Anda di halaman 1dari 110

PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR

GENERATOR SINKRON 50 MW DI PLTU UNIT 1


PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG

LAPORAN KERJA PRAKTEK


DI PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

Disusun Oleh :
EKO PARJONO
L2F 004 473

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2008
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa laporan kerja praktek yang dilaksanakan


pada tanggal 3 Desember 2007 sampai dengan 31 Desember 2007 dengan judul :
“PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW DI
PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG”
yang disusun oleh :

Nama : EKO PARJONO


NIM : L2F 004 473

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat : SEMARANG

Mengesahkan,

General Manager Pembimbing Lapangan

Ir. Zaenal Mustofa Sudjatmo


LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menerangkan bahwa laporan kerja praktek yang dilaksanakan


pada tanggal 3 Desember 2007 sampai dengan 31 Desember 2007 dengan judul :
“PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW DI
PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG”
yang disusun oleh :

Nama : EKO PARJONO


NIM : L2F 004 473

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari :
Tanggal :
Tempat : SEMARANG

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Teknik Elektro Dosen Pembimbing


Universitas Diponegoro

Ir. Sudjadi, MT. Abdul Syakur, ST, MT


NIP. 131 558 567 NIP. 132 231 132
Abstrak

Generator Sinkron memegang peranan yang sangat penting dalam produksi energi listrik di PT
Indonesia Power Tambak Lorok Semarang. Generator ini digunakan untuk mengkonversi energi
mekanik putaran dari turbin menjadi energi listrik. Kebanyakan tipe generator sinkron yang
digunakan di PT Indonesia Power adalah generator sinkron dengan pendingin hidrogen, karena
dengan pendingin hidrogen akan didapatkan kelembaban yang kecil / kering didalam generator.
Untuk menjaga kehandalan sistem diperlukan perawatan dan pengujian secara berkala dengan
tidak mengesampingkan system proteksinya. Generator sinkron dengan kapasitas besar membutuhkan
perawatan ataupun pengujian untuk menjaga agar tetap dapat beroperasi secara normal dan
terhindar dari bermacam - macam gangguan misalnya adalah vibrasi pada rotor, hubung singkat
pada lilitan stator maupun rotor, dsb. Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalisasi gangguan
tersebut. Salah satunya adalah dengan pengujian rotor dan stator yang terdiri dari banyak pengujian
diantaranya adalah High Potensial Test, Megger, dan Balancing Voltage Rotor Test.
Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang pengujian pada rotor dan stator
generator sinkron 50 MW dengan pendingin hidrogen. Dengan laporan ini, para mahasiswa dapat
belajar jenis- jenis pengujian pada generator sinkron dengan kapasitas daya besar dan mengetahui
bagaimana cara melakukan pengujian pada rotor dan stator generator.

Kata kunci: Generator Sinkron, Proof Test, Analytical Test, Pengujian rotor dan stator.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Hanya
berkat rahmat dan karunia-Nya semata penulis akhirnya dapat menyelesaikan kerja
praktek di PT. Indonesia Power UBP Semarang, tepatnya di PLTU Unit 1 Tambak
Lorok Semarang.
Laporan Kerja Praktek ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis
untuk dapat segera menyelesaikan studi di Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik
Universitas Diponegaro. Tujuan Kerja Praktek ini adalah untuk mengembangkan
disiplin ilmu yang diperoleh di bangku kuliah melalui penerapannya di dunia kerja.
Selama kurang lebih satu bulan melaksanakan kerja praktek di PT. Indonesia
Power Tambak Lorok Semarang tepatnya di PLTU Unit 1 dan 2 ini penulis
berkesempatan mengangkat topik mengenai “Pengujian Rotor dan Stator
Generator Sinkron 50 MW di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power UBP
Semarang”.
Keberhasilan penulis dalam melaksanakan kerja praktek ini tidak lepas dari
bantuan, bimbingan dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait, untuk itu
perkenankanlah penulis untuk berterima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Sudjadi, MT selaku Ketua jurusan Teknik Elektro Universitas
Diponegoro Semarang.
2. Bapak Abdul Syakur, ST, MT selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek dari
Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro.
3. Bapak Sudjatmo selaku Pembimbing Lapangan di PT. Indonesia Power UBP
Semarang.
4. Bapak Boediono Diro, Bapak Bambang, Bapak Solikin, Bapak Subagyo,
Bapak Saulan, Bapak Erwin dan semua Teknisi yang ada "Bengkel Listrik",
selaku asisten pembimbing lapangan, yang telah menemani dan membimbing
penulis di lapangan.
5. Bapak Ikhsan Mudzakir, Bapak Bambang SDM, dan semua karyawan PT.
Indonesia Power UBP Semarang yang telah banyak membantu kami serta
memberi masukan bagi kemajuan kami.
6. Mas Heri dan Edi Purwanto UBH tarima kasih atas waktu, penjelasan dan
bantuannya.
7. Bapak dan Ibu penulis, atas segala pengorbanan yang tak terkira jasanya yang
telah memberikan dukungan, semangat, dan do’a yang tulus ikhlas. Semoga
penulis dapat mencapai cita – cita dan menjadi kebanggaan serta
membahagiakan Bapak dan Ibu. Juga tak lupa kepada kedua adikku semoga
dapat menjadi orang yang sukses, maaf aku jarang pulang.
8. Teman-teman seperjuangan di “Bengkel Listrik” : Rohmat Nugroho (T.
Elekro’04 UNDIP), Lukman and friends (T. Elekro’04 UNY), serta temen –
temen KP dari BLKI dan UNNES.
9. Temen-temen Konsentrasi “Power Community 2004” : Achmad "Asraff",
Arie "Lombok”, Cahyo (Makasih bantuannya yok!) , Syaiful, Erline, Fuad
"Bolly", Alberth "Zakar_ia", Pandu "Kuru", Heru “Embong”, Fajar, Wildan
“Komting”, Iskandar, Habib, Rifai, Kaka ”Ontime" dan Hendra.
10. Temen - temen angkatan 2004 Teknik Elektro Universitas Diponegoro.
11. Temen KKN Desa Colo (Coloniensist) : Ikhsan S, Nervalusiana, Rista D.A,
Intan L, Handoyo [Doyok], Haryo Baskoro [Ryo] dan temen - temen
Kecamatan Dawe : Fany, Desi, Kartini dll, yang telah memberiku semangat.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan yang telah membantu
memberikan perhatian, dan do’a, serta bimbingan serta pengarahan hingga
Laporan Kerja Praktek ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan


Kerja Praktek ini, sehingga kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan.
Akhirnya penulis hanya berharap semoga penulisan Kerja Praktek ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis sendiri serta kalangan civitas akademika lainnya.

Semarang, April 2008

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... ii
ABSTRAK ................................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................... v
DAFTAR ISI ............................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang. ........................................................................................ 1
1.2. Waktu dan Lokasi Kerja Praktek .............................................................. 3
1.3. Tujuan Kerja Praktek. ............................................................................... 3
1.4. Pembatasan Masalah ................................................................................ 3
1.5. Metode Penulisan Laporan ....................................................................... 3
1.6. Sistematika Penyusunan ........................................................................... 4

BAB II PROFIL DAN SEJARAH PT. INDONESIA POWER


2.1. Sejarah PT. Indonesia Power. ................................................................... 6
2.2. Paradigma, Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Nilai PT. Indonesia Power.. 7
2.2.1. Paradigma ..................................................................................... 7
2.2.2. Visi. .............................................................................................. 8
2.2.3. Misi. ............................................................................................. 8
2.2.4. Motto ............................................................................................ 8
2.2.5. Tujuan. ......................................................................................... 8
2.2.6. Tujuh Nilai Perusahaan : IP-HaPPPI. ........................................... 9
2.3. Makna Bentuk dan Warna Logo ............................................................... 9
2.4. Bisnis Utama PT. Indonesia Power. ........................................................ 10
2.5. PT. Indonesia Power UBP Semarang ...................................................... 12
2.5.1. Sejarah PT. Indonesia Power UBP Semarang ............................. 12
2.5.2. Lokasi ......................................................................................... 14
2.5.3. Fasilitas yang Terdapat pada Kompleks Pembangkit. ................ 14
2.5.4. Struktur Organisasi dan Personalia. ............................................ 16
2.6. Lingkungan PT Indonesia Power UBP Semarang. .................................. 20
BAB III PROSES PRODUKSI TENAGA LISTRIK PADA PLTU
PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG
3.1. Pendahuluan. .......................................................................................... 21
3.2. Kemampuan Unit.................................................................................... 21
3.3. Proses PLTU. ......................................................................................... 22
3.3.1. Siklus Rankine ............................................................................ 22
3.3.2. Produksi Listrik PLTU .............................................................. 24
3.3.2.1 Siklus Air dan Uap. ......................................................... 26
3.3.2.2 Siklus Udara dan Gas Pembakaran .................................. 27
3.3.2.3 Siklus Bahan Bakar ......................................................... 27
3.3.2.4 Siklus Air Pendingin ....................................................... 27
3.3.2.5 Siklus Minyak Pelumas. .................................................. 28
3.3.2.6 Siklus Penyaluran Tenaga Listrik .................................... 28
3.3.2.7 Alat – alat bantu pembangkitan PLTU ............................ 29
3.4. Pemeliharaan Unit. ................................................................................. 36

BAB IV TINJAUAN UMUM GENERATOR SINKRON


4.1 Dasar Teori ............................................................................................. 37
4.2 Konstruksi Generator Sinkron ................................................................ 38
4.3 Eksitasi Generator Sinkron. .................................................................... 41
4.4 Eksitasi Tegangan ................................................................................... 41
4.5 Pengaturan Generator Sinkron. ............................................................... 42
4.6 Pengaturan Tegangan Generator ............................................................. 45
4.7 Memparalelkan Generator/Sinkronisasi Generator. ................................ 46
4.8 Kerja Paralel ........................................................................................... 49
4.9 Ayunan (Swing)...................................................................................... 49
4.10 Nilai ........................................................................................................ 51

BAB V PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50


MW I PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG
5.1 Sistem Isolasi Lilitan Rotor dan Stator. ................................................... 52
5.2 Pengujian Rotor dan Stator. .................................................................... 53
5.2.1 Proof Test .................................................................................... 53
5.2.2 Analytical test .............................................................................. 54
5.3 Ulasan Pengujian .................................................................................... 55
5.3.1 High Potensial Test ...................................................................... 55
5.3.1.1 AC High Potensial Test .................................................. 55
5.3.1.2 Very-Low-Frequency Test Voltage ................................. 56
5.3.1.3 DC High Potensial Test ................................................. 56
5.3.2 Insulation Resistance Test /Megger Test ...................................... 57
5.3.2.1 Megger stator .................................................................59
5.3.2.2 Megger rotor ..................................................................65
5.3.3 DC Leakage ................................................................................. 68
5.3.4 Dissipation Factor ....................................................................... 69
5.3.5 Balancing Voltage Rotor Test ...................................................... 71
5.3.5.1 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor sebelum
pemasangan Retaining Ring ............................................ 72
5.3.5.2 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor setelah
pemasangan Retaining Ring ............................................ 73
5.3.5.3 Balancing voltage rotor test ...........................................75
5.3.6 Tahanan Dalam (Rd) Rotor. ......................................................... 76
5.3.7 Partial Discharge Test ................................................................. 79

BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan. ........................................................................................... 80
6.2. Saran. ...................................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 82


LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi PT Indonesia Power UBP SEmarang ........................................ 14


Gambar 2.2 Tata letak fasilitas PT. Indonesia Power ............................................... 15
Gambar 2.3 Struktur Organisasi PT. Indonesia Power UBP Semarang .................... 16
Gambar 3.1 Siklus Rankine Ideal
(a) Diagram temperatur dengan entropy (T-s) ....................................... 22
(b) Diagram antara entalpy dengan entropy .......................................... 23
Gambar 3.2 Diagram aliran siklus rankine ............................................................... 23
Gambar 3.3 Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) .............................................. 25
Gambar 3.4 Nameplate generator Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok
Semarang .............................................................................................. 36
Gambar 4.1 Instalasi generator 50 MW yang digerakkan dengan turbin .................. 37
Gambar 4.2 Stator generator sinkron ........................................................................ 39
Gambar 4.3 (a) Tampak yang dibentangkan dari lilitan stator tiga fase sederhana
hubungan Y. ................................................................................... 39
(b) Cara menghubungkan terminal untuk hubungan delta. .................... 39
Gambar 4.4 Rotor kutub sepatu / salient pole untuk generator sinkron kepesatan
rendah.................................................................................................... 40
Gambar 4.5 Rotor tipe silinder untuk generator sinkron 3000 rpm ........................... 40
Gambar 4.6 Kurva pengaturan generator sinkron pada faktor berbeda ..................... 43
Gambar 4.7 Diagram fasor yang disederhanakan dari generator sinkron yang
bekerja pada
(a) faktor daya satu .............................................................................. 44
(b) faktor daya 0,8 tertinggal ................................................................ 44
(c) faktor daya 0,8 mendahuluiKecepatan sinkronisasi dengan 2
pasang kutub .................................................................................. 44
Gambar 4.8 Diagram pengaturan tegangan statik yang disederhanakan ................... 46
Gambar 4.9 Hubungan penyinkronan generator. ...................................................... 47
Gambar 4.10 Skala Sinkroskop .................................................................................. 49
Gambar 5.1 Sistem isolasi pada lilitan stator generator ............................................ 52
Gambar 5.2 Sistem isolasi pada lilitan rotor generator ............................................. 52
Gambar 5.3 Tahap permulaan dua gangguan internal generator ............................... 54
Gambar 5.4 Perubahan secara tipikal dalam 1 menit dan 10 menit resistansi
isolasi selama proses pengeringan ........................................................ 58
Gambar 5.5 Rangkaian megger stator fasa – ground ................................................ 59
Gambar 5.6 Rangkaian megger stator fasa – fasa ..................................................... 59
Gambar 5.7 Rangkaian Megger rotor ....................................................................... 65
Gambar 5.8 Rangkaian dielektrik dasar. ................................................................... 69
Gambar 5.9 Arus pengisian total ..............................................................................70
Gambar 5.10 Kumparan dengan sedikit rongga/ kehampaan pada isolasinya
mempunyai PF 2 % pada tegangan kerja. Sedangakan dengan
banyak kehampaan mempunyai PF 5%-10% yang diukur pada
tegangan kerja ....................................................................................... 70
Gambar 5.11 Rangkaian pengukuran impedansi karakteristik .................................... 71
Gambar 5.12 Grafik impedansi karakteristik tegangan naik sebelum pemasangan
Retaining Ring. .....................................................................................72
Gambar 5.13 Grafik impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan
Retaining Ring ...................................................................................... 73
Gambar 5.14 Grafik impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan
Retaining Ring ...................................................................................... 74
Gambar 5.15 Grafik impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan
Retaining Ring ...................................................................................... 74
Gambar 5.16 Rangkaian pengujian balancing tegangan rotor ..................................... 75
Gambar 5.17 Pelepasan Retaining Ring (R-R)............................................................ 77
Gambar 5.18 Rangkaian pengawatan pengukuran hambatan dalam (Rd) dengan
menggunakan Winding Resistance Meter ............................................ 78
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kapasitas Terpasang per-Unit Bisnis Pembangkitan. ............................... 11


Tabel 2.2 Produksi listrik pada unit- unit pembangkit ............................................. 11
Tabel 2.3 Daya terpasang (MW) sistem Jawa – Bali................................................ 12
Tabel 2.4 Daya yang dihasilkan PT Indonesia Power didasarkan
pada jenis pembangkit ............................................................................. 12
Tabel 2.5 Kapasitas terpasang PT Indonesia Power UBP Semarang ........................ 14
Tabel 3.1 Perbandingan PLTU dan PLTG ............................................................... 23
Tabel 5.1 Tegangan yang digunakan pada Hi-Pot Test ............................................ 64
Tabel 5.2 Megger awal stator fasa – ground ............................................................ 64
Tabel 5.3 Megger awal stator fasa – fasa ................................................................. 64
Tabel 5.4 Megger fasa – ground stator sebelum penambahan resin ......................... 64
Tabel 5.5 Megger fasa – fasa stator sebelum penambahan resin .............................. 64
Tabel 5.6 Megger fasa – ground stator setelah penambahan resin ............................ 64
Tabel 5.7 Megger fasa – fasa stator setelah penambahan resin................................ 64
Tabel 5.8 Megger fasa – ground stator sebelum divarnis. ........................................ 64
Tabel 5.9 Megger fasa – fasa stator sebelum divarnis ............................................. 64
Tabel 5.10 Megger fasa – ground stator setelah rotor dimasukkan ............................. 64
Tabel 5.11 Megger fasa – fasa stator setelah rotor dimasukkan ................................. 64
Tabel 5.12 Megger fasa – ground stator sebelum busbar di connect .......................... 64
Tabel 5.13 Megger fasa – fasa stator sebelum busbar di connect. ............................. 64
Tabel 5.14 Megger awal rotor (sebelum heating dan cleaning) ................................. 64
Tabel 5.15 Megger rotor sebelum Retaining Ring di lepas ........................................ 64
Tabel 5.16 Megger rotor sebelum injeksi DC (Retaining Ring dilepas). .................... 64
Tabel 5.17 Megger rotor setelah Retaining Ring masuk ............................................ 64
Tabel 5.18 Cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk ...................................... 64
Tabel 5.19 Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan naik sebelum
pemasangan Retaining Ring ................................................................... 64
Tabel 5.20 Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun sebelum
pemasangan Retaining Ring ................................................................... 64
Tabel 5.21 Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan naik setelah
pemasangan Retaining Ring ................................................................... 64
Tabel 5.22 Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun setelah
pemasangan Retaining Ring ...................................................................64
BAB I
PENDAHULUAN

1.7. Latar Belakang


Pada milenium ke 3, Indonesia sebagai negara berkembang mulai bergerak
menuju ke arah negara industri. Pembangunan industri - industri tersebut guna
meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi pengangguran yang melanda
Indonesia pasca krisis moneter tahun 1998. Hal ini ditambah dengan banyaknya
proyek – proyek pemukiman/perumahan seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk di Indonesia terutama di Pulau Jawa dan juga luasnya wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Industri dan proyek perumahan diatas, menimbulkan
peningkatan permintaan kebutuhan listrik. Industri memerlukan listrik guna
menjalankan motor – motor listrik guna kegiatan/ proses produksi seperti pabrik
semen, pabrik garmen, pabrik bahan kimia dll yang tentunya daya yang digunakan
sangat besar. Sedangkan, pemukiman/ rumah tangga membutuhkan listrik guna
menyuplai peralatan elektronik misalnya: lampu, pendingin ruangan (AC ), magic
jar, komputer, mesin cuci, pompa air, televisi, radio dan sebagainya.
Uraian diatas hanya memberikan gambaran bahwa energi listrik memegang
peranan strategis dalam kehidupan masyarakat Indonesia pada khususnya dan
manusia pada umumnya. Arti strategis adalah manusia tidak dapat hidup tanpa
listrik karena dibutuhkan dalam kehidupan yang serba elektronis di zaman modern
ini. Buktinya saat adanya pemadaman bergilir masyarakat merasa terganggu dan
resah dengan kurangnya pasokan listrik dan kerugian yang sangat besar bagi industri
yang diakibatkan oleh hal tersebut. Kecenderungan peningkatan kebutuhan energi
listrik harus segera diantisipasi oleh pemerintah (BUMN dalam hal ini PLN) yang
memonopoli produksi energi listrik Tanah Air. Gejala ini harus diantisipasi oleh
penyedia jasa energi listrik yaitu PLN (Perusahaan Listrik Negara) dengan
pembangunan pembangkit listrik baru berbahan bakar non-fosil (tidak terbaharui).
Oleh karena itu, pemerintah berusaha menyosialisasikan bio-fuel dan batu bara yang
dianggap sebagai solusi seiring dengan menipisnya bahan bakar minyak. Batubara
sebagai alternatif baru karena diperkirakan melimpah ruah di Indonesia terutama di
Pulau Kalimantan dan dapat digunakan ratusan tahun. Contoh pembangkit baru yang
dibangun dengan bahan bakar batu bara Pembangkit Tanjung Jati B di Jepara.
Energi listrik merupakan energi yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan
industri. Untuk pemenuhan kebutuhan ini, maka dibangunlah banyak pembangkit
listrik di Indonesia. Berdasarkan jenis energi yang dikonversikan menjadi tenaga
listrik, maka pembangkit energi listrik dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain
yaitu : PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air), PLTU (Pembagkit Listrik Tenaga
Uap), PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga
Gas), PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi). Selain itu, ada juga gabungan
dari dua jenis pembangkit PLTG dan PLTU yang biasa dikenal dengan nama
PLTGU (Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap).
Proses Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terdapat peralatan yang
menunjang proses produksi energi listrik. Secara umum proses dalam PLTU
berdasarkan siklus Renkine (Renkine Cycle). Peralatan- peralatan utama siklus
renkine adalah pompa, boiler (pemanas), turbin, generator, dan kondensor. Proses
sederhana produksi listrik tenaga uap adalah dengan memanaskan air dengan
menggunakan bahan bakar minyak residu/ MFO (pada boiler) sampai menghasilkan
uap kering. Setelah itu, uap kering bertekanan dan bertemperatur tinggi tersebut
digunakan untuk menggerakkan sudu - sudu turbin uap (sebagai penggerak mula
generator) yang dikopel dengan rotor generator. Pada generator terjadi proses
konversi energi dari energi mekanik menjadi energi listrik. Listrik tersebut kemudian
di naikkan tegangannya menggunakan trafo step up, dan kemudian di transmisikan
melalui switch yard.
Salah satu peralatan yang penting dalam penyediaan listrik ke konsumen
adalah generator sinkron. Sedangkan, pada saat peralatan listrik tersebut mengalami
gangguan misalnya hubung singkat pada lilitannya dan sebagainya, maka diambil
suatu tindakan preventif untuk mengatasi gangguan tersebut. Untuk mengatasi hal
tersebut, mutlak diperlukan suatu pemeliharaan. Salah satu pemeliharaan tersebut
adalah dengan pengujian pada rotor maupun stator generator sinkron.
Pada laporan ini, penulis hanya membahas pengujian rotor dan stator pada
generator sinkron tiga fasa 50 MW di PLTU Unit 1 PT Indonesia Power UBP
Semarang. Generator sinkron ini digunakan sebagai alat pengkonversi energi dari
energi mekanik putar dari turbin ke energi listrik.
1.8. Waktu dan Lokasi Kerja Praktek
Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek adalah sebagai berikut :
Tempat : Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Unit 1 dan 2
di PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Semarang,
Jalan Ronggowarsito, Komplek Pelabuhan Tanjung Emas,
Semarang, Jawa Tengah.
Waktu : 3 Desember 2007 sampai dengan 31 Desember 2007.

1.9. Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dari kegiatan kerja praktek ini adalah :
1. Mengetahui proses pembangkitan energi listrik di PT. Indonesia Power
UBP Semarang tepatnya di PLTU Tambak Lorok.
2. Mempraktekkan apa yang telah dipelajari dibangku kuliah.
3. Belajar untuk terlibat langsung dalam dunia kerja yang sesungguhnya.
4. Mempelajari pengujian yang dilakukan pada rotor dan stator generator
sinkron berkapasitas besar.

1.10. Pembatasan Masalah


Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, pembahasan hanya dibatasi
pada penjelasan proses PLTU, dan pengujian yang dilakukan pada rotor dan stator
generator sinkron di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan
(UBP) Semarang.

1.11. Metode Penulisan Laporan


Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini, metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah sebagai berikut :
1. Metode Interview
Yaitu penyusun melakukan tanya jawab secara langsung mengenai suatu
masalah yang dihadapi kepada pembimbing di lapangan.
2. Metode Observasi
Yaitu terjun langsung untuk mengamati dan mencatat apa saja yang
dianggap penting guna melengkapi data – data.
3. Metode Studi Literatur
Data dikumpulkan dari buku pustaka yang berada di perpustakaan PT.
Indonesia Power Semarang

1.12. Sistematika Penyusunan


Laporan kerja praktek ini dibagi menjadi enam bab yang saling berhubungan
satu sama lain. Adapun sistematika penulisan laporan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut:
1. BAB I PENDAHULUAN
Pembahasan mengenai latar belakang dan permasalahan, waktu dan
lokasi kerja pratek, tujuan kerja praktek, batasan masalah, metodologi
penyusunan laporan dan sistematika laporan.
2. BAB II PROFIL DAN SEJARAH PT. INDONESIA POWER
Penjelasan mengenai profil PT. Indonesia Power secara umum; mulai
dari sejarah, paradigma, visi-misi, motto, tujuan dan nilai, makna bentuk dan
warna logo, bisnis utama, dan PT. Indonesia Power UBP Semarang secara
khusus; sejarah, fasilitas, dan struktur organisasi.
3. BAB III PROSES PRODUKSI TENAGA LISTRIK PADA PLTU PT.
INDONESIA POWER UBP. SEMARANG
Berisi tentang proses produksi listrik pada Pembangkit Listrik
Tenaga Gas Uap (PLTU) di PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan
Semarang yang secara garis besar meliputi proses Renkine.
4. BAB IV TINJAUAN UMUM GENERATOR SINKRON
Berisi tentang dasar teori, kontruksi, eksitasi, pengaturan tegangan,
memparalelkan generator/sinkronisasi generator, kerja paralel, ayunan
(swing), nilai, dan rugi-rugi dan efisiensi generator sinkron.
5. BAB V PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50
MW DI PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG
Pembahasan mengenai sistem isolasi lilitan rotor dan stator,
pengujian rotor dan stator, ulasan mengenai pengujian yang meliputi : High
Potensial Test, Insulation Resistance Test, DC Leakage, Dissipation Factor,
Balancing Voltage Rotor Test, Tahanan Dalam (Rd) rotor, Partial Discharge
Test.
6. BAB VI PENUTUP
Berisi kesimpulan mengenai pokok-pokok penting yang diperoleh
selama pelaksanaan kerja praktek di PLTU Tambak Lorok PT. Indonesia
Power UBP Semarang serta sumbangan saran-saran.
BAB II
PROFIL DAN SEJARAH PT. INDONESIA POWER

2.7. Sejarah PT. Indonesia Power


Pada awal tahun 1990-an, pemerintah Indonesia mempertimbangkan perlunya
deregulasi pada sektor ketenagalistrikan. Langkah ke arah deregulasi tersebut diawali
dengan berdirinya Paiton Swasta I, yang dipertegas dengan dikeluarkannya
Keputusan Presiden No. 37 Tahun 1992 tentang pemanfaatan sumber dana swasta
melalui pembangkit-pembangkit listrik swasta. Kemudian pada akhir tahun 1993,
Menteri Pertambangan dan Energi (Mentamben) menerbitkan kerangka dasar
kebijakan (Sasaran & Kebijakan Pengembang Sub Sektor Ketenagalistrikan) yang
merupakan pedoman jangka panjang restrukturisasi sektor ketenagalistrikan.
Sebagai penerapan tahap awal, pada tahun 1994 PLN diubah statusnya dari
Perum menjadi Persero. Setahun kemudian, tepatnya pada tanggal 3 Oktober 1995,
PT. PLN (Persero) membentuk dua anak perusahaan yang tujuannya untuk
memisahkan misi sosial dan komersial yang diemban oleh Badan Usaha Milik
Negara tersebut. Salah satu dari anak perusahaan tersebut adalah PT. Pembangkitan
Tenaga Listrik Jawa Bali I, atau yang lebih dikenal dengan nama PLN PJB I. Anak
perusahaan ini ditujukan untuk menjalankan usaha komersial pada bidang
pembangkitan tenaga listrik dan usaha-usaha lain yang terkait.
Pada tanggal 3 Oktober 2000, bertepatan dengan ulang tahunnya yang
kelima, Manajemen Perusahaan secara resmi mengumumkan perubahan nama PLN
PJB I menjadi PT. Indonesia Power. Perubahan nama ini merupakan upaya untuk
menyikapi persaingan yang semakin ketat dalam bisnis ketenagalistrikan dan sebagai
persiapan untuk privatisasi perusahaan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
Walaupun sebagai perusahaan komersial di bidang pembangkitan yang baru
didirikan pada pertengahan 1990-an, PT. Indonesia Power mewarisi sejumlah aset
berupa pembangkit dan fasilitas-fasilitas pendukungnya. Pembangkit-pembangkit
tersebut memanfaatkan teknologi modern berbasis komputer dengan menggunakan
beragam energi primer seperti air, batubara, panas bumi dan sebagainya. Namun
demikian, dari pembangkit-pembangkit tersebut, ada pula pembangkit paling tua
Indonesia seperti PLTA Plengan, PLTA Ubrug, PLTA Ketenger dan sejumlah PLTA
lainnya yang dibangun pada 1920-an dan sampai sekarang masih beroperasi. Dari
uraian diatas, dapat dipandang bahwa secara kesejarahan pada dasarnya usia PT.
Indonesia Power sama dengan keberadaan listrik di Indonesia.
PT. Indonesia Power merupakan perusahaan pembangkit tenaga listrik
terbesar di Indonesia (9.040 MW) dengan 8 Unit Bisnis Pembangkitan Utama di
beberapa lokasi strategis di Pulau Jawa dan Bali. Unit-unit Bisnis Pembangkitan
tersebut adalah: Priok, Suralaya, Saguling, Kamojang, Mrica, Semarang, Perak &
Grati, dan Bali.
UBP Semarang memiliki tiga jenis pembangkit yaitu PLTGU (Pembangkit
Listrik Tenaga Gas dan Uap), PLTG (Pembangkit Listrik Tenaga Gas ), dan PLTU
(Pembangkit Listrik Uap). Dengan kapasitas terpasang 1496 MW, Unit Bisnis
Pembangkitan Semarang memegang peranan penting dalam menjaga keandalan mutu
sistem kelistrikan Jawa-Bali, memberikan kontribusi 16,71 % dari keseluruhan
kapasitas terpasang pembangkit yang dimiliki PT Indonesia Power.
PLTGU merupakan pembangkit jenis combined cycle. Pembangkit jenis ini
menggunakan gas panas pembuangan dari pembangkit tenaga gas untuk
memanaskan air dalam pipa-pipa HRSG menjadi uap untuk menggerakan turbin uap.
Penggunaan teknologi combined cycle menjadi operasi pembangkit lebih efisien
sebab cara ini memanfaatkan gas panas pembuangan pembangkit listrik primer
menjadi tenaga listrik pada tahap sekunder. Selain itu pembangkit tenaga gas
merupakan pembangkit yang akrab dengan limbah lain yang sangat rendah. Jadi
selain efisien jenis pembangkit ini juga merupakan bukti kepedulian terhadap
lingkungan. Sedangkan PLTU menggunakan bahan bakar minyak (residu) untuk
memanaskan air pada boiler melalui closed loop dan efisiensinya lebih besar
daripada PLTGU.

2.8. Paradigma, Visi, Misi, Motto, Tujuan dan Nilai PT. Indonesia Power
PT. Indonesia Power sebagai perusahaan memiliki paradigma, visi, misi,
motto, dan tujuan.

2.2.1. Paradigma
Paradigma adalah suatu kerangka berpikir yang melandasi cara seseorang
menilai sesuatu. Paradigma dari PT. Indonesia Power adalah “Bekerja dan berusaha
untuk meningkatkan nilai Perusahaan bagi kepentingan Stakeholder (pihak terkait) ”.
2.2.2. Visi
Visi PT.Indonesia Power adalah menjadi perusahaan publik dengan kinerja
kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan.
Penjabaran Visi :
1. Maju, berarti perusahaan bertumbuh dan berkembang sehingga menjadi
perusahaan yang memiliki kinerja setara dengan perusahaan sejenis di
dunia.
2. Tangguh, memiliki sumber daya yang mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan dan sulit disaingi. Sumber daya PT. Indonesia Power
berupa manusia, mesin, keuangan maupun sistem kerja berada dalam
kondisi prima dan antisipatif terhadap setiap perubahan.
3. Andal, sebagai perusahaan yang memiliki kinerja memuaskan stakeholder.
4. Bersahabat dengan lingkungan, memiliki tanggung jawab sosial dan
keberadaannya bermanfaat bagi lingkungan.

2.2.3. Misi
Misi PT. Indonesia Power adalah melakukan usaha dalam bidang
pembangkitan tenaga listrik dan mengembangkan usaha-usaha lain yang berkaitan
berdasarkan kaidah industri dan niaga yang sehat, guna menjamin keberadaan dan
pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.

2.2.4. Motto
Motto PT. Indonesia Power adalah Bersama...kita maju.

2.2.5. Tujuan
Tujuan PT. Indonesia Power adalah :
1. Memberikan nilai tambah bagi pelanggan, karyawan, dan pemilik.
2. Menghasilkan keuntungan yang menjamin pertumbuhan yang
berkesinambungan.
3. Mencapai tingkat kinerja setara dengan perusahaan pembangkitan tenaga
listrik kelas dunia.
4. Membangun budaya perusahaan yang memilik nilai-nilai : Profesional,
Harmoni, Pelayanan Prima, Peduli, Pembelajar, dan Inovatif.
2.2.6. Tujuh Nilai Perusahaan : IP-HaPPPI
1. Integritas
Sikap moral yang mewujudkan tekad untuk memberikan yang terbaik
kepada Perusahaan.
2. Profesional
Menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan kode etik sesuai dengan bidang
pekerjaannya.
3. Harmoni
Serasi, selaras, dan seimbang dalam pengembangan kualitas pribadi,
hubungan dengan stakeholder, dan hubungan dengan lingkungan hidup.
4. Pelayanan Prima
Memberi pelayanan yang memenuhi kepuasan melebihi harapan
stakeholder.
5. Peduli
Peka-tanggap dan bertindak untuk melayani stakeholder serta memelihara
lingkungan sekitar.
6. Pembelajar
Terus-menerus meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta
kualitas diri yang mencakup fisik, mental, sosial, agama, dan kemudian
berbagi dengan orang lain.
7. Inovatif
Terus-menerus dan berkesinambungan menghasilkan gagasan baru dalam
usaha melakukan pembaharuan untuk penyempurnaan baik proses
maupun produk dengan tujuan peningkatan kinerja.

2.3. Makna Bentuk dan Warna Logo


Logo PT. Indonesia Power adalah sebagai berikut :

Makna bentuk dan warna logo PT. Indonesia Power (perusahaan) merupakan
cerminan identitas dan lingkup usaha yang dimilikinya.
Secara keseluruhan nama Indonesia Power merupakan nama yang kuat untuk
melambangkan lingkup usaha perusahaan sebagai power utility company di
Indonesia. Walaupun bukan merupakan satu-satunya power utility company di
Indonesia, namun karena perusahaan memiliki kapasitas terbesar di Indonesia
bahkan di kawasannya , maka nama Indonesia Power dapat dijadikan brand name.

Bentuk :
1. Karena nama yang kuat, INDONESIA dan POWER ditampilkan dengan
menggunakan dasar jenis huruf (font) yang tegas dan kuat :
FUTURA BOOK / REGULAR dan FUTURA BOLD.
2. Aplikasi bentuk kilatan petir pada huruf “O” melambangkan “TENAGA
LISTRIK” yang merupakan lingkup usaha utama perusahaan.
3. Titik / bulatan merah (red dot) di ujung kilatan petir merupakan simbol
perusahaan yang telah digunakan sejak masih bernama PT. PLN PJB I. Titik
ini merupakan simbol yang digunakan di sebagian besar materi komunikasi
perusahaan. Dengan simbol yang kecil ini, diharapkan identitas perusahaan
dapat langsung terwakili.

Warna :
1. Merah
Diaplikasikan pada kata “INDONESIA”, menunjukkan identitas yang kuat
dan kokoh sebagai pemilik sumber daya untuk memproduksi tenaga listrik,
guna dimanfaatkan di Indonesia dan juga di luar negeri.
2. Biru
Diaplikasikan pada kata “POWER”. Pada dasarnya warna biru
menggambarkan sifat pintar dan bijaksana, dengan aplikasi pada kata
“POWER”, maka warna ini menunjukkan produk tenaga listrik yang
dihasilkan perusahaan memiliki ciri-ciri yaitu berteknologi tinggi, efisien,
aman dan ramah lingkungan.

2.4. Bisnis Utama PT. Indonesia Power


Sesuai dengan tujuan pembentukannya, Indonesia Power menjalankan bisnis
pembangkit tenaga listrik sebagai bisnis utama di Jawa dan Bali. Saat ini, Indonesia
Power memasok lebih dari separuh atau sekitar 54 % kebutuhan pangsa pasar tenaga
listrik sistem Jawa-Bali. Kemampuan tersebut didukung oleh kenyataan bahwa
Indonesia Power merupakan pembangkit yang memiliki sejumlah pembangkit yang
terdiri dari 132 unit pembangkit dan fasilitas pendukung lainnya. Dengan kapasitas
terpasang total sebesar 9040 MW. Ini merupakan kapasitas terbesar yang dimiliki
perusahaan di Indonesia atau yang ketiga terbesar di dunia. PT. Indonesia Power
sendiri mempunyai kapasitas yang terpasang per-unit bisnis pembangkit yang dapat
dilihat pada tabel 2.1.

Tabel. 2.1 Kapasitas Terpasang per-Unit Bisnis Pembangkitan


Unit Bisnis Pembangkitan Kapasitas
Suralaya 3.400
Priok 1.563
Saguling 798
Kamojang 360
Mrica 306
Semarang 1.469
Perak-Grati 864
Bali 335
Total PT. Indonesia Power 9.095

Untuk produksi listrik pada unit-unit bisnis pembangkitan dari tahun 2000
sampai dengan semester 1 tahun 2006 dapat dilihat pada tabel 2.2.

Tabel 2.2 Produksi listrik pada Unit-unit Bisnis Pembangkitan

Unit Bisnis SM I
2001 2002 2003 2004 2005
Pembangkitan 2000 2006
Suralaya 21.212 21.063 21.449 23.462 22.711 24.520 11.714
Priok 7.457 6.914 6.787 7.248 6.797 6.961 3.841
Saguling 2.656 3.392 2.683 2.098 2.366 2.903 1.179
Kamojang 2.728 2.908 3.056 2.804 2.988 2.870 1.316
Mrica 1.121 1.173 826 869 892 960 600
Semarang 4.799 4.558 5.096 5.146 5.524 5.782 2.552
Perak-Grati 67 476 931 1.534 1.745 2.959 964
Bali 526 503 1.022 1.214 1.394 1.367 716
Jumlah 40.487 40.987 41.849 44.374 44.417 48.322 22.882

Sedangkan dalam menyuplai kebutuhan tenaga listrik di Jawa –Bali dari


tahun 1999 sampai 2005, tidak hanya PT. Indonesia Power yang menyuplai tetapi
juga pembangkit lain di Jawa-Bali yaitu IPP ,PT. PMT ,dan PT. PJB seperti pada
tabel 2.3
Tabel 2.3 Daya Terpasang (MW) Sistem Jawa Bali

Perusahaan 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005


PT. Indonesia Power 37.054 40.486 40.987 41.849 44.374 44.417 48.322
PT. PJB 27.095 26.115 27.828 26.902 26.417 27.883 26.137
PT. PMT 0 0 0 0 0 900 2.064
IPP 3.752 8.225 12.409 17.738 19.151 22.293 23.435
Jumlah 67.901 74.826 81.224 86.489 89.941 95.493 99.958

Dari data diatas tampak bahwa kebutuhan beban dari tahun ke tahun semakin
meningkat. Sedangkan dalam menyuplai kebutuhan tenaga listrik di PT. Indonesia
Power berdasarkan jenis pembangkitnya dari tahun 2000 sampai tahun 2006
semester I berdasarkan tabel 2.4
Tabel 2.4 Daya yang dihasilkan PT. Indonesia Power didasarkan pada jenis pembangkit

Jenis SM I
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Pembangkitan 2006
PLTA 3.777 4.564 3.509 2.968 3.258 3.863 1.779
PLTD 93 72 92 66 71 136 59
PLTG 466 484 1.035 1.608 1.942 1.976 908
PLTP 2.649 2.908 3.056 2.804 2.988 2.870 1.316
PLTU 23.125 23.125 23.308 25.718 24.871 26.457 12.508
PLTGU 10.377 9.834 10.849 11.211 11.284 13.020 6.312
Jumlah 40.487 40.987 41.849 44.374 44.417 48.322 22.882

Dari data diatas tampak bahwa daya terbesar dihasilkan oleh PLTU, dan daya
terkecil dihasilkan oleh PLTD dari tahun 2000 sampai tahun 2006 semester I di PT.
Indonesia Power.

2.5. PT. Indonesia Power UBP Semarang

2.5.1. Sejarah PT. Indonesia Power UBP Semarang


PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang
Sebelumnya adalah PLN Sektor Semarang yang didirikan pada tanggal 5 Oktober
1979 sesuai dengan SK Pimpinan PLN Wilayah XIII No. 001/PW XIII/79 yang
disempurnakan dengan SK pimpinan PLN Wilayah XIII No. 03/PW XIII/81 tanggal
1 Juli 1981 dengan pengelolaan unit PLTU yaitu Unit 1 dan 2 sebesar 2 x 50 MW.
Kemudian ditambah PLTG Unit 1, 2, 3 (14 MW; 19,45 MW; 20,1 MW) yang
terletak di Pandean Lamper dan unit 4 (21,35 MW) yang terletak di Tambak Lorok,
Serta PLTU unit 3 yang berkapasitas 200 MW. Untuk PLTG unit 1 dan 2 sudah tidak
beroperasi, sedangkan unit 3 dipindah ke Ujung Pandang (Sulawesi Selatan) dan unit
4 dipindah ke Padang (Sumatra Barat).
Mulai tanggal 3 Februari 1983 PLN Semarang masuk ke dalam jajaran
Pembangkit Jawa Bali I (PJB I) sesuai dengan SK Direksi No. 016/DIR/83,
kemudian sejak bulan November 1994 ditambah 1 blok PLTG yang terdiri dari 3 unit
pembangkit PLTG (3 x 109,65 MW). Tahun 1996 ditambah lagi 1 blok PLTG (3 x
109,65 MW) dan pada tahun 1997 dilengkapi dengan PLTU nya (2 x 188).
Kemudian sejak tanggal 3 Oktober 2000 atau bertepatan dengan peringatan ulang
tahunnya yang ke-5 PLN PJB I Unit Pembangkit Semarang berubah nama menjadi
PT. Indonsia Power Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang.
Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Semarang memegang peranan yang sangat
penting dalam menjaga keandalan dan mutu sistem kelistrikan Jawa-Bali terutama di
Jawa Tengah, memberikan kontribusi 16,71 % dari keseluruhan kapasitas terpasang
pembangkit yang dimiliki oleh PT. Indonesia Power. Daya yang terpasang di Unit
Bisnis Pembangkitan Semarang ini adalah sebagai berikut pada tabel 2.5:

Tabel 2.5 Kapasitas terpasang PT Indonesia Power UBP Semarang


Mesin Pembangkit Daya Terpasang Merek Mesin Tahun Operasi

PLTU
Tambak Lorok 1 50,00 MW GE 25-09-1978
Tambak Lorok 2 50,00 MW GE 17-10-1978
Tambak Lorok 3 200,00 MW Mitsubishi 02-07-1983
PLTGU
Tambak Lorok GTG 1.1 109,65 MW GE 31-08-1993
Tambak Lorok GTG 1.2 109,65 MW GE 03-10-1993
Tambak Lorok GTG 1.3 109,65 MW GE 21-10-1993
Tambak Lorok STG 1.0 188,00 MW GE 27-11-1997
Tambak Lorok GTG 2.1 109,65 MW GE 24-07-1996
Tambak Lorok GTG 2.2 109,65 MW GE 30-08-1996
Tambak Lorok GTG 2.3 109,65 MW GE 04-09-1996
Tambak Lorok STG 2.0 188,00 MW GE 16-05-1997
PLTG
Sunyaragi 1 20,03 MW Alsthom 06-06-1976
Sunyaragi 2 20,03 MW Alsthom 21-01-1976
Sunyaragi 3 20,10 MW Alsthom 26-01-1976
Sunyaragi 4 20,10 MW Alsthom 30-12-1976
Cilacap 1 29,00 MW Westinghouse 26-08-1996
Cilacap 2 26,00 MW Westinghouse 15-10-1996
Total Daya Terpasang 1468,21 MW

2.5.2. Lokasi
PT. INDONESIA POWER Unit Bisnis Pembangkitan Semarang terletak di
sebelah timur Pelabuhan Tanjung Mas Semarang, sebelah utara kota Semarang
dengan menempati areal seluas 400.000 m2. Pemilihan lokasi yang dekat dengan
pantai adalah karena dalam pengoperasian PLTU memerlukan air yang cukup
banyak, selain itu untuk memudahkan transportasi untuk mengangkut bahan bakar
yang digunakan PLTU dengan kapal laut.

PT. INDONESIA POWER U

Gambar 2.1 Lokasi PT. Indonesia Power UBP Semarang

2.5.3. Fasilitas yang Terdapat pada Kompleks Pembangkit


Fasilitas-fasilitas untuk mendukung berlangsungnya pembangkitan
listrik di PT. Indonesia Power UBP Semarang Tambak Lorok antara lain:
1. Switch yard 150 KV
2. Bangunan intake dan chlorination
3. Bangunan gedung bengkel
4. Bangunan garasi
5. Rumah jaga
6. Bangunan desalination dan water treatment
7. Bangunan pemadam kebakaran
8. Bangunan hydrogen plant, package steam
9. Bangunan control building
10. Fasilitas penyediaan, penyimpan dan pengolahan air (supply, storage and
treatment facility)
11. Bangunan utama pembangkit
12. Fasilitas bahan bakar minyak (fuel oil facility)
13. Fasilitas dok (dock facility)
14. Fasilitas jalan (road)

Gambar 2.2 Tata letak fasilitas PT. Indonesia Power UBP Semarang

Utilitas merupakan bagian dari suatu pabrik yang bertujuan menyediakan


kebutuhan- kebutuhan yang mendukung proses sebagai sarana untuk memperlancar
operasi PLTU dan PLTGU serta kebutuhan lainnya.
2.5.4. Struktur Organisasi dan Personalia
Struktur Organisasi PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG dapat
dilihat dalam Gambar 2.3.
Struktur Organisasi
Unit Bisnis Pembangkitan Semarang

Bagan Susunan Jabatan


Bidang Pemeliharaan
Unit Bisnis Pembangkitan Semarang

Gambar 2.3 Struktur organisasi PT. Indonesia PowerUBP Semarang


Tugas – tugas dalam struktur organisasi PT. Indonesia Power :
1. General Manager
General Manager merupakan pimpinan perusahan dan penanggung
jawab tertinggi terhadap seluruh kegiatan perusahaan. Bertugas
mengkoordinasikan seluruh kegiatan dengan manajer bidang sehingga
perusahaan menjadi maju.

2. Manajer Operasi dan Niaga


Manajer Operasi dan Niaga bertanggung jawab dalam bidang
pengoperasian unit pembangkit sehingga unit menghasilkan produk energi
listrik sampai dengan pemasaran atau penjualan hasil energi listrik yang
didapatkan.
Dalam pelaksanaannya dibantu oleh:
a. Supervisor Senior Pengendalian Niaga
Memsuspensi pengendalian niaga dan pelaksanaan pngendalian niaga.
b. Supervisor Senior kimia dan Bahan Bakar
Mensupervisi, mengelola, dan mengurus bahan bakar, kimia, termasuk
mengrus klaien ats penerimaan bahan bakar.
c. Staf Kinerja
Membantu manager operasi dan niaga dalam evaluasi dan kinerja operasi
serta merencanakan rencana kerja anggaran (RKA) rutin maupun non
rutin.
d. Staf Keandalan
Membantu mnager opri dan naga dalam mengoptimalkan operasi pusat
pembangkitan dan menganalisis gangguan pusat pembangkitan serta
menemukan solusi permsalahan srta membuat usulan perbaikannya.

3. Manajer Pemeliharaan
Mengelola, mengurus dan mengkoordinasikan kegiatan pemeliharaan
unit pembangkitan sesuai target kinerja dan kebijakan yang ditetapkan
manager unit serta membina SDM-nya.
Dalam pelaksanaannya dibantu oleh:
a. Supervisor Senior Pemeliharaan Mesin
Mensuspensi pelaksanaan intaalasi mesin dan alat bantuannya, termaasuk
daftar kebutuhan, suku cadang, material. Peralatan kerja, kebutuhan jasa,
tenaga kerja, termasuk pengendalian kinerja bawahannya.
b. Supevisor Senior Pemeliharaan Listrik
Mensupervisi pelaksanaan instalasi listik dan alat bantuannya, termasuk
daftar kebutuhan, suku cadang, material, peralatan kerja, kebutuhan jasa,
tenaga kerja, serta anggarannya.
c. Supervisor Senior Harian Kontrol dan Instrumen
Mensupervisi pekerjaan pemeliharaan peralatan kontrol dan instrumen
termasuk mengusulkan daftar kebutuhan suku cadang, material,
perawatan kerja, kebutuhan jasa, tenaga kerja, dan anggaran yang
dierlukan.

4. Manajer Logistik
Manajer Logistik bertanggung jawab atas pemenuhan semua
kebutuhan perusahaan termasuk sarana yang diperlukan untuk kelangsungan
proses produksi listrik.
Dalam pelaksanaannya dibantu oleh:
a. Supervisor Senior Perencanaan Logistik
b. Supervisor Senior Pengadaan Barang/Jasa
c. Supervisor Senior Gudang

5. Manajer Sistem dan SDM


Manajer Sistem dan SDM bertugas mendukung General Manager
dalam mengelola bidang SDM, membangun dan memelihara citra positif
perusahaan dalam pandangan masyarakat dan pihak-pihak terkait lainnya.
Dalam pelaksanaannya dibantu oleh:
a. Supervisor Senior Administrasi Kepegawaian
b. Supervisor Senior Sistem Informasi
c. Staf Perencanaan SDM dan Formasi
d. Staf Kinerja Pegawai dan Budaya Perusahaan
e. Staf Pengembangan Kompetisi dan Diklat
f. Staf Managemen Mutu Pelaksanaan Pengembangan SDM
6. Manajer Keuangan
Manajer Keuangan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan anggaran
keuangan dan akuntansi unit serta administrasi umum sesuai sasaran, strategi,
kebijakan dan program-program unit.
Dalam pelaksanaannya dibantu manajer keuangan dibantu oleh:
a. Supervisor Senior Anggaran
Mensuspensi Tata usaha anggaran dan meyakinkan bahwa setiap
pelaksana telah menghayati dan mengerti atas tugas-tugas yang diberikan.
b. Supervisor Senior Keuangan
Mensupervisi tata usaha keuangan dan meyakinkan bahwa setiap
pelaksana telah menghayati dan mengerti atas tugas-tugas yang diberikan
dan kelancaran tata laksana keuangan, serta membuat lapran sesuai
dengan bidang tugasnya.
c. Supervisor Senior Akuntansi
Mensupervisi dan menyelenggarakan proses akuntansi perusahaan sesuai
ketentuan yang berlaku meliputi penyusunan jurnal, buku besar dan
laporan keuangan termasuk menganalisis, mengevaluasi dan menyajikan
data dan laporan finansial lainnya yang dibutuhkan managemen,
mengendalikan dan menilai bawahan dalam bidang tugasnya.

7. Manajer Humas
Manajer Humas bertugas mengurusi hubungan antara perusahaan
dengan pihak luar dalam berbagai bidang yang turut mendukung kemajuan
bagi perusahaan.
Dalam pelaksanaannya dibantu oleh:
a. Supervisor Senior Sekretariat dan Rumah Tangga
Mensupervisi tat laksana sekretaris dan rumah tangga termasuk menyusun
RKA dalam bidangnya meliputi: pengadaan dan pemeliharaan sarana dan
fasilitas kerja, pelayanan rumah tangga kantor dan kendaraan serta
mengadakan kerja sama dengan pihak-pihak terkait dalam penanganan
masalah keamanan.
b. Supervisor Senior Humas dan Lingkungan
c. Supervisor Senior K3 dan Keamanan.
8. Manajer Unit
Manajer Unit baik PLTG Sunyaragi, PLTG Cilacap bertanggung
jawab tentang kegiatan operasi masing-masing unit pembangkitan dan
bertanggung jawab langsung kepada General Manajer.

2.6 Lingkungan PT Indonesia Power UBP Semarang

Saat ini, semua Unit Bisnis Pembangkitan di PT. Indonesia Power telah
dilengkapi dengan dokumen AMDAL dan diimplementasikan melalui Rencana
Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Linkungan. Laporan Rencana
pengolahan dan pemantauan tersebut setiap bulan dilaporkan ke BAPEDAL
Pusat.
PT. Indonesia Power secara bertahap telah menerapkan ISO 14001
(Sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan) di seluruh unit pembangkitnya, mulai
dari UBP Saguling dan disusul UBP Mrica. Kemudian PT. Indonesia Power
memberikan prioritas yang sama terhadap perlindungan lingkungan,
pembangunan masyarakat, keamanan maksimum, produk berkualitas tinggi, dan
efisien komersial yang optimal. Kegiatan tersebut merupakan aktivitas yang
mencerminkan perhatian terhadap masa depan.
PT. Indonesia Power juga secara terus -menerus berusaha memanfaatkan
energi terbaru yang ramah lingkungan, mengingat semakin menipisnya sumber
daya minyak. Selain itu, PT. Indonesia Power juga memasang perangkat untuk
mengatasi pencemaran yaitu CEMS (Continous Emission Monnitoring System)
serta perusahaan mengantisipasi terhadap pencemaran udara akibat gas buang
serta mengurangi tingkat kebisingan unit-unit pembangkit.
Terhadap masyarakat PT. Indonesia Power juga memberikan sumbangan
dan bakti sosial untuk kelompok masyarakat, terutama mereka yang bermukim di
dekat unit-unit pembangkitan.
BAB III
PROSES PRODUKSI TENAGA LISTRIK PADA PLTU
PT. INDONESIA POWER UBP SEMARANG

3.5. Pendahuluan
PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkit Semarang sebagai penghasil
listrik berskala besar, secara garis besar berfungsi sebagai :
A. Pembangkit / Pusat Listrik Tenaga Uap ( PLTU ).
B. Pembangkit / Pusat Listrik Tenaga Gas ( PLTG ).
C. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) / Combined Cycle.
PLTU dan PLTG mempunyai beberapa perbedaan yang mengarah pada
keuntungan dan kerugian masing-masing. Berikut perbandingan antara PLTU dan
PLTG :
Tabel 3.1 Perbandingan PLTU dan PLTG
No Uraian PLTU PLTG

1 Biaya Pembangunan Tinggi Rendah

2 Waktu Pembangunan Lama Cepat

3 Lokasi Luas Sempit

4 Kapasitas Besar Sedang

5 Biaya Operasi Sedang Tinggi

6 Kebutuhan Air Pendingin Banyak Tidak Ada

7 Sistem Pembebanan Tetap Bervariasi

8 Waktu Start Sampai Beban Penuh Lama Cepat

9 Temperatur Kerja Sedang Tinggi

10 Jumlah Operator Banyak Sedikit

Sedangkan, pada PLTGU sistem yang digunakan adalah menggabungkan


(combine) dari PLTU dan PLTG sehingga dalam proses produksi tenaga listrik
menjadi lebih efisien yaitu dengan memanfaatkan gas buang dari PLTG untuk
memanaskan air dan memutar turbin uap pada PLTU.
Dalam Laporan Kerja Praktek ini, Penulis hanya akan menjelaskan proses
produksi listrik pada PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Semarang
sebagai Pusat Tenaga Listrik Uap ( PLTU ) sesuai dengan pembatasan pokok
bahasan karena objek Kerja Praktek yang diambil penulis berada pada PLTU Unit 1.

3.6. Kemampuan Unit


Pusat Listrik Tenaga Uap (Closed Loop) menggunakan uap kering sebagai
penggerak turbin uap dan kemudian dikopel dengan rotor generator sinkron 50 MW
(daya terpasang). Listrik tersebut ditransmisikan ke switchyard melalui generator
transformer (GT) yang kemudian diinterkoneksikan ke sistem 150 kV.
Pusat Listrik Tenaga Uap PT. Indonesia Power terdiri atas 3 STG (Steam
Turbin Gas) / Unit yaitu:
 Unit 1 dengan kapasitas 50 MW/ 11,5 kV
 Unit 2 dengan kapasitas 50 MW/ 11,5 kV
 Unit 3 dengan kapasitas 200 MW/ 18 kV
Kapasitas daya ketiga unit diatas adalah kapasitas daya terpasang.

3.7. Proses PLTU


3.3.1 Siklus Rankine
Siklus dasar yang praktis untuk turbin PLTU adalah siklus Rankine. Secara
sederhana siklus Rankine yang ideal dapat diperlihatkan pada gambar 3.1.a dan b.
Sedangkan untuk diagram aliran siklus Rankine dalam suatu pembangkitan dapat
dilihat pula pada gambar 3.2.

Gambar 3.1 Siklus Rankine Ideal, (a) diagram temperatur dengan entropy (T-s) fluida, (b)
diagram antara enthalpy dengan entropy (h-s)
Pada siklus Rankine, untuk proses 1 – 2 merupakan proses yang terjadi pada
turbin uap, dimana kondisi uap yang masuk ke turbin adalah bertekanan tinggi (P1)
dan bertemperatur tinggi atau merupakan uap kering (superheated vapor). Dengan
asumsi bahwa proses yang berlangsung di dalam turbin adalah proses isentropik,
maka uap yang keluar dari turbin akan menjadi uap jenuh. Proses 1 – 2 (isentropik)
dimana energi potensial uap akan menghasilkan energi putaran poros turbin,
sehingga pada proses ini merupakan proses yang menghasilkan daya luaran (Wout)

Gambar 3.2. Diagram aliran siklus Rankine

Pada proses 2 – 3 merupakan proses yang berlangsung di dalam kondensor


pada tekanan konstan (isobarik). Kondensor berguna untuk mengembunkan uap
jenuh yang berasal dari turbin menjadi air (cair jenuh). Untuk memudahkan proses
kondensasi, tekanan pada kondensor diusahakan dibawah tekanan atmosfer. Pada
kondensor terjadi proses pelepasan kalor (Qout).
Proses 3 – 4 merupakan proses pemompaan untuk menaikan tekanan fluida
(cair jenuh) secara isentropik. Pada proses ini terjadi proses pemasukan kerja ke
dalam (Win) sistem karena proses pemompaan air yang dihasilkan dari proses
kondensasi oleh kondensor. Tekanan yang dihasilkan sama dengan tekanan uap yang
masuk ke turbin.
Proses 4 – 1 merupakan proses untuk menghasilkan uap sesuai dengan
kebutuhan turbin. Proses ini berlangsung pada boiler secara isobarik, dimana untuk
menguapkan air tersebut dibutuhkan masukan panas tertentu (Qin). pada proses 4 – 5
memperlihatkan percampuran antara liquid bertemperatur rendah dengan
bertemperatur tinggi. Sedangkan pada titik 4 menunjukan keadaan cair (liquid) yang
tak berubah massa jenisnya karena ditingkatkan tekanannya.
Nilai efisiensi dari siklus ini merupakan perbandingan antara energi keluaran
dengan energi masukan. Energi keluarannya merupakan jumlah bersih pengurangan
energi yang dihasilkan turbin dikurangi energi yang diberikan ke pompa. Maka nilai
efisiensi siklus ini adalah sebagai berikut :


Q -Q
 1,2 3,4 atau  
H - H1  - H 4 - H 3 
 2 
(3-1)
netto
Q4,1
netto
H1 - H 4 
di mana, Q1,2 = Energi yang dihasilkan oleh turbin (KJ)
Q3,4 = Energi yang diberikan oleh pompa ke sistem (KJ)
Q4,1 = Energi yang dibutuhkan oleh boiler (KJ)
H1 = Enthalpy pada saat uap memasuki turbin (KJ/detik)
H2 = Enthalpy pada saat uap meninggalkan turbin (KJ/detik)
H3 = Enthalpy pada saat uap memasuki pompa (KJ/detik)
H4 = Enthalpy pada saat uap meninggalkan pompa (KJ/detik)

3.3.2 Produksi Listrik Pada PLTU


Proses sederhana produksi listrik tenaga uap adalah dengan memanaskan air
dengan menggunakan bahan bakar minyak residu/ MFO (pada boiler) sampai
menghasilkan uap kering. Setelah itu, uap kering bertekanan dan bertemperatur
tinggi tersebut digunakan untuk menggerakkan sudu - sudu turbin uap (sebagai
penggerak mula generator) yang dikopel dengan rotor generator. Pada generator
terjadi proses konversi energi dari energi mekanik menjadi energi listrik. Listrik
tersebut kemudian di naikkan tegangannya menggunakan trafo step up, dan
kemudian di transmisikan melalui switch yard.
Sedangkan untuk proses lengkapnya adalah sebagai berikut

Gambar 3.3. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Pada prinsipnya, PLTU mempunyai sistem/ siklus aliran (secara ringkas


dapat di lihat pada gambar 3.3) , yaitu meliputi:
Air laut di pompa menggunakan Circulating Water Pump (CWP)
diproses menjadi air murni ( desalination ) dipanaskan pada ketel uap (boiler)
dengan menggunakan burner. Pada proses pemanasan digunakan bahan bakar
berupa solar untuk tahap start up dan residu untuk operasi normal. Pemanasan air
tersebut melalui beberapa tahap pemanasan (heater) yaitu LP heater, daerator,
HP heater, economizer, dan superheater sampai menghasilkan uap panas kering
yang bertekanan dan bertemperatur tinggi. Kemudian, uap kering tersebut
digunakan untuk memutar sudu-sudu pada turbin. Rotor generator yang dikopel
dengan turbin akan ikut berputar sehingga dapat menghasilkan energi listrik
dengan bantuan penguat / exciter pada rotor generator. Tegangan listrik yang
dihasilkan dinaikkan oleh GT (Generator Transformer) dari 11,5 KV menjadi
150 KV kemudian disalurkan melalui saluran transmisi 150 KV. Dan juga
disalurkan ke MAT (Main Auxillary Transformers) yang digunakan untuk
pemakaian sendiri saat keadaan normal yang tegangannya 11,5 KV dari generator
diturunkan menjadi 4,16 KV. Sedangkan, jika saat keadaan abnormal
menggunakan transformator RAT (Reserve Auxillary Transformers).
3.3.2.1 Siklus Air dan Uap
Bahan baku utama dalam proses PLTU adalah air laut. Air laut terlebih
dahulu disaring oleh Bar Screen dan Travelling Screen dan kemudian
diinjeksikan chlorine agar hewan –hewan laut dan kotoran tidak terbawa aliran
air (proses intake). Air tersebut kemudian dipompa oleh Circulating Water
Pump ( CWP ) yang sebagian besar digunakan sebagai media pendingin pada
condenser dan Auxiliary Cooling Water ( ACW ) dan sebagian lagi disalurkan
pada Desalination Evaporator. Pada Desalination Evaporator air laut diubah
menjadi air tawar melalui proses penguapan bertingkat dengan menggunakan uap
bantu ( Auxiliary Steam ). Proses desalination ini bertujuan untuk memisahkan
air dengan kadar garam yang terkandung agar tidak terjadi korosi pada pipa-pipa.
Setelah menjadi air tawar kemudian dipompa oleh Destilate Water Pump untuk
mengisi tangki. Kemudian, dipompa lagi menuju Demineralizer untuk diubah
menjadi air murni dengan cara menginjeksikan resin anion dan kation. Lalu air
murni tersebut ditampung di Demin Water Tank. Air pada Demin Water Tank
dipompa menggunakan Demin Water Pump menuju condensor bersatu dengan
Water Condensate. Air dari condenser dipompa oleh Condensate Pump menuju
Low Pressure Heater untuk dipanaskan dengan menggunakan uap extraction
steam .
Setelah melalui pemanasan pada LP Heater, air tersebut menuju
Deaerator. Deaerator berfungsi untuk memisahkan oksigen dari air karena
oksigen dapat menimbulkan korosi pada pipa-pipa. Air dari deaerator dipompa
oleh Boiler Feed Pump menuju High Pressure Heater untuk dipanaskan lagi
dengan menggunakan uap extraction steam. Setelah melalui pemanasan pada HP
Heater, air menuju ke economizer untuk dipanaskan sehingga suhu air pengisi
boiler hampir mendekati suhu yang diinginkan pada boiler. Pemanasan tersebut
bertujuan agar tidak terjadi thermal stress pada pipa-pipa. Kemudian uap kering
menuju ke steam drum untuk ditampung dan dibagi ke pipa-pipa penguapan pada
boiler. Dari steam drum dihasilkan uap jenuh (basah), uap basah tersebut masih
mengandung titik-titik air (uap basah) sehingga perlu diproses lagi guna
menghindari kerusakan pada turbin. Oleh karena itu, uap tesebut dipanaskan lagi
oleh super heater menghasilkan uap kering.
Uap yang dihasilkan dialirkan melalui Main Stop Valve ( MSV ) dan
Generator Valve untuk memutar turbin. Kemudian uap bekas tersebut
didinginkan oleh air laut pada Condensor (kondensasi) yang kemudian
divakumkan sehingga uap turun dari turbin dan ditampung pada Hot Well
(sumur panas) bersatu dengan demin water. Siklus tersebut berjalan secara
berulang-ulang dalam rangkaian siklus tertutup.

3.3.2.2 Siklus Udara dan Gas Pembakaran


Udara yang dibutuhkan dalam proses pembakaran disuplai oleh Force
Draftt Fan (FD Fan) dan dipanaskan pada Air Preheat Coil (APC) . Air Preheat
Coil dirancang untuk mempertahankan temperature udara pada temperature rata-
rata gas buang yaitu sebesar 114 0C . Kemudian udara menuju Air Heater untuk
dipanaskan kembali .
Pada Air Heater, media pemanas yang digunakan adalah gas panas bekas
pembakaran pada boiler. Dari Air Heater, udara dialirkan menuju Wind Box yang
kemudian mengalir melalui register bercampur dengan bahan bakar sehingga
terjadilah pembakaran di furnace boiler (tempat pembakaran). Gas keluaran dari
ruang bakar digunakan sebagai pemanas udara pada Air Heater yang kemudian
dibuang melalui cerobong / stack.

3.3.2.3 Siklus Bahan Bakar


Bahan bakar pada PLTU menggunakan minyak residu / MFO ( Main Fuel
Oil) yang dialirkan dari kapal tongkang menuju pumping house kemudian
dipompakan menuju Fuel Oil Tank. Kemudian, MFO dipompakan menuju Fuel
Oil Heater untuk dipanaskan dengan menggunakan uap bantu (Auxiliary Steam).
Kemudian residu menuju ke burner untuk dikabutkan dan digunakan untuk
pembakaran . Pada saat penyalaan awal / start up burner, digunakan bahan bakar
berupa solar dan untuk operasi selanjutnya digunakan MFO.

3.3.2.4 Siklus Air Pendingin


a. Silkus Air Pendingin Utama
Air yang digunakan sebagai media pendingin utama berupa air laut yang
dipompa oleh CWP menuju condenser. Pada condenser air digunakan untuk
kondensasi uap bekas turbin. Selain itu air juga sebagai pendingin pada
Auxiliary Cooling Water Heat Exchanger. Kemudian air tersebut dibuang
melalui pipa-pipa dischange tunnel menuju laut lepas.
b. Silkus Air Pendingin Bantu (Auxillary Cooling Water)
Air pendingin bantu diambil dari air murni pada Make Up Water Tank
yang mengalir melalui ACW Pump menuju Heat Exchanger. Bagian-bagian yang
didinginkan meliputi:
 Minyak Pelumas Turbin ( Turbine Oil Cooler )
 Gas hydrogen yang digunakan sebagai pendingin generator.
 Minyak pelumas pada peralatan–peralatan lain, seperti condensate
pump , boiler feed pump , dll.
Air yang digunakan sebagai pendingin menjadi panas yang kemudian
didinginkan oleh air laut. Setelah dingin air tersebut dialirkan kembali sebagai
pendingin. Proses ini berlangsung secara terus-menerus dalam siklus tertutup
sehingga air akan mengalami pengurangan . Untuk penambahan air agar sesuai ,
air diambil dari Make Up Water Tank.

3.3.2.5 Siklus Minyak Pelumas


Minyak pelumas digunakan untuk pelumasan dan pendinginan pada
bearing-bearing turbin selain itu juga digunakan sebagai seal/ perapat dan
pendingin hydrogen dan generator. Sebelum digunakan minyak pelumas terlebih
dahulu didinginkan pada Lube Oil Cooler dengan media air yaitu Auxiliary
Cooling Water. Air pada Auxiliary Cooling Water yang telah dipakai didinginkan
oleh air laut pada Auxiliary Cooling Water Heat Exchanger.

3.3.2.6 Siklus Penyaluran Tenaga Listrik.


Pada suatu pembangkit, rotor generator dikopel dengan turbin sehingga
turbin ikut berputar. Perputaran ini menghasilkan energi listrik dengan bantuan
penguat / exciter, tegangan yang dihasilkan mencapai 11,5 KV (Unit 1 dan 2)
yang kemudian oleh Generator Transformer dinaikkan menjadi 150 KV. Energi
listrik yang dihasilkan kemudian disalurkan melalui Switch Yard menuju gardu
induk melalui transmisi tegangan tinggi 150 kV, dan akhirnya energi listrik
tersebut disalurkan ke konsumen. Selain itu juga digunakan untuk pemakaian
sendiri yang diambil dari Main Auxiliary Transformer ( MAT ) dan Reserve
Auxiliary Transformer (RAT). MAT digunakan untuk mensuplai tenaga listrik ke
pemakaian sendiri dari unit operasi normal, yang dipasang secara parallel
dengan Generator Transformer. Trafo ini menurunkan tegangan dari 11,5 KV
menjadi 4360 V. Reserve Auxiliary Transformer digunakan untuk mengubah
tegangan 22 KV dari luar pembangkitan (switch yard) menjadi 4360 V untuk
pemakaian sendiri apabila unit terjadi gangguan dan mengharuskan unit untuk
berhenti beroperasi. Sedangkan, trafo SUS (Secondary Unit Substation)
digunakan untuk menurunkan tegangan 4360 V ke tegangan 400/380 V dan
dipakai untuk menjalankan motor – motor.

3.3.2.7 Alat-alat Bantu pembangkitan PLTU


a. Alat-alat bantu pada Boiler
Boiler atau ketel uap adalah suatu alat yang digunakan untuk
memproduksi uap dengan tekanan dan temperature tertentu.Uap yang dihasilkan
digunakan untuk menggerakkan turbin uap sehingga dari turbin uap tersebut akan
didapatkan energi mekanis. Selanjutnya, energi mekanis ini akan diubah menjadi
energi listrik didalam generator.Adapun boiler sendiri mempunyai alat-alat bantu
seperti berikut :
1. Forced Draft Fan ( FD Fan )
Force Darft Fan adalah alat yang digunakan untuk memasukkan udara
luar kedalam furnace (ruang bakar) sebagai udara pembakaran. Untuk menaikkan
efisiensi boiler, maka udara pembakaran sebelum dimasukkan kedalam ruang
bakar perlu dipanaskan terlebih dahulu. Adapun pemanasannya dilakukan dua
tingkat yaitu :
1. Pemanasan awal dilakukan pada air preheat coil dengan media pemanas
air panas yang diambil dari deaerator storage tank.
2. Pemanasan kedua dilakukan pada air heater , dengan media pemanas gas
bekas boiler.
Fungsi utama dari FD Fan selain mensuplai udara pembakaran, juga
berfungsi untuk pendinginan flame detector dan juga sebagai perapat (seal) kaca
pada lubang pengintip.

2. Air Preheat Coil


Air Preheat Coil adalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan
udara pembakaran dengan menggunakan media pemanas air panas yang
diambilkan dari deaerator storage tank. Jadi udara pembakaran yang dari
discharge FD Fan langsung masuk ke pemanas awal yang disebut air preheat
coil. Fungsi utama air preheat coil adalah :
1. Sebagai alat pemanas awal udara pembakaran
2 Sebagai pengatur suhu rata-rata antara suhu udara masuk dan suhu gas
bekas keluar dari air heater dari sisi dingin sehingga hal ini dapat
mencegah terjadinya korosi pada elemen-elemen air heater yang
dikarenakan belerang.

3. Air Heater
Air heater adalah suatu alat yang digunakan untuk memanaskan udara
pembakaran dengan media pemanas kalor gas bekas yang akan dibuang ke
cerobong. Air heater dikonstruksikan dari suatu lempengan lempengan
penghantar panas yang baik dan tersusun dalam suatu lingkaran yang
memungkinkan untuk diputar dengan tujuan mengambil panas dari gas bekas dan
memberikan panas terhadap lempengan penghantar panas sehingga udara bakar
yang lewat air heater akan menjadi panas.

4. Air Register
Air Register adalah suatu alat yang digunakan untuk mengatur besar
kecilnya udara pembakaran sesuai dengan yang diinginkan sehingga banyak
udara yang masuk ke ruang bakar sebanding dengan banyaknya bahan bakar
yang disemprotkan. Dengan demikian pembakaran akan berjalan dengan
sempurna. Setiap burner dilengkapi dengan sebuah air register.

5. Economizer
Economizer adalah alat yang digunakan untuk memanaskan air pengisi
ketel dengan media pemanas energi kalor yang terkandung didalam gas bekas.
Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan air pengisi ketel yang suhunya tidak
jauh berbeda dengan air yang terdapat pada boiler drum, serta untuk menaikkan
efisiensi boiler.
6. Drum Uap / Steam Drum
Steam drum adalah alat yang digunakan untuk memisahkan bagian air,
uap basah dan uap kering karena didalam boiler terjadi pemanasan bertingkat.
Setiap unit boiler dilengkapi oleh sebuah steam drum dan dipasang pada bagian
atas dari boiler.

7. Super Heater.
Uap yang dihasilkan boiler drum ada yang masih berupa uap basah , dan
untuk mendapatkan uap yang betul-betul kering. Uap basah yang berasal dari
boiler drum perlu dipanaskan lagi pada super heater sehingga uap kering yang
dihasilkkan naik ke steam drum dan memutar sudu – sudu turbin uap. Setiap
boiler biasanya dilengkapi dengan dua buah super heater yaitu primary dan
secondary super heater yang dipasang pada bagian atas dari ruang pembakarn (
furnace ).

8. Desuper Heater
Desuper Heater merupakan spray water yang digunakan untuk mengatur
temperatur uap yang dialirkan ke turbin. Alat sudah dibuat sedemikian rupa
sehingga bila temperatur uap melebihi ketentuan, maka desuper heater ini akan
menyemprotkan air yang berasal dari discharge boiler feed pump sampai
temperaturnya normal kembali.

9. Soot Blower
Soot Blower merupakan alat pembersih pipa di dalam boiler yang
diakibatkan menempelnya sisa-sisa pembakaran, dengan media pembersih
auxiliary steam.

10. Igniter
Igniter merupakan alat pembakaran yang menggunakan bahan bakar
solar, dan pembakarn ini merupakan pembakaran awal sebelum pembakaran
main burner dengan bahan bakar utama fuel oil. Fungsi dari igniter adalah :
1. Sebagai alat pembakaran awal pada saat start up.
2. Sebagai pembantu didalam penyalaan main burner.
11. Burner
Burner adalah alat pembakaran dengan menggunakan bahan bakar residu
atau Main Fuel Oil (MFO). Setelah pembakaran awal dinilai cukup, selanjutnya
pembakaran diganti dengan main burner yang dipasang pada front boiler.

12. Boiler Feed Pump ( BFP )


Boiler Feed Pump merupakan pompa pengisi air boiler. Pompa tersebut
memompakan deaerator storage tank ke boiler.

b. Alat-alat bantu pada Turbin


1. Condensor
Condensor dibuat dari sejumlah pipa-pipa kecil yang mana air laut
sebagai media pendingin dapat mengalir melalui pipa-pipa tersebut. Sedangkan
uap bekas yang keluar dari turbin akan memasuki sela-sela pipa kondensor
sehingga terjadilah perpindahan panas dari uap ke air laut yang selanjutnya akan
terjadi pengembunan dan kondensasi uap. Uap yang sudah berubah menjadi air
didalam kondensor ditampung didalam hot well. Fungsi dari condensor adalah
sebagai berikut :
a. Menaikkan efisiensi turbin, karena dengan mengusahakan vacuum
didalam kondensor uap bekas dari turbin akan segera dapat keluar
dan tidak memberikan reaksi tekanan terhadap putaran turbin.
b. Untuk mengembunkan uap bekas dari turbin dengan media
pendingin air laut yang mengalir melalui pipa-pipa kecil didalam
kondensor sehingga air kondensasi tersebut dapat dijadikan sebagai
air pengisi ketel.

2. Condensate Pump
Setelah air kondensasi terkumpul pada hot well, maka air tersebut
dipompakan oleh condensate pump ke deaerator tank dengan melalui heater.

3. Low Pressure Heater


Alat ini berguna untuk memanaskan air condensate yang berasal dari hot
well, sebelum dimasukkan ke deaerator tank. Konstruksi pemanasan ini terdiri
dari pipa-pipa air yang dilalui oleh air condensat dan pada bagian luarnya
dipanasi dengan uap yang diambilkan dari extraction steam dari turbin.

4. Auxiliary Cooling Water Pump


Pompa ini berfungsi untuk mensirkulasikan air pendingin yang
dibutuhkan untuk mendinginkan minyak pelumas dan gas hydrogen. Air
pendingin yang disirkulasikan pleh pompa ini didinginkan lagi oleh air laut
didalam auxillary cooling water heat exchanger.

5. High Pressure Heater


Alat ini berguna untuk memanaskan air pengisi ketel yang berasal dari
deaerator storage tank, yang selanjutnya akan dikirim ke ketel lewat economizer.
Konstruksi alat ini terdiri dari pipa-pipa air yang dilalui oleh air boiler feed dan
bagian luarnya dipanasi dengan uap.

6. Deaerator
Daerator adalah alat yang berfungsi untuk membuang O2 dan gas-gas lain
yang terkandung dalam air kondensat, disamping itu juga berfungsi sebagai
pemanas air kondensat. Alat ini dikonstruksikan dari tray-tray yang berlapis-lapis
sehingga memungkinkan untuk membuat partikel-partikel air condensat yang
dimasukkannya. Dengan adanya air kondensat yang sudah menjadi partikel-
partikel tersebut serta adanya uap extraksi yang disemprotkan, maka akan
memungkinkan O2 dan gas-gas lainnya yang terkandung didalamnya akan
terlepas dan dibuang ke atmosfir.

7. Air Ejector
Air Ejector adalah suatu alat yang dikonstruksikan dari sebuah nozzle
sehingga bilamana dialiri uap akan dapat menarik udara dan gas-gas yang tidak
dapat mengembun didalam kondensor sehingga condensor akan menjadi vacuum.
Dengan adanya kevakuman pada kondensor maka akan dapat menaikkan
efisiensi dari turbin.
Alat ini ada dua macam yaitu :
a. Primming Ejector
Primming Ejector digunakan pada saat start up, kemudian bila
kemampuannya sudah mencapai batas maka penarikan vacuum dilakukan
oleh alat lain.
b Air Ejector
Air Ejector digunakan untuk menarik kevakuman setelah melalui alat
primming ejector.

c. Alat-alat bantu pada Generator


Bagian – bagian pada generator sinkron adalah
- Stator, yaitu bagian yang tidak bergerak di mana terpasang terminal untuk
mengalirkan energi listrik yang dihasilkan oleh generator.
- Rotor, yaitu bagian yang berputar yang merupakan belitan kawat sebagai
sumber elektromagnet. Rotor inilah yang membangkitkan medan
magnet setelah belitannya dialiri arus DC dari suatu sistem penguat
atau exciter.
Pada generator terdapat sistem exitasi generator, yaitu suatu sistem yang
menyediakan sumber daya untuk penguatan kumparan medan generator. Sistem
exitasi pada generator PLTU Semarang tidak menggunakan exciter seperti
generator kuno, tapi dalam mendapatkan sumber arus exitasi diperoleh dari
terminal output generator itu sendiri melalui sistem yang terdiri dari komponen-
komponen statis. Sehingga dinamakan exitasi statis. Apabila generator belum
menghasilkan tegangan yaitu sewaktu unit start up, arus exitasinya diambilkan
dari battery ( accu ). Begitu regulator arus exitasinya diputar maka arus dari
battery ( accu ) langsung masuk ke kumparan rotor untuk memberikan arus
penguatan sehingga generator akan menghasilkan tegangan. Dan sistem exitasi
statis langsung menggantikan arus exitasi yang disuplai dari accu secara
otomatis. Komponen dari sistem exitasi statis terdiri dari:
1. Trafo Exitasi
Power Potensial Transformer bersama-sama reactor linear akan
memberikan daya exitasi medan generator pada waktu beban kosong. Sedangkan
Saturable Current Transformer yang dihubungkan seri dengan sisi netral
generator berfungsi untuk memberikan daya exitasi tambahan pada waktu
generator dibebani dan memberikan daya exitasi pada waktu terjadi gangguan
hubungan singkat.
2. Power Rectifier
Power Rectifier (penyearah daya) terdiri dari rangkaian-rangkaian
jembatan dioda yang dihubungkan sedemikian rupa untuk memperoleh
penyearah gelombang penuh. Input untuk penyearah ini didapat dari output trafo
exitasi. Untuk memungkinkan pemeliharaan pada waktu mesin-mesin beroperasi,
tiap jembatan penyearah dilengkapi dengan isolated switch lima kutub yang
dapat mengisolasi jembatan penyearah dioda terhadap tegangan input bolak-balik
maupun tegangan searah hasil penyearahan jembatan lainnya yang sedang
beroperasi.

Spesifikasi Teknis Turbin dan Generator PLTU Unit 1 adalah sbb :


Turbin:
a. Jumlah : 1 buah/ unit
b. Pabrik : General Electric
c. Nomor seri : 197709
d. Rating : 50001 KW
e. Steam Conditions Pressure : 88,90 kg/cm2
f. Temperatur : 5100C
g. Exhaust Pressure : 87,87 mm.Hg abs
h. Putaran : 3000 rpm

Generator:
a. Jumlah : 1 buah/ unit
b. Pabrik : General Electric
c. Nomor seri : 316X150
d. Jumlah kutup 2
e. Type : Hidrogen cooled- generator
f. Suhu maksimum gas pendingin : 46°C
g. Putaran : 3000 rpm
h. Tegangan jangkar : 11500 V
i. Tegangan eksitasi : 250 V DC
j. Faktor daya : 0,85
k. Rating KVA : 62500
l. Kapasitas KVA : 57500
Gambar 3.4. Nameplate generator Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok Semarang

Pada generator Unit 1 menggunakan rating 62500 KVA dengan faktor daya
0,85, sehingga nilai rating generator setelah dikalikan faktor daya adalah 53125 MW
akan lebih tinggi daripada rating turbin yaitu sebesar 50001 MW. Ini dimaksudkan
supaya generator beroperasi diatas rating turbin, sehingga saat turbin dalam kerja
normal generator mampu menahan tegangan atau arus pada saat turbin dalam rating
maksimumnya.

3.4 Pemeliharaan Unit


Pada PLTU Tambak Lorok, pemeliharaan yang dilakukan meliputi:
1. Pemeliharaan Rutin.
Adalah pemeliharaan yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu
tanpa tergantung berapa jam pengoperasian mesin, untuk instrument
control biasa ditentukan setiap seminggu sekali pengecekan.
2. Pemeliharaan Periodik
Adalah pemeliharaan yang dilaksanakan tergantung dari jam
pengoperasian mesin.
3. Pemeliharaan Khusus
Adalah Pemeliharaan yang dilaksanakan berdasarkan kejadian khusus
baik disebabkan oleh gangguan perubahan lingkungan ataupun perubahan
desain. Dalam pelaksanaannya pemeliharaan khusus biasanya bersamaan
dengan pemeliharaan periodik dengan pemberian tanda plus.
BAB IV
TINJAUAN UMUM GENERATOR SINKRON

4.1. Dasar Teori


Generator arus bolak-balik yang kadang-kadang disebut dengan generator
sinkron atau alternator adalah sebuah peralatan listrik yang berfungsi untuk
mengubah energi gerak (mekanis) menjadi energi listrik AC dimana kecepatan
putaran medan dan kecepatan putaran rotornya sama atau tidak ada slip. Kumparan
medan pada generator sinkron terletak pada rotornya sedangkan kumparan
jangkarnya terletak pada stator.
Generator besar yang digunakan untuk mencatu jala-jala daya listrik nasional
modern digerakkan oleh turbin uap atau kincir angin. Generator yang digunakan
untuk mencatu sistem daya terpisah, atau sistem yang lebih kecil atau untuk
memperlengkapi daya beban puncak tambahan terhadap jala-jala listrik yang lebih
besar kerap kali digerakkan oleh mesin diesel atau turbin bakar. Gambar stasiun
pembangkit dimana terpasang generator 50 MW yang digerakkan oleh turbin uap
ditunjukkan oleh gambar 4.1. Pengeksitasi yang dihubungkan langsung dapat dilihat
pada bagian ujung kiri dari gambar.

Gambar 4.1 Instalasi generator 50 MW yang digerakkan dengan turbin

Prinsip kerja generator sinkron adalah menggunakan prinsip induksi


elektromagnetik dimana disini rotor berlaku sebagai kumparan medan (yang
menghasilkan medan magnet) dan akan menginduksi stator sebagai kumparan
jangkar yang akan menghasilkan energi listrik. Pada belitan rotor diberi arus eksitasi
DC yang akan menciptakan medan magnet. Rotor ini dikopel dengan turbin putar
dan ikut berputar sehingga akan menghasilkan medan magnet putar. Medan magnet
putar ini akan memotong kumparan jangkar yang berada di stator. Oleh karena
adanya perubahan fluks magnetik pada tiap waktunya maka pada kumparan jangkar
akan mengalir gaya gerak listrik yang diinduksikan oleh rotor.
Kecepatan sudut putar rotor
120 f
n
p
Dimana :
n = kecepatan putar rotor (rpm)
f = frekuensi (Hz)
p = jumlah kutub

4.2 Konstruksi Generator Sinkron


Dalam generator dc, lilitan jangkar dipasang pada bagian mesin yang berputar
agar memungkinkan pengubahan tegangan bolak-balik yang dibangkitkan dalam
lilitan menjadi tegangan searah pada terminal melalui penggunaan komutator yang
berputar. Kutub medan diletakkan pada bagian mesin yang diam. Dalam semua
generator bolak-balik bertegangan rendah yang kecil, medan diletakkan pada bagian
yang berputar atau rotor, dan lilitan jangkar pada bagian yang diam atau stator dari
mesin.
Konstruksi medan yang berputar dan jangkar-diam menyederhanakan
masalah isolasi generator ac. Karena tegangan yang biasa dibangkitkan adalah
setinggi 18.000 sampai 24.000 volt, maka tegangan tinggi ini tidak perlu dikeluarkan
melalui cincin slip (slip ring) dan kontak geser tetapi dapat dikeluarkan langsung ke
alat penghubung dan pembagi (switchgear) melalui kawat berisolasi dari jangkar
diam. Konstruksi ini juga mempunyai keuntungan mekanis yaitu getaran lilitan
jangkar berkurang dan gaya sentrifugal menjadi lebih baik. Medan yang berputar
dicatu/dieksitasi dengan arus searah dengan tegangan 125, 250 atau 375 V melalui
cincin slip dan sikat-sikat, atau melalui hubungan kabel langsung antara medan dan
penyearah yang berputar jika digunakan sistem eksitasi tanpa sikat-sikat (brushless).
Lilitan jangkar atau stator bisa salah satu dari sekian banyak tipe. Tipe yang
paling banyak digunakan adalah lilitan rangkaian terbuka yang dibentuk dari
kumparan yang terisolasi terpisah mirip dengan lilitan sengkelit generator dc.
Sebenarnya, lilitan yang demikian tersusun dari tiga lilitan terpisah (pada generator
tiga fase), yang masing-masing terpisah satu sama yang lain sebesar 120 derajat.
Ketiga lilitan bisa hubungan Y atau delta. Hubungan Y adalah yang paling umum
karena dengan sendirinya langsung memberikan tegangan tinggi, dan kawat netral
dapat dikeluarkan bersama tiga saluran membentuk sistem empat kawat tiga fase.
Stator generator ac bersama lilitannya ditunjukkan dalam gambar 4.2.

Gambar 4.2 Stator generator sinkron

Gambar yang telah dibentangkan dari lilitan tiga fasa sederhana ditunjukkan
dalam gambar 4.3. Lilitan yang ditunjukkan dalam gambar a adalah hubungan Y.
Cara menghubungkan terminal untuk hubungan delta ditunjukkan dalam gambar b.
Lilitan yang digambarkan disebut lilitan yang terpusatkan (concrentrated winding)
karena semua konduktor tiap-tiap fase dimasukkan dalam satu alur dibawah tiap-tiap
kutub. Lilitan komersial seperti yang ditunjukkan dalam gambar 4.2 adalah lilitan
yang terdistribusi, dengan konduktor tiap-tiap grup fase menempati dua atau lebih
alur dibawah tiap-tiap kutub. Lilitan yang terdistribusi memberikan distribusi panas
yang lebih merata dan hasilnya adalah pembangkitan gelombang ggl yang lebih baik.

Gambar 4.3 (a) Tampak yang dibentangkan dari lilitan stator tiga fase sederhana hubungan Y.
(b) Cara menghubungkan terminal untuk hubungan delta.
Ada dua jenis yang berbeda dari struktur medan generator sinkron, yaitu tipe
kutub-sepatu (salient) dan silinder.
 Rotor tipe kutub-sepatu (salient pole)
Generator kepesatan rendah seperti yang digerakkan oleh mesin diesel atau
turbin air mempunyai rotor dengan kutub medan yang menonjol atau kutub medan
sepatu seperti rotor yang ditunjukkan dalam gambar 4.4. Keping kutub yang
dilaminasi dengan kumparan medannya dipasang pada bingkai dari besi, yang
terpasok pada poros.

Gambar 4.4 Rotor kutub sepatu / salient pole untuk generator sinkron kepesatan rendah
 Rotor tipe silinder
Generator kepesatan tinggi atau tipe turbo mempunyai rotor silinder seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 4.5. rotor yang ditunjukkan akan dibelitkan untuk
dua kutub dan dirancang untuk bekerja pada 3000 putaran per menit (rpm).
Konstruksi silinder penting dalam mesin kepesatan tinggi karena tipe kutub sepatu
sukar dibuat untuk menahan tekanan pada kepesatan tinggi. Lebih lanjut, rotor kutub
sepatu mempunyai rugi angin yang tinggi pada kepesatan yang tinggi. Generator
sinkron dengan konstruksi rotor silinder digerakkan oleh turbin uap atau gas.
Generator yang ditunjukkan oleh gambar 4.1 mempunyai rotor silinder dua kutub.

Gambar 4.5 Rotor tipe silinder untuk generator sinkron 3000 rpm
4.3 Eksitasi Generator Sinkron
Sistem eksitasi konvensional sebelum tahun 1960 terdiri dari sumber arus
searah (DC) yang dihubungkan ke medan generator ac melalui dua slip ring dan
sikat-sikat. Sumber dc biasanya generator dc yang digerakkan motor atau generator
dc yang digerakkan oleh penggerak mula yang sama yang diberi daya oleh generator
ac.
Setelah adanya solid state, beberapa sistem eksitasi yang berbeda yang
menggunakan alat ini telah dikembangkan dan digunakan. Dalam salah satu sistem,
daya diambil dari terminal generator ac, diubah ke dc oleh penyearah stasioner solid
state dan kemudian dicatukan ke medan generator ac dengan menggunakan cincin
slip konvensional dan sikat-sikat. Dalam sistem serupa yang digunakan dalam
generator besar yang digerakkan oleh turbin uap, daya dicatukan ke penyearah solid
state dari lilitan tiga fase terpisah yang terletak diatas alur stator generator. Satu-
satunya fungsi dari lilitan ini adalah menyediakan daya eksitasi untuk generator.
Sistem pembangkitan lain yang masih digunakan baik dengan generator
sinkron tipe kutub sepatu maupun tipe rotor silinder adalah sistem brush less / tanpa
sikat, yang mana generator ac kecil dipasang pada poros yang sama sebagai
generator utama yang digunakan sebagai pengeksitasi. Pengeksitasi ac mempunyai
jangkar yang berputar, keluarannya kemudian disearahkan oleh penyearah dioda
silikon yang juga dipasang pada poros utama. Keluaran yang telah disearahkan dari
pengeksitasi ac, diberikan langsung dengan hubungan yang diisolasi sepanjang poros
ke medan generator sinkron yang berputar. Medan dari pengeksitasi ac adalah
stasioner dan dicatu dari sumber dc terpisah. Keluaran dari pengeksitai ac, dan
berarti tegangan yang dibangkitkan oleh generator sinkron, dapat dikendalikan
dengan mengubah kekuatan medan pengeksitasi ac. Jadi sistem eksitasi tanpa sikat
tidak mempunyai komutator, cincin slip atau sikat-sikat yang sangat memperbaiki
keandalan dan menyederhanakan pemeliharaan mesin.

4.4 Eksitasi Tegangan


Setelah generator ac mencapai kepesatan yang sebenarnya oleh penggerak
mula (prime mover), medannya dieksitasi dari catu dc. Ketika kutub lewat dibawah
konduktor jangkar yang berada pada stator, fluksi medan yang memotong konduktor
menginduksikan ggl kepadanya. Ini adalah ggl bolak-balik, karena kutub dengan
polaritas yang berubah-ubah terus menerus melewati konduktor tersebut. Karena
tidak menggunakan komutator, ggl bolak-balik yang dibangkitkan keluar pada
terminal lilitan stator.
Besarnya ggl yang dibangkitkan bergantung pada laju pemotongan garis gaya
atau dalam hal generator, besarnya ggl bergantung pada kuat medan dan kepesatan
rotor. Karena generator bekerja pada kepesatan konstan maka besarnya ggl yang
dibangkitkan menjadi bergantung pada eksitasi medan. Ini berarti bahwa besarnya
ggl yang dibangkitkan dapat dikendalikan dengan mengatur besarnya eksitasi medan
yang diberikan pada generator. Eksitasi medan dapat langsung dikendalikan dengan
mengubah besarnya tegangan eksitasi yang dikenakan pada medan generator.
Faktor daya dari generator dapat ditentukan dengan karakteristik beban yang
sedang dicatu ( kecuali generator bekerja secara paralel dengan generator lain ).
Frekuensi ggl yang dibangkitkan bergantung pada jumlah kutub medan dan
kepesatan generator. Pada kumparan tertentu, akan dibangkitkan tegangan satu siklus
lengkap bila sepasang kutub rotor (kutub uatra dan selatan) digerakkan melewati
kumparan. Maka jumlah siklus yang dibangkitkan dalam satu putaran rotor sama
dengan jumlah pasang kutub rotor atau p/2, dimana p adalah jumlah total kutub. Jika
n adalah kepesatan rotor dalam putaran per menit, maka n/60 adalah putaran per
sekon. Frekuensi dalam hertz atau siklus per sekon, maka
p n pn
f  x 
2 60 120
Sejauh ini frekuensi jala-jala yang paling umum digunakan di Amerika
adalah 60 Hz, dan ada juga yang menggunakan 25 Hz. Frekuensi yang biasa
digunakan di Eropa adalah 50 Hz.

4.5 Pengaturan Generator Sinkron


Jika beban ditambahkan pada generator sinkron yang sedang bekerja pada
kepesatan konstan dan dengan eksitasi medan konstan, tegangan terminal akan
berubah. Besarnya perubahan akan bergantung pada rancangan mesin dan pada
faktor daya beban. Pengaruh dari faktor daya yang berbeda dan perubahan tegangan
pada terminal dengan perubahan beban pada generator sinkron ditunjukkan pada
gambar 4.6.
Gambar 4.6 Kurva pengaturan generator sinkron pada faktor berbeda

Pengaturan generator sinkron didefinisikan sebagai persentase kenaikan


tegangan terminal ketika beban dikurangi dari arus beban penuh ternilai sampai nol,
dimana kepesatan dan eksitasi medan dijaga konstan, atau
Persen pengaturan (pada faktor daya tertentu) adalah
tegangan tanpa beban - tegangan beban penuh
 x100%
tegangan beban penuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaturan generator adalah sebagai berikut :
1. Penurunan tegangan IR pada lilitan jangkar.
2. Penurunan tegangan IXL pada lilitan jangkar
3. Reaksi jangkar (pengaruh magnetisasi dari arus jangkar).

Dalam generator dc, ggl E yang dibangkitkan merupakan jumlah dari


tegangan terminal Vt dan penurunan tegangan IR pada rangkaian jangkar. Dalam
generator ac, penurunan tegangan karena reaktansi induktif lilitan harus
diperhitungkan. Maka ggl yang dibangkitkan generator ac sama dengan tegangan
terminal ditambah penurunan tegangan IR maupun IXL dalam lilitan jangkar.
Diagram fasor yang disederhanakan dari generator ac yang bekerja dengan
faktor daya satu ditunjukkan dalam gambar 4.7a. ggl E yang dibangkitkan adalah
jumlah fasor tegangan terminal Vt , dan penuruna tegangan IXL yang mendahului
sebesar 90o.
Gambar 4.7 Diagram fasor yang disederhanakan dari generator sinkron yang bekerja pada
(a) faktor daya satu
(b) faktor daya 0,8 tertinggal
(c) faktor daya 0,8 mendahului

Diagram fasor gambar 4.7b menggambarkan generator dengan arus beban


yang sama seperti dalam gambar 4.7a tetapi dengan arus yang tertinggal dengan
tegangan terminal sebesar 36.9o ( faktor daya = 0.8 tertinggal ). Seperti sebelumnya,
ggl yang dibangkitkan adalah jumlah fasor dari Vt , penurunan tegangan IR dan
penurunan tegangan IXL dalam lilitan jangkar. Pengamatan dari gambar 4.7a dan 4.7b
menunjukkan bahwa untuk ggl tertentu yang dibangkitkan, tegangan terminal untuk
faktor daya 0.8 tertinggal adalah lebih kecil. Pada faktor daya tertinggal yang lebih
rendah, penurunan tegangan IR dan IXL lebih merendahkan lagi tegangan terminal.
Gambar 4.7c menyatakan kasus dimana generator mencatu beban dengan
faktor daya mendahului. Jika penurunan tegangan IR dan IXL ditambahkan sebagai
fasor ke tegangan terminal, ternyata bahwa ggl yang dibangkitkan lebih rendah
daripada tegangan terminal. Hal ini memungkinkan karena adanya hubungan fase
dari penurunan tegangan IR dan IXL terhadap tegangan terminal.
Diagram fasor pada gambar menunjukkan pengaruh penurunan tegangan IR
dan IXL pada tegangan terminal untuk E tertentu. E dalam generator adalah tidak
konstan, tetapi berubah dengan besarnya beban dan faktor daya beban karena
pengaruh reaksi jangkar. Pada faktor daya satu, pengaruh reaksi jangkar adalah
minimum, pengaruhnya semata-mata hanyalah aksi distorsi pada fluksi medan
utama. Pada faktor daya tertinggal, pengaruh pemagnetan arus jangkar melawan ggm
medan utama, sehingga melemahkan fluksi medan dan menurunkan E. Makin rendah
faktor daya dalam arah tertinggal, ggm jangkar makin demagnetized oleh medan.
Pada faktor daya mendahului ggm jangkar membantu atau memperkuat ggm
medan utama, sehingga ggl yang dibangkitkan lebih tinggi dengan naiknya beban.
Pengaruh pemagnetan ini bertambah jika faktor daya lebih mendahului.

4.6 Pengaturan Tegangan Generator


Karena tegangan terminal generator sinkron banyak berubah dengan
berubahnya beban, maka untuk operasi hampir semua peralatan listrik diperlukan
usaha untuk menjaga agar agar tegangannya konstan. Cara yang biasa dilakukan
untuk ini adalah menggunakan alat pembantu yang disebut pengatur tegangan
(voltage regulator) untuk mengendalikan besarnya eksitasi medan dc yang dicatukan
pada generator. Bila tegangan terminal generator turun karena perubahan beban,
pengatur tegangan secara otomatis menaikkan pembangkitan medan sehingga
tegangan kembali normal. Sama halnya bila tegangan terminal naik karena
perubahan beban, pengatur tegangan mengembalikan nilai tegangan normalnya
dengan mengurangi eksitasi medan.
Hampir semua pengatur tegangan mengendalikan eksitasi medan generator
secara tak langsung yaitu dengan mengoperasikan rangkaian pengeksitasi medan.
Arus yang harus ditangani oleh pengatur jauh lebih kecil dalam rangkaian medan
pengeksitasi daripada dalam rangkaian generator.
Salah satu tipe pengatur tegangan generator adalah jenis tahanan geser kerja
langsung (direct acting rheostatic type). Pada dasarnya pengatur ini terdiri tahanan
variabel yang dikendalikan secara otomatis dalam rangkaian medan pengeksitasi.
Elemen tahanan geser yang dihubungkan seri dengan pengeksitasi medan terdiri dari
tumpukkan blok tahanan atau wafer bukan logam, ditumpuk sehingga tahanan dari
tumpukkan dapat diubah jika dimiringkan ke depan atau ke belakang oleh elemen
kopel. Elemen kopel dihubungkan ke transformator tegangan generator. Jika
tegangan keluaran generator sinkron adalah konstan, elemen kopel diam yang
membuat elemen tahanan konstan. Tetapi jika tegangan generator berubah karena
beban berubah dari harga yang ditentukan semula, elemen kopel bekerja menaikkan
atau menurunkan tahanan elemen tahanan geser dan mengembalikan tegangan
generator ke harga semula. Pengatur ini sebagian besar telah digantikan oleh jenis
statik dimana bagian mekanis yang bergerak digantikan oleh alat solid-state.
Prinsip kerja pengatur tegangan statik sama seperti jenis tahanan geser kerja
lengsung, yaitu tegangan generator ac diatur dengan mengubah tahanan efektif dalam
rangkaian medan pengeksitasi, yang selanjutnya mengubah keluaran tegangan dari
pengeksitasi tersebut. Diagram elementer yang disederhanakan dari salah satu jenis
pengatur tegangan statik ditunjukkan gambar 4.8.

Gambar 4.8 Diagram pengaturan tegangan statik yang disederhanakan

Dalam sistem eksitasi yang ditunjukkan gambar 4.8, tahanan efektif


rangkaian pengeksitasi medan pengeksitasi diubah oleh transistor daya yang
dihubungkan paralel dengan tahanan geser medan pengeksitasi. Transistor ini
disakelarkan dari keadaan konduksi menjadi tidak konduksi pada laju yang berubah
bergantung pada besarnya koreksi yang diperlukan dalam tegangan generator
sinkron. Hal ini berarti secara bergantian mem-bypass dan menghubungkan tahanan
geser kedalam rangkaian medan pengeksitasi. Laju perubahan on dan off dari
transistor daya, yang berarti pula mengatur arus pengeksitasi medan, dikendalikan
oleh piranti solid-state pembantu dan sensor yang dihubungkan pada transformator
arus dan transformator tegangan dari generator.
Peralatan bantu termasuk peralatan penstabil dipasang untuk meredam isolasi
dalam pengatur dan untuk mencegah lonjakan atau overshoot pada pengatur bila
tegangan berubah dengan cepat. Transformator arus dipasang pada peralatan
pembantu yang digunakan dalam kaitannya dengan upaya kompensasi arus silang
untuk secara otomatis mengatur pembagian beban kilovar antara generator yang
bekerja paralel.

4.7 Memparalelkan Generator / Sinkronisasi Generator


Jika beban pada stasiun pembangkit menjadi sedemikian besar sehingga nilai
(rating) generator yang sedang bekerja dilampaui, maka perlu penambahan generator
lain secara paralel untuk menaikkan penyediaan daya dari stasiun pembangkit
tersebut.
Sebelum dua generator sinkron diparalelkan harus dipenuhi beberapa kondisi
atau syarat – syarat berikut ini:
1. Urutan fasanya harus sama
2. Tegangan terminalnya harus sama
3. Tegangannya harus sefase
4. Frekuensinya harus sama
Jika dua generator beroperasi dan persyaratan ini dipenuhi maka dikatakan
dalam keadaan sinkron. Operasi agar mesin dalam keadaan sinkron dinamakan
penyinkronan.

Gambar 4.9. Hubungan penyinkronan generator

Sebelum generator disinkronkan dengan generator lain untuk pertama kali,


urutan fasenya harus diperiksa untuk disesuaikan dengan urutan fasa generator lain
dalam stasiun. Hal ini biasanya dilakukan dengan instrumen penguji yang disebut
indikator urutan fase dan berputar dalam arah berlawanan untuk urutan fase lainnya.
Metode untuk pengujian urutan fase dan penyinkronan lainnya akan dijelaskan
dengan mengacu pada diagram hubungan yang ditunjukkan dalam gambar 4.9
Jika generator baru telah dipasang dan siap untuk diuji, maka generator
dioperasikan kira-kira mendekati ternilainya kepesatan dan tegangan dengan
pemutus arus terbuka. Indikator urutan fase dihubungkan sementara pada
transformator tegangan bus sistem pada titik a, b, dan c dan urutan fase sistem dicatat
pada indikator. Kemudian hubungan indikator urutan fase dipindahkan ke
transformator tegangan generator, dengan hubungan sementara dibuat pada titik a’.
b’, dan c’dan urutan fase generator dicatat. Jika urutan dari generator dan sistem
adalah sama, generator siap untuk langkah berikutnya dalam proses penyinkronan.
Jika seandainya urutan fase generator berlawanan dengan sistem, maka dua dari tiga
kawat hubung utama generator harus dipertukarkan agar urutan geberator benar.
Setelah ditentukan bahwa urutan fase generator sesuai dengan sistem, maka dibuat
hubungan permanen antara generator dan pemutus arus, dan tidak perlu lagi
memeriksa urutan fase setiap kali akan melakukan sinkronisasi.
Untuk menentukan kondisi sisanya agar persyaratan kerja paralel dipenuhi,
dua buah voltmeter dan sinkroskop dihubungkan seperti ditunjukkan dalam gambar
4.9. Sakelar penyinkronan disediakan antara transformator tegangan generator
maupun bus dan peralatan penyinkronan, sehingga peralatan penyinkronan dapat
dihidupkan selama berlangsungnya operasi penyinkronan.
Dengan generator baru bekerja mendekati nilai kepesatan, dengan pemutus
arus terbuka dan dengan sakelar penyinkronan tertutup, tegangan generator seperti
yang ditunjukkan oleh voltmeter baru yang terpasang, disetel agar sesuai dengan
tegangan bus, seperti yang ditunjukkan oleh voltmeter yang telah bekerja. Tegangan
generator dinaikkan atau diturunkan dengan menyetel eksitasi medan generator.
Sinkroskop kemudian digunakan untuk meyakinkan bahwa tegangan
generator sefase dengan tegangan bus dan frekuensinya sama. Sinkroskop adalah
instrumen untuk menunjukkan perbedaan fase dan frekuensi antara dua tegangan.
Instrumen ini sebenarnya adalah motor fase- terbagi atau split phase yang akan
menghasilkan kopel jika dua tegangan yang dikenakan berbeda frekuensinya.
Tegangan dari bus dan generator yang baru beroperasi itu dikenakan pada
sinkroskop. Penunjuk yang dipasang pada rotor instrumen, bergerak diatas
permukaan skala dengan arah baik searah jarum maupun berlawanan arah jarum jam,
bergantung apakah frekuensi generator baru itu lebih tinggi atau lebih rendah
dibandingkan dengan frekuensi bus. Jika penunjuk berhenti dalam posisi vertikal
(seperti jam 12), sinkroskop menunjukkan bahwa frekuensinya sama dan
tegangannya sefase. Tanda – tanda pada skala sinkroskop ditunjukkan dalam gambar
4.10
Gambar 4.10. Skala Sinkroskop

Dalam operasi penyinkronan, frekuensi generator baru dinaikkan dan


diturunkan agar sesuai dengan generator atau bus yang sedang jalan. Frekuensi
generator ditambah dengan menambah atau mengurangi kepesatan penggerak mula
yang menggerakkan generator. Jika penunjuk sinkroskop berhenti pada posisi
vertikal dan kedua voltmeter pembacaanyan sama, pemutus arus generator dapat
ditutup untuk memparalelkan generator yang sedang berjalan dengan yang baru.
Dalam praktek kadang-kadang sukar untuk menyetel kepesatan generator
yang akan diparalelkan agar cukup dekat untuk menyetop penunjuk sinkroskop pada
posisi yang benar. Jika terjadi demikian, frekuensi generator baru harus disetel
sedekat mungkin dengan frekuensi bus, dan pemutus arus ditutup tepat sebelum
penunjuk mencapai posisi vertikal ketika bergerak sangat lambat dalam arah “cepat”.
Hal ini menyebabkan generator baru mengambil sejumlah kecil beban segera setelah
penutupan penutup arus dan menghasilkan kerja yang stabil dari generator yang
diparalelkan.

4.8 Kerja Paralel


Setelah dua generator sinkron diparalelkan, beban biasanya terbagi sebanding
dengan nilainya. Jadi makin besar mesin, makin bear bagian beban yang
ditanganinya.
Pembagian beban yang layak antara generator dapat dilakukan dengan
menyetel pengatur penggerak mula pada generator. Salah satu pengatur penggerak
mula dibuka seraya yang lain ditutup sedikit. Dengan cara ini, frekuensi sistem
dipertahankan konstan seraya beban digeser dari satu mesin ke mesin yang lain.
Sakelar-sakelar kendali pengatur dipasang pada panel sakelar sehingga operator
dapat mengawasi instrumen panel sakelar seraya penyetelan pembagian beban
dilakukan.
Faktor daya setiap sistem distribusi ac bergantung pada beban. Maka
generator yang bekerja sendirian, harus bekerja pada faktor daya dari beban yang
dicatunya. Tetapi jika dua atau lebih generator bekerja paralel, faktor daya masing-
masing ditentukan oleh medan eksitasinya.
Secara umum besarnya medan eksitasi yang layak untuk generator yang
bekerja paralel adalah besarnya pembagkitan masing-masing generator yang akan
diperlukan jika mengaliri beban itu sendiri pada tegangan dan frekuensi yang sama.
Jika eksitasi dari generator yang bekerja paralel dengan generator lain
dinaikkan melampaui harga normal ekitasinya, faktor dayanya berubah menuju
tertinggal dan keluaran arusnya bertambah tanpa perubahan yang berarti pada
kilowatt. Sama halnya jika generator kurang dieksitasi, faktor dayanya menjadi lebih
mendahului dan keluaran arusnya bertambah tanpa mengubah keluaran kilowatt.
Arus yang bertambah dalam kedua hal tersebut diatas tidak dicatukan ke beban tetapi
bersirkulasi diantara generator yang dihubungkan ke sistem, sehingga menambah
kerugian dan menurunkan kapasitas kemampuan. Oleh sebab itu dalam hampir
semua kasus, diinginkan pengoperasian setiap generator pada faktor daya yang sama
agar arus sirkulasinya minimum.
Jadi suatu perubahan dalam eksitasi medan menyebabkan perubahan beban
amper tetapi bukan pada kilowatt. Pembagian beban kilowatt antar generator sinkron
harus dilakukan dengan meyetel kendali pengatur penggerak mula.
Tegangan sistem yang dicatu oleh beberapa generator yang diparalelkan
dapat dinaikkan atau diturunkan dengan secara simultan dengan menambah atau
mengurangi eksitasi medan semua generator. Demikian pula frekuensi sistem dapat
dinaikkan atau diturunkan dengan menambah atau kepesatan beberapa penggerak
mula.

4.9 Ayunan (Swing)


Generator sinkron yang bekerja paralel kadang-kadang mempunyai
kecenderungan untuk berayun (swing). Jika kopel penggerak yang dikenakan pada
generator berdenyut, seperti yang dihasilkan oleh mesin diesel, rotor generator dapat
tertarik maju atau mundur secara periodik dari posisi normalnya ketika berputar.
Aksi osilasi ini dinamakan ayunan atau swing.
Ayuan menyebabkan generator menggeser beban dari satu ke lainnya. Dalam
beberapa hal, daya osilasi ini menjadi kumulatif dan cukup kuat untuk menyebabkan
generator menjadi tak sinkron.
Kecenderungan generator yang digerakkan oleh diesel berayun dapat
dikurangi dengan menggunakan roda gila, untuk mengurangi perubahan torsi. Lilitan
peredam, kerap kali disebut lilitan amortisseur atau damper winding , dipasang pada
permukaan beberapa rotor generator untuk mengurangi kecenderungan berayun.
Rotor yang ditunjukkan dalam gambar dilengkapi dengan lilitan peredam yang terdiri
dari konduktor yang dihubung singkat dan dibenamkan pada muka kutub. Jika
ayunan terjadi, ada pergeseran fluksi jangkar melewati muka kutub, sehingga
menginduksikan arus dalam lilitan peredam. Karena setiap arus induksi melawan
aksi yang menimbulkannya, aksi ayunan dilawan oleh aliran arus induksi. Generator
yang digerakkan oleh turbin uap umumnya tidak mempuyai kecenderungan berayun
karena kopel yang dikenakan tidak berdenyut.

4.10 Nilai
Kapasitas generator dinilai dalam kilovoltamper dan biasanya dalam kilowatt
pada faktor daya tertentu. Data lain pada nameplate generator termasuk nilai
tegangan, arus, frekuensi, jumlah fase dan kepesatan. Kenaikan temperatur
maksimum dinyatakan bersama-sama dengan metode pengukuran temperatur yang
digunakan. Kebutuhan eksitasi juga dinyatakan, termasuk nilai tegangan medan dan
ampere/arus medan.
BAB V
PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW
DI PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER UBP SEMARANG

5.1 Sistem Isolasi Lilitan Rotor dan Stator


Sistem isolasi generator menggabungkan beberapa material berbeda untuk
memproteksi lilitan medan dan lilitan stator, sehingga bagian utama sistem
melibatkan banyak pengujian untuk mendapatkan batasan – batasan isolasi. Ini
meliputi kekuatan dielektrik yang telah secara tradisional berhasil dengan
menggunakan mika dalam bermacam – macam bentuk. Generator yang disusun
dengan isolasi lilitan asphalt-mika telah mempunyai sejarah dapat menyerap
kelembaban yang dalam beberapa kasus membutuhkan pengeringan lilitan untuk
mendapatkan level resistansi isolasi yang memuaskan. Sekarang lilitan menggunakan
isolasi epoxy-mica karena mempunyai kekuatan mekanik dan kekedapan terhadap
air, oli atau kontaminasi lain terhadap isolasi, yang ditimbulkan selama kondisi
abnormal.

Gambar 5.1. Sistem isolasi pada lilitan stator generator

Gambar 5.2. Sistem isolasi pada lilitan rotor generator

Fungsi utama isolasi adalah membatasi tegangan pada isolasi, jika tegangan
yang berlebihan diterapkan pada lilitan, stress tegangan akan mengakibatkan
pemanasan pada isolasi dan dapat mengakibatkan kerusakan. Tentunya level
tegangan yang cukup tinggi akan menghasilkan breakdown dengan segera.
Mempertahankan kekompakan dan kualitas sistem isolasi adalah sangat penting
terhadap pemanasan, kehampaan, kerusakan mekanis atau ketidaknormalan lain yang
mengakibatkan kelemahan terhadap isolasi. Kelemahan isolasi ini akan meningkat
secara berkelanjutan pada saat generator terus beroperasi pada tegangan kerja. Jika
tegangan breakdown mengalir pada isolasi sementara generator melayani beban, ini
kemungkinan besar akan mengakibatkan kerusakan yang terjadi pada komponen
generator, ini dapat menjadi sangat serius karena akan membutuhkan rewinding atau
pengantian lilitan. Untuk menghindari masalah - masalah tersebut maka seharusnya
dilakukan pemeliharaan secara berkala terhadap semua komponen dari sistem isolasi
sehingga kita dapat mencegah masalah - masalah tersebut sebelum terjadi.

5.2 Pengujian Rotor dan Stator


Ada beberapa pengujian pada sistem isolasi untuk mengevaluasi kekuatan
dielektrik untuk menjamin keandalan. Dari semuanya tanpa kecuali, melibatkan
tegangan yang melewati dinding/permukaan isolasi. Perbedaan dari satu pengujian
ke pengujian yang lain adalah perbedaan level tegangan yang diterapkan, pengukuran
dan penunjukkan hasil.

Secara garis besar pengujian rotor dan stator pada generator dibagi atas dua
kategori :
5.2.1 Proof Test
Proof test yaitu pengujian yang menggunakan level tegangan yang lebih tinggi
daripada tegangan kerja.
Argumen yang sering digunakan dalam pengujian tegangan lebih adalah
mungkin akan menimbulkan breakdown pada lilitan. Biaya dari waktu outage mesin
sangat bervariasi diantara outage yang direncanakan, pada saat beberapa waktu
perawatan dilakukan, dan outage selama kondisi beban puncak. Breakdown biasanya
mengalir selama kondisi beban puncak. Jika generator mempunyai isolasi tipis,
dimana dapat memungkinkan breakdown selama transient atau surja dalam sistem,
pengujian tegangan ini umumnya umumnya lebih ekonomis diperbaiki selama outage
yang direncanakan. Jika satu atau lebih titik lemah pada lilitan mengalir gangguan,
ini kemudian akan menjadi titik grounding dari lilitan, menggantikan netral dan
kemudian menerapkan tegangan yang besar ke bagian lain lilitan. Breakdown
susulan dapat mengalir kemudian, dimana dapat menghasilkan arus sirkulasi yang
tinggi seperti gangguan fasa ke fasa (seperti gambar 5.3). Ini akan menghasilkan
kerusakan inti, yang mengharuskan inti diperbaiki dan kemungkinan seluruhnya
diganti lilitannnya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mencari kelemahan, dan
kemungkinan breakdown.

Contoh proof test pada generator adalah pengujian High Potensial Test.

Gangguan
Sekunder

Arus Gangguan melewati inti stator


Tidak dapat diatasi oleh CB

Gambar 5.3 Tahap permulaan dua gangguan internal generator.

5.2.2 Analytical Test


Analytical test yaitu pengujian dengan menggunakan level tegangan yang
biasanya dibawah tegangan kerja.
Beberapa diantaranya jenis – jenis analytical test adalah sebagai berikut :
a. Insulation Resistance Test / Megger Test
b. DC Leakage
c. Dissipation Factor
d. Balancing Voltage Rotor Test
e. Tahanan Dalam (Rd) Rotor
f. Partial Discharge Test (PD Test)
Pengujian pada peralatan baru pada perusahaan berdasarkan standar ANSI
(American National Standards Institute) dan dilakukan oleh perusahaan sebelum
pengiriman. Jika pengguna memilih menggunakan pengujian tambahan pada
peralatan, ini juga harus berdasarkan standar yang dipublikasikan oleh ANSI.

5.3 Ulasan Pengujian


5.3.1 High Potensial Test
High Potensial Test atau biasa disebut dengan Hi-Pot Test adalah cara terbaik
dalam menentukan jaminan apakah iya atau tidak isolasi pada lilitan sesuai untuk
suatu level tegangan khusus. Hi-Pot Test paling umum diterapkan pada lilitan stator
generator untuk mencari kerusakan pada lilitan. Pengujian ini merupakan pengujian
yang dimaksudkan untuk memperkirakan kekuatan dielektrik isolasi dari lilitan stator
generator.
Prinsip kerja pengujian ini adalah jika ada kerusakan isolasi yang cukup besar,
tegangan yang cukup besar diterapkan pada lilitan maka akan mengakibatkan
breakdown pada isolasi tersebut, pengujian ini jarang dilakukan karena sifatnya
merusak sehingga perlu melilit ulang rotor atau stator jika terjadi breakdown.
Selama pengujian masing – masing fasa terpisah, salah satu fasa dites
sedangkan dua fasa lainnya digroundkan.

High Potensial Test dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori utama yaitu
sebagai berikut :
5.3.1.1 AC High Potensial Test
AC High Potensial Test /AC Hi-Pot Test atau biasa disebut pengujian tegangan
50/60 hertz adalah pengujian dengan menggunakan tegangan pengujian normal 50/60
hertz untuk memenuhi standar pengiriman dari perusahaan. Tegangan pengujian
50/60 hertz digunakan diperusahaan karena pada simulasi stress yang dijumpai pada
isolasi lilitan stator selama generator beroperasi secara normal. Pada masa dahulu
peralatan pengujian AC Hi-Pot Test relatif berat, dan sehingga ukuran generator
meningkat, kemampuan perlengkapan pengujian telah meningkat juga. Peralatan
portabel resonant test telah dikembangkan yang menghasilkan arus yang diperlukan
tanpa menjadi lebih berat. Banyak generator telah dibuat sekarang dengan
perlengkapan pengujian yang dibutuhkan 300 kva atau lebih untuk pengujian AC Hi-
Pot Test pada lilitan stator. Tegangan yang diterapkan dalam pengujian AC Hi-Pot
Test adalah sebesar satu setengah kali dari tegangan line-to-line RMS generator
(1,5E) untuk keserasian dengan peralatan dan setelah penggantian kumparan atau bar
dipasang, sedangkan pada saat sebelum penggantian kumparan dipasang adalah
sebesar 1,5 E + 2000.

5.3.1.2 Very-Low-Frequency Test Voltage


Very-Low-Frequency Test Voltage atau VLF Test Voltage adalah pengujian
dengan menggunakan tegangan frekuensi 0.1 hertz. Peningkatan reaktansi kapasitif
pada range frekuensi sangat rendah mengurangi arus pengosongan pada pengujian.
Sehingga peralatan pengujian tegangan tinggi 0,1 hertz lebih ringan dan lebih mudah
untuk dibawa daripada peralatan konvensional AC Hi-Pot Test dan sebanding dengan
ukuran peralatan resonat test 50/60 hertz. Peralatan pengujian 0,1 hertz mempunyai
kemampuan untuk mencari perkiraan kerusakan seperti peralatan pengujian AC Hi-
Pot Test. Tegangan pada pengujian 0,1 hertz adalah harus 15% lebih besar daripada
nilai RMS tegangan pada pengujian AC Hi-Pot Test supaya mempunyai kemampuan
yang sama untuk mencari kerusakan.

5.3.1.3 DC High Potensial Test


Pada Hi-Pot Test selain dengan menggunakan tegangan AC juga dapat dengan
menggunakan tegangan DC atau biasa disebut dengan DC Hi-Pot Test. Peralatan
yang digunakan pada pengujian DC adalah lebih kecil daripada peralatan pengujian
AC Hi-Pot Test disebabkan oleh KVA yang dibutuhkan lilitan sangat kecil selama
pengujian. Besarnya tegangan pengujian DC seharusnya 70 % lebih besar daripada
tegangan RMS pengujian AC Hi-Pot Test untuk mendapatkan kemampuan yang
sama untuk mencari kerusakan.
Tabel 5.1 : Tegangan yang digunakan pada Hi-Pot Test
Pengujian Tegangan Tegangan Pengujian Tegangan
Pengujian Pengujian
50/60-Hertz 0,1-Hertz AC (puncak) DC
AC (RMS)
Sebelum penggantian 1,5 E + 2000 2 x1,15x(1,5E  2000) 1.7 x (1,5E) =
kumparan/bar dipasang 2,25E
Keserasian/kecocokan 1,5 E 2 x1,15 x(1,5E ) 1.7 x (1,5E) =
2,25E
dengan peralatan
Setelah penggantian 1,5 E 2 x1,15x(1,5E ) 1.7 x (1,5E) =
2,25E
kumparan/bar dipasang
Dimana : E = Tegangan RMS line-to-line dari generator

5.3.2 Insulation Resistance Test / Megger Test


Insulation Resistance Test atau Megger Test merupakan pengujian yang
paling mudah dan sederhana untuk menentukan kemampuan isolasi. Megger test ini
dilakukan pada rotor dan stator generator, selain itu juga dapat diterapkan pada
semua mesin atau lilitan. Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini disebut Mega
Ohm Meter atau biasa disebut Megger Tester atau Megger saja. Peralatan ini
membangkitkan tegangan internal tetap dan mempunyai resistansi internal yang
tinggi. Pengukuran sesungguhnya adalah mensensing tegangan terminal, jadi arus
yang mengalir menurunkan pembacaan skala yang dikalibrasi dalam Mega ohm.
Indeks yang biasa digunakan dalam menunjukkan pembacaan megger
dikenal sebagai dielectric absorbtion, yang diperoleh dengan pembacaan yang
berkelanjutan untuk periode waktu yang lebih lama. Jika pengujian berkelanjutan
untuk periode selama 10 menit, megger akan mempunyai kemampuan untuk
mempolarisasikan atau mencharge kapasitansi tinggi ke isolasi stator, dan
pembacaan resistansi akan meningkat jika isolasi bersih dan kering. Rasio
pembacaan 10 menit dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal sebagai Polarization
Index atau Indeks Polarisasi (IP). Nilai Indeks polarisasi adalah 2,5 atau lebih tinggi
pada stator dan 1,25 atau lebih tinggi pada rotor/medan.
Hasil pembacaannya mengindikasikan apakah ada atau tidak bagian lilitan
yang terhubung singkat pada atau disekitar sistem isolasi. Jika IP terlalu rendah ini
mengindikasikan bahwa lilitan mungkin terkontaminasi oli, kotoran, serangga, atau
terbasahi oleh air.
Besarnya Polarization Index atau Indeks polarisasi (IP) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
R10menit
IP 
R1menit

Dimana ; R10 menit : Resistansi pengukuran pada menit ke-10 ( Mfi }


R1 menit : Resistansi pengukuran pada menit pertama ( Mfi }
Pembacaan megger yang sangat rendah dan juga indeks polarisasi yang kecil
biasanya mengindikasikan adanya kelembaban dan pengeringan harus segera
dilakukan. Jika lilitan dipanaskan untuk menghilangkan kelembaban, pembacaan
resistansi akan bervariasi seperti ditunjukkan pada grafik gambar 5.4.

Gambar 5.4. Perubahan secara tipikal dalam 1 menit dan 10 menit resistansi isolasi selama proses
pengeringan 13,800 volt ac pada isolasi klas B kumparan jangkar. Apabila bersih dan kering IP-nya
akan lebih tinggi dari 2,5. Jika lembab dan atau kotor akan mempunyai IP mendekati 1 dan merupakan
indikasi permulaan masalah isolasi.
Secara garis besar megger pada generator dibagi menjadi dua yaitu megger
stator dan megger rotor, yang membedakan adalah tegangan yang diterapkan untuk
masing – masing pengujian.
Tegangan yang digunakan pada pengujian Insulation Resistance masih
dibawah tegangan puncak kerja line-to-ground lilitan sehingga test ini bukan
merupakan Hi-pot test.
Berdasarkan standar IEEE no 43-2000 besarnya tegangan yang diterapkan
untuk pengujian berdasarkan tegangan kerja pada lilitan generator dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5.2. Tegangan DC yang diterapkan untuk pengujian megger berdasarkan tegangan kerja lilitan.
VAC (L – L) VDC
( tegangan kerja lilitan (line-to-line) ) ( tegangan DC yang diterapkan )
<100 500
1000 – 2500 500 – 1000
2501 – 5000 1000 – 2500
5001 – 12000 2500 – 5000
>12000 5000 -10000

Alat yang digunakan dalam megger adalah Metriso 5000A dengan tegangan
yang diterapkan untuk megger stator sebesar 5000 Volt DC sedangkan dalam megger
rotor tegangan yang diterapkan adalah 500 Volt DC karena melihat kemampuan rotor
untuk menahan tegangan. Megger terhadap stator sangat dipengaruhi oleh kondisi
cuaca/ kelembaban.

5.3.2.1 Megger Stator


Secara garis besar megger stator sendiri dibagi menjadi dua yaitu megger fasa
ke fasa dan fasa ke ground. Berikut adalah rangkaian megger stator :

Gambar 5.5. Rangkaian megger stator fasa – ground

Gambar 5.6. Rangkaian megger stator fasa – fasa


Dalam pengukuran megger stator tidak hanya dilakukan sekali saja,
pengukuran megger stator tesebut dilakukan berdasarkan tahapan dan waktunya
adalah sebagai berikut yaitu :
 Megger awal stator
 Megger stator sebelum penambahan resin
 Megger stator setelah penambahan resin
 Megger stator sebelum divarnis
 Megger stator setelah rotor dimasukkan
 Megger stator sebelum busbar di connect
Maksud megger stator yang berkelanjutan ini dimaksudkan untuk
memastikan bahwa kelembaban lilitan stator tetap terjaga dan tidak terjadi hubung
singkat atau kerusakan isolasi selama proses perawatan. Jika dalam proses yang
berkelanjutan tersebut didapatkan nilai indeks polarisasi (IP) yang terlalu kecil itu
mengisyaratkan bahwa stator terlalu lembab maka perlu dipanasi/pengeringan
dengan lampu halogen.
Dari megger stator tersebut berikut adalah datanya yang dilakukan selama 10
menit untuk mendapakan indeks polaritas.
a. Megger awal stator
Megger ini dilakukan pada saat awal rotor generator dikeluarkan. Pada
pengukuran ini generator harus dalam kondisi mati.
Cuaca : setelah hujan (29 °C )
Tabel 5.2 : Megger awal stator fasa – ground
Menit ke R (Gfi) S (Gfi) T (Gfi)
1 2,5 0,9 1,7
2 3 1,2 2
3 3,2 1,3 2,2
4 3,2 1,4 2,5
5 3,2 1,5 2,8
6 3,3 1,5 2,9
7 3,3 1,5 3,2
8 3,3 1,5 3,4
9 3,5 1,6 3,5
10 3,5 1,6 3,6
IP = 1,4 IP = 1,7 IP = 2,11

Tabel 5.3 : Megger awal stator fasa – fasa.


R - S, T-Ground R - T ,S-Ground S - T, R-Ground
Menit ke- (Gfi) (Gfi) (Gfi)
1 3,6 2,9 3,1
2 3,6 3,6 3,6
3 3,9 4 3,9
4 4,2 4,2 4
5 4,3 4,9 4,2
6 5 5 4,3
7 5,2 5,2 4,5
8 5,4 5,8 4,8
9 5,5 5,8 4,8
10 5,6 6 4,8
IP = 1,8 IP = 2,0 IP = 1,6

b. Megger stator sebelum penambahan resin


Cuaca : mendung ( 30 °C )
Tabel 5.4 : Megger fasa – ground stator sebelum penambahan resin

Menit ke R (Gfi) S (Gfi) T (Gfi)


1 1 0,79 0,7
2 1,1 0,85 0,71
3 1,2 0,9 0,75
4 1,3 0,92 0,75
5 1,3 0,95 0,78
6 1,4 0,975 0,8
7 1,4 0,975 0,8
8 1,4 1 0,8
9 1,5 1 0,8
10 1,5 1 0,8
IP = 1,5 IP = 1,26 IP = 1.14

Tabel 5.5 : Megger fasa – fasa stator sebelum penambahan resin

Menit R - S, T-Ground R - T ,S-Ground S - T, R-Ground


ke- (Gfi) (Gfi) (Gfi)
1 1,8 1,7 1,5
2 2,1 2 1,8
3 2,1 2,1 1,9
4 2,2 2,2 2
5 2,2 2,2 2
6 2,3 2,2 2
7 2,3 2,3 2,1
8 2,4 2,3 2
9 2,5 2,3 2
10 2,5 2,5 2,2
IP = 1,4 IP = 1,4 IP = 1,46
c. Megger stator setelah penambahan resin
Cuaca : hujan ( 29°C )
Tabel 5.6 : Megger fasa – ground stator setelah penambahan resin

Menit ke R (Gfi) S (Gfi) T (Gfi)


1 0,6 0,7 0,9
2 0,68 0,78 1
3 0,7 0,81 1,2
4 0,72 0,85 1,2
5 0,75 0,87 1,3
6 0,76 0,88 1,3
7 0,78 0,9 1,3
8 0,8 0,9 1,3
9 0,8 0,9 1,3
10 0,81 0,91 1,3
IP = 1,35 IP = 1,3 IP = 1,44

Tabel 5.7 : Megger fasa – fasa stator setelah penambahan resin


R - S, T-Ground R - T ,S-Ground S - T, R-Ground
Menit ke (Gfi) (Gfi) (Gfi)
1 1,6 1,8 1,7
2 1,7 2 1,8
3 1,8 2,1 1,9
4 2 2,1 2
5 2 2,2 2
6 2 2,2 2
7 2 2,3 2
8 2,1 2,3 2
9 2,1 2,3 2,1
10 2,1 2,3 2,1
IP = 1,3 IP = 1,27 IP = 1,23

Pemberian resin akan mengakibatkan lilitan stator menjadi lembab jadi


setelah pemberian resin perlu dipanaskan agar tidak lembab, pengeringan dapat
dilakukan dengan lampu halogen.
Penambahan resin dimaksudkan untuk meningkatkan kekuatan isolasi karena
resin mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :
 Secara mekanik sebagai lock windage yaitu penahan lilitan dari getaran
atau sebagai pengunci lilitan.
 Secara elektrik sebagai isolator untuk mengisolasi lilitan.
d. Megger stator sebelum divarnis
Cuaca : mendung ( 30 °C )
Tabel 5.8 : Megger fasa – ground stator sebelum divarnis

Menit ke R (Gfi) S (Gfi) T (Gfi)


1 1,2 1 1,1
2 1,3 1,1 1,1
3 1,5 1,1 1,2
4 1,5 1,2 1,2
5 1,5 1,3 1,2
6 1,5 1,4 1,3
7 1,5 1,5 1,4
8 1,5 1,5 1,4
9 1,5 1,5 1,4
10 1,5 1,5 1,5
IP = 1,25 IP = 1,5 IP = 1,5

Tabel 5.9 : Megger fasa – fasa stator sebelum divarnis


R - S, T-Ground R - T ,S-Ground S - T, R-Ground
Menit ke (Gfi) (Gfi) (Gfi)
1 3 3 2
2 3,6 3,5 2
3 3,8 3,6 2,3
4 3,9 3,7 2,3
5 4 3,7 2,4
6 4,5 3,7 2,4
7 4,5 3,8 2,4
8 4,7 3,8 2,5
9 4,8 3,8 2,5
10 4,9 3,8 2,5
IP = 1,6 IP = 1,26 IP = 1,25

e. Megger stator setelah rotor dimasukkan


Cuaca : mendung ( 30°C )
Tabel 5.10 : Megger fasa – ground stator setelah rotor dimasukkan.

Menit ke R (Gfi) S (Gfi) T (Gfi)


1 1,8 0,9 1,2
2 2,2 1 1,3
3 2,3 1,1 1,4
4 2,3 1,1 1,5
5 2,3 1,1 1,6
6 2,3 1,2 1,7
7 2,4 1,3 1,7
8 2,5 1,3 1,7
9 2,5 1,3 1,7
10 2,5 1,3 1,8
IP = 1,3 IP = 1,4 IP = 1,5

Tabel 5.11 : Megger fasa – fasa stator setelah rotor dimasukkan.


R - S, T-Ground R - T ,S-Ground S - T, R-Ground
Menit ke (Gfi) (Gfi) (Gfi)
1 2,5 3 2,8
2 2,8 3,5 3
3 3 3,7 3,1
4 3,1 3,8 3,1
5 3,2 3,8 3,2
6 3,2 3,8 3,2
7 3,3 3,9 3,2
8 3,4 3,9 3,2
9 3,5 3,9 3,2
10 3,6 3,9 3,2
IP = 1,4 IP = 1,3 IP = 1,1

Megger stator setelah rotor dimasukkan dimaksudkan untuk memastikan


apakah ada gangguan hubung singkat yang tejadi pada stator, gangguan ini bisa
diakibatkan adanya kerusakan isolator pada saat rotor dimasukkan akibat gesekan
antar lilitan rotor dan stator sehingga mengakibatkan isolasinya rusak/lecet.

f. Megger stator sebelum busbar di connect


Cuaca : setelah hujan ( 29 °C )
Tabel 5.12 : Megger fasa – ground stator sebelum busbar di connect.

R (Gfi) S (Gfi) T (Gfi)


0,95 0,75 0,6

Tabel 5.13 : Megger fasa – fasa stator sebelum busbar di connect.

R - S, T-Ground (Gfi) R - T ,S-Ground (Gfi) S - T, R-Ground (Gfi)


1,7 1,5 1,7

Megger stator sebelum busbar di connect ini dimaksudkan untuk memastikan


bahwa lilitan stator tidak ada yang mengalami hubung singkat. Apabila terjadi
hubung singkat pada lilitan maka pada megger akan menghasilkan nilai hambatan
sebesar nol (Z= 0).
Dengan hasil IP seperti pengujian diatas maka stator masih lembab sehingga
perlu dikeringkan supaya dapat didapatkan nilai IP yang sesuai. Kelembaban sangat
mempengaruhi nilai IP karena resistansi pada awal pertama besar dan hanya
meningkat sedikit pada saat menit kesepuluh sehingga didapatkan IP yang kecil. Ini
berbeda pada saat kondisi kering pada saat awal menit pertama nilai resistansi kecil
dan meningkat secara bertahap sampai menit ke 10 sehingga akan didapatkan nilai IP
yang bagus.
Selain dengan menggunakan acuan indeks polarisasi sebagai penentu apakah
lilitan generator dalam keadaan lembab atau mengalami hubung singkat juga dapat
digunakan acuan berdasarkan nilai resistansi minimum dengan syarat besarnya nilai
resistansinya adalah sebesar tegangan operasi dalam KV ditambah 1 untuk kemudian
dikalikan dengan 100 MK yang dapat dirumuskan sbb :

Rmin  (Vrms  1)x100.M


Dimana : Rmin = resistansi minimum lilitan dalam MK
Vrms = tegangan rms dalam KV (line-to-line)
Contoh pada generator dengan tegangan operasi 11,5 KV maka resistansi
minimumnya adalah sebesar :
Rmin = (11,5 + 1) x 100 MK = 1250 MK = 1,25 GK

5.3.2.2 Megger Rotor


Pada Megger rotor tegangan yang dikenakan tidak boleh besar karena akan
merusak isolasi pada rotor, karena tegangan yang dapat ditahan rotor terbatas
menyesuaikan tegangan eksitasinya. Pada megger rotor ini digunakan tegangan
sebesar 500 V DC.

Gambar 5.7. Rangkaian Megger rotor


Berdasarkan tahapannya megger rotor pada saat overhaul tidak jauh berbeda
dengan megger stator, berikut adalah tahap – tahap megger dari rotor :
 Megger awal rotor
 Megger rotor (sebelum Retaining Ring di lepas)
 Megger rotor sebelum injeksi DC (Retaining Ring dilepas)
 Megger rotor (setelah Retaining Ring masuk)
 Cek Megger rotor (setelah Retaining Ring masuk)

a. Megger awal rotor


Megger awal rotor ini dilakukan ketika rotor baru saja dikeluarkan dari
generator sebelum dilakukan sebelum heating dan cleaning.
Tabel 5.14 : Megger awal rotor (sebelum heating dan cleaning)

Cuaca : setelah hujan ( 29 °C )


Tegangan : 500 V
Waktu ( t ) : 1 menit
Hasil : Z = 800 Mfi

Resistansi rotor dan stator sangat dipengaruhi oleh kelembaban disekitarnya


karena akan mempengaruhi kelembaban lilitan, semakin besar kelembaban maka
impedansi semakin besar.

b. Megger rotor sebelum Retaining Ring di lepas


Tabel 5.15 : Megger rotor sebelum Retaining Ring di lepas

Cuaca : mendung ( 30 °C )
Tegangan : 500 V
Waktu ( t ) : 1 menit
Megger Rotor Z = 2,5 Gfi
Megger Rotor diberi Resin Z = 1 Gfi

c. Megger rotor sebelum injeksi DC (Retaining Ring dilepas)


Tabel 5.16 : Megger rotor sebelum injeksi DC (Retaining Ring dilepas)

Cuaca : hujan ( 29 °C )
Tegangan : 500 V
Waktu ( t ) : 1 menit
kutup A- ground : ZA = 5 Mfi
d. Megger rotor setelah Retaining Ring masuk
Tabel 5.17 : Megger rotor setelah Retaining Ring masuk

Cuaca : Mendung (30 °C)


Tegangan : 500 V
Waktu ( t ) : 1 menit
Megger Rotor Z = 90 Mfi

Setelah Retaining Ring masuk ini sangat mempengaruhi resistansi rotor


sehingga didapatkan nilai hasil megger yang besar.

e. Cek Megger rotor setelah Retaining Ring masuk


Cuaca : Mendung (30 °C)
Tabel 5.18 : Cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk

Menit ke Z (Mfi)
1 65
2 100
3 100
4 105
5 110
6 120
7 121
8 125
9 125
10 130
IP = 2

Dengan hasil pada cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk
didapatkan hasil bahwa indeks polarisasi sudah memenuhi standar yang ditentukan
yaitu sebesar 1,25. Selain itu cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk ini
dimaksudkan untuk memastikan bahwa tidak ada hubung singkat pada lilitan rotor
setelah Retaining Ring masuk karena dalam pemasangan atau pelepasan Retaining
Ring dengan memakai suhu yang sangat tinggi.
Setelah rotor dimasukkan sudah tidak dilakukan lagi megger rotor karena
rotor sudah dimasukkan pada statornya dan sebelum dimasukan sudah di megger.
5.3.3. DC Leakage
DC Leakage adalah tipe pengukuran lain untuk menentukan resistansi isolasi.
Ini diperoleh dengan pengujian dengan set tegangan yang berubah ubah dimana
tegangan yang diterapkan pada isolasi dinaikkan secara bertahap dan arus bocor yang
melewati isolasi diukur pada masing – masing tegangan. Ini membutuhkan peralatan
yang lebih kompleks dan besar daripada megger tetapi memberikan ketepatan lebih,
seperti dasar level isolasi. Ini mempunyai kemampuan lebih tinggi dan dapat
menjaga tegangan yang dipilih konstan saat sementara arus bocor diukur pada point
tegangan yang diinginkan. Pengujian ini telah digunakan secara ekstensif dalam
peralatan elektris yang sudah tua, terutama menyangkut sistem isolasi, yang
didasarkan kepada penyerapan kelembaban.
Mesin berpendingin udara berdasarkan perubahan kelembaban dalam udara
pendingin. Pada mesin berpendingin hidrogen, lingkungan sekitar sungguh kering
dan lilitan terhindar dari kelembaban. Bahkan jika gangguan tidak ada pada isolasi
dalam lapisan udara yang sangat kering, sepanjang gangguan pada saat kering dan
bersih, tidak cukup besar arus bocor dc yang didapatkan. Ini kemudian
memungkinkan bahwa pengujian dc leakage akan gagal / tidak sesuai untuk
mengindikasikan gangguan pada generator berpendingin hidrogen. Sementara sistem
epoxy-mica tidak menyerap kelembaban dalam kondisi normal.
Tegangan dc yang diterapkan secara bertahap pada pengujian dc leakage
tegangan maksimumnya dibatasi sampai dua kali nilai RMS tegangan kerja ac dari
generator.
VDC maksimum  2 xVAC rms
Dimana,
VDC maksimum : Tegangan dc maksimum pada pengujian dc leakage
VAC rms : Tegangan RMS generator
5.3.4. Dissipation Faktor
Dissipation faktor atau faktor disipasi isolasi diukur sebagai bagian dari
keseluruhan rencana evaluasi untuk menentukan kondisi isolasi. Pengukuran ini juga
biasa disebut power factor atau tan delta dan merupakan parameter untuk
memperlihatkan efisiensi isolasi. Pengujian tan delta dilakukan pada lilitan stator.
Pengujian ini efektif untuk mendeteksi kontaminasi isolasi, kualitas
semikonduktor, jumlah kandungan kehampaan, kerusakan parsial discharge,
delamination isolasi.
Isolasi yang sempurna adalah mempunyai PF 0 dan tidak mempunyai rugi –
rugi internal. Peningkatan faktor disipasi sebagai fungsi tegangan mengindikasikan
angka peningkataan ionisasi, rugi – rugi internal dan pemanasan.
Angka perubahan dalam slope pada kurva, kurva ini menyediakan nilai dalam
menentukan kualitas isolasi.
Pengujian ini merupakan pengujian AC yang menggunakan frekuensi kerja
peralatan. Pada saat tegangan dengan frekuensi kerja diterapkan pada isolasi stator,
jumlah arus yang mengalir terdiri dari dua komponen arus kapasitif yang relatif besar
( ic ), yang mendahului tegangan 90°, dan arus resistif yang lebih kecil ( ir ) yang
sefasa dengan tegangan. Dielektrik kapasitor yang disimulasikan adalah sistem
isolasi yang meliputi dua elektroda, konduktor tembaga tegangan tinggi dan inti besi
stator. Faktor daya adalah cos 0, sudut antara tegangan yang diterapkan dan total
arus.
ir Eir W Watts
Cos    
it Eit Eit VA

Gambar 5.8. Rangkaian dielektrik dasar.


Gambar 5.9. Arus pengisian total.

Pengukuran ini merupakan pengukuran rugi – rugi dielektrik isolasi dan


memberikan informasi yang sesuai tentang kualitas isolasi. Faktor daya diterapkan
per fasa pada tegangan yang meningkat, dimulai dibawah tegangan permulaan
korona timbul dan berlanjut sampai rating tegangan fasa ke netral generator dan
mungkin 25 % ke atas. Tip-up faktor daya adalah faktor daya yang diukur pada
tegangan line-netral di kurangi faktor daya tegangan rendah ( umumnya diterapkan
100 % dan 25 % dari tegangan line – netral ).

Gambar 5.10. Kumparan dengan sedikit rongga/ kehampaan pada isolasinya mempunyai PF 2 % pada
tegangan kerja. Sedangakan dengan banyak kehampaan mempunyai PF 5%-10% yang diukur pada
tegangan kerja.

Selama semua tipe isolasi kering mengandung kehampaan, faktor daya akan
meningkat dengan peningkatan tegangan pengujian. Peningkatan faktor daya sebagai
fungsi tegangan dikarenakan oleh ionisasi gas pada kehampaan sistem isolasi.
Pada sistem isolasi dengan kehampaan yang berlebihan akan mempunyai tip-
up faktor daya yang lebih tinggi ( lihat gambar 5.10). Kehampaan yang berlebihan
mungkin dikarenakan penuaan kertas pengikat isolasi atau material
pengikat/penyusun sistem isolasi. Penuaan material ini menimbulkan pengurangan
kekuatan fisik dan dapat menghasilkan kehampaan/rongga. Sekali kehampaan yang
berlebihan terjadi, parsial discharge akan terjadi yang juga akan merusak material
penyusun isolasi. Degradasi sistem isolasi mungkin akan terjadi secara internal
maupun pada permukaan koil/bar diantara slot.
Lilitan stator harus diisolasi dan netral terpisah sehingga masing – masing
fasa diuji secara terpisah. Masing – masing fasa diuji pada fasa ke ground.
Pengujian faktor daya pada lilitan stator dilakukan pada saat tidak beroperasi
dan pada saat rotor dikeluarkan.

5.3.5. Balancing Voltage Rotor Test


Sebelum melakukan balancing voltage rotor test maka dilakukan dahulu
pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor untuk menentukan kelinearan impedansi
rotor apabila diterapkan tegangan baik dengan pengujian tegangan naik maupun
tegangan turun dengan tegangan AC sampai dengan tegangan yang akan diterapkan
pada pengujian balancing tegangan rotor.
Dalam balancing voltage rotor ini dibutuhkan alat – alat antara lain adalah
supply tegangan yang dapat divariasi berupa voltage regulator, tang Amperemeter
dan AVO meter. Berikut adalah rangkaian pengukuran impedansi karakteristik :

Gambar 5.11. Rangkaian pengukuran impedansi karakteristik.

Berdasarkan pengukuran berikut adalah data pengukuran impedansi


karakteristik untuk pengujian tegangan naik maupun tegangan turun.
5.3.5.1 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor Sebelum
Pemasangan Retaining Ring.
Tabel 5.19. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan naik sebelum pemasangan Retaining
Ring.

Vac- regulator Vac I Z


(V) (V) (A) (fi)
10 10 0.53 18.86
20 19.9 1.04 19.13
30 30.2 1.56 19.36
40 40 2.03 20.7
50 50.2 2.47 20.32
60 60.1 2.9 20.72
70 70 3.31 21.14
80 80 3.7 21.62
90 90 4.1 21.95
100 100 4.47 22.37
110 110 4.85 22.68
120 120 5.23 22.94
130 130 5.6 23.21

Gambar 5.12. Grafik impedansi karakteristik tegangan naik sebelum pemasangan Retaining Ring.
Tabel 5.20. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining
Ring.

Vac- regulator Vac I Z


(V) (V) (A) (fi)
130 130 4.99 26.05
120 120 4.95 24.24
110 110 4.58 24.01
100 100 4.23 23.64
90 90 3.87 23.25
80 80 3.78 21.16
70 70 3.11 22.5
60 60 2.73 21.97
50 50 2.33 21.45
40 40 1.94 20.61
30 30 1.51 19.86
20 20 1.04 19.23
10 10 0.54 18.51

Gambar 5.13. Grafik impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining Ring.
Pada waktu uji impedansi karakteristik seharusnya nilai Z perubahannya tidak
terlalu banyak baik pada saat pengujian tegangan naik maupun pada saat tegangan
turun. Tegangan tertinggi pada saat melakukan pengujian impedansi karakteristik
adalah sebesar tegangan yang akan dinjeksikan sewaktu pengujian balancing rotor
yaitu 130 Volt AC. Ukur Impedansi Karakteristik dilakukan sebelum dan sesudah
pemasangan Retaining Ring (R-R) ini dimaksudkan untuk memastikan impedansi
karakteristik rotor masih linear dengan peningkatan tegangan yang diterapkan.

5.3.5.2 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor Setelah Pemasangan


Retaining Ring.
Tabel 5.21. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan Retaining
Ring.

Vac-regulator Vac I Z
(V) (V) (A) (fi)
10 10.1 0.62 16.29
20 20.3 1.21 16.77
30 29.9 1.7 17.58
40 39.9 2.19 18.21
50 50.8 2.71 18.74
60 60.9 3.18 19.15
70 70.9 3.64 19.47
80 80.3 4.05 19.82
90 90 4.46 20.18
100 100.6 4.94 20.36
110 110.4 5.34 20.67
120 120.6 5.75 20.97
130 130.1 6.14 21.18

Gambar 5.14. Grafik impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan Retaining Ring
Tabel 5.22. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining
Ring.

Vac- regulator Vac I Z


(V) (V) (A) (fi)
130 130.1 6.14 21.19
120 120.6 5.74 21.01
110 110.5 5.27 20.96
100 100.5 4.89 20.55
90 90.5 4.46 20.29
80 80.5 4 20.12
70 70.6 3.55 19.88
60 60.2 3.05 19.73
50 50.3 2.61 19.27
40 40.3 2.1 19.19
30 30.4 1.57 19.36
20 20.1 1.06 18.96
10 10.4 0.6 17.33

Gambar 5.15. Grafik impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining Ring.
Dari pengukuran impedansi karakteristik tersebut diatas didapatkan hasil
impedansi karakteristik yang linear terhadap tegangan yang diterapkan secara
bertahap.

5.3.5.3. Balancing Voltage Rotor Test


Balancing voltage rotor test adalah mengukur ketidakseimbangan tegangan
(unbalance voltage) antara kutup A dan kutup B terhadap center pole pada rotor.
Caranya adalah dengan cara menginjeksi tegangan AC sebesar 130 Volt AC
pada kedua ujung kutup rotor kemudian mengukur besarnya tegangan kutup A
terhadap center pole kemudian mengukur kutup yang lain (kutup B) sehingga akan
didapatkan tegangan masing masing tegangan kutup A terhadap center pole (VA) dan
tegangan kutup B terhadap center pole (VB). Rangkaian pengujian balancing voltage
rotor adalah sebagai berikut :

Gambar 5.16. Rangkaian pengujian balancing tegangan rotor.

Besarnya tegangan yang diinjeksikan pada lilitan rotor adalah sebesar 130
Volt AC yang dinjeksikan pada ujung lilitan rotor.
Dari hasil pengukuran didapatkan hasil percobaan untuk masing masing
kutup terhadap center pole adalah sebagai berikut :
V kutup A - center pole = 68,8 V
V kutup B - center pole = 59,4 V

Syarat seimbang adalah tegangan diantara kutup terhadap center pole adalah
harus sama atau masih dalam batas toleransi yaitu maksimal drop tegangannya (OV)
adalah tidak boleh lebih dari 10 % dari total tegangan yang diinjeksikan ke rotor.
Dimana drop tegangannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

VA  C  VB  C
V  x100 persen
VR
Dimana :
OV = drop tegangan dalam %
VR = tegangan yang diinjeksikan ke lilitan rotor
VA-C = tegangan hasil pengukuran kutup A terhadap center pole
VB-C = tegangan hasil pengukuran kutup B terhadap center pole
Dari pengujian diatas total tegangan yang diinjeksikan adalah 130 Volt. Jadi
dalam perhitungan drop tegangan adalah sebesar :
68,6  59,4
V  x100 persen  7,076 persen
130
Jadi besarnya drop tegangan masih dalam toleransi yaitu sebesar 7,076 % jadi
dapat disimpulkan bahwa rotor tersebut masih sesuai dengan ketetapan yang
ditentukan.

5.3.6 Tahanan Dalam (Rd) Rotor


Pengujian tahanan dalam atau coil resistance test adalah pengujian untuk
mengetahui kesetidaktimbangan antar fasa/kutup, kesesuaian antara nilai tahanan
dalam lilitan yang diukur, pengukuran sebelumnya dan dengan nilai pada nameplate.
Jika terjadi masalah, rotor seharusnya diperiksa untuk mencari penyebab
ketidaksesuaian tersebut. Masalah yang timbul biasanya adalah hubung singkat
dengan rotor, hubung singkat diantara lilitan baik antara fasa yang sama atau
berbeda, dan lepas atau rusaknya koneksi lilitan. Sebenarnya lebih jauh Hi-pot atau
Surge test tidak perlu dilakukan selama hasil pengukuran tahanan dalam telah sesuai.
Pada pengukuran tahanan dalam rotor (Rd) hanya dapat dilakukan pada saat
Retaining Ring (R-R) dilepas karena center pole terletak disebelah sisi dalam dari
Retaining Ring. Pelepasan retaining ring ini membutuhkan waktu yang lama karena
proses pelepasannya harus dengan pemanasan yang sangat tinggi ( sekitar 300° C )
secara merata sehingga retaining ring dapat memuai sehingga retaining ring dapat
didorong keluar. Pemanasan ini dengan media arus yang besar yang dialirkan melalui
keramik.
Gambar 5.17. Pelepasan Retaining Ring (R-R)

Peralatan yang digunakan untuk mengukur tahanan dalam adalah Winding


Resistance Meter, pada pengukuran ini digunakan alat produk dari Vanguard
Instruments Company type WRM-40. Winding Resistance Meter dapat mengukur
resistansi secara akurat dengan range dari 1 mikro ohm sampai ratusan ohm, alat ini
dapat digunakan untuk mengukur resistansi lilitan motor, lilitan trafo atau pengujian
resistansi rendah yang lain..
Cara pengukuran adalah dengan memberikan tegangan pengujian maksimum
sebesar 36 Vdc sehingga akan ada arus yang mengalir ke lilitan rotor yang besarnya
menyesuaikan supply tegangan pengujian, besarnya arus maksimum sampai dengan
40 Ampere. Pada saat pengujian ini maka akan timbul panas pada lilitan rotor, suhu
yang terukur pada lilitan rotor ini kemudian akan dicari nilai resistansi ekivalennya
dari lilitan aluminum atau tembaga berdasarkan standar referensi suhu. Nilai
resistansi ekivalen inilah yang kemudian disebut hambatan dalam.
Dari hasil pengukuran didapatkan besarnya tahanan dalam masing – masing
lilitan dari kedua kutup adalah sebagai berikut :
R1 : 118,6 miliohm
R2 : 119,4 miliohm

Dimana R1 adalah besarnya tahanan dalam kutup A terhadap center pole,


sedangkan R2 adalah besarnya tahanan dalam kutup B terhadap center pole.
Besarnya batas maksimum perbedaan tahanan dalam adalah tidak boleh
melebihi dua persen ( 2 % ) dari total tahanan dalam.
R1 R2
Rmax  x100 persen
R1  R2
Dimana :
ORmax = selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2
R1 = besarnya tahanan dalam kutup A terhadap center pole
R2 = besarnya tahanan dalam kutup B terhadap center pole.
Jadi berdasarkan hasil pengukuran didapatkan besarnya selisih maksimum
antara tahanan dalam R1 dan R2 adalah sebesar :
118,6 119,4
Rmax  x100 persen
118,6  119,4
0,8
 x100 persen
238
 0.3361persen
Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa nilai tahanan dalam rotor
masih memenuhi standar karena besarnya selisih maksimum antara tahanan dalam R1
dan R2 masih dibawah 2 % yaitu sebesar 0,3361 %.
Untuk diagram pengawatan pengukuran hambatan dalam adalah sbb :

Gambar 5.18. Rangkaian pengawatan pengukuran hambatan dalam (Rd) dengan menggunakan
Winding Resistance Meter.

Perbedaan antara megger rotor dengan pengukuran tahanan dalam (Rd) rotor
adalah level tegangan yang digunakan untuk pengujian, dalam megger rotor tegangan
pengujian adalah besar dengan arus yang kecil hanya dalam orde miliampere.
Sedangkan dalam pengukuran tahanan dalam rotor tegangan pengujian hanya sampai
beberapa Volt dengan arus yang besar hingga orde puluhan Ampere.
5.3.7. Partial Discharge Test
Partial Discharge Test atau PD test telah dipakai lebih dari 50 tahun untuk
mengukur kualitas isolasi, dan kadang – kadang untuk mendeteksi penurunan isolasi
yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi. Untuk beberapa tipe peralatan, tujuan
pengukuran PD adalah untuk mencari masalah pembuatan dalam peralatan baru,
sementara beberapa pengguna juga menggunakan PD test untuk mendeteksi
kemunduran saat peralatan saat sedang digunakan.
Partial Discharge Test atau PD test dapat dilakukan pada saat generator
beroperasi (on-line PD test) dan pada saat generator berhenti operasi atau
mengenergize peralatan tegangan tegangan tinggi dengan trafo eksternal (off-line PD
test). Pengujian partial discharge secara langsung mengukur pulsa arus yang
dihasilkan dari PD pada lilitan. Jadi proses kegagalan yang dihasilkan PD sebagai
gejala dapat dideteksi dengan metode ini. Pengujian ini relevan/sesuai untuk lilitan
stator dengan rating tegangan 2300 volt atau diatasnya. Metode umum PD test
terbagai menjadi beberapa klasifikasi yang meliputi :
1. Off-line PD test pada stator untuk mengukur aktifitas PD
2. TVA (corona) probe test untuk menentukan lokasi PD
3. Ultrasonic probe test untuk menentukan lokasi PD
4. Blackout or ultraviolet test untuk menentukan lokasi PD
5. On-line PD test untuk mengukur aktifitas PD selama kondisi normal operasi.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
1. PT. Indonesia Power membangkitkan energi listrik dengan Unit Pembangkit
Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap
(PLTGU).
2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap memiliki daya terpasang 300 MW, terdiri
atas unit 1 sebesar 50 MW, unit 2 sebesar 50 MW dan unit 3 sebesar 200 MW
3. Komponen utama Pembangkit Listrik Tenaga Uap, yaitu:
a. Pompa (BFP, CWP, dll)
b. Boiler (Economizer, Superheater, burner dll.)
c. Turbin (Tekanan tinggi, tekanan menengah ,dan tekanan rendah)
d. Kondensor (sistem pendinginan)
e. Generator sinkron
4. Sistem isolasi yang digunakan dalam rotor dan stator generator sinkron 50
MW Unit 1 adalah isolasi epoxy-mica karena mempunyai kekuatan mekanik
dan kekedapan terhadap air, oli atau kontaminasi lain.
5. Berdasarkan tegangan yang diterapkan pengujian rotor dan stator generator
dibagi atas Proof Test dan Analitycal Test.
6. Pada pengujian Proof Test/High Potensial Test dapat menimbulkan
breakdown pada isolasi karena tegangan yang diterapkan diatas tegangan
kerja.
7. Macam – macam pengujian rotor dan stator generator sinkron adalah sebagai
berikut:
a. High Potensial Test
b. Insulation Resistance
c. DC Leakage
d. Dissipation Factor
e. Balancing Voltage Rotor Test
f. Tahanan Dalam (Rd) Rotor
g. Partial Discharge Test
6.2 Saran

1. Untuk menghindari masalah - masalah kerusakan sistem isolasi maka


seharusnya dilakukan pemeliharaan secara berkala terhadap semua komponen
dari sistem isolasi sehingga kita dapat mencegah masalah - masalah tersebut
sebelum terjadi.

2. Kerja sama dengan lingkungan akademis agar lebih ditingkatkan, dengan


mengadakan berbagai macam kegiatan yang bisa bermanfaat bagi mahasiswa
pada khususnya dan dunia kerja pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

[1] C. Stone. Greg, “Recent Important Changes in IEEE Motor and Generator
Winding Insulation Diagnostic Testing Standards”, IEEE Fellow, Iris Power
Engineering, 1 Westside Drive Unit 2 Toronto, Canada, PCIC – XX, 2004.

[2] Lister,“Mesin dan Rangkaian Listrik”, Edisi keenam, Erlangga, Jakarta, 1993.

[3] Marsudi, Ir. Djiteng, “Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta, 2005.

[4] Theraja. BL, “Electrical Technology Volume II”, S. Chand & Company LTD,
Ram Nagar, New Delhi, 1994.

[5] United States Department of The Interior, “Testing Solid Insulation of


Electrical Equipment, Facilities Instructions, Standards, and Tecniques”,
Volume 3-1, Facilities Engineering Branch Denver, Colorado, 2000.

[6] www.gmc-instruments.com/english/pgruppe/electricaltesting.htm

[7] www.gepower.com/prod_serv/serv_for/generators/en/testing_insp/index.htm

[8] www.indonesiapower.co.id

[9] www.vanguard-instruments.com/products/lrmeters/wrm40.php

[10] ........., “Drying Turbine Generator Windings, GEI-69534B”, Manual Book


PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

[11] ........., “Drying Turbine Generator Windings-Hidrogen Cooled Turbine


Generator, GEI-53946D”, Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia
Power UBP Semarang.

[12] ........., “Insulation Testing of Turbine-Generator Windings, GEK-7613A”,


Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

[13] ........., “Insulation Testing of Turbine-Generator Windings (Epoxy-Bonded


Mica Insulation System), GEK-7613F”, Manual Book PLTU Unit 1&2 PT.
Indonesia Power UBP Semarang.
Makalah Seminar Kerja Praktek
PENGUJIAN ROTOR DAN STATOR GENERATOR SINKRON 50 MW
DI PLTU UNIT 1 PT INDONESIA POWER SEMARANG
Eko Parjono (L2F 004 473)
Email: echo_jhonthit@yahoo.com
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Abstrak
Generator Sinkron memegang peranan yang sangat penting dalam produksi energi listrik di PT
Indonesia Power Tambak Lorok Semarang. Generator ini digunakan untuk mengkonversi energi mekanik
putaran dari turbin menjadi energi listrik. Kebanyakan tipe generator sinkron yang digunakan di PT
Indonesia Power adalah generator sinkron dengan pendingin hidrogen, karena dengan pendingin hidrogen
akan didapatkan kelembaban yang kecil / kering didalam generator.
Untuk menjaga kehandalan sistem diperlukan perawatan dan pengujian secara berkala dengan tidak
mengesampingkan system proteksinya. Generator sinkron dengan kapasitas besar membutuhkan perawatan
ataupun pengujian untuk menjaga agar tetap dapat beroperasi secara normal dan terhindar dari bermacam
macam gangguan misalnya adalah vibrasi pada rotor, hubung singkat pada lilitan stator maupun rotor, dsb.
Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalisasi gangguan tersebut. Salah satunya adalah dengan
pengujian rotor dan stator yang terdiri dari banyak pengujian diantaranya adalah High Potensial Test,
Megger Test , dan Balancing Voltage Rotor Test.
Dalam kerja praktek ini, penulis ingin belajar tentang pengujian pada rotor dan stator generator
sinkron 50 MW dengan pendingin hidrogen. Dengan laporan ini, para mahasiswa dapat belajar jenis- jenis
pengujian pada generator sinkron dengan kapasitas daya besar dan mengetahui bagaimana cara melakukan
pengujian pada rotor dan stator generator.

Kata kunci: Generator Sinkron, Proof Test, Analytical Test, Pengujian rotor dan stator.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan
Di dalam pusat pembangkitan Tujuan penulisan laporan ini adalah
terdapat generator yang digunakan untuk untuk mempelajari pengujian yang dilakukan
mengkonversi energi dari energi pada rotor dan stator generator sinkron 50
mekanik putar dari turbin ke energi MW di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power
listrik. Generator yang digunakan Tambak Lorok Semarang.
dalam pusat listrik tenaga uap (PLTU)
adalah generator sinkron. Di dalam PLTU, 1.3 Batasan Masalah
generator sinkron berperan penting bagi Dalam penulisan makalah ini, penulis
kelangsungan operasi di dalam hanya menjelaskan tentang pengujian yang
dilakukan pada rotor dan stator generator
penyediaan listrik ke konsumen.
sinkron 50 MW yang meliputi atas Proof Test
Sedangkan, pada saat peralatan listrik dan Analitycal Test, khususnya Insulation
tersebut mengalami gangguan Resistance/ Megger, Balancing Voltage Rotor
misalnya hubung singkat pada Test dan Tahanan Dalam (Rd) Rotor di PLTU
lilitannya dan sebagainya, maka Unit 1 PT. Indonesia Power Tambak Lorok
diambil suatu tindakan preventif untuk Semarang.
mengatasi gangguan tersebut. Untuk
mengatasi hal tersebut, mutlak II. DASAR TEORI
diperlukan suatu pemeliharaan. Salah 2.1 Spesifikasi Teknis Turbin dan
satu pemeliharaan tersebut adalah Generator PLTU Unit 1
dengan pengujian pada rotor dan stator Generator sinkron adalah sebuah
peralatan listrik yang berfungsi untuk
generator sinkron.
mengubah energi gerak menjadi energi Prinsip kerja generator sinkron adalah
listrik AC. Besarnya kapasitas daya yang menggunakan prinsip induksi elektromagnetik
dihasilkan generator PLTU Unit 1 adalah dimana disini rotor berlaku sebagai kumparan
50 MW. Berikut adalah data spesifikasi medan (yang menghasilkan medan magnet)
Generator PLTU Unit 1. dan akan menginduksi stator sebagai
kumparan jangkar yang akan menghasilkan
Tabel 1. Data spesifikasi Generator PLTU energi listrik. Pada belitan rotor diberi arus
Unit 1 eksitasi DC yang akan menciptakan medan
Jumlah 1 buah/ unit magnet. Rotor ini dikopel dengan turbin putar
Pabrik General Electric (GE)
dan ikut berputar sehingga akan menghasilkan
Nomor seri 316X150
medan magnet putar. Medan magnet putar ini
Jumlah kutup 2
akan memotong kumparan jangkar yang
Hidrogen cooled-
Type berada di stator. Oleh karena adanya
generator
Suhu maksimum gas perubahan fluks magnetik pada tiap waktunya
46°C maka pada kumparan jangkar akan mengalir
pendingin
Putaran 3000 rpm gaya gerak listrik yang diinduksikan oleh
Tegangan jangkar 11500 V rotor.
Tegangan eksitasi 250 V
Faktor daya 0,85 2.2.2 Konstruksi Generator Sinkron
Rating KVA 62500 Dalam semua generator bolak-balik
Kapasitas KVA 57500 medan diletakkan pada bagian yang berputar
atau rotor, dan lilitan jangkar pada bagian
Sedangkan, sebagai penggerak mula yang diam atau stator dari mesin.
atau prime mover adalah turbin uap Medan yang berputar dicatu/dieksitasi
generator merk General Electric dengan dengan arus searah melalui cincin slip dan
spesifikasi listrik sebagai berikut (tabel 2): sikat-sikat, atau melalui hubungan kabel
langsung antara medan dan penyearah yang
Tabel 2. Data turbin uap berputar jika digunakan sistem eksitasi tanpa
Jumlah 1 buah/ unit sikat-sikat (brushless).
Pabrik General Electric Ada dua jenis yang berbeda dari
struktur medan generator sinkron, yaitu tipe
Nomor seri 197709 kutub-sepatu (salient) dan silinder.
Rating 50001 KW  Rotor tipe kutub-sepatu
Generator kepesatan rendah yang
Steam Conditions digerakkan oleh mesin diesel atau turbin air
88,90 kg/cm2
Pressure mempunyai rotor dengan kutub medan yang
Temperatur 5100C menonjol atau kutub medan sepatu seperti
rotor yang ditunjukkan dalam gambar 2.
Exhaust Pressure 87,87 mm.Hg abs
Putaran 3000 rpm

2.2 Generator Sinkron


2.2.1 Dasar Teori
Generator sinkron atau alternator
berfungsi untuk mengubah energi gerak
(mekanis) menjadi energi listrik AC Gambar 2. Rotor kutub sepatu untuk generator
dimana kecepatan putaran medan dan sinkron kepesatan rendah
kecepatan putaran rotornya sama atau  Rotor tipe silinder
tidak ada slip. Kumparan medan generator Generator kepesatan tinggi atau tipe
sinkron terletak pada rotornya sedangkan turbo mempunyai rotor silinder seperti yang
kumparan jangkarnya terletak pada stator. ditunjukkan dalam gambar 3. Rotor yang
ditunjukkan pada gambar 2 dirancang Lilitan peredam, kerap kali disebut
untuk bekerja pada 3000 rpm. Konstruksi lilitan amortisseur atau damper winding,
silinder penting dalam mesin kepesatan dipasang pada permukaan beberapa rotor
tinggi karena tipe kutub sepatu sukar generator untuk mengurangi kecenderungan
dibuat untuk menahan tekanan pada berayun. Rotor yang ditunjukkan dalam
kepesatan tinggi. Generator sinkron gambar 2 dilengkapi dengan lilitan peredam
dengan konstruksi rotor silinder yang terdiri dari konduktor yang dihubung
digerakkan oleh turbin uap atau gas. singkat dan dibenamkan pada muka kutub.
Jika ayunan terjadi, ada pergeseran fluksi
jangkar melewati muka kutub, sehingga
menginduksikan arus dalam lilitan peredam.
Karena setiap arus induksi melawan aksi yang
menimbulkannya, aksi ayunan dilawan oleh
Gambar 3. Rotor tipe silinder untuk generator aliran arus induksi. Generator yang digerakkan
sinkron 3000 rpm oleh turbin uap umumnya tidak mempuyai
kecenderungan berayun karena kopel yang
2.2.3 Memparalelkan Generator dikenakan tidak berdenyut.
Jika beban pada stasiun pembangkit
menjadi sedemikian besar sehingga nilai III. ISI
(rating) generator yang sedang bekerja 3.1 Sistem Isolasi Lilitan Rotor dan
dilampaui, maka perlu penambahan Stator
generator lain secara paralel untuk Sistem isolasi generator
menaikkan penyediaan daya dari stasiun menggabungkan beberapa material berbeda
pembangkit tersebut. untuk memproteksi lilitan medan dan lilitan
Sebelum dua generator sinkron stator, sehingga bagian utama sistem
diparalelkan harus dipenuhi beberapa melibatkan banyak pengujian untuk
syarat – syarat berikut ini: mendapatkan batasan – batasan isolasi. Ini
5. Urutan fasanya harus sama meliputi kekuatan dielektrik yang telah
6. Tegangan terminalnya harus sama berhasil dengan menggunakan mika dalam
7. Tegangannya harus sefase bermacam – macam bentuk. Generator yang
8. Frekuensinya harus sama disusun dengan isolasi lilitan asphalt-mika
Jika dua generator beroperasi dan mempunyai sejarah dapat menyerap
persyaratan ini dipenuhi maka dikatakan kelembaban yang dalam beberapa kasus
dalam keadaan sinkron. Operasi agar membutuhkan pengeringan lilitan untuk
mesin dalam keadaan sinkron dinamakan mendapatkan level resistansi isolasi yang
penyinkronan. memuaskan. Sekarang lilitan menggunakan
isolasi epoxy-mica karena mempunyai
2.2.4 Ayunan (Swing) kekuatan mekanik dan kekedapan terhadap air,
Generator sinkron yang bekerja oli atau kontaminasi lain terhadap isolasi, yang
paralel mempunyai kecenderungan untuk ditimbulkan selama kondisi abnormal.
berayun (swing). Jika kopel penggerak
yang dikenakan pada generator berdenyut,
seperti yang dihasilkan oleh mesin diesel,
rotor generator dapat tertarik maju atau
mundur secara periodik dari posisi
normalnya ketika berputar. Aksi osilasi ini
dinamakan ayunan atau hunting. Daya
Gambar 4. Sistem isolasi pada lilitan stator
osilasi ini menjadi kumulatif dan cukup
generator
kuat untuk menyebabkan generator
menjadi tak sinkron.
kerusakan inti, yang mengharuskan inti
diperbaiki dan kemungkinan seluruhnya
diganti lilitannnya. Tujuan dari pengujian ini
adalah untuk mencari kelemahan, dan
kemungkinan breakdown. Contoh proof test
pada generator adalah pengujian High
Gambar 5. Sistem isolasi pada lilitan rotor Potensial Test.
generator
Fungsi utama isolasi adalah 3.2.2 Analytical Test
membatasi tegangan pada isolasi, jika Analytical test yaitu pengujian dengan
tegangan yang berlebihan diterapkan pada menggunakan level tegangan yang biasanya
lilitan, stress tegangan akan dibawah tegangan kerja.
mengakibatkan pemanasan pada isolasi Beberapa diantaranya jenis – jenis
dan dapat mengakibatkan kerusakan. analytical test adalah sebagai berikut :
Mempertahankan kekompakan g. Insulation Resistance Test / Megger Test
dan kualitas sistem isolasi adalah sangat h. DC Leakage
penting terhadap pemanasan, kehampaan, i. Dissipation Factor
kerusakan mekanis atau ketidaknormalan j. Balancing Voltage Rotor Test
lain yang mengakibatkan kelemahan k. Tahanan Dalam (Rd) Rotor
terhadap isolasi. l. Partial Discharge Test
Pengujian pada peralatan berdasarkan
3.2 Pengujian Rotor dan Stator standar ANSI dan dilakukan oleh perusahaan
Ada beberapa pengujian pada sistem sebelum pengiriman. Jika pengguna memilih
isolasi untuk mengevaluasi kekuatan menggunakan pengujian tambahan pada
dielektrik untuk menjamin keandalan. peralatan, juga harus berdasarkan standar yang
Perbedaan dari satu pengujian ke dipublikasikan oleh ANSI.
pengujian yang lain adalah perbedaan
level tegangan yang diterapkan, 3.3 Ulasan Pengujian
pengukuran dan penunjukkan hasil. 3.3.1 High Potensial Test
Secara garis besar pengujian rotor High Potensial Test atau Hi-Pot Test
dan stator pada generator dibagi atas dua paling umum diterapkan pada lilitan stator
kategori yaitu Proof test dan Analytical generator untuk mencari kerusakan pada
test. lilitan. Pengujian ini merupakan pengujian
3.2.1 Proof Test yang dimaksudkan untuk memperkirakan
Proof test yaitu pengujian yang kekuatan dielektrik isolasi dari lilitan stator
menggunakan level tegangan yang lebih generator.
tinggi daripada tegangan kerja. Prinsip kerja pengujian ini adalah jika
Argumen yang sering digunakan ada kerusakan isolasi yang cukup besar,
dalam pengujian tegangan lebih adalah tegangan yang cukup besar diterapkan pada
mungkin akan menimbulkan breakdown lilitan maka akan mengakibatkan breakdown
pada lilitan. Breakdown biasanya mengalir pada isolasi tersebut, pengujian ini jarang
selama kondisi beban puncak. Jika satu dilakukan karena sifatnya merusak sehingga
atau lebih titik lemah pada lilitan mengalir perlu melilit ulang rotor atau stator jika terjadi
gangguan, ini kemudian akan menjadi titik breakdown.
grounding dari lilitan, menggantikan Selama pengujian masing – masing fasa
netral dan kemudian menerapkan tegangan terpisah, salah satu fasa dites sedangkan dua
yang besar ke bagian lain lilitan. fasa lainya digroundkan.
Breakdown susulan dapat mengalir High Potensial Test dapat
kemudian, dimana dapat menghasilkan diklasifikasikan dalam tiga kategori :
arus sirkulasi yang tinggi seperti gangguan
fasa ke fasa. Ini akan menghasilkan
3.3.1.1 AC High Potensial Test 3.3.2 Insulation Resistance Test
AC High Potensial Test /AC Hi-Pot Insulation Resistance Test/Megger Test
Test atau pengujian tegangan 50/60 hertz merupakan pengujian yang paling mudah dan
adalah pengujian dengan menggunakan sederhana untuk menentukan kemampuan
tegangan pengujian normal 50/60 hertz. isolasi. Megger Test ini dilakukan pada rotor
Tegangan yang diterapkan dalam dan stator generator, selain itu juga dapat
pengujian AC Hi-Pot Test adalah sebesar diterapkan pada semua mesin atau lilitan.
satu setengah kali dari tegangan line-to- Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini
line RMS generator (1,5E) untuk disebut Mega Ohm Meter atau Megger Tester
keserasian dengan peralatan dan setelah atau Megger saja.
penggantian kumparan atau bar dipasang, Indeks yang biasa digunakan dalam
sedangkan pada saat sebelum penggantian menunjukkan pembacaan megger dikenal
kumparan dipasang adalah sebesar 1,5 E + sebagai dielectric absorbtion, yang diperoleh
2000. dengan pembacaan yang berkelanjutan untuk
periode waktu yang lebih lama. Jika pengujian
3.3.1.2 Very-Low-Frequency Test berkelanjutan untuk periode selama 10 menit,
Voltage megger akan mempunyai kemampuan untuk
Very-Low-Frequency Test Voltage mempolarisasikan atau mencharge kapasitansi
atau VLF Test Voltage adalah pengujian tinggi ke isolasi stator, dan pembacaan
dengan menggunakan tegangan frekuensi resistansi akan meningkat jika isolasi bersih
0.1 hertz. dan kering. Rasio pembacaan 10 menit
Tegangan pada pengujian 0,1 hertz dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal
harus 15% lebih besar daripada nilai RMS sebagai Polarization Index atau Indeks
tegangan pada pengujian AC Hi-Pot Test. Polarisasi (IP). Nilai Indeks polarisasi adalah
2,5 atau lebih tinggi pada stator dan 1,25 atau
3.3.1.3 DC High Potensial Test lebih tinggi pada rotor/medan.
Pada Hi-Pot Test selain dengan Hasilnya mengindikasikan apakah ada
menggunakan tegangan AC juga dapat atau tidak bagian lilitan yang terhubung
dengan menggunakan tegangan DC atau singkat pada atau disekitar sistem isolasi. Jika
biasa disebut dengan DC Hi-Pot Test. IP terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa
Besarnya tegangan pengujian DC lilitan mungkin terkontaminasi oli, kotoran,
seharusnya 70 % lebih besar daripada serangga, atau terbasahi oleh air.
tegangan RMS pengujian AC Hi-Pot Test. Besarnya Polarization Index (IP) dapat
Tabel 3. Tegangan yang digunakan pada Hi- dirumuskan sebagai berikut :
Pot Test R10 menit
Pengujian Tegangan Tegangan Tegang
IP 
Pengujian Pengujian an
50/60- 0,1-HertzAC Penguji
R1menit
Hertz AC (puncak) an Pembacaan megger yang sangat rendah
(RMS) DC dan juga indeks polarisasi yang kecil biasanya
Sebelum 1,5 E + 2 x1,15x 1.7x(1,5 mengindikasikan adanya kelembaban dan
penggantian 2000 E) = pengeringan harus segera dilakukan.
kumparan (1,5E  2000) 2,25E Secara garis besar megger pada
generator dibagi menjadi dua yaitu megger
Keserasian 1,5 E 2 x1,15 1.7x(1,5
dengan E) = stator dan megger rotor.yang membedakan
peralatan x(1,5E) 2,25E adalah tegangan yang diterapkan.
Setelah 1,5 E 1.7x(1,5 Berdasarkan standar IEEE no 43-2000
2 x1,15 besarnya tegangan yang diterapkan untuk
penggantian E) =
kumparan x(1,5E) 2,25E pengujian berdasarkan tegangan kerja pada
Dimana E :Tegangan RMS line-to-line
lilitan generator dapat dilihat pada tabel 4.
generator
Tabel 4. Tegangan DC yang diterapkan untuk  Megger stator sebelum penambahan
pengujian megger berdasarkan tegangan kerja resin
lilitan.  Megger stator setelah penambahan resin
VAC VDC  Megger stator sebelum divarnis
(tegangan kerja (tegangan DC  Megger stator setelah rotor dimasukkan
lilitan (line-to-line)) yang diterapkan)  Megger stator sebelum busbar di
<100 500 connect
1000 – 2500 500 – 1000 Maksud megger stator yang
2501 – 5000 1000 – 2500 berkelanjutan ini dimaksudkan untuk
5001 – 12000 2500 – 5000 memastikan bahwa kelembaban lilitan stator
>12000 5000 -10000 tetap terjaga dan tidak terjadi hubung singkat
Alat yang digunakan dalam megger atau kerusakan isolasi selama proses
adalah Metriso 5000A dengan tegangan perawatan. Jika dalam proses didapatkan nilai
yang diterapkan untuk megger stator indeks polarisasi (IP) yang terlalu kecil itu
sebesar 5000 Volt DC sedangkan dalam mengisyaratkan bahwa stator terlalu lembab
megger rotor tegangan yang diterapkan maka perlu dipanasi dengan lampu halogen.
adalah 500 Volt DC karena melihat
kemampuan rotor untuk menahan Tabel 5. Megger fasa – ground stator sebelum
tegangan. busbar di connect.
R (Gfi) S (Gfi) T (Gfi)
3.3.2.1 Megger Stator 0,95 0,75 0,6
Secara garis besar megger stator
sendiri dibagi menjadi dua yaitu megger Tabel 6. Megger fasa – fasa stator sebelum busbar
fasa ke fasa dan fasa ke ground. Berikut di connect.
adalah rangkaian megger stator : R - S, R-T, S - T,
T-Ground S-Ground R-Ground
(Gfi) (Gfi) (Gfi)
1,7 1,5 1,7

Megger stator sebelum busbar di


connect ini dimaksudkan untuk memastikan
bahwa lilitan stator tidak ada yang mengalami
hubung singkat. Apabila terjadi hubung
Gambar 6. Rangkaian megger stator fasa – singkat pada lilitan maka pada megger akan
ground menghasilkan nilai hambatan sebesar nol (Z=
0).
Dengan hasil IP seperti pengujian diatas
maka stator masih lembab sehingga perlu
dikeringkan supaya dapat didapatkan nilai IP
yang sesuai. Kelembaban sangat
mempengaruhi nilai IP karena resistansi pada
awal pertama besar dan hanya meningkat
sedikit pada saat menit ke-10 sehingga
Gambar 7. Rangkaian megger stator fasa –
fasa didapatkan IP yang kecil. Ini berbeda pada
Dalam pengukuran megger stator saat kondisi kering pada saat awal menit
tidak hanya dilakukan sekali saja, pertama nilai resistansi kecil dan meningkat
pengukuran megger stator tersebut secara bertahap sampai menit ke 10 sehingga
dilakukan berdasarkan suatu akan didapatkan nilai IP yang bagus.
tahapan/proses. Selain dengan menggunakan acuan
 Megger awal stator indeks polarisasi sebagai penentu apakah
lilitan generator dalam keadaan lembab atau
mengalami hubung singkat juga dapat generator sebelum dilakukan sebelum heating
digunakan acuan berdasarkan nilai dan cleaning.
resistansi minimum dengan syarat Tabel 7. Megger awal rotor
besarnya nilai resistansinya adalah sebesar Cuaca setelah hujan ( 29 °C )
tegangan operasi dalam KV ditambah 1 Tegangan 500 V
untuk kemudian dikalikan dengan 100
Waktu ( t ) 1 menit
Mfi yang dapat dirumuskan sbb :
Rmin  (Vrms  1) x100.M Hasil Z = 800 Mfi
Dimana :
Resistansi rotor dan stator sangat
Rmin : resistansi minimum lilitan (Mfi)
dipengaruhi oleh kelembaban disekitarnya
Vrms : tegangan rms dalam KV (line-to-
karena akan mempengaruhi kelembaban
line)
lilitan, semakin besar kelembaban maka
Contoh pada generator 50 MW
impedansi semakin besar.
dengan tegangan operasi 11,5 KV maka
Tabel 8. Megger rotor sebelum Retaining Ring di
resistansi minimumnya adalah sebesar : lepas
Rmin = (11,5 + 1) x 100 Mfi
Cuaca mendung (30 °C)
= 1250 Mfi
= 1,25 Gfi Tegangan 500 V
Waktu ( t ) 1 menit
3.3.2.2 Megger Rotor Megger Rotor Z = 2,5 Gfi
Pada Megger rotor tegangan yang Megger Rotor diberi Resin Z = 1 Gfi
dikenakan tidak boleh besar karena akan
Tabel 9. Megger rotor setelah Retaining Ring
merusak isolasi pada rotor, karena masuk
tegangan yang dapat ditahan rotor terbatas
Cuaca Mendung (30 °C)
menyesuaikan tegangan eksitasinya. Pada
megger rotor ini digunakan tegangan Tegangan 500 V
sebesar 500 V DC. Waktu ( t ) 1 menit
Megger Rotor Z = 90 Mfi

Setelah Retaining Ring masuk ini


sangat mempengaruhi resistansi rotor sehingga
didapatkan nilai hasil megger yang besar.
Tabel 10. Cek megger rotor setelah Retaining Ring
masuk
Menit ke Z (Mfi)
Gambar 8. Rangkaian Megger rotor
Berdasarkan tahapannya megger 1 65
rotor pada saat overhaul tidak jauh 2 100
berbeda dengan megger stator, berikut 3 100
tahapan megger rotor :
4 105
 Megger awal rotor
 Megger rotor (sebelum Retaining 5 110
Ring di lepas) 6 120
 Megger rotor sebelum injeksi DC 7 121
(Retaining Ring dilepas) 8 125
 Megger rotor (setelah Retaining
Ring masuk) 9 125
 Cek Megger rotor (Retaining Ring 10 130
masuk) IP = 2
Megger awal rotor ini dilakukan
ketika rotor baru saja dikeluarkan dari
Dengan hasil pada cek megger rotor Isolasi yang sempurna adalah
setelah Retaining Ring masuk didapatkan mempunyai PF 0 dan tidak mempunyai rugi –
hasil bahwa indeks polarisasi sudah rugi internal. Peningkatan faktor disipasi
memenuhi standar yang ditentukan yaitu sebagai fungsi tegangan mengindikasikan
sebesar 1,25. Selain itu cek megger rotor angka peningkataan ionisasi, rugi – rugi
setelah Retaining Ring masuk ini internal dan pemanasan.
dimaksudkan untuk memastikan bahwa Pengujian ini merupakan pengujian AC
tidak ada hubung singkat pada lilitan rotor yang menggunakan frekuensi kerja peralatan.
setelah Retaining Ring masuk karena Pada saat tegangan dengan frekuensi kerja
dalam pemasangan atau pelepasan diterapkan pada isolasi stator, jumlah arus
Retaining Ring dengan memakai suhu yang mengalir terdiri dari dua komponen arus
yang sangat tinggi. kapasitif yang relatif besar ( ic ), yang
mendahului tegangan 90°, dan arus resistif
3.3.3 DC Leakage yang lebih kecil ( ir ) yang sefasa dengan
DC Leakage adalah tipe tegangan. Dielektrik kapasitor yang
pengukuran lain untuk menentukan disimulasikan adalah sistem isolasi yang
resistansi isolasi. Ini diperoleh dengan meliputi dua elektroda, konduktor tembaga
pengujian dengan set tegangan yang tegangan tinggi dan inti besi stator. Faktor
berubah - ubah dimana tegangan yang daya adalah cos 0, sudut antara tegangan yang
diterapkan pada isolasi dinaikkan secara diterapkan dan total arus.
bertahap dan arus bocor yang melewati i Eir W Watts
Cos  r   
isolasi diukur pada masing – masing it Eit Eit VA
tegangan. Pengujian ini telah digunakan
secara ekstensif dalam peralatan elektris
yang sudah tua, terutama menyangkut
sistem isolasi, yang didasarkan kepada
penyerapan kelembaban.
Tegangan dc yang diterapkan
secara bertahap pada pengujian dc leakage
tegangan maksimumnya dibatasi sampai Gambar .9. Rangkaian dielektrik dasar.
dua kali nilai RMS tegangan kerja ac dari
generator.
VDC maksimum  2 xVAC rms
Dimana :
VDC maksimum : Tegangan dc maksimum
pada pengujian dc leakage
VAC rms : Tegangan RMS generator Gambar 10. Arus pengisian total.

3.3.4 Dissipation Factor 3.3.5 Balancing Voltage Rotor Test


Pengukuran ini juga biasa disebut Sebelum melakukan balancing voltage
power factor atau tan delta dan rotor test maka dilakukan dahulu pengukuran
merupakan parameter untuk Impedansi Karakteristik Rotor untuk
memperlihatkan efisiensi isolasi. menentukan kelinearan impedansi rotor
Pengujian tan delta dilakukan pada lilitan apabila diterapkan tegangan baik dengan
stator. pengujian tegangan naik maupun tegangan
Pengujian ini efektif untuk turun dengan tegangan AC sampai dengan
mendeteksi kontaminasi isolasi, kualitas tegangan yang akan diterapkan pada pengujian
semikonduktor, jumlah kandungan balancing tegangan rotor.
kehampaan, dan kerusakan parsial. Dalam balancing voltage rotor ini
dibutuhkan alat – alat antara lain adalah
supply tegangan yang dapat divariasi berupa
voltage regulator, tang Amperemeter dan Tabel 12. Data pengukuran impedansi karakteristik
AVO meter. tegangan turun sebelum pemasangan Retaining
V Ring.
Pole A Pole B Vac- regulator Vac I Z
(V) (V) (A) (fi)
Center Pole
A 130 130 4.99 26.05
Power Supply 120 120 4.95 24.24
(Regulator )
10 - 130 V 110 110 4.58 24.01
Gambar 11. Rangkaian pengukuran impedansi 100 100 4.23 23.64
karakteristik. 90 90 3.87 23.25
3.3.5.1 Pengukuran Impedansi 80 80 3.78 21.16
Karakteristik Rotor sebelum 70 70 3.11 22.5
Pemasangan Retaining Ring. 60 60 2.73 21.97
Tabel 11. Data pengukuran impedansi
50 50 2.33 21.45
karakteristik tegangan naik sebelum
pemasangan Retaining Ring. 40 40 1.94 20.61
Vac- regulator Z 30 30 1.51 19.86
Vac I
(V) (V) (A) (fi) 20 20 1.04 19.23
10 10 0.53 18.86 10 10 0.54 18.51
20 19.9 1.04 19.13
30 30.2 1.56 19.36
40 40 2.03 20.7
50 50.2 2.47 20.32
60 60.1 2.9 20.72
70 70 3.31 21.14
80 80 3.7 21.62
90 90 4.1 21.95
100 100 4.47 22.37
110 110 4.85 22.68
120 120 5.23 22.94
Gambar 13. Grafik impedansi karakteristik
130 130 5.6 23.21 tegangan turun sebelum pemasangan Retaining
Ring.
Pada waktu uji impedansi karakteristik
seharusnya nilai Z perubahannya tidak terlalu
besar baik pada saat pengujian tegangan naik
maupun pada saat tegangan turun. Tegangan
tertinggi pada saat melakukan pengujian
impedansi karakteristik adalah sebesar
tegangan yang akan dinjeksikan sewaktu
pengujian balancing rotor yaitu 130 Volt AC.
Ukur Impedansi Karakteristik dilakukan
sebelum dan sesudah pemasangan Retaining
Ring (R-R), ini dimaksudkan untuk
Gambar 12. Grafik impedansi karakteristik memastikan impedansi karakteristik rotor
tegangan naik sebelum pemasangan Retaining masih linear dengan peningkatan tegangan
Ring. yang diterapkan.
3.3.5.2 Pengukuran Impedansi 90 90.5 4.46 20.29
Karakteristik Rotor setelah 80 80.5 4 20.12
Pemasangan Retaining Ring.
Tabel 13. Data pengukuran impedansi 70 70.6 3.55 19.88
karakteristik tegangan naik setelah 60 60.2 3.05 19.73
pemasangan Retaining Ring. 50 50.3 2.61 19.27
Vac- regulator Vac I Z 40 40.3 2.1 19.19
(V) (V) (A) (fi)
30 30.4 1.57 19.36
10 10.1 0.62 16.29
20 20.1 1.06 18.96
20 20.3 1.21 16.77
10 10.4 0.6 17.33
30 29.9 1.7 17.58
40 39.9 2.19 18.21
50 50.8 2.71 18.74
60 60.9 3.18 19.15
70 70.9 3.64 19.47
80 80.3 4.05 19.82
90 90 4.46 20.18
100 100.6 4.94 20.36
110 110.4 5.34 20.67
120 120.6 5.75 20.97
130 130.1 6.14 21.18

Gambar 15. Grafik impedansi karakteristik


tegangan turun setelah pemasangan Retaining
Ring.
Dari pengukuran impedansi
karakteristik tersebut diatas didapatkan hasil
impedansi karakteristik yang linear terhadap
tegangan yang diterapkan secara bertahap.

3.3.5.3 Balancing Voltage Rotor Test


Balancing voltage rotor test adalah
mengukur ketidakseimbangan tegangan
(unbalance voltage) antara kutup A dan kutup
B terhadap center pole pada rotor.
Gambar 14. Grafik impedansi karakteristik Caranya adalah dengan cara
tegangan naik setelah pemasangan Retaining menginjeksi tegangan AC sebesar 130 Volt
Ring. AC pada kedua ujung kutup rotor kemudian
Tabel 14. Data pengukuran impedansi
mengukur besarnya tegangan kutup A
karakteristik tegangan turun setelah
pemasangan Retaining Ring. terhadap center pole kemudian mengukur
kutup yang lain (kutup B) sehingga akan
Vac- regulator Vac I Z didapatkan tegangan masing masing tegangan
(V) (V) (A) (fi) kutup A terhadap center pole (VA) dan
130 130.1 6.14 21.19 tegangan kutup B terhadap center pole (VB).
120 120.6 5.74 21.01 Rangkaian pengujian balancing voltage rotor
adalah sebagai berikut :
110 110.5 5.27 20.96
100 100.5 4.89 20.55
adalah hubung singkat dengan rotor, hubung
singkat diantara lilitan baik antara fasa yang
sama atau berbeda, dan lepas atau rusaknya
koneksi lilitan.
Peralatan yang digunakan untuk
mengukur tahanan dalam adalah Winding
Resistance Meter, produk dari Vanguard
Gambar 12. Rangkaian pengujian balancing Instruments Company type WRM-40.
tegangan rotor Winding Resistance Meter dapat mengukur
Dari hasil pengukuran didapatkan resistansi secara akurat dengan range dari 1
hasil percobaan untuk masing masing mikro ohm sampai ratusan ohm, alat ini dapat
kutup terhadap center pole adalah sebagai digunakan untuk mengukur resistansi lilitan
berikut : motor, lilitan trafo atau pengujian resistansi
V kutup A - center pole = 68,8 V rendah yang lain.
V kutup B - center pole = 59,4 V Dari hasil pengukuran didapatkan
besarnya tahanan dalam masing – masing
Syarat seimbang adalah tegangan lilitan dari kedua kutup adalah sebagai berikut.
diantara kutup terhadap center pole adalah R1 : 118,6 miliohm
harus sama atau masih dalam batas R2 : 119,4 miliohm
toleransi yaitu maksimal drop Besarnya batas maksimum perbedaan
tegangannya (OV) adalah tidak boleh lebih tahanan dalam adalah tidak boleh melebihi
dari 10 % dari total tegangan yang dua persen dari total tahanan dalam.
diinjeksikan ke rotor. R1 R2
Dimana drop tegangannya dapat Rmax  x100 persen
R1  R2
dirumuskan sebagai berikut :
Dimana :
V  VB  C
V  A  C x100 persen ORmax = selisih maksimum antara tahanan
VR dalam R1 dan R2
Dimana : R1 = besarnya tahanan dalam kutup A
OV = drop tegangan dalam % terhadap center pole.
VR = tegangan yang diinjeksikan ke lilitan R2 = besarnya tahanan dalam kutup B terhadap
rotor center pole.
VA-C = tegangan hasil pengukuran kutup A Berdasarkan hasil pengukuran
terhadap center pole didapatkan besarnya selisih maksimum
VB-C = tegangan hasil pengukuran kutup B antara tahanan dalam R1 dan R2 adalah
terhadap center pole sebesar :
Dari pengujian diatas total tegangan 118,6  119,4
yang diinjeksikan adalah 130 Volt. Jadi Rmax  x100 persen
dalam perhitungan drop tegangan adalah 118,6  119,4
sebesar : 0,8
68,8  59,4  x100 persen
V  x100 = 7,076 % 238
130
 0.3361persen
Jadi besarnya drop tegangan masih
dalam toleransi yaitu sebesar 7,076 %. Dari hasil pengukuran dapat
disimpulkan bahwa nilai tahanan dalam
3.3.6 Tahanan Dalam (Rd) Rotor rotor masih memenuhi standar karena
Pengujian tahanan dalam atau coil besarnya selisih maksimum antara tahanan
resistance test adalah pengujian untuk dalam R1 dan R2 masih dibawah 2 %
mengetahui kesetidaktimbangan antar yaitu sebesar 0,3361 %.
fasa/kutup. Masalah yang timbul biasanya
Perbedaan antara megger rotor MW Unit 1 adalah isolasi epoxy-mica
dengan pengukuran tahanan dalam (Rd) karena mempunyai kekuatan mekanik dan
rotor adalah level tegangan yang kekedapan terhadap air, oli atau
digunakan untuk pengujian, dalam megger kontaminasi lain.
rotor tegangan pengujian adalah besar 12. Berdasarkan tegangan yang diterapkan
dengan arus yang kecil hanya dalam orde pengujian rotor dan stator generator dibagi
miliampere. Sedangkan dalam pengukuran atas Proof Test dan Analitycal Test.
tahanan dalam rotor tegangan pengujian 13. Pada pengujian Proof Test/High Potensial
hanya sampai beberapa Volt dengan arus Test dapat menimbulkan breakdown pada
yang besar hingga orde puluhan Ampere. isolasi karena tegangan yang diterapkan
diatas tegangan kerja.
3.3.7 Partial Discharge Test 14. Macam – macam pengujian rotor dan
Partial Discharge Test atau PD stator generator sinkron adalah sebagai
test telah dipakai untuk mengukur kualitas berikut:
isolasi, dan kadang – kadang untuk h. High Potensial Test
mendeteksi penurunan isolasi yang terjadi i. Insulation Resistance Test
pada peralatan tegangan tinggi. j. DC Leakage
PD test dapat dilakukan pada saat k. Dissipation Factor
generator beroperasi (on-line PD test) dan l. Balancing Voltage Rotor Test
pada saat generator berhenti operasi atau m. Tahanan Dalam (Rd) Rotor
mengenergize peralatan tegangan n. Partial Discharge Test
tegangan tinggi dengan trafo eksternal
(off-line PD test). Pengujian partial 4.2 Saran
discharge secara langsung mengukur 1. Untuk menghindari masalah - masalah
pulsa arus yang dihasilkan dari PD pada kerusakan sistem isolasi maka seharusnya
lilitan. Jadi proses kegagalan yang dilakukan pemeliharaan secara berkala
dihasilkan PD sebagai gejala dapat terhadap semua komponen dari sistem
dideteksi dengan metode ini. isolasi sehingga kita dapat mencegah
masalah - masalah tersebut sebelum
IV. PENUTUP terjadi.
4.1 Kesimpulan 2. Kerja sama dengan lingkungan akademis
8. PT. Indonesia Power membangkitkan agar lebih ditingkatkan, dengan
energi listrik dengan Unit Pembangkit mengadakan berbagai macam kegiatan
Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan yang bisa bermanfaat bagi mahasiswa
Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan pada khususnya dan dunia kerja pada
Uap (PLTGU). umumnya.
9. Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) PT. Indonesia Power DAFTAR PUSTAKA
Tambak Lorok Semarang memiliki
daya terpasang 300 MW, terdiri atas 1. C. Stone. Greg, “Recent Important
unit 1 sebesar 50 MW, unit 2 sebesar Changes in IEEE Motor and Generator
50 MW dan unit 3 sebesar 200 MW Winding Insulation Diagnostic Testing
10. Komponen utama Pembangkit Listrik Standards”, IEEE Fellow, Iris Power
Tenaga Uap, yaitu: Engineering, 1 Westside Drive Unit 2
f. Boiler (Economizer, Superheater, Toronto, Canada, PCIC – XX, 2004.
burner dll.) 2. Lister,“Mesin dan Rangkaian Listrik”,
g. Turbin (Tekanan tinggi, tekanan Edisi keenam, Erlangga, Jakarta, 1993.
menengah ,dan tekanan rendah) 3. Marsudi, Ir. Djiteng, “Pembangkitan
h. Generator sinkron Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta, 2005.
11. Sistem isolasi yang digunakan dalam
rotor dan stator generator sinkron 50
4. Theraja. BL, “Electrical Technology BIODATA
Volume II”, S. Chand & Company
LTD, Ram Nagar, New Delhi, 1994. Nama : Eko Parjono
5. United States Department of The NIM : L2F 004 473
Interior, “Testing Solid Insulation of Lahir di Boyolali pada
Electrical Equipment, Facilities tanggal 21 Oktober 1985.
Instructions, Standards, and Riwayat pendidikan : TK
Tecniques”, Volume 3-1, Facilities Pertiwi Jatirejo, SD N
Engineering Branch Denver, Klabang, SLTP N 1 Sawit,
Colorado, 2000. SMU N 1 Kartasura. Saat
6. www.gmc-instruments.com ini sedang menempuh pendidikan di Jurusan
7. www.gepower.com Teknik Elektro Universitas Diponegoro
8. www.indonesiapower.co.id Semarang, semester 8 dengan Konsentrasi
9. www.vanguard-instruments.com Ketenagaan. Kerja Praktek di PLTU Unit 1
10. ........., “Drying Turbine Generator PT. Indonesia Power UBP Semarang pada
Windings, GEI-69534B”, Manual tanggal 3 sampai dengan 31 Desember 2007.
Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia
Power UBP Semarang.
11. ........., “Drying Turbine Generator
Windings-Hidrogen Cooled Turbine
Generator, GEI-53946D”, Manual Mengetahui,
Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Dosen Pembimbing
Power UBP Semarang.
12. ........., “Insulation Testing of Turbine-
Generator Windings, GEK-7613A”,
Manual Book PLTU Unit 1&2 PT.
Indonesia Power UBP Semarang.
13. ........., “Insulation Testing of Turbine- Abdul Syakur, ST, MT
Generator Windings (Epoxy-Bonded NIP. 132 231 132
Mica Insulation System), GEK-
7613F”, Manual Book PLTU Unit
1&2 PT. Indonesia Power UBP
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai