Dalam batuan reservoir, diharapkan minyak mengalir menuju ke lubang
sumur dengan laju alir yang tinggi sehingga memperoleh hasil produksi yang tinggi. Sejalan dengan waktu, cepat atau lambat semua sumur-sumur minyak dan gas akan mengalami penurunan produksi. Penurunan bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti berkurangnya cadangan di reservoir, menurunnya tenaga pendorong alami atau karena terjadinya kerusakan mekanis pada sumur atau peralatan bawah permukaan, seperti kebocoran casing atau pompa. Produksi terus mengalami penurunan sedangkan jumlah cadangan masih cukup besar dan tidak terjadi kerusakan mekanis pada sumur dan peralatan seperti disebut diatas, kemungkinan besar disebabkan oleh adanya kerusakan pada formasi. Kerusakan pada formasi dapat terjadi sepanjang waktu karena aktivitas- aktivitas yang terjadi atau dilakukan terhadap sumur mulai dari pemboran, penyemenan, komplesi, dan perforasi, kerja ulang dan stimulasi, serta yang terjadi selama sumur berproduksi. Kerusakan yang terjadi disini secara garis besar dikelompokkan kedalam dua tahapan yaitu : kerusakan yang terjadi sebelum sumur berproduksi dan kerusakan yang terjadi selama sumur dalam tahap produksi. Kerusakan formasi sebelum sumur berproduksi terjadi karena aktivitas yang meliputi aktivitas pemboran, penyemenan dan operasi komplesi dan perforasi. Secara umum akibat yang ditimbulkan dari aktivitas tersebut adalah sama, yaitu menghasilkan invasi filtrat fluida dan invasi pertikel padat yang masuk kedalam pori-pori formasi disekitar lubang sumur. Kedua jenis invasi ini merupakan sumber potensial yang menyebabkan terjadinya kerusakan. Kerusakan formasi selama sumur berproduksi terjadi karena adanya pengendapan scale dan endaapan organik paraffin dan asphaltene yang menimbulkan penyumbatan pada pori-pori formasi. Operasi kerja ulang dan stimulasi yang dilakukan ketika sumur telah memasuki tahap produksi menimbulkan pengaruh yang hampir sama dengan operasi yang disebutkan pertama yaitu menghasilkan invasi filtrat dan infasi padatan. Kerusakan formasi akan menyebabkan mengecilnya harga permeabilitas asli sebelum mengalami keurusakan. Mengecilnya permeabilitas akan menyebabkan aliran fluida dari formasi ke lubang sumur terhambat dan akhirnya menyebabkan penurunan produktivitas. Identifikasi adanya indikasi kerusakan formasi pada suatu sumur dapat dilakukan dengan analisa nodal, decline curve, analisa core, penilaian formasi, serta analisa tekanan, yaitu diantaranya dengan melakukan Pressure built-up test dan Pressure drow-down test. Data-data pegujian itu akan digunakan untuk mengidentifikasi adanya skin effek yang terjadi di sekitar lubang sumur dan dari data tersebut dapat dianalisa apakah harga skin itu berharga positif yang berarti terjadi kerusakan formasi atau berharga negatif yang berarti terjadi perbaikan pada formasi tersebut. Acidizing merupakan salah satu alternatif untuk menghilangkan kerusakan formasi sehingga mampu memperbaiki permeabilitas dan akhirnya dapat meningkatkan permeabilitas dari formasi tersebut. Acidizing merupakan upaya peningkatan efektifitas batuan reservoar dengan cara melarutkan material penyumbat pori batuan(skin) di sekitar lubang sumur, atau juga ada acid fracturing yang merekahkan formasi dan melarutkan rekahan tersebut sehingga tidak menutup kembali. Penginjeksian dilakukan dengan menggunakan tekanan injeksi dibawah harga dari tekanan rekah formasi sehingga selama operasi injeksi tidak sampai menyebabkan rekahan atau retakan pada formasi. Perencanaan Acidizing dilakukan dengan teliti, matang, dan pengopersian sesuai dengan rencana sehingga akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan. Langkah awal perencanaan yang dilakukan adalah memilih jenis acidizing apa yang akan digunakan. Jenis ini harus disesuaikan dengan jenis formasi yang akan ditreatment dan sesuai dengan screening criteria dari jenis acidizing sendiri. Langkah kedua adala pemilihan jenis asam yang akan digunakan,jenis asam harus sesuai dengan jenis formasi dan mampu mampu menghilangkan kerusakan yang ada pengujian di laboratorium untuk menentukan jenis mekanisme kerusakan yang terjadi. Langkah berikutnya adalah melakukan perhitungan perameter-parameter pengasaman, perhitungan dimilai dengan menentukan haarga gradien tekanan rekah formasi yang dapat dilakukan baik secara langsung dengan metode Leak-off Test ataupun secara matematis dengan beberapa metode yang tersedia. Tekanan maximum dipermukaan yang diperlukan untuk menginjeksikan asam agar tidak melebihi tekanan rekahnya dapat ditentukan dengan mengetahui harga gradien tekanan rekahnya dan harga tekanan rekah formasi. Langkah berikutnya adalah menentukan berapa laju penginjeksian dan berapa volume yang dibutuhkan. Berdasarkan perencanaan yang telah disusun diatas kemudian dilakukan pengoperasiannya, proses penginjeksian biasanya dibagi kedalam tiga tahap yaitu : preflush, treatment ( flush ), dan overflush. Demana ketiga tahapan mengandung komposisi fluida yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Ketiga tahapan dapat dilakukan sekali saja atau diulang beberapa kali sesuai kebutuhan. Evaluasi keberhasilan pengasaman matrik dapat dilakukan dengan pengujian terhadap sumur antara lain dengan PBU Test dan PDD Test. Data-data hasil pengujian akan didapatkan parameter untuk menilai keberhasilan yang diperoleh antara lain berdasarkan laju produksi total harian, produktivity indeks (PI),faktor skin (S), flow effisiensi (FE), dan dengan kurva IPR berdasarkan beberapa kriteria tersebut diatas kita dapat menilai apakah perencanaan dan pengoperasiaaan dilapangan telah benar atau diperlukan suatu perbaikan dan penyempurnaan untuk digunakan pada operasi pengasaman berikutnya.
Analisa Hasil Uji Sumur Merupakan Salah Satu Metode Dalam Teknik Perminyakan Yang Dilakukan Untuk Menentukan Atau Mengetahui Penyebab Masalah Yang Terjadi Pada Lubang Sumur