Anda di halaman 1dari 25

PAPARAN PROSES BISNIS TIMAH DI PT.

TIMAH DAN AKTIVITAS


PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. KALTIM PRIMA COAL

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN


Disusun Sebagai Syarat Memenuhi Kurikulum Mata Kuliah Kuliah Kerja
Lapangan Pada Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

Disusun Oleh:
KELOMPOK 3

1. Ahya Imanul Ramdani Sikumbang (03021281924048)


2. Andre Prayoga (03021281924110)
3. Muhammad Alfattah Yahya (03021281924040)
4. Rido Surrahman (03021181924004)

Kampus : Indralaya
Kelas : B

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana atas
limpahan rahmat, nikmat, berikan serta karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan Kulia Kerja Laporan (KKL) dengan baik dan lancar.
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang telah diprogramkan oleh perguruan tinggi
ini memang bertujuan dalam memberikan pengalaman dan wawasan kepada
mahasiswa mengenal gambaran aktivitas yang ada di beberapa perusahaan.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang
didapatkan mahasiswa harapannya dapat memberikan gambaran kedepannya
mengenai aktivitas pertambangan sehingga ilmu yang didapat di kuliah dapat
diterapkan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 15-23 Oktober 2021.
Dengan selesainya penulisan laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini,
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Eddy Ibrahim, M.S, selaku Ketua Jurusan Teknik
Pertambangan Universitas Sriwijaya
2. Bimbi Cahyaningsih, S.T., M.T., Alek Al Hadi, S.T., M.T., RR. Yunita
Bayu Ningsih, S.T., M.T., dan Harry Waristian, S.T., M.T.,selaku dosen
pendamping serta pembimbing Kuliah Kerja Lapangan.
3. Semua pihak yang membantu baik ketika Kuliah Kerja Lapangan maupun
dalam menyusun laporan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangatlah diharapkan, sehingga penulisdapat
memperbaikinya di kemudian hari. Dan harapannya semoga laporan ini dapat
bermanfaat.

Indralaya, 18 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...........................................................................................................i


Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Batasan Masalah ...........................................................................................1
1.4 Maksud dan Tujuan ......................................................................................2
1.5 Metode Penulisan .........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 PT. Timah .....................................................................................................3
2.2 Timah ...........................................................................................................5
2.3 Proses Bisnis PT. Timah Tbk .......................................................................6
2.4 PT. Kaltim Prima Coal .................................................................................7
2.5 Batubara .......................................................................................................8
2.6 Aktivitas Penambangan PT. Kaltim Prima Coal ........................................11

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

LAMPIRAN ..........................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai mahasiswa sudah seharusnya mempersiapkan diri untuk terjun
langsung ke dalam dunia kerja, sesuai dengan bidangnya masing masing. Dengan
adanya Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dapat membentuk pengalaman awal yang
berperan untuk mengetahui implementasi dari ilmu ilmu yang didapat selama
perkuliahan dalam dunia kerja. Kuliah Kerja Lapangan merupakan salah satu
penilaian dan menjadi mata kuliah yang wajib diikuti bagi setiap mahasiswaJurusan
Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Adanya kerjasama antara perguruan tinggi dan instansi/industri terkait
menjadi aspek yang sangat penting dalam mewujudkan Kuliah Kerja Lapangan
(KKL) ini, agar dapat membantu dalam menghasilkan sarjana teknik yang bermutu
dan memiliki standar yang tinggi, terutama bagi Teknik Pertambangan.
Webinar Kuliah Kerja Praktek pada PT. Timah dilakukan pada tanggal 15
Oktober 2021 dan PT. Kaltim Prima Coal dilakukan pada tanggal 23 Oktober 2021.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas, maka dapat diambil pokok
permasalahan yaitu bagaimana proses bisnis di Perusahaan Timah dan Aktivitas
Penambangan pada Perusahaan Kaltim Prima Coal?

1.3 Batasan Masalah

Batasan masalah dari penulisan Laporan Kuliah Kerja lapangan (KKL) ini
adalah membahas mengenai proses bisnis timah di PT. Timah dan Aktivitas
Penambangan di PT. Kaltim Prima Coal.

1
1.4 Maksud dan Tujuan

Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah salah satu sarana bagi mahasiswa untuk
mencari informasi dan mengenal keadaan tambang yang sesungguhnya. Tujuan lain
dari kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah memberikan pengalaman
kepada mahasiswa untuk melihat aplikasi dari teori yang disampaikanselama masa
perkuliahan. Dengan adanya kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat
mempersiapkan diri dalam menghadapi kondisi lapangan dan meningkatkan
kualitas diri masing - masing individu.

1.5 Metode Penulisan

Dalam penulisan dan penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini,
penulis menerapkan metode dialog, pemaparan dari narasumber, mendengar
penjelasan yang diberikan baik oleh dosen pembimbing maupun serta studi literatur
yang terkait di internet pada masing masing website resmi perusahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PT. Timah Tbk

PT Timah Tbk mewarisi sejarah panjang usaha pertambangan timah di


Indonesia yang sudah berlangsung lebih dari 200 tahun. Sumber daya mineral timah
di Indonesia ditemukan tersebar di daratan dan perairan sekitar pulau- pulau
Bangka, Belitung, Singkep, Karimun dan Kundur.

Pada masa kolonial, pertambangan timah di Bangka dikelola oleh badan


usaha pemerintah kolonial Banka Tinwinning Bedrijf (BTW). Di Belitung dan
Singkep dilakukan oleh perusahaan swasta Belanda, masing-masing
Gemeeenschappelijke Mijnbouw Maatschappij Biliton (GMB, kini BHP) dan NV
Singkep Tin Exploitatie Maatschappij (NV SITEM).

Setelah kemerdekaan R.I., ketiga perusahaan Belanda tersebut


dinasionalisasikan antara tahun 1953-1958 menjadi tiga Perusahaan Negara yang
terpisah. Pada tahun 1961 dibentuk Badan Pimpinan Umum Perusahaan Tambang-
tambang Timah Negara (BPU PN Tambang Timah) untuk mengkoordinasikan
ketiga perusahaan negara tersebut, pada tahun 1968, ketiga perusahaan negara dan
BPU tersebut digabung menjadi satu perusahaan yaitu Perusahaan Negara (PN)
Tambang Timah.

Dengan diberlakukannya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 dan Peraturan


Pemerintah No. 19 Tahun 1969, pada tahun 1976 status PN Tambang Timah
dan Proyek Peleburan Timah Mentok diubah menjadi bentuk Perusahaan Perseroan
(Persero) yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia dan
namanya diubah menjadi PT Tambang Timah (Persero).

Krisis industri timah dunia akibat hancurnya the International Tin Council
(ITC) sejak tahun 1985 memicu perusahaan untuk melakukan perubahanmendasar
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Restrukturisasi perusahaan yang
dilakukan dalam kurun 1991-1995, yang meliputi program- program reorganisasi,
relokasi Kantor Pusat ke Pangkalpinang, rekonstruksi

3
peralatan pokok dan penunjang produksi, serta penglepasan aset dan fungsi yang
tidak berkaitan dengan usaha pokok perusahaan.

Restrukturisasi perusahaan berhasil memulihkan kesehatan dan daya saing


perusahaan, menjadikan PT Timah (Persero) Tbk layak untuk diprivatisasikan
sebagian. PT Timah (Persero) Tbk melakukan penawaran umum perdana di pasar
modal Indonesia dan internasional, dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan the London Stock Exchange pada tanggal 19
Oktober 1995. Sejak itu, 35% saham perusahaan dimiliki oleh masyarakat dalam
dan luar negeri, dan 65% sahamnya masih dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.

Untuk memfasilitasi strategi pertumbuhan melalui diversifikasi usaha, pada


tahun 1998 PT Timah (Persero) Tbk melakukan reorganisasi kelompok usaha
dengan memisahkan operasi perusahaan ke dalam 3 (tiga) anak perusahaan, yang
secara praktis menempatkan PT Timah (Persero) Tbk menjadi induk perusahaan
(holding company) dan memperluas cakupan usahanya ke bidangpertambangan,
industri, keteknikan, dan perdagangan.

Saat ini PT Timah Tbk dikenal sebagai perusahaan penghasil logam timah
terbesar di dunia dan sedang dalam proses mengembangkan usahanya di luar
penambangan timah dengan tetap berpijak pada kompetensi yang dimiliki dan
dikembangkan.Pada tanggal 30 Juni 2020, perusahaan ini resmi menyerahkan
mayoritas saham PT. Rumah Sakit Bakti Timah yang mengelola dua Rumah Sakit
Bakti Timah di Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka Barat, ke PT.
Pertamina Bina Medika, sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk menyatukan
kepemilikan semua rumah sakit yang dimiliki oleh BUMN.

2.2 Timah
Timah atau timah putih dan stannum dalam bahasa latin ialah sebuahunsur
kimia dalam tabel periodik yang mempunyai simbol Sn dan nomor atom 50.Timah
termasuk logam pasca-transisi di kelompok 14 di dalam tabel periodik. Timah
merupakan jenis elemen ke 49 yang paling banyak melimpah di bumi ini,

4
serta memiliki 10 isotop yang stabil, jumlah terbesar dalam tabel periodik.
Karakteristik timah yaitu :
1. Simbol : Sn
2. Radius Atom : 1.62 Å
3. Volume Atom : 16.3 cm3/mol
4. Massa Atom : 118.71
5. Titik Didih : 2876 K
6. Radius Kovalensi : 1.41 Å
7. Struktur Kristal : tetragonal
8. Massa Jenis : 7.31 g/cm3
9. Konduktivitas Listrik : 8.7 x 106 ohm-1cm-1
10. Elektronegativitas : 1.96
11. Konfigurasi Elektron : [Kr]4d10 5s2p3
12. Formasi Entalpi : 7.2 kJ/mol
13. Konduktivitas Panas : 66.6 Wm-1K-1
14. Potensial Ionisasi : 7.344 V
15. Titik Lebur : 505.12 K
16. Bilangan Oksidasi : 4,2
17. Kapasitas Panas : 0.228 Jg-1K-1
18. Entalpi Penguapan : 290.37 kJ/mol

Bijih timah yang ditambang di Indonesia umumnya adalah dari jenis endapan
timah aluvial dan sering disebut sebagai endapan timah sekunder atau disebut timah
placer. Jenis bijih timah ini sudah terlepas dari endapan induknya yaitu timah
primer, dan oleh air diendapkan kembali di tempat lain yang lebih rendah. Timah
tidak di temukan didalam unsur bebasnya di bumi ini akan tetapi didapat dari
senyawaannya. Pada jenis timah saat ini, timah di dapat dari sebuah mineral
kasiterit ataupun tinstone. Kasiterit merupakan sebuah mineral oksida dari timah
SnO2, dengan kandungan timah berkisar 78%. Jadi, mineral utama yang terkandung
di dalam bijih timah adalah kasiterit, sedangkan mineral ikutannya adalah pirit,
kuarsa, zirkon, ilmenit, galena, bismut, arsenik, stibnit, kalkopirit, xenotim, dan
monasit.

5
Pemanfaatan timah dapat sebagai :
• Solder (47%)
• Chemicals (18%)
• Tinplate (13%)
• Baterai (9%)
• Copper Alloys (5%)
• Lain-lain (9%)

2.3 Proses Bisnis PT. Timah Tbk


Kegiatan pertambangan pada PT. Timah menerapkan Good Mining
Practice. Dimulai dari analisa kondisi geologi timah di Indonesia (Tin Belt Zone),
dimana batuan beku granitik sebagai batuan beku pembawa timah, lalu dicirikan
dengan kehadiran mineral Ilmenite dan Biotite dan Alterasi utama penciri
mineralisasi timah berupa Greissen dicirikan dengan hadirnya mineral muskovit
dan fluorite.

a. Studi Eksplorasi
Studi Eksplorasi dimulai dari studi literatur data/terdahulu seperti
survei geologi lalu akan dilanjutkan survei geofisika detil meliputi
survei resistivity dan magnetometer apabila di darat sedangkan di laut
menggunakan survei seismik. Lalu, akan diadakan pengukuran
menggunakan RC Boat, UAV (Unmanned Aerial Vehicle) dan
pengukuran Theodolite. Dilanjutkan, Pemboran dan hasilnya akan
dianalisa di laboratorium fisik menggunakan mikroskop, XRF (X-Ray
Fluoresence), Grinding, dan Press.

b. Studi Kelayakan Tambang


Studi Kelayakan adalah salah satu dari tahapan kegiatan usaha
pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek
yang berkaitan untuk menentukan kelayakan ekonomis dan teknis
usaha pertambangan, termasuk analisis mengenai dampak

6
lingkungan serta perencanaan pascatambang. Dimana, faktor pengubah
dalam peningkatan sumberdaya menjadi cadangan, yakni :
penambangan, pengolahan, metalurgi, ekonomi, pemasaran, hukumdan
perizinan, lingkungan, infrastruktur, sosial dan pemerintahan.

c. Penambangan
Penambangan pada PT. Timah terbagi menjadi 2, yakni penambangan
di laut dan darat. Penambangan dibawah laut menggunakan kapal
keruk/bucket wheel dredge dimana sistem operasinya dengan menggali
dan mengisap material lepas. Bersifat stasioner yang tetap, kondisi
cadangan adalah cadangan menerus dan kedalaman lebih dari
50 meter di atas permukaan laut. Lalu, menggunakan kapal isap
produksi dengan sistem operasinya menyedot material lepas, kondisi
cadangan untuk operasional KIP adalah cadangan spotted dan
kedalaman gali sampai dengan 60 meter. Ada juga menggunakan bore
hole mining dengan sistem operasinya menggali dan mengisap material
lepas, klasifikasi Cadangan untuk operasional BHM adalah cadangan
dengan OB tebal & ore body tipis (SR > 5), serta cadangan spotted,
kedalaman gali lebih dari 50 meter di atas permukaan laut. Sedangkan,
dipenambangan darat menggunakan tambang semprot diman kapasitas
pemindahan Tanah minimal 30 sd ≥ 100 m3/jam, cadangan luas dan
merata dengan ketebalan > 12 meter, umur Tambang minimal 2 tahun,
menggunakan Alat Berat berupa Excavator, Dozer, Dump Truck dan
kedalaman penggalian >25 meter.

d. Proses Pengolahan (Mineral Dressing) Timah


Tahap konsentrasi bijih timah merupakan operasi peningkatan kadar
timah dengan menggunakan peralatan seperti Jig Concentrator, palong
dan meja goyang. Bijih timah yang diolah memiliki kadar awalsekitar
30 sampai 65 persen Sn. Setelah melalui operasi pemisahan, kadar
timah minimum yang harus tercapai supaya dapat dipergunakan sebagai
umpan peleburan tahap pertama adalah sebesar 70 persen Sn.

7
e. Proses Peleburan (Smelting) Timah
Proses smelting merupakan proses reduksi dari konsentrat bijih
timah pada temperatur tinggimenjadi logam timah. Prinsip reduksi
adlah melepaskan ikatan oksigen yang terdapat mineral kasiterit.
Reduktor yang digunakan sebagai preduksi adalah gas CO.Ada dua
tahap dalam proses peleburan. Peleburan tahap I yang menghasilkan
timah kasar dan slag/terak. Peleburan tahap II yakni peleburan slag
sehingga menghasilkan hardhead dan slag II. Proses peleburan
berlangsung seharian (24jam ) dalam tanur guna menghindarikerusakan
pada tanur/refraktori. Umumnya terdapat tujuh buah tanur dalam
peleburan. Pada tiap tanur terdapat bagian bagian yang berfungsi
sebagai panel kontrol: single point temperature recorder, fuel oil
controller, pressure recorder, O2 analyzer,multipoint temperature
recorder dan combustion air controller. Udara panas yang dihembuskan
ke dalam mfurnace atau tanur berasal dari udara luar / atmosfer yang
dihisap oleh axial fan exhouster yang selanjutnya dilewatkan ke dalam
regenerator yang mengubahnya menjadi panas. Tahap awal peleburan
baik peleburan I dan II adalah proses charging yakni bahan baku bijih
timah atau slagI dimasukkan kedalam tanur melalui hopper furnace.
Dalam tanur terjadi proses reduksi dengan suhu 1100-15000C. Unsur
pengotor akan teroksidasi menjadi senyawa oksida seperti As2O3 yang
larut dalam timah cair. Sedangkan SnO tidak larut semua menjadi
logam timah murni namun adapula yang ikut ke dalam slag dan juga
dalam bentuk debu bersamaan dengan gas-gas lainnya. Setelah
peleburan selesai maka hasilnya dimasukkan ke foreheart untuk
melakukan proses tapping. Sn yang berhasil dipisahkan selanjutnya
dimasukkan kedalam float untuk dilakukan pendinginan /penurunan
temperatur hingga 4000oC sebelum dipindahkan ke dalam
ketel.sedangkan hardhead dimasukkan ke dalm flame oven untuk
diambil Sn dan timah besinya.

8
f. Proses Pemurnian (Extraction) Timah
1. Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik
lebur sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral
lain yang dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga logam
berharga dalam hal ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya
memiliki impurities yang amat sedikit, karena afinitas material yang
ditambahkan terhadap pengotor lebih besar dibanding Sn. Contoh
material lain yang ditambahkan untuk mengikat pengotor: serbuk
gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium untuk untuk
mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan penambahan sulfur
untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk CuS danNiS.
Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan kadar
hingga 99,92% (pada PT.Timah). Analisa kandungan impurities yang
tersisa juga diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai
keinginan, jika tidak dapat dilakukan proses refining ulang.

2. Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan
bantuan agar parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh
kualitas produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi
kadar Lead atau Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor
/impuritiesnya. Adapun prinsipnya adalah berhubungan dengan
temperatur eutectic Pb- Sn, pada saat eutectic temperature lead pada
solid solution berkisar 2,6% dan aakan menurun bersamaan dengan
kenaikan temperatur, dimana Sn akan meningkat kadarnya. Prinsip
utamanya adalah dengan mempertahankan temperatur yangmendekati
titik solidifikasi timah.

3. Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar
yang lebih tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99% (produk PT.

9
Timah: Four Nine). Proses ini melakukan prinsip elektrolisis atau
dikenal elektrorefining.Proses elektrorefining menggunakan larutan
elektrolit yang menyediakan logam dengan kadar kemurnian yang
sangat tinggi dengan dua komponen utama yaitu dua buah elektroda –
anoda dan katodanyang tercelup ke dalam bak elektrolisis.Proses
elektrorefining yang dilakukan PT.Timah menggunakan bangka four
nine (timah berkadar 99,99% ) yang disebut pula starter sheetsebagai
katodanya, berbentuk plat tipis sedangkan anodanya adalah ingot timah
yang beratnya berkisar 130 kg dan larutan elektrolitnya H2SO4.proses
pengendapan timah ke katoda terjadi karena adanya migrasidari
anoda menuju katoda yang disebabkan oleh adanya arus listrik yang
mengalir dengan voltase tertentu dan tidak terlalu besar.

g. Wilayah Pemasaran Logam Timah Perseroan


Kegiatan pemasaran mencakup kegiatan penjualan dan pendistribusian
logam timah. Pendistribusian logam timah hampir 95% dilaksanakan
untuk memenuhi pasar di luar negeri atau ekspor dan sebesar 5%
untuk memenuhi pasar domestik. Negara tujuan ekspor logam Timah
antara lain adalah wilayah Asia Pasifik yang meliputi Jepang, Kore
a, Taiwan, Cina dan Singapura, wilayah Eropa meliputi Inggris, Bela
nda, Prancis, Spanyol dan Italia serta Amerika dan Kanada.

h. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan


Tanggung Jawab Sosial Perusahaan/Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan bagian dari misi Perusahaan untuk memberikannilai
tambah bagi pemangku kepentingan dalam rangka terciptanya sinergi
yang baik, maju dan tumbuh bersama. Saat ini, CSR pada PT. Timah
terbagi menjadi 3, yakni Program Pendanaan Usaha MikroKecil (37%),
Program Bina Lingkungan (19%) dan Program Pengembangan
Pemberdayaan Masyarakat (44%). Dimana, untuk Program pendanaan
usaha mikro terdiri dari TINS Gallery, Galeri Serumpun Sebalai,
Program Pendanaan UMK, Pembuatan Video

10
Produksi Mitra Binaan dan Peningkatan Kualitas Mitra Binaan untuk
Naik Kelas. Untuk Program Bina Lingkungan terdiri dari Oto Sehat
(Timah Sekawa) dan TIMAH Go Sihat, Rumah Tinggal Layak Huni,
Bantuan korban bencana alam, Pendidikan dan pelatihan, Sarana
ibadah, Sosial Kemasyarakatan, Peningkatan kapasitas Mitra Binaan.
Untuk Program Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat terdiri dari
Fishing Ground, Tinskubator, Eco-Village Srimenanti, Entrepreneur
Lidi Nipah, Timah Mengajar, Program Beasiswa Timah “Pemali
Boarding School”, Budidaya Nanas Badau, Kebun percontohan
masyarakat lingkar tambang. Pada CSR lingkungan sendiri terbagi 2,
yakni didarat meliputi Kampung Reklamasi dan Kebun Percontohan
dan dilaut meliputi pemeliharaan biota laut.

2.4 PT. Kaltim Prima Coal

PT Kaltim Prima Coal adalah sebuah perusahaan penghasil batu bara


terbesar di Indonesia. Perusahaan ini adalah salah satu anak perusahaan dari
PT Bumi Resources (Tbk). Perusahaan ini berlokasi di daerah
Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.Perusahaan kaltim
prima coal adalah perusahaan pertambangan batubara yang berlokasi di
Sangatta, Kalimantan Timur, Indonesia. Kaltim prima coal mengelola salah
satu pertambangan open-pit terbesar di dunia.

PT Kaltim Prima Coal (KPC) adalah perusahaan yang bergerak dalam


bidang pertambangan dan pemasaran batubara untuk pelanggan industri
baik pasar ekspor maupun domestik.

Dari kantor pusat kaltim prima coal di Sangatta, Kabupaten Kutai


Timur, Propinsi Kalimatan Timur dan kantor perwakilan di Jakarta,
Samarinda, dan Balikpapan, KPC mengelola area konsesi pertambangan
dengan luas mencapai 84,938 hektar. Dengan didukung olehlebih dari 4.499
orang karyawan dan 21.000 personel dari kontraktor dan perusahaan terkait,
kapasitas produksi batubara KPC mencapai 70 juta ton per tahun.

11
2.5 Batubara

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya
adalah batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik,
utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses
pembatubaraan. Unsur-unsur utama batubara sendiri terdiri dari
karbon, hidrogen dan nitrogen dan oksigen. Batu bara juga adalah batuan
organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk. Analisis unsur memberikan rumus formula
empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk
antrasit.

Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara


disebut dengan istilah pembatubaraan (coalification). Secara ringkas ada 2
tahap proses yang terjadi, yakni:

• Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman


terdeposisi hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam
proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat oksidasi, dan gangguan
biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi)
dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
• Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit
menjadi bituminus dan akhirnya antrasit.

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh


tekanan, panas dan waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas:
antrasit, bituminus, sub-bituminus, lignit, dan gambut.

• Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam


berkilauan (luster) metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur
karbon (C) dengan kadar air kurang dari 8%.
• Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-
10% dari beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambangdi
Australia.

12
• Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh
karenanya menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan
dengan bituminus.
• Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang
mengandung air 35-75% dari beratnya.
• Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori
yang paling rendah.

Pada tahun 1996 diestimasikan terdapat sekitar satu exagram (1 × 1015


kg atau 1 triliun ton) total batu bara yang dapat ditambang menggunakan
teknologi tambang saat ini, diperkirakan setengahnya merupakan batu bara
keras. Nilai energi dari semua batu bara dunia adalah
290 zettajoules.[23] Dengan konsumsi global saat ini adalah 15terawatt,[24]
terdapat cukup batu bara untuk menyediakan energi bagi seluruh dunia
untuk 600 tahun. British Petroleum, pada Laporan Tahunan 2006,
memperkirakan pada akhir 2005, terdapat 909.064 juta ton cadangan batu
bara dunia yang terbukti (9,236 × 1014 kg), atau cukup untuk 155 tahun
(cadangan ke rasio produksi). Angka ini hanya cadangan yang
diklasifikasikan terbukti, program bor eksplorasi oleh perusahaan tambang,
terutama sekali daerah yang di bawah eksplorasi, terus memberikan
cadangan baru. Sedangkan untuk cadangan batubara yang tersedia di
Indonesia adalah 38,84 Miliar Ton dengan cadangan sebesar itumasih cukup
digunakan hingga 65 tahun ke depan.

2.6 Aktivitas Penambangan di PT. Kaltim Prima Coal


a. Perencanaan Tambang di PT. Kaltim Prima Coal
Dalam suatu kegiatan operasional suatu perusahaan dalam bidang
apapun, sebuah perencanaan yang matang dan terintegrasi sangatlah
dibutuhkan guna menjamin kemajuan perusahaan tersebut, tak
terkecuali operasional perusahaan pertambangan. Sebuah
perusahaan pertambangan yang baik dan profesional pasti memiliki
suatu departemen atau divisi khusus untuk membuat suatu
perencanaan tambang (Mine Planning) lengkap dengan

13
infrastruktur penunjang. Dari sisi waktu eksekusi, suatu
perencanaan tambang dibagi menjadi 3 bagian :
1. Perencanaan Jangka Panjang (Long Term Plan)
Rencana jangka panjang ini biasanya mencakup perencanaan
tambang dan infrastruktumya minimal sampai 5-10 tahun
kedepan, Untuk beberapa pertambangan yang sudah
mendekati batas ijin kontrak karya dengan pemerintah,
biasanya perencanaan jangka panjang akan meliputi sampai
Life of Mine dan dilanjutkan dengan perencanaan
rehabilitasi pasca tambang. Perencanaan jangka panjang ini
diperlukan untuk perusahaan agar dapat melaporkan rencana
produksi perusahaan kepada Pemerintah khususnya
Kementrian ESDM selaku stakeholder dari semua
perusahaan pertambangan di Indonesia. Selain itu rencana
ini juga diperlukan oleh seluruh shareholder atau pemegang
saham untuk keperluan analisa bisnis komersial para
pemegang saham.
2. Perencanaan Jangka Menengah (Mid Term Plan)
Rencana jangka menengah ini adalah penterjemahan dari
pihak operasional tambang terhadap rencana jangka
panjang yang telah disusun. Rencana jangka menengah ini
hanya mencakup sampai 3-5 tahun kedepannya dan
diperlukan untuk membuat perkiraan biaya operasional dan
hasil yang akan dihasilkan oleh perusahaan tersebut selama
1 tahun kedepan.
3. Perencanaan Jangka Pendek (Short Term Plan)
Rencana jangka pendek ini adalah penterjemahan dari pihak
operasional tambang terhadap rencana jangka menengah
yang telah disusun. Rencana jangka pendek ini bersifat
harian dan rencana inilah yang menjadi acuan langsung dari
operasional lapangan seperti penempatan alat muat, alokasi
truk muat ke lokasi loading point, dan sebagainya.

14
Metode block modelling merupakan metode permodelan suatu
cadangan ke dalam bentuk penampang block by block yang dituangkan
dalam model 3 dimensi atau model 2 dimensi. Metode block modelling
dimanfaatkan untuk menganalisis dan melihat penyebaran jumlah cadangan
batubara dan overburden secara block by block, section by section, dan
elevation by elevation, sehingga dapat terlihat estimasi jumlahbatubara yang
didapat pada setiap range elevasinya. Block model ini akan menjadi salah
satu landasan dalam melakukan perencanaan produksi terutama dalam
melakukan simulasi scheduling untuk menentukan waktu mulai
diproduksinya batubara hingga mine out, selanjutnya hal ini akan
berpengaruh kepada laju aliran dana (cash flow) penambangan suatu pit.
Tambang terbuka adalah metode penambangan mineral berharga yang
dilakukan di atas permukaan bumi yang berkontak langsung dengan udara.
Block modelling merupakan metode permodelan cadangan berdasarkan
estimasi jumlah dari mineral berharga (dalam hal ini adalah batubara) dan
jumlah lapisan tanah penutup menjadi satu kesatuan block dengan kerapatan
tertentu. Bentuk geometri block ini dibagi kedalam tiga sumbu yaitu
northing atau sumbu ‘Y’, easting atau sumbu ‘X’ dan elevasi atau sumbu
‘Z’. Produktivitas alat mekanis merupakan kemampuan suatu alat mekanis
untuk melakukan kerja dalam satu satuan waktu yang dapat dinyatakan
dalam ton/ jam. Payload merupakan jumlah material dalam satuan ton yang
dapat dimuat penuh oleh sebuah truk. Waktu edar adalah waktu yang
diperlukan oleh suatu alat mekanis untuk melakukan satusiklus pekerjaan.
Alat gali muat adalah alat mekanis yang berfungsi menggali dan memuat
material ke alat angkut. Produktivitas alat mekanis merupakan kemampuan
suatu alat mekanis untuk melakukan kerja dalam satu satuan waktu yang
dapat dinyatakan dalam ton/ jam. Rumus produksi alat gali-muat (Pers.1)
dan rumus produksi alat angkut (Pers.2).

Produksi alat gali muat = PA (%) x UA (%) x Productivity x Waktu… (1)

Produksi alat angkut = PA (%) x UA (%) x 60/CT x Payload x waktu… (2)

15
b. Produktivitas Penambangan Batubara
PT. Kaltim Prima Coal (PT. KPC) adalah perusahaan tambang batubara
yang berlokasi di Kabupaten Sangatta, Kalimantan Timur. PT. KPC
menerapkan sistem tambang terbuka dengan salah satu kegiatan
penambangannya ialah pengupasan lapisan overburden (tanah penutup)
untuk mengekspos batubara. Metode yang digunakan untuk membongkar
lapisan overburden adalah pengeboran dan peledakan. Material overburden
berupabroken selanjutnya akan digali dan dimuat oleh excavator. Jenis dan
tipe excavator yang digunakan adalah Hitachi EX3600B dengan kapasitas
bucket22 m3 dan excavator Liebherr R996B dengan kapasitas bucket 33 m3.
Material overburden diberai dengan cara peledakan. Fragmentasi hasil
peledakan harus homogen dan sesuai dengan kapasitas bucket
excavatoryang digunakan. Distribusi fragmentasi batuanditentukan oleh
geometri peledakan (burden, spacing, stemming, subdrilling, column
charge, dan kedalaman lubang ledak), struktur batuan, jenis bahan peledak.
Material hasil peledakan selanjutnya akan digali dengan excavator. Cycle
time excavator antara lain meliputi waktu gali, waktu swing isi, waktu
dumping, dan waktu swing dalam keadaan kosong. Produktivitas excavator
secara teoritis ditentukan menggunakan persamaan dibawah ini dengan
parameter -parameter antara lain cycle time (CT), kapasitas bucket (Kb),
bucket fill factor (Bff), efisiensi kerja (Ek), dan swell factor (SF).

Swell factor adalah faktor pengembangan material untuk menentukan


produktivitas excavator sebenarnya. Bucket fill factor adalah persentase
volume sesungguhnya yang dapat dimuatkedalam bucket dibandingkan
dengan kapasitas teoritisnya. Program dispatch minvu system
memungkinkan untuk menyediakan data produktvitas excavatorsesuai
kebutuhan dalam rentang waktu satu jam. Proses penambangan
dilaksanakan menggunakan truk dan shovel dengan metode open-pit.
Sejumlah pit-pit pertambangan dioperasikan oleh KPC dan para kontraktor
kami. Saat ini total fleet capacity KPC mencapai 545 juta BCM per tahun.

16
c. Optimasi Pengangkutan Batubara Menuju ROM
Batubara diangkut dari Sangatta pit ke stok Run of Mine (ROM) atau
langsung ke Coal Preparation Plant (CPP). Kapasitas Sangatta Coal
Preparation Plant penghancur kami sebesar 7.100 ton per jam denganWash
Plant Feed (batubara kotor) penghancur berkapasitas 300 ton per jam.
Ukuran nominal teratas batubara sebesar 50 mm. Mayoritas batubara ROM
adalah insitu abu rendah, bersih, dan langsung dihancur tanpa persiapan
lebih lanjut yang diperlukan. Sekitar 1,4 mtpa batubara kotor dari atap dan
lapisan lantai diproses melalui dense medium cyclone preparation plant.
ROM batubara dari pit Bengalon diangkut ke fasilitas penanganan batubara
Lubuk Tutung untuk dihancurkan dan ditimbun di fasilitas 2.500 ton per
jam. Sistem pengambilan sampel mekanik, detektor logam, Belt scales, dan
sensor temperatur yang terletak di belt conveyor di seluruh rantai batubara
digunakan untuk memantau kualitas produk dan kontiniu kuantitas.
d. CSR (Corporate Social Responsibility)
Untuk Corporate Social Responsibility (Tanggungjawab Sosial) pada
PT. Kaltim Prima Coal melakukan proses pembangunan daerah mengambil
peran sebagai katalisator. Untuk mendorong kemandirian wilayah,
khususnya ditingkat desa di sekitar tambang, maka tujuh bidang program
yang dirumuskan pada tahun 2003 tersebut, dalam implementasinya
disesuaikan dengan arah pembangunan daerah mulai daritingkat Kabupaten
sampai desa dengan juga memperhatikan berbagai issue nasional dan
internasional. Ke tujuh bidang program tersebut adalah:
• Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintah Desa dan
Masyarakat,
• Peningkatan Sanitasi dan Kesehatan Masyarakat
• Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan
• Pengembangan Agribisnis
• Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
• Pelestarian Alam dan Budaya
• Peningkatan Infrastruktur

17
Program pemanfaatan lahan pasca tambang yang sudah dimulai sejak tahun
2008 juga mengacu pada agenda pembangunan pemerintah. Diproyeksikan
program ini dapat menjadi penggerak perekonomian lokal dengan
memaksimalkan synergy dan kolaborasi antar pemangku kepentingan.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan Pada PT. Timah Tbk

1. Timah digunakan dengan berbagai cara di pabrik timah, solder dan pabrik
kimia; mulai dari baju anti api, sampai dengan pembuatan stabiliser pvc,
pestisida dan pengawet kayu.
2. PT. Timah melakukan Pendistribusian logam timah hampir 95%
dilaksanakan untuk memenuhi pasar di luar negeri atau ekspor dan sebesar
5% untuk memenuhi pasar domestik.

3. Metode penambangan yang dilakukan terbagi atas 2, yakni: Pertambangan


laut (menggunakan bucket wheel dredge, kapal isap produksi dan bore hole
mining) dan pertambangan darat (menggunakan tambang semprot).

4. PT ATD Makmur Mandiri hanya sebagai tempat pemurnian timah


sedangkan untuk proses ekspor dikembalikan lagi ke PT Timah Tbk, karena
hanya PT Timah Tbk yang mengantongi izin ekspor timah.

3.2 Kesimpulan Pada PT. Kaltim Prima Coal

1. Beberapa parameter dalam Pit Optimasi yaitu: Economic, Technical,


Constraint, Context Optimize Maximize. Untuk menghitung value yang
didapat, menggunakan rumus 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 = 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 − 𝐶𝑜𝑠𝑡.
2. Mine Planning Work Flow terdiri dari: Optimization – Pit Design – Pit
Reserving – Pit Scheduling – Dump Scheduling – Pit & Dump Sequencing
– Mine Rehabilitation – Data Reporting – Official Report.
3. Data-data yang dibutuhkan dalam Pit Scheduling antara lain: OB Removal
or Coal Mine, Equipment Selection, Working Space, Production Level,
Dump Balance.
4. Geometri Pit antara lain: Ramp (jalan tambang), Crest (tepi ataspenggalian),
Toe (tepi bawah), Bench/Berm, Slope (kemiringan lerengantara crest - toe).
Ada beberapa istilah di tambang yang perlu diketahui

19
yaitu: Loading point, Haul road, inpit dump, sump, side wall, high wall,
low wall, dump area, area reklamasi.
5. Alat-alat berat utama dan penunjang yang ada di PT.KPC yaitu:
a. Alat gali-muat batuan penutup: LIEBHERR R9800B, LIEBHERR
R996S/B, HITACHI EX3600B
b. Alat angkut batuan penutup: HITACHI EUCLID EH4500/5000,
CATERPILLAR 789D, CATERPILLAR 785
c. Alat gali-muat batubara: HITACHI EX2500B, LIEBHERR
R984C, CAT 6015B
d. Alat angkut batubara: CATERPILLAR 785 CB, KOMATSU HD
785, CATERPILLAR 777
Alat penunjang: Dozer, Motor grader, small backhoe, lampu penerangan,
pompa, truck air.

6. Mine Plan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:


a. Short Term Mine Plan (berfokus pada masa produksi satu sampai
dua tahun)
b. Medium Term Mine Plan (dikenal sebagai "Rencana Operasi Lima
Tahun Tambang", yang menyangkut periode yang lebih pendek dari
3 sampai 5 tahun)
c. Long Term Mine Plan (biasanya dikenal sebagai "RencanaTambang
Strategis" yang dapat mencakup jangka waktu 5 hingga 10 tahun
atau hingga 20 tahun)

20
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.https://kpc.co.id/id/operasi/. (Diakses Pada Tanggal 15 Februari 2022)


Anonim. https://modi.minerba.esdm.go.id/portal/detailPerusahaan/745. (Diakses
Pada Tanggal 15 Februari 2022)
Arif, A. Taufik, 2014. Pengolahan Bahan Galian (Mineral Dressing). Buku Ajar
Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Sumatera
Selatan.
Burt, R. O. 1984. Gravity Concentration Technology. Elsevier : Amsterdam.
Graha, Dodi. S. 1987. Batuan dan Mineral. Nova : Bandung.
Ikshan,M., Mukiat dan Bochori.2016. Penerapan Block Modelling Dalam Perencanaan
Tingkat Produksi Batubara Di Pit Kuskus Departemen Hatari Pt. Kaltim Prima
Coal Provinsi Kalimantan Timur.(Online).
https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/mining/article/download/3815/1933.(Diaks
es Pada Tanggal 14 Februari 2022).
Indonesianto, Y. (2013). Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta: CV. Awan Poetih.
Purnomo, eko priyo 2016. (2016). Implementasi CRS (Corporate SocialResponsibility)
PT. Agung Perdana Dalam Mengurangi Dampak Kerusakan Lingkungan. Jurnal
Ilmu Pemerintahan & Kebijakan Publik, 3(2), 204–225.

21
LAMPIRAN

22

Anda mungkin juga menyukai