara HF dengan mineral clay mempunyai besaran
yang hampir sama. Kecuali untuk mineral illite, dimana laju kecepatan reaksinya
berderajat duakali lebih lambat.

Tabel VI-14
Konstanta Model Kinetik Reaksi HF – Mineral
(William B. B. Gidly J. L., Schechter R. S., 1979)

E
Mineral α β K E of (K )
R
Quartz
1.0 - 0 2.32 x 10-8 1150
Orthoclase
K- feldspar
KAlSi3O8
1.2 0.4 0.0566 exp (956/T) 1.27 x 10-1 4860
Albite
Na-feldspar
NaAlSi3O8 1.0 1.0 0.0624 exp (554/T) 9.50 x 10-3 3930
Kaolinite
1.0 - 0.33 6540
Al4Si4O10(OH)8
Sodium
Montmorilonite 1.0 - 0.88 6540
Al4Si8O20(OH)4-H2O
Illite
1.0 - 2.75 x 10-2 6540
KO2Al4(Al,Si)8(OH)4
Muscovite
1.0 - 0.49 6540
KAl2Si3O10(OH)2
87

6.2.1.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Asam


Laju kecepatan reaksi asam adalah perubahan konsentrasi reaktan (zat
yang direaksikan) ataupun produk reaksi dalam suatu satuan waktu. Atau dapat
dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu reaktan atau
bertambahnya konsentrasi suatu produk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi asam dengan batuan yaitu :


1. Perbandingan Luas-Volume
Perbandingan luas-volume (spesifik surface area) merupakan
perbandingan antara luas permukaan batuan yang kontak dengan asam persatuan
volume. Perbadingan luas-volume beranding terbalik dengan jari-jari batuan atau
lebar rekahan.
Gambar 6.7. terlihat pengaruh perbandingan luas-volume pada reaksi asam
HCl dengan CaCO3. Harga spesifik surface area semakin besar maka semakin
besar laju reaksi asam terhadap batuan sehingga spending time semakin kecil.

Gambar 6.7.
Pengaruh Perbadingan Luas-Volume Terhadap Laju Reaksi HCl-CaCO 3
(Allen T. O., 1982)
88

2. Temperatur Reservoir
Temperatur mempunyai pengaruh langsung yang berbanding lurus
terhadap laju reaksi asam dengan batuan. Padat temperatur 140 0F, dan 150 0F laju
reaksi sekitar 2 kali lebih cepat dibandingkan dengan temperatur 80 0F. dengan
kata lain dengan bertambahnya temperatur maka laju reaksi akan semakin lebih
cepat. Gambar 6.8. menunjukkan pengaruh temperatur terhadap laju reaksi antara
asam HCl dengan CaCO3. Panas yang mempengaruhi laju reaksi berasal dari
reservoir dan panas yang dihasilkan dari proses reaksi asam dengan batuan

Gambar 6.8.
Pengaruh Temperatur Terhadap Laju reasi HCl-CaCO3
(Allen T. O., 1982)
3. Tekanan Reservoir
Pengaruh tekanan terhadap laju reaksi untuk asam HCl dapat dilihat pada
Gambar 6.9. Pada tekanan diatas 750 psi, pengaruh tekanan kurang berpengaruh
terhadap laju reaksi. CO2 yang terlarut dalam fluida meningkat sehingga
konsentrasi CO2 sebagai hasil reaksi akan menggerakkan reaksi kearah
tercapainya kesetimbangna. Hal inilah yang dapat memperlambat laju reakis.
89

Tekanan yang kurang dari 750 psi, CO 2 yang terlarut mulai terbebaskan
sehingga laju reaksi meningkat. Proses pelepasan gas CO 2 menimbulkan efek
turbulensi dan agitasi sehingga dapat membantu mempercepat laju reaksi.

Gambar 6.9.
Pengaruh Tekanan Terhadap Laju Reaksi HCl
(Allen T. O., 1982)

4. Konsentrai Asam
Konsentrasi merupakan jumlah mol zat yang terdapat dalam tiap liter
latutan atau ruangan (gas). Dengan bertambahnya konsentrasi laturan maka,
kecepatan reaksi akan semakin cepat. Dari Gambar 6.10., dapat dilihat bahwa laju
reaksi naik hampir sebanding dengan naiknya konsentrasi HCl antara 15 sampai
20 % dan pada konsentrasi 20-24 %, laju reaksi mencapai titik maksimum.
Peningkatan konsentrasi HCl melebihi 24 % akan menyebabkan
penurunan terhadap laju reaksi. Hal ini disebabkan karena konsentrasi yang tinggi
90

(maksimim 24 %) akan melarutkan volume yang besar, sehingga hasil reaksi yang
dihasilkan juga banyak. Hasil reaksi seperti CaCl 2 dan CO2 inilah yang dapat
mengurangi laju reaksi, karena bersifat retarded.

Gambat 6.10.
Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi HCl-CaCO3
(Allen T. O., 1982)

5. Komposisi Batuan
Komposisi kimia batuan formasi sangat penting untuk menentukan waktu
laju reaksi antara asam dengan batuan. Laju reaksi asam HCl terhadap dolomite
akan lebih lambat dibandingkan dengan limestone, karena terbentuknya CaMg2C16
12H2O sebagai hasil reaksi asam dengan dolomite dan material ini dapat larut
dalam asam.
6. Kecepatan Aliran Asam
Kecepatan aliran asam tidak menimbulkan pengaruh yang begitu besar
terhadap laju reaksi antara asam dengan batuan. Untuk sumur-sumur dengan
91

temperatur tinggi kecepatan ditingkatkan hanya untuk menghindari berkurangnya


daya reaktifitas asam yang diinjeksikan.

6.2.1.9. Evaluasi Hasil Pengasaman


Keberhasilan operasi pengasaman dapat didasarkan pada beberapa
parameter diantaranya yaitu :
1. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Laju Produksi
Mengevaluasi hasil pengasaman pertama-tama adalah dengan mengamati laju
hariannya. Bila laju produksi harian setelah pengasaman lebih besar dibanding
sebelum pengasaman, maka dapat dikatakan pengasaman tersebut berhasil.
2. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Indeks Produktivitas
Produktivity Index adalah indek yang menyatakan kemampuan suatu formasi
untuk mengalirkan fluidanya ke dasar sumur pada drawdown tertentu..
Secara matematik PI dinyatakan :

0,007082 k h
PI  . ……………………………………..…..
Bo μo ln ( re )
rw
(6 – 30)

Pwf besarnya dipengaruhi oleh adanya faktor hambatan (skin), maka terdapat
dua type indeks produktivitas, yaitu PI ideal dan PI aktual
q
PI aktual  …………………………………………….(6 –
Ps - Pwf

31)
q
PI  ……………………….………….(6 –
Ps -  Pwf  ΔPskin ) 
ideal

32)
Menurut Kermitz E Brown (1967) bahwa batasan terhadap tingkat
produktivitas sumur adalah :
PI rendah jika PI < 0,5
92

PI sedang jika 0,5 < PI < 1,5


PI tinggi jika PI > 1,5
3. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Faktor Skin

P - Pwf  k  
S  1,151    3,23  …………….(6
1jam
- log  2 
 m    Ct rw  
– 33)
Keterangan:
P1jam = pembacaan tekanan dari bentuk linear pada kurva PBU selama 1
jam penutupan
Pwf = tekanan sumur sesaat sebelum penutupan, psi
m = kemiringan slope pada bagian linear dari grafik
 = viskositas, cp
 = porositas, fraksi
k = permeabilitas, md
Ct = kompressibilitas batuan, psi-1
rw = jari-jari sumur, ft
h = ketebalan lpisan produktif, ft

Kerusakan formasi akibat faktor skin dapat dilihat dari penyimpangan harga S
terhadap titik nol, dan secara kuantitatif dinyatakan sebagai :
S > 0 = adanya kerusakan formasi di sekitar lubang sumur
S = 0 = kerusakan sumur di sekitar lubang sumur diabaikan
S < 0 = adanya perbaikan formasi di sekitar lubang sumur
4. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Effisiensi Aliran
Effisiensi aliran adalah suatu konstanta yang menunjukkan pengertian identik
dengan adanya skin di sekitar sumur pada formasi produktif.

(PI) aktual
Flow Effisiensi (FE)  . ...……………………………(6
(PI) ideal
– 34)
93

FE 

q / P * - Pwf 

q / P * - Pwf - ΔP skin  , sehingga :
P - Pwf - Pskin
*
FE 
P * - Pwf
…………………………………………...…………………… (6 – 35)
Harga maksimum FE = 1, jika tidak ada kerusakan dalam lubang sumur.
Jika FE < 1, jika ada kerusakan dalam lubang umur.
Jika FE > 1, jika terjadi perbaikan permeabilitas di sekitar lubang sumur.
5. Evaluasi Keberhasilan Berdasarkan Parameter Kurva IPR
Grafik kurva performance yang disebut Inflow Performance Relationship
(IPR) merupakan grafik kemampuan suatu sumur selama produksi, yang
menunjukkan hubungan antara kapasitas produksi dengan tekanan alir dasar
sumur.
Pengamatan terhadap kurva IPR dari suatu sumur sebelum dan sesudah
pengasaman dapat menentukan sukses tidaknya operasi pengasaman
Pengasaman dikatakan berhasil jika pada drawdown (Ps – Pwf) yang sama
akan diperoleh laju produksi yang berbeda, yaitu laju produksi setelah
stimulasi mengalami peningkatan.

Gambar 6.11.
94

Perbandingan Kurva IPR Sebelum dan Sesudah Pengasaman


(Tjondrodiputro, R. B., Rahmat, S., Sukarno, P., 1999)
6.2.2. Hydraulic Fracturing
Perekahan hidrolik adalah suatu teknik stimulasi yang digunakan untuk
memperbaiki atau meningkatkan produktivitas sumur. Produktivitas sumur yang
menurun atau kecil ini dapat berupa adanya zona skin disekitar lubang sumur
dimana harga permeabilitas zona skin (kskin) lebih keecil dari harga permeabilitas
formasi (kformasi), atau formasi dengan cadangan yang besar tetapi harga
permeabilitas formasinya relative kecil.
Tujuan dari perekahan hidrolik adalah terbentuknya saluran konduktif dan
kontinyu yang menembus zona skin (yang mengalami kerusakan), jauh ke dalam
reservoir. Untuk mencapai tujuan itu, pada perekahan hidrolik perlu dibentuk
saluran konduktif dan kontinyu yang berupa rekahan dengan menginjeksikan
fluida perekah dengan laju dan tekanan tertentu diatas tekanan rekah batuannya.

6.2.2.1. Mekanika Batuan


Batuan dalam bumi akan mengalami tegangan-tegangan yang diakibatkan
oleh gaya-gaya yang bekerja atau dikenakan kepadanya.
In-situ Stress : gaya per unit area

σ Δ  lim  ΔF  ………………………………………...………(6 –
A0
 ΔA 
36)
95

Gambar 6.12.
Skematik Normal Stress dan Shear Stress
(Tjondrodiputro, R. B., Rahmat, S., Sukarno, P., 1999)
Overburden Stress : gaya akibat beban formasi diatasnya

H
σ ov  g  ρ (z) dz …………………………………..………………(6
0

-37)

Dimana rata-rata gradient (g) berkisar 0,95 – 1,1 psi/ft, densitas foermasi (ρ)
berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa densitas batuan berkisar antara 125
hingga 200 lb/ft3.

Gambar 6.13.
Elemen Tegangan dan Bidang Rekahan
(Craft B. C., 1990)

Strain : deformasi/alterasi posisi relative titik-titik pada benda yang dikenakan


stess. Strain dikomposisikan sebagai perubahan panjang dan perubahan
angular.
96

1  1*
ε  lim ………………………………………..……………(6 –
1 0 1

38)

γ  tan (ψ* - ψ) ………………………………………………...(6 –


39)
Penjabaran akan hal ini adalah perbandingan poisson (poisson ratio)
dimana apabila suatu benda di tekan ke satu arah tertentu, maka benda itu bukan
saja mengalami perubahan panjang (memendek) sepanjang arah pembebanan,
melainkan juga akan melebar kearah lateral (gaya yang kecil). Atau didefinisikan
sebagai ratio dari ekspansi lateral terhadap kontraksi longitudinal.
ε2
v =  ……………………………………………………….(6 –
ε1

40)
Dimana ε1 dan ε2 masing-masing adalah strain arah tegak lurus satu sama lainnya.
Harga v berk8isar antara 0.15 – 0.30 dan untuk batupasir = 0.25, sedangkan untuk
shale = 0.27.

Gambar 6.14.
Penggambaran Mengenai Efek Piosson
(Economides, M. J., et, all., 1996)

Hubungan antara stress dan strain dapat digambarkan dengan grafik stress vs
strain sebagai berikut :
97

Gambar 6.15.
Grafik Hubungan Stress vs Strain
(Tjondrodiputro, R. B., Rahmat, S., Sukarno, P., 1999)
Atau dengan persamaan sebagai berikut :

E = 2 G(1 + μ) ….………………………………………………..(6 – 41)

Keterangan:

E = Modulus Elastisitas Young (slope), psi


μ = Poisson ratio

Modulus Elastisitas Young merupakan ukuran kekenyalan (stiffness) dimana


untuk batuan harganya berkisar antara 1 x 10 6 (soft rock) sampai dengan 10 x 106
(hard rock).
Dalam perekahan hidrolik dikenal istilah plane-strain modulus (E`) yang ditulis
sebagai berikut :

E` = E / (1 – μ2) ...………………………………………………..(6 – 42)


Dimana untuk sandstone :
E` = 1.07 E
μ = 0.25
98

Ketika suatu sumur dibor, maka tegangan yang bekerja pada batuan akan
mengalami perubahan. Suatu pendekatan perhitungan perubahan atau kelainan ini
dibuat dengan asumsi batuan elastis, lubang sumur lurus dan silindris dan sumbu
sumur vertical. Sedangkan gaya-gaya tangensial yang bekerja disekitar lubang
sumur adalah dua kali tegangan horizontalnya, sehingga tekanan yang diperlukan
untuk merekahkan batuan secara vertical adalah jumlah dari tekanan yang
diperlukan untuk mengurangi compresive stress pada dinding lubang sampai nol
ditambah tensile strength dari batuannya, atau :

2
Pf  2 σh  S t  σz  S t …………………..……..………..(6-43)
1 

Keterangan:
Pf = internal pressure, psi
St = tensile strength batuan, psi

Dengan menggunakan kisaran tensile strength 0 sampai 500 psi untuk batupasir
dan limestone, maka akan di dapat harga tekanan yang diperlukan untuk membuat
rekahan vertikal yaitu antara :

2 x 0,18 x 1,0 D
Pf   0  0,44 D psi ….…………....………..…..(6-
1  0,18

44)

2 x 0,18 x 1,0 D
Pf   500  0,74 D  500 psi …………......………(6-
1  0,27

45)

Menurut Hubert dan Willis, tekanan injeksi dasar sumur minimum yang
diperlukan untuk menjaga rekahan tetap terbuka adalah sedikit lebih besar dari
tegangan yang bekerja pada bidang rekahan tersebut, dan masuknya fluida ke
99

dalam formasi akan mengurangi besarnya tekanan yang diperlukan untuk tekanan
vertikal.
Dalam hal rekahan horizontal, tekanan yang diperlukan untuk menahan
atau mengembangkan rekahan sama dengan efektif overburdennya pada
kedalaman rekahan. Dengan demikian rekah horizontal akan terjadi bila :

Pf = σ z ...………………………..…….……………....…………..(6-46)

Pendekatan ke dalam maksimum di mana rekah horizontal terjadi, kecuali dalam


daerah di bawah kompresif aktif dapat ditentukan dari persamaan-persamaan
diatas dengan anggapan :

2
σz  S t  σz …………………..………………..……..………(6-
1 

47)
Bila diketahui gradien tekanan vertikal (overbuden) adalah 1 psi/ft, poison ratio
0,25 dan tensile strength 1000 psi, maka kedalaman maksimum rekah horizontal
adalah 3000 ft.
Untuk rekahan yang terjadi pada sudut tertentu () dari horizontal,
Crittedon menyajikan suatu rumus tekanan rekah sebagai berikut :

Pob  2   2  
Pf  1    1   cos θ  ..……………....……..…(6-48)
2  1    1   

Keterangan:
Pob = tekanan overbuden, psi
 = sudut yang diukur dari horizontal
100

Gambar 6.16
Jenis-jenis Arah Rekahan
(Craft B. C., 1990)

Untuk mengetahui hubungan antara efek perekahan terhadap produktivitas


sumur dapat ditinjau dengan mengetahui sifat-sifat atau karakteristik fluida
injeksi, karakteristik fluida reservoir, dan karakteristik batuan reservoirnya
disekitar daerah perekahan.
R.D., Carter mendiskripsikan persamaan untuk menghitung luas daerah perekahan
baik dengan perekahan secara vertikal maupun horizontal. Asumsi yang
digunakan untuk menghitung luas daerah perekahan adalah,
1. Luas rekahan uniform
2. Aliran fluida perekah ke dalam formasi linear dan arah aliran
tegak lurus permukaan rekahan.
3. Kecepatan aliran di dalam formasi pada setiap titik dipermukaan
rekahan adalah fungsi waktu titik alirnya.
4. Fungsi keceptan V = F(t) sama untuh. setiap titik di dalam
formasi.
5. Tekanan di dalam rekahan sama dengan tekanan injeksi didepan
formasi serta harga konstannya.
6.2.2.2. Mekanika Fluida Perekahan Hidrolik
101

Fluida perekah dipergunakan untuk membuat rekahan yang cukup besar,


sehingga proppant dapat masuk ke dalam rekahan tanpa mengalami bridging
(mampat) atau settling (pengendapan). Oleh karena itu, fluida perekah harus
mempunyai viskositas yang tinggi dan faktor kehilangan fluida harus diperkecil
dengan sifat wall building dengan penggunaan polimer.
A. Rheologi
Sifat rheologi digunakan untuk mendapatkan harga viskositas yang cukup
berdasarkan besarnya harga shear rate dan shear stressnya. Di dalam rheologi
dikenal jenis fluida sebagai berikut : Newtonian, bingham plastic dan power law.
Untuk fluida newtonian berlaku hubungan berikut :

τ = μ γ ……………………………………………………….…(6 – 49)

Keterangan:τ = shear stress


γ = shear rate
μ = viskositas (air = 1)
Sedangkan untuk fluida bingham plastic berlaku :
τ = μ γ + τy ……………………………………………………(6 – 50)

Keterangan:
τy = yield point (fluida Newtonian = 1)

Dan untuk fluida power law berlaku hubungan :

τ = K γ” …………………………………………………...………(6 – 51)
Perbedaan ketiga jenis fluida tersebut diperlihatkan pada gambar 6.17.
102

Gambar 6.17.
Harga Shear Rate vs Shear Stress pada Fluida Newtonian dan Non
Newtonian
(Tjondrodiputro, R. B., Rahmat, S., Sukarno, P., 1999)

Sedangkan pada gambar 6.18. memperlihatkan hubungan antara shear rate dan
shear stress untuk fluida power law pada skala log-log. Adapun jenis fluida
perekah adalah jenis fluida power law.

Gambar 6.18.
Plot antara Shear Rate vs Shear Stress untuk Fluida Power law pada Skala
log-log
(Tjondrodiputro, R. B., Rahmat, S., Sukarno, P., 1999)
Keterangan:
103

K’ = consistency indek
n`
 3 n` 1
= K   , untuk pipa
 4 n` 
n`
 2 n` 1 
= K   , untuk annulus
 3 n` 

n’ = flow behavior indek

Berdasarkan pendekatan jenis fluida power law, maka besarnya viskositas semu
dapat ditentukan dengan persamaan :

47880 K`
Μapp = ………………………………………………(6 –
γ` 1  n`

52)

B. Leak-off Fluid (kebocoran fluida)


Kehilangan fluida (leak-off) adalah terjadinya aliran fluida perekah masuk
ke dalam formasi. Hal ini disebabkan karena tingginya tekanan fluida yang
dipompakan ke formasi, sehingga menyebabkan volume rekahan yang terjadi
berkurang serta propant akan mengalami pemampatan dan mengendap. Leak-off
merupakan faktor penting dalam penentuan geometri rekahan.
Cooper et al. mendiskripsikan harga kaefisien leak-off total (Ctot) yang
terdiri dari tiga mekanisme yang terpisah sebagai berikut :
1. Viscosity controlled (Cμ), adalah suatu kehilangan fluida yang dipengaruhi
oleh viskositas. Penentuan besarnya harga Cμ didapat dengan persamaan :

k φ ΔP
Cμ = 0.0469 ……………………………….……..(6 –
μ1

53)

Keterangan:
k = permeabilitas batuan
104

φ = porositas batuan
μ1 = viskositas filtrate
ΔP = beda tekanan antara fluida didepan dinding dengan tekanan di pori-
pori batuan
2. Compressibility controlled (Cc), adalah suatu kehilangan fluida yang
dipengaruhi oleh kompresibilitas. Penentuan besarnya harga Cc dapat
dilakukan dengan persamaan :

k Cf
Cc = 0.0374 ΔP ………………………………..……(6 –

54)
Keterangan:
Cf = kompresibilitas tital formasi, psi-1
μ = viskositas fluida formasi yang bisa bergerak pada kondisi reservoir, cp
3. Wall building mechanism (Cw), yang terbentuk dari residu polimer di
dinding formasi yang menghalangi aliran ke formasi. Hal ini penting untuk
membatasi fluida yang hilang ke formasi. Harga Cw dihitung berdasarkan
percobaan di laboratorium. Gambar 6.19. menunjukkan hubungan antara
volume viltrat kumulatif terhadap akar dari waktu hasil analisis di
laboratorium, dimana harga Cw merupakan kemiringan pada daerah linier.
Keterangan:
Cw = (0.0164) m/A
m = kemiringan
A = Luas core yang dipakai
Spurt adalah Fluida yang masukpertama kali dalam jumlah relative besar karena
bertemu media berpori sebelum terbentuknya filter cake. Spurt time adalah waktu
untuk mencapai bagian plot yang lurus.
Dari ketiga mekanisme diatas, maka besarnya kaefisien leak-off total adalah
sebagai berikut :
105

2 Cμ Cc Cw
Ctot =
 
Cμ Cw  Cw Cμ 2  4Cc 2 Cμ 2  Cw 2
2

1/2 ……………….(6 –

55)

Gambar 6.19.
Plot Hasil Laboratorium untuk Mencari Cw
(Tjondrodiputro, R. B., Rahmat, S., Sukarno, P., 1999)
Adapun jumlah kehilangan fluida yang masuk ke dalam pori batuan dapat
ditentukan dengan persanmaan :

V = Vs + 2 Ctot t …………………………………..…………(6 – 56)

Keterangan:
Vs = leak-off rate

6.2.2.3. Fluida Perekah dan Additive


Fluida yang dipakai dalam operasi perekahan hidrolik dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu :
1. Water base fluid (Fluida Perekah dengan bahan dasar air)
2. Oil base fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar minyak)
106

3. Emulsion base Fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar emulsi)

Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap fluida perekah adalah :
1. Stabil
2. Tidak menyebabkan kerusakan formasi
3. Mempunyai friction loss pemompaan yang rendah
4. Mampu membawa bahan pengganjal kedalam rekahan yang dibuat

Pada operasi perekahan hidrolik proses pemompaannya adalah sebagai


berikut :
1. Prepad, yaitu fluida dengan viskositas rendah dan tanpa proppant, biasanya
minyak, air, dan atau foam dengan gel berkadar rendah atau friction reducer
agent, fluid loss additive dan surfactant atau KCl untuk mencegah damage,
dan ini dipompakan didepan untuk membantu memulai membuat rekahan.
Viscositas yang rendah dapat masuk ke matrix lebih mudah dan mendinginkan
formasi untuk mencegah degradasi gel..
2. Pad, yaitu fluida dengan viskositas lebih tinggi, juga tanpa proppant
dipompakan untuk membuka rekahan dan membuat persiapan agar lubang
dapat dimasuki slurry dengan proppant. Viskositas yang lebih tinggi
mengurangi leak- off (kebocoran fluida meresap masuk ke formasi). Pad
diperlukan dalam jumlah cukup agar tidak terjadi terjadi 100 % leak-off
sebelum rekahan terjadi dan proppant ditempatkan.
3. Slurry dengan proppant , yaitu proppant dicampur dengan fluida kental,
proppant ditambahkan sedikit demi sedikit selama pemompaan, dan
penambahan proppant ini dilakukan sampai harga tertentu pada alirannya
(tergantung pada karakteristik formasi, sistem fluida, dan gelling agent).
4. Flushing, yaitu fluida untuk mendesak slurry sampai dekat dengan perforasi,
viskositasnya tidak terlalu tinggi dengan friksi yang rendah.

Dalam operasi perekahan hidrolik suatu fluida perekah harus


menghasilkan friction yang kecil tetapi mempunyai viskositas yang tinggi untuk
107

dapat menahan proppant, dan dapat diturunkan kembali setelah operasi dengan
mudah. Dalam hal ini additive atau zat tambahan diperlukan untuk
mengkondisikan fluida perekah sesuai dengan kebutuhan. Adapun additive yang
perlu ditambahkan dalam fluida dasar adalah sebagai berikut :
1. Thickener , berupa polimer yang ditambahkan sebagai pengental fluida
dasar. Contohnya adalah guar, HPG (Hydroxypropyl Guar Gum), CMHPG
(Carboxymethyl Hydroxypropyl Guar), HEC (Hydroxyethylcellulose) dan
Xantan gum.
2. Crosslinker , (pengikat molekul agar rantai menjadi panjang) diperlukan
untuk meningkatkan viskositas dengan jalan mengikat satu molekul atau lebih
sehingga proppant yang dibawa tidak mengalami settling (pengendapan) serta
memperkecil leak-off fluida ke formasi. Biasanya organometalic atau
transition metal compounds yang biasanya borate, titan dan zircon.
3. Buffer , (pengontrol pH) dimana pada pencampuran setempat, polimer
dalam bentuk powder ditambahkan dalam fluida dasar. Untuk dapat terpisah
dengan baik, pH harus berkisar 9, yang didapat dari pencampuran dengan basa
seperti NaOH, NH4OH, asam asetat dan asam sulfamic (HSO3NH3).
4. Bactericides/biocides , (anti bakteri) dimana bakteri penyerang polimer
merusak ikatan polimer dan mengurangi viskositasnya, sehingga perlu
ditambahkan anti bakteri seperti glutaraldehyde, chlorophenate
squaternaryamines dan isothiazoline. Zat ini perlu ditambah ditanki sebelum
air ditambahkan, karena enzim yang terlanjur dihasilkan bisa memecah
polimer. Bactericides tidak dipergunakan apabila fluida dasarnya minyak.
5. Gelling agent , (pencampur gel) untuk menghindari mengumpulnya gel,
seringkali gel dicampur terlebih dahulu dengan 5% methanol atau isopropanol.
Penggunaan zat ini bisa diperbesar kadarnya untuk formasi yang sensitive.
6. Fluid Loss additive , fluid loss harus diperkecil. Untuk formasi homogen,
biasanya sudah cukup dengan filter cake yang terbentuk di dinding
formasi.Material yang umum dipakai antara lain : pasir 100-mesh, silica fluor
(325-mesh), baik untuk rekahan kecil alamiah (silica flour 200 mesh untuk
rekahan kecil < 50 micron dan 100 mesh untuk yang lebih besar >50 micron),
108

Oil Soluble Resins, Adomite Regain (Con Starch), Diesel 2-5 %


(diemulsikan), Unrefined Guar dan Karaya gums.
7. Breakers , untuk memecahkan rantai polimer sehingga menjadi encer
(viskositasnya kecil) setelah penempatan proppant agar produksi aliran
minyak kembali mudah dilakukan. Breakers harus bekerja cepat,
konsentrasinya harus cukup untuk mengencerkan polimer yang ada.

Untuk pemilihan fluida perekah yang sesuai, harus dipenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Memiliki harga viskositas cukup besar, yaitu 100 – 1000 cp pada
temperature normal.
2. Filtrasi yang terjadi jangan sampai menutup pori-pori batuan.
3. Stabil pada tekanan tinggi.
4. Tidak bereaksi dengan fluida reservoir, karena dapat menimbulkan
endapan yang menyebabkan terjadinya kerusakan formasi.
5. Tidak membentuk emulsi di dalam lapisan reservoir.
6. Viskositas cairan dapat berubah menjadi kecil setelah terjadinya
perekahan, sehingga mudah disirkulasikan keluar dari sumur.
7. Dari segi ekonomi harus memiliki harga yang relative murah.

6.2.2.4. Proppant Agent


Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang
terbentuk tidak menutup kembali akibat closure pressure ketika pemompaan
dihentikan dan diharapkan mampu berfungsi sebagai media alir yang lebih baik
bagi fluida yang diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir
yang bersangkutan.
A. Jenis Proppant
Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini adalah
pasir alami, pasir berlapis resin (Resin Coated Sand), dan proppant keramik
(Ceramic Proppant).
1. Pasir Alami
109

Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam kondisi
baik sekali, baik, dan dibawah standat. Golongan yang paling baik menurut
standart API adalah premium sands yang berasal dari Illinois, Minnesota, dan
Wisconsin. Biasanya disebut ‘Northern Sand”, “White Sand”, “Ottawa Sand”,
atau sebta lainnya misalnya “Jordan Sand”. Golongan yang baik berasal
dari Hickory Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki warna lebih
gelap dari pada pasir Ottawa. Umumnya disebut “Brown Sand”, “Braddy
Sand”, atau “Hickory Sand”. Berat jenisnya mendekati 2,65. Salah satu
kelebihan pasir golongan ini dibanding pasir Ottawa adalah harganya yang
lebih murah.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata (tidak
tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebh merata di setiap
bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancurkarena tidak mampu menahan
beban yang diterimanya, maka butiran yang hancur tersebut akan tetap
melekat dan tidak tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin. Hal
ini tentu saja merupakan kondisi yang diharapkan, dimana migrasi pecahan
butiran (fine migration) penyebab penyumbatan pori batuan bias tereliminasi.
Proppant ini sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pre-cured Resins
Berat jenisnya sebesar 2,55 dan jenis ini dibuat dengan cara pembakaran
alam proses pengkapsulan.
b. Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilam
efek pengganjalan. Maksudnya adalah, proppant ini dinjeksikan dibagian
belakang (membuntuti slurry proppant) untuk mencegah proppant
mengalir balik ke sumur (proppant flow back). Setelah membeku,
proppant ini akan membentuk massa yang terkonsolidasi dengan daya
tahan yang lebih besar.
3. Proppant Keramik (Ceramic Proppant)
Proppant jenis ini dikelompokkan menjadi empat golongan sebai berikut :
110

a. Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramic)


Jenis ini memiliki berat jenis hampir sama dengan pasir (SG = 2,7),
memiliki kemampuan untuk menahan tekanan penutupan (Clossure
pressure) sampai 6000 psi, serta banyak digunakan di Alaska.
b. Keramik berdensitas sedang (Inter mediate Ceramic)
Jenis ini lebih ringan dan lebih murah dibandingkan Sintered Bauxite,
memiliki specific gravity 3,65. Karena harganya yang mahal maka
proppant ini hanya digunakan untuk mengatasi tekanan yang benar-benar
tinggi. Proppant jenis ini mampu menahan tekanan sebesar 12000 psi,
biasa digunakan untuk temperature tinggi dan sumur yang sour
(mengandung H2S).
c. Resin Coated Ceramic
Suatu jenis baru yang merupakan kombinasi perlapisan resin dan butiran
keramik. Jenis ini terbukti memberikan kinerja yang lebih baik. Khusus
untuk resin coated proppant, variasi yang dimunculkan semakin banyak.
Resin Coated Ceramic memiliki ketahanan terhadap closure pressure
sebesar 15000 psi dan temperature hingga 450 oF.
B. Konduktivitas Rekahan
Sifat fisik proppant yang mempengaruhi besarnya konduktivitas rekahan
antara lain :
1. Kekuatan proppant , apabila rekahan telah terbentuk, maka tekanan
formasi akan cenderung untuk menutup kembali rekahan tersebut yang
dinotasikan sebagai closure stress (stress yang diteruskan formasi kepada
proppant pada waktu rekahan menutup). Sehingga proppant harus dapat
menahan closure stress tersebut.
2. Ukuran proppant, dimana semakin besar ukuran proppant, biasanya
memberikan permeabilitas yang semakin baik.
3. Kualitas proppant, dimana prosentase kandungan impurities yang besar
dapat memberikan pengaruh pada proppant pack.
4. Bentuk butiran proppant, Semakin bulat dan halus permukaannya, semakin
tahan tekanan.
111

5. Konsentrasi (densitas proppant), yang akan berpengaruh dalam


transportasi proppant dan penempatannya dalam rekahan, dimana proppant
dengan densitas yang tinggi akan membutuhkan fluida berviskositas tinggi
untuk mentransport ke dalam rekahan.

6.2.2.5. Model Geometri Rekahan


Untuk menghitung pengembangan rekahan, diperlukan prinsip hukum
konversi momentum, massa dan energi, serta kriteria berkembangnya rekahan,
yang berdasarkan interaksi batuan, fluida dan distribusi enersi.
Secara umum model geometri perekahan adalah:
1. Model perekahan dua dimensi (2-D)
Tinggi tetap, aliran fluida satu dimensi (1-D)
2. Model Perekahan pseudo tiga dimensi (P-3-D)
Perkembangan dengan ketinggian bertambah, aliran 1 atau 2D
3. Model 3 dimensi (3-D)
Perluasan rekahan planar 3D, aliran fluida 2D

Dalam penjelasan di sini hanya akan dibicarakan model perekahan 2D,


karena masih bisa dipecahkan secara manual dengan bantuan matematika atau
grafis. 3D memerlukan komputer canggih atau PC yang canggih tetapi makan
waktu agak lama (dan butuh data yang lengkap mengenai stiffness matrix, variasi
stress, dan lain-lain) sedangkan model software P3DH bisa untuk PC dan dijual
oleh beberapa perusahaan antara lain oleh SSI, Meyer & Assoc. Intercomp,
Holditch & Assoc., NSI Technologies Inc dan beberapa yang lain adalah yang
paling umum dipakai saat ini.
Di bawah ini akan dibicarakan tiga model dimensi perekahan, yakni :
1. Howard & Fast (Pan American) serta diolah secara metematika oleh Carter
2. PKN atau Perkins, Kern (ARCO) & Nordgren
3. KGD atau Kristianovich, Zheltov (Russian Model ) lalu diperbaharui oleh
Geertsma dan de Klerk (Shell).
112

1. PAN American Model


Howard dan Fast memperkenalkan metode ini yang kemudian dipecahkan
secara matematis oleh Carter. Untuk menurunkan pesamaannya maka dibuat
beberapa asumsi :
a. Rekahannya tetap lebarnya
b. Aliran ke rekahan linier dan arahnya tegak lurus paa muka rekahan.
c. Kecepatan aliran leak-off ke formasi pada titik rekahan tergantung dari
panjang waktu pada mana titik permukaan tsb mulai mendapat aliran.
d. Fungsi kecepatan v = f(t) sama untuk setiap titik di formasi, tetapi nol pada
waktu pertama kali cairan mulai mencapai titik tersebut.
e. Tekanan di rekahan adalah sama dengan tekanan di titik injeksi di formasi,
dan dianggap konstan.

Gambar 6.20.
Skematis Model Carter
(Tjondrodiputro, R. B., Rahmat, S., Sukarno, P., 1999)

Dengan asumsi tersebut Carter menurunkan persamaan untuk luas bidang


rekah satu sayap :
113

Dengan asumsi tersebut Carter menurunkan persamaan untuk luas bidang


rekah satu sayap :

qi W   2c  erfc 2c π t   4C t  1
2

A(t)  e
πt W
 W   …………..……..(6 - 57)
4ππ 2    W 

atau
qiW  x2 2x 
A(t) 
4ππ 2 e erfc x    1 ………………………..………(6 - 58)
 π 

Keterangan:
x  2C t w ,
A(t) = luas, ft2 untuk satu sisi pada waktu t
q = adalah laju injeksi, cuft/men,
W = lebar rekahan, ft,
t = waktu injeksi, menit dan
C = total leak off coeffisient
2. PKN dan KGD
PKN adalah model pertama dari 2D yang banyak dipakai dalam analisa
setelah tahun 1960-1970. Metode ini digunakan bila panjang (atau dalam) rekahan
jauh lebih besar dari tinggi rekahan (xfhf). Apabila sebaliknya, dimana tinggi
rekahan jauh lebih besar dari kedalamannya (x fhf) maka metode KGD-lah yang
harus dipilih. Sebenarnya ada bentuk lain yang disebut radial atau “berbentuk
mata uang logam”(penny shape) kalau xf = hf, tetapi jarang dipakai Gambar 6.21.
menunjukkan skematik dari geometri model PKN, dan Gambar 6.22.
menunjukkan skematik dari model KGD.
114

Gambar 6.21.
Skematik dari Pengembangan Linier Perekahan.
Menurut Model PKN
(Tjondrodiputro, R. B., Rahmat, S., Sukarno, P., 1999)

Gambar 6.22.
Skematik dari Pengembangan Linier Perekahan
Menurut Mode KGD dan Radial
(Tjondrodiputro, R. B., Rahmat, S., Sukarno, P., 1999)
115

Dalam Persamaan harga E sering diganti dengan G, yaitu Modulus Shear


Elastis yang hubungannya dengan Modulus Young adalah :

E
G ………………................................................................(6-59)
2 1  v 

Tabel VI-15 menunjukkan persamaan-persamaan yang dibuat berdasarkan


metode PKN dan KGD serta Tabel VI-16 menunjukkan harga dari koefisien-
koefisien pada persamaan tersebut apabila dilakukan perhitungan dengan metode
metrik, misalnya panjang h, L, w dalam meter, sedangkan bila dalam satuan ft,
maka harus dibagi dengan 3,28. Viskositas dalam kPa.men dan kalau di cp harus
dikali terlebih dahulu dengan 1,67  10-8 . K dalam kPav cm maka kalau dalam

Tabel VI-15
Persamaan-persamaan untuk Mencari Panjang Rekahan L,
Lebar Rekahan Maksimum w, dan Tekanan Injeksi p dan
Dianggap Laju Injeksi Konstan
(Economides, M. J., et, all., 1996)
Model
L(t) W(0,t) (0,t) - H
Geometri
1/ 5
 Gq 3  1/ 5 1/ 4
t 4C/ 5  (1  v) q o   C 3  Gq o 3 L 
o 2
C1   4/5
Model PKN  (1  v)h f 4  2  t  
 Gh f  H f  (1  v) 3 
 

1/ 4
 Gq 3  1/ 4 1/ 4
t 2 / 3  (1  v) q o  
o 3  Gq h 3 
C4   1/ 3 C4 o f
Model KGD  (1  v)h f 3  C5   t  
 Gh f 3  2H f  (1  v) 3 L2 

unit disini maka psi v in harus dikali dengan 10,99. G dan σ dalam kPa,
sedangkan kalau dalam psi maka harus dikali dengan 6,896.

Tabel VI-16
Harga C1 sampai C6 pada Tabel IV-16
116

(Economides, M. J., et, all., 1996)


Model Satu Dua
C
Geometri Sayap Sayap
C1 0,60 0,395
PA C2 2,64 2,00
C3 3,00 2,52
C1 0,68 0,45
PKN C2 2,50 1,89
C3 2,75 2,31
C1 0,68 0,48
KGD C2 1,87 1,32
C3 2,27 1,19

6.2.2.6. Operasi Perekahan Hidrolik


Dalam operasi perekahan hidrolik, analisis tekanan perekahan yang
duhasilkan dari pump schedule memegang peranan amat penting. Analisis tekanan
lebih mudah di interpretasikan bila alirannya konstan, tanpa ada pengembangan
rekahan yang dipercepat, formasi homogen, tanpa ada proppant bridging, atau ada
rekahan alamiahnya, terbukanya perforasi yang tadinya yang tadinya ada sebagian
yang menutup atau bercabangnya rekahan dan seterusnya.
Pada gambar tersebut, tekanan bertambah sejalan dengan injeksi dan
dulanjutkan dengan penghentian pemompaan (ISIP = Insstantenous Shut In
Pressure) dimana dimulai fase penurunan sampai rekahan mulai menutup
bersamaan dengan fluid loss sampai rekahan sudah tertutup. Pada fase ini fluid
loss masih berlanjut dengan pola yang berbeda sejalan dengan penurunan laju
fluid loss dan menuju ke tekanan reservoirnya. Baik kenaikan tekanan pada waktu
injeksi maupun grafik penurunan selama penutupan rekahan dan penurunan
tekanan akan dapat dianalisa secara kuantitatif maupun kualitatif.
Gambar 6.23. menunjukkan grafik pola tekanan pada perekahan hidrolik
dari plot tekanan versus waktu pada suatu proses perekahan hidrolik.
117

Gambar 6.23.
Grafik Pola Tekanan pada Perekahan Hidrolik
(Tjondrodiputro, R. B., Rahmat, S., Sukarno, P., 1999)
Dalam grafik tersebut kenaikan tekanan sesaat pada waktu rekahan mulai
pecah tidak terlihat karena waktunya sangat sigkat. Harga closure pressure adalah
sedikit dibawah titik defleksi (fracture close on proppant) karena proppant masih
mengalami pemampatan sampai berhenti dan harga ini sedikit lebih besar dari
tekanan tersebut. Harga tekanan ini disebut Pc = σc = σmin

6.2.2.7. Hidrolika Perekahan


Dalam operasi fracturing akan memerlukan biaya yang sama dalam hal ini
akan memaksa untuk menggunakan bahan dan perlengkapan secara efektif. Oleh
sebab itu diinginkan biaya minimum dalam mementukan hydraulic horse power
pada setiap treatment fracturing.
Besarnya harga hydraulic horse power dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut :
Hh = 0,0245 x Ps x qt ......…………………………………..(6-60)
Keterangan:
Hh = Hydraulic power, Hp
Ps = Tekanan injeksi dipermukaan, psi
qt = Laju injeksi fluida, bbl/menit.
Tekanan injeksi dipermukaan (Ps) merupakan jumlah tekanan rendah dasar
sumur, mengalami hilang tekanan karena gesekan didalam pipa, hilang tekanan
118

melalui perforasi dikurangi tekanan hidrostatik, atau secara matematis dapat


dinyatakan sebagai berikut :

Ps = Pt + Pf + Pp – Ph …..….………………………………….(6-61)

Tekanan yang diperlukan untuk menginjeksikan fluida perekah pada dasar


sumur adalah merupakan perkalian anatar gradien tekanan rekah dan kedalaman
formasinya. Kehilangan dalam pipa dapat ditentukan dengan persamaan sebagai
berikut :

f.L.v 2 .ρ
Pf  ….…………………………………………………..(6-
25,8.d

62)
Keterangan:
F = Fanning friction loss, berdasarkan Reynold Number (NRe)
L = Panjang pipa, ft
 = Densitas fluida, ppg
v = velocity, ft/detik
d = diameter dalam pipa, inchi
Reynold Number dapat ditentukan dengan persamaan :

928.d.v
N Re  .…….………………………………………………(6-
μ

63)
Dan kecepatan fluida dalam casing dietntukan dengan persmaan :
17,6 q
V ..………………………………………………………..(6-
d
64)
Keterangan:
 = viskositas fluida, cp
q = laju aliran, bbl/menit
119

Untuk menentukan kehilangan tekanan yang terjadi di perforasi dapat dihitung


dengan persmaan :
q2
Pp  .……………..……………………………………(6-65)
8090.Ap 2

Keterangan:
Pp = Hilang tekanan melalui perforasi, Psi
Ap = Luas penampang perforasi, inch2
q = Laju aliran, Ppm
Sedangkan untuk menentukan tekanan hidrostatik fluida perekah dapat dinyatakan
dengan persamaan :
Ps = 0,052. . D …...………..…………………………………….(6-66)
Keterangan:
Ps = Tekanan hidrostatik, Psi
 = Densitas fluida perekah, ppg
D = Kedalaman, ft

6.2.2.8. Evaluasi Hasil Perekahan Hidrolik


Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan perekahan
hidrolik berhasil atau tidak. Secara umum ukuran keberhasilan suatu proyek
stimulasi adalah kenaikan indeks produktivitas sumur. Menurut Gilbert, indeks
produktivitas sumur minyak dapat dituliskan sebagai berikut :

qo
J = ……………………………………………….………(6 –
Ps  Pwf

67)
Dari persamaan aliran pseudosteady-state untuk sumur minyak :

141.2 q o μ o B o   re  
Ps – Pwf = ln    0.75  S ……………….…(6 –
kh   rw  
68)
Sehingga untuk aliran pseudosteady-state minyak adalah :
120

qo kh   re  
J= = ln    0.75  S …………...…
Ps  Pwf 141.2 Bo μo   rw  
(6 – 69)

Efek perekahan dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara indeks


produktivitas sebelum dan sesudah perekahan. Metode yang umum dipakai adalah
metode grafis dari McGuire-Sukora yang menggunakan studi electric analog
model untuk membuat analogi perekahan dilapangan. Gambar 6.24. berikut
memberikan contoh grafik dengan anggapan aliran pseudostedy-state (laju aliran
konstan tanpa aliran aliran di luar batas re), daerah pengurasan segi empat sama
sisi, fluida incompressible dan tinggi rekahan dianggap sama dengan tinggi
formasi.

Beberapa hal yang didapat dari grafik Mcguire-Sikora antara lain :


1. Pada formasi dengan permeabilitas rendah, besarnya kenaikan
produktivitas terutama disebabkan karena panjang rekahan dan bukan
konduktivitas relative rekahan.
2. Adanya suatu harga konduktivitas rekahan optimal untuk suatu panjang
rekahan (xf).
3. Kenaikan perbandingan indeks produktvitas teoritis untuk sumur yang
tidak mengalami damage adalah 13,6.
121

Gambar 6.24.
Grafik McGuire-Sikora untuk Perbandingan Indeks Produktivitas
(Howard G. C., Henry L., 1970)
Dengan harga xf/re dari gambar diatas, maka akan didapat rasio produktivitas
sebagai berikut :

 1   kf   wf 
Cr =       ……………………………………………(6 – 70)
 π   ki   xf 

Anda mungkin juga menyukai