Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

REKONDISI DAN ANALISA KERUSAKAN MOTOR


INDUKSI 3 FASA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kerja Praktik


Central Maintenance Electric shop
PP EPF / EPC DEPT.

Pengawas Electric Shop :


Achmad Suhaimi

Disusun Oleh :
Muhammad Aldi (221068)

PROGRAM STUDI PERWATAN DAN PERBAIKAN MESIN


AKADEMI TEKNIK SOROAKO
TAHUN 2023

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Pembatasan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PT. Vale Indonesia Tbk.Soroako.................................................................3
2.1 Gambaran Umum PT. Vale Indonesia Tbk.Soroako......................................3
2.2 Proses Rekondisi Motor Induksi 3 Fasa.........................................................5
BAB III MOTOR INDUKSI 3 FASA......................................................................7
3.1 Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa...............................................................7
3.2 Slip dan Frekunsi Rotor.................................................................................9
3.3 Pengaturan kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa..........................................10
3.4 Bentuk Kumparan Stator..............................................................................11
3.5 Gangguan pada Motor Listrik......................................................................11
3.6 Keuntungan Motor Induksi 3 Fasa...............................................................12
3.7 Kelemahan Motor Induksi 3 Fasa................................................................12
BAB IV REKONDISI MOTOR INDUKSI 3 FASA.............................................13
4.1 Planning.......................................................................................................13
4.2 Dismantling..................................................................................................13
4.2.1 Pembongkaran Motor............................................................................14
4.2.2 Evaluasi............................................................................................15
4.2.3 Pencabutan Gulungan Stator.................................................................17
4.2.4 Pendataan kerusakan Motor..................................................................18
4.3 Cleaning.......................................................................................................18
4.3.1 Perbaikan kern Stator............................................................................19
4.4 Rewinding....................................................................................................20
4.4.1 Membuat dan memasang isolasi pada slot............................................20
4.4.2 Membuat lilitan dan memasukan gulungan pada slot...........................21

ii
4.4.3 Menyambung gulungan dan mengikat kepala line...............................22
4.4.4 Mengukur hasil Tahanan Dalam Setelah di Rewinding........................22
4.4.5 Varnishing atau Pengelakan Kumparan Stator......................................23
4.5 Assembling...................................................................................................23
4.6 Testing..........................................................................................................26
BAB V PENUTUP.................................................................................................29
5.1 Kesimpulan..................................................................................................29
5.2 Saran.............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................31

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan penulis berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa menambah pengetahuan dan wawasan sesuai bidang yang
sedang ditekuni.

Penulis merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah


ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Wawondula,9 September 2023

Penulis

iv
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Dalam kurun waktu yang memasuki era global seperti saat ini Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi ( IPTEK ) kian bergerak sangat cepat maju ke
depan seiring dengan laju petumbuhan penduduk dan keinginan manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Negara - negara diseluruh belahan dunia terus belomba untuk


memajukan IPTEK agar bisa berkompeten terutama dalam bidang industri.
Berkembangnya IPTEK yang sangat pesat terus menerus menghasilkan
penemuan dan inovasi yang lebih canggih dan ekonomis sehingga
diperoleh efektifitas dan efisiensi yang baik dari sumber daya yang ada.

PT. Vale Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak


dibidang penambang dan pengolahan biji nikel berpusat di Soroako, Luwu
Timur, Sulawesi Selatan. PT. Vale Indonesia Tbk tumbuh menjadi salah
satu perusahan tambang mineral yang terkemuka, dengan komitmen
jangka panjang untuk berkontribusi positif terhadap pembangunan yang
berkelanjutan. Dalam perkembangannya terus berusaha meningkatkan
produktivitas, efisiensi serta kinerja perusahaan dengan mengutamakan
faktor keamanan dan keselamatan kerja bagi karyawan dalam proses
kegiatannya, dan juga dalam proses produksi yang dijalankan PT. Vale
Indonesia Tbk banyak sekali menggunakan mesin-mesin listrik yang juga
telah dilengkapi oleh aplikasi teknonologi mempermudah penggunaan
mesin listrik tersebut.

v
I.2 Pembatasan Masalah
Dalam melakukan penyusunan laporan kerja praktik ini, agar
pembahasan menjadi terarah dan tidak meluas maka penulis membatasi
permasalahan yang dibahas. Adapun pembatasan masalahnya yaitu laporan
ini hanya dilakukan pada rekondisi dan analisa kerusakan dan motor
induksi 3 fasa.

I.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah
mengetahui secara umum prinsip kerja, dapat menganalisa kerusakan dan
perbaikan pada mesin listrik, khususnya motor induksi 3 fasa.

vi
BAB II
PT. Vale Indonesia Tbk.Soroako

II.1 Gambaran Umum PT. Vale Indonesia Tbk.Soroako

Gambar 2. 1 Peta Lokasi PT VALE

Pada tahun 1901, Nikel mula-mula ditemukan oleh seorang


Belanda bernama“Kruyt” pada saat meneliti bijih besi di pegunungan
Verbeek, Sulawesi.Dan pada tahun1937, Seorang ahli geologi INCO
LIMITED bernama Flat Elves diundang oleh sebuah perusahaan
eksplorasi Belanda untuk melanjutkan studi endapan nikel laterit di
Sulawesi.

Gambar 2. 2 Endapan nikel laterit

vii
Pada tahun 1967, pemerintah mengundang perusahaan –
perusahaan dari seluruh dunia untuk mengajukan proposal bagi explorasi
dan pengembangan endapan mineral di pulau Sulawesi. INCO LIMITED
mengirim tim ahli geologi ke Sulawesi Selatan untuk mengumpulkan data
dan menjelaskan kemampuan-kemampuann INCO.

Gambar 2. 3 Tim eksplorasi PT Vale

Pada bulan Januari 1968, PT. VALE Indonesia, Tbk terpilih dari
enam perusahaan untuk merundingkan sebuah kontrak karya dan pada
tanggal 25 Juli 1968 akta pendirian disahkan dan didaftarkan,dan dari
sinilah sebuah perusahaan baru mula – mula terbentuk yang di beri nama
PT. VALE Indonesia, Tbk dan pada tanggal 27 Juli 1968, kontrak karya di
tanda tangani oleh Pemerintah Republik Indonesia dan PT. VALE
Indonesia, Tbk sendiri. Kegiatan eksplorasi berskala penuh dimulai
segera setelah penandatanganan Kontrak Karya. Daerah explorasi
mula-mula seluas 6,6 juta hektar yang mencakup beberapa bagian dari
tiga propinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Tenggara. Tes pemboran di daerah Pomalaa merupakan awal ahli
teknologi yaitu ketika ahli-ahli geologi dari INCO LIMITED mulai
mendidik rekan-rekan kerjanya

viii
Gambar 2. 4 Kontrak karya PT Vale

dari Indonesia begaimana secara sistematis mengambil contoh


endapan laterit dan menganalisanya.Pada tahun 1970 Contoh bijih dari
Sulawesi dalam jumlah besar pertama sebanyak 50 ton dikirim ke fasilitas
riset INCO Kanada di Port Colborne, Ontario. Sebuah pabrik Pereduksi-
Pelebur baru dalam skala kecil menunjukkan bahwa bahan dari Soroako
dapat diolah dengan hasil yang baik.Pada tahun 1971 Eksplorasi yang
dilakukan telah cukup guna memastikan bahwa endapan laterit di sekitar
Soroako mampu mendukung pabrik nikel yang besar.dan pada tahun
1973, Pembangunan satu jalur pengolahan pyrometalurgi dimulai di
Soroako.

II.2 Proses Rekondisi Motor Induksi 3 Fasa


Pada section Electrik Shop beberapa tahap yang harus dilakukan
sebelum perbaikan motor induksi 3 fasa dilakukan, kegiatan yang akan
dilakukan sesuai dengan permintaan user dan kondisi motor yang akan
diperbaiki.

Rekondisi adalah suatu tindakan untuk mengembalikan sesuatu ke


kondisi yang lebih baik atau mendekati baru dengan mengubah,
memperbaiki, atau mengganti bagian baru.

Pada laporan ini saya akan membahas tentang analisa kerusakan dan
perbaikan pada motor induksi 3 fasa. Rekondisi motor biasanya hanya
dilakuakan sebagai tindakan awal, perawatan dan pencegahan kerusakan
motor agar motor terus dalam kondisi yang optimal sehingga tidak
mengurangi produksi.

Proses perbaikan motor induksi yang dilakukan oleh bagian


Electric Shop melalui beberapa tahap yaitu :

 Planning (Merencanakan dan Cek Kelengkapan Dokumen Kerja)


 Dismantling (Evaluasi kerusakan)
 Cleaning
 Rewinding (Penggulungan Ulang Belitan Motor)

ix
Aktivitas Rewending bersifat opsional hanya dilakukan apabila
ditemukan stator pada motor terbakar ataupun hubungan singkat pada
belitan stator melalui fluks yang bocor.

 Assembling
 Testing

x
BAB III
MOTOR INDUKSI 3 FASA

III.1 Prinsip Kerja Motor Induksi 3 Fasa


Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (ac) yang paling
luas penggunaannya. Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa arus
rotor motor ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan
arus yang terinduksi sebagai akibat adanya perbedaan relative antara
putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic field) yang
dihasilkan oleh arus stator.

Gambar 3. 1 Bagian-bagian motor induksi

Belitan stator yang dihubungkan dengan suatu sumber tegangan


tiga fasa akan menghasilkan medan magnet yang berputar dengan
kecepatan sinkron (ns = 120f/2p).

xi
Pada rotor tedapat lilitan, sehingga, pada lilitan rotor tersebut
terbentuk ggl induksi. Lilitan rotor motor induksi biasanya dihubung
singkat untuk rotor sangkar, maka pada rotor tersebut akan mengalir arus
yang cukup tinggi yaitu arus starting. Lalu pada lilitan rotor terbentuk
suatu gaya yang dapat memutar rotor mengikuti medan putar stator.
Putaran rotor selalu mempunyai arus yang sama dengan arah putaran
medan magnit stator.

Di dalam kenyataannya bahwa putaran rotor lebih rendah dari


putaran medan statornya. Selisih putaran rotor dengan jumlah medan
statornya disebut slip (S). Jika dua belitan pada masing-masing fasa
dililitkan dalam arah yang sama. Sepanjang waktu, medan magnet yang
dihasilkan oleh setiap fasa akan tergantung kepada arus yang mengalir
melalui fasa tersebut. Jika arus listrik yang melalui fasa tersebut adalah nol
(zero), maka medan magnet yang dihasilkan akan nol pula. Jika arus
mengalir dengan harga maksimum, maka medan magnet berada pada
harga maksimum pula. Karena arus yang mengalir pada system tiga fasa
mempunyai perbedaan 120˚ , maka medan magnet yang dihasilkan juga
akan mempunyai perbedaan sudut sebesar 120˚ pula. Ketiga medan
magnet yang dihasilkan akan membentuk satu medan, yang akan beraksi
terhadap rotor. Untuk motor induksi, sebuah medan magnet diinduksikan
kepada rotor sesuai dengan polaritas medan magnet pada stator.
Karenanya, begitu medan magnet stator berputar, maka rotor juga berputar
agar bersesuaian dengan medan magnet stator.

Putaran medan magnet dijelaskan pada gambar di bawah dengan


“menghentikan” medan tersebut pada enam posisi. Tiga posisi ditandai
dengan interval 60˚ pada gelombang sinus yang mewakili arus yang
mengalir pada tiga fasa A,B, dan C.

xii
Gambar 3. 2 Prinsip Penghasilan Medan Putar Motor Induksi 3 Fasa

Kecepatan medan putar atau kecepatan sinkron dari suatu motor


dapat dicari dengan menggunakan Persamaan berikut :

Ns−NR
SLIP= X 100%
Ns

Dimana:

NS= kecepatan sinkron (rpm)

NR= kecepatan rotor (rpm)

Ns = 120.f/P

Dimana:

NS = Kecepatan sinkron (rpm)

f = Frekuensi Motor

P = Jumlah Kutub

III.2 Slip dan Frekunsi Rotor


Kumparan stator motor induksi tiga fasa bila dihubungkan dengan
suplai tegangan tiga fasa akan mengasilkan medan magnet yang berputar
dengan kecepatan sinkron sesuai dengan persamaan

Medan putar yang terjadi pada stator ini akan memotong


penghantar-penghantar yang ada pada bagian rotor, sehingga terinduksi
arus, dan sesuai dengan dengan Hukum Lorentz, sehingga rotor akan
berputar mengikuti putaran medan stator.

xiii
Perbedaan kecepatan medan putar stator dengan putaran rotor biasa
disebut slip. Apabila terjadi penambahan beban, maka akan
mengakibatkan naiknya kopel motor dan selanjutnya akan memperbesar
arus induksi pada bagian rotor.

Frekuensi rotor saat motor belum berputar nilainya akan sama


dengan frekuensi yang terjadi pada belitan stator, dan apabila sudah
berputar frekuensi rotornya akan sebanding dengan perubahan slip yang
terjadi pada motor tersebut.

Seperti telah dijelaskan diatas, putaran rotor tidak akan sama


dengan putaran medan stator, karena bila rotor berputar sama cepatnya
dengan medan stator, tidak akan timbul perbedaan kecepatan sehingga
tidak ada Ggl induksi yang timbul pada rotor, tidak ada arus dan tidak ada
kopel yang mendorong rotor.

Itulah sebabnya rotor selalu berputar pada kecepatan dibawah


kecepatan medan putar stator. Perbedaan kecepatan tergantung pada
besarnya beban motor. Slip mutlak menunjukkan kecepatan relatif rotor
terhadap medan putar.

Slip Mutlak = Ns – Nr

Slip (S) merupakan perbandingan slip mutlak terhadap Ns,


ditunjukkan per unit oleh hubungan :

Dalam keadaan diam, frekuensi rotor ( f2 ) sama besarnya dengan


frekuensi sumber tegangan, bila rotor berputar frekuensi rotor tergantung
pada besarnya kecepatan relatif atau slip mutlak. Hubungan antara
frekuensi dengan slip dapat dilihat sebagai berikut :

xiv
III.3 Pengaturan kecepatan Motor Induksi Tiga Fasa
Motor induksi akan berputar pada kecepatan konstan saat
dihubungkan pada tegangan dan frekuensi yang konstan, kecepatannya
sangat mendekati kecepatan sinkronnya.

Bila torsi beban bertambah, maka kecepatannya akan sedikit mengalami


penurunan, sehingga motor induksi sangat cocok digunakan
menggerakkan sistem yang membutuhkan kecepatan konstan. Namun
dalam kenyataannya terutama di industri terkadang dikehendaki juga
adanya pengaturan kecepatan.

Pengaturan kecepatan sebuah motor induksi memerlukan biaya


yang relatif mahal. Pengaturan kecepatan dapat dilakukan dengan
beberapa cara, seperti dengan mengubah jumlah kutub, mengatur tahanan
luar, mengatur tegangan jala-jala, dan mengatur frekuensi jala-jala.

III.4 Bentuk Kumparan Stator


Bentuk kumparan stator dari motor induksi 3 fasa dapat dibagi
menjadi 3 macam. Hal semacam ini tergantung dari cara melilitkan
kedalam alur alur stator

Gambar 3. 3 Bentuk Kuparan/Belitan


A.Kumparan Jerat (spiral)

B. Kumparan Sepusat (concentric)

C.Kumparan Gelombang/wave

Fungsi dari ketiga jenis kumparan tersebut adalah sebagai berikut :


a.Kumparan jerat (spiral) banyak digunakan untuk motor – motor
(generator) dengan kapasitas yang relatif besar. Umumnya untuk kelas
menengah keatas, walaupun secara khusus ada mesin listrik dengan
kapasitas yang besar, kumparan statornya menggunakan sistem konsentris

xv
b.Kumparan sepusat (concentric) pada umumnya sistem ini banyak
digunakan untuk motor dan generator dengan kapasitas kecil. Walaupun
ada juga secara khusus motor – motor dengan kapasitas kecil
menggunakan kumparan dengan tipe spiral.

c.Kumparan gelombang/wave winding untuk motor dengan belitan sistem


ini banyak digunakan kapasitor besar

III.5 Gangguan pada Motor Listrik


Gangguan listrik adalah kejadian yang tidak diinginkan dan
mengganggu kerja alat listrik. Akibat gangguan, peralatan listrik tidak
berfungsi dan sangat merugikan. Bahkan gangguan yang luas dapat
mengganggu keseluruhan kerja sistem produksi dan akan merugikan
perusahaan sekaligus pelanggan. Jenis gangguan listrik terjadi karena
berbagai penyebab, salah satunya kerusakan isolasi kabel. Gangguan stator
dapat disebabkan oleh temperatur yang tinggi pada inti dan belitan,
kontaminasi akibat minyak, kelembapan dan lain-lain.

Tipe-tipe gangguan elektrik dalam motor-motor adalah serupa


dengan tipe-tipe gangguan elektrik dari generator-generator. Oleh karena
itu, motor-motor secara umum diproteksi dari gangguan-gangguan berikut:

a) Gangguan-gangguan stator.
b) Gangguan-gangguan rotor.
c) Beban lebih (Overload).
d) Tegangan-tegangan suplai yang tidak seimbang termasuk mem-
fasa tunggal (single phasing).
e) Tegangan kurang (under voltage).
f) Starting fasa terbuka atau terbalik.

III.6 Keuntungan Motor Induksi 3 Fasa


 Konstruksi sangat kuat dan sederhana terutama bila motor dengan
rotor sangkar.
 Harganya relatif murah dan kehandalannya tinggi.

xvi
 Effesiensi relatif tinggi pada keadaan normal, tidak ada sikat
sehingga rugi gesekan kecil.
 Biaya pemeliharaan rendah karena pemeliharaan motor hampir
tidak diperlukan.

III.7 Kelemahan Motor Induksi 3 Fasa


 Kecepatan tidak mudah dikontrol
 Power faktor rendah pada beban ringan
 Arus start biasanya 5 sampai 7 kali dari arus nominal

BAB IV
REKONDISI MOTOR INDUKSI 3 FASA

IV.1 Planning
Pada tahap ini motor listrik 20 HP (motor pompa sulfur) dan motor
listrik 1,5 HP (motor vibrasi / CRM) yang datang ke shop akan didata dan
diperiksa oleh mekanik shop listrik saat datang ke shop listrik tersebut.
Proses yang terjadi saat motor listrik rusak datang adalah :

1. Cek spesifikasi dari mesin listrik tersebut


2. Cek kelengkapan yang ada pada mesin listrik tersebut
3. Menulis Work Order (WO) yang akan diberi pada pihak
Dismantling untuk proses selanjutnya

Setelah proses ini dilakukan, pekerja pada bagian dismantling


harus mengecek ulang kelengkapan dari motor listrik tersebut jangan
sampai ada kesalahan untuk menghindari keluhan user pada saat mesin
listrik sudah siap pakai dan dikembalikan.

xvii
IV.2 Dismantling
Pada tahap ini, setelah motor di cek semua kelengkapannya sesuai
dengan WO, motor akan di cek apakah motor cukup direkondisi atau harus
diperbaiki. Cara pengecekan awalnya hanya dengan mengukur tahanan
pada terminal motor, apabila tahanan masih pada batas wajar maka tidak
perlu dilakukan proses rewinding. Dari pengukuran tahanan dapat
disimpulkan apakah motor tersebut terbakar atau tidak, karena jika tahanan
dalam dan tahanan isolasinya mendekati 0 pasti motor tersebut sudah
terbakar dan perlu perbaikan.

Lalu setelah diukur tahanannya, proses dismantling/pembongkaran


dilakukan. Pembongkaran dilakukan sedetail mungkin seperti
membongkar stator, rotor, bearing, lilitan dan bagian lainnya untuk
mengetahui kerusakan yang terjadi pada motor. Hal yang biasa terjadi
adalah terbakarnya Belitan motor sehingga motor tidak dapat berjalan.

4.2.1 Pembongkaran Motor


Berikut ini langkah-langkah untuk membongkar motor :

 Motor Pompa sulfur (20 HP)

Gambar 4. 1 Motor 20 HP

1. Lepaskan baut yang ada pada bagian penutup rangka motor dengan
menggunakan kunci pass ring.

Gambar 4. 3 Pelepasan Baut Gambar 4. 2 Pelepasan Baut


Cover Belakang Cover Depan

xviii
2. Bila baut sudah dilepas semuanya, gunakan palu plastik untuk
mendorong / memukul cover motor dari body motor.

Gambar 4. 4 Gambar Pelepasan Cover

3. Setelah terbuka lepas bagian rotor dari rangka motornya.

Gambar 4. 5 Gambar Pelepasan Rotor

 Motor CRM (1,5 HP)

Gambar 4. 6 Motor CRM 1,5 HP

1. Lepaskan baut yang ada pada bagian penutup rangka motor dengan
menggunakan kunci pass ring.

xix
2. Bila baut sudah dilepas semuanya, gunakan palu plastik untuk
mendorong / memukul cover motor dari body motor.

Gambar 4. 8 Pelepasan Rotor Gambar 4. 7 Cover Motor

3. Setelah terbuka lepas bagian rotor dari rangka motornya.

4.2.2 Evaluasi
Kondisi yang sering menyebabkan overheat adalah

 Single Phassing atau Phasseloss

Single Phassing berarti salah satu dari 3 line supply terputus.


Kondisi phaseloss merupakan keadaan terburuk dari unbalance voltage.
Jika motor listrik beroperasi saat terjadi phaseloss, ia akan terus berusaha
berputar dengan daya yang sama untuk memutar beban. Motor listrik akan
terus berusaha memutar beban sampai motor terbakar atau starter trip.

Penyebab terjadinya phaseloss adalah sbb :

1. Loss kontak pada starter (MCCB/NFB, Contactor atau terminal).

2. Thermal Overload relay yang terputus salah satu fasanya.

3. Salah satu fuse terputus.

Jika terjadi phaseloss maka, dua phase yang lain akan dialiri arus
setidaknya 1.73X dari arus normal. Sehingga arus berlebih tersebut akan
menimbulkan panas yang akan membakar lilitan pada stator motor listrik
tersebut

 Beban Berlebih / Over Load

xx
Arus stator sering dipakai gambaran sebagai berapa beban / load motor ,
tetapi mungkin dalam kondisi overvoltage. Kesalahan yang sering terjadi
ialah motor dioperasikan dalam kondisi overvoltage dgn maksud arus
turun dan harapanya juga panas turun. secara umum besar arus tidak boleh
lebih dari yg tercamtum di name-plate motor In atau I full load. Jika ada
tertulis Sf=1,15 artinya besar arus full-load boleh sebesar 1,15 x In dalam
waktu lama. Panas yang timbul dalam winding adalah fungsi kwadrat
arus,jadi In bertambah sedikit saja mengakibatkan peningkatan panas
besar. Ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor ruang tempat motor, ventilasi
panas matahari dan pendinginan juga tinggi dari permukaan laut.

 Motor Pompa sulfur (20 HP)

Setelah dilakuan pembongkaran motor ini didapatkan hanya


lembab dan telah diukur menggunakan megger maka hanya perlu
dilakukan penggantian bearing dan juga stator di oven pada suhu 120 ˚F
selama ± 1 hari. Namun sebelum itu motor harus dicuci terlebih dahulu
menggunakan cairan kimia khusus untuk menghilangkan kotoran berupa
debu, grease yang berasal dari bearing masuk ke dalam stator.

Gambar 4. 9 Pengukuran Tahanan Motor

 Motor CRM (1,5 HP)

Setelah dilakuan pembongkaran motor ini didapatkan stator


terbakar maka perlu dilakukan penggantian bearing dan juga rewending
stator serta cover lead yang rusak maka perlu di order juga.

xxi
Gambar 4. 10 Stator Terbakar

4.2.3 Pencabutan Gulungan Stator


Pada tahap ini gulungan yang terbakar dicabut dan didata, dalam
berapa alur terdapat berapa grup dan dalam satu grup terdapat berapa koil,
dan dalam satu koil terdapat berapa lilitan yang akan dimasukan dalam
proses pendataan untuk tahap rewinding.

Gambar 4. 11 Pemotongan Belitan Yang Gambar 4. 12 Pemotongan Belitan


Masih Tersisa

Gambar 4. 13 Pembakaran Belitan

xxii
4.2.4 Pendataan kerusakan Motor
Setelah perbaiki dan tahu kerusakan motor, motor tersebut akan
didata dan ditulis dalam WO (Work Order) sehingga memudahkan pada
proses perbaikan selanjutnya yaitu rewinding.

Sebelum merewinding , pastikan nilai hambatan yang sesuai


dengan karakteristik motor menggunakan perhitungan, karena nilai dari
hambatan tidak bisa di ukur dengan alat ukur seperti multimeter karena
lilitan yang sudah terbakar.

Tahap selanjutnya pada evaluasi yaitu menentukan jumlah langkah,


jumlah kutub, jumlah grup , jenis sambungan , nilai RPM , Kumparan /
coil dan sistem kumparan.

IV.3 Cleaning
Pada proses ini semua part akan dicuci untuk membersikan dari
partikel-partikel debu merusak komponen lain ketika rotor berputar contoh
housing bearing ketika bergesakan terus menerus dengan partikel debu
dapat merusakan ukuran toleransi housing bearing tersebut dan juga
rembesan grease yang masuk stator yang menyebabkan kelembapan.

 Motor Pompa sulfur (20 HP)

Gambar 4. 14 Pencucian Part

 Motor CRM (1,5 HP)

xxiii
Gambar 4. 15 Pencucian Stator Setelah di Bakar

4.3.1 Perbaikan kern Stator


Setelah lilitan dicabut, kemungkinan terjadi kerusakan pada kern
cukup besar karena cara percabutan lilitan biasanya akan mengikis kern
sehingga harus dilakukan pengecatan ulang dengan cat isolasi pada kern
sehingga tidak tejadi hubung singkat.

Gambar 4. 16 Proses Pembersiahan Stator

Pertama-tama dilakukan pengamplasan, pangikiran untuk


menyingkirkan debu yang tertinggal dan sisa kotoran akibat pencabutan
lilitan kemudian stator disemprotkan udara bertekanan untuk
menghilangkan hasil pengikisan tadi. Lalu setelah itu stator yang sudah
bersih diberi cat isolator pada kern agar tidak terjadi short pada saat
penggunaan kembali.

Gambar 4. 17 Kern Stator Setelah di


Cat

IV.4 Rewinding
proses selanjutnya ada pada tahap rewinding /mengulung ulang
lilitan atau kumparan stator motor listrik yang terbakar. Lilitan yang
terbakar tidak bisa dipakai kembali sehingga harus ditopong pada tahap

xxiv
dismantling dan dibuat susunan kawat yang baru pada tahap rewinding ini.
Pada tahap ini diperlukan ketelitian dan kesabaran agar tidak terjadi
kesalahan, karena jika itu terjadi maka yang dihasilkan tidak sesuai dengan
karakteristik motor listrik sebelum terjadi kerusakan.

4.4.1 Membuat dan memasang isolasi pada slot


Setelah mengecek data yang ada dan sudah sesuai, tindakan
pertama yang harus dilakukan adalah memasang isolasi pada motor listrik
tersebut, isolator dipasang untuk menghindari adanya hubung singkat
antara lilitan dan kern pada stator. Stator yang akan diberi kumparan harus
dalam kondisi bersih dan sudah dipasangi oleh kertas isolasi dimana kertas
sudah dipotong dan ditekuk sesuai dengan ukuran slot alur dari stator.
Setelah kertas isolasi terpasang, tidakan selanjutnya adalah menggulung
kawat yang telah dibuat jadi lilitan dan memasangnya pada stator.

Gambar 4. 19 Bentuk Lipatan Gambar 4. 18 Liapatan Didalam Slot

4.4.2 Membuat lilitan dan memasukan gulungan pada slot


Dalam Pembuatan lilitan pada motor, kita perlu menyesuaikan
kawat tembaga sesuai spesifikasi awal motor yang sudah di cek oleh
bagian dismantling. Kemudian kawat diputar dengan alat pemutar, agar
jumlah lilitan sesuai.

Sebelum membuat gulungan data tentang type gulungan harus


diketahui untuk membuat kumparan dimana terdapat beberapa macam
kumparan yaitu kumparan gelombang. Selain itu harus menentukan
sambungannya baik sambungan seri, parallel, seri parallel. Setelah semua
peralatan dan data siap, pertama membuat cetakan bentuk (panjang dan

xxv
lebar) dari kumparan yang akan dibuat dengan cara meletakkan kawat
tembaga ke slot alur motor. Kemudian cetakan yang sudah dibuat
digunakan untuk mempermudah memasukkan kawat kedalam slot.

Gambar 4. 21 Penyiapan Gulungan Gambar 4. 20 Setelah di Gulung

4.4.3 Menyambung gulungan dan mengikat kepala line


Setelah semua kumparan masuk, kabel input dan input (kepala line
gulungan) dari kumparan dihubungkan satu sama lain tergantung dari jenis
sambungan yang diinginkan. Lalu setiap grup dari kumparan dipisah
dengan menggunakan kertas isolasi dan diikat agar tidak terjadi short
dengan rangka maupun dengan fasa yang lain.

Gambar 4. 23 Proses Pengikatan Gambar 4. 22 Pemasangan Bintang

4.4.4 Mengukur hasil Tahanan Dalam Setelah di Rewinding


Pada tahap ini merupakan tahap yang paling penting , dimana hasil
dari pengukuran sesuai atau tidak dengan perhitungan yang dilakukan saat

xxvi
tahap di Dismantling. Dari hasil pengukuran dengan alat ukur digital di
dapatkan data bahwa hasil dari pengukuran tidak jauh berbeda nilai
tahanan tiap fasa nya dengan hasil dari perhitungan yang telah dilakukan.

Gambar 4. 25 Proses Pengukuran Tahanan Gambar 4. 24 Hasil Pengukuran Tahanan

Winding resistance test bertujuan untuk mengetahui nilai deviasi


dari tahanan belitan stator. Dimana menurut standar EASA AR 100 nilai
deviasi dari tahanan belitan adalah ± 5%. Apabila nilai deviasi tahanan
belitan melebihi batas toleransi maka dapat menyebabkan unbalance
current.

4.4.5 Varnishing atau Pengelakan Kumparan Stator


Setelah proses rewinding dilakukan proses varnishing atau
pengelakan pada kumparan yaitu perendaman stator pada cairan yang
berfungsi sebagai isolasi. Setelah varnish kering dilakukan pengerukan
varnis dibagian lak alur. Seperti pada gambar dibawah

Gambar 4. 26 Proses Pengerukan


Gambar 4. 27 Pencelupan StatorPada Varnish

xxvii
IV.5 Assembling
Tahap assembling ini merupakan tahap pemasangan kembali
peralatan motor listrik yang telah diperbaiki seperti semula. Pada tahap ini
diperlukan juga ketelitian dalam hal pemasangan kembali komponen
komponen motor induksi yang telah di bongkar dan juga telah selesai di
rewinding.

 Motor Pompa sulfur (20 HP)


1. Pemasanagan Rotor terhadap stator namun sebelum itu pasang
bearing yang telah di order pada shaft rotor dengan memanaskan
bearing menggunakan induksi heater bearing pada suhu 100 – 120
derajat celcius agar mempermudah memasukkan bearing ke shaft.

Gambar 4. 28 Pemasangan Rotor

2. Pasang cover motor dan berikan grease pada housing dan bearing
agar mengurangi gesekan antara kompenen bearing elemen
gelinding dan jalur elemen gelinding itu sendiri (Raceway)
sehingga menambah umur pakai bearing tersebut.

Gambar 4. 30 Pemberian Grease Gambar 4. 29 Pemasangan Cover Belakang

xxviii
Gambar 4. 31 Pemasangan Cover Belakang

3. Pasang cover kabel lead, Koupling dan kipas pendingin motor


tersebut.

Gambar 4. 32 Pemasangan Cover Lead Gambar 4. 33 Saat Dipanaskan

Gambar 4. 34 Pemasangan Koupling

 Motor CRM (1,5 HP)


1) Pemasangan bearing deep grove ball bearing untuk bagian
belakang dan inner ring cylindrical roller bearing untuk belakang
pada rotor dengan menggunakan mesin press.

Gambar 4. 35 Pemasangan Bearing Belakang dan Inner Ring Bearing depan


Pada Rotor
2) Pemasangan outer ring cylindrical roller bearing pada housing /
cover motor dan pemberian pelumas.

Gambar 4. 36 Pemasangan Bearing Pada Housing

xxix
3) Pemasangan cover belakang dan cover depan motor

Gambar 4. 38 Pemasangan Rotor Gambar 4. 37 Pemasangan Cover


Motor
4) Terakhir jangan lupakan pemasangan snap ring luar

Gambar 4. 39 Pemasangan Snap


Ring
IV.6 Testing
Tahap testing ini merupakan tahap terakhir untuk proses perbaikan
motor, dimana setiap motor listrik yang sudah dipasang perlengkapannya
pada bagian assembling harus ditest sesuai dengan karakteristiknya.
Setelah di assembling motor yang sudah siap pakai di test di bagian
testing, pada bagian ini motor ditentukan sudah atau belom layak untuk
dikembalikan pada pabrik.

Dalam testing hal hal yang perlu diperhatikan dan diukur antara lain:

1. Tahanan isolasi masing masing fasa dengan ground


2. Tahanan isolasi antar fasa dengan fasa
3. Tahanan dalam
4. Besar arus yang mengalir tiap fasa pada saat pengetesan
5. Rpm motor
6. Tes tanpa beban

xxx
Gambar 4. 40 Nilai Tahanan Yang Baik

 Motor Pompa sulfur (20 HP)


1. Pengukuran IR

Gambar 4. 41 Hasil Pengukuran

2. Pengukuran arus tiap fasa

Gambar 4. 43 Fasa Gambar 4. 42 Fasa S


Gambar 4. 44 Fasa T
R

3. Pengukuran Rpm

Gambar 4. 45 Pengukuran
RPM

4. Setelah dipastikan sesuai maka tahap yakni pengecatan bertujan


untuk menambah estetika juga untuk mencagah terjadi karatan /
korosi dengan cepat pada motor.

xxxi
Gambar 4. 46 Setelah di Rekondisi

 Motor CRM (1,5 HP)


1. Pengukuran IR

Gambar 4. 47 Hasil Pengukuran Tahanan

2. Pengukuran Arus tiap fasa

Gambar 4. 50 Gambar 4. 48 Fasa Gambar 4. 49 Fasa


Fasa R S T

3. Pengukuran Rpm

Gambar 4. 51 Hasil Pengukuran RPM

4. Setelah dipastikan sesuai maka tahap yakni pengecatan bertujan


untuk menambah estetika juga untuk mencagah terjadi karatan /

xxxii
korosi dengan cepat pada motor.

Gambar 4. 52 Setelah di Rekondisi

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Proses perbaikan motor yang dilakukan di section Electric shop
dilakukan mulai dari prose Planning, Dismantling, Cleaning,
Assembling dan Testing
2. Dibutuhkan ketelitian dalam evaluasi atau pendataan kumparan stator
guna mendapatkan hasil rewinding yang sesuai dengan kumparan
stator yang sudah terbakar.
3. Proses rewinding motor yang tidak rapi menyebabkan motor cepat
panas ketika dioperasikan. Hal ini diakibatkan oleh lilitan kawat yang
kurang rapi dan saling menumpuk sehingga menimbulkan arus
berlebih pada kumparan stator.
4. Pada tahap Rewinding, modifikasi pada kumparan stator dan rotor
motor induksi jarang dilakukan. Pemodifan dilakukan apabila kawat
tembaga atau koil tidak ada di gudang. Jika dilakukan modifikasi

xxxiii
maka toleransi yang diperbolehkan untuk penggantian kawat tembaga
adalah ±0.03 mm.
5. Dalam setiap proses perbaikan motor induksi 3 fasa harus teliti dan
cermat dalam pengerjaanya karena dapat mempengaruhi kualitas
kerja.

V.2 Saran
1. Pada bagian Dismantling atau pembongkaran motor biasanya untuk
melepas koil bekas digunakan api, padahal membongkar dengan cara
membakar, sangat merugikan. Ini akan mengakibatkan core-plating
mengalami kerusakan, yang mengakibatkan timbulnya short core-
plating pada laminasi. Short pada laminasi menyebakan corelooses
besar. EATA memberikan pedoman, pemanasan tidak boleh lebih dari
360ºC.
2. Jangan menambah tahanan stator winding. Ukurlah diameter kawat
dengan teliti, setelah mengupas varnish coating, total penampang
jangan dikurangi, juga jumlah lilitan. Perubahan penampang dan
jumlah lilitan sangat mempengaruhi perubahan tahanan winding,
selanjutnya mengubah performance motor.
3. Selalu utamakan safety saat bekerja terutama dalam proses pencabutan
kawat setelah dibakar karena di situ debu-debu asbes berterbangan
yang dapat masuk ke saluran pernafasan sehingga menyebabkan
penyakit pada sistem pernafasan.

xxxiv
DAFTAR PUSTAKA

Ah Ro Ufun, B. R., Karyantanti, I. D., & Dewantara, B. Y. (2021). Deteksi


Gangguan Hubuung Singkat Belitan Stator Melalui Medan Magnet Di
Motor Induksi. Journal of Electrical and Engineering-UMSIDA, 89-102.

Pusdiklat. (2007). Materi Repair Motor LIstrik. Cilegon: PT Krakatau Steel.

Sumanto. (1993). Motor Listrik Arus Bolak-Balik. Yogyakarta: Andi Offset.


(Sihombing, 2015)

Pusdiklat. (2007). Materi Repair Motor LIstrik. Cilegon: PT Krakatau Steel.


Sihombing, D. (2015, November 22). Cara Kerja Motor Induksi. Diambil kembali
daridanielnugroho.com:
https://sediawallpaper.blogspot.com/2015/12/gambar-kumparan-motor-
induksi-3-fasa.html

Sejarah Vale Indonesia. (t.thn.). Diambil kembali dari vale.com:


https://www.vale.com/in/indonesia/sejarah-vale-di-indonesia

xxxv

Anda mungkin juga menyukai