Disusun Oleh :
Muhammad Aldi (221068)
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Pembatasan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PT. Vale Indonesia Tbk.Soroako.................................................................3
2.1 Gambaran Umum PT. Vale Indonesia Tbk.Soroako......................................3
2.2 Proses Rekondisi Motor Induksi 3 Fasa.........................................................5
BAB III MOTOR INDUKSI 3 FASA......................................................................7
3.1 Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa...............................................................7
3.2 Slip dan Frekunsi Rotor.................................................................................9
3.3 Pengaturan kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa..........................................10
3.4 Bentuk Kumparan Stator..............................................................................11
3.5 Gangguan pada Motor Listrik......................................................................11
3.6 Keuntungan Motor Induksi 3 Fasa...............................................................12
3.7 Kelemahan Motor Induksi 3 Fasa................................................................12
BAB IV REKONDISI MOTOR INDUKSI 3 FASA.............................................13
4.1 Planning.......................................................................................................13
4.2 Dismantling..................................................................................................13
4.2.1 Pembongkaran Motor............................................................................14
4.2.2 Evaluasi............................................................................................15
4.2.3 Pencabutan Gulungan Stator.................................................................17
4.2.4 Pendataan kerusakan Motor..................................................................18
4.3 Cleaning.......................................................................................................18
4.3.1 Perbaikan kern Stator............................................................................19
4.4 Rewinding....................................................................................................20
4.4.1 Membuat dan memasang isolasi pada slot............................................20
4.4.2 Membuat lilitan dan memasukan gulungan pada slot...........................21
ii
4.4.3 Menyambung gulungan dan mengikat kepala line...............................22
4.4.4 Mengukur hasil Tahanan Dalam Setelah di Rewinding........................22
4.4.5 Varnishing atau Pengelakan Kumparan Stator......................................23
4.5 Assembling...................................................................................................23
4.6 Testing..........................................................................................................26
BAB V PENUTUP.................................................................................................29
5.1 Kesimpulan..................................................................................................29
5.2 Saran.............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang yang
sedang ditekuni.
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
v
I.2 Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penyusunan laporan kerja praktik ini, agar
pembahasan menjadi terarah dan tidak meluas maka penulis membatasi
permasalahan yang dibahas. Adapun pembatasan masalahnya yaitu laporan
ini hanya dilakukan pada rekondisi dan analisa kerusakan dan motor
induksi 3 fasa.
I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah
mengetahui secara umum prinsip kerja, dapat menganalisa kerusakan dan
perbaikan pada mesin listrik, khususnya motor induksi 3 fasa.
vi
BAB II
PT. Vale Indonesia Tbk.Soroako
vii
Pada tahun 1967, pemerintah mengundang perusahaan –
perusahaan dari seluruh dunia untuk mengajukan proposal bagi explorasi
dan pengembangan endapan mineral di pulau Sulawesi. INCO LIMITED
mengirim tim ahli geologi ke Sulawesi Selatan untuk mengumpulkan data
dan menjelaskan kemampuan-kemampuann INCO.
Pada bulan Januari 1968, PT. VALE Indonesia, Tbk terpilih dari
enam perusahaan untuk merundingkan sebuah kontrak karya dan pada
tanggal 25 Juli 1968 akta pendirian disahkan dan didaftarkan,dan dari
sinilah sebuah perusahaan baru mula – mula terbentuk yang di beri nama
PT. VALE Indonesia, Tbk dan pada tanggal 27 Juli 1968, kontrak karya di
tanda tangani oleh Pemerintah Republik Indonesia dan PT. VALE
Indonesia, Tbk sendiri. Kegiatan eksplorasi berskala penuh dimulai
segera setelah penandatanganan Kontrak Karya. Daerah explorasi
mula-mula seluas 6,6 juta hektar yang mencakup beberapa bagian dari
tiga propinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Tenggara. Tes pemboran di daerah Pomalaa merupakan awal ahli
teknologi yaitu ketika ahli-ahli geologi dari INCO LIMITED mulai
mendidik rekan-rekan kerjanya
viii
Gambar 2. 4 Kontrak karya PT Vale
Pada laporan ini saya akan membahas tentang analisa kerusakan dan
perbaikan pada motor induksi 3 fasa. Rekondisi motor biasanya hanya
dilakuakan sebagai tindakan awal, perawatan dan pencegahan kerusakan
motor agar motor terus dalam kondisi yang optimal sehingga tidak
mengurangi produksi.
ix
Aktivitas Rewending bersifat opsional hanya dilakukan apabila
ditemukan stator pada motor terbakar ataupun hubungan singkat pada
belitan stator melalui fluks yang bocor.
Assembling
Testing
x
BAB III
MOTOR INDUKSI 3 FASA
xi
Pada rotor tedapat lilitan, sehingga, pada lilitan rotor tersebut
terbentuk ggl induksi. Lilitan rotor motor induksi biasanya dihubung
singkat untuk rotor sangkar, maka pada rotor tersebut akan mengalir arus
yang cukup tinggi yaitu arus starting. Lalu pada lilitan rotor terbentuk
suatu gaya yang dapat memutar rotor mengikuti medan putar stator.
Putaran rotor selalu mempunyai arus yang sama dengan arah putaran
medan magnit stator.
xii
Gambar 3. 2 Prinsip Penghasilan Medan Putar Motor Induksi 3 Fasa
Ns−NR
SLIP= X 100%
Ns
Dimana:
Ns = 120.f/P
Dimana:
f = Frekuensi Motor
P = Jumlah Kutub
xiii
Perbedaan kecepatan medan putar stator dengan putaran rotor biasa
disebut slip. Apabila terjadi penambahan beban, maka akan
mengakibatkan naiknya kopel motor dan selanjutnya akan memperbesar
arus induksi pada bagian rotor.
Slip Mutlak = Ns – Nr
xiv
III.3 Pengaturan kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa
Motor induksi akan berputar pada kecepatan konstan saat
dihubungkan pada tegangan dan frekuensi yang konstan, kecepatannya
sangat mendekati kecepatan sinkronnya.
C.Kumparan Gelombang/wave
xv
b.Kumparan sepusat (concentric) pada umumnya sistem ini banyak
digunakan untuk motor dan generator dengan kapasitas kecil. Walaupun
ada juga secara khusus motor – motor dengan kapasitas kecil
menggunakan kumparan dengan tipe spiral.
a) Gangguan-gangguan stator.
b) Gangguan-gangguan rotor.
c) Beban lebih (Overload).
d) Tegangan-tegangan suplai yang tidak seimbang termasuk mem-
fasa tunggal (single phasing).
e) Tegangan kurang (under voltage).
f) Starting fasa terbuka atau terbalik.
xvi
Effesiensi relatif tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat
sehingga rugi gesekan kecil.
Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir
tidak diperlukan.
BAB IV
REKONDISI MOTOR INDUKSI 3 FASA
IV.1 Planning
Pada tahap ini motor listrik 20 HP (motor pompa sulfur) dan motor
listrik 1,5 HP (motor vibrasi / CRM) yang datang ke shop akan didata dan
diperiksa oleh mekanik shop listrik saat datang ke shop listrik tersebut.
Proses yang terjadi saat motor listrik rusak datang adalah :
xvii
IV.2 Dismantling
Pada tahap ini, setelah motor di cek semua kelengkapannya sesuai
dengan WO, motor akan di cek apakah motor cukup direkondisi atau harus
diperbaiki. Cara pengecekan awalnya hanya dengan mengukur tahanan
pada terminal motor, apabila tahanan masih pada batas wajar maka tidak
perlu dilakukan proses rewinding. Dari pengukuran tahanan dapat
disimpulkan apakah motor tersebut terbakar atau tidak, karena jika tahanan
dalam dan tahanan isolasinya mendekati 0 pasti motor tersebut sudah
terbakar dan perlu perbaikan.
Gambar 4. 1 Motor 20 HP
1. Lepaskan baut yang ada pada bagian penutup rangka motor dengan
menggunakan kunci pass ring.
xviii
2. Bila baut sudah dilepas semuanya, gunakan palu plastik untuk
mendorong / memukul cover motor dari body motor.
1. Lepaskan baut yang ada pada bagian penutup rangka motor dengan
menggunakan kunci pass ring.
xix
2. Bila baut sudah dilepas semuanya, gunakan palu plastik untuk
mendorong / memukul cover motor dari body motor.
4.2.2 Evaluasi
Kondisi yang sering menyebabkan overheat adalah
Jika terjadi phaseloss maka, dua phase yang lain akan dialiri arus
setidaknya 1.73X dari arus normal. Sehingga arus berlebih tersebut akan
menimbulkan panas yang akan membakar lilitan pada stator motor listrik
tersebut
xx
Arus stator sering dipakai gambaran sebagai berapa beban / load motor ,
tetapi mungkin dalam kondisi overvoltage. Kesalahan yang sering terjadi
ialah motor dioperasikan dalam kondisi overvoltage dgn maksud arus
turun dan harapanya juga panas turun. secara umum besar arus tidak boleh
lebih dari yg tercamtum di name-plate motor In atau I full load. Jika ada
tertulis Sf=1,15 artinya besar arus full-load boleh sebesar 1,15 x In dalam
waktu lama. Panas yang timbul dalam winding adalah fungsi kwadrat
arus,jadi In bertambah sedikit saja mengakibatkan peningkatan panas
besar. Ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor ruang tempat motor, ventilasi
panas matahari dan pendinginan juga tinggi dari permukaan laut.
xxi
Gambar 4. 10 Stator Terbakar
xxii
4.2.4 Pendataan kerusakan Motor
Setelah perbaiki dan tahu kerusakan motor, motor tersebut akan
didata dan ditulis dalam WO (Work Order) sehingga memudahkan pada
proses perbaikan selanjutnya yaitu rewinding.
IV.3 Cleaning
Pada proses ini semua part akan dicuci untuk membersikan dari
partikel-partikel debu merusak komponen lain ketika rotor berputar contoh
housing bearing ketika bergesakan terus menerus dengan partikel debu
dapat merusakan ukuran toleransi housing bearing tersebut dan juga
rembesan grease yang masuk stator yang menyebabkan kelembapan.
xxiii
Gambar 4. 15 Pencucian Stator Setelah di Bakar
IV.4 Rewinding
proses selanjutnya ada pada tahap rewinding /mengulung ulang
lilitan atau kumparan stator motor listrik yang terbakar. Lilitan yang
terbakar tidak bisa dipakai kembali sehingga harus ditopong pada tahap
xxiv
dismantling dan dibuat susunan kawat yang baru pada tahap rewinding ini.
Pada tahap ini diperlukan ketelitian dan kesabaran agar tidak terjadi
kesalahan, karena jika itu terjadi maka yang dihasilkan tidak sesuai dengan
karakteristik motor listrik sebelum terjadi kerusakan.
xxv
lebar) dari kumparan yang akan dibuat dengan cara meletakkan kawat
tembaga ke slot alur motor. Kemudian cetakan yang sudah dibuat
digunakan untuk mempermudah memasukkan kawat kedalam slot.
xxvi
tahap di Dismantling. Dari hasil pengukuran dengan alat ukur digital di
dapatkan data bahwa hasil dari pengukuran tidak jauh berbeda nilai
tahanan tiap fasa nya dengan hasil dari perhitungan yang telah dilakukan.
xxvii
IV.5 Assembling
Tahap assembling ini merupakan tahap pemasangan kembali
peralatan motor listrik yang telah diperbaiki seperti semula. Pada tahap ini
diperlukan juga ketelitian dalam hal pemasangan kembali komponen
komponen motor induksi yang telah di bongkar dan juga telah selesai di
rewinding.
2. Pasang cover motor dan berikan grease pada housing dan bearing
agar mengurangi gesekan antara kompenen bearing elemen
gelinding dan jalur elemen gelinding itu sendiri (Raceway)
sehingga menambah umur pakai bearing tersebut.
xxviii
Gambar 4. 31 Pemasangan Cover Belakang
xxix
3) Pemasangan cover belakang dan cover depan motor
Dalam testing hal hal yang perlu diperhatikan dan diukur antara lain:
xxx
Gambar 4. 40 Nilai Tahanan Yang Baik
3. Pengukuran Rpm
Gambar 4. 45 Pengukuran
RPM
xxxi
Gambar 4. 46 Setelah di Rekondisi
3. Pengukuran Rpm
xxxii
korosi dengan cepat pada motor.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Proses perbaikan motor yang dilakukan di section Electric shop
dilakukan mulai dari prose Planning, Dismantling, Cleaning,
Assembling dan Testing
2. Dibutuhkan ketelitian dalam evaluasi atau pendataan kumparan stator
guna mendapatkan hasil rewinding yang sesuai dengan kumparan
stator yang sudah terbakar.
3. Proses rewinding motor yang tidak rapi menyebabkan motor cepat
panas ketika dioperasikan. Hal ini diakibatkan oleh lilitan kawat yang
kurang rapi dan saling menumpuk sehingga menimbulkan arus
berlebih pada kumparan stator.
4. Pada tahap Rewinding, modifikasi pada kumparan stator dan rotor
motor induksi jarang dilakukan. Pemodifan dilakukan apabila kawat
tembaga atau koil tidak ada di gudang. Jika dilakukan modifikasi
xxxiii
maka toleransi yang diperbolehkan untuk penggantian kawat tembaga
adalah ±0.03 mm.
5. Dalam setiap proses perbaikan motor induksi 3 fasa harus teliti dan
cermat dalam pengerjaanya karena dapat mempengaruhi kualitas
kerja.
V.2 Saran
1. Pada bagian Dismantling atau pembongkaran motor biasanya untuk
melepas koil bekas digunakan api, padahal membongkar dengan cara
membakar, sangat merugikan. Ini akan mengakibatkan core-plating
mengalami kerusakan, yang mengakibatkan timbulnya short core-
plating pada laminasi. Short pada laminasi menyebakan corelooses
besar. EATA memberikan pedoman, pemanasan tidak boleh lebih dari
360ºC.
2. Jangan menambah tahanan stator winding. Ukurlah diameter kawat
dengan teliti, setelah mengupas varnish coating, total penampang
jangan dikurangi, juga jumlah lilitan. Perubahan penampang dan
jumlah lilitan sangat mempengaruhi perubahan tahanan winding,
selanjutnya mengubah performance motor.
3. Selalu utamakan safety saat bekerja terutama dalam proses pencabutan
kawat setelah dibakar karena di situ debu-debu asbes berterbangan
yang dapat masuk ke saluran pernafasan sehingga menyebabkan
penyakit pada sistem pernafasan.
xxxiv
DAFTAR PUSTAKA
xxxv