Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL

BERBASIS GENDER PADA KRISIS KESEHATAN ( SGBV )

Di susun Oleh :

1. Arika Makaliwuhe
2. Mardhatillah Antone
3. Mentari Paputungan
4. Winarti
5. Junia Putri Dita
6. Ririn Anggraini
7. Desy Ayu Puspita Sari
8. Nur’In
9. Indriani Gama
10.Christien Sampekalo
11.Natalia Nangkoda
12.Jessie Palar

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


JURUSAN D-IV KEBIDANAN
TAHUN
2023
Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan kami dengan akal dan
budi, kehidupan yang patut kami syukuri, keluarga yang mencintai kami, dan teman-teman yang
menginspirasi. Karena berkat rahmat-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Berbasis Gender pada Krisis Kesehatan
(SGBV).

Makalah ini dibuat adalah untuk membantu mempermudah pemahaman dalam


mendalami mata kuliah Manajemen Bencana.

Penyusun menyadari segala keterbatasan yang dimiliki, oleh karena itu penyusun
memohon saran dan kritik kepada semua pihak agar makalah ini menjadi sempurna. Atas
saran dan kritiknya penulis mengucapkan banyak terima kasih. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Manado, Oktober 2023

Penyusun Kelompok IV

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................ii
BAB I..............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................................................1
BAB II............................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
A. Definisi Kekerasan Seksual Berbasis Gender .....................................................................................2
B. Identifikasi Tindakan yang Termasuk Kekerasan Seksual .................................................................3
C. Keterkaitan Antara SGBV dan Pelanggaran Hak Asasi Manusia.........................................................4
D. Akar Masalah, Faktor Resiko dan Konsekuensi dari SGBV ...............................................................5
E. Menjelaskan pedoman prinsip penanganan kekerasan sesksual dalam situasi bencana…………………..6
BAB III.........................................................................................................................................................11
PENUTUP....................................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................11
B. Saran.................................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makalah ini membahas tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual
berbasis gender/Seksual Gender Basic Violence (SGBV) dalam situasi bencana yang
meliputi : definisi, alasan pentingnya SGBV, keterkaitan antara SGBV dan pelanggaran
hak asasi manusia, penanggung jawab SGBV, akar masalah, faktor resiko dan
konsekuensi dari manusia, klien yang beresiko, pelaku, waktu terjadinya situasi dan
kondisi yang beresiko, alasan tidak dilaporkan, pemantauan, tindakan pencegahan dan
respon pada SGBV yang membutuhkan tindakan yang terkoordinasi dan multisektor. dan
mekanisme yang membutuhkan tindakan yang terkoordinasi dan multisector dan
mekanisme penanganan kasus kekerasan seksual serta pedoman prinsip dalam
penanganan SGBV dalam situasi bencana.
Seluruh pekerja kemanusiaan harus mengambil tindakan, mulai daritahap awal
keadaan darurat, untuk mencegah kekerasan seksual danmenyediakan bantuan selayaknya
kepada para korban. Kekerasan gender,dan khususnya kekerasan seksual, adalah masalah
serius yang mengancam jiwa perempuan dan anak-anak perempuan. Dalam banyak kasus,
kekerasan berbasis gender adalah masalah internasional, berkaitan dengan kesehatan
masyarakat dan hak asasi manusia dan bahwa pencegahan dan penanganan menyeluruh
tidak pernah ditemukan di hampir seluruh Negara di seluruh dunia. Kekerasan gender
merupakan persoalan khusus dalam konteks keadaan darurat yang pelik dan bencana
alam, dimana perempuan dan anak-anak seringkali menjadi sasaran kekerasan, dan sangat
rentan terhadap eksploitasi, kekerasan dan kesewenang-wenangan karena jenis kelamin,
usiadan status mereka dalam masyarakat.
Kekerasan gender adalah pelanggaran hak asasi manusia universal yang dilindungi
oleh konvensasi-konvensasi hak asasi manusia international, termasuk hak seseorang
untuk merasa aman, hak untuk mencapai tingkat tertinggi kesehatan fisik dan mental, hak
untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan kejam, tidak manusiawi atau melecehkan, dan
hak untuk hidup.

1
B. Rumusan Masalah

A. Apa definisi dari kekerasan seksual berbasis gender


B. Bagaimana cara mengiidentifikasi tindakan yang termasuk kekerasan
seksual
C. Bagaimana keterkaitan antara SGBV dan pelanggaran hak asasi manusia
D. Apa saja akar masalah, faktor resiko dan konsekuensi dari SGBV
E. jelaskan pedoman prinsip penanganan kekerasan sesksual dalam situasi bencana

C. Tujuan

A. Mengetahui definisi dari kekerasan seksual berbasis gender


B. Mengetahui Identifikasi tindakan yang termasuk kekerasan seksual
C. Mengetahui keterkaitan antara SGBV dan pelanggaran hak asasi manusia
D. Mengetahui akar masalah, faktor resiko dan konsekuensi dari SGBV
E. Pedoman prinsip penanganan kekerasan sesksual dalam situasi bencana.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kekerasan berbasis gender


(gender-based violence) adalah istilah yang digunakan
untuk merujuk pada suatu tindakan kekerasan yang terjadi pada seseorang
berdasarkan perbedaan status sosial yang berlaku (gender) antara pria dan wanita.
Tindakan kekerasan berbasis gender merupakan pelanggaran terhadap hak-hak asasi
manusia universal yang dilindungi oleh instrumen-instrumen dan konvensi-konvensi
internasional. Banyak aksi kekerasan berbasis gender dapat digolongkan sebagai aksi
melanggar hukum dan kriminal dalam kebijakan dan undang-undang nasional Kekerasan
berbasis gender di seluruh dunia paling banyak menimpa kaum perempuan dan anak-anak
perempuan.
Istilah ‘kekerasan berbasis gender’ kerap digunakan secara bergantian dengan istilah
‘kekerasan terhadap perempuan’ dan ‘kekerasan berbasis gender dan seksual’. Istilah
‘kekerasan berbasis gender; menyoroti dimensi gender dari kekerasan tersebut; dengan kata
lain, hubungan antara status perempuan yang lebih rendah dalam suatu masyarakat danmakin
besarnya kemungkinan terjadi kekerasan terhadap mereka. Namun, penting untuk diingat
bahwa pria dan anak laki-laki juga bisa menjadi korban/penyintas kekerasan berbasis gender,
termasuk kekerasan seksual, terutama ketika mereka mengalami
penyiksaan dan/atau penahanan. Kekerasan berbasis gender termasuk:
 Kekerasan seksual, di antaranya perkosaan, pelecehan seksual, ekspolitasi
seksual dan prostitusi
 Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
 Kawin paksa dan kawin muda
 Kekerasan fisik
 Kekerasan psikis
 Kekerasan ekonomi
 Praktek-praktek tradisional yang membahayakan seperti mutilasi alat genital
perempuan/ sunat perempuan dll.

Kekerasan berbasis gender terjadi dalam berbagai bentuk dan cakupan di berbagai budaya,
negara dan wilayah. Kekerasan berbasis gender yang terjadi dalam situasi darurat
kemanusiaan umumnya jarang dilaporkan, akan tetapi kekerasan ini telah banyak
didokumentasikan selama terjadinya krisis kemanusiaan

3
Konsekuensi kekerasan berbasis berbasis gender bisa terjadi sebagai akibat langsung dari
tindakan kekerasan atau bisa juga sebagai akibat dari efek at dari efek jangka panjang: jangka
panjang:
 Konsekuensi fisik
Ada beragam mulai dari luka ringan sampai luka berat yang menimbulkan kematian
atau cacat permanen; kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi tidak aman dan
komplikasi; hasil kehamilan yang tidak baik, termasuk keguguran, berat badan lahir
rendah dan kematian janin; infeksi penularan seksual, termasuk HIV; penyakit
radang panggul, ketidaksuburan, sindrom nyeri kronis; infeksi saluran kemih.
 Konsekuensi psikologis termasuk:
gelisah, gangguan stres pasca trauma (PTSD/Post Trauma Stress Disorder); depresi;
perasaan rendah diri; tidak mampu mempercayai orang lain, takut, peningkatan
penyalahgunaan dan penggunaan obat-obatan; gangguan tidur; sulit makan; disfungsi
seksual; dan bunuh diri.
 Kekerasan berbasis gender juga Kekerasan berbasis gender juga sangat besar
dampakn sangat besar dampaknya pada ya pada kesehatan sosial individu dan
komunitas dalam hal stigma, isolasi dan penolakan (termasuk oleh suami dan
keluarga); kehilangan potensi pendapatan bagi perempuan;
gangguan pendidikan pada remaja; dan pembunuhan (misalnya pembunuhan karena
harga diri atau pembunuhan bayi pere karena harga diri atau pembunuhan bayi
perempuan).

Pada situasi bencana terjadi peningkatan risiko kekerasan berbasis gender erasan
berbasis gender karena:
 Sistem perlindungan sosia Sistem perlindungan sosial terganggu: keluarga yang
l terganggu: keluarga yang terpisah, sistem keamana terpisah, sistem keamanan di
lingkungan tempat tinggal yang tidak berjalan.
 Lemahnya aturan keamana Lemahnya aturan keamanan dan keselamatan
pedesaan dan keselamatan pada saat terjadi konflik. terjadi konflik.
 Pengaturan tempat pengungsian dapat juga meningkatkan risiko terjadinya
kekerasan seksual,
misalnya pengaturan tenda, penempatan toilet dan fasilitas di tempat pengungsi yang
tidak di tempat pengungsi yang tidak aman, mekanisme dist aman, mekanisme
distribusi bantuan yang tidak ribusi bantuan yang tidak memperhatikan kebutuhan
kelompok rentan dll.
 Hilangnya pendapatan sehingga mempengaruhi stabilitas ekonomi rumah
tangga.
 Hilangnya pendapatan sehingga mempengaruhi stabilitas ekonomi rumah
tangga.

4
B. Yang Dimaksud Dengan Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual adalah setiap tindakan bersifat seks yang tidak disetujui, termasuk
perkosaan dan eksploitasi seksual di antara tindakan-tindakan lainnya. Kekerasan seksual
adalah setiap tindakan seksual, upaya untuk mendapatkan tindakan seksual,
komentarkomentar atau dorongan-dorongan seksual yang tidak diinginkan, atau tindakan-
tindakan memperdagangkan seksualitas seseorang, dengan menggunakan pemaksaan,
ancaman gangguan atau kekuatan fisik, oleh seseorang apapun hubungannya dengan korban
dalam suatu situasi termasuk di rumah, tempat kerja dan suatu situasi termasuk di rumah,
tempat kerja dan lainnya Kekerasan seksual adalah bagian dari kategori kekerasan
berdasarkan gender yang lebih luas /Gender Basic Violence luas /Gender Basic Violence
(GBV).
Menurut UNHCR (Badan PBB untuk pengungsi), Kekerasan Berbasis Gender adalah
setiap tindakan penyimpangan yang disebabkan adanya ketidakseimbangan kekuasaan dalam
relasi antara perempuan dan relasi antara perempuan dan laki laki (gender) yang laki laki
(gender) yang berakibat berakibat atau mungkin mungkin berakibat berakibat kesengsaraan
kesengsaraan atau penderita atau penderitaan perempuan term an perempuan termasuk anak-
anak asuk anak-anak baik secara baik secara fisik, seksua fisik, seksual dan / atau psikologis,
termasuk ancaman tindakan te atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu,
pemaksaan atau perampasan , pemaksaan atau perampasan kemerdekaan kemerdekaan secara
sewenang-wenang, sewenang-wenang, yang terjadi terjadi di ranah privat/domestik
privat/domestik dan di ranah publik.
Tindakan Yang Termasuk Kekerasan Seksual Tindakan yang termasuk ke dalam
Tindakan yang termasuk ke dalam Kekerasan seksual a Kekerasan seksual adalah sebagai
berikut: dalah sebagai berikut :
 Perkosaan/upaya perkosaan
Perkosaan merupakan tindakan hubungan seksual tanpa persetujuan. Ini bisa
termasuk penyerangan pada suatu bagian tubuh dengan organ seksual dan/atau
penyerangan terhadap saluran genital atau anal dengan suatu benda atau bagian
tubuh. Perkosaan dan upaya perkosaan melibatkan penggunaan kekuatan, ancaman
kekuatan dan/atau paksaan. Upaya-upaya untuk memerkosa seseorang yang tidak
sampai terjadinya penetrasi dianggap sebagai upaya perkosaan.
 Pelecehan Seksual
Ancaman fisik bersifat seksual, baik dengan kekuatan atau kondisi yang tidak setara
atau paksaan.
 Eksploitasi seksual
Setiap upaya menyalahgunakan terhadap seseorang yang posisinya rentan, berbeda
kekuasaan atau kepercayaan, untuk tujuan seksual, tetapi tidak terbatas pada upaya
untuk menghasilkan keuntungan secara keuangan, sosial atau politik dari eksploitasi
seksual orang lain.

5
C. Keterkaitan kekerasan seksual dengan pelanggaran HAM
Kekerasan berbasis gender sangat bertentangan dengan hak-hak asasi manusia dan
merupakan halangan besar terwujudnya hak-hak asasi manusia dan kebebasan dasar.
Banyak prinsip hak asasi manusia yang dimuat di dalam instrumen hak asasi manusia
internasional menjadi pedoman bagi perlindungan dari kekerasan berbasis gender. kekerasan
berbasis gender. Prinsip-prinsip ini termasuk hak-hak bagi:
 Kehidupan, kemerdekaan dan Kehidupan
Hak ini terancam ketika seseorang diperkosa atau mengalami mutasi alat genital
perempuan/sunat perempuan/female genital mutilation (FGM)
 Standar kesehatan fisik dan mental tertinggi yang dapat dicapai
Hak ini terhambat jika seseorang ditolak aksesnya untuk mendapatkan pelayanan
medis yang semestinya setelah mengalami perkosaan
 Bebas dari penyiksaan atau kekejaman, serta hukuman atau perlakuan yang
tidak manusiawi atau manusiawi atau merendahkan
FGM/sunat perempuan, perkosaan, kekerasan dalam rumah tangga yang sangat
buruk, serta penolakan penolakan akses layanan layanan aborsi yang aman bagi
perempuan perempuan yang hamil karena perkosaan dan perdagangan manusia,
merupakan suatu bentuk penyiksaan atau hukuman yang kejam, tidak manusiawi dan
merendahkan
 Bebas dari semua bentuk Bebas dari semua bentuk diskrimina diskriminasi
Hak ini akan terhalang jika undang-undang gagal melindungi perempuan dan anak
perempuan dari kekerasan berbasis gender dan/atau jika mereka harus ditemani oleh
suami atau ayah untuk mendapatkan pelayanan medis akibat perkosaan. Semua
bentuk kekerasan terhadap perempuan merupakan diskriminasi terhadap mereka
 Memasuki perkawinan dengan persetujuan penuh dan bebas serta pemberian
hak-hak yang setara dalam perkawinan, selama perkawinan dan saat
perceraian
kawin paksa merupakan pelanggaran hak ini
 Kebebasan bergerak, berpendapat, berekspresi dan berkumpul
Kebebasan ini akan terampas jika seseorang diperdagangkan, dikurung paksa atau
dilarang oleh suami atau orang tua dilarang oleh suami atau orang tua mengakses
keseha mengakses kesehatan atau layanan lainnya. tan atau layanan lainnya. Anak
perempuan sangat beresiko mengalami kekerasan berbasis gender karena jenis
kelamin kelamin mereka serta usia yang muda. Konvensi Konvensi Hak-hak Hak-
hak Anak-anak

D. Apakah Akar Masalah Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual


Ketidasetaraan gender dan diskriminasi adalah penyebab utama kekerasan berbasis
gender, tetapi faktor berbeda menentukan tipe dan tingkatan kekerasan di setiap keadaan.
Da keadaan. Dalam keadaan dar keadaan darurat norma-norm urat norma-norma yang
mengatur perila mengatur perilaku sosial ku sosial menjadi lemah dan sistem-sistem sosial
tradisional seringkali hancur. Perempuan dan anak-anak terpisah dari keluarga dan
6
perlindungan masyarakat, membuat mereka menjadi semakin rentan terhadap kekerasan
dan eksploitasi yang terjadi karena gender mereka, umur, dan ketergantungan kepada
orang lain untuk mendapatkan pertolongan dan perlindungan. Semasa konflik bersenjata,
kekerasan seksual seringkali digunakan sebagai senjata perang, dengan anak-anak dan
perempuan sebagai target. Kekerasan seksual yang berkaitan dengan perang seringkali
mencakup penculikan dan perbudakan seks.

 Akar penyebab semua bentuk SGBV tergantung pada sikap dan praktek masyarakat
dalam diskriminasi gender – peran, tanggung jawab, pembatasan, hak istimewa
dan kesempatan yang didapat individual berdasarkan jender. Mengatasi akar
masalah melalui kegiatan pencegahan membutuhkan tindakan berkesinambungan
dan jangka panjang dan perubahan terjadi dengan lambat setelah priode waktu
yang lama
 Faktor yang berkonstribusi adalah faktor menyebabkan GBV tetap ada atau
meningkatkan resiko SGBV dan mempengaruhi tipe dan tingkat SGBV pada situasi
apa saja. Faktor yang berkontribusi tidak menyebabkan SGBV meskipun
diasosiasikan dengan beberapa tindakan SGBV. Beberapa contoh: penyalahgunaan
alkohol atau obat adalah faktor yang berkontribusi, tapi tidak semua pemabuk atau
pecandu obat memukul istri mereka atau memperkosa wanita.
 Perang, pengungsian dan kehadiran penyerang bersenjata adalah semua faktor
yang berkontribusi, tapi tidak semua tentara memperkosa perempuan sipil
 Kemiskinan adalah fakto Kemiskinan adalah faktor yang berkontribusi, tapi t r yang
berkontribusi, tapi tidak semua wanita idak semua wanita dan gadis dan gadis
miskin akan dieksploitasi s miskin akan dieksploitasi secara sexual atau ecara sexual
atau menjadi pekerja seks. menjadi pekerja seks
 Banyak faktor yang berkontribusi dapat dihapuskan atau dikurangi secara nyata
melalui kegiatan pencegahan.

E. pedoman prinsip dalam merespon kekerasan seksual


Prinsip dalam merespon kekerasan seksual adalah :
 Keselamatan
Memastikan keselamatan fisik dari korban
 Kerahasiaan
 Informasi hanya bisa diberikan pada orang lain dengan persetujuan korban
atau dalam kondisi darurat untuk menyelamatkan nyawa
 Menggunakan inisial atau “tanpa nama” dari korban dan orang lain yang
terlibat dalam kejadian
 Menjaga semua informasi tertulis agar aman
 Menghormati

7
 Menghormati harapan, hak dan martabat korban
 Melakukan interview pada tempat yang khusus
 Menjadi pendengar yang baik, tidak menghakimi dan bersimpati berempati
 Bersabar, jangan menekan untuk mendapatkan informasi jika korban tidak
siap
 Menanyakan pertanyaan yang relevan
 Hindari meminta korban untuk mengulang cerita pada interview
 Meyakinkan bahwa kekerasan yang terjadi bukan karena kesalahannya
 Non diskriminasi
 Menyediakan akses pada pelayanan bagi perempuan, laki-laki, ki-laki,
remaja
 Memastikan pewawancara, penerjemah, dokter, petugas polisi, petugas
proteksi, pekerja sosial masyarakat dan lainnya memiliki jenis kelamin sama
dengan korban

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kekerasan seksual adalah pelanggaran HAM, kekerasan seksual berbasis


gender/SGBV merupakan suatu kekerasan yang potensial terjadi dalam situasi
bencana. Diskriminasi dan ketidaksetaraan gender merupakan akar masalah SGBV.
Perempuan dan anak-anak merupakan kelompok yang paling beresiko
untuk mengalami kekerasan seksual pada situasi bencana.
PPAM di fokuskan pada pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.
Bentuk lain dari SGBV akan ditangani setelah situasi sudah stabil. Pencegahan dan
penanganan kekerasan seksual pada situasi bencana membutuhkan pendekatan
multi sector. Pada intinya pedoman prinsip harus dijalankan saat menangani kasus
kekerasan seks

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurnah, kedepannya penulis
akan lebih terarah dan detail dalam menjelaskan makalah diatas dengan lebih banyak
sumber yang tentunya tepat.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Inter agency Working Group on Reproductive Health in Crises. 2010. Buku Pedoman
Lapangan Antar lembaga Kesehatan Reproduksi dalam Situasi Darurat Bencana. Revisi untuk
peninauan lapangan. Jakarta: Inter agency Working Group on Reproductive Health in Crises.
2. nter Agency Standing Committee. 2005. Panduan Pencegahan Kekerasan Berbasis gender
Masa Darurat Kemanusiaan. Berfokus pada pencegahan dan penanganan kekerasan
kekerasan seksual seksual dalam masa darurat darurat . Geneva: Inter Agency Standing
Committee
3. Departemen Kesehatan RI dan UNFPA. 2008. Pedoman Pedoman Praktis Praktis Kesehatan
Kesehatan Reproduksi pada Penanggulangan bencana di Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI dan UNFPA.
4. Women Commision. 2007. Paket Pelayanan Awal Minimum Untuk Kesehatan Reproduksi
Dalam situasi Krisis. Modul pembelajaran jarak jauh. http://
www.womenscommission.org. Diunduh tanggal 20 Oktober 2013 jam 19.00

10

Anda mungkin juga menyukai