Oleh :
SUYONO
NIM : 070051
ABSTRAK
Proses pengangkatan fluida dari dalam sumur ke permukaan terdiri dari beberapa
metode, antara lain sumur sembur alam (natural flow) dan sumur sembur buatan
(artificial lift). Sumur sembur alam adalah sumur yang mengangkat fluida reservoir dari
dasar sumur ke permukaan dengan kemampuan alamiah tekanan formasi (natural
flow). Apabila tekanan formasi sudah mulai mengecil sehingga tidak dapat untuk
mengangkat fluida ke permukaan, maka baru dilakukan pengangkatan buatan Salah
satu jenis pengangkatan buatan yang bisa dilakukan adalah metode Electric
Submersible Pump (ESP).
Unit Electric Submersible Pump mempunyai dua bagian utama, yaitu: Peralatan di
atas permukaan (Surface Hole Equipment ESP) yang terdiri dari wellhead, junction box,
switchboard, transformer dan Peralatan di bawah permukaan (Down Hole Equipment
ESP) yang terdiri dari Motor Listrik, Protector, Gas separator, Pump intake, Pompa,
Electric Cable, Check Valve, Bleeder Valve dan Centralizer.
Sistem kerja dari Electric Submersible Pump ini adalah dengan mengalirkan
energi listrik dari transformer (step down) melalui switchboard. Pada switchboard,
semua kinerja dari Electric Submersible Pump (ESP) dan kabel akan dikontrol atau
dimonitor. Kemudian energi listrik akan diteruskan dari switchboard ke motor melalaui
cable yang diletakkan di sepanjang tubing dari rangkaian ESP.
ESP banyak digunakan terutama pada sumur-sumur produksi lepas pantai
(offshore) karena ESP merupakan metode produksi yang cukup efisien dan efektif
untuk sumur miring, sumur yang memiliki Indek Produktivitas (PI) yang tinggi, serta
sumur-sumur dalam.
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Suyono
NIM : 070051
Disahkan,
Indramayu
Nopember 2010
Dosen Pembimbing
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama
Suyono
Program Studi
Jenis kelamin
Laki - laki
Agama
Islam
Alamat Rumah
Suyono_751@yahoo.co.id
Pendidikan Formal
( 1996 2002 )
( 2002 2005 )
( 2005 2008 )
(2008-sekarang)
2009-Sekarang
Pengalaman Organisasi
2007
2009
2009
2009
2008
2008
2009
2008
2009
2009
2009
2009
2010
Hormat Saya,
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmatnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini tapat pada
waktunya.
Laporan kerja praktek yang berjudul Metode Artificial Lift Dengan Menggunakan
Electric Submersible Pump di PT. Pertamina Unit Bisnis Ep Lirik Provinsi Riau laporan
ini disusun guna untuk memenuhi persyaratan kerja praktek serta melengkapi kurikulum
di jurusan Teknik Perminyakan Akademi Minyak dan Gas Balongan Indramayu.
Dalam penyelesaiian laporan ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak,
karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Ibu Ir. Hj. Hanifah Handayani, selaku Ketua Yayasan Bina Islami.
2. Bapak Drs. Nahdudin Islami, selaku Direktur Akamiogas Balongan Indramayu.
3. Ibu. Yayuk Sri Lestari, ST selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Dosen-dosen Akamigas Balongan yang telah membimbing dan memberi ilmu kepada
kami.
5. Bpk. Ir. M. Firdaus S, selaku Asman Ops Prod Distrik I Unit Bisnis Pertamina EP Lirik.
6. Bpk. Ferry Adrians Edward selaku Pengawas Utama Distrik I.
7. Bpk. Heri Prayogo selaku Pengawas Utama Perencanaan Produksi.
8. Bpk. Ricko Andito selaku Pengawas Pasilitas Produksi.
9. Bpk. Feries Asmi Ertanto selaku Pengawas Produksi.
10. Bpk. Ridarnis selaku Staf Produksi.
Indramayu,
Nopember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL...................................................................................................................... i
ABSTRAK............................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP................................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xiv
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Tema Kerja Praktek........................................................................ 2
1.3. Tujuan Kerja Praktek..................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.1 Peta Area Unit Bisnis Pertamina EP Lirik............................... 23
Gambar 4.2 Peta Central Sumatra Basin...................................................... 24
Gambar 4.3 Tatanan Geologi Cekungan Sumatra Tengah....................... 25
Gambar 4.4 Semboyan H.S.E......................................................................... 30
Gambar 5.1 Rangkaian ESP........................................................................... 32
Gambar 5.2 Wellhead....................................................................................... 34
Gambar 5.3 Junction Box................................................................................. 35
Gambar 5.4 Switchboard.................................................................................. 37
Gambar 5.5 Transformer................................................................................... 38
Gambar 5.6 Motor Listrik................................................................................... 42
Gambar 5.7 Protector......................................................................................... 43
Gambar 5.8 Gas Separator dan Pump Intake............................................... 47
Gambar 5.9 Pompa............................................................................................ 48
Gambar 5.10 Impeller........................................................................................ 49
Gambar 5.11 Diffuser........................................................................................ 52
Gambar 5.12 Flat Cable dan Round Cable................................................... 54
Gambar 5.13 Bleeder Valve dan Check Valve............................................. 56
Gambar 5.14 Centralizer................................................................................... 57
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
ESP biasanya dipakai untuk laju produksi 200 - 2500 STB/hari, walaupun dapat
digunakan untuk produksi sampai 95.000 STB/hari. ESP umumnya dipakai di sumursumur miring di daerah lepas pantai. Di daratan hanya dipakai untuk laju produksi di
atas 2000 STB/hari karena pompa angguk akan lebih ekonomis untuk sumur dengan
laju produksi rendah.
( ELECTRIC
SUBMERSIBLE PUMP)
3. Untuk mengetahui komponen utama ESP dan spesifikasi tools yang digunakan pada
perusahaan yang bersangkutan.
4. Untuk memahami dan mengerti tentang ESP
1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Perusahaan
1. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa yang kerja praktek dalam
membantu menyelesaikan tugas-tugas untuk kebutuhan di unit-unit kerja yang relevan.
2. Dapat diperoleh informasi mengenai kerja praktek dan dapat dipergunakan untuk
pengambilan langkah selanjutnya.
3. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan pada spesialisasi yang ada pada
perusahaan tersebut.
4. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara
perusahaan tempat kerja praktek dengan jurusan teknik perminyakan AKAMIGAS
BALONGAN.
1.4.2. Bagi Program D3 Jurusan Teknik Perminyakan Akamigas Balongan
1. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa dengan mempraktekkan
didunia kerja.
2. Sebagai sarana untuk membina kerjasama dengan perusahaan di bidang perminyakan.
1.4.3. Bagi Mahasiswa
1. Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi dilingkungan kerja.
2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik perminyakan yang diperoleh
dibangku kuliah dalam praktek dan kondisi kerja yang sebenarnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
menemukan teknologi motor listrik yang ditenggelamkan di dalam cairan air sebagai
penggerak pompa air (centifugal) untuk kepentingan militer setelah peperangan selesai,
Arutunoff membuat single stage centrifugal pump yang digerakkan oleh motor listrik
untuk kepentingan pertambangan, tidak lama kemudian, dibuat multi stage pump
(pompa bertingkat banyak) dimana motor listriknya ikut ditenggelamkan di dalam cairan.
Sejak saat itu muncul teknologi pengangkatan buatan untuk memompakan cairan dari
dalam sumur ke permukaan dengan pompa centrifugal bertingkat banyak (multi stage)
dengan nama REDA Pump.
REDA singkatan dari Russian Electro Dynamo of Arutonoff. Setelah lebih dari 90
tahun sejak pertama kali Armais Arutunoff menemukan metode ESP ini, sekarang ESP
dipergunakan hampir diseluruh dunia dengan hasil yang sangat memuaskan. Selama
kurun waktu tersebut telah banyak berkembang perusahaan-perusahaan yang
membuat ESP dan dilakukan upaya-upaya penyempurnaan serta pengembangan baik
dalam hal pemilihan dan penggunaan material, metalurgi, teknologi, daya tahan serta
kemampuan produksinya. Semua itu dilakukan dalam usaha untuk mencapai kinerja
optimal dari system operasional ESP.
Electric Submersible Pump adalah pompa yang dibuat atas dasar pompa
centrifugal bertingkat (stage) banyak dimana setiap tingkat mempunyai impeller, bagian
berputar yang fungsinya memberikan kecepatan terhadap cairan yang dipompakan dan
diffuser adalah bagian yang diam berfungsi mengubah tenaga yang berupa kecepatan
tinggi menjadi kecepatan rendah tetapi memiliki tenaga tinggi. Pompa ESP secara
keseluruhan dari pompa dan motornya ditenggelamkan ke dalam cairan, pompa ini
digerakkan dengan motor listrik melalui suatu poros motor (shaft) yang memutar sudusudu impeller pompa. Perputaran sudu-sudu itu menimbulkan gaya sentrifugal yang
digunakan untuk mendorong fluida ke permukaan.
5. Sesuai dipasang pada sumur-sumur miring karena tidak ada bagian-bagian yang
bergerak baik di permukaan maupun di dalam sumur.
6. Panas yang ditimbulkan oleh putaran motor akan mengatasi masalah paraffin dan fluida
yang viscositasnya tinggi pada temperatur yang rendah.
7. Biaya peralatan relative kecil jika dibandingkan dengan laju produksi yang diperoleh.
2.4.2. Kerugian
1. Biaya Pertama pemasangan ESP relatif lebih mahal dibanding dengan system artificial
lift yang lain
2. Kurang baik pada sumur yang memiliki problem kepasiran
3. Pada sumur produksi dengan reservoir yang tidak kompak dimana akibat dari
pemompaan dengan rate dan kecepatan yang tinggi, bisa menyebabkan pasir terlepas
dari sedimennya dan masuk ke dalam pompa sehingga pompa mengalami abrasi.
4. Pada sumur yang saturated reservoir (reservoir jenuh) dengan tekanan lapisan di
bawah tekanan saturasi maka gas dalam cairan yang dipompakan bisa menurunkan
efisiensi pompa dan bisa terjadi gas locking.
5. Menimbulkan emulsi yang diakibatkan dari perputaran impeller pompa yang tinggi.
6. Mempercepat terjadinya water conning. Akibat dari pemompaan dengan rate yang
tinggi maka akan memacu terjadinya water conning. terutama pada perforasi yang
dekat dengan water oil contact.
2.5.4. Transformer
ESP motor mempunyai kapasitas horse power, ampere dan voltage yang
beragam. Tegangan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan ESP motor berkisar
antara 7.200 13.800 volt. Alasan pemberian tegangan input tinggi adalah untuk
mendapatkan ampere yang rendah pada jalur transmisi sehingga tidak diperlukan kabel
yang besar, karena selain harganya mahal juga tidak praktis. Tegangan input yang
tinggi akan diturunkan dengan menggunakan step-down tranformer sampai dengan
tegangan yang dibutuhkan oleh motor.
(screen) yang berguna untuk menyaring partikel masuk ke intake sebelum masuk ke
pompa.
2. Rotary Gas Separator
Dapat memisahkan gas sampai 90% dan dipasang untuk sumur sumur dengan
GRL tinggi, tidak direkomendasikan untuk sumur sumur yang abrasive.
Cara pemisahan gas dari fluida berlansung dimana fluida memasuki gas separator
langsung menuju bagian bawah inducer yang berbentuk ulir. Dibagian ini fluida akan
mengalami kenaikan tekanan dan mendorong ke atas memasuki sudu pemutar
(centrifuge) dan akibat adanya gaya centrifugal maka gas akan memisahkan diri dari
cairan. Akibat dari terpisahnya gas, maka cairan akan mempunyai masa jenis yang
lebih besar dan akan terlempar ke dinding, sedangkan gas yang lebih ringan akan
bergerak ke atas sepanjang sudu pemutar menuju pemisah aliran.
3. Static Gas Separator
Static Gas Separator atau sering disebut Reverse Gas Separator, mampu
memisahkan gas hingga 20% dari fluidanya. Fluida yang masuk melalui screen akan
mengalami proses pencekikan (throting), sehingga fluida tersebut akan mengalami
penurunan tekanan.
Pada tahap pertama ini sebagian gas yang terlarut dalam cairan akan terlepas dan
selanjutnya akan mengalami pembalikan arah aliran ke bawah menuju ke pick up
impeller yang ada pada gas separator tersebut. Impeller ini berfungsi sebagai pemutar
dan sekaligus pengangkatan fluida ke atas. Putaran impeller akan menimbulkan proses
turbulensi pada fluida dan proses centrifugal, dimana cairan akan terlempar ke luar
sedangkan gasnya akan tetap berada di pusaran sekitar sumbu, bersama sama gas
dan cairan bergerak ke atas.
Cairan diarahkan masuk ke pompa sedangkan gas yang diarahkan keluar menuju
annulus melalui lubang yang berada di bagian atas separator. Dengan demikian
diharapkan pada saat fluida memasuki stage pompa, fluida mempunyai masa jenis
yang relative lebih tinggi dengan kondisi sebelum mengalami pemisahan.
2.6.3. Protector
Protector (reda) sering disebut juga dengan seal section (centrilif) atau equalizer.
Protector diisi dengan oil yang memiliki nilai tahanan tinggi karena jika nilai tahanan
rendah maka akan mengantarkan arus listrik dan akan menyebabkan terhubungannya
antara phase dengan ground (body), sehingga akan menyebabkan motor terbakar.
Secara prinsip protector mempunyai empat fungsi utama, yaitu:
1. Untuk melindungi tekanan dalam motor dari tekanan di annulus.
2. Menyekat masuknya fluida sumur ke dalam motor.
3. Tempat duduknya thrust bearing yang mempunyai bantalan axial dari jenis marine type
untuk meredam gaya axial yang ditimbulkan oleh pompa.
4. Memberikan ruang pada pengembangan dan penyusutan minyak motor sebagai akibat
perubahan temperature dari motor pada saat bekerja dan saat dimatikan.
2.6.4. Motor
Jenis motor pompa ESP adalah motor listrik dua kutub, tiga fasa yang diisi minyak
pelumas khusus yang mempunyai tahanan listrik (elektrik strength). Motor dipasang
paling bawah pada rangkaian dan motor digerakan oleh arus listrik yang dikirim melalui
kabel dari permukaan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam melaksanakan kerja praktek, mahasiswa diharapkan mampu melakukan studi kasus,
yaitu mengangkat suatu kasus yang dijumpai di tempat kerja praktek menjadi suatu kajian sesuai
dengan bidang keahlian yang ada, ataupun melakukan pengamatan terhadap kerja suatu proses
atau alat untuk kemudian dikaji sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
Untuk mendukung kerja praktek dan kajian yang akan dilakukan, maka dapat dilakukan
beberapa metode pelaksanaan, antara lain :
3.1. Orientasi Lapangan
Dengan cara melihat langsung ke lapangan maupun ke pump shop tentang bentuk dan
fungsi dari setiap peralatan yang digunakan baik peralatan yang ada di permukaan maupun
peralatan di bawah permukaan. Bedasarkan pengamatan itulah penulis mendapatkan data data
yang akan menjadi sumber tambahan data dalam pembuatan laporan.
3.2. Metode Wawancara
Yaitu dengan cara bertanya ataupun berkonsultasi langsung dengan pembimbing lapangan
maupun dengan operator yang bersangkutan untuk mendapatkan data yang ada di tempat kerja
praktek.
3.3. Study Literature
Yaitu dengan cara menelaah hand book atau sumber-sumber lain yang berhubungan
dengan topik yang diambil, baik literatur dari perusahaan maupun dari luar perusahaan sebagai
bahan tambahan dalam penyusunan laporan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1
Sucker Rod Pump (SRP) dan 52 sumur produksi yang menggunakan Electrical
Submersible Pump (ESP). Sedangkan pada Distrik II terdapat 11 sumur produksi yang
menggunakan Sucker Rod Pump (SRP) dan 17 sumur produksi yang menggunakan
Electrical Submersible Pump (ESP). Sehingga total sumur produksi yang dikelola oleh
Unit Bisnis Pertamina EP Lirik berjumlah 107 sumur produksi.
4.2
4.2.1 Visi
Menjadi Entitas Bisnis Yang Unggul, Maju dan Terpandang Dalam Mewujudkan
PEP Word Class.
4.2.2 Misi
Merupakan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif dan berdasarkan
tata nilai unggulan yang ditetapkan PT. PERTAMINA EP.
4.3
Letak Geografis
Lapangan yang dikelola oleh Unit Bisnis Pertamina EP Lirik merupakan bagian
dari struktur anticlin yang disebut Lirik Trend dengan panjang dari barat laut sampai
tenggara 50 Km dan lebar 10 Km. Berlokasi di Provinsi Riau yang berjarak 140 Km
arah tenggara Pekanbaru dan 200 Km Barat Laut arah Jambi yang secara geografis
terletak pada 0017 LS dan 102016 BT. Wilayah kerja perisahaan meliputi tiga
kabupaten, yaitu Indragiri Hulu (InHu), Pelawan dan Siak. Pada Kab.InHu beroperasi di
kecamatan Lirik tepatnya di 7 Desa, yaitu Desa Japura, Gudag Batu, Lirik Area, Seko
Lubuk Tiga, Banjar Malam dan Redang Seko. Pada Kab. Pelawan beroperasi di Desa
Ukui, Pangkalan Lesung, Dusun Tua, Merbau, Sorek, Dundangan, Teratang, Manuk,
Palas, Kemang dan Pangkalan Kerinci yang terletak di Kecamatan Ukui, Pangkalan
Kuras dan Bunut. Sedangkan pada Kab. Siak terdapat Terminal Buatan di Desa Buatan
II Kecamatan Koto Gasip.
4.4
Keadaan Geologi
Daerah Operasi Unit Bisnis Pertamina EP Lirik pada dasarnya termasuk dalam
Central Sumatra Basin (Cekungan Sumatra Tengah) yang dibatasi oleh Asahan Arch
(Tinggian Asahan) dan Tiga Puluh Arch (Tinggian Tigapuluh) seperti yang terlihat pada
gambar berikut.
Miocene sampai dengan Pleistosen yang menghasilkan Formasi Nilo dan Kerinci.
Lapangan Sago termasuk ke dalam Formasi Lakat dan Formasi Tualang.
4. Formasi Binio
Formasi Binio terletak di bawah formasi Korontji, di daerah penelitian formasi Binio
dicirikan oleh lempung serpihan. Top formasi Binio diperkirakan sekitar 100 m di bawah
permukaan laut.
4.5
Sejarah Produksi
Daerah operasi UBEP LIRIK pada Oktober 2009 bertambah seiring dengan
penggabungan denghan Pertamina EP Field Lirik. Daerah operasi Lirik berada di
bagian selatan dan tengah dari Cekungan Sumatra Tengah dari Cekungan Sumatra
Tengah, kira-kira 140 Km arah tenggara Pekanbaru dan 200 Km Barat Laut arah Jambi.
Area ini merupakan bagian dari struktur anticlin yang disebut Lirik Trend dengan
panjang dari barat laut sampai tenggara 50 Km dan lebar 10 Km.
Sebelum bergabung wilayah operasi UBEP LIRIK hanya meliputi struktur Sago.
Lapisan penghasil minyak dari struktur ini adalah lapisan batupasir dari Formasi
Tualang dan Formasi Lakat. Kedua Formasi tersebut berumur Miosen Tengah dengan
lingkungan pengendapan deltaic. Formasi Lakat lebih bersih lapisan batupasirnya bila
dibandingkan dengan Formasi Tualang. Eks Pertamina EP Field Lirik mempunyai
wilayah kerja sebagai berikut ; Struktur Molek, Struktur Lirik, Struktur Andan, Struktur
South Pulai, Struktur North Pulai, dan struktur Ukui. Lapisan penghasil minyak dari
struktur-struktur ini adalah lapisan batupasir dari Formasi Telisa, Formasi Tualang,
Formasi Lakat dan Formasi Kelesa yang terbentuk pada waktu miosen tengah dan
akhir miosen.
Pertamina EP
khususnya Pertamina UBEP Lirik sangat berisiko tinggi terhadap aspek HSE, serta
perkembangan sosial masyarakat di sekitar kegiatan. Resiko tinggi ini timbul karena
digunakannya bahan-bahan yang mudah terbakar, meledak dan beracun. Kesalahan
dalam pengendalian operasi dapat menimbulkan insiden, penyakit akibat kerja,
pencemaran lingkungan, dan gangguan kelangsungan operasi perusahaan. Itu semua
tentu akan menurunkan daya saing dan citra perusahaan.
Karena itu penerapan aspek HSE secara sempurna adalah keniscayan bagi
perusahaan berkelas dunia. Untuk mencapai HSE Operating Excellence di Pertamina
EP khususnya Pertamina UBEP Lirik, perusahaan memiliki perangkat yang disebut
Sistem Manajemen HSE (SM HSE). Ini adalah sistem pengelolaan HSE yang
terintegrasi dengan kegiatan operasi, agar berjalan aman, andal, efisien dan
berwawasan lingkungan. HSE ini merupakan bagian integral dari keseluruhan sistem
manajemen perusahaan.
adalah: pembinaan
HSE
HSE,
BAB V
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan kerja praktek di Unit Bisnis Pertamina EP Lirik ini tedapat dua
jenis artificial lift, diantaranya yaitu ESP (Electric Submersible Pump) dan SRP (Sucker
Rod Pump), penulis dapat melihat peralatan surface maupun subsurface dari kedua
artificial lift ini baik di lapangan maupun di pump shop serta beberapa proses kegiatan
produksi yang ada di Unit Bisnis Pertamina EP Lirik. Laporan kerja praktek ini hanya
membahas mengenai bagian-bagian dari ESP, fungsi dari masing-masing alat dan
prinsip kerja dari ESP itu sendiri.
5.1. Pengertian Electric Submersible Pump
Electric Submersible Pump adalah sebuah rangkaian pompa yang terdiri dari
banyak tingkat (multi stage) dengan motor yang dibenamkan di dalam fluida dan
menggunakan aliran listrik dari permukaan. Electric Submersible Pump merupakan
artificial lift dengan harga yang cukup mahal dibandingkan dengan pengangkatan
buatan lainnya, akan tetapi dapat menghasilkan pengembalian biaya dengan cepat oleh
karena kemampuannya untuk menghasilkan laju produksi yang tinggi.
Sistem kerja dari Electric Submersible Pump ini adalah dengan mengalirkan
energi listrik dari transformer (step down) melalui switchboard. Pada switchboard,
semua kinerja dari Electric Submersible Pump (ESP) dan kabel akan dikontrol atau
dimonitor. Kemudian energi listrik akan diteruskan dari switchboard ke motor melalaui
cable yang diletakkan di sepanjang tubing dari rangkaian ESP.
Selanjutnya, melalui motor, energi listrik akan dirubah menjadi energi mekanik
yaitu berupa tenaga putar. Putaran akan diteruskan ke protector dan pump melalui shaft
yang dihubungkan dengan coupling. Pada saat shaft dari pompa berputar, impeller
akan ikut berputar dan mendorong fluida yang masuk melalui pump intake atau gas
separator ke permukaan.
Wellhead
Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur dengan kabel dari
swichboard.
Namun untuk aplikasi di lapangan ada beberapa sumur yang tidak lagi
menggunakan junction box hal ini dikarenakan sudah tidak ada gas yang terproduksi
dari reservoir, sehingga junction box tidak perlu dipasang,
JUNCTION BOX
SURFACE CABLE
sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan akan sebanding dengan jumlah
lilitan kawatnya. Biasanya tegangan input transformer diberikan tinggi agar didapat
ampere yang rendah pada jalur transmisi, sehingga tidak dibutuhkan kabel
(penghantar) yang besar. Tegangan input yang tinggi akan diturunkan dengan
menggunakan step-down tranformer sampai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh
motor.
phase, dua katub dengan system induksi sangkar bajing (squirrel cage induction), dan
ukurannya bervariasi dari 10 HP sampai dengan 1000 HP dengan frekuensi 60 HZ
sedangkan kebutuhan Voltage-nya bervariasi dari 420 Volts sampai dengan 4200 Volts
pada frekuensi 60 HZ, atau 350 Volts sampai dengan 3500 Volts pada frekuensi 50 HZ.
OD motor juga bervariasi dari 3 sampai dengan 7 . Biasanya motor dibuat single
section yang panjangnya bisa sampai 35 ft, atau dipasang tandem (lebih dari satu
ujkuran motor) yang total panjangnya bisa sampai 100 ft atau lebih.
Pada saat pengoperasiannya motor diisi dengan minyak yang berfungsi:
1. Sebagai pelumas
2. Sebagai tahanan (isolasi)
3. Sebagai media penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran rotor ketika
motor tersebut sedang bekerja.
Jadi minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu yang biasanya sudah
ditentukan oleh pabrik, yaitu berwarna jernih, tidak mengandung bahan kimia, dielectric
strength tinggi, lubricant dan tahan panas. Minyak yang diisikan akan mengisi semua
celah-celah yang ada dalam motor, yaitu antara rotor dan stator. Motor berfungsi
sebagai tenaga penggerak pompa (prime mover), yang mempunyai 2 (dua) bagian
pokok yaitu Rotor (gulungan kabel halus) bagian yang berputar dan Stator (gulungan
kabel halus yang stasioner dan menempel pada badan motor) merupakan bagian yang
tidak berputar.
Stator
Pada motor, stator terbuat dari lapisan besi dan kuningan yang ditekan ke bagian
bawah, lapisan ini digunakan karena lebih mudah dimagnetisasi dibandingkan dengan
besi pejal. Lapisan ini mengandung (3-4) % silicon untuk menambah sifat magnet dari
besi dan dapat juga lapisan oksida yang berfungsi untuk memisahkan dengan lapisan
kuningan. Lapisan kuningan digunakan pada bagian yang terdapat bantalan untuk
memegang rotor. Pada stator terdapat 16 slot dan setiap slot diisolasi dengan teflon
yang mempunyai sifat dielectric yang tinggi, stator kemudian dililit dengan lapisan
kapton dan kawat tembaga yang kemudian dilapisi dengan vernish untuk menutupi
daerah kosong yang terdapat pada slot
Rotor
Rotor yang digunakan sangat panjang sehingga membutuhkan penahan pada
beberapa tempat, untuk itu rotor, harus dibagi berapa bagian dengan penahan diantara
rotor dan stator. Penahan dilengkapi dengan bantalan sehingga memungkinkan rotor
dan poros bergerak bebas, bantalan itu terletak pada bagian rotor sedangkan lilitan
pada bagian stator tidak terputus sehingga perlu membuat daerah yang tidak terdapat
medan magnet sebagai tempat bantalan, untuk itu digunakan lapisan stator yang
nonmagnet (kuningan) disekitar daerah bantalan pada statator. Banyak rotor yang
terdapat pada motor merupakan besarnya daya yang dikeluarkan motor. Seri motor
listrik yang dipakai dan besarnya horse power per rotor .
Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran pada
rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada di tengahnya akan ikut
berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan ikut berputar pula (poros
pompa, intake, dan protector).
Protector ini mempunyai dua ruang (atas dan bawah) yang dihubungkan dengan
beberapa pipa. Cara kerja dari jenis ini didasarkan pada perbedaan jenis fluida sumur
dengan fluida motor. Setelah protector dipasang diantara motor dan intake, protector
harus terisi minyak motor sebelum dimasukkan ke dalam sumur. Ketika unit pompa
dimasukkan ke dalam sumur, maka fluida motor dan protector akan ke luar menuju
annulus melalui lubang di dasar intake dan setelah motor dijalankan, maka temperatur
motor dan protector akan meningkat sehingga akan mengakibatkan fluida motor
berekspansi dan semakin banyak fluida yang keluar dari protector ke sumur.
2. Positive Seal (Bag Type Protector)
Design protector type labyrinth tidak menggunakan positive seal sehingga motor
pada protector dan fluida sumur dapat bercampur dalam ruangan bagian atas dari
protector pada operasi normal, dengan ini maka dapat menggunakan positive seal
sehingga dapat mencegah bercampurnya fluida motor dengan fluida sumur. Pada saat
protector dan motor dimasukkan ke dalam s umur maka temperatur akan naik dan oli
akan mengembang dan mengalir dari motor melewati bantalan luncur menuju tabung
dan naik disepanjang poros, dan mendesak bagian dalam tubing elastis dan
mengisinya. Oli yang berlebihan akan ke luar melalui relief valve yang terletak di atas
protector, relief valve ini diatur dan bekerja pada tekanan 3 sampai 5 psi.
Dalam beberapa hal, kemungkinan untuk memasang protector lebih dari satu di
dalam sumur atau sering disebut dengan Tandem Protector. Hal ini dimaksudkan untuk
mencoba menambah panjang umur dari unit motor.
5.2.2.3 Gas separator dan Pump intake
pompa
berputar
sendiri,
yang
akhirnya
akan
menyebabkan
berkurangnya efesiensi pompa. Volume gas bebas dapat dikurangi dengan penurunan
PSD (Pump Setting Depth) untuk menambah tekanan di intake atau dengan memasang
Gas Separator.
1. Standard intake
Unit ini dipasang sebagai screen dan port tempat masuknya fluida ke dalam
pompa. Standard intake tidak memisahakan gas dan cairan.
2. Reverse Flow Gas Separator
Seperator ini berkerja dengan mengaduk fluida secara terbalik, dengan demikian
jumlah gas yang terangkat ke permukaan akan lebih banyak dari pada fluida yang
terhisap ke bawah dengan kecepatan tertentu. Prinsip kerja reverse flow gas seperator
ini adalah :
5.2.2.4 Pompa
Setiap pompa terdiri dari beberapa tingkat (multistage) dimana masing-masing
terdiri dari impeller dan diffuser. Impeller yang dikunci dengan shaft yang merupakan
bagian yang berputar yang berfungsi untuk memindahkan fluida dari tempat yang satu
ke tempat yang lainnya, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam dan berfungsi
untuk mengarahkan fluida ke stage berikutnya. Semakin banyak stage yan g
dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa untuk dapat mengangkat fluida
ke permukaan. Stage sendiri merupakan jumlah tingkat yang tersedia pada unit pompa.
Pompa
memberikan gaya centrifugal sehingga fluida bergerak menjauhi poros yang berputar,
sehingga fluida akan naik dari dalam sumur ke permukaan.
Diffuser
Diffuser merupakan bagian dari pompa yang dijepit pada housing dan dijaga agar
tidak bergerak, di dalam diffuser terdapat sudu-sudu pengarah aliran fluida dari stage
yang lebih rendah ke stage yang lebih tinggi. Adapun fungsi diffuser adalah membalikan
arah fluida dan mengarahkan kembali ke poros dan kebagian tengah dari Impeller di
atasnya.
Selain hal tersebut di atas, Impeller juga digunakan untuk mengubah energi
putaran (Shaft torque) ke energi kinetik (velocity), sedangkan diffuser kegunaanya
adalah untuk mengubah energi kinetik menjadi energi pontensial (tekanan). Diffuser
dan impeller umumnya dibuat dari material jenis Ni-Resist yang merupakan jenis dari
logam lain sesuai dengan kebutuhan aplikasinya.
Dalam pemasangan di lapangan bisa menggunakan lebih dari satu pompa, bisa
dua atau tiga, pemasangan ini disebut tandem. Alasan pemasangan tandem adalah
untuk memenuhi jumlah stages pompa dan untuk mendapatkan kapasitas head yang
dibutuhkan untuk menaikan fluida sumur ke permukaan. Besarnya operating vane pada
impeller sangat menentukaan kapasitas rata rata fluida yang diproduksinya.
Unit pompa Electric Submersible Pump terbagi dalam 2 (dua) tipe, yaitu Floater
Type (bergerak babas trhadap shaft) dan compression Type (terkunci pada shaft). Pada
tipe floater, impeller bergerak bebas ke atas dan ke bawah tidak tergantung pada
pergerakan shaft. Di dalam operasi masing-masing impeller bebas bergerak tidak
tergantung satu sama lain, dimana idealnya adalah mengambang antara kondisi upthrust dan down-thrust. Pada setiap impeller dipasang kondisi up-thrust washer dan
down-thrust washer yang berfungsi mencegah terjadinya kerusakan dini bila terjadi
beberapa atau seluruh impeller beroperasi di luar daerah yang direkomendasikan. Berat
dari pada shaft digantung oleh thrust bearing dari pada protector. Kapasitas dari pada
thrust bearing protector juga menentukan jumlah stages yang dapat dipasang pada
pompa di atasnya karena Head-feet (dalam Psi) yang dihasilkan pompa dikali luas
penampang shaft adalah gaya tekan yang harus ditahan oleh thrust bearing pada
protector.
Jadi umumnya check valve digunakan agar tubing tetap terisi penuh dengan fluida
sewaktu pompa mati dan mencegah supaya fluida tidak turun ke bawah.
5.2.2.7 Bleeder Valve
Bleeder valve dipasang satu joint di atas check valve, mempunyai tujuan untuk
mengosongkan kolom cairan di dalam tubing agar pada saat pencabutan pompa tubing
dalam keadaan kosong. Sehingga crew tidak terkena tumpahan minyak dari tubing
yang dicabut dari dalam sumur.
Bleeder Valve
Check Valve
Centralizer
5.3
BAB VI
KESIMPULAN
Dari hasil kerja praktek yang telah dilakukan di Unit Bisnis Pertamina EP Lirik
didapatkan beberapa kesimpulan antara lain yaitu:
1. Jumlah pompa ESP yang digunakan oleh PT PERTAMINA UBEP Lirik pada Distrik 1
yang meliputi Struktur Molek menggunakan 6 pompa ESP, Struktur Sago menggunakan
40 pompa ESP, Struktur Lirik menggunakan 5 pompa ESP dan Distrik 2 yang meliputi
Struktur Andan & Ukui menggunakan 3 pompa ESP, Struktur South Pulai
menggunakan 1 pompa ESP, North Pulai menggunakan 14 pompa ESP.
2.
Biaya peralatan ESP relative kecil jika dibandingkan dengan laju produksi yang
diperoleh, ESP juga dapat memisahkan gas yang dapat mengganggu proses
pengisapan, Sesuai dipasang pada sumur-sumur miring karena tidak ada bagianbagian yang bergerak baik di permukaan maupun di dalam sumur, Panas yang
ditimbulkan oleh putaran motor akan mengatasi masalah parafin dan fluida yang
viscositasnya tinggi pada temperatur yang rendah, ESP banyak digunakan terutama
pada sumur-sumur produksi lepas pantai (offshore) karena ESP merupakan metode
produksi yang cukup efisien dan efektif untuk sumur miring, sumur yang memiliki Indek
Produktivitas (PI) yang tinggi, serta sumur-sumur dalam.
3. Sistem kerja dari ESP ini adalah dengan mengalirkan energi listrik dari transformer (step
down) melalui switchboard. Pada switchboard, semua kinerja dari ESP dan kabel akan
dikontrol atau dimonitor, kemudian energi listrik akan diteruskan dari switchboard ke
motor melalaui cable yang diletakkan di
selanjutnya, melalui motor energi listrik akan dirubah menjadi energi mekanik yaitu
berupa tenaga putar. Putaran akan diteruskan ke protector dan pump melalui shaft
yang dihubungkan dengan coupling. Pada saat shaft dari pompa berputar, impeller
akan ikut berputar dan mendorong fluida yang masuk melalui pump intake atau gas
separator ke permukaan. Fluida yang didorong akan memasuki tubing dan terus
menuju ke permukaan sampai ke manifold.
4. Unit ESP terdiri dari dua bagian utama, yaitu:
a) Surface Equipment terdiri dari Transformer, Switchboard, Junction Box dan Well Head.
b) Sub Surface Equipment terdiri dari Motor Listrik, Protektor, Gas separator, Pump intake,
Pompa, Electric Cable, Check Valve, Bleeder Valve dan Centralizer.
DAFTAR PUSTAKA
Sujanmo,
Basic
ProductionSystem,2001.
ESP
Training
Hand
Out,
schlumberger,
Reda