PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
113150105
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh :
Djohan Pranata Kaban
113150105
Pembimbing I Pembimbing II
I. JUDUL
STUDI PERENCANAAN DAN EVALUASI KEBERHASILAN STIMULASI
HYDRAULIC FRACTURING PADA SUMUR “X” LAPISAN “Y”
Apabila terdapat kerusakan formasi yaitu harga faktor skin positif, maka
akan terjadi perubahan produktivitas formasi sehingga persamaan PI menjadi :
Q
PI
Ps Pwf Ps
atau
0,00708Kh
PI
o o (ln(re / rw) S )
Dari persamaan diatas terlihat bahwa semakin besar harga faktor skin (S)
maka akan menurunkan harga indeks produktivity.
Untuk aliran fluida dua fasa yaitu dengan adanya aliran gas bersama-sama
dengan cairan yang ditemui jika tekanan reservoir berada dibawah tekanan
gelembung minyak (bubble point), maka persamaan indeks produktivitas menjadi
berubah karena untuk setiap harga Pwf tertentu indeks produktivitas akan selalu
berubah, dengan perubahan tersebut maka persamaan PI diperluas menjadi :
dq
PI
qPwf
Keterangan :
Pd = Pwf/Pr
an = C1 Exp (C2S)+C3 Exp (C4S)
an C1 C2 C3 C4
a1 0,182922 -0,364438 0,814541 -0,055873
a2 -1,476950 -0,456632 1,646246 -0,442360
a3 -2,149274 -0,195976 2,289242 -0,220333
a4 -0,021783 0,088286 -0,260385 -0,210801
a5 -0,552447 -0,032449 -0,583242 -0,306962
Dari persamaan tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar harga skin faktor
(S), maka akan terjadi penurunan harga laju produksi (Q).
Untuk aliran fluida tiga fasa maka IPR dapat didekati dengan metode
Petrobras, seperti diuraikan dibawah ini.
IPR tiga fasa metode Petrobras.
Petrobras mengembangkan persamaan kurva IPR untuk aliran tiga fasa, gas,
minyak dan air dengan cara menggabungkan persamaan Vogel untuk aliran
minyak dan persamaan indeks produktivitas (PI) yang konstan untuk aliran air.
Kurva IPR gabungan ditentukan secara geometris berdasarkan perbandingan
minyak-air.
Persamaan kurva IPR gabungan ditentukan dengan dua tujuan perhitungan,
yaitu untuk menentukan laju aliran total (minyak dan air) pada suatu harga
tekanan alir dasar sumur tertentu dan menentukan tekanan dasar sumur pada laju
aliran total tertentu, pada tekanan reservoir di atas atau di bawah tekanan saturasi
(Pb).
Prosedur awal untuk menentukan kurva IPR tiga fasa.
Data yang diperlukan untuk perhitungan kurva IPR adalah :
1. Tekanan reservoir(Pr).
2. Tekanan saturasi (Pb).
3. Tekanan alir dasar sumur (Pwf).
4. Laju produksi total pada tekanan alir dasar sumur.
5. Fraksi air.
Data tersebut di atas diperoleh dari uji tekanan dan uji produksi, sedangkan
data tekanan saturasi diperoleh dari hasil analisis PVT di laboratorium.
Berdasarkan data yang tersedia tersebut, dapat terjadi dua kemungkinan, sesuai
dengan hasil uji produksi, yaitu :
a. Tekanan alir dasar sumur lebih besar daripada tekanan saturasi.
b. Tekanan alir dasar sumur lebih kecil daripada tekanan saturasi.
Perhitungan awal untuk menentukan kurva IPR akan dibedakan menjadi dua
kemungkinan di atas.
1. Stress.
Stress didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang bekerja
dengan bidang kontak gaya tersebut (gaya persatuan luas).
F
A
Keterangan :
= Stress, Psi.
F = Gaya yang bekerja, lb.
A = Luas bidang kontak, inch2.
Stress memiliki satuan yang sama dengan tekanan dan memiliki hubungan
dalam perekahan.
2. Strain.
Strain adalah besarnya deformasi suatu material ketika ketika sebuah stress
diterapkan pada material tersebut. Secara kualitatif, strain dapat didefinisikan :
x1 x2
x1
Strain merupakan parameter yang tidak berdimensi dan memilki arah
vektor yang sama dengan gaya F dan tegak lurus dengan bidang yang mengalami
stress.
3. Modulus young.
Modulus young merupakan modulus elastisitas, yang didefinisikan sebagai
ukuran seberapa besar suatu material akan mengalami deformasi elastik ketika
suatu gaya diterapkan padanya, hal ini merupakan kata lain dari kekerasan.
Modulus young (E) merupakan perbandingan antara stress dan strain :
E
Karena strain merupakan parameter yang tak berdimensi, maka modulis
young memiliki satuan yang sama dengan stress.
4. Poisson ratio.
Poisson ratio didefinisikan sebagai sejauh mana sebuah material akan
mengalami deformasi dengan arah tegak lurus dari gaya yang diberikan dan
paralel dengan bidang dimana stress menyebabkan strain.
Pada gambar di bawah ini, strain yang terjadi pada arah x, dan strain ke
arah y didefinisikan oleh persamaan di bawah ini :
x1 x2 y1 y2
x y
x1 y1
Sehingga Poisson ratio didefinisikan :
y
V
x
5. Modulus Shear
Tegangan geser (shear stress) pada permukaan suatu bidang material akan
mengakibatkan bidang permukaan tersebut berpindah atau bergeser membentuk
suatu bidang baru yang letaknya paralel dengan bidang semula. Perbandingan
antara besar harga shear stress yang diberikan terhadap sudut yang dibentuk akibat
deformasi yang terjadi (kekakuan suatu material) dikenal sebagai Modulus Shear
(G). Secara matematis dapat dituliskan :
F/A Shear Stress lb / in 2
G= = Besar Sudut Deformasi =
radian
Untuk fluida, besar harga G sama dengan nol sedangkan untuk padatan, G
merupakan suatu bilangan terbatas.
6. Modulus Bulk
Beban compressive yang diberikan terhadap semua bagian suatu balok
material pada kondisi hidrostatis, akan mengakibatkan pengurangan volume bulk
total. Perbandingan antara tegangan yang diberikan (gaya per unit luas permukaan
suatu bidang) terhadap perubahan volume untuk setiap satu unit volume awal
suatu material dinamakan Modulus Bulk (K). Secara matematis :
F/A Gaya / Luas Permukaan lb / in 2
K = / v = Perubahan Volume / Volume Awal = 3 3
in / in
7. Overburden stress
Overburden stress tidak tergantung pada tektonik, dan harganya sama
dengan berat batuan formasi di atasnya. Dengan integrasi pada density log, bisa
diperkirakan harganya :
H
v g ( z ) dz
0
Rata-rata gradient akan disekitar 0,95 – 1,1 psi/ft. Harga 1,1 psi/ft didapat
kalau semua formasi rata memiliki densitas sekitar 165 lb/ft3 maka gradien stress
= 165/144 = 1,1 psi/ft. Karena formasi ada yang tidak rapat atau berpori, maka
harganya bisa saja sampai 0,95. Kalau overburden adalah harga absolut, yang
dialami oleh batuan dan fluida di pori-pori adalah effective stress ( v' ), yang
didefinisikan sebagai :
'v v p
H' adalah stress horizontal efektif dan v = poisson ratio. Variabel ini
adalah sifat batuan. Untuk sandstone sekitar 0,25, yang mana menunjukkan bahwa
stress horizontal efektif adalah sekitar 1/3 dari vertikal stress efektifnya. Absolute
horizontal stress H akan sama dengan efektif stress plus p
Harga stress minimum efektif adalah :
Untuk pemilihan fluida perekah yang sesuai, harus dipenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Memiliki harga viskositas cukup besar, yaitu 100 – 1000 cp pada
temperature normal.
2. Filtrasi yang terjadi jangan sampai menutup pori-pori batuan.
3. Stabil pada tekanan tinggi.
4. Tidak bereaksi dengan fluida reservoir, karena dapat menimbulkan
endapan yang menyebabkan terjadinya kerusakan formasi.
5. Tidak membentuk emulsi di dalam lapisan reservoir.
6. Viskositas cairan dapat berubah menjadi kecil setelah terjadinya
perekahan, sehingga mudah disirkulasikan keluar dari sumur.
7. Dari segi ekonomi harus memiliki harga yang relative murah.
Keterangan :
k = permeabilitas relatif formasi terhadap material yang leak off, md
φ = porositas batuan, fraksi
μ1 = viskositas filtrat fluida perekah pada kondisi formasi, cp
ΔP = beda tekanan antara fluida didepan dinding dengan tekanan
di pori-pori batuan, psia
2. Compressibility controlled (CH), adalah suatu kehilangan fluida yang
dipengaruhi oleh kompresibilitas. Penentuan besarnya harga CH (ft/menit1/2)
dapat dilakukan dengan persamaan :
k Ct
CH = 0.0374 ΔP
Keterangan :
Ct = kompresibilitas total formasi, psi-1
μ = viskositas fluida formasi yang bisa bergerak pada kondisi
reservoir, cp
3. Wall building mechanism (CHt), yang terbentuk dari residu polimer di
dinding formasi yang menghalangi aliran ke formasi. Hal ini penting untuk
membatasi fluida yang hilang ke formasi. Harga CHt dihitung berdasarkan
percobaan di laboratorium, dimana harga CHt merupakan kemiringan pada
daerah linier.
Dari ketiga mekanisme diatas, maka besarnya koefisien leak-off total adalah
sebagai berikut :
2 C t C H C Ht
Ctot =
2 2
2
C t C Ht C Ht 2 C t 4C H C t C Ht
2
1/2
1. Pasir Alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam
kondisi baik sekali, baik, dan dibawah standat. Golongan yang paling baik
menurut standart API adalah premium sands yang berasal dari Illinois,
Minnesota, dan Wisconsin. Biasanya disebut ‘Northern Sand”, “White Sand”,
“Ottawa Sand”, atau jenis lainnya misalnya “Jordan Sand”.Golongan yang
baik berasal dari Hickory Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki
warna lebih gelap dari pada pasir Ottawa. Umumnya disebut “Brown Sand”,
“Braddy Sand”, atau “Hickory Sand”. Berat jenisnya mendekati 2,65. Salah
satu kelebihan pasir golongan ini dibanding pasir Ottawa adalah harganya
yang lebih murah.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata
(tidak tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebh merata di
setiap bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancurkarena tidak mampu
menahan beban yang diterimanya, maka butiran yang hancur tersebut akan
tetap melekat dan tidak tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin.
Hal ini tentu saja merupakan kondisi yang diharapkan, dimana migrasi
pecahan butiran (fine migration) penyebab penyumbatan pori batuan bias
tereliminasi. Proppant ini sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pre-cured Resins
Berat jenisnya sebesar 2,55 dan jenis ini dibuat dengan cara pembakaran
alam proses pengkapsulan.
b. Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilam
efek pengganjalan. Maksudnya adalah, proppant ini dinjeksikan dibagian
belakang (membuntuti slurry proppant) untuk mencegah proppant
mengalir balik ke sumur (proppant flow back). Setelah membeku,
proppant ini akan membentuk massa yang terkonsolidasi dengan daya
tahan yang lebih besar.
A(t ) e W
4C 2 W
atau
qiW x2 2x
A(t )
4C 2 e erfc x 1
Keterangan:
x 2C t w ,
A(t) = luas, ft2 untuk satu sisi pada waktu t
q = adalah laju injeksi, cuft/men,
W = lebar rekahan, ft,
t = waktu injeksi, menit dan
C = total leak off coeffisient = Ct, ft/V men, dan erfc adalah
complementary error function yang ditabelkan pada Tabel di
bawah ini
Tabel I
Complementary Error Function
x 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0,0 1,0000 0,9887 0,9774 0,9662 0,9549 0,9436 0,9324 0,9221 0,9099 0,8987
0,1 0,8875 0,8764 0,8652 0,8541 0,8431 0,8320 0,8210 0,8110 0,7991 0,7882
0,2 0,7773 0,7665 0,7557 0,7450 0,7343 0,7237 0,7131 0,7026 0,6921 0,6817
0,3 0.6714 0,6611 0,6509 0,6407 0,6300 0,6206 0,6107 0,6008 0,5910 0,5813
0,4 0,5716 0,5620 0,5525 0,5431 0,5335 0,5245 0,5153 0,5063 0,4973 0,4883
0,5 0,4795 0,4708 0,4621 0,4535 0,4451 0,4367 0,4254 0,4202 0,4121 0,4041
0,6 0,3961 0,3883 0,3806 0,3730 0,3654 0,3550 0,3506 0,3434 0,3362 0,3292
0,7 0,3222 0,3153 0,3086 0,3019 0,2953 0,2888 0,2825 0,2762 0,2700 0,2639
0,8 0,2579 0,2520 0,2462 0,2405 0,2349 0,2283 0,2239 0,2186 0,2133 0,2082
0,9 0,2031 0,1981 0,1932 0,1884 0,1837 0,1791 0,1746 0,1701 0,1658 0,1615
1,0 0,1573 0,1532 0,1492 0,1452 0,1414 0,1376 0,1339 0,1302 0,1267 0,1232
1,1 0,1195 0,1165 0,1132 0,1100 0,1069 0,1039 0,1009 0,0960 0,0952 0,0924
1,2 0,0697 0,0870 0,0845 0,0819 0,0795 0,0771 0,0745 0,0752 0,0703 0,0684
1,3 0,0660 0,0639 0,0619 0,0600 0,0581 0,0562 0,0544 0,0527 0,0510 0,0493
1,4 0,0477 0,0461 0,0446 0,0431 0,0417 0,0403 0,0359 0,0376 0,0363 0,0351
1,5 0,0339 0,0327 0,0316 0,0305 0,0294 0,0284 0,0274 0,0264 0,0255 0,0245
1,6 0,0237 0,0228 0,0220 0,0212 0,0204 0,0196 0,0189 0,0182 0,0175 0,0168
1,7 0,0162 0,0156 0,0150 0,0144 0,0139 0,0133 0,0128 0,0123 0,0118 0,0114
1,8 0,0109 0,0105 0,0101 0,0097 0,0093 0,0089 0,0085 0,0032 0,0078 0,0075
1,9 0,0072 0,0069 0,0066 0,0063 0,0061 0,0055 0,0056 0,0053 0,0051 0,0049
2,0 0,00468 0,00448 0,00428 0,00409 0,00391 0,00374 0,00358 0,00342 0,00327 0,00312
2,1 0,00295 0,00285 0,00272 0,00259 0,00247 0,00236 0,00225 0,00215 0,00205 0,00195
2,2 0,00186 0,00178 0,00169 0,00161 0,00154 0,00146 0,00139 0,00133 0,00126 0,00120
2,3 0,00114 0,00109 0,00103 0,00098 0,00094 0,00089 0,00085 0,00080 0,00076 0,00072
2,4 0,00069 0,00065 0,00062 0,00059 0,00056 0,00053 0,00050 0,00048 0,00045 0,00043
2,5 0,00041 0,00039 0,00037 0,00035 0,00033 0,00031 0,00029 0,00028 0,00026 0,00025
2,6 0,00024 0,00022 0,00021 0,00020 0,00019 0,00018 0,00017 0,00016 0,00015 0,00014
2,7 0,00013 0,00013 0,00012 0,00011 0,00011 0,00010 0,00009 0,00008 0,00008 0,00008
2,8 0,000075 0,000071 0,000067 0,000063 0,000059 0,000056 0,000052 0,000049 0,000046 0,000044
2,9 0,000041 0,000039 0,000036 0,000034 0,000032 0,000030 0,000028 0,000027 0,000025 0,000023
Tabel II
Persamaan-persamaan untuk Mencari Panjang Rekahan L,
Lebar Rekahan Maksimum w, dan Tekanan Injeksi p dan
Dianggap Laju Injeksi Konstan
Model
L(t) W(0,t) (0,t) - H
Geometri
1/ 5
Gq 3 1/ 5 1/ 4
C1 o
t 4 / 5 (1 v) q o 2 4 / 5 C3
Gq 3 L
Model PKN (1 v)h f 4 C2 t o
Gh f Hf (1 v) 3
1/ 4 1/ 4
G qo 3 (1 v) q 3 Gq h 3
1/ 4
2/3 1/ 3 C 4
Model KGD C4 3
t C5 o
t o f
(1 v ) h
f Gh f 3
2H f (1 v) 3 L2
Tabel III
Harga C1 sampai C6 pada Tabel di atas
Model Satu Dua
C
Geometri Sayap Sayap
C1 0,60 0,395
PK C2 2,64 2,00
C3 3,00 2,52
C1 0,68 0,45
PKN C2 2,50 1,89
C3 2,75 2,31
C4 0,68 0,48
KGD C5 1,87 1,32
C6 2,27 1,19
BISIP ISIP g D
2. Tekanan Differensial
P = Pfr-Pr
Keterangan :
Pr = Tekanan reservoir, Psi.
3. Koefisien rekahan
0,5
K x xC
K c 0,0374P e e R
R
Keterangan :
Kc = Koefisien rekahan, ft/min0,5
Ke = Permeabilitas efektif, darcy
e = Porosiras, fraksi
CR = Kompresibilitas reservoir, 1/Psi
R = Viskositas fluida resrvoir, cp
4. Waktu pemompaan.
Vi
t
42qi
Keterangan :
t = Waktu pemompaan, menit
Vi = Volume injeksi, gallon
qi = Laju injeksi, BBL/min
5. Efisiensi perekahan.
1 x2 2x
Eff e erfc( x) 1
x2
Keterangan:
t
x 2Kc
Wf
Wf = Lebar rekahan, ft
Erfc (x) = Error function
6. Luas rekahan.
EffxVi
Af
7,48W f
Keterangan :
Af = Luas rekahan, ft2
Keterangan :
Xsand = S/Vi = Konsentrasi proppant, lbs/gallon
11. Tekanan hidrostatik injeksi.
Ph = 0,052 D
Keterangan:
Ph = tekanan hidrostatik, Psi
Flushing adalah penginjeksian fluida biasa agar mendesak slurry untuk masuk
ke formasi. Overflushing yakni pengusahaan agar semua proppant dapat masuk ke
formasi adalah sangat berbahaya, karena bisa menyebabkan choke di dekat sumur,
yaitu menutupnya rekahan karena proppant-nya lewat dan terdesak oleh
overflushing tersebut.
Metode Prats adalah metode yang pertama kali digunakan dan sangat
sederhana. Kelemahan dari metode ini adalah bahwa semua keadaan dianggap
ideal. Metode Prats dijabarkan lewat persamaan :
r
ln e
J
rw
Jo re
ln
0,5 L f
Keterangan:
2. Metode McGuire-Sikora
Metode McGuire dan Sikora ini adalah yang paling banyak digunakan
saat ini. Dari grafik McGuire dan Sikora kita bisa mengambil beberapa
kesimpulan:
1. Pada permeabilitas yang rendah (dengan perekahan yang
konduktifitasnya tinggi), maka hasil kenaikkan produktifitas akan makin
besar terutama karena panjang rekahan dan bukan dari konduktifitas
relatif rekahan.
2. Untuk suatu panjang rekahan Lf akan ada konduktifitas
rekahan optimal. Menaikkan konduktifitas rekahan tidak akan
menguntungkan. Misalnya untuk harga Lf / Lc = 0,5 kenaikkan selanjutnya
tak ada artinya untuk harga konduktifitas relatif diatas 105.
3. Maksimum kenaikan perbandingan produktifitas indeks
teoritis untuk sumur yang tidak rusak adalah 13,6.
3. Kriteria keberhasilan berdasarkan kurva IPR.
Grafik / kurva inflow performance relationship (IPR) merupakan grafik
yang menggambarkan kemampuan formasi produktif untuk berproduksi
(kemampuan formasi untuk mensuplay fluida ke lubang sumur). Dengan
mengamati kurva IPR sebelum dan sesudah perekahan, maka dapat ditentukan
sukses tidaknya pekerjaan perekahan, yaitu apabila pada tekanan dasar sumur
(Pwf) yang sama akan diperoleh laju produksi yang lebih besar.
V. METODOLOGI PENDEKATAN
Untuk dapat merencanakan, mengevaluasi dan meninjau aspek keekonomian
suatu operasi stimulasi perekahan hidrolik pada suatu sumur dapat dilakukan
dengan empat cara pendekatan, yaitu :
1. Menganalisa penurunan produksi sumur, apakah penurunan tersebut
disebabkan oleh terjadinya kerusakan formasi, yang dapat dilakukan
dengan suatu test sumur seperti pressure build up test (PBU test). Apabila
dari test sumur diketahui harga skin factor bernilai positif maka berarti
terjadi kerusakan formasi, sehingga dapat dipilih sumur-sumur yang perlu
dilakukan perekahan. Selain itu data uji sumur juga diperlukan untuk
melakukan perhitungan permeabilitas formasi untuk menentukan
kelayakan dilakukan perekahan hidrolik.
2. Setelah diketahui sumur mana yang perlu dilakukan perekahan kemudian
dilakukan perhitungan parameter-parameter untuk merencanakan operasi
perekahan sesuai dengan teknik pengasaman yang dipilih, seperti
penentuan gradient rekah formasi, perhitungan laju injeksi fluida,
perhitungan tekanan injeksi dipermukaan dan penentuan volume fluida
yang digunakan. perhitungan waktu injeksi, perhitungan jumlah material
pengganjal, penentuan daya pompa dan lain sebagainya.
3. Mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan operasi perekahan yang
dilakukan, dimana evaluasi tersebut dilakukan dari segi keberhasilan
proyek pelaksanaan dan keberhasilan dari segi produksi.
VI. DATA YANG DIBUTUHKAN
1. Data test sumur (PBU test atau PDD test) untuk mengetahui harga skin
factor.
2. Data reservoir : Tekanan reservoir (Pr), Tekanan alir dasar sumur
(Pwf), permeabilitas formasi (K), viskositas minyak (), faktor volume
formasi minyak (o), Ketebalan lapisan produktif (h), porositas batuan
reservoir (), Gradient overbuden batuan (Gob).
3. Data produksi sumur untuk mengetahui penurunan produksi sumur
sebelum perekahan dan peningkatan produksi setelah perekahan yang
bertujuan untuk mengevaluasi keberhasilan proyek perekahan.
4. Data sumur, antara lain : kedalaman sumur, ketebalan zona minyak,
interval perforasi, jenis komplesi, jari-jari pengurasan dan jari-jari
sumur.
5. Data perekahan, antara lain : data fluida perekah, data proppant,
perkiraan tinggi rekahan, lebar rekahan dan panjang rekahan.
VII. KESIMPULAN SEMENTARA
1. Allen T.O. and Robert, A, P., ”Production operation well completion, work
over and stimulation”, Vol 1 dan 2, second edition, oil and gas consultants
international, inc, Tulsa, 1982.
2. Amyx, J.W., :”Petroleum Reservoir Engineering”, second edition, Mc graw-
hill Book Company, New york, Toronto, London, 1960.
3. Economides, J. Michael., Daniel Hill. ; “Petroleum Production System”, PTR
Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, 1994.
4. Economides, J. Michael., Nolte., K.G., ; “Reservoir Stimulation”, 2 nd edition,
Schlumberger, 1989.
5. Gidley,.J.L, Neely,. A.B, Nierode ,.D.E, Schechter,. R.S,. “ Production
Operations Course III Well Stimulation “ SPE of AIME, 1977
6. Howard G. C., Henry L. Doherty, Hydraulic Fracturing, Society
of Prtroleum Engineering of AIME, Houston, Texas, 1970.
7. Lee, J., Well Testing, Society of Petroleum Engineering, Dallas,
Texas, 1967.
8. Nind T. E. W., Principle of Oil Well Production, Second Edition,
Mc. Graw Hill Book Company, New York-Toronto-London,1981.
9. Schechter R. S. Oil Well Stimulation, Prentice Hall Englewood
Cliffs, New Jersey 07632, 1992.