Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam batuan reservoir, diharapkan minyak mengalir menuju ke lubang


sumur dengan laju alir yang tinggi sehingga memperoleh hasil produksi yang
tinggi. Sejalan dengan waktu, cepat atau lambat semua sumur-sumur minyak dan
gas akan mengalami penurunan produksi. Penurunan bisa disebabkan oleh banyak
faktor, seperti berkurangnya cadangan di reservoir, menurunnya tenaga pendorong
alami atau karena terjadinya kerusakan mekanis pada sumur atau peralatan bawah
permukaan, seperti kebocoran casing atau pompa.
Produksi terus mengalami penurunan sedangkan jumlah cadangan masih
cukup besar dan tidak terjadi kerusakan mekanis pada sumur dan peralatan seperti
disebut diatas, kemungkinan besar disebabkan oleh adanya kerusakan pada
formasi. Kerusakan pada formasi dapat terjadi sepanjang waktu karena aktivitas-
aktivitas yang terjadi atau dilakukan terhadap sumur mulai dari pemboran,
penyemenan, komplesi, dan perforasi, kerja ulang dan stimulasi, serta yang terjadi
selama sumur berproduksi.
Kerusakan yang terjadi disini secara garis besar dikelompokkan kedalam
dua tahapan yaitu : kerusakan yang terjadi sebelum sumur berproduksi dan
kerusakan yang terjadi selama sumur dalam tahap produksi. Kerusakan formasi
sebelum sumur berproduksi terjadi karena aktivitas yang meliputi aktivitas
pemboran, penyemenan dan operasi komplesi dan perforasi. Secara umum akibat
yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut adalah sama, yaitu menghasilkan invasi
filtrat fluida dan invasi pertikel padat yang masuk kedalam pori-pori formasi
disekitar lubang sumur. Kedua jenis invasi ini merupakan sumber potensial yang
menyebabkan terjadinya kerusakan.
Kerusakan formasi selama sumur berproduksi terjadi karena adanya
pengendapan scale dan endaapan organik paraffin dan asphaltene yang
menimbulkan penyumbatan pada pori-pori formasi. Operasi kerja ulang dan
stimulasi yang dilakukan ketika sumur telah memasuki tahap produksi
menimbulkan pengaruh yang hampir sama dengan operasi yang disebutkan
pertama yaitu menghasilkan invasi filtrat dan infasi padatan.
Kerusakan formasi akan menyebabkan mengecilnya harga permeabilitas
asli sebelum mengalami keurusakan. Mengecilnya permeabilitas akan
menyebabkan aliran fluida dari formasi ke lubang sumur terhambat dan akhirnya
menyebabkan penurunan produktivitas.
Identifikasi adanya indikasi kerusakan formasi pada suatu sumur dapat
dilakukan dengan analisa nodal, decline curve, analisa core, penilaian formasi,
serta analisa tekanan, yaitu diantaranya dengan melakukan Pressure built-up test
dan Pressure drow-down test. Data-data pegujian itu akan digunakan untuk
mengidentifikasi adanya skin effek yang terjadi di sekitar lubang sumur dan dari
data tersebut dapat dianalisa apakah harga skin itu berharga positif yang berarti
terjadi kerusakan formasi atau berharga negatif yang berarti terjadi perbaikan pada
formasi tersebut.
Acidizing merupakan salah satu alternatif untuk menghilangkan kerusakan
formasi sehingga mampu memperbaiki permeabilitas dan akhirnya dapat
meningkatkan permeabilitas dari formasi tersebut. Acidizing merupakan upaya
peningkatan efektifitas batuan reservoar dengan cara melarutkan material
penyumbat pori batuan(skin) di sekitar lubang sumur, atau juga ada acid
fracturing yang merekahkan formasi dan melarutkan rekahan tersebut sehingga
tidak menutup kembali. Penginjeksian dilakukan dengan menggunakan tekanan
injeksi dibawah harga dari tekanan rekah formasi sehingga selama operasi injeksi
tidak sampai menyebabkan rekahan atau retakan pada formasi. Perencanaan
Acidizing dilakukan dengan teliti, matang, dan pengopersian sesuai dengan
rencana sehingga akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.
Langkah awal perencanaan yang dilakukan adalah memilih jenis acidizing
apa yang akan digunakan. Jenis ini harus disesuaikan dengan jenis formasi yang
akan ditreatment dan sesuai dengan screening criteria dari jenis acidizing sendiri.
Langkah kedua adala pemilihan jenis asam yang akan digunakan,jenis
asam harus sesuai dengan jenis formasi dan mampu mampu menghilangkan
kerusakan yang ada pengujian di laboratorium untuk menentukan jenis
mekanisme kerusakan yang terjadi.
Langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan perameter-parameter
pengasaman, perhitungan dimilai dengan menentukan haarga gradien tekanan
rekah formasi yang dapat dilakukan baik secara langsung dengan metode Leak-off
Test ataupun secara matematis dengan beberapa metode yang tersedia.
Tekanan maximum dipermukaan yang diperlukan untuk menginjeksikan
asam agar tidak melebihi tekanan rekahnya dapat ditentukan dengan mengetahui
harga gradien tekanan rekahnya dan harga tekanan rekah formasi.
Langkah berikutnya adalah menentukan berapa laju penginjeksian dan
berapa volume yang dibutuhkan. Berdasarkan perencanaan yang telah disusun
diatas kemudian dilakukan pengoperasiannya, proses penginjeksian biasanya
dibagi kedalam tiga tahap yaitu : preflush, treatment ( flush ), dan overflush.
Demana ketiga tahapan mengandung komposisi fluida yang berbeda sesuai
dengan fungsinya. Ketiga tahapan dapat dilakukan sekali saja atau diulang
beberapa kali sesuai kebutuhan.
Evaluasi keberhasilan pengasaman matrik dapat dilakukan dengan
pengujian terhadap sumur antara lain dengan PBU Test dan PDD Test. Data-data
hasil pengujian akan didapatkan parameter untuk menilai keberhasilan yang
diperoleh antara lain berdasarkan laju produksi total harian, produktivity indeks
(PI),faktor skin (S), flow effisiensi (FE), dan dengan kurva IPR berdasarkan
beberapa kriteria tersebut diatas kita dapat menilai apakah perencanaan dan
pengoperasiaaan dilapangan telah benar atau diperlukan suatu perbaikan dan
penyempurnaan untuk digunakan pada operasi pengasaman berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai