Anda di halaman 1dari 60

DOKUMEN EKSPLORASI

2018

PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang


Jl. Jati Super No. 9 Tavanjuka Palu
LAPORAN EKSPLORASI

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................... ii
Daftar Tabel .......................................................................................................... iii
Daftar gambar ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................ 5
1.3. Lokasi Daerah Penyelidikan ........................................................... 5
1.4. Keadaan Lingkungan ...................................................................... 12
1.5. Waktu Study .................................................................................... 13
1.6. Metode dan Peralatan .................................................................... 13
1.7. Pelaksanaan ................................................................................... 15
BAB II GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN ..................................................... 16
2.1. Geologi Umum ................................................................................ 16
2.2. Geologi Lokal dan Sumber Daya ................................................... 30
BAB III KEGIATAN PENYELIDIKAN ................................................................... 33
3.1. Persiapan ........................................................................................ 33
3.2. Pemetaan Geologi ........................................................................... 35
3.3. Analisis Topografi ........................................................................... 38
3.4. Pengolahan Data ............................................................................ 39
BAB IV HASIL PENYELIDIKAN ........................................................................... 41
4.1. Geologi Daerah Penelitian .............................................................. 41
4.2. Estimasi Sumber Daya dan Cadangan Bahan Galian ................... 51
BAB V KESIMPULAN .......................................................................................... 55

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG ii


LAPORAN EKSPLORASI

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Batas – Batas Koordinat IUP Eksplorasi PT. Prima Lestari Sejahtera
Gemilang ......................................................................................... 6
Tabel 1.2. Keadaan Curah Hujan Per Bulan Di Kec. Sindue Tabusabora ..... 12
Tabel 1.3. Rencana Kegiatan Eksplorasi PT. Prima lestari Sejahtera
Gemilang .......................................................................................... 13
Tabel 4.1. Klasifikasi Lereng Menurut Darlymple, 1989 ................................. 42
Tabel 4.2. Perhitungan Total Sumber Daya dan Cadangan Sirtu Di Daerah
Penyelidikan .................................................................................... 56

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG iii


LAPORAN EKSPLORASI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Peta Rencana Pola Ruang Kab. Donggala ............................... 3

Gambar 1.2. Peta IUP Eksplorasi PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang ... 11

Gambar 1.3. Peralatan yang dipergunakan selama kegiatan eksplorasi ....... 15

Gambar 2.1. Peta Geologi Sulawesi ............................................................... 18

Gambar 2.2. Perkembangan Tektonik Sulawesi (Hall dan Smyth, 2008) ...... 19

Gambar 2.3. Peta Geologi Manado dan Minahasa, Sulawesi Utara ............. 24

Gambar 2.4. Peta Geologi Sulawesi Selatan (Suyono dan Kusnama, 2010). 26

Gambar 2.5. Peta Geologi Wilayah Palu-Koro, Sulawesi Tengah ................. 29

Gambar 2.6. Peta Geologi Sulawesi Tengah (Villeneuve, dkk, 2002) ............ 30

Gambar 4.1. Sebagian Kenampakan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial Di

Aliran Sungai Tibo ....................................................................... 45

Gambar 4.2. Lingkungan pengendapan Satuan Batuan Breksi Gunungapi

Berdasarkan Model Pyroclastic Volcaniclastic Facies (Vassel and

Davies, 1981 Dalam Cas And Wright, 1987), (Penulis, 2016) ... 49

Gambar 4.3. Endapan Material di Sungai Tibo ............................................... 51

Gambar 4.4. Lokasi Prospek PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang .......... 53

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG iv


LAPORAN EKSPLORASI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bagi Propinsi Sulawesi Tengah, sektor pertambangan dinilai akan


memegang peranan penting dalam pembangunan daerah. Hal ini disebabkan
karena potensi sumberdaya bahan tambang yang dimiliki cukup besar dan
belum banyak dikembangkan.

Kegiatan pertambangan merupakan kegiatan yang sangat berpotensi


merusak lingkungan karena sifat dasar kegiatan ini yang merubah
bentang alam dan memanfaatkan sumber daya alam yang tidak
terbarukan. Karenanya, pengelolaan potensi ini harus dilakukan dengan
cermat dan teliti. Namun pengelolaan seperti ini hanya dapat dilakukan
bilamana didukung oleh konsep pengelolaan yang jelas dan data potensi
yang akurat.

Sejalan dengan itu, arah kebijakan dan prioritas Program


Pembangunan Daerah (PROPEDA) Propinsi Sulawesi Tengah menjelaskan
bahwa optimalisasi pengelolaan sumber daya alam, termasuk sumberdaya
mineral, sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dilatarbelakangi
oleh pemikiran bahwa konstribusi penerimaan daerah yang bersumber dari
pemanfaatan sumberdaya alam perlu dilakukan secara berkelanjutan melalui
program kegiatan sebagai berikut:

1. Penyiapan data dasar sumber daya alam

2. Peningkatan akses informasi sumber daya alam

3. Manajemen sumber daya alam dan lingkungan hidup berbasis


masyarakat

4. Penegakan hukum pengelolaan sumber daya alam.

Pemanfaatan sumber daya alam untuk kegiatan pembangunan telah


berlangsung sejak lama dengan peningkatan yang pesat seiring dengan gerak
pembangunan dan peningkatan jumlah penduduk. Keberadaan sumber daya
alam merupakan bagian yang menyatu dengan pembangunan itu sendiri dalam

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 1


LAPORAN EKSPLORASI

konteks pembangunan berkelanjutan, sehingga kebutuhan pemanfaatan


sumber daya alam menjadi bagian masa kini maupun dimasa mendatang.

Pemanfaatan sumber daya alam cenderung lebih mengutamakan upaya


peningkatan produksi, dimana eksploitasinya pada umumnya belum mengacu
pada standar/kaidah pengelolaan yang tidak menganggu keseimbangan
lingkungan. Berbagai kerusakan lingkungan yang terjadi pada umumnya
disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai keberadaan sumberdaya alam,
sehingga ekploitasi berlangsung begitu saja sepanjang masih terdapat
cadangan.

Salah satu potensi sumber daya alam yang cukup melimpah dimiliki oleh
Provinsi Sulawesi Tengah adalah potensi sirtu atau pasir batu alami yang
di beberapa Kabupaten, diantaranya berada di wilayah Kabupaten Donggala.

Sirtu adalah singkatan dari pasir batu merupakan bahan bangunan yang
banyak digunakan dalam industri konstruksi sipil. Sirtu merupakan bahan
bangunan banyak dipakai sebagai bahan campuran beton. Sirtu yang lepas
sangat baik untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, airport, dan
tanah urug. Sehingga kebutuhan sirtu guna mendukung proyek pembangunan
sangatlah besar. Diperlukan sumber cadangan sirtu yang cukup ekonomis
dan memenuhi spesifikasi teknis sebagai bahan campuran beton dan
sekaligus bernilai ekonomis untuk industri konstruksi.

Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah memiliki potensi sumber


daya alam yang cukup banyak, namun belum dimanfaatkan secara optimal,
salah satunya adalah potensi bahan galian sirtu yang terdapat di Kabupaten
Donggala. Kabupaten Donggala mempunyai letak yang tidak jauh dari Ibu Kota
Provinsi, akan tetapi mempunyai potensi bahan galian untuk industri konstruksi
yang cukup besar, dimana Kabupaten Donggala dan kota-kota di sekitarnya masih
memerlukan pembangunan infrastruktur untuk menunjang perkembangan
pembangunan, sehingga kebutuhan komoditas bahan galian untuk mendukung
pembangunan infrastruktur sangat diperlukan untuk perkembangan wilayahnya.
Perkembangan tingkat pertumbuhan pembangunan yang relatif cepat ini akan
meningkatkan berbagai pembangunan prasarana fisik maupun industri yang
pasti memerlukan berbagai jenis sumber bahan galian untuk memenuhi
kebutuhan pembangunan tersebut.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 2


LAPORAN EKSPLORASI

Gambar 1.1. Peta Rencana Pola Ruang Kab. Donggala

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 3


LAPORAN EKSPLORASI

Mengingat beberapa hal tersebut di atas, komoditas galian sirtu


merupakan salah satu komoditas pertambangan yang dijadikan sebagai
penunjang dalam pemenuhan kebutuhan pembangunan daerah dan untuk
memenuhi kewajiban pelaporan eksplorasi maka perlu melakukan pemetaan
tentang potensi penyebaran galian sirtu.

Dengan mempertimbangkan sumber daya yang ada serta nilai


ekonomisnya, PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang yang merupakan
perusahan yang bergerak dibidang pertambangan memiliki minat yang besar
untuk memulai bergerak di bidang penambangan sirtu di daerah Kabupaten
Donggala Provinsi Sulawesi Tengah khususnya.

Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas sirtu, maka perlu dilaksanakan


survey eksplorasi sirtu tersebut di Desa Tibo, Kecamatan Sindue Tombusabora,
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Secara umum untuk
mengetahui keadaan daerah eksplorasi, luas dan keberadaan penyebaran sirtu
dengan tujuan mengevaluasi layak atau tidak layaknya dilakukan tahapan
eksplorasi selanjutnya maupun Operasi Produksi.

PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang sebagai salah satu perusahaan


yang bergerak di bidang usaha pertambangan sirtu dan memegang izin usaha
pertambangan eksplorasi batuan dari Gubernur Sulawesi tengah dengan Nomor
540/156/IUP-E/DPMPTSP/2018 bermaksud untuk melakukan kegiatan
Eksplorasi di Desa Tibo, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kabupaten
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, dengan melakukan kegiatan eksplorasi
untuk mengetahui daerah prospek dan cadangan yang ada di dalam
wilayah IUP Eksplorasi PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang.

Kegiatan eksplorasi ini dituangkan dalam bentuk laporan yang berisi


semua kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh PT. Prima Lestari Sejahtera
Gemilang di Wilayah IUP Eksplorasi yang dilaksanakan pada Bulan ke 1 (satu)
setelah dikeluarkannya surat IUP Eksplorasi sirtu PT. Prima Lestari Sejahtera
Gemilang

IDENTITAS PEMRAKARSA

Nama Perusahaan : PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 4


LAPORAN EKSPLORASI

Alamat Perusahaan : Jl.Jati Super No. 9 Tawanjuka, Kel. Tatanga,


Kota Palu, Sulawesi Tengah

Lokasi Penambangan :

Desa : Tibo

Kecamatan : Sindue Tombusabora

Kabupaten : Donggala

Provinsi : Sulawesi Tengah

Penanggung Jawab : Vera Juniarti Hidayat

Jabatan : Direktur

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari laporan ini adalah sebagai tahap awal survei lapangan dan
penyelidikan wilayah penambangan secara menyeluruh setelah dikeluarkannya
Ijin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi.

Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui potensi sirtu di


Wilayah IUP Eksplorasi PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang, di Desa Tibo,
Kecamatan Sindue Tombusabora, Kabupaten Donggala, Povinsi Sulawesi
Tengah, baik penyebaran, kuantitas dan kualitasnya, sehingga diharapkan
memiliki potensi yang ekonomis untuk ditambang, serta sebagai persyaratan
pengajuan Ijin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi

1.3 Lokasi Daerah Penyelidikan

Lokasi IUP Eksplorasi PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang secara


administratif terletak di Desa Tibo, Kecamatan Sindue Tombusabora, Kabupaten
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, dengan luas wilayah IUP Eksplorasi
19,35 Ha.

Secara geografis lokasi IUP Eksplorasi PT. Prima Lestari Gemilang


dibatasi oleh koordinat-koordinat seperti pada tabel di bawah ini.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 5


LAPORAN EKSPLORASI

Tabel 1.1. Batas-Batas Koordinat IUP Eksplorasi PT. Prima Lestari Sejahtera
Gemilang

BUJUR TIMUR LINTANG SELATAN


NO
O ' " O ' "

1 119 47 6.37 0 29 30.85

2 119 47 7.03 0 29 30.85

3 119 47 7.03 0 29 32.24

4 119 46 34.19 0 29 32.25

5 119 46 34.19 0 29 31.60

6 119 46 31.55 0 29 31.60

7 119 46 31.55 0 29 30.85

8 119 46 30.26 0 29 30.85

9 119 46 30.26 0 29 30.09

10 119 46 28.97 0 29 30.09

11 119 46 28.97 0 29 29.12

12 119 46 28.13 0 29 29.12

13 119 46 28.13 0 29 28.11

14 119 46 27.28 0 29 28.11

15 119 46 27.28 0 29 27.10

16 119 46 26.44 0 29 27.10

17 119 46 26.44 0 29 26.10

18 119 46 25.59 0 29 26.10

19 119 46 25.59 0 29 25.08

20 119 46 24.75 0 29 25.08

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 6


LAPORAN EKSPLORASI

21 119 46 24.75 0 29 24.08

22 119 46 23.90 0 29 24.08

23 119 46 23.90 0 29 23.07

24 119 46 23.06 0 29 23.07

25 119 46 23.06 0 29 22.21

26 119 46 21.66 0 29 22.21

27 119 46 21.66 0 29 21.48

28 119 46 20.26 0 29 21.48

29 119 46 20.26 0 29 20.75

30 119 46 18.87 0 29 20.75

31 119 46 18.87 0 29 20.01

32 119 46 15.77 0 29 20.01

33 119 46 15.77 0 29 19.35

34 119 46 12.82 0 29 19.35

35 119 46 12.82 0 29 18.53

36 119 46 11.76 0 29 18.53

37 119 46 11.76 0 29 17.71

38 119 46 10.66 0 29 17.71

39 119 46 10.66 0 29 16.92

40 119 46 9.53 0 29 16.92

41 119 46 9.53 0 29 16.12

42 119 46 8.45 0 29 16.13

43 119 46 8.45 0 29 15.26

44 119 46 7.46 0 29 15.26

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 7


LAPORAN EKSPLORASI

45 119 46 7.46 0 29 14.40

46 119 46 6.48 0 29 14.40

47 119 46 6.48 0 29 13.54

48 119 46 5.49 0 29 13.54

49 119 46 5.49 0 29 12.54

50 119 46 6.23 0 29 12.54

51 119 46 6.23 0 29 11.47

52 119 46 7.01 0 29 11.47

53 119 46 7.01 0 29 10.33

54 119 46 7.87 0 29 10.33

55 119 46 7.87 0 29 11.13

56 119 46 8.99 0 29 11.13

57 119 46 8.99 0 29 11.93

58 119 46 10.11 0 29 11.93

59 119 46 10.11 0 29 12.72

60 119 46 11.22 0 29 12.72

61 119 46 11.23 0 29 13.52

62 119 46 12.34 0 29 13.52

63 119 46 12.34 0 29 14.32

64 119 46 13.46 0 29 14.32

65 119 46 13.46 0 29 15.11

66 119 46 14.58 0 29 15.11

67 119 46 14.58 0 29 15.91

68 119 46 15.97 0 29 15.91

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 8


LAPORAN EKSPLORASI

69 119 46 15.97 0 29 16.59

70 119 46 18.32 0 29 16.58

71 119 46 18.32 0 29 17.26

72 119 46 20.42 0 29 17.26

73 119 46 20.42 0 29 17.99

74 119 46 21.86 0 29 17.99

75 119 46 21.86 0 29 18.72

76 119 46 23.19 0 29 18.72

77 119 46 23.19 0 29 19.56

78 119 46 24.20 0 29 19.56

79 119 46 24.20 0 29 20.41

80 119 46 25.22 0 29 20.41

81 119 46 25.22 0 29 21.33

82 119 46 26.10 0 29 21.33

83 119 46 26.10 0 29 22.28

84 119 46 26.99 0 29 22.28

85 119 46 27.00 0 29 23.23

86 119 46 27.89 0 29 23.23

87 119 46 27.89 0 29 24.17

88 119 46 28.78 0 29 24.17

89 119 46 28.78 0 29 25.29

90 119 46 29.55 0 29 25.29

91 119 46 29.55 0 29 26.34

92 119 46 30.40 0 29 26.34

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 9


LAPORAN EKSPLORASI

93 119 46 30.40 0 29 27.33

94 119 46 31.29 0 29 27.33

95 119 46 31.29 0 29 28.09

96 119 46 32.65 0 29 28.09

97 119 46 32.65 0 29 28.80

98 119 46 36.93 0 29 28.80

99 119 46 36.93 0 29 29.45

100 119 46 40.94 0 29 29.45

101 119 46 40.94 0 29 30.15

102 119 46 44.84 0 29 30.15

103 119 46 44.84 0 29 30.80

104 119 46 49.67 0 29 30.80

105 119 46 49.67 0 29 30.11

106 119 46 51.69 0 29 30.11

107 119 46 51.69 0 29 29.43

108 119 46 53.71 0 29 29.43

109 119 46 53.71 0 29 28.74

110 119 46 2.92 0 29 28.73

111 119 46 2.92 0 29 28.08

112 119 46 6.36 0 29 28.08

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 10


LAPORAN EKSPLORASI

Gambar 1.2. Peta IUP Eksplorasi PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 11


LAPORAN EKSPLORASI

1.4 Keadaan Lingkungan

Secara astronomi, Kecamatan Sindue Tombusabora terletak antara 1⁰ 08’ 45” -


1⁰ 27’ 04” Lintang Selatan dan 119⁰ 25’ 44” - 119⁰ 46’ 35”. D e n g a n i b u k o t a
k e c a m a t a n t e r l e t a k d i D e s a T i b o Berdasarkan posisi geografisnya,
kecamatan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Sindue Tobata di sebelah
utara, Kecamatan Sindue di sebelah selatan , Selat Makassar disebelah barat,
serta Kabupaten Parigi Mouong Selatan di sebelah timur. Kecamatan Sindue

Tombusabora dengan wilayah seluas 211,55 km2 terbagi menjadi 6 desa. Desa

Kaliburu Kata merupakan desa terluas (56,34 km 2), sedangkan desa dengan

luas wilayah terkecil adalah Desa Batusuya Go’o dengan luas sebesar 7,60 km2
dan luas wilayah Desa Tibo 26,62 Km2

Keadaan Iklim

Sebagaimana dengan daerah-daerah lain di Indonesia, Desa Tibo juga memiliki


dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara
Bulan April – September, sedangkan musim hujan terjadi pada Bulan Oktober –
Maret. Curah hujan tertinggi tahun 2017 terjadi pada bulan Januari dengan curah
hujan sebesar 382 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan
Maret yaitu 17 mm. Adapun untuk hari hujan, hari hujan terbanyak sebanyak
15 hari pada Bulan Desember, sedangkan hari hujan terendah terjadi pada
bulan Maret yaitu sebanyak 4 hari

Tabel 1.2. Keadaan Curah Hujan Per Bulan Di Kec. Sindue Tabusabora, 2016

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 12


LAPORAN EKSPLORASI

Penduduk disekitar daerah penyelidikan sebagian besar dihuni oleh


penduduk asli Kabupaten Donggala yaitu Suku Kaili dengan agama mayoritas
islam. Selain penduduk asli, ada sebagian kecil suku-suku pendatang dari
berbagai daerah seperti Suku Bugis dari Sulawesi Selatan dan suku lainnya yang
sudah kawin dengan penduduk asli setempat dengan Mata pencaharian
masyarakat setempat pada umumnya adalah petani dan nelayan.

Keadaan flora dan fauna yang ada di lokasi rencana kegiatan eksplorasi antara
laian :

- Tanaman budidaya seperti kelapa, jagung dan jati yang pada


umumnya diusahakan oleh masyarakat masyarakat setempat
diladang mereka
- Tanaman liar berupa jenis perdu atau belikar lain dan tanaman keras
walaupun populasinya jarang.
Untuk jenis fauna merupakan jenis binatang peliharaan seperti kambing, sapi,
ayam, anjing yang umumnya masyarakat memelihara binatang tersebut
sedangkan fauna liar antara lain ular, serangga, burung dan lain-lain.

1.5 Waktu Study

Tabel 1.3. Rencana Kegiatan Ekplorasi PT. Prima lestari Sejahtera Gemilang

Waktu Pelaksanaan
No. Uraian Kegiatan Tahun 2018
Maret April Mei Juni Juli
1 Persiapan/Study Literatur

2 Penyelidikan Lapangan
3 Uji Laboratorium
4 Pembuatan Laporan

1.6 Metode dan Peralatan

Pada ekplorasi ini metoda yang digunakan adalah Grab Rock Sample (RG)
Conto grab diambil dari permukaan singkapan/outcrop setelah bagian atasnya
dibersihkan terlebih dahulu, conto ini tidak mewakili terhadap suatu singkapan

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 13


LAPORAN EKSPLORASI

secara keseluruhan. Dicatat lokasi project, nama sungai/ bukit, posisi koordinat,
nomor conto, tipe conto, tanggal dan bulan pengambilan.

Peralatan lapangan yang dibutuhkan dalam melakukan penyelidikan ini


adalah :

1. Palu Geologi

2. Kompas Geologi

3. GPS

4. Peta Dasar, dengan sekala yang memadai

5. Alat-alat tulis (buku lapangan, kertas, pensil, ballpoint, spidol)

6. Laptop dan Printer

7. Sepatu Lapangan

8. Tas Lapangan / Ransel

9. Topi Lapangan

10. Jas hujan

11. Kamera Digital dan Battery Alkaline

12. Clipboard

13. Kantong sampel

14. Roll meter

15. Parang

16. Linggis

17. Sekop

18. Obat-obatan P3K

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 14


LAPORAN EKSPLORASI

Gambar 1.3. Peralatan yang dipergunakan selama kegiatan eksplorasi

1.7 Pelaksanaan
Ekplorasi ini sesuai dengan tujuannya untuk mengetahui potensi bahan
galian batuan maka tenaga ahli yang digunakan cukup dengan 1 orang tenaga ahli
Geologi/Pertambangan dan tenaga pendukung yaitu masyarakat sekitar.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 15


LAPORAN EKSPLORASI

BAB II

GEOLOGI DAERAH PENYELIDIKAN

2.1 Geologi Umum

Sulawesi atau celebes terletak di bagian tengah wilayah kepulauan


Indonesia dengan luas wilayah 174.600 km². Bentuknya yang unik menyerupai
huruf K dengan empat semenanjung, yang mengarah ke timur, timur laut, tenggara
dan selatan. Sulawesi berbatasan dengan Borneo di sebelah barat, Filipina di
sebelah utara, Flores di sebelah selatan, Timor di sebelah tenggara dan Maluku
di sebelah timur. Sulawesi dan sekitarnya merupakan daerah yang kompleks
karena merupakan tempat pertemuan tiga lempeng besar yaitu; lempeng
Indo-Australia yang bergerak ke arah utara, lempeng Pasifik yang bergerak ke
arah barat dan lempeng Eurasia yang bergerak ke arah selatan-tenggara serta
lempeng yang lebih kecil yaitu lempeng Filipina.

Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau- pulau


sekitarnya dibagi menjadi empat, yaitu; Mandala barat (West

& North Sulawesi Volcano-Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik yang


merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala tengah (Central
Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang ditumpangi batuan
bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala timur (East Sulawesi
Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak samudera
berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen dan yang keempat
adalah Fragmen Benua Banggai-Sula-Tukang Besi, kepulauan paling
timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan pecahan benua yang
berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.

Pembahasan geologi regional daerah eksplorasi akan dibagi menjadi 4


(empat) bagian yaitu Tektonik Regional, Fisiografi, Stratigrafi, Sejarah dan
Mekanisme Struktur Geologi Regional.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 16


LAPORAN EKSPLORASI

Gambar 2.1. Peta Geologi Sulawesi (Hall and Wilson, 2000)

2.1.1. Tektonik Regional

Banyak model tektonik yang sudah diajukan untuk menjelaskan evolusi


tektonik dari Pulau Sulawesi. Ada dua peristiwa penting yang terjadi di
Sulawesi bagian barat pada masa kenozoikum. Pertama adalah rifting dan
pemekaran lantai samudera di Selat Makassar pada Paleogen yang
menciptakan ruang untuk pengendapan material klastik yang berasal dari
Kalimantan . Kedua adalah peristiwa kompresional yang dimulai sejak miosen.

Kompresi ini dipengaruhi oleh tumbukan kontinen di arah barat dan


ofiolit serta fragmen-fragmen busur kepulauan di arah timur. Fragmen-fragmen ini
termasuk mikro-kontinen Buton, Tukang Besi dan Baggai Sula.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 17


LAPORAN EKSPLORASI

Kompresi ini menghasilkan Jalur Lipatan Sulawesi Barat (West Sulawesi


Fold Belt) yang berkembang pada Pliosen Awal. Meskipun ukuran fragmen-
fragmen ini relatif kecil, efek dari koalisinya dipercaya menjadi penyebab
terjadinya peristiwa- peristiwa tektonik di seluruh bagian Sulawesi (Calvert, 2003).

Gambar 2.2. Perkembangan Tektonik Sulawesi (Hall dan Smyth, 2008)

Kapur Akhir

Selama Kapur Akhir sikuen tebal sedimen bertipe flysch diendapkan


di daerah yang luas di sepanjang daerah Sulawesi bagian barat. Sedimen ini
ditindih oleh kompleks melange di bagian selatan dan kompleks batuan dasar
metamorf di bagian tengah dan utara . Sedimen umumnya berasosiasi dengan
lava dan piroklastik

yang mengindikasikan bahwa batuan ini berasal dari busur kepulauan


vulkanik dan diendapkan di daerah cekung an depan busur (Sukamto &

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 18


LAPORAN EKSPLORASI

Simandjuntak, 1981). Pada saat yang sama, daerah sulawesi bagian timur
berkembang sebagai cekungan laut dalam, tempat sedimen pelagic
diendapkan sejak zaman Jura di atas batuan dasar ofiolit. Besar kemungkinan
jika cekungan laut dalam Kapur ini dipisahkan oleh sebuah palung dari daerah
Sulawesi Bagian Barat. Palung tersebut kemungkinan terbentuk akibat
subduksi ke arah barat, tempat Melange Wasuponda berakumulasi (Sukamto
& Simandjuntak, 1981). Subduksi ini menyebabkan terjadinya magmatisme di
sepanjang daerah Sulawesi Bagian Barat.

Batuan metamorf yang ada di Sulawesi Bagian Barat diyakini terjadi


selama subduksi Kapur ini. Daerah Banggai-Sula merupakan bagian dari
paparan benua sejak Mesozoikum awal, dimana diendapkan klastik berumur
Trias akhir hingga Kapur. Batuan dasar benua terdiri dari batuan
metamorf zaman karbon dan plutonik Permo-Trias.

Paleogen

Perkembangan sedimen bertipe flysch di Sulawesi bagian barat berhenti di


bagian selatan, sementara di bagian utara masih berlanjut hingga Eosen.
Gunungapi aktif setempat selama Paleo sen di bagian selatan dan selama
Eosen di bagian tengah dan utara, pengendapan batuan karbonat (Formasi
Tonasa) terjadi di daerah yang luas di selatan selama Eosen hingga Miosen
yang mengindikasikan bahwa bagian daerah tersebut adalah paparan yang stabil.
Sejak: Paleosen, sulawesi bagian timur mengalami shoaling dan diendapkan
batuan karbonat air-dangkal (Formasi Lerea). Pengendapan batuan karbonat di
daerah ini berlanjut hingga Miosen Awal (Formasi Takaluku).

Di bagian barat Banggai-Sula, sikuen tebal karbonat bersisipan klastik


diendapkan di daerah yang luas. Karbonat ini diendapkan sampai Miosen
Tengah (Sukamto & Simandjuntak,

1981). Zona subduksi dengan kemiringan ke barat yang dimulai sejak zaman
Kapur menghasilkan vulkanik Tersier Awal di Daerah Sulawesi Bagian Barat, dan
proses shoaling laut di daerah Sulawesi Bagian Timur, begitu pula di Daerah
Banggai-Sula (Sukamto & Simandjuntak, 1981). Di daerah Selat Makassar
terjadi peregangan kerak. Daerah Selat Makasar bagian utara adalah bagian
awal dari failed rift atau aulacogen, yang terbentuk sebagai bagian selatan
dari pusat pemekaran Laut Sulawesi.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 19


LAPORAN EKSPLORASI

Kombinasi guyot, kelurusan gravitasi, fasies seismik, bersama dengan


distribusi aliran panas yang dihasilkan oleh Kacewicz dkk tahun 2002 (dalam
Fraser dkk., 2003), mendukung usulan pola transform/ekstensional untuk
peregangan kerak Eosen Tengah di laut dalam Cekungan Makassar Utara.
Titik paling utara Selat Makassar yang mengalami transform adalah cekungan
Muara dan Berau. Sumbu pemekaran lantai samudera kemudian menyebar ke
arah selatan mendekati Paternosfer Platform sumbunya menyimpang ke arah
timur dan kembali ke arah Baratdaya menuju Selat Makassar selatan.

Perluasan yang menerus dan diikuti pembebanan pada Eosen akhir


(menghasilkan peningkatan akomodasi ruang yang signifikan), kelimpahan
material benua berbutir halus diendapkan di daerah yang luas pada Cekungan
Makasar Utara, berlanjut hingga Oligosen dan Miosen Awal. Suksesi
batulempung tebal yang dihasilkan membentuk media yang mobile untuk
thinskinned basal detachment di bawah bagian selatan dari Jalur Lipatan
Sulawesi Barat yang mulai ada selama Pliosen awal.

Neogen

Distribusi produk vulkanik yang luas menunjukkan terjadinya vulkanisme


yang kuat selama Miosen Tengah di Daerah Sulawesi Bagian Barat.
Batuan vulkanik yang awalnya diendapkan lingkungan dasar laut dan kemudian
setempat menjadi terestrial pada Pliosen. Vulkanisme berhenti pada Kuarter Awal
di selatan tetapi menerus sampai sekarang di bagian utara. Magmatisme yang
kuat di Daerah Sulawesi Bagian Barat selama Miosen Tengah berkaitan
dengan dengan proses tekanan batuan dalam Daerah Sulawesi Bagian Timur
akibat gerakan benua-mikro Banggai-Sula ke arah barat. Peristiwa tektonik ini
mengangkat dan menganjak hampir keseluruhan material di dalam Daerah
Sulawesi Timur, batuan ofiolit teranjak dan terimbrikasi dengan batuan yang
berasosiasi termasuk melange. Pada bagian lain, ofioit di bagian timur menyusup
ke arah timur ke dalam sedimen Mesozoikum dan Paleogen dari Daerah
BanggaiSula.

Selama pengangkatan seluruh daerah Sulawesi yang terjadi sejak Miosen


Tengah, sesar turun (block-faulting) terbentuk di berbagai tempat membentuk
cekungancekungan berbentuk graben. Saat Pliosen, seluruh area didominasi oleh
block faulting dan sesar utama seperti sesar Palu-Koro tetap aktif. Pergerakan
epirogenic setelahnya membentuk morfologi Pulau Sulawesi yang sekarang.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 20


LAPORAN EKSPLORASI

Peristiwa tektonik ini menghasilkan cekungan laut dangkal dan sempit di beberapa
tempat dan beberapa cekungan darat terisolasi.

Batuan klastik kasar terendapkan di cekungan-cekungan ini dan


membentuk Molasse Sulawesi. Peristiwa tektonik Miosen Tengah juga
membengkokkan Daerah Sulawesi bagian Barat seperti bentuk lengkungan
yang sekarang dan menyingkap batuan metamorf di bagian leher pulau.
Jaluh Lipatan Sulawesi Barat terletak tepat di sebelah barat Sesar Palu-Koro,
sebuah transform kerak besar dan sinistral, yang pada awalnya terbentuk saat
Eosen oleh pemekaran Laut Sulawesi. Kompresi yang menerus menghasilkan
struktur- struktur berarah barat dari JLSB, sementara material mikro-kontinen
yang awalnya berasal dari Lempeng Australia (Material Australoid) bergerak ke
arah barat selama Miosen bertumbukan dengan JLSB.

Pada Pliosen awal, bagian timur dari batas pre-rift dari Cekungan
Makassar Utara membentuk komponen dasar laut dari JLSB. Mikro- kontinen
Australia ini yang pertama adalah Buton, kemudian diikuti oleh Tukang Besi. Arah
vector tumbukan ini pada awalnya adalah utara-barat laut (dengan perhitungan
sekarang), tumbukan selanjutnya lebih berarah baratlaut. Variasi ini cukup
signifikan, mengingat arah stress yang datang (dari timor dan selatan)
mempengaruhi arah displacement kompresi yang sudah ada di JLSB.

2.1.2. Fisiografi Regional

Fisiografi merupakan kenampakan permukaan suatu daerah yang


dipengaruhi oleh jenis batuan penyusunnya dan tektonik yang telah bekerja di
daerah tersebut. Stratigrafi membahas jenis batuan yang menyusun satuan
batuan, urutan-urutan pengendapan satuan batuan, umur satuan batuan dan
korelasi antara satuan batuan.

Sementara geologi struktur membahas hasil kerja tektonik pada batuan


yang ada di daerah tersebut.

Berdasarkan struktur litotektonik, Sulawesi dan pulau- pulau


sekitarnya, Van leeuwen, 1994, membagi menjadi empat Mandala, yaitu; Mandala
barat (West & North Sulawesi Volcano- Plutonic Arc) sebagai jalur magmatik
yang merupakan bagian ujung timur Paparan Sunda, Mandala tengah (Central
Sulawesi Metamorphic Belt) berupa batuan malihan yang ditumpangi
batuan bancuh sebagai bagian dari blok Australia, Mandala timur (East

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 21


LAPORAN EKSPLORASI

Sulawesi Ophiolite Belt) berupa ofiolit yang merupakan segmen dari kerak
samudera berimbrikasi dan batuan sedimen berumur Trias-Miosen dan yang
keempat adalah Fragmen Benua Banggai-Sula-Tukang Besi, kepulauan
paling timur dan tenggara Sulawesi yang merupakan pecahan benua yang
berpindah ke arah barat karena strike-slip faults dari New Guinea.

Mandala Barat (West & North Sulawesi Volcano Plutonic Arc)

Mandala barat memanjang dari lengan utara sampai dengan lengan


selatan pulau Sulawesi. Secara umum busur ini terdiri dari batuan volkanik-
plutonik berusia Paleogen-Kuarter dengan batuan sedimen berusia mesozoikum-
tersier dan batuan malihan. Van Leeuwen (1994) menyebutkan bahwa
mandala barat sebagai busur magmatik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
bagian utara dan barat. Bagian utara memanjang dari Buol sampai sekitar
Manado, dan bagian barat dari Buol sampai sekitar Makassar. Batuan bagian
utara bersifat riodasitik sampai andesitik, terbentuk pada Miosen - Resen dengan
batuan dasar basaltik yang terbentuk pada Eosen - Oligosen. Busur magmatik
bagian barat mempunyai batuan penyusun lebih bersifat kontinen yang terdiri
atas batuan gunung api - sedimen berumur Mesozoikum – Kuarter dan batuan
malihan berumur Kapur. Batuan tersebut diterobos granitoid bersusunan
terutama granodioritik sampai granitik yang berupa batolit, stok, dan retas.

Mandala Barat Bagian Utara

Busur Sulawesi Utara mencakup Propinsi Sulawesi Utara danGorontalo,


memanjang sekitar 500 km dari 121E - 125 20’E dengan lebar 50-70 km dan
memiliki ketinggian lebih dari 2.065 m, dimana ketinggian daerah di sekitar leher
pulau Sulawesi mencapai 3.225 m.

Geologi daerah Sulawesi Utara didominasi oleh batugamping sebagai


satuan pembentuk cekungan sedimen Ratatotok. Satuan batuan lainnya
adalah kelompok breksi dan batupasir, terdiri dari breksi- konglomerat kasar,
berselingan dengan batupasir halus-kasar, batu lanau dan batu lempung yang
didapatkan di daerah Ratatotok – Basaan, serta breksi andesit piroksen.
Kelompok Tuf Tondano berumur Pliosen terdiri dari fragmen batuan volkanik kasar
andesitan mengandung pecahan batu apung, tuf, dan breksi ignimbrit, serta lava
andesit-trakit. Batuan Kuarter terdiri dari kelompok Batuan Gunung api Muda
terdiri atas lava andesit-basal, bom, lapili dan abu. Kelompok batuan termuda

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 22


LAPORAN EKSPLORASI

terdiri dari batugamping terumbu koral, endapan danau dan sungai serta endapan
aluvium.

Gambar 2.3. Peta Geologi Manado dan Minahasa, Sulawesi Utara

Evolusi dari Busur Sulawesi Utara dibagi menjadi dua tahap, yaitu
subduksi di bagian barat Sulawesi di awal masa Miosen (22 –16 Ma) dan pasca
tumbukan dan pengangkatan busur Sulawesi serta permulaan subduksi
sepanjang palung Sulawesi Utara selama akhir Miosen sampai dengan Kuarter
(9 Ma). Batuan vulkanik busur Sangihe yang berusia Pliosen-Kuarter,
menyimpan banyak geologi daerah sekitar Manado di masa awal Miosen.
Singkapan- singkapan kecil berupa andesit dan diorite di bawah batuan
vulkanik Kuarter yang menutupi kepulauan Sangihe dan bagian utara Manado,
menunjukkan bahwa busur volkanik yang lebih tua berada di sepanjang
pantai bahkan mungkin sampai ke Mindanao yang membentuk basement busur
Sangihe saat ini.

Adapun busur Neogen yang merupakan busur batuan gunung api


tidak berada di antara Tolitoli dan Palu di sekitar leher pulau Sulawesi, hal ini

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 23


LAPORAN EKSPLORASI

disebabkan karena pengangkatan tingkat tinggi dan erosi dalam, dimana batuan
granit lower Miosen tidak diketahui, dan bukti bahwa busur Sulawesi di masa awal
Miosen meluas ke arah leher pulau Sulawesi sangat sedikit. Meskipun demikian,
masih bisa disimpulkan bahwa zona Benioff di awal Miosen berada sepanjang
leher pulau Sulawesi ke arah selatan menuju sesar Paleo Palu-Matano.

Fasies gunung api Formasi Tinombo diduga merupakan batuan ofiolit,


sedangkan batuan gunung api yang lebih muda merupakan batuan busur
kepulauan. Geologi umum daerah Kabupaten Boalemo dan Kabupaten Gorontalo
disusun oleh batuan dengan urutan stratigrafi sebagai berikut :

 Batuan beku berupa : Gabro, Diorit , granodiorit, granit, dasit dan


munzonit kwarsa.
 Batuan piroklastik berupa : lava basalt, lava andesit, tuf, tuf lapili dan
breksi gunungapi.
 Batuan sedimen berupa : batupasir wake, batulanau, batupasir hijau
dengan sisipan batugamping merah, batugamping klastik dan
batugamping terumbu. Endapan Danau, Sungai Tua dan endapan alluvial.

Mandala Barat Bagian Barat

Pemekaran yang terjadi pada Tersier Awal membawa bagian timur dari
Kalimantan ke wilayah Pulau Sulawesi sekarang, dimana rifting dan pemekaran
lantai samudera di Selat Makassar pada masa Paleogen, menciptakan
ruang untuk pengendapan material klastik yang berasal dari Kalimantan.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 24


LAPORAN EKSPLORASI

Gambar 2.4. Peta Geologi Sulawesi Selatan (Suyono dan Kusnama, 2010)

Geologi daerah bagian timur dan barat Sulawesi Selatan pada


dasarnya berbeda, dimana kedua daerah ini dipisahkan oleh sesar Walanae. Di
masa Mesozoikum, basement yang kompleks berada di dua daerah, yaitu di
bagian barat Sulawesi Selatan dekat Bantimala dan di daerah Baru yang terdiri
dari batuan metamorf, ultramafik dan sedimen. Adanya batuan metamorf yang
sama dengan batuan metamorf di pulau Jawa, pegunungan Meratus di
Kalimantan tenggara dan batuan di Sulawesi Tengah menunjukkan bahwa
basement kompleks Sulawesi Selatan mungkin merupakan pecahan fragmen
akhibat akresi kompleks yang lebih besar di masa awal Cretaceous (Parkinson,
1991). Adapun sedimen-sedimen di masa akhir Crateceous mencakup formasi
Balangbaru dan Marada berada di bagian barat dan timur daerah Sulawesi
Selatan, dimana formasi Balangbaru tidak selaras dengan basement kompleks,

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 25


LAPORAN EKSPLORASI

terdiri dari batuan sandstone dan silty-shales, sedikit batuan konglomerat,


pebbly sandstone dan breksi konglomerat, sedangkan formasi Marada terdiri dari
campuran sandstone, siltstones dan shale (van Leeuwen, 1981), dimana unit-unit
formasi Balangbaru berisi struktur khas sedimen aliran deposit, termasuk debris
flow, graded bedding dan indikasi turbidit.

Batuan vulkanik berumur Paleosen terdapat di bagian timur daerah


Sulawesi Selatan dan tidak selaras dengan formasi Balangbaru. Di daerah
Bantimala batuan vulkanik ini disebut Bua dan di daerah Biru disebut Langi.
Formasi ini terdiri dari lava dan endapan piroklastik andesit dengan komposisi
trachy-andesit dengan sisipan limestone dan shale (van Leeuwen, 1981). Sifat
calc-alkali dan unsur tanah tertentu menunjukkan bahwa batuan vulkanik
merupakan hasil subduksi dari arah barat (van Leeuwen, 1981).

Formasi Malawa terdiri dari arkosic, sandstone, siltstone, claystone, napal


dan konglomerat diselingi dengan lapisan batubara dan limestone. Formasi
ini terletak di bagian barat daerah Sulawesi Selatan dan tidak selaras dengan
formasi Balangbaru. Formasi Malawa diduga telah diendapkan dari laut marjinal
ke laut dangkal. Formasi limestone Tonasa selaras Formasi Malawa atau batuan
vulkanik Langi. Formasi Tonasa berumur Eosen sampai dengan pertengahan
Miosen (Van Leeuwen, 1981). Formasi Malawa dan formasi Tonasa tersebar luas
di bagian barat Sulawesi Selatan, dimana kedua formasi tersebut tidak tersingkap
di bagian timur sesar Walanae selain singkapan kecil formasi limestone
Tonasa.

Bagian teratas formasi Camba yaitu batuan vulkanik Camba yang


terletak di bagian barat, terdiri dari breksi vulkanik dan konglomerat, lava dan
tuf interbedded dengan marine sedimen. Foraminifera dating menduga batuan
vulkanik Camba beumur akhir Miosen. Batuan vulkanik Parepare adalah sisa-sisa
gunung strato-volcano yang terdiri aliran lava dan breksi piroklastik berumur akhir
Miosen. Aliran lava yang menengah untuk asam dalam komposisi. Batuan vulkanik
Plio/Pliestocene gunung strato- volcano Lompobatang terletak paling selatan
daerah Sulawesi Selatan dengan ketinggian 2.871 m.

Batuan vulkanik ini terdiri dari silika yang tidak tersaturasi


dalam alkali potassic dan asam silika yang tersaturasi dengan
aliran lava shoshonitic dan breksi piroklastik. Pada pertengahan Miosen
sampai dengan Pleistosen batuan vulkanik Sulawesi Selatan mencakup

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 26


LAPORAN EKSPLORASI

formasi Camba, memiliki sifat alkali sebagai akibat dari peleburan parsial mantel
atas yang kaya akan unsur-unsur yang tidak kompatibel dengan metasomatism.
Hal ini mungkin berhubungan dengan subduksi sebelumnya di awal Miosen dalam
konteks intraplate distensional. Sifat alkali gunung api ini diduga disebabkan oleh
asimilasi berlebihan dari limestone/batu gamping tua yang mencair dan bergabung
dengan material benua kedalam subduksi busur vulkanik. Batuan magmatis
berumur Neogen di bagian barat daerah Sulawesi Tengah berhubungan erat
dengan penebalan dan pelelehan litosfer. Sifat bimodal dari batuan Igneous
berumur Neogen di daerah ini diperkirakan dari pencairan mantel peridotit dan
kerak yang menghasilkan komposisi alkalin basaltik (shoshonitic) dan granitik
yang mencair. Pada sendimentasi akhir Miosen ditandai dengan perkembangan
formasi Tacipi. Formasi Walanae secara lokal tidak selaras dengan formasi
Tacipi, dimana formasi Walanae diperkirakan berumur pertengahan Miosen
sampai dengan Pliosen.

Di bagian Timur Sengkang Basin, pembentukan Walanae dapat dibagi


menjadi dua interval, yaitu interval yang lebih rendah yang terdiri dari batuan
mudstone yang berumur calcareous dan interval yang bagian atas yang lebih
arenaceous. Batu gamping (Limestone) di ujung selatan daerah Sulawesi
Selatan dan yang berada di Pulau Selayar yang disebut selayar limestone,
merupakan bagian formasi Walanae. Batuan selayar limestone terdiri dari
coral limestone, calcarenite dengan sisipan napal dan sandstone. Unit karbonat
ini diperkirakan berumur Miosen sampai dengan Pliosen. Hubungan formasi
Walanae dan Selayar limestone terdapat di Pulau Selayar. Terrace, aluvial,
endapan danau dan endapan pantai terjadi secara lokal di Sulawesi Selatan,
dimana pengangkatan Sulawesi Selatan ditandai dengan terangkatnya
deposit terumbu karang (van Leeuwen 1981).

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 27


LAPORAN EKSPLORASI

Mandala Tengah (Central Sulawesi Metamorphic Belt)

Gambar 2.5. Peta Geologi Wilayah Palu-Koro, Sulawesi Tengah

Batuan magmatik potassic calc-alkaline berusia akhir Miosen di Sulawesi


Tengah terdapat di bagian kiri bentangan zona sesar Palu- Koro, dimana batuan
granit di wilayah tersebut berkorelasi dengan subduksi microcontinent Banggai-
Sula dengan Pulau Sulawesi pada pertengahan Miosen. Berdasarkan aspek
petrografi, batuan granit berumur Neogen tersebut dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok dari yang paling tua sampai dengan yang termuda untuk melihat
karakteristik perubahannya di masa mendatang. Pertama adalah KF-megacrystal
bantalan granit yang kasar (Granitoid-C) yang terdistribusi di bagian utara dan
selatan wilayah Palu-Koro yang berumur 8,39-3,71 Ma, dimana dua karakteristik
petrografi tersebut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biotit yang mengandung
granit dan hornblende sebagai mineral mafik (4,15-3,71 Ma dan 7,05-6,43 Ma) dan
biotit yang mengandung granit sebagai mineral mafik utama (8,39-7,11 Ma).
Kelompok kedua adalah batuan granit medium mylonitic-gneissic (Granitoid-B)
yang relatif terdapat di daerah pusat (sekitar Palu- Kulawi) berupa medium grained
granitoids yang kadang- kadang mengandung xenoliths. Batuan granit ini juga

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 28


LAPORAN EKSPLORASI

dapat dibagi lagi menjadi hornblende-biotit yang terdistribusi di bagian


selatan (Saluwa-Karangana) sekitar 5,46-4,05 Ma dan granit bantalan biotit yang
berumur 3,78-3,21 Ma di sekitar Kulawi.

Kelompok ketiga adalah Fine and biotite-poor granitoid (Granitoid-A)


kelompok batuan termuda yang tersebar di daerah Palu-Koro sekitar 3,07-1,76
Ma, yang nampak sebagai dyke kecil hasil potongan dari granit lain. Batuan
tersebut berwarna putih bersih mengandung sejumlah biotites sebagai mineral
mafik tunggal, kebanyakan batuan tersebut terlihat di antara daerah Sadaonta
dan Kulawi.

Gambar 2.6. Peta Geologi Sulawesi Tengah (Villeneuve, dkk, 2002)

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 29


LAPORAN EKSPLORASI

2.2. Geologi Lokal dan Sumber Daya

2.2.1. Geologi Lokal

Geologi regional daerah penyelidikan diambil dari beberapa referensi diantaranya:


Menurut Bemmelen (1949) bahwa di daerah Sulawesi bagian tengah dijumpai 3
buah struktur utama berarah utara-selatan. Daerah ini dapat dipisahkan kedalam
3 zona. • Zona timur dikenal Kolonodale zone ditandai oleh batuan beku basa dan
ultrabasa (ophiolit), batu gamping berumur Mesozoikum dan rijang yang kaya
radiolaria. • Zona Poso dicirikan oleh batuan malihan (metamorfik) jenis skis kaya
mineral muskovit. • Zona barat tersingkap batuan granodiorit masif, skis kristalin
yang kaya mineral biotit, batuan vulkanik berumur Tersier, tufa berumur Plio-
Plistosen dan endapan aluvium. Menurut T.O. Simanjuntak dkk (1973), fisiografi
daerah Palu terdiri dari pematang timur dan pematang barat. Keduanya berarah
utara - selatan dan dipisahkan oleh Lembah Palu (Fossa Sarasina). Pematang
barat di dekat Palu hingga lebih dari 2000 m tingginya, tetapi di Donggala menurun
hingga mukalaut. Pematang timur dengan tinggi puncak dari 400 - 1900 m dan
menghubungkan pegunungan di Sulawesi Tengah dengan lengan utara. Struktur
daerah ini didominasi oleh lajur sesar Palu yang berarah utara baratlaut.
Bentuknya sekarang menyerupai terban yang dibatasi oleh sesar-sesar aktif,
diantaranya bermataair panas di sepanjang kenampakannya pada permukaan.
Sesar-sesar dan kelurusan lainnya yang setengah sejajar dengan arah lajur Palu
terdapat di pematang timur. Banyak sesar dan kelurusan lainnya yang kurang
penting lebih kurang tegak lurus pada arah ini, sebagaimana terlihat di seluruh
daerah. Sesar naik berkemiringan ke timur dalam kompleks batuan metamorf dan
dalam Formasi Tinombo menunjukkan akan sifat pemampatan pada beberapa
sesar yang lebih tua. Sesar termuda yang tercatat terjadi pada tahun 1968 di dekat
Tambo, timbul setelah ada gempabumi, berupa sesar normal berarah baratlaut
yang permukaan tanahnya turun 5 m. Pada bagian yang menurun, daerah pantai
seluas kira-kira 5 km2 masuk ke dalam laut.

yang diuraikan di atas juga menerobos endapan ini. Batuan Molasa Celebes
Sarasin dan Sarasin (1901) terdapat pada ketinggian lebih rendah pada sisi - sisi
kedua pematang, menindih secara tidak selaras Formasi Tinombo dan Kompleks
Batuan Metamorf. Molasa ini mengandung rombakan yang berasal dari formasi-
formasi lebih tua dan terdiri dari konglomerat, batupasir, batulumpur, batugamping-
koral serta napal yang semuanya hanya mengeras lemah. Didekat Kompleks

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 30


LAPORAN EKSPLORASI

Batuan Metamorf pada bagian barat pematang timur endapan itu terutama terdiri
dari bongkah - bongkah kasar dan agaknya diendapkan didekat sesar. Batuan-
batuan itu ke arah laut beralih - alih jadi batuan klastika berbutir lebih halus. Di
dekat Donggala sebelah utara Enu dan sebelah barat Labea batuannya terutama
terdiri dari batugamping dan napal dan mengandung Operculina sp., Cycloclypeus
sp., Rotalia sp., Orbulina universa, Amphistegina sp., Miliolidae, Globigerina,
foraminifera pasiran, ganggang gampingan, pelesipoda dan gastoproda. Sebuah
contoh dari tenggara Laebago selain fosil - fosil tersebut juga mengandung
Miogypsina sp. dan Lepidocyclina sp, yang menunjukkan umur Miosen (Kadar, Dit.
Geol). Foram tambahan yang dikenali oleh Socal meliputi Planorbulina sp.,
Solenomeris sp., Textularia sp., Acervulina sp., Spiroclypeus? sp., Reussella sp.,
Lethoporella, Lithophyllum dan Amphiroa. Socal mengirakan bahwa fauna - fauna
tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah dan pengendapan di dalam laut
dangkal. Pada kedua sisi Teluk Palu dan kemungkinan juga di tempat lain endapan
sungai Kuarter juga dimasukkan ke dalam satuan ini. Aluvium dan Endapan pantai
terdiri dari kerikil, pasir, lumpur dan batugamping koral terbentuk dalam lingkungan
sungai, delta dan laut dangkal merupakan sedimen termuda di daerah ini.
Endapan itu boleh jadi seluruhnya berumur Holosen. Di daerah dekat Labean dan
Ombo terumbu koral membentuk bukit-bukit rendah. Telah diamati telah terjadi
beberapa generasi intrusi. Yang tertua ialah intrusi andesit dan basalt kecil-kecil di
semenanjung Donggala. Intrusi-intrusi mi mungkin adalah saluran - saluran batuan
vulkanik di dalam Formasi Tinombo. Formasi Tinombo sendiri menindih kompleks
batuan metamorf secara tidak selaras. Di dalamnya terkandung rombakan yang
berasal dari batuan metamorf. Endapan Stratigrafi daerah di susun berdasar
hubungan relatif antara masing-masing unit batuan yang penamaannya di
dasarkan pada pusat erupsi dan genesa pembentukan batuan tersebut. Dari hasil
pemetaan lapangan, urutan batuan di daerah Lampio, Kecamatan Sirenja,
Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari 6 satuan batuan
dengan urutan tua ke muda sebagai berikut: Satuan Malihan (Km), Satuan granit
Tinjuawo (Tmgt), Satuan granit Sitiau (Tmgs), Satuan diorit (Opd), Satuan
Gamping terumbu/koral (Qgt) dan Satuan aluvium (Qa) (Gambar 4). Struktur
Geologi di daerah penyelidikan dicerminkan bentuk kelurusan tofografi (pantai,
sungai dan bukit), paset segi tiga, dinding patahan (gawir sesar), kekar, off-set
batuan, zona hancuran batuan/breksiasi (fractures), cermin sesar (slicen-side),
seretan (drag-fault), kontak intrusi (backing-effect), retas-retas/ intrusi kecil, bentuk

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 31


LAPORAN EKSPLORASI

batolit, bentuk kubah (dome) dan pemunculan mata air panas. Berdasarkan data
lapangan di atas dan citra landsat (www.landsat.org, 2001) terdapat 3 arah sesar
utama dari tua ke muda adalah: • Sesar berarah utara timurlaut-selatan baratdaya
(N 30-40º E). Sesar normal tertua ini di namakan sesar Sibera dengan kemiringan
> 70° barat. • Sesar berarah utara baratlaut-selatan tenggara (N 345-350º E).
Sesar normal generasi kedua dinamakan sesar Mapane, berkemiringan > 80º ke
timur. Awalnya sesar ini hanya 1 buah, namun menjadi 3 sesar yang terpisah-pisah
akibat tergeserkan (off-set) oleh sesar mendatar yang lebih muda. Ke 3 sesar itu
dinamakan sesar Mapane, sesar Sitiau dan sesar Maleloro. • Sesar termuda
sedikitnya ada 7 sesar geser jurus (strict-sleep fault) berarah baratlauttenggara (N
320-330º E) berkemiringan > 80°. Sesar itu antara lain Salapane, Lampio, Tompe,
Sipi, Boya, Bulu Tinjuawo. Selain sesar-sesar diatas terdapat juga kelurusan-
kelurusan diduga merupakan sesar lebih kecil berarah utara baratlaut-selatan
tenggara dan sesar baratlaut-tenggara

2.2.2 Sumber Daya Bahan Galian

Geomorfologi Berdasarkan bentuk bentang alam, pola aliran sungai,


tingkat/stadium erosi, jenis batuan dan kemiringan lereng di daerah penyelidikan
dapat dikelompokkan menjadi 4 satuan morfologi. yaitu: satuan pedataran (SP),
satuan perbukitan bergelombang lemah (SL), satuan perbukitan bergelombang
sedang (SS) dan satuan perbukitan terjal (ST). Pola aliran sungai menunjukkan
semi sejajar (sub-pararel) dan setengah membulat (semiradial) di hulunya dan
menjadi setengah menangga (sub-trellis) hingga menangga (trellis) di sungai induk
S. Bintanaga, Binanga Wale, Kuala Silia, Kuala Wakoe, Kuala Sisumul, Kuala
Werei dan Sungai Binanga Tompe serta Kuala Maleloro. Lembah sungai di arah
hulu dominan berbenntuk V yang mencirikan stadium erosi vertikal lebih kuat
dibandingkan dengan stadium erosi horizontal, sedang di sungai utama berbentuk
agak melebar. Pola aliran sungai di sini sangat dipengaruhi oleh pola struktur
patahan yang mengimbas pada bentuk pola aliran sungainya..

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 32


LAPORAN EKSPLORASI

BAB III

KEGIATAN PENYELIDIKAN

3.1. Persiapan

Dalam melakukan kegiatan eksplorasi di daerah penyelidikan, perlu


dipersiapkan beberapa persiapan, yang mana persiapan tersebut memerlukan
tahapan pendekatan yang sangat berguna untuk menjawab berbagai
permasalahan yang timbul pada saat kegiatan eksplorasi di lapangan
berlangsung.

Beberapa pendekatan dan persiapan yang dilakukan dalam hal ini adalah
sebagai berikut :

1. Pendekatan Literatur
2. Pendekatan Lapangan
3. Persiapan Peralatan Lapangan

3.1.1. Pendekatan Literatur

Pendekatan ini merupakan tahapan yang paling awal dilakukan sebelum


melaksanakan penelitian lapangan dan juga dilakukan pada tahap-tahap
selanjutnya. Pendekatan literatur berguna sebagai data sekunder, yang dapat
mendukung atau pembanding data primer dari penelitian tersebut.

Hal-hal yang dilakukan dalam pendekatan literatur yaitu dengan


mempelajari materi-materi yang berhubungan dengan daerah penelitian, baik dari
thesis, laporan ilmiah, peta geologi regional 1:250.000 dan peta topografi daerah
penelitian skala 1 : 25.000, peta rupabumi daerah penelitian skala 1: 50.000.

Pada tahapan ini akan dihasilkan suatu hipotesa mengenai hasil penelitian
pada daerah penelitian. Hipotesis tersebut terdiri dari interpretasi dari materi
geomorfologi, stratigrafi, dan struktur geologi pada daerah penelitian. Hipotesis
tersebut akan dijelaskan sesuai dengan materi pembahasannya.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 33


LAPORAN EKSPLORASI

3.1.2. Pendekatan Lapangan

Pendekatan ini dilakukan untuk pengambilan data-data primer, yang


nantinya sangat berperan penting dalam penelitian geologi. Hal ini mencakup
pendekatan lapangan yaitu :

1. Pembuatan rencana jalur lintasan


2. Pemetaan geologi lapangan yang mencakup ploting lokasi, pengukuran
jurus dan kemiringan lapisan batuan, pemerian singkapan serta
pembuatan jalur-jalur lintasan.
3. Pengamatan dan pengambilan data stratigrafi yang meliputi jenis litologi,
variasi lapisan batuan dan struktur sedimen. Secara rinci pengambilan data
tersebut dapat berupa kolom stratigrafi dan profil dari lapisan batuan
tersebut.
4. Pengukuran unsur-unsur struktur dilapangan yang meliputi pengukuran
bidang perlapisan batuan, bidang sesar, gores garis, dan kekar.
Pengukuran ini dilakukan untuk dapat melakukan penafsiran arah dan
gerakan gaya yang menyebabkannya.
5. Pengambilan contoh batuan untuk analisis petrografi, mikropaleontologi,
dan sedimentasi pada bagian atas, tengah, dan bawah dari setiap
batuan.
6. Pembuatan sketsa dan foto-foto singkapan serta bukti-bukti yang
mendukung dalam pembuatan laporan.

3.1.3. Persiapan Peralatan Lapangan

Kesiapan tim eksplorasi dan persiapan peralatan lapangan sangat


diperlukan untuk memudahkan dan mendukung kegiatan eksplorasi di lapangan,
baik untuk kegiatan pemetaan geologi.

Peralatan yang digunakan yang digunakan dalam proses pengambilan


data lapangan pada kegiatan pemetaan geologi permukaan adalah :

1. Peta topografi dengan skala 1 : 25.000

2. Peta rupabumi lembar paleleh skala 1: 50.000

3. Peta geologi regional lembar tilamuta 1 : 250.000

4. Kompas dan palu geologi

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 34


LAPORAN EKSPLORASI

5. Tali ukur (meteran)

6. Peralatan tulis

7. Buku lapangan

8. Loupe dan larutan HCL 0,1 N

9. Komparator butir

10. Kamera

11. Kantong contoh batuan

3.2. Pemetaan Geologi

Pemetaan Geologi dilakukan untuk mengambil seluruh informasi geologi


yang bisa diamati berupa data singkapan, kontak satuan batuan dan struktur
geologi.

Tahapan pekerjaan dalam pemetaan geologi terbagi atas 3 tahap


pekerjaan, yaitu sebagai berikut :

1. Tahap Studi Literatur

2. Tahap Penyelidikan Lapangan

3. Tahap Analisa dan Pelaporan Pekerjaan

1. Tahap Studi Literatur

Studi literatur merupakan kegiatan pengumpulan informasi geologi awal sebelum


penyelidikan lapangan yang bertujuan untuk mempersempit wilayah
penyelidikan. Informasi awal ini di dapat dari peta geologi regional, peta
rupa bumi (Bakosurtanal) dan peta-peta lain beserta infomasi-informasi tentang
suatu daerah yang kemudian digunakan untuk menghasilkan peta rencana
lintasan pemetaan. Dari peta rencana lintasan, dibuat rencana lintasan day to day
untuk pemetaan, agar kegiatan pemetaan benar-benar terencana dan sistematis.

2. Tahap Penyelidikan Lapangan

a. Traversing

Dalam melakukan pelintasan (traversing), yang perlu diperhatikan adalah posisi.


Setelah berada dalam lintasan, tentukan dulu posisi dengan GPS atau membaca

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 35


LAPORAN EKSPLORASI

peta. Setiap pergerakan harus selalu terpantau dengan menyalakan ”track log
GPS” (GPS harus selalu dalam keadaan on) atau mencatat pergerakan di
buku catatan lapangan apabila melakukan Passing and Compass. Perekaman
traversing ini berfungsi untuk membuat peta lintasan pemetaan.

b. Observasi Lapangan

Observasi singkapan merupakan kegiatan utama dalam pengambilan data


geologi. Kemampuan analisa geologi dalam mengobservasi singkapan
menentukan benar/tidaknya data (kualitas data). Urutan Langkah kerja
dalam observasi singkapan (outcrop) adalah sebagai berikut:

 Penentuan Posisi Singkapan : Ketika menemukan singkapan batuan,


pertama kali yang dilakukan adalah penentuan posisi singkapan. Catat
posisi singkapan dengan marking di GPS dan catat koordinat dan elevasi
singkapan dalam buku catatan lapangan. Jika sinyal GPS hilang pada posisi
singkapan, lakukan passing and compass dari titik terdekat yang mendapat
sinyal GPS ke titik singkapan.
 Pembersihan Singkapan (Outcop Cleaning) : Sebelum melakukan deskripsi
batuan, pembersihan perlu dilakukan agar batuan tersebut dapat diketahui
tingkat pelapukannya (segar, lapuk, soil). Pembersihan singkapan ini
menggunakan alat bantu cangkul, parang, linggis dan ganco.
 Kode Singkapan, Waktu Pemetaan, Keadaan Cuaca dan Geologist :
Semua poin diatas dicatat dalam buku catatan lapangan. Pemberian kode
singkapan harus teratur dan sistematis. Kode singkapan yang digunakan
pada pemetaan geologi di PT. Prima Lestari Gemilang adalah urutan kode
perusahaan, nomor singkapan dan inisial satuan batuan. Contoh kode
singkapan adalah ST-01.
 Deskripsi Singkapan : Dalam deskripsi singkapan yang perlu diperhatikan
adalah Interval batuan yang di deskripsi dan deskripsi batuan dan jenis
litologi. Langkah deskripsi singkapan, yaitu:
- Buat sketsa singkapan.
- Arah Aliran sungai, Unsur Struktur Geologi (Pola Kekar,Sesar).
- Ukur dimensi batuan (panjang, lebar dan tinggi).
- Tentukan tingkat pelapukan batuan (segar, lapuk, soil).
- Tentukan vegetasi yang menutupi batuan.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 36


LAPORAN EKSPLORASI

 Sampling Batuan & Analisa Kualitas : Tata cara sampling batuan


mengikuti SOP sampling. Beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
- Conto di masukkan ke dalam kantong conto, kemudian label conto
dimasukkan ke kantong conto.
- Catat list conto dalam buku catatan lapangan.
- Masing-masing kantong conto dijadikan satu sesuai dengan kode
singkapan dan diikat dengan kuat dan benar, supaya tidak
berhamburan atau tercecer dan memudahkan untuk pengecekan ulang
conto.
- Conto langsung dibawa ke camp atau tempat yang sudah
disediakan.
 Penandaan Singkapan : Tandai singkapan dengan pita plastik yang
bertuliskan kode singkapan dan tanggal observasi. Tulisan dibuat dengan
memakai spidol water proof, kemudian ikat pita pada pohon dekat singkapan.
 Dokumentasi : Setelah semua kegiatan selesai Dokumentasikan
singkapan menggunakan kamera. Foto yang dihasilkan harus jelas,
menggunakan komparator (misal: orang) dan usahakan mencakup semua
komponen singkapan. Apabila ada bagian yang ingin ditunjukkan lebih detil,
dalam satu singkapan bisa saja lebih dari satu foto.

c. Indikasi Struktur Geologi

Struktur geologi merupakan hal yang penting dalam pemetaan geologi.


Struktur geologi sangat mempengaruhi model geologi nantinya. Langkah kerja
dalam observasi singkapan struktur geologi, sebagian besar sama dengan
observasi singkapan pasir, hanya perbedaannya yaitu pada deskripsi singkapan.

Deskripsi singkapan struktur geologi memerlukan interpretasi yang baik dan


memahami unsur struktur geologi. Urutan deskripsi singkapan struktur geologi
yaitu:

1. Interpretasi jenis struktur atau indikasi struktur seperti sesar (normal, naik
atau mendatar), off set sesar, breksiasi, fracture, lipatan dan lipatan mikro
(mikrofold), slicken side dan lain-lain.

2. Sketsa Singkapan

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 37


LAPORAN EKSPLORASI

3. Pengukuran unsur-unsur struktur yaitu kedudukan bidang sesar, fracture


(shear, gash fracture, tension release), arah breksiasi, slicken side (trend,
pitch), kedudukan mikrofold.

4. Penandaan singkapan

5. Dokumentasi singkapan

6. Data hasil pengukuran struktur geologi ini kemudian dianalisa selanjutnya


dalam analisa struktur geologi.

3. Tahap Analisa dan Pelaporan Pekerjaan

Evaluasi dilakukan selama proses dan setelah pengambilan data selesai. Setiap
data yang didapat dari lapangan, setelah sampai di camp, data harus selalu
dimasukkan ke dalam data base geologi dan diplot dalam peta lintasan, terutama
singkapan batuan (kode, posisi, tebal, tinggi dan lebar) dan struktur geologi.

Hal ini bertujuan untuk memperkirakan jenis batuan dan lokasi struktur geologi.
Setelah tahap pengambilan data selesai, maka dapat dilakukan interpretasi jenis
batuan, penyebaran, dan cadangannya. Hasil dari kegiatan ini adalah peta geologi
sementara.

Laporan Akhir dibuat dalam bentuk buku dengan lampiran yaitu peta geologi, peta
geomorfologi dan peta lintasan/singkapan.

3.3. Analisis Topografi

Kemiringan tanah atau topografi merupakan bentuk dari muka bumi.


Topografi pada setiap wilayah memiliki kontur yang berbeda-beda. Tujuan
Analisa topografi untuk mengetahui dan menginterpretasikan garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang sama ketinggiannya di atas suatu bidang (garis
kontur).

Interpretasi topografi PT. Prima Lestari Gemilang menggunakan Peta Rupa Bumi
Digital Indonesia Lembar Paleleh 2217-12 skala 1 : 50.000. Sehingga dari
Interpretasi tersebut diperoleh karakteristik ketinggian dan bentuk morfologi di
wilayah IUP Eksplorasi PT. Prima Lestari Gemilang seluas 19,35 Ha, sehingga
hasil kegiatan ini adalah peta topografi.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 38


LAPORAN EKSPLORASI

3.4. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu cara yang digunakan, hingga data tersebut
dapat lebih berguna dan lebih berarti dan menjadi informasi yang dapat
digunakan untuk mengambil suatu keputusan. Tahapan pekerjaan dalam
pengolahan data explorasi yang dilakukan terbagi 2 yaitu (1) tahapan pengolahan
data awal (2) Pengolahan data yang telah diolah.

Metoda pengolahan data yang didapatkan dari hasil kegiatan eksplorasi di


lapangan, meliputi pengolahan data hasil pemetaan geologi dan data hasil
penyelidikan geolistrik dengan menggunakan peralatan lapangan pendukung
kegiatan eksplorasi dan untuk menginterpretasikan data-data di lapangan
menggunakan berbagai studi literatur dan perangkat komputer untuk memproses
dan mengkorelasikan berbagai data yang diperoleh.

Adapun tahapan-tahapan proses yang dilakukan dalam pengolahan


data eksplorasi yang adalah sebagai berikut :

1. Pengolahan data dasar, pengolahan data dasar ini berdasarkan data-


data dari pemetaan dan pemboran dan topografi, yang merupakan data asli
dilapangan. Proses pengolahan datanya meliputi tahapan sebagai berikut:

 Input Data meliputi mencatat data-data


 pengukuran singkapan meliputi deskripsi jenis batuan alterasi
dan tebal singkapan alterasi.
 Pengukuran topografi
 Pengukuran batas tataguna lahan, sungai dan jalan

2. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan rekapitulasi data dan tabulasi


perhitungan menggunakan Worksheet Excel, sedangkan pengolahan dalam
bentuk peta dibuat dahulu peta dasar yang mencantumkan data-data
Grafis dengan digitasi/konturing dan data koordinat & elevasi di Mapinfo 12.0
serta dilakukan juga teknik gridding & konturing di Mapinfo 12.0, Discover
9.0 dan global mapper 14, autocad, dan mapsource.

3. Output Data meliputi data-data analisis dalam bentuk worksheet excel


dan Peta-peta, yaitu antara lain :

 Peta Lokasi, yaitu peta yang menunjukan lokasi dan kesampaian


daerah penyelidikan, disesuaikan skala

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 39


LAPORAN EKSPLORASI

 Peta Wilayah IUP Eksplorasi, yaitu peta yang menunjukan lokasi,


luasan serta titik-titik batas koordinat IUP Eksplorasi
disesuaikan skala
 Peta Lintasan, yaitu peta yang berisikan lintasan pemetaan,
titik –titik observasi singkapan disesuaikan skala
 Peta geomorfologi lokal, yaitu yang berisikan
pengelompokan berdasarkan genesa dan persentasi kemiringan
lereng.
 Peta geologi lokal, yaitu peta yang berisikan pengelompokan
satuan batuan dan struktur geologi.
 Peta Sumber daya Cadangan berdasarkan perhitungan dari
analisis topografi dan pemetaan geologi.
 Peta Tata Guna Lahan, yaitu peta yang memuat batasan- batasan
alamiah, sepertisungai, hutan, kebun, pemukiman, jalan dan
sebagainya.

4. Data-data olahan yang diperlukan/dibuat, pengolahan data ini dilakukan


agar data-data dilapangan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan potensial atau tidaknya endapan Batuan pada lokasi 19,35
Ha di Desa T i b o , Kecamatan Sindue Tombusabora, Kabupaten
Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah. Output data yang dihasilkan adalah
Peta Cadangan endapan Batuan di daerah penyelidikan.

Hasil semua kegiatan lapangan akan dituangkan dalam laporan eksplorasi


pada setiap minggu, bulan, triwulan, semester dan laporan tahunan. Dalam
laporan ini akan dibahas kemajuan pekerjaan dan hasil analisa data-data lapangan
seperti tipe, penyebaran, bentuk, arah, jumlah (sumberdaya atau cadangan)
endapan Batuan.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 40


LAPORAN EKSPLORASI

BAB IV

HASIL PENYELIDIKAN

4.1. Geologi Daerah Penelitian

4.1.1. Geomorfologi Daerah Penelitian

Tatanan geologi wilayah Kabupaten Donggala merupakan bagian yang


tidak terpisahkan dari tatanan geologi regional Pulau Sulawesi. Bentuk pulau yang
khas ini didasari oleh dinamika tektonis yang sangat kompleks merupakan
implikasi dari interaksi lempeng Euroasia di bagian Timur laut, Indo-Australia
dibagian selatan dan Pasifik sendiri di bagian timur. Interaksi ini menimbulkan
proses geologi yang kompleks, Berdasarkan struktur geologinya, wilayah
Kabupaten Donggala didasari oleh sejumlah formasi Keadaan geologi Kabupaten
Donggala secara umum tidak sama untuk setiap kecamatan. Jenis tanah Alluvial
terdapat dilembah Palu dan kecamatan Sirenja, sedangkan batuan sedimen, laterit
dan alkali terdapat pada dataran yang menonjol kelaut (tanjung) di Balaesang
Tanjung. Secara umum geologi tanah di kabupaten Donggala bahwa formasi
geologinya terdiri dari batuan gunung berapi, batuan terobosan yang tidak
membeku, batuan-batuan metamorphosis dan sedimen. Dataran Monto –
Balukang Dataran ini mempunyai geologi tanah yang terdiri dari alluvia baru yang
berasal dari sedimen-sedimen yang telah membeku dan yang lebih tua. Tanahnya
bertekstur sedang, topografi dari datar hingga berombak. Dataran Bambamua –
Tanah Mea Geologi dataran ini terdiri dari endapan-endapan
Morofologi atau bentang alam terbentuk dari hasil interaksi yang sangat
kompleks antara ketahanan material pembentuk bumi dengan gaya-gaya
tektonik yang bekerja (Gregory;1978).

Dimana exogenetic geomorfological processes (permukaan) yang


mendapatkan energinya dari endogenetic (internal) earth movement
(tektonisme) dan iklim akan membentuk morfologi suatu daerah.

Proses ini akan diawali dengan pembentukan material geologi baru,


pelapukan, erosi, transportasi sampai pengendapan kembali sebagai deposit
baru.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 41


LAPORAN EKSPLORASI

Morfologi yang terbentuk ini akan memiliki lereng yang bervariasi dari
yang landai sampai lereng yang terjal. Pada tahun 1989, Darlymple membuat
klasifikasi lereng yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pembagian
satuan geomorfologi.

Tabel 4.1. Klasifikasi Lereng Menurut Darlymple, 1989

KELAS SLOPE (%) KLASIFIKASI

1 0–2 Datar
2 2–8 Landai
3 8 – 25 Bergelombang
4 25 – 50 Curam
5 50 – 100 Terjal

Menurut Van Bemmelen; 1949, (uraian fisiografi Pulau Sulawesi), dan


Van Leeuwen; 1994, fisiografi daerah penyelidikan termasuk ke dalam lengan
utara bagian barat sulawesi.

Bentuk morfologi daerah penyelidikan PT. Prima lestari Sejahtera


Gemilang di Desa Tibo secara umum adalah terdiri dari perbukitan
bergelombang sedang yang berada memanjang di sebelah timurlaut-tenggara
dan di sebelah baratdaya-barat wilayah IUP eksplorasi. Sedangkan dataran
aluvial yang berada di aliran Sungai Tibo berada di antara perbukitan tersebut,
yaitu bagian baratlaut-selatan hingga hilir di baratlaut-utara. Kedua morfologi
ini dipisahkan oleh aliran Sungai Tibo yang berada di antara kedua morfologi
di atas. Secara regional batuan penyusun ke dua morfologi ini disusun oleh
breksi gunung api yang merupakan bagian dari Batuan Formasi Dolokapa
(Tmd) serta hasil erosi, pelapukan, serta pengendapan yang belum padu di
daerah-daerah relatif rendah atau lembah di dataran aluvial pada bantaran
sungai dan pemukiman yang berasal dari breksi gunungapi.

Berdasarkan pada klasifikasi lereng yang dibuat oleh Darlymple pada


Tahun 1989, daerah penyelidikan dibagi menjadi 2 (dua) satuan geomorfologi
yaitu:

1. Satuan Geomorfologi Perbukitan Bergelombang Sedang

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 42


LAPORAN EKSPLORASI

Satuan ini tersebar di daerah penyelidikan dengan luas ± 0.28 % atau


seluas 0.014 Ha dari luas total daerah penyelidikan.

Penyebarannya satuan ini tersebar di bagian tenggara, selatan, hingga


barat daerah penyelidikan. Di peta geomorfologi daerah penyelidikan diberi
warna merah muda, memanjang di arah timurlaut-tenggara dari Sungai
Tibo dan di bagian selatan-barat dari Sungai Tibo di wilayah Desa Tibo.

Morfologi daerah ini berupa perbukitan bergelombang dengan kemiringan


lereng miring 5% - 12% hingga curam menengah (Van Zuidam,
1983), dengan ketinggian antara 40 – 120 meter diatas permukaan laut.

Genetika pembentukan lahan satuan geomorfologi perbukitan


bergelombang sedang ini dikontrol oleh bentuklahan asal vulkanik yaitu proses
pengendapan Batuan breksi Gunungapi bagian dari Formasi Dolokapa (Tmd)
yang disertai pengikisan dan pelapukan. Dikategorikan bentuklahan asal
vulkanik karena masih memperlihatkan ciri vulkanik seperti bentuk puncak serta
material vulkanik.

Morfologi daerah perbukitan mempunyai sifat-sifat relief topografi sedang-


agak tinggi dan tekstur sedang-agak terjal.

Sebagai hasilnya menunjukan pola peningkatan secara vertikal yang


biasanya disertai dengan mekanisme pembentukan tinggian dan lereng pada
daerah pengikisan, sehingga stadia sungai yang berkembang menunjukan
stadia muda menjelang dewasa.

Proses-proses geomorfologi yang terjadi pada satuan ini berupa


pengikisan dan erosi yang terjadi berupa tanah dan bongkah batuan beku
vulkanik dan erosi berupa erosi alur.

Jentera geomorfik satuan ini termasuk dalam jentera geomorfik dewasa


ditinjau dari bentuk perbukitannya yang telah mengalami erosi dan
membentuk lembah dan bukit dengan internal relief 6 –8 meter.

2. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial

Satuan ini tersebar di daerah penyelidikan dengan luas ± 99.6% atau


seluas 4.98 Ha dari luas total daerah penyelidikan.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 43


LAPORAN EKSPLORASI

Penyebarannya satuan in berada di sebelah utara hingga selatan di


sepanjang Aliran Sungai Tibo di Desa Tibo. Di peta geomorfologi daerah
penelitian diberi warna abu-abu.

Penyebarannya satuan ini tersebar sepanjang aliran Sungai Tibo di blok


IUP eksplorasi dan bantaran sungainya di Desa Tibo.

Morfologi daerah ini berbentuk dataran dengan sungai mengalir. Morfologi


berupa dataran fluvial vulkanik dengan kemiringan lereng rata atau hampir rata
hingga landai 2% -4% dengan ketinggian antara 17 meter diatas
permukaan laut.

Genetika pembentukan satuan geomorfologi dataran aluvial ini dikontrol


oleh proses pengendapan material lepasan dari batuan breksi gunungapi yang
berasal dari Breksi Gunungapi dari Formasi Dolokapa dan serta material hasil
pengikisan, pelapukan, erosi dan transportasi ke daerah yang lebih landai hingga
tertransportasi oleh aliran Sungai Tibo.

Proses-proses geomorfologi yang terjadi pada satuan ini berupa pelapukan


dan erosi, serta transportasi. Pelapukan berupa tanah, pasir, dengan ketebalan
±1 meter – 5 meter dan erosi vertikal yang kuat dengan intensif.

Pola aliran sungai yang berkembang adalah pola dendritik dengan bentuk
lembah yang lebar dan datar, erosi lateral cenderung mendominasi dan
terbentuk meander (kelokan sungai), sehingga sungainya menunjukan stadia
sungai tua.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 44


LAPORAN EKSPLORASI

Gambar 4.1. Sebagian Kenampakan Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial Di


Aliran Sungai Tibo

4.1.2. Stratigrafi Daerah Penelitian

Penyusunan stratigrafi daerah penelitian didasarkan atas konsep


lithostratigrafi yang dikembangkan dalam Sandi Stratigrafi Indonesia (SSI).
Penamaan dan pengelompokan satuan batuan mengikuti kaidah penamaan
satuan lithostratigrafi tidak resmi yang bersendikan ciri litologi, meiputi kombinasi
jenis batuan, sifat fisik batuan, keseragaman gejala atau genesa, dan
kenampakan khas pada tubuh batuan di lapangan yang kemudian hasilnya
dipetakan dalam peta lintasan dan peta geologi daerah penyelidikan skala
1:3.000.

Satuan lithotratigrafi daerah penyelidikan didasarkan pada pengamatan


fisik di lapangan. Urutan stratigrafi daerah penelitian disusun secara sistimatis
berdasarkan data lapangan.

Dalam menentukan umur, penulis menggunakan kesebandingan dengan


stratigrafi regional dan kaidah-kaidah prinsip geologi dari sifat-sifat fisik
litologinya apabila tidak ditemukan fosil.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 45


LAPORAN EKSPLORASI

Hasil kegiatan penyelidikan terkait Stratigrafi penelitian, akan lebih


menitikberatkan pada satuan endapan aluvial, dimana terdapat potensi dan
sebaran pasir batu (sirtu).

Dari hasil pengamatan dan pengambilan data di lapangan, maka daerah


penelitian dapat dikelompkoan menjadi 2 ( dua) satuan batuan, yaitu :

(1). Satuan Batuan Breksi Gunungapi

(2). Satuan Endapan Aluvial

1. Satuan Batuan Breksi Gunungapi

a. Penamaan

Penamaan satuan ini di daerah penelitian didasarkan pada singkapan-


singkapan yang dijumpai di sepanjang lintasan pengamatan yaitu berupa batuan
beku bersifat intermediet sampai basa. Batuan yang banyak dijumpai adalah
andesit hingga andesit porfiri bagian dari breksi gunungapi.

b. Penyebaran dan Ketebalan

Berdasarkan keterdapatan singkapan yang tampak di permukaan, satuan


breksi gunungapi di daerah penelitian menempati ± 0.28 % atau seluas 0.014 Ha
dari luas daerah penelitian, pada peta geologi konsesi diwarnai dengan warna
merah muda. Penyebaran satuan breksi gunungapi penyebarannya di sebelah
timurlaut-tenggara. Kedudukan batuan satuan ini umumnya berarah baratdaya –
0 0
timurlaut dengan kemiringan berkisar antara 8 hingga 12 . Ketebalan satuan
ini berdasarkan hasil pengukuranpenampang geologi lebih kurang 1 - 3 meter.

c. Ciri Litologi

Ciri litologi satuan batuan breksi gunungapi di daerah penelitian


merupakan kelompok batuan beku vulkanik yang merupakan hasil aktivitas
vulkanisme berumur Miosen (bachri.S, dkk, 1993). Nama Formasi Dolokapa
pertama kali diperkenalkan oleh Trail (1974), diambil dari nama salah satu
tempat di daerah Gorontalo. Kepingan batuan gunungapi di dalam Formasi
Dolokapa diduga berasal dari kegiatan gunungapi yang menghasilkan Batuan
Gunungapi Bilungala. Dengan kata lain, Formasi Dolokapa diduga mengalami
pertumbuhan bersama dan berhubungan menjemari dengan Batuan Gunungapi
Bilungala pada Miosen.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 46


LAPORAN EKSPLORASI

Secara megaskopis, satuan breksi gunugapi dengan tekstur porfiritik


mempunyai warna segar abu-abu sedang, warna lapuk abu-abu kehitaman,
keras, disusun oleh silika, fenokris plagioklas, k-feldspar, dan piroksen. Fragmen
batuan terdiri dari andesit dan andesit porfiri sebagai batuan intrusif yang dapat
dikenali dengan sifatnya yang pejal dan berwarna abu-abu, sedangkan matriks
berupa pasir dan tuf.

Batuan vulkanik tersebut merupakan kelompok batuan beku yang memiliki


tekstur porfiri afanitik. Komposisi minereal utamanya sulit dikenali sebab
kenampakan yang halus, tetapi jika dilihat dari warnanya dapat dikenali bahwa
batuan tersebut bersusun andesitik (intermediet).

d. Umur Satuan Batuan

Penentuan umur satuan batuan breksi gunungapi yang terdapat di daerah


penelitian menggunakan penentuan umur relatif dengan prinsip superposisi
dengan melihat lapisan yang lebih dahulu diendapkan, yang terendapkan
pertama lebih tua umurnya daripada yang terendapkan kemudian.

Berdasarkan Peta Geologi Lembar Tilamuta, Sulawesi, Skala 1 : 250.000,


Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung, Bachri, S, Sukido dan
Ratman.N, 1993, satuan batuan breksi gunungapi di daerah penyelidikan
mempunyai umur reatif lebih tua dari Formasi Breksi Wobudu yang berumur
Pliosen dan selaras menjemari dengan Batuan Gunungapi Bilungala pada
Miosen Tengah-Miosen Akhir. Aktivitas vulkanisme yang berumur miosen sampai
pliosen, hal ini mungkin berhubungan dengan zona subduksi dari gunungapi
Miosen di lengan utara dan lengan timur Sulawesi. Dengan demikian satuan breksi
gunungapi di daerah penelitian, berdasarkan ciri-ciri litologi dan sejarah
sedimentasinya disebandingkan umur relatifnya dengan Formasi Dolokapa
yang berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir.

e. Lingkungan Pengendapan

Penentuan lingkungan pengendapan Satuan batuan breksi gunungapi


mengacu kepada model lingkungan pengendapan, “Pyroclastic Vulcaniclastic
Facies“ (Vassel dan Davis, 1981 dalam Cas and Wright, 1987).

Untuk menentukan lingkungan pengedapan dari satuan breksi


gunungapi ini yang merupakan batuan beku vulkanik, digunakan model dari

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 47


LAPORAN EKSPLORASI

(Vassel dan Davis, 1981), yang membagi lingkungan pengendapan gunung api
menjadi 4 Fasies, yakni :

1. Fasies Vulkanik Core, fasies ini dicirikan oleh lava (lava berlembar),
dan endapan piroklastik berbutir pasir halus sampai kasar dan breksi
kolovium.

2. Fasies Proksimal Vulkaniklastik, Fasies ini dicirikan oleh breksi


vulkanik (endapan breksi dan debu), aliran piroklastik, serta
sedikit breksi kolovium, dan endapan piroklastik jatuhan.

3. Fasies Medial Volkaniklastik, fasies ini di cirikan oleh aliran debris


(lahar), endapan fluviatil konglomerat dengan beberapa endapan
piroklastik.

4. Fasies Destial Volkaniklastik, fasies ini dicirikan oleh dominasi


endapan rombakan gunungapi seperti breksi lahar, breksi fluviatis,
batupasir dan lanau. Endapan primer hanya berupa tuff dan sedikit
tuff lapili.

Gambar 4.2. Lingkungan pengendapan Satuan Batuan Breksi Gunungapi


Berdasarkan Model Pyroclastic Volcaniclastic Facies (Vassel and Davies, 1981
Dalam Cas And Wright, 1987), (Penulis, 2016).

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 48


LAPORAN EKSPLORASI

Berdasarkan parameter yang telah diuraikan di atas, maka lingkungan


pengendapan satuan batuan breksi gunungapi yakni Fasies Proximal
Vulkaniklastik.

f. Kesebandingan Stratigrafi

Berdasarkan ciri-ciri litologi yang menyusunnya, maka satuan batuan


breksi gunungapi yang merupakan batuan beku vulkanik dan yang terdiri dari
andesit dan andesit porfiri, serta matriks berupa pasir dan tuf yang terdapat
di daerah penelitian dapat disebandingkan dengan Formasi Dolokapa (Tmd)
yang terdiri dari batupasir wake, batulanau, batulumpur, konglomerat, tuf, tuf
lapili, aglomerat, breksi gunungapi, lava andesit sampai basal yang berumur
Pliosen (Bachri.S, dkk, 1993).

2. Satuan Endapan Aluvial

a. Penamaan

Penamaan satuan ini di daerah penelitian didasarkan pada singkapan-


singkapan yang dijumpai disepanjang lintasan pengamatan di disepanjang aliran
dan bantaran sungai yaitu kelompok endapan aluvial yang terdiri dari pasir,
kerikil, kerakal, boulder, dan lempung.

Penamaan satuan endapan aluvial yang penyusunnya berupa


sedimen lepas yang berasal dari hasil rombakan batuan lain yang lebih tua di
sekitarnya dan terbawa oleh aliran sungai. Hal inidibuktikan oleh adanya
endapan pada tepi-tepi sungai maupun pada tubuh sungai.

b. Penyebaran dan Ketebalan

Berdasarkan keterdapatan singkapan yang tampak di permukaan,


penyebaran satuan endapan aluvial yang merupakan material lepasan yang
keterdapatannya di lapangan menyebar disepanjang sungai yang bermuara ke
laut. Di Peta Geologi Daerah Penyelidikan di wakili oleh warna abu-abu.
Penyebarannya dari hulu sungai di sebelah tenggara hingga hilir Sungai
tibo ke arah utara. Menempati sekitar ± 99.6% dari seluruh daerah penyelidikan
IUP Eksplorasi atau sekitar 19 Ha.

Ketebalan satuan ini berdasarkan hasil pengukuran penampang geologi


lebih kurang 1 - 4 Meter.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 49


LAPORAN EKSPLORASI

Gambar 4.3. Endapan Material di Sungai Tibo

c. Ciri Litologi

Ciri Litologi endapan aluvial penyusunnya berupa sedimen lepas yang


berasal dari hasil rombakan batuan lain yang lebih tua di sekitarnya dan
terbawa oleh aliran sungai, yaitu kelompok endapan aluvial yang terdiri dari
pasir, kerikil, kerakal, boulder, dan lempung.

d. Umur Satuan Batuan

Penentuan umur satuan endapan aluvial didasarkan pada Peta Geologi


Tilamuta Skala 1:250.000, yang merupakan endapan permukaan yang paling
muda berumur Holosen.

e. Lingkungan Pengendapan

Menurut Peta Geologi Lembar Tilamuta skala 1:250.000 (S. Bachri, Sukido
dan N. Ratman, 1993), satuan endapan aluvial merupakan endapan yang
dihasilkan dari endapan sungai/fluvial, dan pengikisan dan erosi batuan
vulkanik di sekitarnya. Lingkungan pengendapannya adalah lingkungan darat.

f. Kesebandingan Stratigrafi

Berdasarkan ciri-ciri litologi yang menyusunnya, maka satuan endapan


aluvial yang merupakan endapan permukaan dapat disebandingkan dengan

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 50


LAPORAN EKSPLORASI

aluvium (Qal) (Korelasi Satuan Peta Geologi Lembar Tilamuta Skala


1:250.000.

Berikut ini profil singkapan yang mewakili satuan endapan aluvial di


daerah penelitan di sepanjang Sungai Tibo dan sekitarnya.

4.1.3. Struktur Geologi Daerah Penelitian

Wilayah Donggala termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat


Bagian Utara. Dari sisi kompleksitas struktur geologi, wilayah Donggala bagian
timur relatif lebih terpengaruh secara tektonik dibanding bagian baratnya. Di
bagian timur, sesar-sesar vertikal dengan 2 arah utama yaitu tenggara-barat laut
dan timur laut- barat daya.

Adapun bagian timur Donggala gejala struktur relatif tidak dominan,


hanya terdapat 2 struktur utama yaitu sesar sungkup di barat Sirenja dan sesar
vertikal di sebelah barat Donggala. Struktur geologi lainnya yang dijumpai adalah
lipatan antiklin dan kekar-kekar yang banyak terjadi pada seluruh formasi batuan.

4.2. Estimasi Sumber Daya dan Cadangan Bahan Galian

4.2.1. Daerah Blok Prospek

Berdasarkan hasil penyelidikan yang telah dilakukan, meliputi potensi


sirtu yang terindikasi dan tersebar jumlah sumber daya sirtu dan
perencanaan fasilitas tambang, maka dapat disimpulkan bahwa daerah
penyelidikan dapat dikembangkan ketahap selanjutnya. Dalam pengelolaan
daerah eksplorasi untuk kepentingan tahapan penyelidikan selanjutnya maupun
rencana penambangan, maka daerah penyelidikan dapat di bagi menjadi 1
(satu) blok prospek, yaitu:

1. Blok Prospek dengan area sumber daya yang terukur seluas 19 Ha,
dengan lebar rata-rata sungai sekitar 90 Meter meliputi daerah bantaran
Sungai Tibo dan tepi sungai yang dimanfaatkan sebagai tegalan atau
ladang perkebunan masyarakat.

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 51


LAPORAN EKSPLORASI

Gambar 4.4. Lokasi Prospek PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang

4.2.2. Sumber Daya Dan Cadangan Sirtu

Dari hasil pengamatan di lapangan terhadap beberapa singkapan,


berdasarkan komposisi dan jenis litologi dari masing- masing singkapan,
potensi sirtu terdapat pada daerah penelitian, sedangkan penyebaran dan
ketebalannya telah di uraikan pada pembahasan sebelumnya. Lapisan batuan
yang mempunyai potensi untuk dilakukan penambangan yaitu lapisan yang
mengandung sirtu terutama pada lapisan sirtu yang mempunyai ketebalan
beberapa meter.

Keterdapatan sumber daya galian sirtu berdasarkan kegiatan eksplorasi


terbagi ke dalam 1 (satu) blok prospek.

Luas Blok Prospek Tambang ± 19 Ha dengan Ketebalan rata- rata sirtu


untuk area terukur dan terunjuk = 4 M, sedangkan ketebalan tanah penutup hasil
pelapukan diabaikan (OB=0).

4.2.3. Jumlah Sumber Daya

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 52


LAPORAN EKSPLORASI

Sumber Daya Mineral adalah endapan mineral yang diharapkan dapat


dimanfaatkan secara nyata. Dengan keyakinan geologi tertentu sumber daya
mineral dapat berubah menjadi cadangan setelah dilakukan pengkajian
kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.

Perhitungan volume Sumber Daya sirtu dilakukan secara sederhana


dengan mengalikan luas daerah penyebaran terhadap ketebalan rata-rata
lapisan batuan. Cara ini dilakukan karena penyebaran endapan sirtu yang
secara umum bersifat horizontal dengan kemiringan relatif rendah sehingga
faktor kemiringan dalam perhitungan sumber daya ini diabaikan dengan
mempertimbangkan beberapa asumsi dan batasan yang digunakan dalam
perhitungan sumber daya.

Berdasarkan data luas serta ketebalan lapisan batuan yang


mengandung pasir dan batu (sirtu) dan tanah penutup, volume cadangan sirtu
dan volume tanah penutup telah di uraikan di atas.

Metode yang digunakan untuk penghitungan sumber daya daerah


penyelidikan adalah metode Circular (USGS), Perhitungan cadangan ini sangat
cocok untuk batuan yang penyebarannya homogen serta ketebalannya relatif
merata.

Penghitungan sumberdaya sirtu menurut USGS dapat dihitung


dengan rumus : Tonase Sirtu = A x B x C, dimana

A = bobot ketebalan rata-rata sirtu dalam inci, feet, cm atau meter

B = berat sirtu per satuan volume yang sesuai atau metrik ton

C = area sirtu dalam acre atau hektar

Perhitungan sumber daya sirtu di daerah penyelidikan ditentukan


berdasarkan hasil kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan, antara lain adalah
pengambilan data geologi dan analisis topografi serta hasilnya diproyeksikan ke
dalam software GIS, sehingga dapat diukur penyebaran dan jumlah sumber
daya.

Dari hasil penggabungan data ini dapat diperkirakan sumber daya sirtu
daerah penyelidikan, sebagai berikut :

Perhitungan Blok Prospek Tambang

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 53


LAPORAN EKSPLORASI

Luas (L) Sumber Daya Terukur dan Terunjuk = 19 Ha = 190.000 M2


Tebal Kedalaman Rata-rata Terukur (t) =4M
OB = 0 M Sumber Daya Terukur:
L x t = 190.000 M2 x 3,5 M = 760.000 M3

Berdasarkan debit air sungai rata – rata 5.668 M3/ detik atau 489.681,129 M3/hari
dan pada lokasi pengamatan mempunyai debit sedimen rata-rata 3,506 ton/ hari
dan berat jenis dari pasir adalah 3500 kg/ M3 sehingga sedimentasi di sungai tibo
setiap harinya adalah 3,5 x 3,506 = 8,771 M3/ Hari/ Ha tetapi pada musim
penghujan debit air sedimen tersebut meningkat sehingga jumlah sedimen
tersuspensi setiap Bulannya adalah = 30 x 8,771 x 19 = 4.999,47 M 3/ bulan dan
untuk lima tahun material tersuspensi adalah = 4.999,47 M3 x 12 x 5 = 299.968 M3

Sehingga sumber daya terukur dan terunjuk Blok Prospek Tambang = 760.000
M3 + 299.968 M3 = 1.059.968 M3

4.2.4. Cadangan
Berdasarkan data luas serta ketebalan lapisan batuan yang mengandung
pasir dan batu (sirtu) di atas, dari hasil penggabungan data di atas
dapat, maka dapat diperkirakan sumber daya sirtu daerah penelitian, sebagai
berikut :

Blok Prospek Tambang

Sumber daya sirtu dengan daerah pengaruh sampai 100 meter


(sumberdaya terukur ), yaitu sebesar 1.059.968 M3, untuk wilayah IUP PT.
Prima Lestari Sejahtera Gemilang cadangan dan sumber daya dianggap sama
yaitu 1.059.968 M3

Tabel 4.2. Perhitungan Total Sumber Daya dan Cadangan Sirtu Di Daerah
Penyelidikan

Sumber Daya
Lokasi Luas Cadangan Terkira
Terunjuk
Sungai Tibo 19,35 ha 1.059.968 M3 1.059.968 M3

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 54


LAPORAN EKSPLORASI

BAB V

KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil penyelidikan dan perhitungan cadangan,Wilayah


Study PT. Prima Lestari Sejahtera Gemilang merupakan area yang
sangat potensial untuk dilakukan penambangan Bahan galian Sirtu.
2. Pekerjaan eksplorasi meliputi:- Pemetaan geologi lokal- Pemetaan
topografi- Perhitungan Potensi Sumberdaya dan Cadangan
3. Materai tersuspensi setiap harinya 8,771 M3/ Hari.
4. Sumber daya Terunjuk pada wilayah prospek IUP PT. Prima lestari
Sejahtera Gemilang Sebesar 1.059.968 M3
5. Cadangan Terkira untuk wilayah prospek dengan luas 19 Ha adalah
1.059.968 M3

PT. PRIMA LESTARI SEJAHTERA GEMILANG 55

Anda mungkin juga menyukai