Anda di halaman 1dari 15

METODE PEMBELAJARAN PRAKTEK KLINIK

(EKSPERENSIAL)

(Tugas ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugasMetodik Khusus Semester VI
di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Tasikmalaya)

Dosen pembimbing:
Wiwin Mintarsih P, S.Sit, M.Kes

Disusun Oleh

Devia Nadila (P2.06.24.5.17.007)


Kristina Lutfiah (P2.06.24.5.17.019)
Rahayu Rosmayanti H (P2.06.24.5.17.029)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

JURUSAN KEBIDANAN

2020
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT, Rabb semesta alam. Limpahan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya yang berlimpah dan tiada akan pernah habis terhitung.
Sungguh, maha besar Allah karena telah meridhai tim penulis dapat menyelesaikan
penulisan Laporan Pendahuluan tentang “Metode Eksperensial dalam Pembelajaran
Praktik Klinik”. Makalah ini dipergunakan untuk memenuhi tugas kuliah dalam
kegiatan pembelajaran Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Tasikmalaya. Rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kami ucapakan kepada dosen pembimbing serta banyak pihak yang terkait
dalam penyelesaian makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu kami sangat memerlukan kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini
menjadi lebih bermanfaat untuk para mahasiswa pada umumnya.

Akhir kata, saya barharap semoga makalah ini bemanfaat khususnya bagi
saya dan umumnya bagi seluruh mahasiswa dan pembaca. Kami menyadari bahwa
kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT, untuk itu kami menerima kritik dan
saran yang membangun.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Tasikmalaya, Februari 2020

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan............................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3

A. Definisi Eksperensial ........................................................................ 3

B. Peran Pembimbing............................................................................. 3

C. Kelemahan Eksperensial.................................................................... 4

D. Keuntungan Eksperensial.................................................................. 4

E. Hambatan Eksperensial..................................................................... 5

F. Proses Eksperensial........................................................................... 8

BAB III PENUTUP......................................................................................... 9

A. Kesimpulan........................................................................................ 9

B. Saran.................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran klinik merupakan salah satu proses pendidikan keperawatan
professional yang mengandung proses pendidikan akademik dan proses pendidikan
profesional. Pembelajaran klinik adalah sebuah perwujudan dari penjabaran
pelaksanaan kurikulum pendidikan guna membekali peserta didik untuk dapat
mengaplikasikan ilmunya di masyarakat berdasarkan kompetensi yang dimiliki.
(Nursalam, 2008)
Pembelajaran klinik berupaya memberikan kesempatan pada peserta didik
untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di kelas ke dalam keadaan nyata guna
mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai kemampuan profesional
(intelektual, teknikal, dan interpersonal). Selain itu, pembelajaran klinik juga
berupaya untuk mengembangkan sikap-sikap dan ketrampilan sesuai dengan
lingkup praktek. . (Nursalam, 2008)
Pembelajaran klinik bertujuan untuk memantapkan peran dan fungsi
mahasiswa sebagai pendidik, pelaksana, pengelola, dan peneliti di bidang yang
bertujuan untuk menghasilkan tenaga profesional yang dapat mengimbangi
kemajuan dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kedokteran. Selain itu, proses
pembelajaran klinik juga bertujuan memandirikan peserta didik sebagai komunitas
belajar untuk mencapai tujuan kompetensi yang diharapkan dimana kompetensi
yang dibangun dalam pembelajaran klinik ini telah disesuaikan dengan tuntutan
perkembangan dan kebutuhan daya saing, melengkapi sumber daya pendidikan
terutama staf akademik, rumah sakit pendidikan, dan lahan praktik serta
laboratorium pendidikan. (Reilly,2002)
Metode pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam proses
pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat menumbuhkan
minat peserta didik untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Metode
pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menghantarkan bahan pelajaran agar
sampai kepada peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.
Kompetensi tersebut dapat dicapai dengan menggunakan metode pembelajaran
yang efektif. Metode pembelajaran ini merupakan metode dalam bentuk teori,
praktik, maupun dalam tatanan nyata praktik di klinik. (Reilly,2002)
Pelaksanaan praktik klinik keperawatan, mahasiswa seringkali harus belajar
keras dan mandiri. Hal ini karena mahasiswa menemui beberapa perbedaan antara
teori yang didapat dan pelaksanaan praktek di lapangan. Selain itu, pelaksanaan
praktik klinik keperawatan yang ada saat ini belum ada persamaan persepsi antara
pembimbing klinik dan akademik dalam kegiatan pemantauan dan penilaian praktik
klinik. Masih sering ditemui di lapangan ketika mahasiswa akan mencapai sebuah
target kompetensi, ternyata ada perbedaan antara metode yang diajarkan oleh
pembimbing akademik dan pembimbing klinik, sehingga mahasiswa sering kali
dibuat bingung. Maka dari itu disusunlah makalah mengenai metode pembelajaran
klinik saalah satunya metode eksperensial. (Reilly,2002)

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi metode pembelajaran Eksperensial?
2. Bagaimana peran pembimbing dalam metode Eksperensial?
3. Apa kelemahan metode Eksperensial?
4. Apa keuntungan metode Eksperensial?
5. Apa hambatan metode Eksperensial
6. Bagaimana proses metode pembelajaran Eksperensial?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi metode pembelajaran Eksperensial?
2. Mengetahui peran pembimbing dalam metode Eksperensial?
3. Mengetahui kelemahan metode Eksperensial?
4. Mengetahui keuntungan metode Eksperensial?
5. Mengetahui metode Eksperensial
6. Mengetahui proses metode pembelajaran Eksperensial?
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Metode Eksperensial

Metode eksperensial merupakan metode berupa penugasan untuk membuat


catatan dan laporan secara tertulis dilahan praktek. (Hidayat,2002)

Metode pengajaran ini memberikan pengalaman langsung dari kejadian


yang didasarkan pada konsep pembelajaran fenomenologik. Metode ini juga
menyediakan interaksi di antara mahasiswa dengan lingkungan yang menjadi
tempat pembelajaaran. (Reilly, 2002)

Metode eksperensial merupakan suatu metode yang dipergunakan


pembimbing klinik dalam membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah
dan mengambil keputusan terhadap kasus yang terjadi dengan pasien atau keluarga
pasien. Proses Insiden dalam esperensial membantu peserta didik mengembangkan
keterampilan reflektif berdasarkan kejadian klinik/insiden, insiden berasal dari
pengalaman praktik aktual dalam bentuk insiden terkait klien, staf atau tatanan
praktik.(Nursalam,2008)

B. Peran Pembimbing

Peran pembimbing klinik dalam metode eksperensial yaitu dengan


membantu peserta didik menganalisa situasi klinik melalui pengidentifikasian
masalah, menentukan tindakan yang akan diambil, mengimplementasikan
pengetahuan dalam masalah klinik, menekankan hubungan antara pengalaman
belajar lalu dan pengalaman terhadap masalalu lalu, berasal dari teori kognitif yang
dipadukan dengan teori proses informasi dan teori pengambilan keputusan.

C. Kelemahan dan Kelebihan Metode Eksperensial


1. Kelemahan
a) Mahasiswa hanya melihat tugas asuhan keperawatan sebagai
keterampilan semata saja
b) Mahasiswa yang belum terampil sehingga memerlukan waktu yang
banyak untuk pembelajaran
c) Apabila pekerjaan selesai, mahasiswa akan meninggalkan klien dan
melakukan tugas yang lain. (Nursalam dan Effendi, 2009)
2. Kelebihan Metode Eksperensial adalah sebagai berikut
a) Meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri.
b) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaan dan pemecahan
masalah.
c) Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi
situasi yang buruk.
d) Menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab.
e) Mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik dan koordinasi
(Fathurrohman, 2015)
D. Keuntungan Metode Eksperensial

Metode eksperensial meliputi situasi penyelesaian masalah yang dapat


membantu peserta didik :

1. Meningkatkan sikap profesional,


2. Mampu menerapkan masalah konseptual kebidanan dalam kurikulum
berdasarkan masalah aktual,
3. Menggambarkan secara tertulis kejadian atau peristiwa klinik dan situasi
pengambilan keputusan berupa pengujian data yang ada,
4. Pengidentifikasian alternatif tindakan,
5. Penentuan prioritas tindakan,
6. Serta pembuatan keputusan.

Contoh Model Pembelajaran Metode Eksperensial

Model pembelajaran metode eksperensial yaitu berupa konferensi atau rapat,


misal :

a. Konferensi hari pertama


Konferen pra praktik klinik dimana Pembimbing menjelaskan
tentang karakteristik ruang rawat, staf dan tim pelayanan kesahatan lain
dimana para peserta didik akan ditempatkan. Pembimbing mengkaji
kembali persiapan peserta didik untuk menghadapi dan memberikan asuhan
kebidanan dengan klien secara baik. mengingatkan peserta didik untuk
membawa perlengkapan dasar.

b. Konferensi hari kedua & Selanjutnya

Konferen pra praktik klinik dimana pembimbing membahas tentang


perkembangan klien dan rencana tindakan dihari kedua dan selanjutnya,
menyiapkan kasus lain apabila kondisi klien tidak mungkin untuk
diintervensi. Sedangkan konfenren pasca praktik klinik dilakukan segera
setelah praktik, konferen ini berguna untuk memperoleh kejelasan tentang
asuhan yang telah diberikan, membagi pengalaman antar peseta didik, dan
mengenali kualitas keterlibatan peserta didik.

E. Hambatan Metode Eksperensial

Peroses pembelajaran erat kaitannya dengan penciptaan lingkungan


yang memungkinkan mahasiswa belajar secara aktif, pengembangan aspek
pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa, penyesuaian dengan rencana
kegiatan dan pengelolaan kelas. Proses belajar mengajar harus berorientasi
kepada lingkungan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip kepribadian, dan hasil
pendidikan harus bermanfaat dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Kegiatan
belajar mengajar dikatakan berhasil dari proses apabila peserta didik terlibat
secara aktif baik fisik maupun mental dalam proses belajar mengajar. Terdapat
banyak hal kemampuan yang harus dikuasai oleh seorang pengajar namun hal
tersebut dapat menjadi hambatan apabila tidak memiliki kemampuan tersebut,
yaitu :

1. Kemampuan Membuka Pelajaran


Membuka pelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh
dosen dalam kegiatan belajar mengajar untuk menciptakan prakondisi bagi
mahasiswa agar mental maupun perhatian terpusat pada apa yang akan
dipelajari sehingga usaha tersebut memberikan efek positif terhadap
kegiatan belajar.
Kegiatan ini dilakukan oleh dosen untuk menciptakan suasana siap
mental dan memusatkan perhatian mahasiswa pada hal-hal yang akan
dipelajarinya. Pra pembelajaran ini juga dapat dilakukan oleh dosen dengan
memperhatikan kehadiran, kerapian, ketertiban dan perlengkapan pelajaran
mahasiswa.
2. Kemampuan Menguasai Pelajaran
Dosen harus mampu menguasai bahan atau materi yang akan
diajarkan kepada mahasiswa agar tujuan pembelajaran yang diinginkan
dapat tercapai. Rincian materi harus memperjelas dan relevan dengan tema
atau pokok bahasan yang akan diajarkan dan harus mempunyai nilai aplikasi
yang tinggi.

3. Kemampuan Memberi Penjelasan


Kemampuan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematika untuk
menunjukkan hubungan yang satu dengan yang lain. Tujuan memberikan
penjelasan yaitu membimbing murid untuk mendapat dan memahami
hukum, dalil, fakta, dan prinsip secara objektif dan bernalar.

4. Kemampuan Menggunakan Metode Pengajaran


Dalam menggunakan metode pengajaran, dosen sebaiknya
menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas juga jumlah siswa yang
ada di dalam kelas. Metode yang direncanakan harus melibatkan aktivitas
siswa dalam proses berupa observasi keterampilan kegiatan keahlian
mahasiswa proses belajar mengajar secara terkombinasi.
Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran
adalah ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, simulasi,
kerja kelompok, karya wisata dan sosio drama.
5. Kemampuan Memanfaatkan Media Pengajaran
Dalam proses belajar mengajar media sangat dibutuhkan karena bila
dalam kegiatan pengajaran, ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat
dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Jadi dapat dipahami
bahwa media adalah alat bantu yang dapat disajikan sebagai penyalur pesan
dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan mahasiswa sehingga
dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa penggunaan media
sebagai alat bantu tidak bisa sembarangan menurut kehendak hati guru
tetapi harus memperhatikan dan menyesuaikan antara media yang
digunakan dengan tujuan pembelajaran.

6. Kemampuan Bertanya dan Menanggapi Respon Siswa


Dalam proses belajar mengajar, bertanya merupakan keterampilan
yang sangat penting dimiliki. Sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik
dan teknik pelontaran yang tepat akan memberikan dampak yang positif
terhadap mahasiswa.
Pertanyaan yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan kondisi
dan kemampuan mahasiswa yang penyampaiannya sedapat mungkin dengan
bahasa yang mudah dipahami. Usahakan agar tidak menimbulkan rasa takut
atau segan kepada mahasiswa yang dapat mempengaruhi jawaban dari
pertanyaan yang diberikan. Sebaiknya pertanyaan yang diberikan berkesan
agar mahasiswa tidak merasa tertekan dan berani untuk menjawab
pertanyaannya.

7. Kemampuan Melibatkan Siswa dalam Proses Pembelajaran


Mengajar adalah upaya dalam memberi perangsang (stimulus),
bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada mahasiswa agar terjadi proses
belajar.
Peran aktif dari mahasiswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga tercapai tujuan instruksional. Dosen diharapkan mampu
untuk menyiapkan kondisi psikologis mahasiswa dalam pembelajaran agar
dapat tenang dalam menerima pelajaran yang diberikan.

8. Kemampuan Menggunakan Waktu yang Efisien


Salah satu hambatan yang sering dialami dalam mengajar adalah
soal waktu. Seringkali seseorang mengajar tidak dapat mengendalikan
waktu. Akibatnya bisa terjadi bahan pelajaran sudah selesai, namun waktu
masih panjang. Atau sebaliknya, waktu sudah habis, bahan belum tuntas.
Hal ini membawa pengaruh terhadap proses belajar mengajar yang
dilaksanakan. Sebab itu, diperlukan tenaga pengajar yang mampu untuk
membuat pengaturan waktu yang akurat dan efektif.
Pengaturan waktu dikatakan baik apabila ada kesesuaian antara
waktu yang digunakan sebagai materi pelajaran. Materi yang cukup sulit
tentu membutuhkan waktu yang lebih lama daripada materi yang cukup
mudah,  begitu pun dengan materi pelajaran yang membutuhkan praktek di
laboratorium dan yang tidak membutuhkan praktek.

9. Kemampuan Menutup Pelajaran


Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh dosen untuk
mengakhiri pelajaran atau kegiatan belajar mengajar. Usaha menutup
pelajaran itu dimaksudkan untuk memberi gambaran menyeluruh tentang
apa yang telah dipelajari oleh mahasiswa, mengetahui tingkat pencapaian
mahasiswa dan tingkat keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar.
Usaha dalam mengakhiri kegiatan pelajaran dapat dilakukan dosen
dengan meninjau kembali penguasaan inti pelajaran dengan merangkum inti
pelajaran dan membuat ringkasan. Selain itu, mengakhiri pelajaran ini dapat
berupa saran-saran misalnya meminta mahasiswa untuk mempelajari
kembali di rumah tentang bahan yang baru saja dipelajari.
F. Proses Metode Eksperensial

Menurut Ghuffron dan Risnawita dalam Maulana (2014:13),


pembelajaran experiential learning terdiri dari empat tahapan, yaitu:
a.       Tahap pengalaman nyata
b.      Tahap observasi refleksi
c.       Konseptualisasi
d.      Tahap implementasi
Keempat tahap tersebut oleh David Kolb digambarkan dalam bentuk
lingkaran sebagai berikut:

Gambar 2.1. Experiential Learning Cycle

Dari gambar 2.1. diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:


a.    Tahap pengalaman konkret (concrete)
Pada tahap ini peserta didik belum memiliki kesadaran tentang hakikat
dari suatu peristiwa. Peserta didik hanya dapat merasakan kejadian tersebut apa
adanya dan belum dapat memahami serta menjelaskan bagaimana dan mengapa
peristiwa itu terjadi. Inilah yang terjadi pada tahap pertama proses belajar.
b.    Tahap pengamatan aktif dan reflektif (observation and reflection)
Pada tahap pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada seluruh
peserta didik melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang
dialaminya. Hal ini dimulai dengan mencari jawaban dan memikirkan kejadian
yang ada dalam dunia sekitarnya. Peserta didik melakukan refleksi dengan
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa hal itu bisa
terjadi.
c.    Tahap konseptualisasi (forming abstract concept)
Setelah peserta didik diberi kebebasan melakukan pengamatan,
selanjutnya diberi kebebasan merumuskan (konseptualisasi) terhadap hasil
pengamatannya. Artinya peserta didik berupaya membuat abstraksi,
mengembangkan suatu teori, konsep atau hukum dan prosedur tentang sesuatu
yang menjadi objek perhatiannya.
d.   Tahap eksperimentasi aktif (testing in new situation)
Tahap ini didasarkan atas asumsi bahwa hasil dari proses belajar harus
bersifat produk nyata. Pada tahap ini seseorang sudah mampu mengaplikasikan
konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan kedalam situasi nyata. Belajar
harus memberikan ruang kebebasan untuk mempraktekkan dan menguji teori-
teori serta konsep-konsep di lapangan. (Muchith dalam Maulana, 2014:15).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Model pembelajaran eksperensial merupakan model pembelajaran
yang dapat menciptakan proses belajar yang lebih bermakna, dimana
mahasiswa mengalami apa yang mereka pelajari. eksperensial adalah proses
belajar, proses perubahan yang menggunakan pengalaman sebagai media
belajar atau pembelajaran. Model eksperensial merupakan model
pembelajaran melalui pengalaman mahasiswa itu sendiri. Pada model ini
menekankan pada sebuah model pembelajaran yang holistik dalam proses
belajar.
Dengan dilakukannya metode seperti ini maka mahasiswa mampu
bekerja secara individual atau kelompok, ditempatkan pada situasi-situasi
nyata, serta mahasiswa aktif berpartisipasi di dalam pengalaman yang
tersedia. Dengan begitu maka mahasiswa dapat menceritakan kembali
tentang apa yang dialami untuk memperluas pengalaman belajar dan
pemahaman mahasiswa yang nantinya akan membahas bermacam-macam
pengalaman tersebut.

B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah tentang Experiential Learning
ini sebagai mahasiswa menjadi lebih tahu secara mendalam tentang Model
Pembelajaran Experiential Learning pada penerapannya dalam proses
pembelajaran, tidak hanya sekedar tahu tentang artinya saja yang sekarang
sudah dikenali secara umum tetapi diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam dan Ferry Efendi. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika; 2008.

Reilly dan Obermann. Pengajaran Klinis dalam Pendidikan Keperawatan. Jakarta:


EGC; 2002.

Hidayat AAA. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto; 2002.

Roymond H. Simamora. Buku Ajar Pendidikan dalam keperawatan. Jakarta: EGC;


2008. 2.

Nursalam. Manajemen Keperawatan; Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional ed.2. Jakarta: Salemba Medika; 2007.

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Cet. II; Bandung: Remaja


Rosdakarya. 2006)

Anda mungkin juga menyukai