Anda di halaman 1dari 19

Laporan Ujian Praktek Kimia

PEMBUATAN PESTISIDA ALAMI DARI BAWANG PUTIH

Disusun oleh :
Kelompok 10
Anggota : Widya anggraeni
Hasna nur maidah
Dina nurfauziah

Kelas : XII MIPA 5

SMAN 1 JALANCAGAK
2018/2019
1
LEMBARAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Judul Praktikum : Pembuatan Pestisida Alami dari Bawang Putih


Kelompok :4
Anggota : 1. Widya anggraneni
2. Hasna nur maidah
3. Dina nurfauziah

Kelas/Jurusan : XII Mipa 5

Mengetahui,

Kepala sekolah Guru pembimbing

Drs. Marso Madisman W., M.M.Pd W.HASYIM AN.S.PD.M,MPd NIP : NIP.


196111111985121002 NIP :1967101519881221003

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Segala Puji dan Syukur kami Ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahwasannya
kami telah menyelesaikan Laporan Ujian Praktek Kimia dengan judul “Pembuatan
Pestisida Alami Dari Bawang Putih”, walaupun banyak sekali hambatan dan kesulitan
yang kami hadapi dalam menyusun laporan ini, dan mungkin laporan ini masih terdapat

2
kekurangan dan belum bisa dikatakan sempurna dikarenakan keterbatasan kemampuan
kami.

Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak terutama Bapak W.Hasyim AN.,S.pd.M.M selaku guru mata
pelajaran kimia, maupun teman-teman sekalian supaya kami dapat lebih baik lagi dalam
menyusun sebuah laporan di kemudian hari, dan semoga laporan ini bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya.

Wassalmu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jalancagak, 26 februari 2020

Penulis

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ...........................................2


KATA PENGANTAR..................................................................................3
DAFTAR ISI..............................................................................................4
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................5

3
1.2 Identifikasi Masalah................................................................................6
1.3 Batasan Masalah.....................................................................................6
1.4 Rumusan Masalah...................................................................................6
1.5 Tujuan Penelitian....................................................................................6
1.6 Manfaat Penelitian.................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori.............................................................................................7
2.2 Hipotesis.................................................................................................10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian...............................................................11
3.2 Prosedur Pembuatan Pestisida Alami Dari Bawang Putih.....................12
BAB IV ANALISIS DATA
4.1 Data Pengamatan...................................................................................13
4.2 Pembahasan...........................................................................................14
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.............................................................................................15
5.2 Kritik dan Saran......................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16
LAMPIRAN.............................................................................................17
LEMBAR PENILAIAN...............................................................................18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pestisida merupakan senyawa kimia yang disusun untuk mengendalikan hama dan
penyakit yang menyerang tanaman. Di Indonesia pestisida sering digunakan untuk
mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman tetapi pada saat ini pestisida
banyak ditemukan residu khususnya di tanaman dan tanah sehingga menyebabkan

4
pencemaran lingkungan terutama pestisida kimia. Pada dasarnya pestisida dibagi menjadi 2
menurut jenisnya yaitu pestisida kimia dan pestisida alami atau nabati. Pestisida kimia
merupakan pestisida yang dibuat dari bahan kimia oleh manusia yang berguna dalam
pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pestisida kimia ini sering memiliki residu kimia yang
tinggi baik didalam tanaman ataupun didalam tanah sehingga mengganggu lingkungan.
Banyaknya terjadi gangguan lingkungan akibat pestisida kimia sehingga memunculkan suatu ide
yaitu Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang salah satu tujuannya adalah mengendalikan
hama dengan menggunakan musuh alami dan penggunaan pestisida nabati. Pestisida nabati
merupakan pestisida yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit bagi tanaman
yang terbuat dari bahan alami seperti organ tanaman, atau minyak yang dihasilkan oleh
tanaman. Pestisida nabati memiliki beberapa keunggulan seperti mudah terurai oleh sinar
matahari, tidak menyebabkan gangguan lingkungan dan lin-lain sedangkan untuk kerugian bagi
penggunaan pestisida nabati ini yaitu cara aplikasiannya harus berulang kali karena mudah
terurai oleh sinar matahari, harganya tidak terjangkau oleh petani karena pembuatan pestisida
ini menggunakan bahan dari alam yang memiliki stok yang tidak mencukupi bagi pembuatan
pestisida nabati secara masal. Pestisida memiliki beberapa jenis menurut hama yang akan
dikendalikan yaitu insektisida, nematisida, bakterisida dan lain-lain.Pembuatan pestisida nabati
ini sangat mudah dan tidak perlu peralatan yang canggih cukup blender. Misalkan pembuatan
pestisida nabati menggunakan daun mimba. Caranya adalah daun dimasukkan kedalam blender
dan ditambahkan air secukupnya lalu diambil air dari hasil gilingan kemudian didiamkan
semalam. Secara ekonomis sebenarnya pengguaan pentisida nabati ini dapat dikembangkan
tetapi masalahnya adalah bahan baku untuk pestisida ini perlu dikembangkan sehingga
penggunaan pestisida nabati dapat dioptinalkan oleh petani sehingga petani beralih untuk
menggunakan pestisida nabati. Keuggulan pestisida nabati ini salah satunya adalah pestisida
nabati tidak mengganggu kehidupan musuh alami sehingga tidak terjadi gangguan pada
lingkungan.Penggunaan pestisida nabati ini diharapkan dapat menekan populasi hama yang
menyerang tanaman tetapi penggunaan pestisida ini jarang sekali mematikan hama tetapi
hanya menyebabkan toxin pada hama tersebut sepeti racun perut, penguranag nafsu makan
hama dan lain-lain. Penyebab tersebut yang mengurangi minat petani untuk menggunakan
pestisida nabati karena petani menginginkan hama yang menyerang tanaman dapat langsung
mati dan populasinya menurun secara drastis tetapi petani tidak memikirkan residu yang akan
terjadi pada lingkungan

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apakah bawang putih bisa digunakan untuk bahan pestisida nabati serta pestisida yang
ramah lingkungan.
2. Apa saja kandungan kimia dari bawang putih.
3. Bagaimana cara membuat pestisida dari bawang putih.

5
1.3 BATASAN MASALAH

Kami melakukan praktikum ini hanya pada sampai tahap produksi, dikarenakan tugas yang
diberikan oleh guru pembingbing kami hanya untuk membuat sebuah produk, dan juga karena
keterbatasan waktu yang diberikan.

1.4 RUMUSAN MASALAH

1. Apakah bawang putih bisa digunakan untuk bahan pestisida nabati serta pestisida yang
ramah lingkungan.
2. Apa saja kandungan kimia dari bawang putih.
3. Bagaimana cara membuat pestisida dari bawang putih.

1.5 TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk pestisida nabati

2. Untuk mengetahui cara pembuatan pestisida nabati

1.6 MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk menambah wawasan penulis khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai
pemanfaatan Bawang Putih (Allium sativum)” sebagai pestisida nabati yang ramah lingkungan.
2. Untuk memberi masukan pada masyarakat agar tidak bergantung pada pestisida kimia, dan
menggantinya dengan pestisida nabati, serta belajar mengelolanya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN TEORI

Pengertian koloid adalah campuran heterogen dari dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat berukuran antara 1 hingga 1000 nm terdispersi (tersebar) merata dalam medium
zat lain. Zat yang terdispersi sebagai partikel disebut fase terdispersi, sedangkan zat yang
menjadi medium mendispersikan partikel disebut medium pendispersi.

Secara makroskopis, koloid terlihat seperti larutan, di mana terbentuk campuran homogen
dari zat terlarut dan pelarut.Namun, secara mikroskopis, terlihat seperti suspensi, yakni
campuran heterogen di mana masing-masing komponen campuran cenderung saling memisah.

Macam-macam dari koloid antara lain :

6
Sol adalah jenis koloid yang fase terdispersinya padat dalam medium cair. Ada dua macam sol
yaitu, sol liofil (partikel yang dapat mengadsorpsi molekul cairan) dan sol liofob (partikel padat
yang dapat mengadsorpsi molekul cairan). Contoh dari sol liofil antara lain : kanji, protein, dan
sabun. Sedangkan contoh dari sol liofob antara lain : logan, dan sol sulfide.

Gel adalah koloid liofil yang setengah padat. Gel terbagi menjadi dua, yaitu gel kenyal
contohnya selai dan gelatin. Dan gel tidak kenyal contohnya garam silikat dengan HCl.

Aerosol adalah suatu sistem koloid yang partikelnya (padat atau cair) terdispersi dalam medium
gas. Contoh dari aerosol antara lain : kabut, awan, hairspray, dan deodorant.

Emulsi adalah suatu sistem koloid dimana zat terdispersi medium pendispersi berupa cairan
dan harus ditambah zat pengemulsi (emulgator). Contoh dari emulsi : minyak dalam air atau air
dalam minyak.

Dalam kehidupan sehari-hari banyak kegunaan dari koloid baik langsung maupumn tidak
langsung, misalnya susu, cat, buih, sabun, dan hairspray. Dalam bidang industri juga
menggunakan koloid misalnya industri kosmetik , industri obat-obatan, detergen, bahan
makanan, dan sebagainya.

Kinetika kimia merupakan cabang dari ilmu tanah fisika yang mempelajari laju reaksi kimia
dan mekanismenya (reaktan menjadi produk).Laju reaksi merupakan besaran yang berubah
yaitu bahwa konsentrasi reaktan berkurang dengan bertambahnya waktu dengan laju yang
mula-mula cepat tetapi kemudian melambat.Reaksinya :

A + 3B 2C + 2D

Maka, laju reaksi dapat dianggap sebagai laju berkurangnya konsentrasi molar A ( Mol per
liter per detik) .

Sistem koloid dan kinetika reaksi banyak dipergunakan baik dalam bidang industri
maupun di bidang pertanian.Khusus di bidang pertanian, salah satu contohnya adalah pestisida.
Pestisida merupakan racun yang dapat membunuh atau membasmi hama atau pengganggu
usaha pertanian. Jenis pestisida yang sering menggunakan koloid yaitu insektisida yang
merupakan pestisida untuk membasmi hama dan jenis serangga (insekta). Seperti belalang,
kepik, wereng, kumbang, ulat, dan sebagainya.

Pestisida nabati merupakan pestisida yang memiliki bahan aktif yang dihasilkan dari tanaman
dan memiliki fungsi sebagai pengendalian hama dan penyakit yang menyerang tanaman.
Pestisida nabati merupakan pestisida yang dapat menjadi alternatif untuk mengurangi
penggunaan pestisida sintetis. Pestisida nabati adalah pestisida yang ramah lingkungan serta

7
tanaman-tanaman penghasilnya mudah dibudidayakan salah satunya seperti sereh dapur,
sereh wangi dan nimba yang dapat dibuat menjadi bentuk minyak tanaman (Adnyana, dkk,
2012). Penggunaan pestisida nabati ini biasanya mengunakan organ tanaman seperti daun,
akar, biji dan buah tanaman yang menghasilkan suatu senyawa tertentu yang dapat menghalau
serangga untuk memakan atau bahkan mematikan serangga tersebut.

Penggunaan pestisida nabati sebenarnya dapat diterapkan diberbagai daerah tetapi perlu
memperhatikan waktu, dosis dan lain-lain agar efektif mengendalikan hama dan penyakit yang
menyerang tanaman. salah satu tanaman yang banyak digunakan dalam pestiisida nabati
adalah dun mimba dan cengkeh. Ekstrak mimba dan cengkeh telah banyak dilaporkan dapat
menghambat pertumbuhan jamur patognik tanaman ekstrak atau eugenol asal daun, bunga
dan gagang cengkeh telah dibuktikan toksik terhadap F. oxysporum, F. solani, R. lignosis, P.
capsici, S. roflsii dan R. solani (Tombe, Mesak, 2008). Tetapi dalam pengaplikasian pestisida
nabati harus tepat sehingga hama dapat dikendalikan populasinya. Apabila populasi hama telah
melewati ambang ekonomi maka cara terakhir adalah penggunaan pestisida kimia.

Pestisida nabati memiliki banyak macamnya berdasarkan fungsi mengendalikan hama seperti
insektisisda, bakterisida, akarisida dan lain-lain. Penggunaan insektisida nabati dilakukan
sebagai alternatif untuk mengendalikan hama tanaman sehingga tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan seperti penggunaan pestisida kimia (Tohir, Ali M., 2010). Pengendalian
hama dilakukan untuk menghindarkan tanaman dari penurunan produksi yang cuup signifikan
sehingga terdapat kerugian yang berarti dialami oleh petani. Penggunaan pestisida merupakan
salah satu alternatif yang dilakukan selain penggunaan pengendalian dengan metode mekanik
dan pengendalian musuh alami.

Menurut Kardinan (2002), penggunaan dan pengembangan pestisida nabati di Indonesia


mengalami beberapa kendala berikut : pestisida sintetis (kimia) tetap lebih disukai dengan alas
an mudah didapat, praktis mengaplikasinya, hasilnya relatif cepat terlihat, tidak perlu membuat
sediaan sendiri, tersedia dalam jumlah banyak, dan tidak perlu membudidayakan sendiri
tanaman penghasil pestisida . Kurangnya rekomendasi dari para penyuluh karena mungkin
keterbatasan pengetahuan para penyuluh tentang pestisida nabati, tidak tersedianya bahan
tanaman secara berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan dan sulitnya
regristasi pestisida nabati di komisi pestisida karena bahan aktif tidak dapat dideteksi.
Walaupun demikian di Indonesia, akhir-akhir ini telah mulai banyak kegiatan-kegiatan petani
dengan sistem pertanian organik yang menggunakan pestisida nabati. Aplikasi pestisida nabati
dapat menggunakan alat semprot gendong. Apabila tidak mempunyai alat semprot , dapat
dilakukan dengan menggunakan kuas untuk mengecat dinding atau merang yang diikat.
Caranya alat tersebut dicelupkan ke dalam ember yang berisi larutan pestisida nabati,

8
kemudian dikibas-kibaskan pada tanaman. Semprotkan atau kibaskan cairan pestisida nabati ke
bagian bawah tanaman (daun, bunga dll ).

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian
tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai
bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin yang merupakan hasil
pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan atau bagian tumbuhan dibakar
untuk diambil abunya dan digunakan sebagai pestisida. Pestisida dari bahan nabati sebenarnya
bukan hal yang baru tetapi sudah lama digunakan, bahkan sama tuanya dengan pertanian itu
sendiri. Sejak pertanian masih dilakukan secara tradisional, petani di seluruh belahan dunia
telah terbiasa memakai bahan yang tersedia di alam untuk mengendalikan organisme
pengganggu tanaman. Pada tahun 40-an sebagian petani di Indonesia sudah menggunakan
bahan

nabati sebagai pestisida, diantaranya menggunakan daun sirsak untuk mengendalikan berbagai
macam hama sehingga hama tanaman yang menyerang dapat dikendalikan secara alami karena
tidak menyebabkan racun bagi organisme lain

Bawang putih atau “Garlic” termasuk salah satu jenis sayuran umbi. saat ini bawang putih telah
menjadi mata dagang antarnegara yang penting dan nilai sosial ekonominya cukup tinggi.
Bawang putih sebenarnya berasal dari Asia Tengah, di antaranya Cina dan Jepang yang beriklim
subtropis. Dari sini menyebar ke seluruh Asia, Eropa, dan ke seluruh dunia.
Sejarah bawang putih ternyata berkaitan dengan perjalanan peradaban dunia yang terkenal,
seperti piramida yang berasal dari zaman ke emasan Mesir. Di sini, bawang putih di gunakan
sebagai menu utama yang diberikan kepada para buruh untuk membangun piramida itu.

Bawang putih merupakan tanaman umbi yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Ciri khas
bawang putih adalah aromanya yang khas dan sangat menyengat. Dalam kehidupan sehari-hari
bawang putih dimanfaatkan sebagai bumbu masakan. Istimewanya, bawang putih bukan hanya
sekedar sebagai bahan makanan, tetapi bawang putih juga memiliki segudang khasiat dan
manfaat bagi manusia. Dalam bidang kesehatan bawang putih bermanfaat untuk mengatasi
hipertensi, asma, batuk, masuk angin, sakit kepala, sakit kuning; sesak nafas, busung air,
ambeien, sembelit, luka memar, abses; luka benda tajam, digigit serangga, cacingan, dan
insomnia (sulit tidur). Bukan hanya pada manusia, ternyata bawang putih juga berkhasiat untuk
menyehatkan tanaman. Ekstrak bawang putih diketahui berguna untuk mengendalikan
beberapa jenis organisme pengganggu tanaman (OPT), baik itu hama serangga, bakteri maupun
jamur patogen.
Bawang Putih adalah nama tanaman dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang
dihasilkan. Di Indonesia, disetiap daerah bawang putih dikenal dengan berbagai macam nama
yang berbeda.

9
Ciri – cirinya herba bawang putih antara lain, tanaman semusim, tinggi 50-60 cm. Berakar
serabut kecil dan berjumlah banyak. Memiliki batang semu, beralur, hijau. Berdaun tunggal,
berupa reset akar bentuk lanset, tepi rata, ujung runcing, beralur, panjang 60 cm, lebar ± 1,5
cm, menebal dan berdaging serta mengandung persediaan makanan yang terdiri atas subang
yang dilapisi daun sehingga menjadi umbi lapis, berwarna hijau. Bunga memiliki 3 daun kelopak,
dan 3 daun mahkota serta 6 benang sari. Buah tidak berdaging. Biji berbentuk kecil dan
berwarna hitam. Habitat dari bawang putih yang semula merupakan tumbuhan daerah dataran
tinggi, sekarang di Indonesia, jenis tertentu dibudidayakan di dataran rendah.
Kandungan Senyawa Bawang Putih
Kandungan kimia yang terdapat dari bawang putih antara lain : tanin, minyak atsiri, dialilsulfida,
aliin, alisin, enzim aliinase. Bagian tanaman yang digunakan untuk ekstrak bawang putih adalah
Seluruh bagian tanaman, umbi, daun dan bunga
Beberapa nama atau sebutan daerah untuk bawang putih antara lain : Lasum, bawang mental,
bawang hong, bawang handak, palasuna (Sumatera); bawang bodas, bawang putih, bhabang
pote (Jawa);: laisona maboteik (Nusa Tenggara); lasuna kebo, lasuna pute (Sulawesi); bawa
subodo, bawa iso (Maluku).

2.2 HIPOTESIS

Dari kajian teori di atas dapat disimpulkan bahwa kandungan dari bawang putih dapat dijadikan
sebagai kandungan pestisida alami yang berguna untuk membunuh hama seperti hama wereng
yang ada pada padi.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

A. Waktu

Kelompok kami melaksanakan praktikum pembuatan pestisida alami dari bawang putih pada
hari kamis tanggal 20 februari 2020.
Waktu pelaksanaan yang dibutuhkan untuk membuat pestisida alami dari bawang putih sekitar
2-3 hari.

B. Tempat pelaksanaan

Praktikum Kimia “Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati Dari Bawang Putih” di rumah salahsatu
anggota kelompok kami yang berada di daerah Tambakan.

3.2 PROSEDUR PEMBUATAN

A. ALAT DAN BAHAN

1. Pisau
2. Gelas

11
3. Parudan/ tumbukan
4. Wadah kecil
5. Bawang putih
6. Sabun pencuci piring
7. Alat Penyaring
8. Air
9. Minyak kelapa
10. sendok

11. botol aqua

B. CARA KERJA

1. Tumbuk atau parut 10 siung bawang putih hingga halus

2. Tempatkan pada wadah dan tambahkan 50 ml minyak kelapa

3. Simpan dan biarkan selama sehari semalam (24 jam)

4. 24 jam kemudian tambahkan 1 liter air dan sabun pencuci piring

5. Aduk hingga tercampur rata

6. Siapkan botol dan saring campuran bahan-bahan tersebut untuk memisahkan ampasnya

7. Pestisida nabati bawang putih siap digunakan

12
BAB IV

ANALISIS DATA

4.1 Data Pengamatan

NO HARI-KE PENGAMATAN

1. HARI KE-1 Warna dari pestisida alami bawang putih yang baru
selesai menjalani proses penghalusan/penumbukan
hingga proses pendiaman selama satu malam
berwarna kekuningan

Sudah mulai tercium bau bawang putih yang


menyengat

2. HARI KE-2 Setelah di diamkan selama satu malam, kemudian


pestisida alami bawang putih dicampur dengan 8

13
sendok makan sabun pencuci piring dan 4 sendok
makan minyak sayur, kemudian didiamkan lagi selama
1 malam. Keesokan harinya warna dari pestisida alami
bawang putih menjadi warna hijau muda dan sudah
mulai tercium bau yang tidak sedap dari bawang putih
yang dicampuri sabun pencuci piring tersebut.

4.2 Pembahasan

Dari hasil percobaan menunjukkan warna bawang putih yang baru selesai menjalani proses
penghalusan/penumbukan hingga proses pendiaman selama 1 malam berwarna kekuningan
dan sudah mulai tercium bau menyengat dari bawang putih tersebut. Sedangkan setelah
pestisida alami dari bawang putih didiamkian selama 1 malam, kemudian dicampur dengan 8
sendok sabun pencuci piring dan 4 sendok makan minyak sayur warna dari pestisida alami dari
bawang putih menjadi hijau muda dan tercium bau yang lebih menyengat dari hari sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang terkandung di dalam ekstrak, yang berupa
senyawa fenol pada daun bereaksi sehingga menimbulkan aroma pada setiap perlakuan. Selain
berbahan baku ekstrak bawang putih, pembuatan pestisida nabati juga ditambahkan senyawa
pelarut seperti sabun pencuci piring dan minyak sayur. Penambahan sabun pencuci piring pada
ekstrak daun-daun tersebut bertujuan agar bisa merekatkan berbagai senyawa yang terdapat
pada larutan ekstrak nabati, yang pada dasarnya saling terlepas, sehingga dengan adanya
penambahan sabun pencuci piring diharapkan senyawa-senyawa (senyawa yang mengandung
bahan aktif untuk mengendalikan hama) tersebut saling berikatan, sehingga pestisida nabati
akan menjadi cukup efektif dalam mengendalikan hama, juga agar pestisida nabati ini saat
disemprotkan bisa melekat cukup lama pada tanaman. Penambahan minyak sayur juga
bertujuan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman, sifat minyak yang bersahabat
dengan lingkungan juga tidak perlu diragukan. Penyemprotan minyak relatif lebih aman bagi

14
manusia, hewan ternak dan musuh alami yang menguntungkan. Daya racun minyak sangat
rendah jika dibandingkan dengan jenis pestisida sintetis dan beberapa jenis pestisida botani.
Minyak dapat menghilang dengan cepat setelah beberapa hari melalui penguapan dan hanya
meninggalkan sedikit residu.

BAB 5

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Pestisida nabati merupakan suatu senyawa yang dapat mengendalikan hama dan penyakit bagi
tanaman tetapi tidak merugikan lingkungan karena terbuat dari bahan yang alami. Pestisida
nabati memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Cara aplikasi dan cara pembuatan
pestisida nabati sangat mudah karena bahan dapat dicari dilingkungan sekitar. Ada beberapa
tanaman yang digunakan untuk pestisida nabati seperti tomat, serai, pepaya dan lain-lain.

Salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida yaitu bawang putih. bawang putih
diketahui berguna untuk mengendalikan beberapa jenis organisme pengganggu tanaman (OPT),
baik itu hama serangga, bakteri maupun jamur patogen. Bawang Putih adalah nama tanaman
dari genus Allium sekaligus nama dari umbi yang dihasilkan. Di Indonesia, disetiap daerah
bawang putih dikenal dengan berbagai macam nama yang berbeda.

15
Kandungan kimia yang terdapat dari bawang putih antara lain : tanin, minyak atsiri, dialilsulfida,
aliin, alisin, enzim aliinase. Bagian tanaman yang digunakan untuk ekstrak bawang putih adalah
Seluruh bagian tanaman, umbi, daun dan bunga

5.2 SARAN

Sebaiknya bawang putih harus tetap dilestarikan dan dibudidayakan karena sangat berguna
sebagai bahan bumbu dapur sehari-hari. Di samping itu juga berguna sebagai obat tradisional
yang memiliki multi khasiat, dan sebaiknya para petani dan pecinta tanaman menggunakan
pestisida alami sebagai pengganti dari pestisida sintesis yang digunakan agar keseimbangan
lingkungan tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA

http://riyanmaulanaa.blogspot.co.id/2016/08/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

https://semuatentangpertanian.blogspot.co.id/2013/05/laporan-pembuatan-ekstrak-
pestisida.html

16
LAMPIRAN

17
Lembar Penilaian

No Nama Nilai Komentar Paraf

18
19

Anda mungkin juga menyukai