Anda di halaman 1dari 42

METODE ARTIFICIAL LIFT DENGAN MENGGUNAKAN ESP (ELECTRIC

SUBMERSIBLE PUMP)
DI PT PERTAMINA UBEP LIRIK PROVINSI RIAU

LAPORAN KERJA PRAKTEK






Oleh :
SUYONO
NIM : 070051


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2010
METODE ARTIFICIAL LIFT DENGAN MENGGUNAKAN ESP (ELECTRIC
SUBMERSIBLE PUMP)
DI PT. PERTAMINA UBEP LIRIK PROVINSI RIAU

LAPORAN KERJA PRAKTEK






Oleh :
SUYONO
NIM : 070051


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
AKADEMI MINYAK DAN GAS BALONGAN
INDRAMAYU
2010
ABSTRAK

Proses pengangkatan fluida dari dalam sumur ke permukaan terdiri dari beberapa
metode, antara lain sumur sembur alam (natural flow) dan sumur sembur
buatan (artificial lift). Sumur sembur alam adalah sumur yang mengangkat fluida
reservoir dari dasar sumur ke permukaan dengan kemampuan alamiah tekanan
formasi (natural flow). Apabila tekanan formasi sudah mulai mengecil sehingga
tidak dapat untuk mengangkat fluida ke permukaan, maka baru dilakukan
pengangkatan buatan Salah satu jenis pengangkatan buatan yang bisa dilakukan
adalah metode Electric Submersible Pump (ESP).
Unit Electric Submersible Pump mempunyai dua bagian utama, yaitu: Peralatan di
atas permukaan (Surface Hole Equipment ESP) yang terdiri dari wellhead,
junction box, switchboard, transformer dan Peralatan di bawah permukaan
(Down Hole Equipment ESP)yang terdiri dari Motor Listrik, Protector, Gas
separator, Pump intake, Pompa, Electric Cable, Check Valve, Bleeder Valve dan
Centralizer.
Sistem kerja dari Electric Submersible Pump ini adalah dengan mengalirkan energi
listrik dari transformer (step down) melalui switchboard. Pada switchboard,
semua kinerja dari Electric Submersible Pump (ESP) dan kabel akan dikontrol
atau dimonitor. Kemudian energi listrik akan diteruskan dari switchboard ke
motor melalaui cable yang diletakkan di sepanjang tubing dari rangkaian ESP.
ESP banyak digunakan terutama pada sumur-sumur produksi lepas pantai (offshore)
karena ESP merupakan metode produksi yang cukup efisien dan efektif untuk
sumur miring, sumur yang memiliki Indek Produktivitas (PI) yang tinggi, serta
sumur-sumur dalam.

LEMBAR PENGESAHAN



METODE ARTIFICIAL LIFT DENGAN MENGGUNAKAN ESP (ELECTRIC SUBMERSIBLE
PUMP)



Oleh :
Suyono
NIM : 070051

Disahkan,
Indramayu Nopember 2010



Dosen Pembimbing


Yayuk Sri Lestari, ST
RIWAYAT HIDUP





Data Pribadi
N a m a : Suyono
Program Studi :

Teknik Perminyakan AKAMIGAS BALONGAN
Tempat & Tanggal Lahir : Sukaramai, 04 Desember 1989
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Alamat Rumah : Talang Lado RT.07, Desa Pasar Terusan,
Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten
Batang Hari Jambi.
No. Telepon / Handphone : 081274278531
Email : Suyono_751@yahoo.co.id



Pendidikan Formal
SD Negeri 8/1 Pematang V Suku ( 1996 2002 )
SMP Negeri 6 Batang Hari ( 2002 2005 )
SMA Negeri 2 Batang Hari ( 2005 2008 )
Kuliah Jurusan Teknik Perminyakan Diploma
3 di Akamigas Balongan, Indramayu
(2008-sekarang)

Pendidikan Non Formal
Kursus Bahasa Inggris di I3T Indramayu 2009-Sekarang
Pengalaman Org
anisasi
Anggota Paskibra SMA Negeri 2 Batang Hari 2007

Pendidikan dan Pelatihan
Pelatihan Geologi Akamigas Balongan 2009
Pelatihan Kimia Dasar I & II Akamigas Balongan 2009
Pelatihan Fisika Dasar I & II Akamigas Balongan 2009
Certificate Seminar The Indonesian Pipeline Technology 2008 (ITB) 2008
Certificate Peserta Stadium General LPG Manufakturing Process and
Operations (AKAMIGAS BALONGAN)
Certificate Peserta Stadium General Pengolahan Limbah Industri
Migas (AKAMIGAS BALONGAN).
2008

2009

Kegiatan Dan Praktek Lapangan
Kunjungan Lapangan Museum Geologi Bandung 2008
Kunjungan Lapangan Laboratorium PT. Pertamina UP VI Balongan
Kunjungan Lapangan Taman Bramanta PT. Pertamina EP REGION JAWA
2009


2009
Kunjungan Lapangan Museum Perminyakan, TMII Jakarta
Kunjungan Lapangan Sumur KRE-02 (Karang Enggal)
PT. Pertamina Drilling Serfice Indonesia
Kujungan Lapangan Kamojang Geotermal Pertamina Energi
2009
2009

2010

Demikianlah daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.





Hormat Saya,

Penulis
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmatnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini tapat
pada waktunya.
Laporan kerja praktek yang berjudul Metode Artificial Lift Dengan Menggunakan
Electric Submersible Pump di PT. Pertamina Unit Bisnis Ep Lirik Provinsi
Riau laporan ini disusun guna untuk memenuhi persyaratan kerja praktek serta
melengkapi kurikulum di jurusan Teknik Perminyakan Akademi Minyak dan Gas
Balongan Indramayu.
Dalam penyelesaiian laporan ini penulis banyak dibantu oleh berbagai pihak, karena
itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Ibu Ir. Hj. Hanifah Handayani, selaku Ketua Yayasan Bina Islami.
2. Bapak Drs. Nahdudin Islami, selaku Direktur Akamiogas Balongan Indramayu.
3. Ibu. Yayuk Sri Lestari, ST selaku Dosen Pembimbing Akademik.
4. Dosen-dosen Akamigas Balongan yang telah membimbing dan memberi ilmu
kepada kami.
5. Bpk. Ir. M. Firdaus S, selaku Asman Ops Prod Distrik I Unit Bisnis Pertamina EP
Lirik.
6. Bpk. Ferry Adrians Edward selaku Pengawas Utama Distrik I.
7. Bpk. Heri Prayogo selaku Pengawas Utama Perencanaan Produksi.
8. Bpk. Ricko Andito selaku Pengawas Pasilitas Produksi.
9. Bpk. Feries Asmi Ertanto selaku Pengawas Produksi.
10. Bpk. Ridarnis selaku Staf Produksi.
11. Bpk. Sukimin Selaku Operator PPP Sei Karas.
12. Bpk. Sukardi Radi Selaku Operator Manifold dan SPU.
13. Seluruh staff SDM Pertamina EP Lirik.
14. Terima kasih kepada semua Driver yang sudah mengantarkan penulis ke
Lapangansumur produksi, sumur injeksi, SPU, PPP dan ke pump shop.
15. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis.
16. Puji Lestari yang telah membantu penulis ketika kerja praktek hingga
penyelesaian laporan.
17. Teman - teman yang telah membantu serta memberikan dukungan kepada
penulis hingga laporan kerja praktek ini selesai.


Indramayu, Nopember 2010


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL......................................................................................................................
i
ABSTRAK............................................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... iii
LEMBAR PERSEMBAHAN................................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP................................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................. ix
DAFTAR ISI............................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang................................................................................ 1
1.2. Tema Kerja Praktek........................................................................ 2
1.3. Tujuan Kerja Praktek..................................................................... 2
1.3.1. Tujuan Umum.................................................................... 2
1.3.2. Tujuan Khusus................................................................... 3
1.4. Manfaat............................................................................................. 3
1.4.1. Bagi Perusahaan............................................................... 3
1.4.2. Bagi Program D3 Jurusan Teknik Perminyakan Akamigas Balongan 4
1.4.3. Bagi Mahasiswa................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................... 5
2.1. Sejarah Singkat ESP..................................................................... 5
2.2... Pengetian Umum Pompa ESP ................................................... 6
2.3. Syarat syarat Pemilihan Pompa ESP...................................... 6
2.4. Keuntungan dan Kerugian penggunaan pompa ESP............ 7
2.4.1.. Keuntungan......................................................................... 7
2.4.2.. Kerugian............................................................................... 7
2.5... Peralatan Atas Permukaan........................................................... 8
2.5.1. Wellhead................................................................................ 8
2.5.2. Junction Box......................................................................... 9
2.5.3. Switchboard / Motor Controller........................................... 9
2.5.4. Transformer........................................................................... 9
2.6... Peralatan Bawah Permukaan...................................................... 10
2.6.1. Pompa.................................................................................... 10
2.6.2. Intake (Gas separator)......................................................... 11
2.6.3. Protektor................................................................................. 14
2.6.4. Motor....................................................................................... 15
2.6.5. Elektric cable......................................................................... 16
2.6.6. Pressure Sensing Instrument Unit................................... 16
2.7. Prinsip Kerja ESP............................................................................ 16
BAB III. METODELOGI PENELITIAN.................................................................18
3.1. Metode Interview ........................................................................... 18
3.2. Metode Observasi........................................................................... 18
3.3. Study Literature .............................................................................. 19
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN................................................... 20
4.1... Sejarah Singkat Perusahaan....................................................... 20
4.2... Visi dan Misi Unit Bisnis Pertamina EP Lirik............................. 21
4.2.1.. Visi......................................................................................... 21
4.2.2.. Misi......................................................................................... 21
4.3... Letak Geografis................................................................................ 22
4.4... Keadaan Geologi............................................................................ 23
4.4.1.. Tatanan Geologi.................................................................. 24
4.4.2.. Stratigrafi dan Lithologi ..................................................... 25
4.5... Sejarah Produksi............................................................................ 27
4.6... Health, Safety and Environment.................................................. 28
BAB V. PEMBAHASAN........................................................................................ 31
5.1... Pengertian Electric Submersible Pump..................................... 31
5.2... Peralatan Electric Submersible Pump........................................ 33
5.2.1.. Peralatan di Atas Permukaan .......................................... 33
5.2.1.1. Wellhead (Tubing Head)...................................... 33
5.2.1.2. Junction Box ......................................................... 34
5.2.1.3. Switchboard........................................................... 36
5.2.1.4. Transformer............................................................ 37
5.2.2.. Peralatan di Bawah Permukaan ..................................... 38
5.2.2.1. Motor listrik.............................................................. 38
5.2.2.2. Protektor.................................................................. 42
5.2.2.3. Gas separator dan Pump intake......................... 45
5.2.2.4. Pompa..................................................................... 48
5.2.2.5. Electric Cable......................................................... 53
5.2.2.6. Check Valve........................................................... 55
5.2.2.7. Bleeder Valve......................................................... 55
5.2.2.8. Centralizer.............................................................. 56
5.3... Prinsip Kerja Electric Submersible Pump.................................. 57
BAB VI KESIMPULAN.......................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 4.1 Peta Area Unit Bisnis Pertamina EP Lirik............................... 23
Gambar 4.2 Peta Central Sumatra Basin...................................................... 24
Gambar 4.3 Tatanan Geologi Cekungan Sumatra Tengah....................... 25
Gambar 4.4 Semboyan H.S.E......................................................................... 30
Gambar 5.1 Rangkaian ESP........................................................................... 32
Gambar 5.2 Wellhead....................................................................................... 34
Gambar 5.3 Junction Box................................................................................. 35
Gambar 5.4 Switchboard.................................................................................. 37
Gambar 5.5 Transformer................................................................................... 38
Gambar 5.6 Motor Listrik................................................................................... 42
Gambar 5.7 Protector......................................................................................... 43
Gambar 5.8 Gas Separator dan Pump Intake............................................... 47
Gambar 5.9 Pompa............................................................................................ 48
Gambar 5.10 Impeller........................................................................................ 49
Gambar 5.11 Diffuser........................................................................................ 52
Gambar 5.12 Flat Cable dan Round Cable................................................... 54
Gambar 5.13 Bleeder Valve dan Check Valve............................................. 56
Gambar 5.14 Centralizer................................................................................... 57

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel kegiatan kerja praktek pada minggu pertama
2. Tabel kegiatan kerja praktek pada minggu kedua
3. Tabel kegiatan kerja praktek pada minggu ketiga
4. Tabel kegiatan kerja praktek pada minggu keempat
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Guna mengangkat fluida formasi dari suatu reservoir sampai ke permukaan
dibutuhkan suatu sumur produksi. Sumur produksi ini mempunyai fungsi untuk
mengalirkan fluida dari reservoir ke dasar sumur, kemudian dialirkan ke
permukaan.
Proses pengangkatan fluida dari dalam sumur ke permukaan terdiri dari beberapa
metode, antara lain sumur sembur alam dan ada yang di bantu dengan
pengangkatan buatan yang sering disebut sumur sembur buatan (artificial lift).
Sumur sembur alam (natural flow) adalah sumur yang mengangkat fluida
reservoir dari dasar sumur ke permukaan dengan kemampuan alamiah tekanan
formasi. Apabila tekanan formasi sudah mulai mengecil sehingga tidak dapat
untuk mengangkat fluida ke permukaan, maka baru dilakukan pengangkatan
buatan. Salah satu jenis pengangkatan buatan yang bisa dilakukan adalah
metode Electric Submersible Pump (ESP).
Pertama kali Electric Submersible Pump (ESP) dilakukan di Indonesia oleh Caltex
sekitar tahun 1960, kemudian sejak tahun 1969 mulai digunakan oleh
perusahaan-perusahaan minyak di dunia hingga sekarang.
Peralatan pompa listrik submersible terdiri dari Pompa Sentrifugal, Intake, Protector
dan motor listrik. Unit ini ditenggelamkan di dalam cairan hidrokarbon pada
sumur minyak, di sambungkan dengan coupling dan motornya dihubungkan
dengan kabel ke permukaan dengan Switchboard dan Transformer.
ESP biasanya dipakai untuk laju produksi 200 - 2500 STB/hari, walaupun dapat
digunakan untuk produksi sampai 95.000 STB/hari. ESP umumnya dipakai di
sumur-sumur miring di daerah lepas pantai. Di daratan hanya dipakai untuk laju
produksi di atas 2000 STB/hari karena pompa angguk akan lebih ekonomis untuk
sumur dengan laju produksi rendah.

1.2. Tema Kerja Praktek
Tema yang akan diambil dalam kerja praktek ini adalah ESP ( ELECTRIC
SUBMERSIBLE PUMP)

1.3. Tujuan Kerja Praktek
Adapun tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan pelaksanaan kerja praktek
ini adalah sebagai berikut :
1.3.1. Tujuan Yang Bersifat Umum
1. Mengetahui informasi mengenai gambaran pelaksanaan pekerjaan perusahaan
atau di institusi tempat kerja praktek berlansung.
2. Menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dari bangku perkuliahan.
3. Untuk meningkatkan daya kreativitas, dan keahlian.
4. Mengetahui, mengenali dan memahami cara kerja Electrical Submersible Pump
yang ada di lokasi.
1.3.2. Tujuan Yang Bersifat Khusus
1. Untuk mengetahui metode pemilihan pompa ESP
2. Untuk mengetahui proses operasi ESP dilapangan
3. Untuk mengetahui komponen utama ESP dan spesifikasi tools yang digunakan
pada perusahaan yang bersangkutan.
4. Untuk memahami dan mengerti tentang ESP

1.4. Manfaat
1.4.1. Bagi Perusahaan
1. Perusahaan dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa yang kerja praktek dalam
membantu menyelesaikan tugas-tugas untuk kebutuhan di unit-unit kerja yang
relevan.
2. Dapat diperoleh informasi mengenai kerja praktek dan dapat dipergunakan untuk
pengambilan langkah selanjutnya.
3. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan pada spesialisasi yang ada
pada perusahaan tersebut.
4. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat antara
perusahaan tempat kerja praktek dengan jurusan teknik perminyakan
AKAMIGAS BALONGAN.
1.4.2. Bagi Program D3 Jurusan Teknik Perminyakan Akamigas Balongan
1. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa dengan mempraktekkan
didunia kerja.
2. Sebagai sarana untuk membina kerjasama dengan perusahaan di bidang
perminyakan.
1.4.3. Bagi Mahasiswa
1. Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi dilingkungan kerja.
2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik perminyakan yang diperoleh
dibangku kuliah dalam praktek dan kondisi kerja yang sebenarnya.
3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan tempat
mahasiswa kerja praktek.


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Sejarah Singkat ESP
Pada tahun 1911, seorang kelahiran Rusia bernama Armais Arutunoff menemukan
teknologi motor listrik yang ditenggelamkan di dalam cairan air sebagai
penggerak pompa air (centifugal) untuk kepentingan militer setelah peperangan
selesai, Arutunoff membuat single stage centrifugal pump yang digerakkan oleh
motor listrik untuk kepentingan pertambangan, tidak lama kemudian, dibuat
multi stage pump (pompa bertingkat banyak) dimana motor listriknya ikut
ditenggelamkan di dalam cairan. Sejak saat itu muncul teknologi pengangkatan
buatan untuk memompakan cairan dari dalam sumur ke permukaan dengan
pompa centrifugal bertingkat banyak (multi stage) dengan nama REDA Pump.
REDA singkatan dari Russian Electro Dynamo of Arutonoff. Setelah lebih dari 90
tahun sejak pertama kali Armais Arutunoff menemukan metode ESP ini,
sekarang ESP dipergunakan hampir diseluruh dunia dengan hasil yang sangat
memuaskan. Selama kurun waktu tersebut telah banyak berkembang
perusahaan-perusahaan yang membuat ESP dan dilakukan upaya-upaya
penyempurnaan serta pengembangan baik dalam hal pemilihan dan
penggunaan material, metalurgi, teknologi, daya tahan serta kemampuan
produksinya. Semua itu dilakukan dalam usaha untuk mencapai kinerja optimal
dari system operasional ESP.

2.2. Pengertian Umum Pompa ESP
Electric Submersible Pump adalah pompa yang dibuat atas dasar pompa centrifugal
bertingkat (stage) banyak dimana setiap tingkat mempunyai impeller, bagian
berputar yang fungsinya memberikan kecepatan terhadap cairan yang
dipompakan dan diffuser adalah bagian yang diam berfungsi mengubah tenaga
yang berupa kecepatan tinggi menjadi kecepatan rendah tetapi memiliki tenaga
tinggi.Pompa ESP secara keseluruhan dari pompa dan motornya ditenggelamkan
ke dalam cairan, pompa ini digerakkan dengan motor listrik melalui suatu poros
motor (shaft) yang memutar sudu-sudu impeller pompa. Perputaran sudu-sudu
itu menimbulkan gaya sentrifugal yang digunakan untuk mendorong fluida ke
permukaan.

2.3. Syarat-syarat Pemilihan Pompa ESP
1. Tekanan formasi rendah
2. Laju produksi antara 200 - 60.000 STB/day
3. Produktivity index masih tinggi
4. Sumur tidak mempunyai problem kepasiran
5. Tersedia peralatan ESP
2.4. Keuntungan dan Kerugian penggunaan pompa ESP
2.4.1. Keuntungan
1. Dapat beroperasi pada kecepatan tinggi.
2. Mampu memompa fluida dalam jumlah besar.
3. Dapat memisahkan gas yang mungkin mengganggu proses pengisapan.
4. Sesuai dipergunakan pada sumur-sumur yang mempunyai PI tinggi.
5. Sesuai dipasang pada sumur-sumur miring karena tidak ada bagian-bagian yang
bergerak baik di permukaan maupun di dalam sumur.
6. Panas yang ditimbulkan oleh putaran motor akan mengatasi masalah paraffin dan
fluida yang viscositasnya tinggi pada temperatur yang rendah.
7. Biaya peralatan relative kecil jika dibandingkan dengan laju produksi yang
diperoleh.
2.4.2. Kerugian
1. Biaya Pertama pemasangan ESP relatif lebih mahal dibanding dengan system
artificial lift yang lain
2. Kurang baik pada sumur yang memiliki problem kepasiran
3. Pada sumur produksi dengan reservoir yang tidak kompak dimana akibat dari
pemompaan dengan rate dan kecepatan yang tinggi, bisamenyebabkan pasir
terlepas dari sedimennya dan masuk ke dalam pompa sehingga pompa
mengalami abrasi.
4. Pada sumur yang saturated reservoir (reservoir jenuh) dengan tekanan lapisan
di bawah tekanan saturasi maka gas dalam cairan yang dipompakan bisa
menurunkan efisiensi pompa dan bisa terjadi gas locking.
5. Menimbulkan emulsi yang diakibatkan dari perputaran impeller pompa yang
tinggi.
6. Mempercepat terjadinya water conning. Akibat dari pemompaan dengan rate
yang tinggi maka akan memacu terjadinya water conning. terutama pada
perforasi yang dekat dengan water oil contact.

2.5. Peralatan di Atas Permukaan
2.5.1 Wellhead
Wellhead atau kepala sumur adalah tempat duduk menggantungnya tubing di dalam
sumur. Wellhead yang digunakan untuk instalasi ESP tidak sama dengan
wellhead untuk sumur sembur alam ataupun sumur yang menggunakan artificial
lift lainnya tetapi disesuaikan dengan keperluan.
Wellhead dilengkapi dengan tubing hanger khusus yang mempunyai lubang untuk
kabel pack off, wellhead juga dilengkapi dengan seal agar gas tidak bocor ke
permukaan.
2.5.2. Junction Box
Junction box berfungsi sebagai pengaman terhadap bahaya kebakaran dan
peledakan. Alat ini dipasang di permukaan di antara kepala sumur dan
switchboard untuk alasan keamanan. Junction box di buat tahan terhadap cuaca
dengan bahan pelat baja, serta mempunyai kawat grounding. Prosedur letak
pemasangan terhadap well head dan switch board juga diatur dalam
recomended best practice.
2.5.3. Switchboard / Motor Controller
Switchboard adalah panel kontrol kerja di permukaan saat pompa bekerja yang
dilengkapi dengan motor controller, overload dan underload protection juga
ammeter chart yang berfungsi mencatat arus motor bekerja. Ampere chart ini
merupakan bagian yang sangat penting untuk memberikan informasi tentang
kejadian pada motor dalam sumur.
Fungsi utama dari switchboard adalah:
1. Untuk mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem seperti: overload
atau underload current.
2. Auto restart underload pada kondisi intermittent well.

2.5.4. Transformer
ESP motor mempunyai kapasitas horse power, ampere dan voltage yang beragam.
Tegangan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan ESP motor berkisar antara
7.200 13.800 volt. Alasan pemberian tegangan input tinggi adalah untuk
mendapatkan ampere yang rendah pada jalur transmisi sehingga tidak
diperlukan kabel yang besar, karena selain harganya mahal juga tidak
praktis. Tegangan input yang tinggi akan diturunkan dengan menggunakan step-
down tranformer sampai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh motor.

2.6. Peralatan Bawah Permukaan
2.6.1. Pompa
Pompa dipasang menggantung pada tubing dengan menggunakan tubing hanger.
Pompa yang dipakai adalah jenis pompa centrifugal multi stage, satu stage
terdiri dari satu impeller dan satu diffuser. Impeller terkunci pada sumbu pompa
(shaft), sedangkan diffuser dipress pada housing pompa dengan compression
sub jumlah stage yang dipasang pada setiap pompa akan berkorelasi langsung
dengan kapasitas head (head capacity) dari pompa tersebut.
Dalam pemasangan di lapangan dapat menggunakan lebih dari satu pompa yang
biasanya disebut tandem. Sedangkan banyaknya pompa yang dipasang akan
bervariasi dua atau tiga tergantung dari head capacity yang dibutuhkan untuk
menaikan fluida dari dasar sumur ke permukaan.
Untuk mengoptimalkan kerja pompa, pompa diletakkan 300 ft dibawah tinggi
cairan. Pompa sangat sensitive terhadap rate fluida yang masuk, jika beban
cairan yang masuk ke pompa berkurang maka akan menyebabkan arus listrik
menurun, kondisi ini disebut underload dan pompa akan mati. Penyebab
underload adalah masuknya gas yang berlebihan sehingga beban pompa
menjadi lebih ringan (gas locking). Dan sebaliknya apabila beban pompa menjadi
lebih berat dari keadaan awal maka akan menyebabkan arus meningkat
(overload). Overload ini biasanya disebabkan oleh naiknya laju produksi atau
juga karena scale yang terbawa ke pompa.
2.6.2. Intake (Gas separator)
Dipasang di bawah pompa dimana cara menyambung sumbunya memakai coupling.
Intake dirancang untuk mengurangi volume gas yang masuk ke dalam pompa gas
separator.
Hasil yang berupa gas akan dialirkan menuju annulus dan dialirkan ke flow line lewat
casing valve, sedangkan cairan akan mengalir ke pompa melalui tubing ke
permukaan. Cairan yang telah mengalami proses pemisahan tidak 100% murni
cairan tetapi masih mengandung gas tergantung dari kemampuan gas separator
tersebut.
Bila sumur tidak banyak mengandung gas cukup menggunakan standar intake.
Intake merupakan saluran masuknya fluida dari dasar sumur ke pompa menuju
ke permukaan.
1. Standar Intake
Digunakan untuk sumur produksi dengan GRL rendah. Jumlah gas yang masuk ke
intake harus kecil dari 10 15 % dari total volume fluida. Intake mempunyai
lubang untuk tempat masuknya fluida ke pompa, dan di bagian luarnya dipasang
selubung (screen) yang berguna untuk menyaring partikel masuk ke intake
sebelum masuk ke pompa.
2. Rotary Gas Separator
Dapat memisahkan gas sampai 90% dan dipasang untuk sumur sumur dengan GRL
tinggi, tidak direkomendasikan untuk sumur sumur yang abrasive.
Cara pemisahan gas dari fluida berlansung dimana fluida memasuki gas separator
langsung menuju bagian bawah inducer yang berbentuk ulir. Dibagian ini fluida
akan mengalami kenaikan tekanan dan mendorong ke atas memasuki sudu
pemutar (centrifuge) dan akibat adanya gayacentrifugal maka gas akan
memisahkan diri dari cairan. Akibat dari terpisahnya gas, maka cairan akan
mempunyai masa jenis yang lebih besar dan akan terlempar ke dinding,
sedangkan gas yang lebih ringan akan bergerak ke atas sepanjang sudu pemutar
menuju pemisah aliran.
3. Static Gas Separator
Static Gas Separator atau sering disebut Reverse Gas Separator, mampu
memisahkan gas hingga 20% dari fluidanya. Fluida yang masuk melalui screen
akan mengalami proses pencekikan (throting), sehingga fluida tersebut akan
mengalami penurunan tekanan.
Pada tahap pertama ini sebagian gas yang terlarut dalam cairan akan terlepas dan
selanjutnya akan mengalami pembalikan arah aliran ke bawah menuju ke pick
up impeller yang ada pada gas separator tersebut. Impeller ini berfungsi sebagai
pemutar dan sekaligus pengangkatan fluida ke atas. Putaran impeller akan
menimbulkan proses turbulensi pada fluida dan proses centrifugal, dimana
cairan akan terlempar ke luar sedangkan gasnya akan tetap berada di pusaran
sekitar sumbu, bersama sama gas dan cairan bergerak ke atas.
Cairan diarahkan masuk ke pompa sedangkan gas yang diarahkan keluar menuju
annulus melalui lubang yang berada di bagian atas separator. Dengan demikian
diharapkan pada saat fluida memasuki stage pompa, fluida mempunyai masa
jenis yang relative lebih tinggi dengan kondisi sebelum mengalami pemisahan.
2.6.3. Protector
Protector (reda) sering disebut juga dengan seal section (centrilif) atau equalizer.
Protector diisi dengan oil yang memiliki nilai tahanan tinggi karena jika nilai
tahanan rendah maka akan mengantarkan arus listrik dan akan menyebabkan
terhubungannya antara phase dengan ground (body), sehingga akan
menyebabkan motor terbakar.
Secara prinsip protector mempunyai empat fungsi utama, yaitu:
1. Untuk melindungi tekanan dalam motor dari tekanan di annulus.
2. Menyekat masuknya fluida sumur ke dalam motor.
3. Tempat duduknya thrust bearing yang mempunyai bantalan axial dari jenis
marine type untuk meredam gaya axial yang ditimbulkan oleh pompa.
4. Memberikan ruang pada pengembangan dan penyusutan minyak motor sebagai
akibat perubahan temperature dari motor pada saat bekerja dan saat dimatikan.
2.6.4. Motor
Jenis motor pompa ESP adalah motor listrik dua kutub, tiga fasa yang diisi minyak
pelumas khusus yang mempunyai tahanan listrik (elektrik strength). Motor
dipasang paling bawah pada rangkaian dan motor digerakan oleh arus listrik
yang dikirim melalui kabel dari permukaan.
Motor berfungsi untuk menggerakan pompa dengan mengubah tenaga listrik
menjadi tenaga kinetik. Motor dibagi menjadi dua bagian pokok, yaitu:
1. Rotor
Rotor adalah gulungan kabel haltist yang berputar. Yang sering dipergunkan adalah
motor induksi, dimana rotor dibuat dari besi pejal silindris 1 feet panjangnya
yang dipasang di shaft menggunakan key.
2. Stator
Stator adalah gulungan kabel halus yang stasioner dan menempel pada badan
motor. Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran
pada rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada di
tengahnya akan ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan
ikut berputar pula (poros pompa, intake dan protector).
2.6.5. Electric cable
Kabel listrik yang digunakan adalah jenis 3 konduktor. Dilihat dari jenisnya ada 2
jenis, yaitu: flat cable dan round cable type. Kabel berfungsi sebagai media
penghantar arus listrik dari switchboard sampai motor ESP dalam sumur.
2.6.6. Pressure Sensing Instrument Unit
Pressure sensing Instrument Unit atau PSI mempunyai dua komponen utama, yaitu:
1. PSI Down Hole Unit
Dipasang di bawah motor type upper atau center tandem karena alat ini
dihubungkan pada sambungan wye dari electric motor yang seolah olah bagian
dari motor.
2. PSI Surface Hole Unit
Merupakan bagian dari system yang mengontrol kerja down hole unit serta
mengambil informasi dari down hole unit.

2.7. Prinsip kerja Electric Submersible Pump (ESP)
Berdasarkan prinsip kerja pompa centrifugal dengan sumbu putar tegak lurus.
Pompa centrifugal adalah mesin hidroulis dengan jalan memutar cairan melalui
Impeller pompa, Impeller akan mendorongnya masuk, sebagai akibat
proses centrifugal maka fluida tersebut akan terlempar ke luar dan diterima oleh
diffuser, oleh diffuser tenaga kinetic akan diubah menjadi tenaga potensial
(tekanan), maka dengan demikian terjadilah proses pengisapan.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Dalam melaksanakan kerja praktek, mahasiswa diharapkan mampu melakukan studi
kasus, yaitu mengangkat suatu kasus yang dijumpai ditempat kerja praktek
menjadi suatu kajian sesuai dengan bidang keahlian yang ada, ataupun
melakukan pengamatan terhadap kerja suatu proses atau alat untuk kemudian
dikaji sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
Untuk mendukung kerja praktek dan kajian yang akan dilakukan, maka dapat
dilakukan beberapa metode pelaksanaan, antara lain :
3.1. Orientasi Lapangan
Dengan cara melihat langsung ke lapangan maupun ke pump shop tentang bentuk
dan fungsi dari setiap peralatan yang digunakan baik peralatan yang ada di
permukaan maupun peralatan di bawah permukaan. Bedasarkan
pengamatan itulah penulis mendapatkan data data yang akan menjadi
sumber tambahan data dalam pembuatan laporan.
3.2. Metode Wawancara
Yaitu dengan cara bertanya ataupun berkonsultasi langsung dengan pembimbing
lapangan maupun dengan operator yang bersangkutan untuk mendapatkan data
yang ada di tempat kerja praktek.
3.3. Study Literature
Yaitu dengan cara menelaah hand book atau sumber-sumber lain yang berhubungan
dengan topik yang diambil, baik literatur dari perusahaan maupun dari luar
perusahaan sebagai bahan tambahan dalam penyusunan laporan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Unit bisnis pertamina EP Lirik adalah perusahaan yang beroperasi di lapangan Lirik.
Lapangan ini pertama dikelola oleh SVPM (Standard Vaccum Petroleum MIJ)
yang berkantor di sungai Gerong, Palembang, Sumatra Selatan dan berkantor
pusat di 26
th
Broadway, New York City, NY, USA. Kegiatan ekplorasi dimulai pada
tahun 1925, pemboran ekplorasi pertama dilakukan pada tahun 1936. Sumur
pertama yang menghasilkan minyak adalah sumur LR-003. Pada tanggal 31
maret 1941 dilakukan test awal pada sumur LS-10 dan menghasilkan minyak 850
BOPD dengan kadar air 30%.
Tahun 1959 SVPM berubah nama menjadi PT. Stanvack Indonesia. Pada tanggal 28
November 1983 lapangan Lirik (Japura Block) dikembalikan ke Pertamina, yang
meliputi Struktur molek, Sago, Lirik, Belimbing, Andan, Ukui, Pondok dan Pulai.
Mulai tanggal 1 April 1994 Struktur Sago oleh Pertamina telah diserahkan ke
J.O.B. Pertamina-Lirik Petroleum (pada tahun 2006 diubah menjadi UBEP Lirik)
dengan perjanjian kontrak Enhanced Oil Recovery dengan masa kontrak yang
berakhir pada bulan Maret tahun 2006.
Pada Oktober 2009 lapangan milik Pertamina EP field Lirik diserahkan
operasionalnya kepada UBEP Lirik sehingga Struktur yang dikelola meliputi
Struktur Sago, Lirik dan Molek Pada Distrik 1 serta Struktur Ukui, Andan, South
Pulai, dan North Pulai pada Distrik II. Pada Distrik 1 terdapat 25 sumur produksi
yang menggunakan Sucker Rod Pump (SRP) dan 52 sumur produksi yang
menggunakan Electrical Submersible Pump (ESP). Sedangkan pada Distrik II
terdapat 11 sumur produksi yang menggunakan Sucker Rod Pump (SRP) dan 17
sumur produksi yang menggunakan Electrical Submersible Pump (ESP). Sehingga
total sumur produksi yang dikelola oleh Unit Bisnis Pertamina EP Lirik berjumlah
107 sumur produksi.

4.2 Visi dan Misi Unit Bisnis EP Lirik
4.2.1 Visi
Menjadi Entitas Bisnis Yang Unggul, Maju dan Terpandang Dalam Mewujudkan PEP
Word Class.
4.2.2 Misi
Melakukan usaha di bidang MIGAS yang berwawasan lingungan.
Merupakan entitas bisnis yang dikelola secara profesional, kompetitif dan
berdasarkan tata nilai unggulan yang ditetapkan PT. PERTAMINA EP.
Memberikan nilai tambah lebih bagi stake holder.

4.3 Letak Geografis
Lapangan yang dikelola oleh Unit Bisnis Pertamina EP Lirik merupakan bagian dari
struktur anticlin yang disebut Lirik Trend dengan panjang dari barat laut sampai
tenggara 50 Km dan lebar 10 Km. Berlokasi di Provinsi Riau yang berjarak 140
Km arah tenggara Pekanbaru dan 200 Km Barat Laut arah Jambi yang secara
geografis terletak pada 0
0
17 LS dan 102
0
16 BT. Wilayah kerja perisahaan
meliputi tiga kabupaten, yaitu Indragiri Hulu (InHu), Pelawan dan Siak. Pada
Kab.InHu beroperasi di kecamatan Lirik tepatnya di 7 Desa, yaitu Desa Japura,
Gudag Batu, Lirik Area, Seko Lubuk Tiga, Banjar Malam dan Redang Seko. Pada
Kab. Pelawan beroperasi di Desa Ukui, Pangkalan Lesung, Dusun Tua, Merbau,
Sorek, Dundangan, Teratang, Manuk, Palas, Kemang dan Pangkalan Kerinci yang
terletak di Kecamatan Ukui, Pangkalan Kuras dan Bunut. Sedangkan pada Kab.
Siak terdapat Terminal Buatan di Desa Buatan II Kecamatan Koto Gasip.

















Gambar 4.1 Peta Area Unit Bisnis Pertamina EP Lirik

4.4 Keadaan Geologi
Daerah Operasi Unit Bisnis Pertamina EP Lirik pada dasarnya termasuk dalam Central
Sumatra Basin (Cekungan Sumatra Tengah) yang dibatasi oleh Asahan Arch
(Tinggian Asahan) dan Tiga Puluh Arch (Tinggian Tigapuluh) seperti yang terlihat
pada gambar berikut.

















Gambar 4.2. Peta Central Sumatra Basin

4.4.1 Tatanan Geologi
Kerangka Geologi Cekungan Sumatra Tengah dimulai dengan fase rifting yang
memungkinkan untuk sedimentasi suatu lapisan formasi seperti terlihat di
gambar tatanan geologi berikut.















Gambar 4.3 Tatanan Geologi Cekungan Sumatra Tengah
Proses sedimentasi batuan tersebut melalui proses trasgresi pada zamanTersier.
Fasa transgresi dimulai dari Oligocene hingga Miocene yang menghasilkan
Formasi Kelesa, Lakat, Tualang dan Telisa, sedangkan fasa regresi dimulai dari
pertengahan Miocene sampai dengan Pleistosen yang menghasilkan
Formasi Nilo dan Kerinci. Lapangan Sago termasuk ke dalam Formasi Lakat dan
Formasi Tualang.

4.4.2 Stratigrafi dan Lithologi
Formasi lapisan batuan yang ditembus pada proses pengeboran lapangan yang
dikelola Unit Bisnis Pertamina EP Lirik dari formasi yang tertua ke yang muda
(lapisan bawah ke atas) sebagai berikut.
1. Formasi Lakat
Formasi Lakat dibagi menjadi dua, satuan atas dan satuan bawah. Bagian bawah
terletak tidak selaras di atas Formasi Kelesa dan terkadang menunjukkan
overlaving kuat. Satuan ini terdiri dari batu pasir berbutir halus hingga berbutir
kasar, terdapat serpih abu-abu sebagai interbed. Ketebalan maksimum
didapatkan di pusat graben dengan suplai sedimen dari Utara ke Selatan. Bagian
atas terdiri dari channel batu pasir dan dataran banjir menipis ke arah Barat.
2. Formasi Tualang
Formasi Tualang berumur Miosen Awal. Formasi ini terdiri dari serpih, Glauconit dan
Lanau yang diendapkan dari dataran pantai hingga lingkungan marine.
Sedimentasi menipis ke arah barat dan tenggara.
3. Formasi Telisa
Seperti halnya di daerah lain di Cekungan Sumatra Tengah, formasi Telisa terdiri dari
serpih. Di daerah penelitian hampir seluruhnya dicirikan oleh serpih Globigerina
dengan bagian top ditandai dengan kemunculan batu Gamping. Top formasi ini
terdapat pada kedalaman 220 m di bawah permukaan laut.

4. Formasi Binio
Formasi Binio terletak di bawah formasi Korontji, di daerah penelitian formasi Binio
dicirikan oleh lempung serpihan. Top formasi Binio diperkirakan sekitar 100 m di
bawah permukaan laut.

4.5 Sejarah Produksi
Daerah operasi UBEP LIRIK pada Oktober 2009 bertambah seiring dengan
penggabungan denghan Pertamina EP Field Lirik. Daerah operasi Lirik berada di
bagian selatan dan tengah dari Cekungan Sumatra Tengah dari Cekungan
Sumatra Tengah, kira-kira 140 Km arah tenggara Pekanbaru dan 200 Km Barat
Laut arah Jambi. Area ini merupakan bagian dari struktur anticlin yang disebut
Lirik Trend dengan panjang dari barat laut sampai tenggara 50 Km dan lebar 10
Km.
Sebelum bergabung wilayah operasi UBEP LIRIK hanya meliputi struktur Sago.
Lapisan penghasil minyak dari struktur ini adalah lapisan batupasir dari Formasi
Tualang dan Formasi Lakat. Kedua Formasi tersebut berumur Miosen Tengah
dengan lingkungan pengendapan deltaic. Formasi Lakat lebih bersih lapisan
batupasirnya bila dibandingkan dengan Formasi Tualang. Eks Pertamina EP Field
Lirik mempunyai wilayah kerja sebagai berikut ; Struktur Molek, Struktur Lirik,
Struktur Andan, Struktur South Pulai, Struktur North Pulai, dan struktur Ukui.
Lapisan penghasil minyak dari struktur-struktur ini adalah lapisan batupasir
dari Formasi Telisa, Formasi Tualang,Formasi Lakat dan Formasi Kelesa yang
terbentuk pada waktu miosen tengah dan akhir miosen.
Mekanisme pendorongan minyak di reservoir pada umumnya adalah water drive.
Untuk memproduksikan minyak digunakan Sucker Rod Pump dan Electric
Submersible Pump. Usaha mempertahankan tekanan reservoir, telah
dilaksanakan dengan injeksi air pada Struktur Sago, Struktur Lirik, Struktur Ukui,
dan Struktur North Pulai.

4.6 Health, Safety and Environment
Menjaga harmoni dengan lingkungan hidup dilakukan dengan menerapkan
kebijakan Health, Safety and the Enviroment (Kesehatan, Keselamatan dan
Lingkungan-HSE) yang konsisten. Sangatlah disadari kegiatan Pertamina EP
khususnya Pertamina UBEP Lirik sangat berisiko tinggi terhadap aspek HSE, serta
perkembangan sosial masyarakat di sekitar kegiatan. Resiko tinggi ini timbul
karena digunakannya bahan-bahan yang mudah terbakar, meledak dan beracun.
Kesalahan dalam pengendalian operasi dapat menimbulkan insiden, penyakit
akibat kerja, pencemaran lingkungan, dan gangguan kelangsungan operasi
perusahaan. Itu semua tentu akan menurunkan daya saing dan citra perusahaan.
Karena itu penerapan aspek HSE secara sempurna adalah keniscayan bagi
perusahaan berkelas dunia. Untuk mencapai HSE Operating Excellence di
Pertamina EP khususnya Pertamina UBEP Lirik, perusahaan memiliki perangkat
yang disebut Sistem Manajemen HSE (SM HSE). Ini adalah sistem pengelolaan
HSE yang terintegrasi dengan kegiatan operasi, agar berjalan aman, andal,
efisien dan berwawasan lingkungan. HSE ini merupakan bagian integral dari
keseluruhan sistem manajemen perusahaan.
Penerapan HSE di seluruh kegiatan operasi Pertamina EP khususnya Pertamina UBEP
Lirik dan mitra usaha hanya salah satu dari lima strategi yang diterapkan.
Strategi lainnya adalah: pembinaan HSE bagi pekerja, pembudayaan HSE,
pengintegrasian teknologi HSE dengan kegiatan EP dan peningkatan citra
Pertamina UBEP Lirik dalam aspek HSE.
Oleh sebab itu setiap kegiatan yang berhubungan dengan operasional pemboran,
work over& work service maupun produksi di Pertamina UBEP Lirik diwajibkan
memakai peralatan pengaman (safety tool) dalam area lokasi, agar tidak terjadi
kecelakaan insiden yang tidak disengaja yang dapat menyebabkan luka-luka di
tubuh atau bahkan cacat tubuh. Kita menyadari setiap kegiatan operasional
sangatlah berbahaya dan mungkin saja terjadi kecelakaan apabila tidak berhati-
hati dan cermat, karena kita berkontak langsung dengan alat-alat berat yang
berada dilapangan. Dan bukan tidak mungkin apabila terjadi kecelakaan
dilapangan maka kegiatan operasional akan terganggu dan terhambat sehingga
akan memakan waktu yang lebih lama. Tentulah sangat merugikan dalam
keekonomisannya.
Untuk menerapkan sistem ini di Pertamina UBEP Lirik maka terdapat semboyan Tak
Ada Kebahagian & Kesejahteraan tanpa Keselamatan & Kesehatan Kerja hari
ini. No Tolerance for Accident, Incident and Pollution.








Gambar 4.4 Semboyan H.S.E.










BAB V
PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan kerja praktek di Unit Bisnis Pertamina EP Lirik ini tedapat dua
jenis artificial lift, diantaranya yaitu ESP (Electric Submersible Pump) dan SRP
(Sucker Rod Pump), penulis dapat melihat peralatan surface maupun subsurface
dari kedua artificial lift ini baik di lapangan maupun di pump shop serta
beberapa proses kegiatan produksi yang ada di Unit Bisnis Pertamina EP Lirik.
Laporan kerja praktek ini hanya membahas mengenai bagian-bagian dari ESP,
fungsi dari masing-masing alat dan prinsip kerja dari ESP itu sendiri.
5.1. Pengertian Electric Submersible Pump
Electric Submersible Pump adalah sebuah rangkaian pompa yang terdiri dari banyak
tingkat (multi stage) dengan motor yang dibenamkan di dalam fluida dan
menggunakan aliran listrik dari permukaan. Electric Submersible Pump
merupakan artificial lift dengan harga yang cukup mahal dibandingkan dengan
pengangkatan buatan lainnya, akan tetapi dapat menghasilkan pengembalian
biaya dengan cepat oleh karena kemampuannya untuk menghasilkan laju
produksi yang tinggi.
Sistem kerja dari Electric Submersible Pump ini adalah dengan mengalirkan energi
listrik dari transformer (step down) melalui switchboard. Pada switchboard,
semua kinerja dari Electric Submersible Pump (ESP) dan kabel akan dikontrol
atau dimonitor. Kemudian energi listrik akan diteruskan dari switchboard ke
motor melalaui cable yang diletakkan di sepanjang tubing dari rangkaian ESP.
Selanjutnya, melalui motor, energi listrik akan dirubah menjadi energi mekanikyaitu
berupa tenaga putar. Putaran akan diteruskan ke protector dan pump melalui
shaft yang dihubungkan dengan coupling. Pada saat shaft dari pompa berputar,
impeller akan ikut berputar dan mendorong fluida yang masuk melalui pump
intake atau gas separator ke permukaan.












Gambar 5.1 Rangkaian ESP
5.2. Peralatan Electric Submersible Pump
Unit Electric Submersible Pump mempunyai dua bagian utama , yaitu peralatan di
atas permukaan (Surface Hole Equipment ESP) dan peralatan bawah permukaan
(Down Hole Equipment ESP).
5.2.1 Peralatan di Atas Permukaan
Peralatan di atas permukaan meliputi wellhead, junction box, switchboard, dan
transformer.
5.2.1.1 Wellhead (Tubing Head)
Wellhead (Tubing Head) dilengkapi dengan tubing hanger khusus yang mempunyai
lubang untuk cable pack-off atau penetrator. Cable pack-off ini biasanya tahan
sampai tekanan 3000 psi.
Tubing Head digunakan untuk menggantungkan tubing string pada casing head.
Tubing head mempunyai packing element (karet yang mempunyai lubang-
lubang tempat ESP cable). Karena ini menjaga agar fluida tidak ke luar dari casing
dan agar tidak terjadi kebocoran (Flowing).
Wellhead juga harus dilengkapi dengan seal agar tidak bocor pada lubang untuk
kabel dan tulang. Wellhead didesain untuk tahan terhadap tekanan 500 psi
sampai 3000 psi.




Wellhead








Gambar 5.2 Wellhead
5.2.1.2 Junction Box
Junction box ditempatkan di antara kepala sumur dan switchboard untuk alasan
keamanan. Gas dapat mengalir ke atas melalui kabel dan naik ke permukaan
menuju switchboard, yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran, karena itu
kegunaan dari junction box ini adalah untuk mengeluarkan gas yang naik ke atas
tadi. Gas yang ke luar dari sumur akan masuk ke dalam junction box lalu
kemudian ke luar melalui sambungan kabel dari switchboard dengan kabel dari
ESP motor. Junction box biasanya dipasang 15 feet (minimum) dari kepala sumur
serta 35 feet dari switchboard, dan normalnya berada antara 2 sampai 3 feet di
atas permukaan tanah.
Fungsi dari junction box antara lain:
Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin bermigrasi ke permukaan
melalui kabel agar terbuang ke atmosfer.
Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur dengan kabel dari
swichboard.
Namun untuk aplikasi di lapangan ada beberapa sumur yang tidak lagi menggunakan
junction box hal ini dikarenakan sudah tidak ada gas yang terproduksi dari
reservoir, sehingga junction box tidak perlu dipasang,

JUNCTION BOX
SURFACE CABLE














Gambar 5.3 Junction Box
5.2.1.3 Switchboard
Switchboard adalah panel kontrol kerja di permukaan saat pompa bekerja yang
dilengkapi dengan motor controller, overload dan underload protection serta
alat pencatat (recording instrument) yang bisa bekerja secara manual ataupun
otomatis apabila terjadi penyimpangan. Switchboard ini dapat digunakan untuk
tegangan dari 440 volt sampai 480 volt.
Fungsi utama dari switchboard adalah :
1. Untuk mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem seperti: Overload
atau Underload Current.
2. Auto restart setelah underload pada kondisi intermittent well.
3. Mendeteksi unbalance voltage.
Pada switchboard biasanya dilengkapi dengan ammeter chart yang berfungsi untuk
mencatat arus motor versus waktu ketika motor bekerja.

















Gambar 5.4 Switchboard
5.2.1.4 Transformer
Merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk menaikan atau
menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang dikelilingi oleh coil
dari lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik core maupun coil direndam dengan
minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan akan sebanding
dengan jumlah lilitan kawatnya. Biasanya tegangan input transformer diberikan
tinggi agar didapat ampere yang rendah pada jalur transmisi, sehingga tidak
dibutuhkan kabel (penghantar) yang besar. Tegangan input yang tinggi akan
diturunkan dengan menggunakan step-down tranformer sampai dengan
tegangan yang dibutuhkan oleh motor.











Gambar 5.5 Transformer
5.2.2 Peralatan di Bawah Permukaan
Peralatan di bawah permukaan meliputi Motor Listrik, Protektor, Gas separator,
Pump intake, Pompa, Electric Cable, Check Valve, Bleeder Valve dan Centralizer.
5.2.2.1 Motor listrik
Setiap system pemompaan memerlukan tenaga penggerak. Pada kasus pompa ESP
tenaga penggeraknya adalah Electrick Motor. Motor ini adalah jenis motor tiga
phase, dua katub dengan system induksi sangkar bajing (squirrel cage induction),
dan ukurannya bervariasi dari 10 HP sampai dengan 1000 HP dengan frekuensi
60 HZ sedangkan kebutuhan Voltage-nya bervariasi dari 420 Volts sampai
dengan 4200 Volts pada frekuensi 60 HZ, atau 350 Volts sampai dengan 3500
Volts pada frekuensi 50 HZ. OD motor juga bervariasi dari 3 sampai dengan 7
. Biasanya motor dibuat single section yang panjangnya bisa sampai 35 ft, atau
dipasang tandem (lebih dari satu ujkuran motor) yang total panjangnya bisa
sampai 100 ft atau lebih.
Pada saat pengoperasiannya motor diisi dengan minyak yang berfungsi:
1. Sebagai pelumas
2. Sebagai tahanan (isolasi)
3. Sebagai media penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran rotor
ketika motor tersebut sedang bekerja.
Jadi minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu yang biasanya sudah
ditentukan oleh pabrik, yaitu berwarna jernih, tidak mengandung bahan kimia,
dielectric strength tinggi, lubricant dan tahan panas. Minyak yang diisikan akan
mengisi semua celah-celah yang ada dalam motor, yaitu antara rotor dan stator.
Motor berfungsi sebagai tenaga penggerak pompa (prime mover),
yang mempunyai 2 (dua) bagian pokok yaitu Rotor (gulungan kabel halus)
bagian yang berputar dan Stator (gulungan kabel halus yang stasioner dan
menempel pada badan motor) merupakan bagian yang tidak berputar.
Stator
Pada motor, stator terbuat dari lapisan besi dan kuningan yang ditekan ke bagian
bawah, lapisan ini digunakan karena lebih mudah dimagnetisasi dibandingkan
dengan besi pejal. Lapisan ini mengandung (3-4) % silicon untuk menambah sifat
magnet dari besi dan dapat juga lapisan oksida yang berfungsi untuk
memisahkan dengan lapisan kuningan. Lapisan kuningan digunakan pada bagian
yang terdapat bantalan untuk memegang rotor. Pada stator terdapat 16 slot dan
setiapslot diisolasi dengan teflon yang mempunyai sifat dielectric yang
tinggi,stator kemudian dililit dengan lapisan kapton dan kawat tembaga yang
kemudian dilapisi dengan vernish untuk menutupi daerah kosong yang terdapat
pada slot
Rotor
Rotor yang digunakan sangat panjang sehingga membutuhkan penahan pada
beberapa tempat, untuk itu rotor, harus dibagi berapa bagian dengan penahan
diantara rotor dan stator. Penahan dilengkapi dengan bantalan sehingga
memungkinkan rotor dan poros bergerak bebas, bantalan itu terletak pada
bagian rotor sedangkan lilitan pada bagian stator tidak terputus sehingga perlu
membuat daerah yang tidak terdapat medan magnet sebagai tempat bantalan,
untuk itu digunakan lapisan stator yang nonmagnet (kuningan) disekitar daerah
bantalan padastatator. Banyak rotor yang terdapat pada motor merupakan
besarnya daya yang dikeluarkan motor. Seri motor listrik yang dipakai dan
besarnya horse power per rotor .
Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran pada rotor,
dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada di tengahnya akan
ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan ikut berputar pula
(poros pompa, intake, dan protector).

















Gambar 5.6 Motor Listrik
5.2.2.2 Protector
Protector ini dipasang di atas motor atau di bawah pompa.
Secara prinsip Protektor memiliki fungsi utama sebagai pelindung motor listrik
dengan cara sebagai berikut:
1. Memberikan ruangan untuk pengembangan dan penyusutan minyak motor
sebagai akibat adanya perubahan temperatur dari motor pada saat berkerja dan
pada saat motor dimatikan.
2. Menyekat fluida agar tidak masuk ke dalam motor.
3. Tempat duduknya thrust bearing (yang mempunyai bantalan axial dari jenis
marine type) untuk meredam gaya axial yang ditimbulkan oleh pompa.
4. Memberikan keseimbangan tekanan dalam motor dengan tekanan luar, yaitu
tekanan fluida sumur pada kedalaman tertentu.
Selain fungsi di atas, Protector mempunyai tugas pokok lainnya, yaitu
menyeimbangkan tekanan dalam motor dengan tekanan dalam annulus, yang
mengakomodasi pengembangan fluida (liquid) motor karena naiknya
temperatur, serta menyambungkan motor dengan intake pompa.











Gambar 5.7 Protector
Ada dua jenis Protector, yaitu :
1. Labyrinth Path
Protector ini mempunyai dua ruang (atas dan bawah) yang dihubungkan dengan
beberapa pipa. Cara kerja dari jenis ini didasarkan pada perbedaan jenis fluida
sumur dengan fluida motor. Setelah protectordipasang diantara motor
dan intake, protector harus terisi minyak motor sebelum dimasukkan ke dalam
sumur. Ketika unit pompa dimasukkan ke dalam sumur, maka fluida motor
dan protector akan ke luar menujuannulus melalui lubang di dasar intake dan
setelah motor dijalankan, maka temperatur motor dan protector akan
meningkat sehingga akan mengakibatkan fluida motor berekspansi dan semakin
banyak fluida yang keluar dari protector ke sumur.
2. Positive Seal (Bag Type Protector)
Design protector type labyrinth tidak menggunakan positive sealsehingga motor
pada protector dan fluida sumur dapat bercampur dalam ruangan bagian atas
dari protector pada operasi normal, dengan ini maka dapat
menggunakan positive seal sehingga dapat mencegah bercampurnya fluida
motor dengan fluida sumur. Pada saat protector dan motor dimasukkan ke
dalam s umur maka temperatur akan naik dan oli akan mengembang dan
mengalir dari motor melewati bantalan luncur menuju tabung dan naik
disepanjang poros, dan mendesak bagian dalam tubing elastis dan mengisinya.
Oli yang berlebihan akan ke luar melaluirelief valve yang terletak di
atas protector, relief valve ini diatur dan bekerja pada tekanan 3 sampai 5 psi.
Dalam beberapa hal, kemungkinan untuk memasang protectorlebih dari satu di
dalam sumur atau sering disebut dengan TandemProtector. Hal ini dimaksudkan
untuk mencoba menambah panjang umur dari unit motor.
5.2.2.3 Gas separator dan Pump intake
Pada sumur-sumur yang tidak banyak mengandung gas, cukup menggunakan pump
intake saja. Tetapi pada sumur-sumur dengan GOR tinggi, gas separator dapat
disambungkan pada pompa guna memberikan efisiensi pompa. Gas separator
memiliki beberapa fungsi antara lain:
Mencegah menurunnya head capacity yang dihasilkan pompa.
Mencegah terjadinya fluktuasi beban pada motor.
Mengurangi adanya surging pressure.
Alat ini merupakan bagian dari pompa yang berfungsi sebagai masuknya fluida ke
dalam pompa sebagai pemisah gas dengan fluida. Gas yang terproduksi bersama
dengan fluida akan berpengaruh buruk terhadap pompa, yang dapat berakibat
matinya pompa. Beberapa sumur memperoduksikan gas yang cukup besar juga
dapat menyebabkan pompa berputar sendiri, yang akhirnya akan menyebabkan
berkurangnya efesiensi pompa. Volume gas bebas dapat dikurangi dengan
penurunan PSD (Pump Setting Depth) untuk menambah tekanan di intake atau
dengan memasang Gas Separator.
1. Standard intake
Unit ini dipasang sebagai screen dan port tempat masuknya fluida ke dalam
pompa. Standard intake tidak memisahakan gas dan cairan.
2. Reverse Flow Gas Separator
Seperator ini berkerja dengan mengaduk fluida secara terbalik, dengan demikian
jumlah gas yang terangkat ke permukaan akan lebih banyak dari pada fluida
yang terhisap ke bawah dengan kecepatan tertentu. Prinsip
kerja reverse flow gas seperator ini adalah :
Fluida masuk dari screen ke bawah
Cairan akan menggalami pembalikan arah lalu diangkat ke pompa olehpick up
impeller sehingga gas akan naik ke atas karena perbedaanSpecific gravity.
Efektifitas pemisahan gas 20 % dari total gas dalam fluida.
3. Rotary Gas Separator
Rotary Gas Separator berkerja berdasarkan prinsip centrifugal tidak
seperti Reverse Flow Seperator yang berkerja dengan prinsip gravitasi dan dalam
usaha memisahkan gas lebih efektif.
Head
Bushing
Guide Tube
Shaft/Sumbu
Fluid Tube
Pick up Impeller
Stand Tube
Intake Housing/ sreen
Base
Coupling








Gambar 5.8 Gas Separator dan Pump Intake

5.2.2.4 Pompa
Setiap pompa terdiri dari beberapa tingkat (multistage) dimana masing-masing
terdiri dari impeller dan diffuser. Impeller yang dikunci dengan shaft yang
merupakan bagian yang berputar yang berfungsi untuk memindahkan fluida dari
tempat yang satu ke tempat yang lainnya, sedangkan diffuser adalah bagian
yang diam dan berfungsi untuk mengarahkan fluida
ke stage berikutnya. Semakin banyak stage yan g dipasangkan, maka semakin
besar kemampuan pompa untuk dapat mengangkat fluida ke permukaan. Stage
sendiri merupakan jumlah tingkat yang tersedia pada unit pompa.

Pompa











Gambar 5.9 Pompa
Unit Pump terdiri dari beberapa bagian yaitu :
Impeller
Impeller merupakan komponen dari pompa yang berputar bersama-sama dengan
poros yang dikunci dengan spine memanjang sepanjang poros, yang berfungsi
untuk memberikan gaya centrifugal sehingga fluida bergerak menjauhi poros
yang berputar, sehingga fluida akan naik daridalam sumur ke permukaan.












Gambar 5.10 Impeller

Diffuser
Diffuser merupakan bagian dari pompa yang dijepit pada housingdan dijaga agar
tidak bergerak, di dalam diffuser terdapat sudu-sudu pengarah aliran fluida dari
stage yang lebih rendah ke stage yang lebih tinggi. Adapun fungsi diffuser adalah
membalikan arah fluida dan mengarahkan kembali ke poros dan kebagian
tengah dari Impeller di atasnya.
Selain hal tersebut di atas, Impeller juga digunakan untuk mengubah energi putaran
(Shaft torque) ke energi kinetik (velocity), sedangkan diffuser kegunaanya adalah
untuk mengubah energi kinetik menjadi energi pontensial
(tekanan). Diffuser dan impeller umumnya dibuat dari material jenis Ni-
Resist yang merupakan jenis dari logam lain sesuai dengan kebutuhan
aplikasinya.
Dalam pemasangan di lapangan bisa menggunakan lebih dari satu pompa, bisa dua
atau tiga, pemasangan ini disebut tandem. Alasan pemasangan tandem adalah
untuk memenuhi jumlah stages pompa dan untuk mendapatkan
kapasitas head yang dibutuhkan untuk menaikan fluida sumur ke permukaan.
Besarnya operating vane pada impellersangat menentukaan kapasitas rata rata
fluida yang diproduksinya.
Unit pompa Electric Submersible Pump terbagi dalam 2 (dua) tipe, yaitu Floater
Type (bergerak babas trhadap shaft) dan compression Type(terkunci pada shaft).
Pada tipe floater, impeller bergerak bebas ke atas dan ke bawah tidak
tergantung pada pergerakan shaft. Di dalam operasi masing-
masing impeller bebas bergerak tidak tergantung satu sama lain, dimana
idealnya adalah mengambang antara kondisi up-thrust dan down-thrust. Pada
setiap impeller dipasang kondisi up-thrust washer dan down-thrust washer yang
berfungsi mencegah terjadinya kerusakan dini bila terjadi beberapa atau
seluruh impeller beroperasi di luar daerah yang direkomendasikan. Berat dari
pada shaft digantung oleh thrust bearingdari pada protector. Kapasitas dari
pada thrust bearing protector juga menentukan jumlah stages yang dapat
dipasang pada pompa di atasnya karena Head-feet (dalam Psi) yang
dihasilkan pompa dikali luas penampang shaft adalah gaya tekan yang harus
ditahan oleh thrust bearing pada protector.












Gambar 5.11 Diffuser
Pada tipe pompa compression ini, semua impeller terkunci padashaft dan tidak
diizinkan untuk bergerak bebas ke atas atau ke bawah. Berat
dari shaft impeller dan kemudian di dalam operasi bertambah dengan gaya
tekanan ke bawah ditanggung oleh thrust bearing protector. Maka dari itu,
sangatlah penting untuk mengisi gap yang terdapat diantara shaft pompa
(intake) dengan shaft protector dengan shim, agar seluruh thrust dari pompa
dibebankan kepada thrust bearing pada protector dan dalam beberapa
kedalaman juga untuk mengangkat impeller agar tidak bergesekan
dengandiffuser di bawah.


5.2.2.5 Electric Cable
Arus listrik dibutuhkan untuk menghidupkan motor di dalam sumur. Untuk itu
dibutuhkan kabel yang mampu menahan temperatur tinggi, tekanan dan kedap
air untuk mensupplai arus maksimum ke motor dengan kerugian tegangan yang
minimum. Di beberapa sumur tertentu bahkan dibutuhkan kabel yang mampu
bertahan terhadap serangan korosi (karat) dan tekanan gas yang tinggi.
Bagian dari kabel biasanya terdiri dari:
1. Konduktor (Conductor)
2. Isolasi (Insulation)
3. Sarung (sheath)
4. Jaket
5. Armour
Ada dua jenis kabel yang biasa dipakai yaitu: Round Cable dan Flat Cable. Round
Cable adalah kabel berpenampang bulat yang dipasang di sepanjang rangkaian
tubing sampai ke transformer. Pada jenis round cable dibagian luar sarungnya
dibungkus lagi dengan karet (rubber jacket). Biasanya kabel jenis round ini
memiliki ketahanan yang lebih lama dari pada jenis flat cable, tetapi
memerlukan ruang penempatan yang lebih besar. Sedangkan Flat Cable adalah
kabel berpenampang pipih yang dipasang di sepanjang unit pompa mulai dari
motor listrik sampai ke unit pompa.
Secara umum ada dua jenis cable yang biasa dipakai dilapangan, yaitu:
1. Low Temperature
Disarankan untuk pemasangan pada sumur-sumur dengan maximum 200
0
F.
2. Hight Temperature
Disarankan untuk pemasangan pada sumur-sumur dengan temperatur yang cukup
tinggi sampai mencapai 400
0
F.
Round Cable
Flat Cable













Gambar 5.12 Flat Cble dan Round Cable
5.2.2.6 Check Valve
Check valve dipasang di atas pompa yang disambung dengan nipple joint. Bertujuan
untuk menjaga fluida tetap berada di atas pompa. Jika check valve tidak
dipasang maka kebocoran fluida dari tubing (kehilangan fluida) akan melalui
pompa yang dapat menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik ke atas, sebab
aliran balik (back flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah, dan
dapat menyebabkan motor terbakar atau rusak.
Jadi umumnya check valve digunakan agar tubing tetap terisi penuh dengan fluida
sewaktu pompa mati dan mencegah supaya fluida tidak turun ke bawah.
5.2.2.7 Bleeder Valve
Bleeder valve dipasang satu joint di atas check valve, mempunyai tujuan untuk
mengosongkan kolom cairan di dalam tubing agar pada saat pencabutan pompa
tubing dalam keadaan kosong. Sehingga crew tidak terkena tumpahan minyak
dari tubing yang dicabut dari dalam sumur.





Bleeder Valve
Check Valve















Gambar 5.13 Bleeder Valve dan Check Valve
5.2.2.8 Centralizer
Centralizer berfungsi untuk menjaga kedudukan unit pompa agar tidak bergeser
atau selalu di tengah-tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga kerusakan
kabel karena gesekan dapat dikurangi/dicegah.



Centralizer










Gambar 5.14 Centralizer

5.3 Prinsip Kerja Electric Submersible Pump
Prinsip kerja Electric submersible pump adalah berdasarkan pada prinsip kerja
pompa centrifugal dengan sumbu putarnya tegak lurus. Pompa centrifugal
adalah motor hidrolik dengan jalan memutar cairan yang melalui impeller
pompa lalu cairan akan masuk ke dalam impeller pompa menuju poros pompa,
dikumpulkan oleh diffuser kemudian akan dilempar ke luar, oleh impeller tenaga
mekanis motor dirubah menjadi tenaga hidrolik. Impeller terdiri dari dua
piringan yang di dalamnya terdapat sudu-sudu, pada saat impeller diputar
dengan kecepatan sudut w, cairan dalam impeller dilemparkan ke luar dengan
tenaga potensial dan kinetik tertentu. Cairan yang ditampung dalam rumah
pompa kemudian dievaluasikan melalui diffuser, sebagian tenaga kinetik dirubah
menjadi tenaga potensial berupa tekanan. Karena cairan dilempar ke luar maka
terjadi proses penghisapan dan pendorongan.

BAB VI
KESIMPULAN

Dari hasil kerja praktek yang telah dilakukan di Unit Bisnis Pertamina EP Lirik
didapatkan beberapa kesimpulan antara lain yaitu:
1. Jumlah pompa ESP yang digunakan oleh PT PERTAMINA UBEP Lirik pada Distrik
1 yang meliputi Struktur Molek menggunakan 6 pompa ESP, Struktur Sago
menggunakan 40 pompa ESP, Struktur Lirik menggunakan 5 pompa ESP dan
Distrik 2 yang meliputi Struktur Andan & Ukui menggunakan 3 pompa ESP,
Struktur South Pulai menggunakan 1 pompa ESP, North Pulai menggunakan 14
pompa ESP.
2. Biaya peralatan ESP relative kecil jika dibandingkan dengan laju produksi yang
diperoleh, ESP juga dapat memisahkan gas yang dapat mengganggu proses
pengisapan, Sesuai dipasang pada sumur-sumur miring karena tidak ada bagian-
bagian yang bergerak baik di permukaan maupun di dalam sumur, Panas yang
ditimbulkan oleh putaran motor akan mengatasi masalah parafin dan fluida yang
viscositasnya tinggi pada temperatur yang rendah, ESP banyak digunakan
terutama pada sumur-sumur produksi lepas pantai (offshore) karena ESP
merupakan metode produksi yang cukup efisien dan efektif untuk sumur miring,
sumur yang memiliki Indek Produktivitas (PI) yang tinggi, serta sumur-sumur
dalam.
3. Sistem kerja dari ESP ini adalah dengan mengalirkan energi listrik dari
transformer (step down) melalui switchboard. Pada switchboard, semua kinerja
dari ESP dan kabel akan dikontrol atau dimonitor, kemudian energi listrik akan
diteruskan dari switchboard ke motor melalaui cable yang diletakkan
di sepanjang tubing dari rangkaian ESP selanjutnya, melalui
motor energi listrik akan dirubah menjadienergi mekanik yaitu berupa tenaga
putar. Putaran akan diteruskan ke protector dan pump melalui shaft yang
dihubungkan dengan coupling. Pada saat shaft dari pompa berputar, impeller
akan ikut berputar dan mendorong fluida yang masuk melalui pump intake atau
gas separator ke permukaan. Fluida yang didorong akan memasuki tubing dan
terus menuju ke permukaan sampai ke manifold.
4. Unit ESP terdiri dari dua bagian utama, yaitu:
a) Surface Equipment terdiri dari Transformer, Switchboard, Junction Box dan Well
Head.
b) Sub Surface Equipment terdiri dari Motor Listrik, Protektor, Gas separator,
Pump intake, Pompa, Electric Cable, Check Valve, Bleeder Valve dan Centralizer.

DAFTAR PUSTAKA

File-file Operasi Produksi Unit Bisnis Pertamina Lirik.
Widyarso, Agus. ESP Design.ppt
www.pertamina-ep.com
Hughes, Baker. Electrospeed Intyergrated Control System. 2002.
Rubiandini, Rudi. Dr.Ing.Ir,Production Operation, Artificial Lift. 2002.
Herrawan, Heru, ST, Artificial Lift, Modul Kuliah P4, Akamigas balongan Indramayu.
2005.
Imam W Sujanmo, : Basic ESP Training Hand Out, schlumberger, Reda
ProductionSystem,2001.






















Tabel Kegiatan Kerja Praktek Pada Minggu Pertama
NO. HARI/TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN
1. Senin/ 9 Agustus 2010 Registrasi
Melakukan
registrasi di
bagian
SDM,
Security
dan HSE.
2. Selasa/ 10 Agustus 2010
Pengenalan
lapangan serta
peralatan dan
sistem kerja
pompa
Kunjungan ke
sumur
produksi
untuk
penenalan
peralatan
surface dari
ESP
3. Rabu/ 11 Agustus 2010
Pendalaman materi
dan
pengumpulan
data
pengumpulan
data untuk
dijadikan
referensi
dalam
pembuatan
4. Kamis/ 12 Agustus 2010
Pengenalan
peralatan
surface pompa
di pump shop
Kunjungan ke
pump shop
serta
pengenalan
bagian-
bagian dari
peralatan
ESP
5. Jumat/ 13 Agustus 2010 Pendalaman materi
pengumpulan
data untuk
dijadikan
referensi
dalam
pembuatan
laporanlapo
ran
Tabel Kegiatan Kerja Praktek Pada Minggu Kedua
NO. HARI/TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN
6. Senin/ 16 Agustus 2010 Pendalaman materi
Mengumpulkan
data serta
bertanya
langsung
pada
pembimbin
g
7. Selasa/ 17 Agustus 2010 Libur -
8. Rabu/ 18 Agustus 2010
Pengamatan ke
stasiun
pengumpul
serta melihat
sistem kerja
dari sumur
injeksi
Kunjungan ke
SP dan
sumur
injeksi serta
bertanya
tentang
proses yang
ada di SP
maupun di
sumur
injeksi
9. Kamis/ 19 Agustus 2010
Pendalaman materi
dan
penyusunan
laporan
Pemahaman
materi serta
menyusun
laporan
10. Jumat/ 20 Agustus 2010
Pendalaman materi
dan
penyusunan
laporan
Mempelajari isi
dari laporan
serta
menambah
isi dari
laporan
Tabel Kegiatan Kerja Praktek Pada Minggu Ketiga
NO. HARI/TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN
11. Senin/ 23 Agustus 2010 Pengamatan di PPP
Kunjungan ke
PPP serta
menanyaka
n proses
yang ada di
PPP
12. Selasa/ 24 Agustus 2010
Penyelesaian
laporan
Menyelesaikan
laporan
13. Rabu/ 25 Agustus 2010
Penyelesaian
laporan
Menyelesaikan
laporan
14. Kamis/ 26 Agustus 2010 ACC laporan
pemeriksaan
laporan
oleh dosen
pembimbin
g
15. Jumat/ 27 Agustus 2010
Penyelesaian
Laporan
Perbaikan
bagian
laporan
yang masih
salah
Tabel Kegiatan Kerja Praktek Pada Minggu Keempat
NO. HARI/TANGGAL KEGIATAN KETERANGAN
16.
Senin/ 30 Agustus
2010
ACC laporan
pemeriksaan
laporan oleh
dosen
pembimbing
17.
Selasa/ 31 Agustus
2010
Penyelesaian
laporan
Perbaikan bagian
laporan yang
masih salah
18.
Rabu/ 1 September
2010
ACC
Tanda tangan
laporan serta
tanya jawab
dengan dosen
pembimbing
19.
Kamis/ 2 September
2010
Presentasi hasil
yang di dapat
selama kerja
praktek
Mempresentasikan
hasil yang di
dapat selama
kerja praktek
pada dosen
pembimbing
dan
20.
Jumat/ 3 September
2010
Penyerahan
laporan ke
perusahaan
Menyerahkan
laporan hasil
kerja praktek

Anda mungkin juga menyukai