Disusun Oleh :
EKO PARJONO
L2F 004 473
Hari :
Tanggal :
Tempat : SEMARANG
Mengesahkan,
Hari :
Tanggal :
Tempat : SEMARANG
Mengesahkan,
Generator Sinkron memegang peranan yang sangat penting dalam produksi energi listrik di PT
Indonesia Power Tambak Lorok Semarang. Generator ini digunakan untuk mengkonversi energi
mekanik putaran dari turbin menjadi energi listrik. Kebanyakan tipe generator sinkron yang
digunakan di PT Indonesia Power adalah generator sinkron dengan pendingin hidrogen, karena
dengan pendingin hidrogen akan didapatkan kelembaban yang kecil / kering didalam generator.
Untuk menjaga kehandalan sistem diperlukan perawatan dan pengujian secara berkala dengan
tidak mengesampingkan system proteksinya. Generator sinkron dengan kapasitas besar membutuhkan
perawatan ataupun pengujian untuk menjaga agar tetap dapat beroperasi secara normal dan
terhindar dari bermacam - macam gangguan misalnya adalah vibrasi pada rotor, hubung singkat
pada lilitan stator maupun rotor, dsb. Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalisasi gangguan
tersebut. Salah satunya adalah dengan pengujian rotor dan stator yang terdiri dari banyak pengujian
diantaranya adalah High Potensial Test, Megger, dan Balancing Voltage Rotor Test.
Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang pengujian pada rotor dan stator
generator sinkron 50 MW dengan pendingin hidrogen. Dengan laporan ini, para mahasiswa dapat
belajar jenis- jenis pengujian pada generator sinkron dengan kapasitas daya besar dan mengetahui
bagaimana cara melakukan pengujian pada rotor dan stator generator.
Kata kunci: Generator Sinkron, Proof Test, Analytical Test, Pengujian rotor dan stator.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Hanya
berkat rahmat dan karunia-Nya semata penulis akhirnya dapat menyelesaikan kerja
praktek di PT. Indonesia Power UBP Semarang, tepatnya di PLTU Unit 1 Tambak
Lorok Semarang.
Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis
untuk dapat segera menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Diponegaro. Tujuan Kerja Praktek ini adalah untuk mengembangkan
disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah melalui penerapannya di dunia kerja.
Selama kurang lebih satu bulan melaksanakan kerja praktek di PT. Indonesia
Power Tambak Lorok Semarang tepatnya di PLTU Unit 1 dan 2 ini penulis
berkesempatan mengangkat topik mengenai “Pengujian Rotor dan Stator
Generator Sinkron 50 MW di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power UBP
Semarang”.
Keberhasilan penulis dalam melaksanakan kerja praktek ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait, untuk itu
perkenankanlah penulis untuk berterima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sudjadi, MT selaku Ketua jurusan Teknik Elektro Universitas
Diponegoro Semarang.
2. Bapak Abdul Syakur, ST, MT selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek dari
Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro.
3. Bapak Sudjatmo selaku Pembimbing Lapangan di PT. Indonesia Power UBP
Semarang.
4. Bapak Boediono Diro, Bapak Bambang, Bapak Solikin, Bapak Subagyo,
Bapak Saulan, Bapak Erwin dan semua Teknisi yang ada "Bengkel Listrik",
selaku asisten pembimbing lapangan, yang telah menemani dan membimbing
penulis di lapangan.
5. Bapak Ikhsan Mudzakir, Bapak Bambang SDM, dan semua karyawan PT.
Indonesia Power UBP Semarang yang telah banyak membantu kami serta
memberi masukan bagi kemajuan kami.
6. Mas Heri dan Edi Purwanto UBH tarima kasih atas waktu, penjelasan dan
bantuannya.
7. Bapak dan Ibu penulis, atas segala pengorbanan yang tak terkira jasanya yang
telah memberikan dukungan, semangat, dan do’a yang tulus ikhlas. Semoga
penulis dapat mencapai cita – cita dan menjadi kebanggaan serta
membahagiakan Bapak dan Ibu. Juga tak lupa kepada kedua adikku semoga
dapat menjadi orang yang sukses, maaf aku jarang pulang.
8. Teman-teman seperjuangan di “Bengkel Listrik” : Rohmat Nugroho (T.
Elekro’04 UNDIP), Lukman and friends (T. Elekro’04 UNY), serta temen –
temen KP dari BLKI dan UNNES.
9. Temen-temen Konsentrasi “Power Community 2004” : Achmad "Asraff",
Arie "Lombok”, Cahyo (Makasih bantuannya yok!) , Syaiful, Erline, Fuad
"Bolly", Alberth "Zakar_ia", Pandu "Kuru", Heru “Embong”, Fajar, Wildan
“Komting”, Iskandar, Habib, Rifai, Kaka ”Ontime" dan Hendra.
10. Temen - temen angkatan 2004 Teknik Elektro Universitas Diponegoro.
11. Temen KKN Desa Colo (Coloniensist) : Ikhsan S, Nervalusiana, Rista D.A,
Intan L, Handoyo [Doyok], Haryo Baskoro [Ryo] dan temen - temen
Kecamatan Dawe : Fany, Desi, Kartini dll, yang telah memberiku semangat.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu
memberikan perhatian, dan do’a, serta bimbingan serta pengarahan hingga
Laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan. ........................................................................................... 80
6.2. Saran. ...................................................................................................... 81
2.8. Paradigma, Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Nilai PT. Indonesia Power
PT. Indonesia Power sebagai perusahaan memiliki paradigma, visi, misi,
motto, dan tujuan.
2.2.1. Paradigma
Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang
menilai sesuatu. Paradigma dari PT. Indonesia Power adalah “Bekerja dan berusaha
untuk meningkatkan nilai Perusahaan bagi kepentingan Stakeholder (pihak terkait) ”.
2.2.2. Visi
Visi PT.Indonesia Power adalah menjadi perusahaan publik dengan kinerja
kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan.
Penjabaran Visi :
1. Maju, berarti perusahaan bertumbuh dan berkembang sehingga menjadi
perusahaan yang memiliki kinerja setara dengan perusahaan sejenis di
dunia.
2. Tangguh, memiliki sumber daya yang mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan dan sulit disaingi. Sumber daya PT. Indonesia Power
berupa manusia, mesin, keuangan maupun sistem kerja berada dalam
kondisi prima dan antisipatif terhadap setiap perubahan.
3. Andal, sebagai perusahaan yang memiliki kinerja memuaskan stakeholder.
4. Bersahabat dengan lingkungan, memiliki tanggung jawab sosial dan
keberadaannya bermanfaat bagi lingkungan.
2.2.3. Misi
Misi PT. Indonesia Power adalah melakukan usaha dalam bidang
pembangkitan tenaga listrik dan mengembangkan usaha-usaha lain yang berkaitan
berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan
pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.
2.2.4. Motto
Motto PT. Indonesia Power adalah Bersama...kita maju.
2.2.5. Tujuan
Tujuan PT. Indonesia Power adalah :
1. Memberikan nilai tambah bagi pelanggan, karyawan, dan pemilik.
2. Menghasilkan keuntungan yang menjamin pertumbuhan yang
berkesinambungan.
3. Mencapai tingkat kinerja setara dengan perusahaan pembangkitan tenaga
listrik kelas dunia.
4. Membangun budaya perusahaan yang memilik nilai-nilai : Profesional,
Harmoni, Pelayanan Prima, Peduli, Pembelajar, dan Inovatif.
2.2.6. Tujuh Nilai Perusahaan : IP-HaPPPI
1. Integritas
Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik
kepada Perusahaan.
2. Profesional
Menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan kode etik sesuai dengan bidang
pekerjaannya.
3. Harmoni
Serasi, selaras, dan seimbang dalam pengembangan kualitas pribadi,
hubungan dengan stakeholder, dan hubungan dengan lingkungan hidup.
4. Pelayanan Prima
Memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan
stakeholder.
5. Peduli
Peka-tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta memelihara
lingkungan sekitar.
6. Pembelajar
Terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
kualitas diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian
berbagi dengan orang lain.
7. Inovatif
Terus-menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam
usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses
maupun produk dengan tujuan peningkatan kinerja.
Makna bentuk dan warna logo PT. Indonesia Power (perusahaan) merupakan
cerminan identitas dan lingkup usaha yang dimilikinya.
Secara keseluruhan nama Indonesia Power merupakan nama yang kuat untuk
melambangkan lingkup usaha perusahaan sebagai power utility company di
Indonesia. Walaupun bukan merupakan satu-satunya power utility company di
Indonesia, namun karena perusahaan memiliki kapasitas terbesar di Indonesia
bahkan di kawasannya , maka nama Indonesia Power dapat dijadikan brand name.
Bentuk :
1. Karena nama yang kuat, INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan
menggunakan dasar jenis huruf (font) yang tegas dan kuat :
FUTURA BOOK / REGULAR dan FUTURA BOLD.
2. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “TENAGA
LISTRIK” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
3. Titik / bulatan merah (red dot) di ujung kilatan petir merupakan simbol
perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I. Titik
ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian besar materi komunikasi
perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini, diharapkan identitas perusahaan
dapat langsung terwakili.
Warna :
1. Merah
Diaplikasikan pada kata “INDONESIA”, menunjukkan identitas yang kuat
dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik,
guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.
2. Biru
Diaplikasikan pada kata “POWER”. Pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata
“POWER”, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang
dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri yaitu berteknologi tinggi, efisien,
aman dan ramah lingkungan.
Untuk produksi listrik pada unit-unit bisnis pembangkitan dari tahun 2000
sampai dengan semester 1 tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 2.2.
Unit Bisnis SM I
2001 2002 2003 2004 2005
Pembangkitan 2000 2006
Suralaya 21.212 21.063 21.449 23.462 22.711 24.520 11.714
Priok 7.457 6.914 6.787 7.248 6.797 6.961 3.841
Saguling 2.656 3.392 2.683 2.098 2.366 2.903 1.179
Kamojang 2.728 2.908 3.056 2.804 2.988 2.870 1.316
Mrica 1.121 1.173 826 869 892 960 600
Semarang 4.799 4.558 5.096 5.146 5.524 5.782 2.552
Perak-Grati 67 476 931 1.534 1.745 2.959 964
Bali 526 503 1.022 1.214 1.394 1.367 716
Jumlah 40.487 40.987 41.849 44.374 44.417 48.322 22.882
Dari data diatas tampak bahwa kebutuhan beban dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Sedangkan dalam menyuplai kebutuhan tenaga listrik di PT. Indonesia
Power berdasarkan jenis pembangkitnya dari tahun 2000 sampai tahun 2006
semester I berdasarkan tabel 2.4
Tabel 2.4 Daya yang dihasilkan PT. Indonesia Power didasarkan pada jenis pembangkit
Jenis SM I
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Pembangkitan 2006
PLTA 3.777 4.564 3.509 2.968 3.258 3.863 1.779
PLTD 93 72 92 66 71 136 59
PLTG 466 484 1.035 1.608 1.942 1.976 908
PLTP 2.649 2.908 3.056 2.804 2.988 2.870 1.316
PLTU 23.125 23.125 23.308 25.718 24.871 26.457 12.508
PLTGU 10.377 9.834 10.849 11.211 11.284 13.020 6.312
Jumlah 40.487 40.987 41.849 44.374 44.417 48.322 22.882
Dari data diatas tampak bahwa daya terbesar dihasilkan oleh PLTU, dan daya
terkecil dihasilkan oleh PLTD dari tahun 2000 sampai tahun 2006 semester I di PT.
Indonesia Power.
PLTU
Tambak Lorok 1 50,00 MW GE 25-09-1978
Tambak Lorok 2 50,00 MW GE 17-10-1978
Tambak Lorok 3 200,00 MW Mitsubishi 02-07-1983
PLTGU
Tambak Lorok GTG 1.1 109,65 MW GE 31-08-1993
Tambak Lorok GTG 1.2 109,65 MW GE 03-10-1993
Tambak Lorok GTG 1.3 109,65 MW GE 21-10-1993
Tambak Lorok STG 1.0 188,00 MW GE 27-11-1997
Tambak Lorok GTG 2.1 109,65 MW GE 24-07-1996
Tambak Lorok GTG 2.2 109,65 MW GE 30-08-1996
Tambak Lorok GTG 2.3 109,65 MW GE 04-09-1996
Tambak Lorok STG 2.0 188,00 MW GE 16-05-1997
PLTG
Sunyaragi 1 20,03 MW Alsthom 06-06-1976
Sunyaragi 2 20,03 MW Alsthom 21-01-1976
Sunyaragi 3 20,10 MW Alsthom 26-01-1976
Sunyaragi 4 20,10 MW Alsthom 30-12-1976
Cilacap 1 29,00 MW Westinghouse 26-08-1996
Cilacap 2 26,00 MW Westinghouse 15-10-1996
Total Daya Terpasang 1468,21 MW
2.5.2. Lokasi
PT. INDONESIA POWER Unit Bisnis Pembangkitan Semarang terletak di
sebelah timur Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, sebelah utara kota Semarang
dengan menempati areal seluas 400.000 m2. Pemilihan lokasi yang dekat dengan
pantai adalah karena dalam pengoperasian PLTU memerlukan air yang cukup
banyak, selain itu untuk memudahkan transportasi untuk mengangkut bahan bakar
yang digunakan PLTU dengan kapal laut.
Gambar 2.2 Tata letak fasilitas PT. Indonesia Power UBP Semarang
3. Manajer Pemeliharaan
Mengelola, mengurus dan mengkoordinasikan kegiatan pemeliharaan
unit pembangkitan sesuai target kinerja dan kebijakan yang ditetapkan
manager unit serta membina SDM-nya.
Dalam pelaksanaannya dibantu oleh:
a. Supervisor Senior Pemeliharaan Mesin
Mensuspensi pelaksanaan intaalasi mesin dan alat bantuannya, termaasuk
daftar kebutuhan, suku cadang, material. Peralatan kerja, kebutuhan jasa,
tenaga kerja, termasuk pengendalian kinerja bawahannya.
b. Supevisor Senior Pemeliharaan Listrik
Mensupervisi pelaksanaan instalasi listik dan alat bantuannya, termasuk
daftar kebutuhan, suku cadang, material, peralatan kerja, kebutuhan jasa,
tenaga kerja, serta anggarannya.
c. Supervisor Senior Harian Kontrol dan Instrumen
Mensupervisi pekerjaan pemeliharaan peralatan kontrol dan instrumen
termasuk mengusulkan daftar kebutuhan suku cadang, material,
perawatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga kerja, dan anggaran yang
dierlukan.
4. Manajer Logistik
Manajer Logistik bertanggung jawab atas pemenuhan semua
kebutuhan perusahaan termasuk sarana yang diperlukan untuk kelangsungan
proses produksi listrik.
Dalam pelaksanaannya dibantu oleh:
a. Supervisor Senior Perencanaan Logistik
b. Supervisor Senior Pengadaan Barang/Jasa
c. Supervisor Senior Gudang
7. Manajer Humas
Manajer Humas bertugas mengurusi hubungan antara perusahaan
dengan pihak luar dalam berbagai bidang yang turut mendukung kemajuan
bagi perusahaan.
Dalam pelaksanaannya dibantu oleh:
a. Supervisor Senior Sekretariat dan Rumah Tangga
Mensupervisi tat laksana sekretaris dan rumah tangga termasuk menyusun
RKA dalam bidangnya meliputi: pengadaan dan pemeliharaan sarana dan
fasilitas kerja, pelayanan rumah tangga kantor dan kendaraan serta
mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam penanganan
masalah keamanan.
b. Supervisor Senior Humas dan Lingkungan
c. Supervisor Senior K3 dan Keamanan.
8. Manajer Unit
Manajer Unit baik PLTG Sunyaragi, PLTG Cilacap bertanggung
jawab tentang kegiatan operasi masing-masing unit pembangkitan dan
bertanggung jawab langsung kepada General Manajer.
Saat ini, semua Unit Bisnis Pembangkitan di PT. Indonesia Power telah
dilengkapi dengan dokumen AMDAL dan diimplementasikan melalui Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Linkungan. Laporan Rencana
pengolahan dan pemantauan tersebut setiap bulan dilaporkan ke BAPEDAL
Pusat.
PT. Indonesia Power secara bertahap telah menerapkan ISO 14001
(Sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan) di seluruh unit pembangkitnya, mulai
dari UBP Saguling dan disusul UBP Mrica. Kemudian PT. Indonesia Power
memberikan prioritas yang sama terhadap perlindungan lingkungan,
pembangunan masyarakat, keamanan maksimum, produk berkualitas tinggi, dan
efisien komersial yang optimal. Kegiatan tersebut merupakan aktivitas yang
mencerminkan perhatian terhadap masa depan.
PT. Indonesia Power juga secara terus -menerus berusaha memanfaatkan
energi terbaru yang ramah lingkungan, mengingat semakin menipisnya sumber
daya minyak. Selain itu, PT. Indonesia Power juga memasang perangkat untuk
mengatasi pencemaran yaitu CEMS (Continous Emission Monnitoring System)
serta perusahaan mengantisipasi terhadap pencemaran udara akibat gas buang
serta mengurangi tingkat kebisingan unit-unit pembangkit.
Terhadap masyarakat PT. Indonesia Power juga memberikan sumbangan
dan bakti sosial untuk kelompok masyarakat, terutama mereka yang bermukim di
dekat unit-unit pembangkitan.
BAB III
PROSES PRODUKSI TENAGA LISTRIK PADA PLTU
PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG
3.5. Pendahuluan
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Semarang sebagai penghasil
listrik berskala besar, secara garis besar berfungsi sebagai :
A. Pembangkit / Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ).
B. Pembangkit / Pusat Listrik Tenaga Gas ( PLTG ).
C. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) / Combined Cycle.
PLTU dan PLTG mempunyai beberapa perbedaan yang mengarah pada
keuntungan dan kerugian masing-masing. Berikut perbandingan antara PLTU dan
PLTG :
Tabel 3.1 Perbandingan PLTU dan PLTG
No Uraian PLTU PLTG
Gambar 3.1 Siklus Rankine Ideal, (a) diagram temperatur dengan entropy (T-s) fluida, (b)
diagram antara enthalpy dengan entropy (h-s)
Pada siklus Rankine, untuk proses 1 – 2 merupakan proses yang terjadi pada
turbin uap, dimana kondisi uap yang masuk ke turbin adalah bertekanan tinggi (P1)
dan bertemperatur tinggi atau merupakan uap kering (superheated vapor). Dengan
asumsi bahwa proses yang berlangsung di dalam turbin adalah proses isentropik,
maka uap yang keluar dari turbin akan menjadi uap jenuh. Proses 1 – 2 (isentropik)
dimana energi potensial uap akan menghasilkan energi putaran poros turbin,
sehingga pada proses ini merupakan proses yang menghasilkan daya luaran (Wout)
Q -Q
1,2 3,4 atau
H - H1 - H 4 - H 3
2
(3-1)
netto
Q4,1
netto
H1 - H 4
di mana, Q1,2 = Energi yang dihasilkan oleh turbin (KJ)
Q3,4 = Energi yang diberikan oleh pompa ke sistem (KJ)
Q4,1 = Energi yang dibutuhkan oleh boiler (KJ)
H1 = Enthalpy pada saat uap memasuki turbin (KJ/detik)
H2 = Enthalpy pada saat uap meninggalkan turbin (KJ/detik)
H3 = Enthalpy pada saat uap memasuki pompa (KJ/detik)
H4 = Enthalpy pada saat uap meninggalkan pompa (KJ/detik)
3. Air Heater
Air heater adalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan udara
pembakaran dengan media pemanas kalor gas bekas yang akan dibuang ke
cerobong. Air heater dikonstruksikan dari suatu lempengan lempengan
penghantar panas yang baik dan tersusun dalam suatu lingkaran yang
memungkinkan untuk diputar dengan tujuan mengambil panas dari gas bekas dan
memberikan panas terhadap lempengan penghantar panas sehingga udara bakar
yang lewat air heater akan menjadi panas.
4. Air Register
Air Register adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur besar
kecilnya udara pembakaran sesuai dengan yang diinginkan sehingga banyak
udara yang masuk ke ruang bakar sebanding dengan banyaknya bahan bakar
yang disemprotkan. Dengan demikian pembakaran akan berjalan dengan
sempurna. Setiap burner dilengkapi dengan sebuah air register.
5. Economizer
Economizer adalah alat yang digunakan untuk memanaskan air pengisi
ketel dengan media pemanas energi kalor yang terkandung didalam gas bekas.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan air pengisi ketel yang suhunya tidak
jauh berbeda dengan air yang terdapat pada boiler drum, serta untuk menaikkan
efisiensi boiler.
6. Drum Uap / Steam Drum
Steam drum adalah alat yang digunakan untuk memisahkan bagian air,
uap basah dan uap kering karena didalam boiler terjadi pemanasan bertingkat.
Setiap unit boiler dilengkapi oleh sebuah steam drum dan dipasang pada bagian
atas dari boiler.
7. Super Heater.
Uap yang dihasilkan boiler drum ada yang masih berupa uap basah , dan
untuk mendapatkan uap yang betul-betul kering. Uap basah yang berasal dari
boiler drum perlu dipanaskan lagi pada super heater sehingga uap kering yang
dihasilkkan naik ke steam drum dan memutar sudu – sudu turbin uap. Setiap
boiler biasanya dilengkapi dengan dua buah super heater yaitu primary dan
secondary super heater yang dipasang pada bagian atas dari ruang pembakarn (
furnace ).
8. Desuper Heater
Desuper Heater merupakan spray water yang digunakan untuk mengatur
temperatur uap yang dialirkan ke turbin. Alat sudah dibuat sedemikian rupa
sehingga bila temperatur uap melebihi ketentuan, maka desuper heater ini akan
menyemprotkan air yang berasal dari discharge boiler feed pump sampai
temperaturnya normal kembali.
9. Soot Blower
Soot Blower merupakan alat pembersih pipa di dalam boiler yang
diakibatkan menempelnya sisa-sisa pembakaran, dengan media pembersih
auxiliary steam.
10. Igniter
Igniter merupakan alat pembakaran yang menggunakan bahan bakar
solar, dan pembakarn ini merupakan pembakaran awal sebelum pembakaran
main burner dengan bahan bakar utama fuel oil. Fungsi dari igniter adalah :
1. Sebagai alat pembakaran awal pada saat start up.
2. Sebagai pembantu didalam penyalaan main burner.
11. Burner
Burner adalah alat pembakaran dengan menggunakan bahan bakar residu
atau Main Fuel Oil (MFO). Setelah pembakaran awal dinilai cukup, selanjutnya
pembakaran diganti dengan main burner yang dipasang pada front boiler.
2. Condensate Pump
Setelah air kondensasi terkumpul pada hot well, maka air tersebut
dipompakan oleh condensate pump ke deaerator tank dengan melalui heater.
6. Deaerator
Daerator adalah alat yang berfungsi untuk membuang O2 dan gas-gas lain
yang terkandung dalam air kondensat, disamping itu juga berfungsi sebagai
pemanas air kondensat. Alat ini dikonstruksikan dari tray-tray yang berlapis-lapis
sehingga memungkinkan untuk membuat partikel-partikel air condensat yang
dimasukkannya. Dengan adanya air kondensat yang sudah menjadi partikel-
partikel tersebut serta adanya uap extraksi yang disemprotkan, maka akan
memungkinkan O2 dan gas-gas lainnya yang terkandung didalamnya akan
terlepas dan dibuang ke atmosfir.
7. Air Ejector
Air Ejector adalah suatu alat yang dikonstruksikan dari sebuah nozzle
sehingga bilamana dialiri uap akan dapat menarik udara dan gas-gas yang tidak
dapat mengembun didalam kondensor sehingga condensor akan menjadi vacuum.
Dengan adanya kevakuman pada kondensor maka akan dapat menaikkan
efisiensi dari turbin.
Alat ini ada dua macam yaitu :
a. Primming Ejector
Primming Ejector digunakan pada saat start up, kemudian bila
kemampuannya sudah mencapai batas maka penarikan vacuum dilakukan
oleh alat lain.
b Air Ejector
Air Ejector digunakan untuk menarik kevakuman setelah melalui alat
primming ejector.
Generator:
a. Jumlah : 1 buah/ unit
b. Pabrik : General Electric
c. Nomor seri : 316X150
d. Jumlah kutup 2
e. Type : Hidrogen cooled- generator
f. Suhu maksimum gas pendingin : 46°C
g. Putaran : 3000 rpm
h. Tegangan jangkar : 11500 V
i. Tegangan eksitasi : 250 V DC
j. Faktor daya : 0,85
k. Rating KVA : 62500
l. Kapasitas KVA : 57500
Gambar 3.4. Nameplate generator Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok Semarang
Pada generator Unit 1 menggunakan rating 62500 KVA dengan faktor daya
0,85, sehingga nilai rating generator setelah dikalikan faktor daya adalah 53125 MW
akan lebih tinggi daripada rating turbin yaitu sebesar 50001 MW. Ini dimaksudkan
supaya generator beroperasi diatas rating turbin, sehingga saat turbin dalam kerja
normal generator mampu menahan tegangan atau arus pada saat turbin dalam rating
maksimumnya.
Gambar yang telah dibentangkan dari lilitan tiga fasa sederhana ditunjukkan
dalam gambar 4.3. Lilitan yang ditunjukkan dalam gambar a adalah hubungan Y.
Cara menghubungkan terminal untuk hubungan delta ditunjukkan dalam gambar b.
Lilitan yang digambarkan disebut lilitan yang terpusatkan (concrentrated winding)
karena semua konduktor tiap-tiap fase dimasukkan dalam satu alur dibawah tiap-tiap
kutub. Lilitan komersial seperti yang ditunjukkan dalam gambar 4.2 adalah lilitan
yang terdistribusi, dengan konduktor tiap-tiap grup fase menempati dua atau lebih
alur dibawah tiap-tiap kutub. Lilitan yang terdistribusi memberikan distribusi panas
yang lebih merata dan hasilnya adalah pembangkitan gelombang ggl yang lebih baik.
Gambar 4.3 (a) Tampak yang dibentangkan dari lilitan stator tiga fase sederhana hubungan Y.
(b) Cara menghubungkan terminal untuk hubungan delta.
Ada dua jenis yang berbeda dari struktur medan generator sinkron, yaitu tipe
kutub-sepatu (salient) dan silinder.
Rotor tipe kutub-sepatu (salient pole)
Generator kepesatan rendah seperti yang digerakkan oleh mesin diesel atau
turbin air mempunyai rotor dengan kutub medan yang menonjol atau kutub medan
sepatu seperti rotor yang ditunjukkan dalam gambar 4.4. Keping kutub yang
dilaminasi dengan kumparan medannya dipasang pada bingkai dari besi, yang
terpasok pada poros.
Gambar 4.4 Rotor kutub sepatu / salient pole untuk generator sinkron kepesatan rendah
Rotor tipe silinder
Generator kepesatan tinggi atau tipe turbo mempunyai rotor silinder seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 4.5. rotor yang ditunjukkan akan dibelitkan untuk
dua kutub dan dirancang untuk bekerja pada 3000 putaran per menit (rpm).
Konstruksi silinder penting dalam mesin kepesatan tinggi karena tipe kutub sepatu
sukar dibuat untuk menahan tekanan pada kepesatan tinggi. Lebih lanjut, rotor kutub
sepatu mempunyai rugi angin yang tinggi pada kepesatan yang tinggi. Generator
sinkron dengan konstruksi rotor silinder digerakkan oleh turbin uap atau gas.
Generator yang ditunjukkan oleh gambar 4.1 mempunyai rotor silinder dua kutub.
Gambar 4.5 Rotor tipe silinder untuk generator sinkron 3000 rpm
4.3 Eksitasi Generator Sinkron
Sistem eksitasi konvensional sebelum tahun 1960 terdiri dari sumber arus
searah (DC) yang dihubungkan ke medan generator ac melalui dua slip ring dan
sikat-sikat. Sumber dc biasanya generator dc yang digerakkan motor atau generator
dc yang digerakkan oleh penggerak mula yang sama yang diberi daya oleh generator
ac.
Setelah adanya solid state, beberapa sistem eksitasi yang berbeda yang
menggunakan alat ini telah dikembangkan dan digunakan. Dalam salah satu sistem,
daya diambil dari terminal generator ac, diubah ke dc oleh penyearah stasioner solid
state dan kemudian dicatukan ke medan generator ac dengan menggunakan cincin
slip konvensional dan sikat-sikat. Dalam sistem serupa yang digunakan dalam
generator besar yang digerakkan oleh turbin uap, daya dicatukan ke penyearah solid
state dari lilitan tiga fase terpisah yang terletak diatas alur stator generator. Satu-
satunya fungsi dari lilitan ini adalah menyediakan daya eksitasi untuk generator.
Sistem pembangkitan lain yang masih digunakan baik dengan generator
sinkron tipe kutub sepatu maupun tipe rotor silinder adalah sistem brush less / tanpa
sikat, yang mana generator ac kecil dipasang pada poros yang sama sebagai
generator utama yang digunakan sebagai pengeksitasi. Pengeksitasi ac mempunyai
jangkar yang berputar, keluarannya kemudian disearahkan oleh penyearah dioda
silikon yang juga dipasang pada poros utama. Keluaran yang telah disearahkan dari
pengeksitasi ac, diberikan langsung dengan hubungan yang diisolasi sepanjang poros
ke medan generator sinkron yang berputar. Medan dari pengeksitasi ac adalah
stasioner dan dicatu dari sumber dc terpisah. Keluaran dari pengeksitai ac, dan
berarti tegangan yang dibangkitkan oleh generator sinkron, dapat dikendalikan
dengan mengubah kekuatan medan pengeksitasi ac. Jadi sistem eksitasi tanpa sikat
tidak mempunyai komutator, cincin slip atau sikat-sikat yang sangat memperbaiki
keandalan dan menyederhanakan pemeliharaan mesin.
4.10 Nilai
Kapasitas generator dinilai dalam kilovoltamper dan biasanya dalam kilowatt
pada faktor daya tertentu. Data lain pada nameplate generator termasuk nilai
tegangan, arus, frekuensi, jumlah fase dan kepesatan. Kenaikan temperatur
maksimum dinyatakan bersama-sama dengan metode pengukuran temperatur yang
digunakan. Kebutuhan eksitasi juga dinyatakan, termasuk nilai tegangan medan dan
ampere/arus medan.
BAB V
PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW
DI PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG
Fungsi utama isolasi adalah membatasi tegangan pada isolasi, jika tegangan
yang berlebihan diterapkan pada lilitan, stress tegangan akan mengakibatkan
pemanasan pada isolasi dan dapat mengakibatkan kerusakan. Tentunya level
tegangan yang cukup tinggi akan menghasilkan breakdown dengan segera.
Mempertahankan kekompakan dan kualitas sistem isolasi adalah sangat penting
terhadap pemanasan, kehampaan, kerusakan mekanis atau ketidaknormalan lain yang
mengakibatkan kelemahan terhadap isolasi. Kelemahan isolasi ini akan meningkat
secara berkelanjutan pada saat generator terus beroperasi pada tegangan kerja. Jika
tegangan breakdown mengalir pada isolasi sementara generator melayani beban, ini
kemungkinan besar akan mengakibatkan kerusakan yang terjadi pada komponen
generator, ini dapat menjadi sangat serius karena akan membutuhkan rewinding atau
pengantian lilitan. Untuk menghindari masalah - masalah tersebut maka seharusnya
dilakukan pemeliharaan secara berkala terhadap semua komponen dari sistem isolasi
sehingga kita dapat mencegah masalah - masalah tersebut sebelum terjadi.
Secara garis besar pengujian rotor dan stator pada generator dibagi atas dua
kategori :
5.2.1 Proof Test
Proof test yaitu pengujian yang menggunakan level tegangan yang lebih tinggi
daripada tegangan kerja.
Argumen yang sering digunakan dalam pengujian tegangan lebih adalah
mungkin akan menimbulkan breakdown pada lilitan. Biaya dari waktu outage mesin
sangat bervariasi diantara outage yang direncanakan, pada saat beberapa waktu
perawatan dilakukan, dan outage selama kondisi beban puncak. Breakdown biasanya
mengalir selama kondisi beban puncak. Jika generator mempunyai isolasi tipis,
dimana dapat memungkinkan breakdown selama transient atau surja dalam sistem,
pengujian tegangan ini umumnya umumnya lebih ekonomis diperbaiki selama outage
yang direncanakan. Jika satu atau lebih titik lemah pada lilitan mengalir gangguan,
ini kemudian akan menjadi titik grounding dari lilitan, menggantikan netral dan
kemudian menerapkan tegangan yang besar ke bagian lain lilitan. Breakdown
susulan dapat mengalir kemudian, dimana dapat menghasilkan arus sirkulasi yang
tinggi seperti gangguan fasa ke fasa (seperti gambar 5.3). Ini akan menghasilkan
kerusakan inti, yang mengharuskan inti diperbaiki dan kemungkinan seluruhnya
diganti lilitannnya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mencari kelemahan, dan
kemungkinan breakdown.
Contoh proof test pada generator adalah pengujian High Potensial Test.
Gangguan
Sekunder
High Potensial Test dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori utama yaitu
sebagai berikut :
5.3.1.1 AC High Potensial Test
AC High Potensial Test /AC Hi-Pot Test atau biasa disebut pengujian tegangan
50/60 hertz adalah pengujian dengan menggunakan tegangan pengujian normal 50/60
hertz untuk memenuhi standar pengiriman dari perusahaan. Tegangan pengujian
50/60 hertz digunakan diperusahaan karena pada simulasi stress yang dijumpai pada
isolasi lilitan stator selama generator beroperasi secara normal. Pada masa dahulu
peralatan pengujian AC Hi-Pot Test relatif berat, dan sehingga ukuran generator
meningkat, kemampuan perlengkapan pengujian telah meningkat juga. Peralatan
portabel resonant test telah dikembangkan yang menghasilkan arus yang diperlukan
tanpa menjadi lebih berat. Banyak generator telah dibuat sekarang dengan
perlengkapan pengujian yang dibutuhkan 300 kva atau lebih untuk pengujian AC Hi-
Pot Test pada lilitan stator. Tegangan yang diterapkan dalam pengujian AC Hi-Pot
Test adalah sebesar satu setengah kali dari tegangan line-to-line RMS generator
(1,5E) untuk keserasian dengan peralatan dan setelah penggantian kumparan atau bar
dipasang, sedangkan pada saat sebelum penggantian kumparan dipasang adalah
sebesar 1,5 E + 2000.
Gambar 5.4. Perubahan secara tipikal dalam 1 menit dan 10 menit resistansi isolasi selama proses
pengeringan 13,800 volt ac pada isolasi klas B kumparan jangkar. Apabila bersih dan kering IP-nya
akan lebih tinggi dari 2,5. Jika lembab dan atau kotor akan mempunyai IP mendekati 1 dan merupakan
indikasi permulaan masalah isolasi.
Secara garis besar megger pada generator dibagi menjadi dua yaitu megger
stator dan megger rotor, yang membedakan adalah tegangan yang diterapkan untuk
masing – masing pengujian.
Tegangan yang digunakan pada pengujian Insulation Resistance masih
dibawah tegangan puncak kerja line-to-ground lilitan sehingga test ini bukan
merupakan Hi-pot test.
Berdasarkan standar IEEE no 43-2000 besarnya tegangan yang diterapkan
untuk pengujian berdasarkan tegangan kerja pada lilitan generator dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5.2. Tegangan DC yang diterapkan untuk pengujian megger berdasarkan tegangan kerja lilitan.
VAC (L – L) VDC
( tegangan kerja lilitan (line-to-line) ) ( tegangan DC yang diterapkan )
<100 500
1000 – 2500 500 – 1000
2501 – 5000 1000 – 2500
5001 – 12000 2500 – 5000
>12000 5000 -10000
Alat yang digunakan dalam megger adalah Metriso 5000A dengan tegangan
yang diterapkan untuk megger stator sebesar 5000 Volt DC sedangkan dalam megger
rotor tegangan yang diterapkan adalah 500 Volt DC karena melihat kemampuan rotor
untuk menahan tegangan. Megger terhadap stator sangat dipengaruhi oleh kondisi
cuaca/ kelembaban.
Cuaca : mendung ( 30 °C )
Tegangan : 500 V
Waktu ( t ) : 1 menit
Megger Rotor Z = 2,5 Gfi
Megger Rotor diberi Resin Z = 1 Gfi
Cuaca : hujan ( 29 °C )
Tegangan : 500 V
Waktu ( t ) : 1 menit
kutup A- ground : ZA = 5 Mfi
d. Megger rotor setelah Retaining Ring masuk
Tabel 5.17 : Megger rotor setelah Retaining Ring masuk
Menit ke Z (Mfi)
1 65
2 100
3 100
4 105
5 110
6 120
7 121
8 125
9 125
10 130
IP = 2
Dengan hasil pada cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk
didapatkan hasil bahwa indeks polarisasi sudah memenuhi standar yang ditentukan
yaitu sebesar 1,25. Selain itu cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa tidak ada hubung singkat pada lilitan rotor
setelah Retaining Ring masuk karena dalam pemasangan atau pelepasan Retaining
Ring dengan memakai suhu yang sangat tinggi.
Setelah rotor dimasukkan sudah tidak dilakukan lagi megger rotor karena
rotor sudah dimasukkan pada statornya dan sebelum dimasukan sudah di megger.
5.3.3. DC Leakage
DC Leakage adalah tipe pengukuran lain untuk menentukan resistansi isolasi.
Ini diperoleh dengan pengujian dengan set tegangan yang berubah ubah dimana
tegangan yang diterapkan pada isolasi dinaikkan secara bertahap dan arus bocor yang
melewati isolasi diukur pada masing – masing tegangan. Ini membutuhkan peralatan
yang lebih kompleks dan besar daripada megger tetapi memberikan ketepatan lebih,
seperti dasar level isolasi. Ini mempunyai kemampuan lebih tinggi dan dapat
menjaga tegangan yang dipilih konstan saat sementara arus bocor diukur pada point
tegangan yang diinginkan. Pengujian ini telah digunakan secara ekstensif dalam
peralatan elektris yang sudah tua, terutama menyangkut sistem isolasi, yang
didasarkan kepada penyerapan kelembaban.
Mesin berpendingin udara berdasarkan perubahan kelembaban dalam udara
pendingin. Pada mesin berpendingin hidrogen, lingkungan sekitar sungguh kering
dan lilitan terhindar dari kelembaban. Bahkan jika gangguan tidak ada pada isolasi
dalam lapisan udara yang sangat kering, sepanjang gangguan pada saat kering dan
bersih, tidak cukup besar arus bocor dc yang didapatkan. Ini kemudian
memungkinkan bahwa pengujian dc leakage akan gagal / tidak sesuai untuk
mengindikasikan gangguan pada generator berpendingin hidrogen. Sementara sistem
epoxy-mica tidak menyerap kelembaban dalam kondisi normal.
Tegangan dc yang diterapkan secara bertahap pada pengujian dc leakage
tegangan maksimumnya dibatasi sampai dua kali nilai RMS tegangan kerja ac dari
generator.
VDC maksimum 2 xVAC rms
Dimana,
VDC maksimum : Tegangan dc maksimum pada pengujian dc leakage
VAC rms : Tegangan RMS generator
5.3.4. Dissipation Faktor
Dissipation faktor atau faktor disipasi isolasi diukur sebagai bagian dari
keseluruhan rencana evaluasi untuk menentukan kondisi isolasi. Pengukuran ini juga
biasa disebut power factor atau tan delta dan merupakan parameter untuk
memperlihatkan efisiensi isolasi. Pengujian tan delta dilakukan pada lilitan stator.
Pengujian ini efektif untuk mendeteksi kontaminasi isolasi, kualitas
semikonduktor, jumlah kandungan kehampaan, kerusakan parsial discharge,
delamination isolasi.
Isolasi yang sempurna adalah mempunyai PF 0 dan tidak mempunyai rugi –
rugi internal. Peningkatan faktor disipasi sebagai fungsi tegangan mengindikasikan
angka peningkataan ionisasi, rugi – rugi internal dan pemanasan.
Angka perubahan dalam slope pada kurva, kurva ini menyediakan nilai dalam
menentukan kualitas isolasi.
Pengujian ini merupakan pengujian AC yang menggunakan frekuensi kerja
peralatan. Pada saat tegangan dengan frekuensi kerja diterapkan pada isolasi stator,
jumlah arus yang mengalir terdiri dari dua komponen arus kapasitif yang relatif besar
( ic ), yang mendahului tegangan 90°, dan arus resistif yang lebih kecil ( ir ) yang
sefasa dengan tegangan. Dielektrik kapasitor yang disimulasikan adalah sistem
isolasi yang meliputi dua elektroda, konduktor tembaga tegangan tinggi dan inti besi
stator. Faktor daya adalah cos 0, sudut antara tegangan yang diterapkan dan total
arus.
ir Eir W Watts
Cos
it Eit Eit VA
Gambar 5.10. Kumparan dengan sedikit rongga/ kehampaan pada isolasinya mempunyai PF 2 % pada
tegangan kerja. Sedangakan dengan banyak kehampaan mempunyai PF 5%-10% yang diukur pada
tegangan kerja.
Selama semua tipe isolasi kering mengandung kehampaan, faktor daya akan
meningkat dengan peningkatan tegangan pengujian. Peningkatan faktor daya sebagai
fungsi tegangan dikarenakan oleh ionisasi gas pada kehampaan sistem isolasi.
Pada sistem isolasi dengan kehampaan yang berlebihan akan mempunyai tip-
up faktor daya yang lebih tinggi ( lihat gambar 5.10). Kehampaan yang berlebihan
mungkin dikarenakan penuaan kertas pengikat isolasi atau material
pengikat/penyusun sistem isolasi. Penuaan material ini menimbulkan pengurangan
kekuatan fisik dan dapat menghasilkan kehampaan/rongga. Sekali kehampaan yang
berlebihan terjadi, parsial discharge akan terjadi yang juga akan merusak material
penyusun isolasi. Degradasi sistem isolasi mungkin akan terjadi secara internal
maupun pada permukaan koil/bar diantara slot.
Lilitan stator harus diisolasi dan netral terpisah sehingga masing – masing
fasa diuji secara terpisah. Masing – masing fasa diuji pada fasa ke ground.
Pengujian faktor daya pada lilitan stator dilakukan pada saat tidak beroperasi
dan pada saat rotor dikeluarkan.
Gambar 5.12. Grafik impedansi karakteristik tegangan naik sebelum pemasangan Retaining Ring.
Tabel 5.20. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining
Ring.
Gambar 5.13. Grafik impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining Ring.
Pada waktu uji impedansi karakteristik seharusnya nilai Z perubahannya tidak
terlalu banyak baik pada saat pengujian tegangan naik maupun pada saat tegangan
turun. Tegangan tertinggi pada saat melakukan pengujian impedansi karakteristik
adalah sebesar tegangan yang akan dinjeksikan sewaktu pengujian balancing rotor
yaitu 130 Volt AC. Ukur Impedansi Karakteristik dilakukan sebelum dan sesudah
pemasangan Retaining Ring (R-R) ini dimaksudkan untuk memastikan impedansi
karakteristik rotor masih linear dengan peningkatan tegangan yang diterapkan.
Vac-regulator Vac I Z
(V) (V) (A) (fi)
10 10.1 0.62 16.29
20 20.3 1.21 16.77
30 29.9 1.7 17.58
40 39.9 2.19 18.21
50 50.8 2.71 18.74
60 60.9 3.18 19.15
70 70.9 3.64 19.47
80 80.3 4.05 19.82
90 90 4.46 20.18
100 100.6 4.94 20.36
110 110.4 5.34 20.67
120 120.6 5.75 20.97
130 130.1 6.14 21.18
Gambar 5.14. Grafik impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan Retaining Ring
Tabel 5.22. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining
Ring.
Gambar 5.15. Grafik impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining Ring.
Dari pengukuran impedansi karakteristik tersebut diatas didapatkan hasil
impedansi karakteristik yang linear terhadap tegangan yang diterapkan secara
bertahap.
Besarnya tegangan yang diinjeksikan pada lilitan rotor adalah sebesar 130
Volt AC yang dinjeksikan pada ujung lilitan rotor.
Dari hasil pengukuran didapatkan hasil percobaan untuk masing masing
kutup terhadap center pole adalah sebagai berikut :
V kutup A - center pole = 68,8 V
V kutup B - center pole = 59,4 V
Syarat seimbang adalah tegangan diantara kutup terhadap center pole adalah
harus sama atau masih dalam batas toleransi yaitu maksimal drop tegangannya (OV)
adalah tidak boleh lebih dari 10 % dari total tegangan yang diinjeksikan ke rotor.
Dimana drop tegangannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
VA C VB C
V x100 persen
VR
Dimana :
OV = drop tegangan dalam %
VR = tegangan yang diinjeksikan ke lilitan rotor
VA-C = tegangan hasil pengukuran kutup A terhadap center pole
VB-C = tegangan hasil pengukuran kutup B terhadap center pole
Dari pengujian diatas total tegangan yang diinjeksikan adalah 130 Volt. Jadi
dalam perhitungan drop tegangan adalah sebesar :
68,6 59,4
V x100 persen 7,076 persen
130
Jadi besarnya drop tegangan masih dalam toleransi yaitu sebesar 7,076 % jadi
dapat disimpulkan bahwa rotor tersebut masih sesuai dengan ketetapan yang
ditentukan.
Gambar 5.18. Rangkaian pengawatan pengukuran hambatan dalam (Rd) dengan menggunakan
Winding Resistance Meter.
Perbedaan antara megger rotor dengan pengukuran tahanan dalam (Rd) rotor
adalah level tegangan yang digunakan untuk pengujian, dalam megger rotor tegangan
pengujian adalah besar dengan arus yang kecil hanya dalam orde miliampere.
Sedangkan dalam pengukuran tahanan dalam rotor tegangan pengujian hanya sampai
beberapa Volt dengan arus yang besar hingga orde puluhan Ampere.
5.3.7. Partial Discharge Test
Partial Discharge Test atau PD test telah dipakai lebih dari 50 tahun untuk
mengukur kualitas isolasi, dan kadang – kadang untuk mendeteksi penurunan isolasi
yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi. Untuk beberapa tipe peralatan, tujuan
pengukuran PD adalah untuk mencari masalah pembuatan dalam peralatan baru,
sementara beberapa pengguna juga menggunakan PD test untuk mendeteksi
kemunduran saat peralatan saat sedang digunakan.
Partial Discharge Test atau PD test dapat dilakukan pada saat generator
beroperasi (on-line PD test) dan pada saat generator berhenti operasi atau
mengenergize peralatan tegangan tegangan tinggi dengan trafo eksternal (off-line PD
test). Pengujian partial discharge secara langsung mengukur pulsa arus yang
dihasilkan dari PD pada lilitan. Jadi proses kegagalan yang dihasilkan PD sebagai
gejala dapat dideteksi dengan metode ini. Pengujian ini relevan/sesuai untuk lilitan
stator dengan rating tegangan 2300 volt atau diatasnya. Metode umum PD test
terbagai menjadi beberapa klasifikasi yang meliputi :
1. Off-line PD test pada stator untuk mengukur aktifitas PD
2. TVA (corona) probe test untuk menentukan lokasi PD
3. Ultrasonic probe test untuk menentukan lokasi PD
4. Blackout or ultraviolet test untuk menentukan lokasi PD
5. On-line PD test untuk mengukur aktifitas PD selama kondisi normal operasi.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. PT. Indonesia Power membangkitkan energi listrik dengan Unit Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap
(PLTGU).
2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap memiliki daya terpasang 300 MW, terdiri
atas unit 1 sebesar 50 MW, unit 2 sebesar 50 MW dan unit 3 sebesar 200 MW
3. Komponen utama Pembangkit Listrik Tenaga Uap, yaitu:
a. Pompa (BFP, CWP, dll)
b. Boiler (Economizer, Superheater, burner dll.)
c. Turbin (Tekanan tinggi, tekanan menengah ,dan tekanan rendah)
d. Kondensor (sistem pendinginan)
e. Generator sinkron
4. Sistem isolasi yang digunakan dalam rotor dan stator generator sinkron 50
MW Unit 1 adalah isolasi epoxy-mica karena mempunyai kekuatan mekanik
dan kekedapan terhadap air, oli atau kontaminasi lain.
5. Berdasarkan tegangan yang diterapkan pengujian rotor dan stator generator
dibagi atas Proof Test dan Analitycal Test.
6. Pada pengujian Proof Test/High Potensial Test dapat menimbulkan
breakdown pada isolasi karena tegangan yang diterapkan diatas tegangan
kerja.
7. Macam – macam pengujian rotor dan stator generator sinkron adalah sebagai
berikut:
a. High Potensial Test
b. Insulation Resistance
c. DC Leakage
d. Dissipation Factor
e. Balancing Voltage Rotor Test
f. Tahanan Dalam (Rd) Rotor
g. Partial Discharge Test
6.2 Saran
[1] C. Stone. Greg, “Recent Important Changes in IEEE Motor and Generator
Winding Insulation Diagnostic Testing Standards”, IEEE Fellow, Iris Power
Engineering, 1 Westside Drive Unit 2 Toronto, Canada, PCIC – XX, 2004.
[2] Lister,“Mesin dan Rangkaian Listrik”, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta, 1993.
[3] Marsudi, Ir. Djiteng, “Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta, 2005.
[4] Theraja. BL, “Electrical Technology Volume II”, S. Chand & Company LTD,
Ram Nagar, New Delhi, 1994.
[6] www.gmc-instruments.com/english/pgruppe/electricaltesting.htm
[7] www.gepower.com/prod_serv/serv_for/generators/en/testing_insp/index.htm
[8] www.indonesiapower.co.id
[9] www.vanguard-instruments.com/products/lrmeters/wrm40.php
Abstrak
Generator Sinkron memegang peranan yang sangat penting dalam produksi energi listrik di PT
Indonesia Power Tambak Lorok Semarang. Generator ini digunakan untuk mengkonversi energi mekanik
putaran dari turbin menjadi energi listrik. Kebanyakan tipe generator sinkron yang digunakan di PT
Indonesia Power adalah generator sinkron dengan pendingin hidrogen, karena dengan pendingin hidrogen
akan didapatkan kelembaban yang kecil / kering didalam generator.
Untuk menjaga kehandalan sistem diperlukan perawatan dan pengujian secara berkala dengan tidak
mengesampingkan system proteksinya. Generator sinkron dengan kapasitas besar membutuhkan perawatan
ataupun pengujian untuk menjaga agar tetap dapat beroperasi secara normal dan terhindar dari bermacam
macam gangguan misalnya adalah vibrasi pada rotor, hubung singkat pada lilitan stator maupun rotor, dsb.
Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalisasi gangguan tersebut. Salah satunya adalah dengan
pengujian rotor dan stator yang terdiri dari banyak pengujian diantaranya adalah High Potensial Test,
Megger Test , dan Balancing Voltage Rotor Test.
Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang pengujian pada rotor dan stator generator
sinkron 50 MW dengan pendingin hidrogen. Dengan laporan ini, para mahasiswa dapat belajar jenis- jenis
pengujian pada generator sinkron dengan kapasitas daya besar dan mengetahui bagaimana cara melakukan
pengujian pada rotor dan stator generator.
Kata kunci: Generator Sinkron, Proof Test, Analytical Test, Pengujian rotor dan stator.
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan
Di dalam pusat pembangkitan Tujuan penulisan laporan ini adalah
terdapat generator yang digunakan untuk untuk mempelajari pengujian yang dilakukan
mengkonversi energi dari energi pada rotor dan stator generator sinkron 50
mekanik putar dari turbin ke energi MW di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power
listrik. Generator yang digunakan Tambak Lorok Semarang.
dalam pusat listrik tenaga uap (PLTU)
adalah generator sinkron. Di dalam PLTU, 1.3 Batasan Masalah
generator sinkron berperan penting bagi Dalam penulisan makalah ini, penulis
kelangsungan operasi di dalam hanya menjelaskan tentang pengujian yang
dilakukan pada rotor dan stator generator
penyediaan listrik ke konsumen.
sinkron 50 MW yang meliputi atas Proof Test
Sedangkan, pada saat peralatan listrik dan Analitycal Test, khususnya Insulation
tersebut mengalami gangguan Resistance/ Megger, Balancing Voltage Rotor
misalnya hubung singkat pada Test dan Tahanan Dalam (Rd) Rotor di PLTU
lilitannya dan sebagainya, maka Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok
diambil suatu tindakan preventif untuk Semarang.
mengatasi gangguan tersebut. Untuk
mengatasi hal tersebut, mutlak II. DASAR TEORI
diperlukan suatu pemeliharaan. Salah 2.1 Spesifikasi Teknis Turbin dan
satu pemeliharaan tersebut adalah Generator PLTU Unit 1
dengan pengujian pada rotor dan stator Generator sinkron adalah sebuah
peralatan listrik yang berfungsi untuk
generator sinkron.
mengubah energi gerak menjadi energi Prinsip kerja generator sinkron adalah
listrik AC. Besarnya kapasitas daya yang menggunakan prinsip induksi elektromagnetik
dihasilkan generator PLTU Unit 1 adalah dimana disini rotor berlaku sebagai kumparan
50 MW. Berikut adalah data spesifikasi medan (yang menghasilkan medan magnet)
Generator PLTU Unit 1. dan akan menginduksi stator sebagai
kumparan jangkar yang akan menghasilkan
Tabel 1. Data spesifikasi Generator PLTU energi listrik. Pada belitan rotor diberi arus
Unit 1 eksitasi DC yang akan menciptakan medan
Jumlah 1 buah/ unit magnet. Rotor ini dikopel dengan turbin putar
Pabrik General Electric (GE)
dan ikut berputar sehingga akan menghasilkan
Nomor seri 316X150
medan magnet putar. Medan magnet putar ini
Jumlah kutup 2
akan memotong kumparan jangkar yang
Hidrogen cooled-
Type berada di stator. Oleh karena adanya
generator
Suhu maksimum gas perubahan fluks magnetik pada tiap waktunya
46°C maka pada kumparan jangkar akan mengalir
pendingin
Putaran 3000 rpm gaya gerak listrik yang diinduksikan oleh
Tegangan jangkar 11500 V rotor.
Tegangan eksitasi 250 V
Faktor daya 0,85 2.2.2 Konstruksi Generator Sinkron
Rating KVA 62500 Dalam semua generator bolak-balik
Kapasitas KVA 57500 medan diletakkan pada bagian yang berputar
atau rotor, dan lilitan jangkar pada bagian
Sedangkan, sebagai penggerak mula yang diam atau stator dari mesin.
atau prime mover adalah turbin uap Medan yang berputar dicatu/dieksitasi
generator merk General Electric dengan dengan arus searah melalui cincin slip dan
spesifikasi listrik sebagai berikut (tabel 2): sikat-sikat, atau melalui hubungan kabel
langsung antara medan dan penyearah yang
Tabel 2. Data turbin uap berputar jika digunakan sistem eksitasi tanpa
Jumlah 1 buah/ unit sikat-sikat (brushless).
Pabrik General Electric Ada dua jenis yang berbeda dari
struktur medan generator sinkron, yaitu tipe
Nomor seri 197709 kutub-sepatu (salient) dan silinder.
Rating 50001 KW Rotor tipe kutub-sepatu
Generator kepesatan rendah yang
Steam Conditions digerakkan oleh mesin diesel atau turbin air
88,90 kg/cm2
Pressure mempunyai rotor dengan kutub medan yang
Temperatur 5100C menonjol atau kutub medan sepatu seperti
rotor yang ditunjukkan dalam gambar 2.
Exhaust Pressure 87,87 mm.Hg abs
Putaran 3000 rpm