Produksi Migas
Kamis, 25 Juni 2015
Oleh :
ANDINI FEBRI LANTI
1103020
Oleh :
ANDINI FEBRI LANTI
1103020
Judul Tugas Akhir : Konversi Artificial Lift Dari Sucker Rod Pump
Menjadi Electric Submersble Pump Pada Sumur
AFL-21 Lapangan AFL
Di PT. Pertamina EP Asset 2 Field Prabumulih
Tim penguji :
Nama Jabatan Tanda Tangan
ABSTRAK
Konversi Artificial Lift Dari Sucker Rod Pump Menjadi Electric Submersible
Pump Pada Sumur AFL-21 Lapangan AFL
PT. Pertamina EP Asset 2 Field Prabumulih
Sumur AFL-21 pertma kali ditajak pada tanggal 26 april 2012 dan dilakuka perforasi pada
kedalaman 1334.7 m, pada saat sumur AFL-21 menggunakan pompa sucker rod
pump dengan production rate sebesar 462 BPD. Berdasarkan kurva IPR, sumur AFL-21
masih bisa ditingkatkan produksinya menjadi 778 BFPD, untuk mencapai potensi tersebut
diperlukan optimasi sumur dengan melakukan konversi pompa yang sesuai dengan
karekteristik sumur AFL-21 ini, yaitu pompa electrical submersible pump(ESP). Untuk
meinilih pompa yang akan digunakan harus dilakukan perencanaan terlebih dahulu dengan
menghitung tekanan air dasar sumur menggunakan metode J.V. Vogel dan perhitungan
TDH(total dynainic head), horse power dan parameter lainnya. Hal ini dilakukan untuk
memperoleh laju produksi yang optimum dari sumur tersebut. Dari hasil perhitungan potensi
sumur AFL-21 didapatkan laju alir maksimum sebesar 1036.77 BFPD (laju alir optimum
sebesar 778 BFPD). Jenis pompa ESP yang digunakan adalah pompa IND-750 60Hz/ 3500
RPM 400 series, dengan 127 stages dan motor yang dipilih series 456 sebesar 60 HP.
Kata kunci : Electrical Submersible Pump (ESP), Total Dynainic Head (TDH), Stages.
ABSTRACT
Conversion artificial lift from sucker rod pump becomes electric submersible
Pump of AFL-21 field AFL
PT.Pertamina EP Asset 2 Field Prabumulih
AFL-21s well were first drilled on april 26th, 2012 and carried out perforations at a depth of
1334.7 m, at current AFL-21 well use sucker rod pump pump with a production rate of 462
BFPD. Based on IPR curve, AFL-21 wells can still be improved its production into 778
BFPD, to achieve the necessary optiinization potential wells with pumps that convert
according to the characteristics of the well the AFL-21, i.e. the pump electrical submersible
pump (ESP). To select a pump that will be used to do advance planning by calculating
bottemhole flow pressure using the J.V. Vogel methode and calculation of TDH (total
dynainic head), horse power, and other parameters. This is done obtimum production rates
from the wells. From the results of the calculation of the potensial well of AFL-21 gained the
maximum flow rate of 1036.77 BFPD (optimum flow rate of 778 BFPD). ESP pump type used
is IND-750 pump 60Hz / 3500 RPM 400 series, with 127 stages and 456 series motors
selected by 60 HP.
Key Word : Electrical submersible pump (ESP), Total dynainic head (TDH), Stages.
Motto:
Tak ada jalan menuju kesuksesan kecuali tujuan yang jelas dan kuat, sebuah tujuan akan
menejaskan sebuah karakter, kebudayaan, dan prestasi
Bila seseorang melangkah maju dengan penuh rasa percaya untuk meraih impiannya dan
berusaha untuk menjalani hidup yang ia impikan, maka ia akan menemui keberhasilan
yang tak terduga pada saat yang tak terduga pula
Kupersembahkan kepada:
Allah SWT yang membuat Aku tetap dalam Islam dan membuat segalanya mudah untuk
Aku lalui.
Nabi muhammad SAW sebagai suri tauladan dan penuntun penerang jalanku
Abah dan Umak (M.Panhar dan Yukmarani) terima kasih atas semua perhatian, kasih
saying, materi dan juga doa. Sembah sujud bakti ananda.
Kakak-kakak ku (Andri Noviansyah, Jhon Lara Sakti, SH., Marta Widura,S,ST, Ars.,
Harya Prima, Am.Kep) dan ayunda ku (Virsa Apsari Putri, Am.Keb, Lesti Satria, Am.Kep,
Rahayu Ningsih) seta pangeran-pangeran kecil di keluarga ku (M.Reiza Faiz Theo
Ramadhan, Jhosua Dzakwan Safaraz, Radovic Al-Fairus, Justin Dzakwan Tajusa) terima
kasih atas perhatian, dukungan serta doa.
Pembimbing I dan II Ku terima kasih atas kesempatan, fasilitas, dan bimbingannnya.
Sahabatku (Ki Ammoy, KiMbab, Bunda Winda, Temok, dan Mbk Nisa) terima kasih
telah mengajarkan ku banyak hal, Insya Allah Semoga Persahabatan kita Abadi. Ainin.
Rekan-rekan seperjuangan TEPM Angkatan V terima kasih atas cinta, kasih dan sayang
yang senantiasa tercurahkan selama ini walaupun kita tidak menjadi bagian yang
seutuhnya, tetap semangat dan Istiqomah dalam mengukir prestasi.
Keluarga besar Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas dan seluruh jajarannya
terima kasih atas waktu, bimbingan, ilmu dan bantuannya.
Untuk Almamater Ku POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Robbil Alainin atas berkat rahmat Allah SWT dan dengan didorong
oleh keinginan yang luhur maka Tugas Akhir yang berjudul Konversi Artificial Lift Dari
Sucker Rod Pump Menjadi Electrical Submersible Pump di PT.Pertamina EP asset 2 Field
Prabumulih dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir yang merupakan salah satu syarat
untuk menyelesaikan program Diploma III pada Program Studi Teknik Ekplorasi Produksi
Migas Politeknik Akamigas Palembang, didalam punyusunannya mungkin masih terdapat
kekurangan. Tetapi hal ini adalah senbuah upaya mengaplikasikan ilmu yang diperoleh
selama Penulis menimba ilmu di Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas Politeknik
Akamigas Palembang.
Pada kesempatan, fasilitas, dan bimbingan yang telah diberikan, Penulis
mengucapkan terima kasih pada :
1. Bapak H. Muchtar Lutfie SH. MM, selaku Direktur Politeknik Akamigas Palembang
2. Bapak/Ibu Pembantu Direktur di lingkungan Politeknik Akamigas Palembang.
3. Bapak Azka Roby Antari. ST, selaku Ketua Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi
Migas Politeknik Akamigas Palembang.
4. Bapak Roni Alida. ST, sebagai Pembimbing I yang telah membimbing dan membantu dalam
menyelesaikan tugas Akhir.
5. Bapak Ir. H. Ekariza, MM. sebagai Pembimbing II yang telah membimbing dan membantu
dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
6. Bapak Hasbi Asidik, selaku Pembimbing Lapangan di PT. Pertamina Asset 2 Field
Prabumulih yang telah membimbing Penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
7. Seluruh Pekerja di Workshop PT. Pertamina EP Asset 2 fielde Prabumulih.
8. Seluruh Staf dan Pegawai Politeknik Akamigas Palembang.
9. Kedua Orang Tua dan keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan dalam
menyelesaikan Tugas Akhir.
10. Rekan-rekan Mahasiswa Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas Politeknik
Akamigas Palembang Angkatan Ke-V yang telah sama-sama berjuang dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
11. Pihak-pihak terkait lainnya yang telah memberikan sumbangsihnya kepada Penulis
Akhir kata, semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat baik bagi Penulis,
lembaga maupun pembaca. Kritik dan saran yang membangun sangat Penulis harapkan untuk
kesempurnaan laporan ini.
Fastabiqul khoirot billahi taufiq walhidayah wassallamualaikum wr.wb.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................ iii
HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI..................................... iv
ABSTRAK................................................................................................. v
ABSTRACT .............................................................................................. vi
MOTTO PERSEMBAHAMAN............................................................... vii
KATA PENGANTAR.............................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Tujuan Tugas Akhir................................................................ 1
1.3. Manfaat Tugas Akhir.............................................................. 2
1.4. Batasan Masalah..................................................................... 2
1.5. Sistematika Tulisan................................................................. 2
BAB II TEORI DASAR.......................................................................... 3
2.1. Produktifitas Formasi........................................................... 3
2.1.1. Indeks Produktifitas..................................................... 3
2.1.2. Inflow Performance Relationship (IPR)........................ 4
2.1.2.1. Kurva IPR 1 Fasa............................................. 4
2.1.2.2. Kurva IPR 2 Fasa............................................. 5
2.1.2.3. Kurva IPR 3 Fasa Metode Pudjo Sukarno....... 6
2.2. Aliran Fluida Dalam Pipa dan Frictiton Loss....................... 9
2.2.1. Sifat Fisik Fluida.......................................................... 9
Gambar Halaman
2.1 Rs Sebagai Fungsi Tekanan......................................................................... 10
2.2 Hubungan FVF Minyak Dengan Tekanan .................................................. 11
2.3 Hubungan Viskosistas Minyak Dengan Tekanan........................................ 12
2.4 Grafik Friction Loss Berdasarkan Persamaan William-Hazen..................... 14
2.5 Tipe Pump Performance Curve................................................................... 18
2.6 Kemungkinan Posisi Impeller...................................................................... 19
2.7 Susunan Lengkap Peralatan ESP................................................................. 19
2.8 Cable Pack-Off Pada Tubing Hanger.......................................................... 20
2.9 Junction Box................................................................................................. 21
2.10 Swicthboard................................................................................................ 21
2.11Transformer................................................................................................. 23
2.12Pressure Sensing Instruments(PSI).............................................................. 24
2.13Motor electric submersible pump(ESP)........................................................ 25
2.14Protector/seal section................................................................................... 26
2.15Gas separator............................................................................................... 27
2.16Unit Pompa Electric Submersible Pump(ESP)............................................ 28
2.17 Jenis Flat Cable Dan Round Cable............................................................. 29
2.18 Static Fluid Level......................................................................................... 32
2.19 Dynamic Fluid Level................................................................................... 33
2.20 Berbagai Posisi Pompa Pada Kedalaman Sumur........................................ 35
2.21 Kurva Kecepatan Fluida Yang Melewati Motor........................................ 36
2.22 Cable Voltage Drop.................................................................................... 37
3.1 Flow Chart Design ESP........................................................................... 40
4.1 Kurva IPR Sumur Afl-21 Metode Vogel..................................................... 46
4.2 Plot Kurva Penentuan Laju Ali Harapan Sumur AFL-21............................ 47
4.3 Kurva Outflow Sumur AFL-21................................................................. 48
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
A.1 : Perencanaan Perhitungan ESP...........................................................
B.1 : Grafik Friction Loss Hazen-William..................................................
B.2 : cable voltage drop chart....................................................................
B.3 : jenis-jenis kabel.................................................................................
B.4 : Transformator 3 Phase, 60 Hertz.......................................................
B.5 : Data Umum Switchboard...................................................................
C.1 : Grafik Performance Curve Pump......................................................
D.1 : Table Motor Seri 456 S......................................................................
D.2 : Protactor Hp Consumption................................................................
D.3 : Table Daya.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produksi minyak dan suatu sumur dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
Metode Sembur Alam dan Metode Pengangkatan Buatan (Artficial Lift). Pada metode sembur
alam, reservoir masih meiniliki kemampuan untuk mengalirkan fluida reservoir ke
permukaan karena tekanan reservoimya yang tinggi. Metode Pengangkatan Buatan (Artificial
Lift) digunakan apabila tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi untuk memproduksikan
secara sembur alam. Metode pengangkatan buatan ini diantaranya yaitu Gas Lift, Sucker Rod
Pump (SRP), Electric Submersible Pump (ESP), Hydraulic Pump Unit (HPU), Progressing
Cavity Pump (PCP).
Sumur AFL-21 telah diproduksikan dengan menggunakan Artificial Liftl SRP, akan
tetapi yang menjadi permasalahan saat ini yaitu produksi minyak dan sumur ini dirasakan
kurang optimal (berdasarkan kurva performa sumurnya), oleh karena itu perlu dilakukan
upaya peningkatkan produksi minyak dengan pemasangan artificial lift ESP untuk
menggantikan artificial lift SRP yang ada.
Electrical Submersible Pump (ESP) merupakan metode lifting yang sesuai karena dapat
memproduksi minyak dengan rate yang besar, dapat diatur kecepatan putaran apabila
PT,draw down, water cut berubah.
Metode Artificial Lift ( Pengangkatan Buatan) dapat digunakan untuk memproduksikan fluida
reservoir apabila tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi mengangkat fluida reservoir
kepermukaan. ESP merupakan salah satu metode pengangkatan buatan yang dipakai di PT
Pertamina EP Region Sumatera Prabumullh Field. Bab ini membahas prinsip-prinsip dasar
yang melatar belakangi penggunaan pompa ESP pada sumur-sumur produksi.
2.1. Produktivitas Formasi
Produktivitas Formasi adalah kemampuan suatu formasi untuk memproduksikan fluida yang
dikandungnya pada kondisi tekanan tertentu. Sumur-sumur yang baru umumnya mempunyai
tenaga pendorong alainiah yang mampu mengalirkan fluida hidrokarbon dan reservoir ke
permukaan dengan tenaganya sendiri. Penurunan kemampuan produksi terjadi dengan
berjalannya waktu produksi, dimana kemampuan dan formasi untuk mengalirkan fluida
tersebut akan mengalaini penurunan yang besarnya sangat tergantung pada penurunan
tekanan reservoir.
Parameter yang menyatakan produktivitas formasi adalah Index Produkiivity (P1) danInflow
Performance Relationship (IPR).
2.1.1. Indeks Produktivitas
Kualitas kinerja aliran fluida dan fonnasi produktif masuk ke lubang sumur dinyatakan
sebagai suatu indeks, disebut indeks produktivitas (P1), yang didefinisikan sebagai
perbandingan antara laju produksi yang dihasilkan formasi produktif pada drawdownyang
merupakan beda tekanan dasar sumur saat kondisi statis (Ps) dan saat terjadi aliran (Pwf). P1
dapat berharga konstan atau tidak, tergantung pada kondisi aliran yang terjadi. Secara
kuantitatif dinyatakan dalam grafik, yang menghubungkan antana laju aliran dengan tekanan
alir dasar sumur. P1 dituliskan dalam bentuk persamaan:
Keterangan:
Keterangan:
Langkah2:
Menghitung harga (Pwf/Ps)
Langkah 3:
Mensubtitusikan harga (Pwf/Ps) dan langkah 1 dan harga laju produksi (Q) ke dalam
Persamaan 2-4, dan menghitung harga laju produksi maksimum (Qm), yalta:
Langkah4:
Untuk membuat kurva IPR, anggap beberapa harga Pwf dan menghitung harga Q, yaitu:
Langkah5:
Memplot Q terhadap Pwf pada kertas grafik linier. Kurva yang diperoleh adalah kunva
kinerja aliran fluida dan formasi ke lubang sumur.
2.1.2.3. Kurva IPR Tiga Fasa Metode Pudjo Sukarno
Pada umumnya fluida yang mengalir dan formasi ke lubang sumur terdiri dan tiga fasa,
yaitu gas, minyak dan air, maka dalam pengembangan kelakuan aliran tiga fasa dan formasi
ke lubang sumun dapat menggunakan analisis regresi
dan Metode Pudjo Sukarno. Pengembangan persamaan im dilakukan dengan
anggapan:
1. Faktor skin tidak ada atau sama dengan nol.
2. Gas, minyak, dan air berada dalam satu lapisan dan mengalir bersama-sama, secara radial
dan reservoir menuju lubang sumur.
3. Presentase/ kadar air dalam laju produksi total ( Watercut We) diketahui.
Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total digunakan
parameterwatercut, yaitu perbandingan laju produksi air dengan laju produksi cairan total.
Hargawater cut berubah sesuai dengan perubahan tekanan alir dasar sumur, yaitu makin
rendah tekanan alir dasar sumur, makin tinggi harga water cut. Hasil analisa regresi didapat
persamaan:
keterangan:
An : konstanta persamaan (n = 0, 1 dan 2) dimana harganya berbeda untuk watercut
yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan watercut ditentukan pula dengan
analisis regresi:
Dimana harga P1 dan P2 tergantung dan harga watercut dan dapat ditentukan dengan
persamaan berikut:
dimana water cut dinyatakan dalam persen (%) dan merupakan data uji produksi.
Prosedur pembuatan kinerja aliran tiga fasa dan Metode Pudjo Sukarno
adalah sebagai berikut:
Langkah 1:
Mempersiapkan data-data penunjang meliputi:
1. Tekanan Reservoir/Tekanan Statis Sumur
2. Tekanan Alir Dasar Sumur
3. Laju Produksi Minyak dan Air
4. Harga Water Cut (WC) berdasarkan data Uji Produksi (%)
Langkah2:
Penentuan WCc Pwf Ps
Menghitung terlebih dahulu harga Pi dan P2 yang diperoleh dan Persamaan (2-8)
dan (2-9). Kemudian hitung harga WC( Pwfz Ps dengan Persamaan (2-7).
Langkah 3:
Penentuan konstanta A0, A1 dan A2
Berdasarkan harga WC@PwfPs kemudian menghitung harga konstanta tersebut
menggunakan Persamaan (3-6) dimana konstanta C0, C1 dan C2 diperoleh dalam
Tabel 2-1.
Langkah4:
Menghitung Qt maksimum dan Persamaan (2-5) dengan konstanta A0, Al dan A2
danilangkah3.
Langkah5:
Penentuan Laju Produksi Minyak (Qo)
Berdasarkan Qt maksimum langkah 4, kemudian menghitung harga laju produksi
minyak qo untuk berbagai harga Pwf
Langkah 6:
Penentuan Laju Produksi Air (Qw)
Menghitung besarnya laju produksi air dan harga Water Cut (WC) pada tekanan
alir dasar sumur (Pwf) dengan persamaan:
Langkah7:
Membuat tabulasi harga-harga Qw, Qo dan Qt untuk berbagai harga Pwf pada Ps aktual.
Langkah8:
Membuat grafik hubugan antara Pwf terhadap Qt , dimana Pwf mewakili sumbu
Y dan Qt mewakili sumbu X.
2.2. Aliran Fluida Dalam Pipa dan Friction Loss
Aliran fluida dalam pipa dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik fluida, friction
loss sertagradient tekanan fluida, sub-bab ini akan membahas pengaruh tersebut terhadap
aliran fluida dalam pipa.
2.2.1. Sifat Fisik Fluida
Sifat fisik fluida (gas, minyak dan air) perlu diketahui karena merupakan variabel utama
aliran fluida dalam media berpori maupun dalam pipa. Sifat fisik fluida yang akan dibahas
adalah sifat fisik fluida yang mempengaruhi perencanaan Electric Submersible Pump (ESP)
yaitu kelarutan gas dalam minyak
(Rs); Faktor Volume Formasi (FVF), Viskositas (.t), serta Specc Gravity Fluida
(SG).
Sifat fisik tersebut dinyatakan sebagai fungsi tekanan, untuk suatu temperatur tertentu
dan dapat diperoleh dan hash pengukuran di laboratorium terhadap contoh fluida, baik yang
diperoleh dan permukaan maupun dan dasar sumur.
2.2.1.1. Kelarutan Gas Dalam Minyak (Rs)
Sistem minyak pada tekanan yang tinggi, gas akan terlarut dalam minyak, dengan
deinikian harga kelarutan gas meningkat dan sebaliknya apabila terjadi penurunan tekanan,
fasa gas akan terbebaskan dan larutan minyak. Jumlah gas yang terlarut akan konstan, apabila
tekanan mencapai tekanan saturasi (Bubble Point Pressure-Pb).
Gambar 2.1.
Rs Sebagai Fungsi Tekanan
Faktor volume formasi minyak (B0) didefinisikan sebagai volume minyak dalam
barrel pada kondisi standar yang ditempati oleh satu stock tank barrel minyak termasuk gas
yang terlarut. Dengan kata lain sebagai perbandingan antara volume minyak termasuk gas
yang terlarut pada kondisi reservoir dengan volume minyak pada kondisi standard (14,7 psi,
60 F). Satuan yang digunakan adalah bbl/stb.
Gambar 2.2.
Hubungan Faktor Volume Formasi Minyak dengan Tekanan
menghitung besarnya SO fluida tertentu, biasanya air diambil sebagai patokan densitas
sebesar 62.40 ib/cuft.
Spesjfic gravity fluida (SGf) dapat dihitung apabila harga spesjfIc gravity air (SG)
dan spesific gravity minyak (SO0) serta watercut (WC) diketahui, yaitu dengan menggunakan
persamaan berikut:
Keterangan:
SGf : Spesc gravity fluida
SG0 : Spesc gravity minyak
SG : Spesc gravity air
WC : Water cut, fraksi
2.2.2. Friction Loss
Persamaan gradien tekanan path umumnya digunakan untuk setiap fluida yang
mengalir pada sudut keiniringan pipa tertentu dinyatakan dengan tiga komponen, yaitu
adanya perubahan energi potensial (elevasi), adanya gesekan pada dinding pipa dan adanya
perubahan energi kinetik.
Fluida yang mengalir di dalam pipa akan mengalaini tegangan geser (shear stress)
pada dinding pipa, sehingga terjadi kehilangan sebagian tenaganya yang sering di sebut
dengan friction loss.
Darcy dan Weisbah s menghitung kehilangan energi karena gesekan dengan
persamaan:
Keterangan:
h = Frictionloss,ft
f = Friction factor
L =Panjangpipa,ft
v = Kecepatan aliran rata-rata dalam pipa, ftJs2
d = Diameter pipa, inchi
g = Percepatan gravitasi
Gambar 2.4
Grafik Fraction Loss Berdasarkan Persamaan William Hazen
Berdasarkan persamaan diatas, William-Hazen membuat suatu persamaan empiris
untuk friction loss (hf), yaitu:
Keterangan:
hf = Friction loss, psi per 1000 ft
C = Konstanta dan bahan yang digunakan dalam pembuatan pipa
Q = Laju produksi, gallon/menit
ID = Diameter dalam pipa, inchi
Berdasarkan persamaan tersebut, William-Hazen membuat Grafik friction
loss seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.4.
2.3. Electric Submersible Pump (ESP)
Electric Submersible Pump merupakan pompa sentrifugal bertingkat
banyak (multi stage) dan masing-masing tingkat terdiri dan impeller dan diffuser
yang dimasukkan ke dalam rumah pompa. Setiap tingkat pompa terdiri dan satu impeller dan
sam dffuser yang terbuat dan nikel sedangkan poros pompa terbuat dan monel. Impeller
dipasang pada poros tegak dan pompa yang berputar pada bushing. Hubungan antana poros
pompa dan poros protektor dilakukan dengan perantara coupling. Jumlah tingkat pompa
tergantung pada head pengangkatan. Kapasitas pompa selain ditentukan oleh RPM-nya juga
dipengaruhi oleh besar diameter impeller, hal ini dibatasi oleh ukuran casing maka
diperlukan tingkat pompa yang banyak.
Keterangan:
H = Shut-off cairan yang dipompakan, ft
D = Diameter impeller, inch
N = RPM
S = Jumlah stage (tingkat)
Shut-off yang sebenarnya tergantung dari aliran fluida dalam pompa dan kemungkinan
bocor. Perbedaan antara rumus ini dengan keadaan sebenarnya bisa
20%.
Bentuk grafik head tergantung dan lebar impeller, jumlah sudu-sudu impeller,
bentuknya dan friksi dalam pompanya. Head capacity suatu pompa digunakan untuk
menghitung jumlah stage pompanya dengan rasionya terhadap TDH. Pompa dengan head
yang lebih curam lebih disukai karena dapat lebih toleran terhadap kesalahan data-data sumur
( API, GOR, SG dan lain-lain).
2. Grafik Efisiensi
Efisiensi pada ESP bukannya efisiensi volume pompanya melainkan rasio dan outputHP
pompa dibagi dengan input brake horse power.
Keterangan:
Qt = Laju produksi total fluida, BPD
TDH = Total Dynainic head, ft -
P1 = Input brake HP
SG = Spesjfic gravity cairan (SG air=1)
Effisiensi ini sebenarnya adalah gabungan antara hidraulis, volumetris dan mekanis.
Seperti terlihat pada Gambar 2.5, effisiensi naik dan nol pada laju produksi no! ke maksimum
lalu turun kembali pada laju produksi maksimum.
Di sebelah kiri titik maksimum ini, kehilangan karena kebocoran, friksi
padabearing (leher) karena terjadinya down-thrust (gerak impeller menggesek ke bawah) dan
friksi antara impeller dan fluida produksi terjadi.
Di sebelah kanan dan maksimum tersebut akan terjadi friksi dalam cairan sendiri dan
dinding impeller, tetapi juga up-thrust (gerak mendorong impeller menggesek ke atas). Untuk
menerangkan adanya up-thrust dan down-thrust dapat dilthat pada Gambar 2.6. Pada gambar
tersebut impeller akan menekan ke atas (up-thrust) pada laju produksi tinggi (RPM tinggi)
dan akan menekan ke bawah (down-thrust) pada laju produksi rendah (RPM rendah). Pada
daerah effisiensi tertinggi impeller seakan-akan melayang bebas (floating).
ESP didesain agar bekerja path daerah dekat effisiensi maksimum untuk mengurangi
kerusakan bearing dan washer (tatakan) pompa akibat terjadinya upthrustatau down-thrust.
Temyata dalam prakteknya up-thrust Iebth merusak daripada down-thrust karena washer di
bagian atas lebih luas bidang kontaknya daripada bagian bawahnya. Walaupun deinikian,
perlu dipertahankan agar pompa bekeija path maksimum effisiensi agar tahan lama. Harga
effisiensi maksimum ini biasannya sekitar 55-75 %.
3. Grafik Brake Horse Power
Grafik brake horse power pada Gambar 2.5. menunjukkan input yang diperlukan per-
stage pada tes pabrik. Grafik ini mula-mula naik sedikit demi sedikit dengan naiknya laju
produksi kemudian turun. Hal ini dikarenakan terjadinya efek laju produksi lebih besar dan
turunnya head dan path laju produksi besar turunnya head yang lebih berpengaruh karena
bentuknya lebih curam. Tes pabrik dilakukan dengan air tawar yang viskositasnya 1 cp (32
SSU) dan SG = 1.
Gambar 2.5.
Tipe Pump Performance Curve
Gambar 2.6.
Kemungkinan Posisi Impeller
Peralatan Electric Submersible Pump (ESP) dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu:
1. Peralatan di atas pennukaan.
2. Peralatan di bawah permukaan.
Peralatan di atas dan di bawah permukaan dan Electric Submersible Pump
(ESP) secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 2.7.
3.3.2.1. Peralatan di Atas Permukaan.
1. Wellhead
Welihead atau kepala sumur dilengkapi
dengan tubing hanger khusus yang mempunyai lubang untuk cable pack off atau
penetrator. Cable pack off ini biasanya tahan sampai tekanan 3000 psi. Tubing
hanger dilengkapi juga dengan lubang untukhidraulic control line, yaitu saluran cairan
hidraulik untuk menekan subsurface ball valve agar terbuka. Welihead juga harus dilengkapi
dengan seal agar tidak bocor pada lubang kabel dan tulang. Welihead didesain untuk tahan
terhadap tekanan 500 psi sampai 3000 psi.
Gambar 2.8.
Cable Pack-Off pada Tubing Hanger
2. Junction Box
Junction Box merupakan suatu tempat yang terletak antara switchboard
dan welihead yang berfungsi untuk tempat sambungan kabel atau penghubung
kabel yang berasal dan dalam sumur dengan kabel yang berasal dan Switchboard.
Junction Box juga digunakan untuk melepaskan gas yang ikut dalam kabel agar
tidak menimbulkan kebakaran di switchboard (Gambar 2.9.).
Gambar 2.9.
Junction Box
3. Switchboard
Gambar 2.10.
Switchboard
Alat ini berfungsi sebagai pengendali atau kontrol di permukaan dan
peralatan pompa yang ditenggelamkan ke dalam sumur. Alat ini merupakan
kombinasi dan motor starter, alat pelindung dan overload/ underload, alat pencatat tegangan
serta kuat arus listrik selama dalam kondisi operasi atau ammeter recording(Gambar 2.10).
Gambar 2.12.
Pressure Sensing Instruments
2. Motor Listrik
Motor ini berfungsi sebagai tenaga penggerak bagi unit pompa (prime mover).
Merupakan motor induksi tiga fasa yang terdiri dan dua kumpanan, yaitu stator (bagian yang
diam) dan rotor (bagian yang bergerak). Rotor ini dihubungkan dengan poros yang terdapat
path pompa (shaft) sehingga impeller pompa akan berputar. Karena diameter luarnya terbatas
(tergantung diameter casing), maka untuk mendapatkan horse poweryang cukup maka motor
dibuat panjang dan berganda (tandem).
Motor ini diisi dengan minyak yang mempunyai tahanan listrik (dielectric strength)
tinggi. Minyak tersebut selain berfungsi sebagai pelumas juga berfungsi sebagai tahanan
(isolasi) dan sebagai penghantan panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran rotor ketika
motor tersebut bekerja. Panas tersebut dipindahkan dan rotor kehousing motor yang
selanjutnya dibawa ke permukaan oleh fluida sumur yang terproduksi.
Gambar 2.13.
Motor Pompa Benam Listrik
Gambar 2.14.
Protector
4. Intake (Gas separator)
Intake/Gas Separator dipasang di bawah pompa dengan cara menyambungkan
sumbunya (shaft) memakai coupling. Intake ada yang dirancang untuk mengurangi volume
gas yang masuk ke dalam pompa, disebut gas separator, tetapi adajuga yang tidak yang
disebut Intake atau Standart Intake. Gas separator digunakan untuk sumur yang mempunyai
GOR tinggi dan dapat disambungkan pada pompa untuk memperbaiki efisiensi pompa.
Gambar 2.15.
Gas Separator
5. Unit Pompa
Unit pompa merupakan Multistage Centrfugal Pump, yang terdiri dan:
Impeller, Diffuser, Shaft (tangkai) dan Housing (rumah pompa). Di dalam Housing pompa
terdapat sejumlah stage, dimana tiap stage terdiri dan sata impeller dan satu diffuser. Dalam
pemasangannya bisa menggunakan lebih dan sata (tandem) tergantung dari Head
Capacity yang dibutuhkan untuk menaikkan fluida dan lubang sumur ke permukaan. Impeller
merupakan bagian yang bergerak, sedangkan diffuser adalah bagian yang diam. Seluruh stage
disusun secara vertikal, dimana masing-masing stage dipasang tegak lurus pada poros pompa
yang berputar pada Housing.
Prinsip kerja pompa ini, yaitu fluida yang masuk ke dalam pompa melalui intakeakan
diterima oleh stage paling bawah dan pompa, impeller akan mendorongnya masuk, sebagai
akibat proses sentrifugal maka fluida akan terlempar keluar dan diterima diffuser.
Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah menjadi tenaga potensial
(tekanan) dan diarahkan ke stage selanjutnya. Pada proses tersebut
fluida meiniliki energi yang semakin besar dibandingkan pada saat masuknya.
Kejadian tersebut terjadi terus-menerus sehingga tekanan head pompa
berbanding linier dengan jumlah stages, artinya semakin banyak stages yang
dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa untuk mengangkat fluida.
Gambar 2.16.
Unit Pompa ES?
6. Unit Kabel Listrik
Power yang dibutuhkan oleh motor disalurkan dan permukaan melalui kabel listrik
yang dilapisi dengan penyekat. Kabel ini ditempatkan sepanjang tubing denganClamp. Unit
kabel ini terdiri atas tiga buah kabel tembaga yang satu sama lain dipisahkan dengan
pembalut terbuat dan karet dan keseluruhannya dibungkus dengan pelindung baja. Ada dua
jenis kabel, yaitu flat cable (pipih) dan round cable (bulat), yang penggunaannya tergantung
pada besarnya ruang (clearances) yang tersedia. Bagian dan kabel biasanya terdiri dan:
a. Konduktor (conductor)
b. Isolasi (insulation)
c. Sarung (sheath) Jaket
Gambar 2.17.
Jenis Flat dan Round Cable
7. Check Valve dan Bleeder Valve
Check Valve dipasang pada tubing (2-3 joint) diatas pompa. Bertujuan untuk menjaga
fluida tetap berada di atas pompa. Bila Check Valve tidak dipasang, maka kebocoran fluida
dan tubing (kehilangan fluida) akan melalui pompa yang dapat menyebabkan aliran balik dan
fluida yang naik ke atas, aliran balik (back flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik
arah, dan dapat menyebabkan motor terbakar atau rusak. Check Valve umumnya digunakan
agar tubing tetap terisi penuh dengan fluida sewaktu pompa mati dan mencegah supaya fluida
tidak turun ke bawah..
Bleeder valve berada 1 joint di atas check valve digunakan untuk
mengeringkan fluida ke annulus bila suatu bar (besi) dijatuhkan dalam tubing
untuk membukanya.
8. Centralizer
Berfungsi untuk menjaga kedudukan pompa agar tidak bergeser atau selalu ditengah-
tengah pada saat pompa beroperasi, sehingga kerusakan kabel karena gesekan dapat dicegah.
\Keterangan:
SFL = Static Fluid Level, ft
Dmjd perf = Kedalaman perforasi, ft
Ps = Tekanan Statik sumur, psi
Pc = Tekanan di casing, psi
Gf = Gradien tekanan fluida, psi/ft
Gambar 2.18
Static Fluid Level
2. Working Fluid Level
Bila sumur diproduksikan dengan rate produksi sebesar q (BPD), dan
tekanan aliran dasar sumur adalah Pwf (psi) ditunjukkan oleh Gambar 2.19, maka
ketinggian (kedalaman bila diukur dan permukaan) fluida di annulus adalah:
Keterangan:
WFL = Working Fluid Level, ft
Dmid perf = Kedalaman Perforasi, ft
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
Pc = Casing Head Pressure, psi
Gf = Gradien tekanan fluida, psi/ft
Gambar 2.19.
Working Fluid Level
Keterangan:
Hs = Suction head, ft.
P = Tekanan permukaan cairan, psi.
p = Densitas fluida, ib/cuft.
tinggi akan dicapai, dimana gelembung tadi akan mengecil. Fenomena ini disebut sebagai
kavitasi yang dapat menurunkan efisiensi dan merusak pompa.
Kejadian ini berhubungan dengan kondisi penghisapan dan apabila kondisi
penghisapan berada diatas Pb, maka kavitasi tidak terjadi. Kondisi ininimum yang
dikehendaki untuk mencegah kavitasi pada suatu pompa disebut Net Positive Suction
Head (NPHS). NPHS adalah tekanan absolut diatas tekanan saturasi yang diperlukan untuk
menggerakkan fluida masuk ke dalam pompa.
Gambar 2.20.
Berbagai Posisi Pompa Pada Kedalaman Sumur
Gambar 2.21.
Kurva Kecepatan Fluida yang Melewati Motor
Dengan menggunakan Chart Fluid Velocity Passing a Motor (Gambar 2.2 1.) dapat
diketahui harga kecepatan cairan yang melewati housing motor dengan laju produksi yang
diketahui dan jika besarnya kecepatan cairan >1 fi/detik maka motor tidak memerlukan
shroud untuk pendingin motor tetapi
apabila kecepatan cairan <1 fildetik, maka disarankan menggunakan shroud untuk
mendinginkan motor.
2.3.3.5. Peinilihan Kabel Listrik
Peinilihan kabel listrik ditentukan oleh besarnya arus listrik yang mengalir,
penurunan voltage, serta clearance antara tubing collar dengan casing. Dianjurkan untuk
meinilih jenis kabel yang mempunyai penurunan voltage dibawah 30 voltJl000 ft. Panjang
kabel ditentukan berdasarkan kedalaman pompa ditambah 100 ft untuk keperluan di
permukaan. Penurunan voltage sepanjang kabel dapat dilihat pada grafik Gambar 2.22.
Gambar 2.22.
Cable Votage Drop
Prosedur peinilihan kabel adalah sebagai berikut:
a. Periksa clearance antara ID casing dengan OD maksimum unit pompa (yaitu OD terbesar
diantara motor, pompa, flat cable dan flat cable guard & clamp)
harus lebih besar dan 0.126 inch.
b. Pilih kabel yang sesuai dengan temperatur dasar sumur dan sesuai dengan voltagemotor.
2.3.3.6. Peinilihan Switchboard dan Transformer
Peinilihan transformer dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Tentukan penurunan voltage per 1000 ft untuk tipe kabel dan gunakan grafik
cable loss chart. Tentukan faktor koreksinya.
2. Tentukan penurunan voltage untuk panjang keseluruhan
Panjang kabel = kedalaman pompa + 100 ft........................................... (2-25)
Voltage drop = panjang kabel x faktor koreksi x penurunan voltage...... (2-26)
3. Voltage yang hams disuplai oleh transformer merupakan jumlah voltage yang
dibutuhkan motor ditambah dengan penurunan voltage:
Voltage transformer = voltage motor + penurunan voltage..................... (2-27)
4. Ukuran KVA transformer dihitung dengan:
KVA = Voltage supply x Ampere Motor x 1.73.................................... (2-28)
1000
5. Berdasarkan voltage yang akan disuplai dan besamya KVA dipilih tipe
transformemya.
Switchboard dipilih berdasarkan besarnya voltage motor, horse power
serta ampere beban motor.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tugas akhir berjudul Konversi ArtWcial Ljft Dan Sucker Rod Pump
Menjadi Electrical Submersible Pump Pada Sumur AFL-21 Lapangan AFL di PT.
Pertamina EP Asset 2 Field Prabumulih dilakukan dengan berbagai tahap kegiatan.
3.2.4 Konsultasi
Melakukan suatu diskusi dengan pembimbing lapangan dan staf pump technical yang
ada di WOWS guna mendapatkan informasi ataupun data yang berkaitan dengan masalah
yang dibahas.
BAB III
PERENCANAAN ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP (ESP)
PADA SUMUR AFL-21 LAPANGAN AFL
4.1. Profit Sumur AFL-21
Sumur AFL-21 merupakan salah satu sumur yang terletak pada struktur AFL dan
termasuk di dalam wilayah keija Area Operasi Timur PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih
Field. Sumur AFL-21 terletak path koordinat permukaan dan koordinat target E442,459 m
dan N=9,6 15,737 m, serta secara geografis terletak 5 km sebelah tenggara kota Prabumulih.
Sumur AFL-21 ditajak pada tanggal 26 April 2012, jam 00:00 WIB pada Trayek 17 V2.
hingga mencapai kedalaman akhir 1400 mMD pada pukul 18:00 WIB tanggal 27 April 2012.
Berikut trayektrayek pada Sumur AFL-21 beserta kedalamannya:
Kemudian pada kegiatan komplesi pada sumur AFL-21 dilakukan perforasi pada zona
perforasi di kedalaman 1334.7 m untuk mengalirkan fluida. Ukuran tubing yang dipakai path
sumur AFL-21 adalah 2-7/8 (2.44 1 ID) sedangkan ukuran casing yang dipakai adalah 7
(6.336 ID).
4.2. Alasan ditakukannya Konversi Artificiat Lift Dan SRP menjadi ESP
Sebelum dilakukan perencanaan Konversi ArtfIcial Lift dan SRP menjadi
ESP perlu terlebih dahulu kita ketahui dasar apa yang menjadi alasan dilakukan
Konversi tersebut. Alasan dilakukannya Konversi Artificial Ljft dan SRP menjadi
ESP path Sumur AFL-2 1 adalah Rendahnya produksi Sumur AFL-2 1 dengan
menggunakan SRP. Dalam hal ini Sumur AFL-2 1 tidak berproduksi dengan
optimal karena berdasarkan kurva performa sumur (IPR) maka diketahui bahwa sumur
tersebut masih bisa ditingkatkan produksinya (gross up).
Cara pengoptimalan produksi pada sumur AFL-2 1 tersebut sebenamya dapat
dilakukan dengan mengganti Artificial Lift yang ada (SRP) dengan metode Artificial Liftyang
lain seperti Gas Lift, Electric Submersible Pump (ESP), Progressing Cavity
Pump(PCP), Hydraulic Pump Unit (HPU) dan lain sebagainya.
Pada PT. Pertamina EP Aset 2 Prabumulih Field hanya menggunakan Gas Lift, Sucker
Rod Pump (SRP) dan Electric Submersible Pump (ESP) sebagai Artificial Lift. Hal ini
menunjukan bahwa dalam pengoptimalan produksi hanya dapat dilakukan dengan
menggunakan Gas Lift ataupun ESP.
Ada beberapa alasan/faktor yang mendasari kenapa kita meinilih ESP sebagai
pengganti SRP dalam pengoptimalan produksi Sumur AFL-2 1, diantaranya adalah:
1. Production Rate : ESP didesain untuk bisa memproduksi fluida dengan rate yang tinggi,
sedangkan SRP tidak dianjurkan untuk berproduksi dengan rate yang besar I produksi yang
tinggi.
2. Kedalaman Sumur : Untuk ESP kedalaman sumur tidak menjadi masalah, yang terpenting
adalah produksi sumur yang cukup tinggi. Untuk SRP maksimum kedalamannya 14000 ft,
tetapi karena terlalu banyak rod yang dibutuhkan maka bebannya juga semakin besar
sehingga kedalamannya dibatasi, efektifhya sekitar 500 BPD@7500 ft dan 150 BPD@14000
ft.
3. Ketersediaan alat : Karena PT. Pertamina EP Asset 2 Prabumulih Field meiniliki kontrak keija
sama dengan perusahaan jasa EJP yang menyediakan ESP maka untuk ketersediaan ESP
sendiri bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan untuk SRP ketersediaan alatnya
sangat terbatas, inisalnya saja pompa yang diiniliki hanya yang berukuran 4 inch yang hanya
bisa memproduksikan antara 1400-1700 BFPD dan juga Rod yang terbatas.
4. Menghitung Qt maksimum:
Sehingga untuk berbagai harga Pwf diperoleh harga harga Q sebagai berikut:
Tabel 4-3
Hasil perhitungan IPR Sumur AFL-21 metode J. V Vogel
Harga Q untuk berbagai harga Pwf
Gambar Plot kurva IPR untuk sumur AFL-21, hubungan antara q dengan berbagai
harga Pwf dapat dilthat pada Gambar 4.1.
Kurva IPR ini dibuat dengan tujuan untuk menentukan potensi sumur minyak yaitu
untuk menghitung kemampuan reservoir mengalirkan minyak ke dalam sumur. Kemampuan
ini dinyatakan dalam hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap laju produksi (kurva
Inflow Performance Relationship).
Setelah plot kurva IPR dilakukan maka langkah selanjutnya dapat ditentukanlah
laju alir yang diharapkan dan sumur AFL-2 1.
Gambar 4.1
Kurva IPR Sumur AFL-21
Pwf pada Q = 778 BFPD adalah sebesar 747 psi. Berdasarkan hasil plot dapat ditentukan
seperti gambar dibawah ini:
Gambar 4.2
Plot Kurva Penentuan Laju Alir Harapan Sumur AFL-21
Gambar 4.3
Kurva Outflow Sumur AFL-21
4.4.1.1 Peinilihan pompa ESP, motor, kabel, transformer dan swicthboard.
1. Data
Data yang diperlukan dalam perhitungan peinilihan pompa ESP pada Sumur AFL-21
ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 4-4 Data Sumur AFL-21
Maka jumlah stages yang dibutuhkan pada pompa 1ND-750 sebanyak 172 stage.
d. Peinilihan Motor
Dalam peinilihan motor, pertama-tama ditentukan terlebih dahulu besarnya horse
power motor load per stage pada pump performance curve. Dan laju produksi yang
diharapkan sebesar 778 BFPD didapat besarnya HP motor load pompa IND-1000 sebesar
0.163 HP/stage.
Horse power total yang diperlukan adalah hasil kali antara jumlah tingkat pompa,
besarnya HP/stage dan spesific gravity fluida (spesific gravity air digunakan pada sumur-
sumur dengan water cut tinggi,> 80 %). Sehingga besamya HP yang dibutuhkan pompa
adalah:
Besarnya velocity offluid passing motor sebesar 0.47 ft/sec < 1 ftlsec maka perlu
digunakan shroud (jacket) untuk cooling motor.
e. Penentuanjenis kabel dan besarnya voltase
Peinilihan kabel termasuk diantaranya ialah peinilihan ukuran kabel, tipe/jenis kabel
dan panjang kabel. Reda telah membuat grafik-grafik penurunan voltage pada kabel untuk
beberapa harga ampere motor yang berbeda.
1) Penentuan panjang kabel (L) dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Berdasarkan pembacaan harga arus listrik (A) dan tegangan listrik (Vmotor) yang
dibutuhkan untuk jenis motor yang bersangkutan, maka dapat dipilih jenis kabel pada
lampiran. Peinilihan jenis kabel sebaiknya meinilih jenis kabel yang meiniliki kehilangan
tegangan dibawah atau sekitar 30 volt tiap 1,000 ft. Maka dipilihlah jenis kabel #4AL.
Hasil pembacaan voltage loss (Volatge Drop/bOO, ft) yang didapat dan chart
berdasarkan amphere motor kemudian digunakan untuk perhitungan voltage drop kabel.
2) perhitungan voltage drop kabel dengan menggunakan persamaan berikut:
Dan hasil chart dan perhitungan didapaI harga-Voltage Drop/1000 adalah 29 sehinggaVoltage
Drop pada Kabel sebesar 85.99 volt.
Untuk ukuran casing OD 7, ID 6.366 dan pompa yang dipilih adalah ND- 1000 yang
mempunyai Outside Diameter 4 Inchi, maka kabel yang sesuai adalah:
Jadi, kabel yang dipilih harus meiniliki ukuran yang lebih kecil atau sama dengan
1.183 inch. Sesuai dengan OD kabel yang diijinkan, maka jenis kabel yang dipilih: 3KV
Parallel Redalene, cable size 4, OD 0,57 in x 1,53 in, berat 1,06 lbs/fl.
b) untuk Round cable.
Sesuai dengan OD kabel yang diijinkan, makajenis kabel yang dipilih: 3KV Round redalene,
cable size 4, OD 1,11 in, berat 1,15 lbs/fl
Dari hasil perhitungan didapat harga Voltage total sebesar 60.31 KVA. Pemilihan
transformer yang dapat digunakan dilihat berdasarkan lampiran. Sedangkan pemilihan
switchboard dapat ditentukan berdasarkan lampiran.
BABV.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Sucardi, B., Jecson, Pengangkatan Buatan Dengan Pompa Listrik Submersible Jurusan Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknologi
mineral, UPN Veteran Yogyakarta, 2009.
Warso, Suyono. 2011. Metode ArtUlcial Lfi dengan Menggunakan ESP, (online),
(http://suryonowarso.blogspot.comJ2O 11/01 /ESP.html,
diakses 17 Juli 2014).
2 komentar:
1.
Reza Apriansyah
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
2015 (5)
o Juni (5)
contoh tabel transkip nilai sementara
lanjutan tugas aplikom
master piece tugas aplikom
Tugas Aplikom
materi TA tentang artificial lift dan esp di suatu...
Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.