Anda di halaman 1dari 46

PROPOSAL

SKRIPSI PERANCANGAN

Perancangan Audio Visual Tentang Pendidikan Seksual

Untuk Anak Usia Remaja di Bandar Lampung

Disusun Oleh:

Rizxy Agung Saputra

120380098

PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

FAKULTAS TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


LAMPUNG SELATAN
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI

PORPOSAL

SKRIPSI PERANCANGAN

Perancangan Audio Visual Tentang Pendidikan Seksual


Untuk Anak Usia Remaja di Bandar Lampung

Program Studi Desain Komunikasi Visual


Fakultas Teknologi Infrastruktur Dan Kewilayahan

Institut Teknologi Sumatera

Nama : Rizxy Agung Saputra


NIM : 120380098

Penguji 1 Penguji 2

(Namuri Migotuwio, S.Sn., M.Sn) (PG. Wisnu Wijaya., S.Sn., M.Sn)


NIP : 1989 0116 2018 1112 NIP : 1991 0208 2017 1063

Mengetahui,
Ketua Program Studi

(Refita Ika Indrayati, M.Ds.)


NIP. 199305222022032010

i
Table of Contents
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah : .......................................................................................... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 4
1.4. Batasan Penelitian ................................................................................................... 5
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................... 8
KAJIAN SUMBER .................................................................................................................. 8
2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 8
2.2 Tinjauan Karya......................................................................................................... 11
2.3 Landasan Teori ........................................................................................................ 12
BAB III ................................................................................................................................ 19
Metode.............................................................................................................................. 19
3.1. Metode................................................................................................................... 19
3.1.2. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 20
3.1.3. Jenis Data (Primer, Sekunder) .................................................................... 22
3.1.4. Sumber Data .................................................................................................. 23
3.1.5. Instrumen Pengumpulan Data..................................................................... 25
3.1.6. Teknik Analisis Data..................................................................................... 29
3.2. Penyajian Data ....................................................................................................... 30
3.3 Hasil dan Temuan.................................................................................................... 33
3.4. Analisis Data .................................................................................................... 36
3.5. Solusi Pemecahan Masalah .................................................................................... 40

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendidikan seksual untuk anak usia remaja merupakan bagian integral
dari pembentukan karakter dan perkembangan kesehatan anak-anak. Menurut
data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Indonesia, pendidikan seksual di usia remaja memiliki peran krusial dalam
membangun pemahaman yang benar terkait tubuh dan perilaku sehat. Namun,
kondisi ini belum sepenuhnya optimal, terutama di kota seperti Bandar
Lampung, yang memerlukan perhatian khusus untuk memastikan anak usia
remaja menerima pendidikan seksual yang sesuai (BKKBN, 2020).
Usia remaja, yang merupakan fase transisi antara masa anak-anak dan
dewasa, dapat dikategorikan menjadi tiga tahap berdasarkan rentang usia.
Remaja awal, yang umumnya berlangsung dari usia 10 hingga 13 tahun,
ditandai dengan perubahan fisik yang signifikan, termasuk pertumbuhan tubuh
yang cepat dan perkembangan seksual yang dimulai. Remaja pertengahan,
yang berlangsung dari usia 14 hingga 17 tahun, menyoroti peningkatan dalam
perkembangan kognitif dan sosial, di mana individu mulai mengeksplorasi
identitas diri dan hubungan interpersonal yang lebih kompleks. Terakhir,
remaja akhir, yang berlangsung dari usia 18 hingga 21 tahun, merupakan tahap
di mana individu mulai memasuki kesiapan untuk memasuki kehidupan
dewasa mandiri, mengambil tanggung jawab yang lebih besar, dan membuat
keputusan yang lebih kompleks. Ini sesuai dengan pemahaman yang
disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes)
mengenai perkembangan usia remaja.
Tanpa pendidikan seksual yang memadai untuk remaja usia 14-21
tahun, masyarakat berhadapan dengan tantangan serius terkait kesehatan
reproduksi dan kesejahteraan psikososial generasi muda. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan
bahwa pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi anak
secara utuh, termasuk dalam hal pembentukan karakter dan pemahaman
mengenai kesehatan reproduksi (UU No. 20 Tahun 2003). Namun, kurangnya
panduan dan pendekatan yang komprehensif dalam menyampaikan informasi

1
tentang seksualitas kepada remaja dapat menciptakan celah pengetahuan yang
signifikan. Hal ini menciptakan risiko penyebaran informasi yang tidak benar,
ketidakpahaman tentang pentingnya perlindungan diri, serta peningkatan
angka kehamilan remaja dan penyebaran penyakit menular seksual.
Hal ini patut untuk diperhatikan mengingat semakin hari perilaku
seksual berisiko terutama di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017,
menunjukkan bahwa sebesar 84% pria dan 80% wanita dilaporkan telah
berpacaran. Saat berpacaran, 75% pria dan 64% wanita melakukan aktivitas
berpegangan tangan, 33% pria dan 17% wanita berpelukan, 50% pria dan 30%
wanita ciuman bibir, 22% pria dan 5% wanita saling meraba. Delapan persen
pria dan 2% wanita dilaporkan telah melakukan hubungan seks pra nikah,
dengan alasan antara lain: 47% saling cinta, 30% penasaran 30%
penasaran/ingin tahu, 16% terjadi begitu saja, dan masing-masing 3% karena
dipaksa an terpengaruh teman. Di antara wanita dan pria yang telah melakukan
hubungan seks pra nikah, 74% pria dan 59% wanita dilaporkan mulai
berhubungan seks pertama kali pada umur 15-19 tahun. Persentase paling
tinggi terjadi pada umur 17 tahun yaitu mencapai 19%. Penggunaan kondom
pada hubungan seks terakhir lebih banyak dilakukan oleh wanita (49%)
dibanding pria (27%). Dua belas persen kehamilan tidak diinginkan dilaporkan
oleh wanita dan 7% dilaporkan oleh pria yang memiliki pasangan dengan
kehamilan tidak diinginkan. Sembilan belas persen pria dan 23% wanita
mengetahui seseorang teman yang mereka kenal yang melakukan aborsi. Satu
persen di antara mereka menemani/memengaruhi teman/seseorang untuk
melakukan aborsi (SDKI, 2017)
Dalam konteks penyusunan skripsi tentang "Perancangan Audio Visual
tentang Pendidikan Seksual untuk Anak Usia Remaja di Bandar Lampung",
penting untuk memahami konteks dan tantangan yang dihadapi oleh remaja di
wilayah tersebut. beberapa studi kasus tentang seks bebas dan penyakit
menular seksual (PMS) di wilayah tersebut menjadi relevan. Sebuah laporan
dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung menunjukkan peningkatan kasus
penyakit menular seksual dalam lima tahun terakhir. Misalnya, pada tahun
2022, kasus gonore di Bandar Lampung meningkat 30% dibandingkan tahun
sebelumnya (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2022). Studi lain yang
2
dilakukan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat Bandar Lampung menyoroti
praktik seks bebas di kalangan remaja. Menurut survei mereka, 60% remaja
usia 15-19 tahun di Bandar Lampung telah melakukan hubungan seksual tanpa
perlindungan (Pusat Kesehatan Masyarakat Bandar Lampung, 2021). Hasil
studi tersebut menunjukkan bahwa praktik seks bebas telah menjadi masalah
yang meresahkan di kalangan remaja Bandar Lampung.
Perilaku seksual remaja terkait dengan praktik seks bebas menjadi isu
yang semakin mendalam dan kompleks dalam masyaraka. Penelitian oleh
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Indonesia
(2020) menunjukkan bahwa perilaku seks bebas di kalangan remaja dapat
menyebabkan konsekuensi serius, termasuk peningkatan risiko penyebaran
penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Kurangnya pemahaman tentang perlindungan diri dan kurangnya akses
terhadap informasi yang benar dapat memperburuk situasi ini. Oleh karena itu,
latar belakang perilaku seksual remaja terkait seks bebas perlu dianalisis
dengan mendalam untuk merancang pendekatan edukatif dan preventif yang
lebih efektif dan mendukung kesehatan reproduksi remaja secara menyeluruh.
(BKKBN, 2020).
Teknologi informasi, seperti audio visual, menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan sekarang ini. Riset oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia (2020) menyoroti bahwa
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat dan
partisipasi remaja usia 14-21 tahun dalam proses pendidikan. Oleh karena itu,
perancangan audio visual dapat memberikan solusi yang sesuai dengan
perkembangan zaman dan karakter anak-anak di Bandar Lampung.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh urgensi untuk menghadirkan
pendidikan seksual yang menyeluruh dan relevan bagi anak usia remaja di
Bandar Lampung. Melalui perancangan audio visual yang terfokus dan
kontekstual, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif
dalam membuka akses informasi yang sehat, membentuk pemahaman yang
benar, serta mengurangi ketidapastian terkait dengan aspek seksualitas di masa
depan.

3
1.2. Rumusan Masalah :
Berdasarkan pemaparan isu dan pengembangan masalah pada latar
belakang diatas, maka muncul pokok permasalahan yang nantinya menjadi
fokus kajian dari penulis yang akan dibahas dalam perancangan ini diantaranya
adalah sebagai berikut :

1. Mengapa praktik seks bebas menjadi permasalahan yang signifikan di


kalangan remaja dalam Perancangan Audio Visual?
2. Apa metode terbaik yang dapat digunakan dalam perancangan Audio
Visual tersebut, termasuk tahapan-tahapan seperti perencanaan konsep,
pengumpulan data, pengembangan skenario, produksi video, dan
penyebaran pesan?
3. Bagaimana merancang Karya Desain Komunikasi Visual, khususnya
audio visual dapat memberikan solusi yang sesuai dengan perkembangan
zaman dan karakter anak-anak di Bandar Lampung dalam konteks
pendidikan seksual sesuai nilai dan norma adat budaya Lampung?

1.3. Tujuan dan Manfaat


1.3.1. Tujuan
Pentingnya pendidikan seks di Bandar Lampung pada anak usia remaja
di era digital adalah untuk memberikan pemahaman yang sehat, positif, dan
berlandaskan nilai-nilai moral tentang seksualitas kepada anak-anak sejak dini.
Berikut adalah beberapa tujuan pentingnya pendidikan seks di Bandar
Lampung pada anak usia dini era digital:

1. Mengetahui praktik seks bebas menjadi permasalahan yang signifikan di


kalangan remaja dalam Perancangan Audio Visual?
2. Mengetahui metode terbaik yang dapat digunakan dalam perancangan
Auduio Visual tersebut, termasuk tahapan-tahapan seperti perencanaan
konsep, pengumpulan data, pengembangan skenario, produksi video, dan
penyebaran pesan?
3. Mengetahui Karya Desain Komunikasi Visual, khususnya audio visual
dapat memberikan solusi yang sesuai dengan perkembangan zaman dan
karakter anak usia remaja di Bandar Lampung dalam konteks pendidikan

4
seksual sesuai nilai dan norma adat budaya Lampung?

1.3.2. Manfaat
Manfaat dari perancangan Audio Visual Tentang Pendidikan Seksual
Untuk Anak Usia Dini Di Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat diharapkan tugas akhir ini berpotensi memberikan
pandangan yang lebih luas tentang potensi teknologi informasi,
khususnya audio visual, dalam konteks pendidikan seksual anak usia
dini di Bandar Lampung
2. Bagi mahasiswa dalam perancangan audio visual ini Institut Teknologi
Sumatera khususnya program studi Desain Komunikasi Visual dapat
menjadi referensi, dan informasi bagi mahasiswa yang melanjutkan
dalam perancangan dengan media atau topik yang serupa.
3. Bagi peneliti mendapatkan wawasan yang lebih luas dan memperkaya
literatur mengenai integrasi nilai-nilai budaya dan agama lokal dalam
pendidikan seksual anak usia dini di Bandar Lampung
4. Bagi penulis, karya tugas akhir ini dapat menjadi portfolio dan
dinikmati oleh masyarakat.
Pentingnya perancangan Audio Visual Tentang Pendidikan Seksual
Untuk Anak Usia Remaja Di Bandar Lampung adalah upaya untuk
mempersiapkan generasi muda agar dapat menghadapi tantangan dan risiko
yang ada dalam lingkungan digital yang semakin kompleks saat ini dengan
pemahaman yang sehat dan tanggap.

1.4. Batasan Penelitian

Dalam perancangan tugas akhir ini penulis memiliki batasan-batasan dalam


melakukan penelitian dan perancangannya, yaitu:
1. Lokasi Penelitian: Penelitian ini terbatas pada wilayah Bandar Lampung
sebagai lokasi utama, dengan fokus pada kondisi, tantangan, dan kebutuhan
pendidikan seksual untuk anak usia remaja di kota tersebut.
2. Waktu Penelitian: Waktu penelitian terbatas pada periode tertentu, dengan
rentang waktu yang diambil sesuai dengan ketersediaan data dan informasi
yang relevan, serta mempertimbangkan faktor-faktor musiman atau

5
perubahan kondisi sosial yang dapat memengaruhi pendidikan seksual anak
usia dini.
3. Sumber Data: Penelitian ini akan menggunakan data sekunder dari
lembaga dan institusi resmi seperti BKKBN, KPAI, LD FEB UI, dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sumber data lainnya dapat
melibatkan wawancara dan kuesioner kepada stakeholder terkait, termasuk
orang tua, guru, dan pihak terkait lainnya.
4. Aspek Pendidikan Seksual: Penelitian ini membatasi aspek pendidikan
seksual pada pemahaman tentang tubuh dan perilaku sehat, serta mencakup
pemahaman mengenai perubahan tubuh, nilai-nilai budaya dan agama lokal,
serta peran keluarga dan teknologi audio visual dalam konteks pendidikan
seksual.
5. Perancangan Audio Visual: Fokus perancangan audio visual terbatas pada
pemahaman anak usia remaja terhadap perubahan tubuh dan perilaku sehat.
Rancangan ini tidak mencakup aspek-aspek pendidikan seksual yang lebih
kompleks, seperti isu-isu gender atau kekerasan seksual.
6. Perspektif Subjek Penelitian: Penelitian ini lebih menekankan pada
perspektif anak usia dini, orang tua, dan pihak yang terlibat dalam
pendidikan, seperti guru. Perspektif lain, seperti pandangan masyarakat
secara keseluruhan, dapat menjadi fokus penelitian lebih lanjut.
Batasan-batasan tersebut dirancang untuk memfokuskan penelitian pada aspek-
aspek yang spesifik dan memberikan kerangka kerja yang terkelola secara
efisien dalam rangka menghasilkan temuan yang relevan dan berarti.

1.5 Sistematika Penulisan

Dibutuhkan adanya sistematika penulisan dalam menyusun perancangan ini


untuk membahas serta menyajikan karya tugas akhir agar lebih terstruktur. Terdapat
beberapa bagian dalam perancangan tugas akhir ini, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang perancangan Audio Visual
Tentang Pendidikan Seksual, rumusan masalah, rancangan masalah, tujuan, manfaat

6
perancangan, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN SUMBER

Pada bab ini menjelaskan tentang teori-teori dasar beserta perancangan-


perancangan sebelumnya yang relevan untuk mendukung perancangan penelitian
mengenai pendidikan seksual dengan landasan yang berhubungan dengan aspek-aspek
grafis visual.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini menjelaskan konsep berdasarkan metode penelitian, penyajian data,
hasil dan temuan, analisis data serta solusi pemecahan masalah yang diperoleh melalui
data-data yang telah dikumpulkan sesuai dengan perancangan penelitian.

7
BAB II

KAJIAN SUMBER
2.1 Tinjauan Pustaka

Sebagai penunjang tugas akhir, penulis mengulas beberapa jurnal dengan


perancangan sejenis yang telah dilakukan sebelumnya sebagai referensi penulis
untuk melakukan perancangan dengan hasil yang lebih terarah.

2.1.1 Pengaruh Layanan Informasi Berbasis Media Audiovisual Terhadap


Perilaku Pacaran Siswa
Jurnal Rahma Wati Harbi, Imam Pribadi, Marhani Program Studi
Bimbingan dan Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Palopo dengan judul Pengaruh Layanan Informasi Berbasis
Media Audiovisual Terhadap Perilaku Pacaran Siswa. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat perilaku negatif pacaran siswa dan memberikan
layanan informasi berbasis media audiovisual untuk mencegah perilaku negatif
dalam berpacaran. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan experiment
desain one-group, pre-test post-test design. Populasi dalam penelitian ini yaitu
seluruh kelas VIII menggunakan teknik cluster random sampling berdasarkan
hasil random terpilihlah satu kelas yang berjumlah 30 siswa. Teknik
pengumpulan data menggunakan angket dan observasi. Teknik analisis data
menggunakan Uji Paired Sample t Test. Hasil penelitian berdasarkan
Interpretasi Uji Paired Sample t Test jumlah nilai hitung 14.462 dengan nilai
Sig. (2-tailed) sebesar 0.000 < 0.005, maka H0 ditolak Ha diterima dapat
disimpulkan bahwa hipotesis yang di uji dalam penelitian ini dapat diterima,
yaitu terdapat pengaruh layanan informasi berbasis media audiovisual terhadap
perilaku pacaran siswa. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa setelah
diterapkan layanan informasi berbasis media audio visual tingkat perilaku
negatif pacaran siswa berada pada kategori rendah pada siswa SMP Negeri 3
Kota Palopo.
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah one-group
pre-test-post-test design, yaitu dilakukan pre-test sebelum diberikan penelitian
dan post-test setelah diberikan layanan (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini
dilakukan sebanyak 2 kali pengukuran yaitu pengukuran dengan menggunakan

8
skala perilaku negatif pacaran siswa negatif sebelum pemberian layanan
informasi dengan media audio visual Pre-test dan pengukuran skala perilaku
pacaran siswa setelah diberikan layanan informasi dengan media audiovisual
dan menggunakan skala yang sama yaitu perilaku negatif pacaran siswa Post-
test.
2.1.2 Animasi Smart Parenting Sebagai Peran Aktif Orang Tua Dalam
Perkembangan Anak Di Era Digital
Jurnal Savira Marsha Salsabila Jurusan Ilmu Komputer Program Studi
DIII Manajemen Informatika UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR
LAMPUNG dengan judul. Tujuan pembuatan animasi ini yaitu memberikan
pemahaman kepada orang tua mengenai peran mereka dalam mengoptimalkan
perkembangan anak di era digital. Melalui animasi ini, diharapkan orang tua
dapat memahami tantangan dan manfaat teknologi dalam perkembangan anak,
serta keterampilan dan strategi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan
tersebut. Manfaat pembuatan animasi ini adalah orang tua lebih memahami dan
dapat menerapkan smart parenting di keluarga mereka sehingga anak lebih
terarah dan mengerti penggunaan teknologi digital dengan baik dan benar.
Metode pembuatan animasi menggunakan metode MDLC (Multimedia
Development Life Cycle) yaitu concept (konsep), design (perancangan),
material collecting (pengumpulan bahan), assembly (pembuatan), testing
(pengujian), Distribution (distribusi). (Luther Arc, 2010)
Foto Karya :

Gambar 2.1 Animasi Smart Parenting: Peran Aktif Orang Tua


Dalam Perkembangan Anak Di Era Digital

9
2.1.3 Pengaruh Penyuluhan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dengan Media
Audiovisual Terhadap Perilaku Seksual Remaja

Jurnal Akbar, Arif Daigul dari Universitas dr. SOEBANDI, Jember dengan
judul Pengaruh Penyuluhan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dengan Media
Audiovisual Terhadap Perilaku Seksual Remaja. Tujuan literature review ini
adalah menganalisis pengaruh penyuluhan pendidikan kesehatan reproduksi
dengan media audiovisual terhadap perilaku seksual remaja.

Metode: Desain penelitian ini menggunakan literature review dengan


pencarian database menggunakan google scholar tahun 2017-2021, didapatkan
tujuh artikel yang sesuai melalui analisis tujuan, kriteria inklusi, ekslusi dan hasil
dari setiap artikel. Artikel dianalisis menggunakan metode analisa PICOS
(Population, intervensui, Comparasi,, Outcome dan study). Hasil: dari tujuh
artikel yang telah direview terdapat pengaruh penyuluhan pendidikan kesehatan
reproduksi dengan media auidovisual terhadap perilaku seksual remaja dengan
rata-rata P-value < 0.05. Analisis: Menggunakan uji Wilcoxo diperoleh tujuh
artikel dengan hasil nilai p-value < 0.05. yang artinya ada pengaruh penyuluhan
pendidikan kesehatan reproduksi dengan media audiovisual terhadap perilaku
seksual remaja.

Diskusi: Hasil dari tujuh artikel yang telah direview, menyebutkan bahwa
tujuh artikel terdapat pengaruh penyuluhan pendidikan kesehatan reproduksi
dengan media audiovisual terhadap perilaku seksual remaja. Diharapkan dapat
meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi dengan media audiovisual
untuk mengurangi perilaku seksual remaja

2.1.4. Pengembangan Video Sebagai Media Pendidikan Seksual Bagi Remaja

Penelitian AFRINATI, ARISKA yang berjudul Pengembangan Video


Sebagai Media Pendidikan Seksual Bagi Remaja, Universitas Islam Sultan
Agung Semarang. ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengetahui
kelayakan dan kevalidan media video dalam memberikan pendidikan seksual
serta untuk menghasilkan produk media pendidikan seksual berbasis video
untuk remaja. Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D).
Model pengembangan media pendidikan ini menggunakan ADDIE (Analisys,
Design, Development, Implementation, Evaluation). Namun pada penelitian ini

10
hanya sampai tahap Analisys, Design, Development (ADD). Hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa pengembangan video pendidikan seksual bagi remaja
sangat baik atau layak untuk dilakukan uji coba, karena berdasarkan hasil uji
validitas oleh ahli media mendapatkan skor 4,7, ahli materi tarbiyah jinisiyah
dengan skor 4,77, ahli materi kesehatan reproduksi dengan skor 4,58, ahli bahasa
dengan skor 4,3, dan penilaian respon siswa dengan skor 4,65. Sehingga video
pendidikan seksual bagi remaja masuk dalam kategori “sangat baik” atau
dinyatakan layak untuk dilakukan uji coba. Diharpkan penelitian ini dapat
dilanjutkan sampai tahap implementasi dan evaluasi agar produk yang
dihasilkan dapat optimal

2.2 Tinjauan Karya

Sebagai pelengkap pembuatan karya, penulis melakukan studi karya


terdahulu yang sudah dirancang sebagai acuan dalam pembuatan karya Tugas
Akhir. Adapun rancangan karya yang digunakan penulis agar perancangan karya
lebih maksimal, sebagai berikut :

2.2.1 Serial Documenter : The Principles of Pleasure


Serial Netflix berjudul The Principles of Pleasure yang di sutradarai
oleh Niharika Desai pada tahun 2022 adalah sebuah serial documenter
tentang edukasi seks wanita yang sering kali masih menjadi hal yang tabu.
Foto Karya :

Gambar 2.2 Serial Documenter : The Principles of Pleasure

2.2.2 TV Series : Sex Education

TV series dengan judul Sex Education yang di sutradarai oleh Laurie


Nunn dan dipublikasikan pada tahun 2019 ini bercerita tentang remaja
bernama Otis yang punya kepribadian canggung, kaku, dan tidak memiliki
kepercayaan diri. Ia juga sangat cupu dalam hal percintaan.

11
Foto Karya :

Gambar 2.3 TV Series : Sex Education

2.2.3 Iklan Layanan Masyarakat : HIV AID 2

Iklan layanan masyarakat yang di posting pada kanal YouTube


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2016 ini
memberikan edukasi seputar pentingnya menjaga diri agar terhindar dari
HIV AIDS kepada masyarakt luas.

Foto Karya :

Gambar 2.4 Iklan Layanan Masyarakat : HIV AID 2

2.3 Landasan Teori

2.3.1 Desain Komunikasi Visual

Desain komunikasi visual adalah suatu disiplin ilmu yang ditujukan


untuk mempelajari konsep-konsep komunikasi serta ungkapan kreatif
melalui berbagai media dalam menyampaikan pesan atau gagasan secara
visual dengan mengelola elemen elemen grafis yang berupa bentuk, gambar,

12
tatanan huruf, komposisi warna, tata letak (layout) agar dapat diterima oleh
seseorang atau kelompok yang menjadi sasaran penerimaan pesan
(Kusrianto, 2007). Sedangkan menurut Menurut Suyanto, desain
didefinisikan sebagai aplikasi dari keterampilan seni dan komunikasi untuk
kebutuhan bisnis dan industri. Aplikasi-aplikasi ini dapat meliputi periklanan
dan penjualan produk, menciptakan identitas visual untuk institusi, produk
dan perusahaan, dan lingkungan grafis, desain informasi, dan secara visual
menyempurnakan pesan dalam publikasi (Suyanto, 2004)
Dalam buku yang ditulis oleh Sachari, desain komunikasi visual
adalah profesi yang mengkaji dan mempelajari desain dengan
mempertimbangkan isi pesan, symbol, gambar, dan media. Dalam aspek
definisi, lingkup, fungsi, media keilmuan, desain komunikasi visual
difungsikan untuk mengkaji hal-hal yangbberkaitan dengan pesan
komunikasi, teknologi media, teknologi percetakan, dan teknik persuasi
kepada masyarakat (Sachari, 2005). Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat
disimpulka bahwa Desain Komunikasi Visual ilmu yang mempelajari
mengenai aspek komunikas melalui media visual untuk menyampaikan
sebuah pesan secara tersirat ataupun tidak tersirat.
2.3.2 Audio Visual

Audio Visual mengacu pada bentuk komunikasi yang menggunakan


elemen suara (audio) dan visual (gambar atau video) secara bersamaan untuk
menyampaikan pesan atau informasi. Gabungan elemen audio dan visual
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan retensi informasi dengan
menyediakan pengalaman sensorik yang lebih lengkap. Media audio visual
dapat mencakup berbagai bentuk, seperti presentasi multimedia, film,
animasi, dan materi pembelajaran interaktif.
Penggunaan audio visual memiliki keunggulan dalam menyampaikan
informasi dengan cara yang lebih menarik, memudahkan pemahaman
kompleksitas konsep, dan meningkatkan daya ingat. Dalam konteks
pendidikan, audio visual juga dapat membantu siswa untuk lebih terlibat
dalam proses belajar dan mengembangkan pemahaman yang lebih
mendalam.

13
Sebagai contoh, di dalam buku "Educational Technology and Media
for Teaching" oleh Sharon Smaldino, Deborah Lowther, dan Clif Mims
(2019), audio visual dijelaskan sebagai alat pembelajaran yang berfungsi
untuk menyampaikan informasi dengan lebih efektif melalui integrasi suara,
gambar, dan teks, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih
kaya dan menarik.

2.3.3 Iklan Layanan Masyarakat

Iklan Layanan Masyarakat adalah sebuah hal yang berguna untuk


menyampaikan informasi langsung kepada masyarakat. Iklan bersifat
komersial dan non komersial. Salah satu yang bersifat non komersial adalah
iklan layanan masyarakat.
Jika pada iklan komersial umumnya dikenakan biaya kepada
pengiklan, namun berbeda dengan iklan layanan masyarakat yang bersifat
non komersil. Pemerintah Indonesia mendukung penuh adanya iklan layanan
masyarakat. Hal ini seperti yang dituangkan dalam undang-undang penyiaran
pasal 33 yang mengatur bahwa semua media massa harus menyediakan
waktu bagi iklan layanan masyarakat secara gratis.
Menurut Kasali 1992:121, Public Service Announcement (iklan
layanan masyarakat) adalah suatu permintaan penyiaran yang dikeluarkan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan pemerintah secara langsung
sebagai wujud solidaritas terhadap masalah masyarakat. Seperti pada
informasi ketertiban lalu lintas, program pemerintah dan informasi penting
lainnya.
Liliweri 1992:32, mengatakan iklan layanan masyarakat adalah
bentuk iklan yang sifatnya non-profit, sehingga iklan seperti ini tidak mencari
keuntungan setelah pemasangan informasi kepada masyarakat secara global.
Susamto 1976:203, iklan layanan masyarakat adalah suatu media
informasi terkait setiap layanan masyarakat, penyebaran informasi yang tidak
melalui pembelian ruang dan waktu, yang disiarkan mengenai pelayanan
masyarakat dan dilaksanakan berdasarkan kegiatan non-profit (tidak
mengejar keuntungan).

14
Dalam penayangannya, Dewan Periklanan Amerika atau Ad Council
Inc, memberikan informasi mengenai aturan iklan yang masuk ke kategori
iklan layanan masyarakat, yaitu:
• Iklan tidak bersifat keagamaan,
• non politis,
• non komersil,
• dapat diiklankan,
• berwawasan nasional,
• diajukan oleh sebuah organisasi yang diakui dan diterima pemerintah
• mempunyai dampak besar dan memiliki kepentingan tinggi sehingga
wajib menerima dukungan dari media nasional dan lokal.

Keberadaan Iklan Layanan Masyarakat sendiri selalu berkembang


mengikuti peradaban masyarakat, teknologi dan sosial di masyarakat.
Komunikasi visual sebagai kekuataan dalam strategi penyampai pesan iklan
dipandang sebagai bahasa, maka visualisasi iklan mencakup struktur tanda
yang memiliki makna. Pemilihan iklan layanan masyarakat sebagai pijakan
kreatif karena dalam perancangan melibatkan konsep-konsep dan strategi
kreatif sehingga mampu mewujudkan karya yang memberI pesan kuat.
Tujuannya strategi komunikasi visual adalah agar pesan yang disampaikan
melalui beberapa media dapat menarik beberapa khalayak. Strategi kreatif
dalam rancangan ini mencakup beberapa pendekatan di antaranya:
pendekatan isi pesan, what to say, dan how to say. Media ditentukan
berdasarkan pertimbangan media habit, efektivitas media, dan biaya relatif
(efisiensi biaya). Visualisasi iklan diwujudkan dengan mengembangkan
ilustrasi dan menggabungkan gambar, headline, logo, dan tagline disertai
dengan layout. Media yang digunakan adalah poster, billboard, banner, kaos,
iklan surat kabar, leaflet, sticker, topi, pin, tote bag dan gantungan kunci.
Teknik fotografi digunakan untuk memperkuat gambar.

2.3.4 Pendidikan Sex Di Bandar Lampung

Pendidikan seks di Bandar Lampung adalah bagian integral dari upaya


pemerintah dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan
reproduksi dan perilaku seksual yang sehat. Di tingkat nasional, Badan

15
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memainkan
peran penting dalam mengkoordinasikan program pendidikan seks.
Pendidikan seks di sekolah merupakan komponen kunci dalam upaya ini, di
mana materi pendidikan seks termasuk informasi tentang tubuh, kesehatan
reproduksi, kontrasepsi, dan pencegahan penyakit menular seksual.

Pendidikan seks di Bandar Lampung juga mencerminkan keragaman


budaya dan nilai-nilai lokal. Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan
bahwa materi pendidikan seks sesuai dengan konteks budaya dan agama
masyarakat Indonesia. Seringkali, program pendidikan seks juga melibatkan
peran keluarga dan masyarakat. Keluarga diharapkan untuk berperan aktif
dalam memberikan pemahaman kepada anak-anak mereka tentang kesehatan
reproduksi dan perilaku seksual yang sehat, sehingga pendidikan seks bukan
hanya tanggung jawab sekolah, tetapi juga melibatkan lingkungan keluarga.

Meskipun telah ada upaya nyata untuk meningkatkan pemahaman


tentang pendidikan seks, masih ada beberapa tantangan. Keterbatasan akses,
perbedaan budaya, dan resistensi terhadap topik ini dapat menjadi hambatan
dalam efektivitas program pendidikan seks di beberapa wilayah. Oleh karena
itu, program pendidikan seksus terus dikembangkan dengan pendekatan yang
holistik dan berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan reproduksi dan
kesejahteraan masyarakat Bandar Lampung secara keseluruhan.

2.3.5 Seks Bebas Di Kalangan Remaja

Praktik seks bebas di kalangan remaja merupakan fenomena kompleks


yang melibatkan berbagai faktor sosial, budaya, dan individual. Pada tingkat
global, termasuk Indonesia, masalah ini menjadi perhatian serius karena
dapat berkontribusi pada dampak negatif seperti penyebaran penyakit
menular seksual (PMS) dan kehamilan yang tidak diinginkan di kalangan
remaja.
Penting untuk menyadari bahwa praktik seks bebas dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, termasuk kurangnya pendidikan seks yang
komprehensif, kurangnya pemahaman tentang konsekuensi seksual yang
bertanggung jawab, serta pengaruh media dan budaya yang mengidealkan
seksualitas tanpa tanggung jawab.

16
Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Indonesia, peran pendidikan seks yang kurang memadai
dapat menjadi salah satu penyebab praktik seks bebas di kalangan remaja.
Kurangnya akses terhadap informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi dan kontrasepsi dapat meningkatkan risiko perilaku seksual yang
tidak bertanggung jawab.
Selain itu, aspek budaya dan norma-norma sosial juga memainkan
peran penting. Beberapa remaja mungkin terpapar pada tekanan untuk terlibat
dalam hubungan seksual, terutama jika ada ketidakjelasan atau stigma seputar
pembicaraan terbuka tentang seksualitas di masyarakat.
Upaya untuk mengatasi praktik seks bebas di kalangan remaja
memerlukan pendekatan holistik. Hal ini mencakup peningkatan pendidikan
seks yang menyeluruh, peran aktif keluarga dalam memberikan pemahaman
tentang nilai-nilai kesehatan reproduksi, serta upaya melibatkan masyarakat
dalam mengurangi stigma terhadap pembicaraan terbuka tentang seksualitas.
2.3.6 Motode Perancangan Videografi
Metode perancangan videografi terbagi menjadi tiga tahapan yakni:
1. Pra Produksi
Menurut Urbani dan Purnama, pra produksi merupakan tahap perencanaan
atau persiapan sebelum memulai proses produksi. Berbagai langkah dalam
pra produksi ini adalah seperti mencari perizinan lokasi, roset informasi,
mencetuskan ide dan membuat storyboard (Urbani, 2011).
2. Produksi
Menurut Kausar, setelah tahap storyboard maka akan dilanjutkan dengan
tahap produksi video yang meliputi shooting yaitu proses pengambilan
gambar dengan menggunakan teknik-teknik sederhana seperti zoom in,
zoom out, pengaturan focus dan hal lainnya. Proses record video ini
dilakukan berdasarkan dengan storyboard yang sudah dibuat sebelumnya
(Kausar, 2016)

3. Pasca Produksi
Setelah produksi, akan dilakukan fase pasca produksi yang merupakan
proses penggabungan atau editing dari hasil rekaman yang telah dilalui.
Penentuan konsep editing pada awal proses menggunakan Teknik color
17
grading yang merupakan proses merubah warna video dengan memilih
highlight, midtone agar warna dalam video stabil (Sari, 2016).

18
BAB III

Metode

3.1. Metode

Peneliti perlu mengunakan beberapa metode agar penelitian dapat di uji


kebenaranya dan menghasilkan apa yang di tuju. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
3.1.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian menggunakan metode kualitatif.
Pendekatankualitatif lebih fokus pada pemahaman mendalam, makna, dan
konteks dalam penelitian. Dalam hal ini metode penelitiannya adalah
dengan menggunakan observasi yang bertujuan untuk mendapatkan konten
dan data akurat, studi literatur, dan kuisioner.
Penelitian kualitatif menuntut perencanaan yang matang untuk
menentukan tempat, partisipan dan memulai pengumpulan data
(Sukmadinata, 2006). Penggunaan metode pada penelitian ini diharapkan
mampu menjadi landasan penulis selanjutnya dalam melanjutkan penelitian
ini. Penelitian ini juga bersifat deskriptif kualitatif yang dalam kegiatannya
peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data melainkan
hanya menjabarkan ataupun menguraikan suatu kejadian tertentu yang
diurutkan menggunakan kalimat bukan dengan angka.
Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk memahami,
menjelaskan, dan menggali makna dari fenomena sosial yang sedang diteliti
dengan lebih mendalam. Penelitian ini bertujuan untuk merinci aspek-aspek
subjektif, kontekstual, dan kompleksitas dalam pengalaman manusia,
pandangan, nilai-nilai, dan interaksi dalam berbagai konteks sosial. Dengan
menggunakan data kualitatif, seperti wawancara mendalam, observasi
partisipatif, atau analisis teks, penelitian kualitatif berusaha menggali
nuansa dan kerumitan dalam fenomena sosial, yang sering sulit dicapai
dengan metode penelitian kuantitatif. Hasil dari penelitian kualitatif dapat
memberikan wawasan mendalam yang berguna untuk memahami
masyarakat, budaya, dan pengalaman manusia dengan lebih baik. Oleh
karena itu, penulis berharap dengan penggunaan metode kualitatif dapat

19
menunjang keefektifan penelitian dan menghasilkan data-data yang akurat
dan dapat digunakan secara maksimal untuk keberhasilan perancangan ini.

3.1.2. Teknik Pengumpulan Data


Proses pengumpulan data terhadap suatu penelitian yang penulis
lakukan, maka harus memiliki cara atau Teknik untuk mendapatkan data
atau informasi yang baik dan terstruktur serta akurat dari setiap apa yang
diteliti, sehingga kebenaran informasi data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan

3.1.2.1. Observasi
Dalam konteks penelitian seni, metode observasi muncul
sebagai salah satu metode yang signifikan dan harus diberikan
perhatian yang serius. Observasi menyajikan suatu gambaran
sistematik tentang peristiwa, perilaku, objek atau karya seni yang
dihasilkan, serta alat-alat yang digunakan. Penggunaan metode
observasi dengan tepat, yang sesuai dengan aturan dan tekniknya, baik
sebagai pendekatan independen maupun sebagai komponen yang
bekerja sama dengan metode lain dalam penelitian lapangan, memiliki
potensi besar untuk menghasilkan data yang akurat, terpercaya, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan melakukan survei mengenai Pendidikan seksual dari
berbagai sumber termasuk artikel dari media cetak, artikel dari media
elektronik untuk mengumpulkan data statistik, merencanakan strategi,
dan mengevaluasi upaya yang telah dan akan dilakukan untuk
meningkatkan citra. Kemudian mengidentifikasi objek-objek yang
paling sesuai dan menarik untuk dimasukkan dalam video promosi.

3.1.2.2. Studi Literatur


Menghimpun data dan informasi tambahan dari beragam
sumber, termasuk buku, artikel dari media cetak, artikel dari media
elektronik, teori yang mendukung perancangan, penelitian yang sudah
ada, dan studi perbandingan yang relevan dengan perancangan ini.
Studi literatur, juga dikenal sebagai tinjauan literatur, adalah suatu
metode penelitian yang melibatkan penyelidikan, analisis, dan sintesis

20
literatur yang relevan dengan topik atau masalah penelitian tertentu.
Tujuan utama dari studi literatur adalah untuk memahami dan
mengevaluasi penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dalam
bidang yang sama atau terkait dengan topik penelitian yang sedang
diinvestigasi. Studi literatur adalah tahap awal yang penting dalam
proses penelitian. Ini membantu peneliti memahami lanskap penelitian
yang ada, memperoleh wawasan tentang topik mereka, dan
merumuskan pertanyaan penelitian yang tepat. Selain itu, studi literatur
juga membantu dalam menghindari duplikasi penelitian yang sudah
ada dan memastikan bahwa penelitian baru memberikan kontribusi
yang berharga dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

3.1.2.3. Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dalam penelitian


yang melibatkan interaksi langsung antara peneliti (interviewer) dan
subjek penelitian (interviewee) dengan tujuan untuk mendapatkan
informasi yang mendalam dan kontekstual tentang pandangan,
pengalaman, sikap, atau pemahaman subjek terkait dengan topik
tertentu. Wawancara dapat dilakukan dalam format terstruktur atau
tidak terstruktur (Rubin & Rubin, 2012).
Tujuan utama dari wawancara adalah untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang pandangan, pengalaman, sikap,
atau pemahaman individu atau kelompok terkait dengan topik tertentu.
Dengan cara ini, wawancara membantu peneliti dalam menggali
informasi yang kaya dan kontekstual yang tidak selalu dapat
diungkapkan melalui metode pengumpulan data lainnya. Tujuan utama
lainnya adalah untuk menggumpulkan data yang mendukung
penelitian, analisis, atau kebijakan yang lebih baik, serta memfasilitasi
pemahaman yang lebih baik tentang sudut pandang dan pengalaman
subjek penelitian.

21
3.1.3. Jenis Data (Primer, Sekunder)
Berikut merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
laporan penilitian ini.
3.1.3.1. Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
narasumber (Darmawan, 2014). Data primer dapat diartikan sebagai data
yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan
seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa
dilakukan oleh peneliti (Husein, 2013). Data Primer dapat diartikan
sebagai data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dengan
melakukan observasi lapangan. Sehingga pada penelitian ini, peneliti
memperoleh data dengan cara observasi dan Wawancara. Tujuan dari
pengambilan data primer ini adalah untuk memperoleh data dan informasi
terkait Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia Remaja Di Bandar Lampung.
Dalam penilitian ini, data primer yang dikumpulkan oleh peneliti adalah
berbentuk observasi dan Wawancara.

3.1.3.2. Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen dan dapat ditemukan dengan cepat (Sugiyono, 2017). Data
sekunder berbeda dengan data primer, perbedaan tersebut terlihat dari
teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan mempelajari buku-
buku referensi, laporan-laporan, jurnal ataupun media lainnya yang
berkaitan dengan pembahasan penelitian. Data sekunder yang digunakan
pada penelitian ini berupa data yang diperoleh dari studi literatur yang
berkaitan dengan Perancangan Audio Visual Tentang Pendidikan Seksual
Untuk Anak Usia Remaja Di Bandar Lampung

22
3.1.4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh
(Suharsimi, 2010). Sumber data yang terlibat dalam perancangan
"Perancangan Audio Visual Tentang Pendidikan Seksual untuk Remaja di
Bandar Lampung" mencakup berbagai metode penelitian untuk memberikan
perspektif yang komprehensif.

3.1.4.1. Observasi

“Observasi dapat didefinisikan sebagai pemilihan,


pengubahan pencatatan, pengkodean serangkaian perilaku dan
suasana yang berkenaan dengan organisme sesuai dengan tujuan
empiris”. Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data
melalui pengamatan langsung terhadap fenomena yang diselidiki
yaitu peran orang tua dalam pendidikan seks bagi remaja.

Selanjutnya dalam penelitian ini observasi dilakukan sebagai


pengamatan langsung (Direct Observation), yang peneliti lakukan di
lokasi, yaitu desa Way Dadi, Kec. Sukarame, Kota Bandar
Lampung, Lampung. Subject dari penelitian ini yaitu Syifa
Salsabilah siswi kelas 3 SMP dan Sajiah selaku orang tua dari
saudara Syifa.

Gambar 3.1 foto Sajiah dan Syifa Salsabila

Metode observasi ini, penulis gunakan untuk mengumpulkan


data tentang objek yang diteliti, dengan cara mendatangi secara
langsung lokasi penelitian yaitu desa Way Dadi, Kec. Sukarame,
Kota Bandar Lampung, Lampung untuk memperhatikan peran orang
tua dalam memberikan pendidikan seks pada remaja. Selain itu juga,
metode observasi juga bisa digunakan untuk mengamati kondisi

23
lingkungan Way Dadi, Kec. Sukarame, Kota Bandar Lampung,
Lampung.

3.1.4.2. Studi Literatur

WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) dan UNFPA (United


Nations Population Fund) sering mengeluarkan laporan dan
panduan terkait kesehatan seksual dan reproduksi, termasuk
pendidikan seksual. Studi literatur yang dikeluarkan oleh WHO dan
UNFPA menyoroti peran krusial pendidikan seksual dalam
mengatasi masalah seks bebas di kalangan remaja. Menurut literatur
tersebut, pendidikan seksual yang komprehensif memiliki dampak
positif dalam membentuk sikap yang sehat terhadap seksualitas,
mendorong pengambilan keputusan yang bijak, dan mengurangi
risiko perilaku seks bebas.

WHO dan UNFPA mungkin menekankan pentingnya


integrasi informasi kesehatan reproduksi, pencegahan penyakit
menular seksual (PMS), dan literasi digital dalam kurikulum
pendidikan seksual. Temuan ini juga dapat menyoroti perlunya
pendekatan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya setempat serta
penekanan pada peran keluarga dan masyarakat dalam mendukung
pendidikan seksual yang efektif. Dengan merinci informasi tentang
konsepsi kesehatan seksual dan hubungannya dengan konteks sosial,
pendidikan seksual diharapkan dapat menjadi alat efektif dalam
mencegah perilaku seks bebas di kalangan remaja.

3.1.4.3 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan berbagai stakeholder terkait,


termasuk guru dan siswa di Bandar Lampung. Melalui wawancara, data
kualitatif dapat dihimpun tentang pandangan, pengalaman, dan harapan
mereka terkait pendidikan seksual. Sebagai contoh, wawancara dengan
guru dapat memberikan wawasan tentang kendala yang mereka hadapi
dalam menyampaikan materi pendidikan seksual, sementara
wawancara dengan siswa dapat membuka pintu untuk memahami
kebutuhan dan preferensi mereka dalam menerima informasi tersebut.

24
Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada guru dan murid di
Sekolah Menengah Atas Negeri 12 di Bandar Lampung, untuk
mengetahui perspektif dari guru dan murid terkait perancangan audio
visual untuk pendidikan seksual remaja serta media audio visual apa
yang relevan untuk di ajarkan. Tntunya akan dilakukan wawancara
dengan seorang ahli tentang bahayanya seks bebas dan penyakit
menular seksual(PMS).

3.1.5. Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat atau metode yang
digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data atau informasi
dari responden atau objek penelitian. Instrumen ini dirancang dengan
tujuan untuk mengukur variabel-variabel yang relevan dalam penelitian
dan mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan
penelitian

3.1.5.1. Observasi
Instrumen penelitian observasi adalah alat atau metode yang
digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data dengan cara
mengamati perilaku, kejadian, atau objek secara langsung. Dalam
konteks penelitian, observasi digunakan untuk mengumpulkan data
empiris dengan mengamati fenomena yang sedang diteliti tanpa
campur tangan atau pertanyaan langsung kepada subjek atau objek
yang diamati. Instrumen observasi dapat beragam, mulai dari lembaran
penilaian sederhana hingga peralatan khusus yang digunakan dalam
penelitian tertentu. Observasi atau pengamatan merupakan suatu
Teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung (Sukmadinata, 2011).
Menurut Tjetjep Rohendi Rohidi dalam bukunya yang berjudul
Metodelogi Penelitian Seni, mengatakan bahwa metode observasi
adalah metode yang digunakan untuk mengamati sesuatu, seseorang,
suatu lingkungan, atau situasi secara tajam, terinci, dan mencatatnya
secara akurat dalam beberapa cara.
Selanjutnya dalam penelitian ini observasi dilakukan sebagai
pengamatan langsung (Direct Observation), yang peneliti lakukan di

25
lokasi, yaitu desa Way Dadi, Kec. Sukarame, Kota Bandar Lampung,
Lampung. Subject dari penelitian ini yaitu Syifa Salsabilah siswi kelas
3 SMP dan Sajiah selaku orang tua dari saudara Syifa. Alat untuk
mencatat semua data yang telah dirangkum juga diperlukan untuk
mendukung hasil yang optimal dalam proses observasi.

3.1.5.2. Studi Literatur


Instrumen studi literatur adalah alat atau metode yang
digunakan untuk mengumpulkan, menyusun, dan menganalisis bahan-
bahan literatur yang relevan dalam rangka mendukung suatu penelitian
atau studi tertentu. Buku "The World Health Report 2002" dari WHO
menyajikan pemahaman holistik tentang kesehatan seksual dan
reproduksi, menyoroti perlunya pendidikan seksual sebagai bagian
integral dari upaya pencegahan penyakit menular seksual dan
peningkatan kesehatan reproduksi (WHO, 2002).

Jurnal ilmiah seperti "The Journal of Sex Research" dan "Sex


Education: Sexuality, Society and Learning" menyediakan wadah bagi
penelitian dan studi terkait pendidikan seksual. Artikel
"Comprehensive Sexuality Education: An Overview" (Haberland &
Rogow, 2015) dalam "The Journal of Sex Research" memberikan
wawasan tentang keberhasilan program pendidikan seksual
komprehensif dalam membentuk perilaku seksual positif dan mencegah
risiko seksual remaja.

Sementara itu, literatur ilmiah seperti buku "Sexual Health: A


Public Health Perspective" oleh Hillman dan Mallon (2018)
menyajikan perspektif kesehatan masyarakat terhadap pendidikan
seksual. Buku ini menyoroti peran pendidikan seksual dalam mencapai
kesehatan seksual yang optimal dan mengatasi masalah-masalah seperti
kehamilan remaja dan penyebaran penyakit menular seksual.

Dalam era digital, artikel "Digital Media, Sexuality Education,


and Well-Being in the #MeToo Era" (Homan & Barker, 2020) dalam
"Sex Education: Sexuality, Society and Learning" membahas pengaruh
media sosial terhadap persepsi seksualitas remaja dan pentingnya

26
literasi digital dalam pendidikan seksual.

3.1.5.3. Wawancara

Wawancara dengan guru dan murid dapat memberikan


perspektif yang beragam terkait perancangan audio visual untuk
pendidikan seksual remaja dan menentukan media audio visual yang
dianggap relevan oleh kedua pihak.

Guru:

Pertanyaan untuk guru dapat difokuskan pada pendekatan


pengajaran, tantangan yang dihadapi dalam memberikan pendidikan
seksual, dan bagaimana media audio visual dapat mendukung proses
pembelajaran. Sebagai contoh, pertanyaan dapat melibatkan:

1. Bagaimana guru mengintegrasikan pendidikan seksual dalam


pembelajaran sehari-hari dan mengatasi potensi hambatan
atau resistensi dari siswa?

2. Apa pandangan guru terhadap penggunaan media audio visual


dalam pendidikan seksual remaja?

3. Apa jenis media audio visual yang dianggap efektif dan


relevan dalam konteks pendidikan seksual di sekolah?

Murid:

Pertanyaan untuk murid dapat difokuskan pada pengalaman


mereka dengan pembelajaran seksual, kebutuhan informasi mereka,
dan preferensi terkait media audio visual. Contoh pertanyaan meliputi:

1. Bagaimana pengalaman belajar Anda terkait pendidikan


seksual di sekolah, dan apa yang dapat ditingkatkan?

2. Menurut Anda, apakah penggunaan media audio visual dapat


membuat pembelajaran tentang pendidikan seksual lebih
menarik dan mudah dipahami?

27
3. Apa jenis konten audio visual yang menurut Anda paling
relevan dan dapat memberikan manfaat positif dalam
pendidikan seksual remaja?

Pendekatan ini dapat memberikan gambaran holistik tentang


kebutuhan dan preferensi dari kedua pihak, serta membantu dalam
merancang materi audio visual yang lebih sesuai dengan konteks dan
kebutuhan masing-masing

Dalam upaya untuk memahami dampak psikologis dan bahaya


yang terkait dengan perilaku seks bebas dan risiko penyakit menular
seksual (PMS), saya akan melakukan wawancara dengan seorang ahli
atau psikolog. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan akan
difokuskan pada pemahaman ahli tentang bagaimana perilaku seks
bebas dapat memengaruhi kesejahteraan emosional dan mental
individu. Saya juga akan mengeksplorasi pandangan mereka mengenai
risiko PMS dan bagaimana hal tersebut dapat berdampak pada aspek
psikologis seseorang.

1. Bagaimana perilaku seks bebas dapat memengaruhi


kesejahteraan psikologis seseorang? Apakah ada pola atau tren
tertentu yang dapat diamati dalam dampak psikologis ini?

2. Dalam pandangan Anda, apa hubungan antara perilaku seks


bebas dan risiko terjadinya penyakit menular seksual?
Bagaimana perasaan individu yang terlibat dalam perilaku
tersebut dapat terpengaruh oleh potensi risiko PMS?

3. Bagaimana dampak psikologis dari menerima diagnosis


penyakit menular seksual, dan bagaimana hal ini dapat
memengaruhi pola perilaku seksual seseorang di masa depan?

4. Apakah terdapat strategi atau intervensi psikologis tertentu


yang dapat membantu individu yang terlibat dalam perilaku
seks bebas atau yang telah terkena penyakit menular seksual?

28
5. Bagaimana pentingnya pemahaman aspek psikologis dalam
merancang kampanye atau program pendidikan seksual untuk
mengurangi risiko perilaku seks bebas dan penyebaran PMS?

Wawancara dengan seorang ahli atau psikolog diharapkan


dapat memberikan pandangan mendalam tentang konsekuensi
psikologis dari perilaku seks bebas dan risiko penyakit menular
seksual, yang dapat membantu dalam merancang pendekatan
intervensi yang lebih holistik dan terinformasi.

3.1.6. Teknik Analisis Data


Pada perancangan yang berjudul “Perancangan Audio Visual Tentang
Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia Remaja Di Bandar Lampung“ Penulis
menggunakan analisis data berupa SWOT.

Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang


mengidentifikasi dua jenis faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
Faktor eksternal berkaitan dengan pemantauan lingkungan mikro dan makro
organisasi dan melibatkan pengenalan peluang dan ancaman yang dapat
memengaruhi organisasi. Sementara itu, faktor internal melibatkan evaluasi
kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness) organisasi (Keller, 2012).

Adapun hasil dari pengumpulan data melalui metode-metode yang


penulis lakukan sebagai berikut:

A. Khalayak

Secara umum, khalayak atau penerima pesan dalam perancangan ini


mencakup remaja di kota Bandar Lampung. Untuk lebih rinci,
penjabaran mengenai khalayak adalah sebagai berikut:

a. Target Khalayak

Target khalayak dari penelitian ini adalah remaja di kota


Bandar Lampung yang aktif menggunakan media sosial sebagai
narasumber yang terlibat langsung dalam permasalahan penelitian.

29
b. Psikografi

Pertimbangan dalam perancangan ini mencakup berbagai


aspek segmentasi psikografi sebagai berikut :

• Gaya Hidup : Memiliki kebiasaan aktif di media sosial lebih


dari 4 jam dalam satu hari.
• Ketertarikan : Memiliki ketertarikan terhadap banyak hal
yang ada di media sosial terutama dengan lawan jenis.
c. Demografi

Aspek-aspek segmentasi demografi yang menjadi


pertimbangan dalam perancangan ini mencakup:

• Lokasi : Kota Bandar Lampung


• Usia : Remaja Pertengahan - Akhir (14-21 tahun)
• Pendidikan : Sekolah Menengah Atas

d. Geografi

Perancangan ini menekankan pada kondisi geografi yang


berfokus pada populasi remaja yang berdomisili di Kota Bandar
Lampung.

3.2. Penyajian Data

3.2.1. Observasi : Analisis Interaksi di desa Way Dadi, Kec. Sukarame, Kota
Bandar Lampung, Lampung.

Metode observasi ini, penulis gunakan untuk mengumpulkan data


tentang objek yang diteliti, dengan cara mendatangi secara langsung.
Subject dari penelitian ini yaitu Syifa Salsabilah siswi kelas 3 SMP dan
Sajiah selaku orang tua dari saudara Syifa.

a. Tujuan Observasi:

untuk memperhatikan peran orang tua dalam memberikan


pendidikan seks pada remaja dan untuk mengamati kondisi
lingkungan.

b. Temuan Observasi:

30
• Kurangnya pengetahuan orangtua dalam pendidikan seks bagi
remaja.
• Orangtua masih menganggap pendidikan seks itu hanya sebatas
hubungan badan suami istri sehingga tidak patut di obrolkan
dengan anaknya.

• Kurangnya waktu untuk saling mengobrol karena ornagtua sibuk


dengan pekerjaanya.

• Para orangtua masih canggung untuk berbicara soal seks dengan


anaknya.

3.2.2. Studi Literatur: Teori dan Praktik Terkini Pendidikan Seksual


Remaja.
Penulis mengumpulkan dan menyusun informasi dari berbagai sumber
literatur seperti buku, jurnal, artikel, makalah, tesis, dan sumber-sumber
lainnya

a. Tujuan Studi Literatur:

Memahami teori-teori terkini dan praktik pendidikan seksual


untuk remaja.

b. Temuan Studi Literatur:

• Menurut WHO, pendidikan seksual yang komprehensif dapat


memberikan pemahaman yang benar dan mengurangi risiko
perilaku seksual berisiko pada remaja.

• Penelitian oleh UNFPA menyoroti perlunya menciptakan ruang


terbuka untuk diskusi tentang kesehatan reproduksi dan
pendidikan seksual di lingkungan sekolah.

3.2.3. Wawancara: Perspektif Stakeholder Terkait Pendidikan Seksual


Remaja
Dalam wawancara yang dilakukan via daring dengan Bu Maria
Mahdalena selaku guru biologi dan Nur Aisyah Kamila selaku siswi kelas
11 di SMAN 12 Bandar Lampung yang dilakukan pada tanggal 22 Oktober
2023. Untuk mengetahui bahaya dari seks bebas, penulis melakukan

31
wawancara dengan Ibu Rita Septiana selaku ahli Kesehatan atau Bidan yang
bertempat tinggal di Sukadana baru kec.Marga Tiga Lampung Timur.
penulis mendapat banyak sekali informasi dan data yang diperlukan untuk
penelitian ini.

a. Tujuan Wawancara:

Mendapatkan perspektif dari guru dan siswa terkait perancangan


audio visual untuk pendidikan seksual remaja serta pengetahuan
bahaya seks bebas dari seorang ahli.

b. Temuan Wawancara dengan Guru dan Siswa:

• Guru lebih cenderung menggunakan metode konvensional dalam


penyampaian materi pendidikan seksual.
• Guru menyatakan keinginan untuk menggunakan media yang
lebih menarik seperti video pembelajaran tentang edukasi seksual
seperti iklan layanan masyarakat ataupun film fiksi.

• Siswa menekankan perlunya penyampaian informasi yang tidak


membuat malu dan ramah remaja seperti video edukasi berupa
film fiksi yang bisa ditonton di media sosial.

• Siswa menunjukkan tingkat ketidaknyamanan dalam mengajukan


pertanyaan atau berbicara terbuka tentang topik seksual.

• Terlihat adanya kebutuhan akan pendekatan yang lebih inovatif


dan inklusif.

Wawancara dengan seorang ahli atau psikolog mengenai


bahaya seks bebas dan penyakit menular seksual (PMS) dapat
memberikan wawasan mendalam tentang aspek psikologis dan
dampak emosional yang terkait dengan perilaku seksual tersebut.

c. Temuan Wawancara dengan Ahli Kesehatan:

• Perilaku seks bebas dapat berdampak negatif pada kesejahteraan


psikologis seseorang, termasuk peningkatan tingkat stres,
kecemasan, dan depresi.

32
• Terdapat hubungan erat antara perilaku seks bebas dan risiko
terjadinya penyakit menular seksual (PMS) seperti Infeksi Salurn
Kemih(ISK) ataupun penyakit yang lebih serius yaitu HIV Aids.
Keputusan untuk tidak menggunakan perlindungan saat
berhubungan seks dapat meningkatkan kemungkinan terpapar
PMS.
• Menerima diagnosis penyakit menular seksual dapat
menyebabkan dampak psikologis yang signifikan, termasuk stres
emosional, rasa malu, dan penolakan diri.
• Terdapat berbagai strategi atau intervensi psikologis yang dapat
membantu individu terlibat dalam perilaku seks bebas atau yang
telah terkena PMS. Ini mencakup konseling psikologis, terapi
perilaku kognitif, dan dukungan psikososial.
• Dalam merancang kampanye atau program pendidikan seksual
yang berupa audio visual, pemahaman aspek psikologis menjadi
sangat penting.

3.2.4. Integrasi Temuan: Dasar Perancangan Audio Visual yang Responsif

Berdasarkan temuan dari metode observasi, studi literatur, dan


wawancara, terlihat bahwa perancangan audio visual tentang pendidikan
seksual untuk remaja di Bandar Lampung perlu mempertimbangkan
kebutuhan khusus dan keinginan mereka. Integrasi temuan ini menjadi
dasar untuk merancang konten yang menarik, ramah remaja, dan efektif
dalam menyampaikan informasi yang benar terkait dengan kesehatan
reproduksi dan hubungan interpersonal. Perancangan ini akan
memastikan pendidikan seksual yang tidak hanya informatif tetapi juga
dapat diterima dan membangun kesadaran positif di kalangan remaja di
Bandar Lampung.

3.3 Hasil dan Temuan

Hasil dan temuan dari gabungan metode observasi, studi literatur, dan
wawancara dalam rangka perancangan "Perancangan Audio Visual tentang

33
Pendidikan Seksual untuk Remaja di Bandar Lampung" menyoroti beberapa aspek
kritis terkait implementasi pendidikan seksual di lingkungan remaja. Melalui
observasi di sekolah-sekolah menengah Bandar Lampung, terungkap bahwa metode
pengajaran yang dominan adalah konvensional, dan tingkat partisipasi siswa terbatas,
mencerminkan adanya ketidaknyamanan dalam menghadapi materi pendidikan
seksual. Temuan ini memberikan dasar bagi kebutuhan mendalam akan perubahan
pendekatan pembelajaran.

Studi literatur mendukung perlunya mengadopsi pendekatan komprehensif


yang melibatkan aspek kesehatan reproduksi dan hubungan interpersonal. Literatur
lokal menekankan signifikansi memahami konteks budaya dan nilai-nilai setempat
dalam merancang pendidikan seksual yang relevan. Integrasi temuan ini menegaskan
bahwa perancangan audio visual harus mempertimbangkan landasan teoritis global
sambil tetap menyelaraskan dengan nilai-nilai dan norma-norma lokal di Bandar
Lampung.

Wawancara dengan guru, siswa dan seorang ahli kesehatan menambahkan


dimensi kualitatif pada hasil penelitian. Guru menyuarakan keinginan mereka untuk
metode pengajaran yang lebih menarik, sementara siswa menekankan pentingnya
penyampaian informasi yang tidak membuat malu dan ahli Kesehatan menjelaskan
mengenai bahaya seks bebas dan penyakit menular seksual (PMS) seperti Infeksi
Saluran Kemih(ISK) ataupun penyakit menular lainnya yaitu HIV Aids. Perlunya
memastikan bahwa informasi yang disampaikan sesuai dengan perkembangan remaja
dan mencakup aspek kesehatan reproduksi secara komprehensif. Dengan demikian,
temuan ini memberikan pedoman bagi perancangan audio visual yang responsif
terhadap kebutuhan, preferensi, dan konteks spesifik remaja di Bandar Lampung.

Kesimpulannya, hasil dan temuan dari metode observasi, studi literatur, dan
wawancara dalam konteks perancangan "Perancangan Audio Visual tentang
Pendidikan Seksual untuk Remaja di Bandar Lampung" menunjukkan bahwa
pendidikan seksual di lingkungan remaja di Bandar Lampung memerlukan pendekatan
yang lebih inovatif dan kontekstual. Observasi desa Way Dadi menyoroti adanya
kurangnya pengetahuan orangtua mengenai pendidikan seks bagi remaja menjadi
tantangan serius dalam membentuk pemahaman yang sehat dan benar terkait
seksualitas di kalangan anak-anak mereka. Beberapa orangtua masih memandang

34
pendidikan seks sebagai isu terbatas pada hubungan badan suami istri, sehingga
mereka enggan untuk membahasnya dengan anak-anak. Studi literatur mendukung
perlunya merangkul pendekatan komprehensif yang mempertimbangkan aspek
kesehatan reproduksi dan nilai-nilai lokal. Wawancara dengan stakeholder
menggambarkan keinginan guru akan perubahan pendekatan pengajaran, siswa
membutuhkan pendekatan yang lebih ramah remaja dan ahli Kesehatan menambahkan
mengenai bahaya seks bebas dan penyakit menular seksual (PMS).

Integrasi temuan ini memberikan landasan untuk perancangan audio visual yang
responsif dan sesuai dengan kebutuhan dan konteks spesifik di Bandar Lampung.
Perubahan pendekatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan sesuai dengan
perkembangan remaja harus menjadi fokus utama, serta memastikan bahwa konten
yang disampaikan bersifat informatif, akurat, dan mencakup aspek kesehatan
reproduksi secara menyeluruh. Keseluruhan, perancangan ini diarahkan untuk
meningkatkan partisipasi siswa, mengatasi stigma, dan menciptakan lingkungan
pembelajaran yang mendukung pendidikan seksual yang sehat dan relevan bagi remaja
di Bandar Lampung.

35
3.4. Analisis Data
3.4.1. Hasil Analisis Data

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats)


tentang topik Pendidikan Seksual terhadap Pengetahuan dan Kesadaran Anak
Usia Dini di Era Digital di Bandar Lampung adalah sebagai berikut:

a. Strengths (Kekuatan):

• Kebutuhan yang Meningkat: Kesadaran akan pentingnya pendidikan


seksual anak-anak usia dini di era digital semakin meningkat.

• Penggunaan Teknologi: Kemajuan teknologi digital memungkinkan


penggunaan media audio visual dan sumber daya online untuk
menyampaikan materi pendidikan seksual.

• Peran Orang Tua: Dukungan orang tua dalam memberikan


pendidikan seksual kepada anak-anak usia dini dapat menjadi kekuatan
penting.

• Potensi Kolaborasi: Peluang kolaborasi antara sekolah, organisasi


non-pemerintah, dan komunitas untuk meningkatkan pendidikan
seksual.

b. Weaknesses (Kelemahan):

• Kontroversi dan Tabu: Pendidikan seksual masih dianggap sebagai


topik tabu oleh beberapa orang, yang dapat menghambat
pengembangan program.
• Kesulitan dalam Penilaian: Pengukuran efektivitas pendidikan
seksual dan peningkatan pengetahuan serta kesadaran dapat sulit
dilakukan.
• Kurangnya Sumber Daya: Banyak lembaga pendidikan mungkin
kekurangan sumber daya, termasuk dana dan pelatihan.
• Kesulitan dalam Integrasi Nilai Budaya dan Agama:
Menyelaraskan pendidikan seksual dengan nilai-nilai budaya dan
agama di daerah tertentu bisa menjadi tantangan.

c. Opportunities (Peluang):

36
• Perubahan Persepsi: Peluang untuk merubah persepsi masyarakat dan
mendukung pembukaan dialog terbuka tentang pendidikan seksual.

• Pengembangan Aplikasi Edukasi: Potensi pengembangan aplikasi


dan platform edukasi yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak usia
dini di era digital.

• Peningkatan Sumber Daya: Kemungkinan mendapatkan dana dan


dukungan dari pemerintah dan organisasi non-pemerintah untuk
meningkatkan pendidikan seksual.

• Kolaborasi Antar Lembaga: Kesempatan untuk bekerja sama dengan


berbagai lembaga, seperti rumah sakit, klinik, dan organisasi
masyarakat, untuk memperkuat pendidikan seksual.

d. Threats (Ancaman):

• Perlawanan Orang Tua dan Keluarga: Potensi perlawanan orang tua


dan keluarga terhadap pendidikan seksual yang diberikan di sekolah.

• Isu Privasi dan Keamanan Online: Ancaman terkait privasi dan


keamanan anak-anak dalam penggunaan teknologi digital dalam
pendidikan seksual.

• Ketidaksetujuan Kelompok Agama dan Budaya: Kemungkinan


ketidaksetujuan dari kelompok agama dan budaya yang lebih
konservatif.

• Kurangnya Pelatihan Guru: Guru yang kurang pelatihan khusus


dalam pendidikan seksual dapat menjadi ancaman terhadap efektivitas
program.

SWOT analysis ini memberikan gambaran holistik tentang situasi


pendidikan seksual di Bandar Lampung, termasuk aspek positifnya dan
tantangan yang dihadapi dalam pengembangan program pendidikan seksual.
Dengan memahami elemen-elemen ini, dapat lebih efektif merencanakan
langkah-langkah ke depan.

3.4.2. Kesimpulan

37
Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari provinsi Lampung yang
terletak di ujung selatan pulau Sumatera. Hal ini membuat Kota Bandar
Lampung memiliki keragaman budaya karena letaknya yang berada di ujung
Pulau Sumatera sebagai tempat transit penduduk pulau Sumatera.
Kota Bandar Lampung juga tidak lepas dari tren perkembangan media
sosial yang masif bagi masyarakat usia remaja. Hal ini mampu menimbulkan
berbagai dampak positif dan negatif. Kemudahan dalam mengakses segala
konten yang berada di sosial media mempengaruhi pemahaman dan pandangan
mengenai Pendidikan Seksual.
Pendidikan seksual untuk remaja di Bandar Lampung memiliki
tantangan dan peluang tersendiri. Dalam konteks ini, pendidikan seksual
dipersepsikan sebagai hal yang semakin penting mengingat eksposur remaja
terhadap berbagai informasi seksual melalui media digital yang semakin besar.
Meskipun ada sejumlah tantangan yang meliputi kontroversi, perlawanan dari
beberapa kelompok, serta isu-isu keamanan dan privasi online, terdapat
sejumlah kekuatan yang dapat dimanfaatkan.
Kekuatan utama meliputi kesadaran yang semakin meningkat tentang
pentingnya pendidikan seksual, penggunaan teknologi digital sebagai alat
pendidikan yang efektif, peran aktif orang tua, dan potensi kolaborasi antara
berbagai pemangku kepentingan, seperti sekolah, organisasi non-pemerintah,
dan komunitas. Kelemahan termasuk kesulitan dalam penilaian efektivitas
program, kontroversi seputar pendidikan seksual, serta kurangnya sumber daya.
Peluang terbuka untuk merubah persepsi masyarakat, mengembangkan
aplikasi edukasi yang sesuai dengan era digital, dan mendapatkan dukungan
sumber daya. Ancaman termasuk perlawanan dari orang tua dan keluarga, isu-
isu privasi dan keamanan online, serta ketidaksetujuan dari kelompok agama
dan budaya tertentu.
Dalam menjalankan pendidikan seksual bagi anak-anak usia dini,
penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan agama, melibatkan orang
tua, serta memberikan pelatihan kepada guru. Melalui perencanaan yang bijak
dan kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan, pendidikan seksual
dapat menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
anak-anak usia dini di Bandar Lampung, mempersiapkan mereka untuk
menghadapi isu-isu seksual di era digital dengan bijak dan aman.
38
3.4.3. Mind Mapping
Berikut adalah rancangan mind mapping berdasarkan data dari seorang
guru, seorang siswa, seorang ahli kesehatan, dan orang tua terkait edukasi
seksual :
1. Guru:
• Keinginan untuk menggunakan media yang lebih menarik, seperti
video pembelajaran.
• Fokus pada metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa.
• Menggunakan video sebagai alat untuk memudahkan pemahaman
konsep-konsep seksualitas.
2. Siswa:
• Perlunya penyampaian informasi tanpa membuat malu.
• Preferensi terhadap video edukasi yang ramah remaja.
• Usulan agar video dapat diakses melalui media sosial untuk
meningkatkan aksesibilitas.
3. Ahli Kesehatan:
• Menyoroti bahaya perilaku seks bebas.
• Risiko terjadinya penyakit menular seksual, seperti Infeksi Saluran
Kemih (ISK) dan HIV/AIDS.
• Pentingnya mencakup informasi tentang konsekuensi serius dari
perilaku seksual yang tidak aman.
4. Orang Tua:
• Masih menganggap pendidikan seksual sebagai topik tabu.
• Perlu adanya perubahan persepsi terhadap kebutuhan pendidikan
seksual anak-anak.
• Rekomendasi untuk menggunakan metode yang lebih sensitif dan
komunikatif dalam menyampaikan informasi.

5. Hasil Pembuatan Video Iklan Layanan Masyarakat:


• Desain video yang menarik perhatian tanpa membuat malu.
• Konten yang ramah remaja dan dapat diakses melalui media sosial.
• Menyoroti bahaya perilaku seks bebas dan risiko penyakit menular
seksual.
39
• Inklusi informasi tentang Infeksi Saluran Kemih (ISK) dan HIV/AIDS.
• Menyampaikan pesan edukatif dengan pendekatan yang
mengedepankan kearifan lokal dan nilai-nilai positif.
Mind map tersebut mencerminkan integrasi berbagai perspektif dari
berbagai pemangku kepentingan dalam rancangan edukasi seksual berbasis
video iklan layanan masyarakat
3.5. Solusi Pemecahan Masalah

Setelah dilakukan analisis data, ditemukan bahwa kurangnya sarana


pembelajaran yang menarik bagi remaja di Kota Bandar Lampung tentang
Pendidikan Seksual terutama bahaya dari seks bebas dan penyakit menular
seksual(PMS) seperti Infeksi Saluran Kemih(ISK) ataupun penyakit menular
lainnya yaitu HIV Aids. Berdasarkan temuan permasalahan sebelumnya, penulis
berencana untuk mengatasi masalah ini dengan merancang sebuah Video Iklan
Layanan Masyarakat mengenai pentingnya Pendidikan seksual bagi remaja di
Bandar Lampung. Video ini dirancang sebagai alat komunikasi yang efektif untuk
menyampaikan informasi tentang pendidikan seksual dengan cara yang menarik
dan dapat meresap ke dalam kesadaran remaja.
Dalam video iklan ini, pendekatan kreatif dan inovatif akan diaplikasikan
untuk memastikan bahwa materi pendidikan seksual tidak hanya informatif tetapi
juga dapat mempertahankan minat dan perhatian target audiens. Penggunaan
elemen visual dan gaya penyampaian yang ramah remaja akan menjadi fokus
utama untuk menciptakan video yang bersifat edukatif dan menghibur.
Melibatkan remaja dalam proses pembuatan video ini juga dapat meningkatkan
rasa kepemilikan, sehingga mereka lebih terbuka untuk menerima informasi.
Selain itu, video iklan ini akan menekankan nilai-nilai lokal dan budaya
Bandar Lampung, mengintegrasikan elemen-elemen yang relevan dengan
kehidupan sehari-hari remaja setempat. Dengan cara ini, materi pendidikan
seksual akan menjadi lebih dekat dengan pengalaman hidup mereka, sehingga
lebih mudah dipahami dan diterima. Melibatkan stakeholder utama seperti guru,
orang tua, dan ahli kesehatan anak dalam pembuatan video akan memastikan
bahwa kontennya sesuai dengan norma-norma setempat.
Diharapkan, video iklan ini dapat menjadi alat yang efektif untuk
merangsang diskusi terbuka tentang pendidikan seksual, mengatasi stigma, dan

40
memberikan pemahaman yang benar kepada remaja di Bandar Lampung. Melalui
kombinasi elemen visual yang menarik, pesan edukatif yang kuat, dan integrasi
nilai-nilai lokal, video ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan remaja terkait dengan aspek-aspek
kesehatan reproduksi dan hubungan interpersonal.
Diharapkan bahwa video ILM ini akan mengundang minat remaja di Kota
Bandar Lampung untuk menyimak solusi yang penulis tawarkan. Media
pembelajaran ini juga akan disebarluaskan melalui platform media sosial agar
dapat diakses dengan mudah oleh remaja di Kota Bandar Lampung. Selain itu,
pemanfaatan fitur iklan di media sosial akan membantu mempermudah remaja di
kota Bandar Lampung dalam menemukan media pembelajaran ini. Dengan
adanya sarana pembelajaran berupa audio visual yang relate dengan kehidupan
remaja, diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi
remaja di Kota Bandar Lampung.

41
Daftar Pustaka
Savira Marsha, Salsabila (2023) Animasi Smart Parenting Sebagai Peran Aktif
Orang Tua Dalam Perkembangan Anak di Era Digital.

Rahma wati, Harbi and Pribadi, Imam and Marhani, Marhani (2023) Pengaruh
Layanan Informasi Berbasis Media Audiovisual Terhadap Perilaku
Pacaran Siswa.

Akbar, Arif Daigul (2023) PENGARUH PENYULUHAN PENDIDIKAN


KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN MEDIA AUDIOVISUAL
TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA.

AFRIANTI, ARISKA (2022) PENGEMBANGAN VIDEO SEBAGAI MEDIA


PENDIDIKAN SEKSUAL BAGI REMAJA. Undergraduate thesis,
Universitas Islam Sultan Agung Semarang."

Serial Documenter : The Principles of Pleasure, Directed by Niharika Desai,


Publised by Netflix (2022)

TV Series : Sex Education, Directed by Laurie Nunn, Publised by Netflix (2019-


2023)

Iklan Layanan Masyarakat : HIV AID 2, Kementrian Kesehatan Republik


Indonesia, Publised on Youtube (2016)"

Prasetyo, R. (2020). "Challenges in Implementing National Curriculum: A Case


Study in Bandar Lampung." Journal of Local Education, 35(4), 421-
435

BKKBN. (2020). Pendidikan Seksual di Usia Dini: Peran Krusial dalam


Pembentukan Karakter Anak. Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003). Indonesia

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD


FEB UI). (2019). Studi Perkembangan Anak Usia Dini di Bandar
Lampung

42
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia. (2020).
Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran

Nurhayati, et al. (2021). Pendidikan Seksual dan Nilai-Nilai Budaya Lokal di


Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan Kesehatan

Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI). (2018). Peran Keluarga dalam


Membentuk Pola Pikir Anak Terkait Seksualitas

43

Anda mungkin juga menyukai