REVIEW
MK. PENDIDIKAN
PANCASILA
SKOR NILAI :
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puja dan
puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Report tentang PENEGAKAN
HUKUM TERHADAP PELECEHAN SEKSUAL TERHADAP ANAK DI WILAYAH
HUKUM KABUPATEN ACEH BESAR DAN SOSIAL CONTRUCTION OF LAW
ENFORCEMENT FOR SEXUAL VIOLENCE AGAINST WOMEN IN ACEH UTARA
Sebagai salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu yaitu bapak Maryatun
Kabatiah. S.Pd., M.Pd.
Makalah Critical Jurnal Report ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan
referensi dari beberapa Jurnal sehingga dapat memperlancar pengerjaannya. Dalam
pengerjaannya, makalah ini juga mendapat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu saya
berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan pembuatan
CJR ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya masih ada kekurangan dalam
penulisan dan penyususunan tata bahasa. Oleh karena itu, saya menerima saran dan kritik
dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita, dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi bagi para pembaca.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................
BAB II..........................................................................................................................................................
RINGKASAN ISI JURNAL......................................................................................................................
2.1 JURNAL NASIONAL.......................................................................................................................
2.2 JURNAL INTERNASIONAL........................................................................................................
BAB III......................................................................................................................................................
PEMBAHASAN........................................................................................................................................
a. Relevansi antara topik jurnal dengan karya- karya dan bidang keahlian penulis
16
b. Pokok – pokok argumentasi penulis dalam pendahuluan...........................................................
c. Pemilihan cakupan kajian teori.....................................................................................................
d. Metodologi penelitian dan relevansinya........................................................................................
e. Kerangka berpikir penulis bagian pembahasan..........................................................................
f. Kesimpulan dan saran penulis serta implikasi penelitian berikutnya.......................................
g. Keunggulan......................................................................................................................................
Kelemahan.................................................................................................................................................
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................
4.1. Kesimpulan.........................................................................................................................................
4.2. Saran...................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan seksual merupakan peristiwa negatif yang mampu menimpa siapa saja di
dunia. Menurut pandangan Islam kekerasan adalah segala sesuatu yang bersifat memaksakan
kehendaknya sendiri yang dilakukan dalam bentuk memerintah dan jika perintah tersebut
tidak dituruti maka akan mendapatkan tindakan yang tidak diinginkan berupa kekerasan.
Pelecehan seksual dapat terjadi dimana saja dan kapan saja serta dapat menimpa siapa saja
(UNESCO, 2012). Anak - anak merupakan salah satu kelompok rentan menjadi korban
kekerasan seksual (Wilkins ,2014). Kekerasan seksual tidak hanya dalam bentuk kekerasan
seksual fisik, namun dapat berupa pelecehan yang berkonteks seksual melalui media sosial
dan internet (Komisi Perlindungan Anak, 2016). Kekerasan pada anak merupakan kasus
fenomena gunung es, hanya beberapa kasus saja yang dapat dilaporkan, dan sisanya tidak
terungkap. Angka kekerasan seksual di dunia tercatat 73 juta anak laki - laki dan 150 juta
anak perempuan menjadi korban kekerasan seksual pada anak. Beberapa negara mencatat
sekitar 21 % wanita melaporakan telah mengalami pelecehan seksual ketika usianya dibawah
15 tahun. Setengah dari jumlah kekerasan seksual yang terjadi di dunia merupakan kekerasan
seksual pada anak dibawah usia 15 tahun, 700.000 diantaranya merupakan korban
perdagangan manusia, dan 80 % korban merupakan anak dan wanita (UNICEF, 2012)
Di Indonesia kasus pelecehan seksual sudah berada pada tahap darurat pelecehan seksual
karena angka pelecehan seksual setiap tahunnya selalu mengalami angka kenaikan yang
sangat ekstrim. Hal ini tidak hanya menggambarkan angka kasus pelecehan seksual yang
semakin meningkat tetapi juga kegagalan penegakan hukum pada kasus pelecehan seksual.
Berdasarkan Catatan Tahunan (CATAHU) tahun 2019, bentuk kekerasan seksual yang
banyak dilakukan ialah pencabulan sebanyak 1.136 kasus, pemerkosaan 762 kasus, pelecehan
seksual 394 kasus dan persetubuhan sebanyak 156 kasus. Kemudian, menurut komisioner
KPAI, Jasra Putra, menunjukkan pihaknya telah mencatat kasus kekerasan seksual pada anak
dari tahun 2015 sampai 2017 yang sebanyak 454 kasus, dengan rincian, pada tahun 2015
terjadi sebanyak 218 kasus, tahun 2016 sebanyak 120 kasus, dan tahun 2017 terjadi 116 kasus
kekerasan seksual (Data KPAI, 2017). Pelaku kekerasan seksual biasanya adalah orang
disekeliling dan disekitar korban, bahkan tidak jarang pelakunya adalah orang terdekat
korban. Berdasarkan Catatan Tahunan (CATAHU) kekerasan terhadap perempuan tahun
2019, dalam ranah publik pelaku kekerasan seksual terbanyak dilakukan oleh tetangga 2
sebanyak 878 kasus, teman sebanyak 506 kasus, dan orang lain 465 kasus. Menurut Ryan,
1
2
Leversee dan Lane (2010) dalam bukunya mengatakan bahwa perilaku kekerasan seksual
dapat dilakukan oleh individu dari segala rentang usia. Dengan demikian siapa saja bisa
melakukannya, termasuk anak-anak dan remaja. Hal ini dipertegas juga oleh Kartono (2010)
bahwa kekerasan seksual banyak dilakukan oleh usia remaja sampai dengan usia menjelang
dewasa. Anak seharusnya mendapatkan haknya dan salah satunya adalah mendapatkan
perlindungan dari berbagai pihak, seperti anak sedang berada dirumah atau dingkungan
keluarganya maka keluarga yang berperan dan berfungsi untuk menjaga atau melindungi anak
tersebut. Jika anak berada di luar rumah seperti disekolah maka anak tersebut mendapatkan
perlindungan dari pihak sekolahnya. Selain itu sudah di atur juga dalam undang-undang yang
mengatur tentang hak anak yaitu UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal
1 ayat (2) menyatakan bahwa “perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungin anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi,
secara optimal, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi”.
Penegakan hukum kekerasan terhadap perempuan di Aceh mendapat perhatian tajam dari
berbagai pihak, baik di Aceh maupun secara nasional. Hal ini terkait dengan meningkatnya
kasus kekerasan seksual di Aceh. Padahal Aceh satu-satunya daerah yang menerapkan syariat
Islam, yang menerapkan hukuman berbeda dengan daerah lain bagi pelaku kekerasan seksual.
Aceh yang dibingkai oleh syariat Islam baik secara formal maupun kultural menghadapi
fenomena meningkatnya kekerasan seksual, diakui oleh salah satu Wakil Ketua DPR Aceh
Safaruddin, seperti diberitakan media online Aceh Tribunnews (2021) karena lemahnya
hukuman sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku.
3. Download https://jim.usk.ac.id/kenegaraan/article/view/23728
9. Abstrak
-Tujuan Penelitan ini bertujuan untuk mengenali aspek apa saja yang
Penelitian melatarbelakangi peningkatan angka pelecehan intim terhadap anak
terus menjadi bertambah di Kabupaten Aceh Besar dengan memakai
optik Soerjono Soekanto
3
4
10 Pendahuluan
.
-Latar Dalam KUHP Indonesia lebih mengenal istilah Pecabulan, perbuatan
Belakang yang melanggar kesusilaan sering diartikan sebagai perbuatan cabul,
dan Teori karena hal ini menyerang rasa kehormatan seseorang atau korban.
Dalam pengertian juga termasuk kedalam kategori melanggar
kesopanan jika seseorang melakukan Tindakan yang tidak terpuji atau
keji, yang dalam perihal ini berkaitan dengan hawa nafsu birahi
seseorang, misalnya melakukan cium ciuman terhadap seseorang,
menyentuh alat kemaluannya, meraba payudaranya dan lain
sebagainya. Dalam Qanun Aceh tidak menggunakan kata cabul tapi
menggunakan kata pelecehan, dalam Qanun Aceh perbuatan pelecehan
intim terhadap anak diatur dalam qanun jinayat pasal 47 no 6 tahun
2014, yang isinya sebagai berikut: “ tiap orang yang melaksanakan
jarimah pelecehan intim sebagaimana yang diartikan dalam pasal 46
terhadap anak, diancam dengan‘ Uqubat Ta’ zir cambuk sangat banyak
90 ( 9 puluh) kali ataupun denda sangat banyak 900 ( 9 ratus) gr emas
murni ataupun penjara sangat lama 90 ( 9 puluh) bulan. Berdasarkan
putusan Mahkamah Syariah Aceh dari data 5 (lima) tahun terakhir
menunjukan bahwa tingkat pelecehan seksual tertinggi berada pada
Kabupaten Aceh Besar, dengan demikian perihal ini lah yang
mendesak penulis buat melaksanakan riset lebih lanjut mengenai
“Penegakan hukum terhadap pelecehan seksual tehadap anak di
Kabupaten Aceh Besar dengan menggunakan optik Soerjono Suekanto,
yang mana beliau menjelaskan ada 5 (lima) factor yang pengaruhi
penegakan hukum, ialah::
1. Aspek hukumnya sendiri
2. Aspek penegak hukum
3. Factor fasilitas serta fasilitas
4. Factor masyarakat
5. Factor budaya.
11 Metode
5
. Penelitian
- Langkah Pada penelitian ini penulis menggunakan tata cara riset hukum
Penelitian kualitatif, tata cara riset kualitatif merupakan riset hukum yang
mengacu pada norma norma hukum yang tedapat dalam undang
undang serta pula vonis majelis hukum yang hidup dalam warga.
Pendekatan yang dilakukan oleh penulis adalah non doctrinal atau
empiric, yang mana mengfokuskan kajian penelitian ini apa
seperangkat realita, seperangkat Tindakan dan juga perilaku.
3. Download https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/article/view/52631
5. Tahun 2022
6. Penulis Zulkifli, Arief Rahman, Martina, Rizka Mumtiza dan
Mauliza Risma
9. Abstrak
- Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji konstruksi sosial
penegakan hukum terhadap tindak pidana kekerasan seksual
terhadap perempuan di Aceh Utara.
- Assesment Data Jenis data berupa data primer dan data sekunder dianalisis
secara deskriptif kualitatif.
a. Relevansi antara topik jurnal dengan karya- karya dan bidang keahlian penulis
Pada identitas jurnal tertera 2 penulis Zumarni dan Saifuddin Bantasyam yang
merupakan mahasiswa dan dosen dari Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala,
yang artinya bahwa terdapat relevansi atara topik jurnal terhadap bidang keahlian
penulis yang berjudul dan atau tentang “ penegakan hukum terhadap pelecehan
seksual terhadap anak di wilayah hukum kabupaten aceh besar “ relevansi terhadap
fakultas hukum dan penegakan hukum di aceh.
perilaku dalam kehidupan. Selanjutnya dilakukan analisis data secara kualitatif dan
hasilnya disajikan dalam bentuk deskriptif untuk ditarik suatu kesimpulan.
Pendekatan antara norma-norma hukum dan undang – undang hukum akan diarahkan
kepada hak yang dimiliki golongan pribadi dalam penjagaan harga dirinya,
g. Keunggulan
Jurnal Utama
Struktural penyusunan jurnal lengkap,terdapat judul ,nama penulis, nomor
dan volume, abstrak, kata kunci, pendahuluan, metode penelitian,
pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka.
Abstrak pada jurnal lengkap sehingga ketika membaca kita abstraknya saja,
kita sudah dapat memahami isi jurnal keseluruhan.
Penjelasan jurnal disertai bahasa yang mudah yang membuat pembaca lebih
mudah mengkajinya.
Referensi yang dipaparkan pada jurnal juga sudah lengkap.
Jurnal Pembanding 1
Penulisan judul artikel sudah benar sesuai dengan EYD
Struktural penyusunan jurnal lengkap,terdapat judul ,nama penulis, nomor
dan volume, abstrak, kata kunci, pendahuluan, metode penelitian,
pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka.
Konsep jurnal sesuai dengan realita yang ada dilapangan dan solusi untuk
permasalahan dijelaskan dengan rinci
Kelemahan
Jurnal Utama
Kekurangannya nya peneliti tidak memaparkan berapa lama waktu yang digunakan
untuk penelitian.
Jurnal Pembanding 1
Terdapat kekurangan dari segi penjelasan materi yang seharusnya lebih
dikembangkan, namun hanya dijelaskan secara sepintas saja.
Penulisan tata letak nya tidak rapi.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penulisan critical jurnal review ini Dasar hukum yang digunakan
dalam proses penegakan hukum kekerasan seksual terhadap perempuan di Aceh Utara
adalah Qanun Aceh No 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat . Berdasarkan qanun ini,
pelaku kekerasan seksual di Aceh dijerat pidana (uqubat) dengan hukuman hudud dan
ta'zir. Hukuman hudud adalah hukuman yang sanksi pidananya telah diatur secara tegas
dalam Al-Quran dan Al-hadits. Mengenai pelecehan seksual dan pemerkosaan, semuanya
dipidana dengan pidana penjara, sedangkan perzinahan dengan anak-anak dipidana
dengan cambukan 100 (seratus) kali dan pidana penjara. Ada tiga bentuk kekerasan
seksual yang diatur dalam qanun ini, yaitu zina dengan anak, pencabulan, dan Terdapat
permasalahan substansial dalam qanun jinayat, seperti frasa “atau” dalam tuntutan pidana
yang mengandung arti bahwa penegak hukum wajib memilih salah satu alternatif
hukuman sehingga muncul pandangan bahwa qanun ini memiliki hukuman yang lebih
ringan dari hukum nasional. Kekhususan Aceh mengakibatkan Aceh mampu menerapkan
hukum Islam seperti hukum pidana kekerasan seksual. Hal ini menjadikan qanun jinayat
sebagai satu-satunya landasan penegakan hukum bagi tindak pidana kekerasan seksual.
Padahal, modus dan perkembangan hukum tentang kekerasan seksual bersifat dinamis.
Untuk itu, penelitian ini merekomendasikan untuk merevisi hukum jinayat dengan
mengadopsi perkembangan hukum nasional kontemporer terkait kekerasan seksual dan
memberikan ruang bagi para penegak hukum di Aceh untuk menggunakan peraturan
perundang-undangan nasional tanpa mengurangi karakteristik Islam Aceh.
4.2. Saran
Saran saya sebagai mahasiswa hanya mengharapkan kepada para calon guru dimasa
yang akan datang terus dalam meningkatkan kualitas diri serta kreativitas, dengan awal
yang seperti ini akan memberikan dampak yang besar pada calon anak didik yang akan
kita ajar kelak. Dengan memberikan pengetahuan tentang pelecehan kepada anak akan
menghindarkan anak untuk kehilangan masa depan yang bisa dia wujudkan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Zulkifli, Z., Rahman, A., Martina, M., Mumtiza, R., & Risma, M. (2022). Social construction
of law enforcement for sexual violence against women in Aceh Utara. Jurnal
Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 19(2), 224-234.
16