SKRIPSI PERANCANGAN
Disusun Oleh:
120380098
i
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
PORPOSAL
SKRIPSI PERANCANGAN
Penguji 1 Penguji 2
Mengetahui,
Ketua Program Studi
i
Table of Contents
BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah : .......................................................................................... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 4
1.4. Batasan Penelitian ................................................................................................... 5
1.5 Sistematika Penulisan ............................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................... 8
KAJIAN SUMBER .................................................................................................................. 8
2.1 Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 8
2.2 Tinjauan Karya......................................................................................................... 11
2.3 Landasan Teori ........................................................................................................ 12
BAB III ................................................................................................................................ 19
Metode.............................................................................................................................. 19
3.1. Metode................................................................................................................... 19
3.1.2. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 20
3.1.3. Jenis Data (Primer, Sekunder) .................................................................... 22
3.1.4. Sumber Data .................................................................................................. 23
3.1.5. Instrumen Pengumpulan Data..................................................................... 25
3.1.6. Teknik Analisis Data..................................................................................... 29
3.2. Penyajian Data ....................................................................................................... 30
3.3 Hasil dan Temuan.................................................................................................... 33
3.4. Analisis Data .................................................................................................... 36
3.5. Solusi Pemecahan Masalah .................................................................................... 40
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Pendidikan seksual untuk anak usia remaja merupakan bagian integral
dari pembentukan karakter dan perkembangan kesehatan anak-anak. Menurut
data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Indonesia, pendidikan seksual di usia remaja memiliki peran krusial dalam
membangun pemahaman yang benar terkait tubuh dan perilaku sehat. Namun,
kondisi ini belum sepenuhnya optimal, terutama di kota seperti Bandar
Lampung, yang memerlukan perhatian khusus untuk memastikan anak usia
remaja menerima pendidikan seksual yang sesuai (BKKBN, 2020).
Usia remaja, yang merupakan fase transisi antara masa anak-anak dan
dewasa, dapat dikategorikan menjadi tiga tahap berdasarkan rentang usia.
Remaja awal, yang umumnya berlangsung dari usia 10 hingga 13 tahun,
ditandai dengan perubahan fisik yang signifikan, termasuk pertumbuhan tubuh
yang cepat dan perkembangan seksual yang dimulai. Remaja pertengahan,
yang berlangsung dari usia 14 hingga 17 tahun, menyoroti peningkatan dalam
perkembangan kognitif dan sosial, di mana individu mulai mengeksplorasi
identitas diri dan hubungan interpersonal yang lebih kompleks. Terakhir,
remaja akhir, yang berlangsung dari usia 18 hingga 21 tahun, merupakan tahap
di mana individu mulai memasuki kesiapan untuk memasuki kehidupan
dewasa mandiri, mengambil tanggung jawab yang lebih besar, dan membuat
keputusan yang lebih kompleks. Ini sesuai dengan pemahaman yang
disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes)
mengenai perkembangan usia remaja.
Tanpa pendidikan seksual yang memadai untuk remaja usia 14-21
tahun, masyarakat berhadapan dengan tantangan serius terkait kesehatan
reproduksi dan kesejahteraan psikososial generasi muda. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan
bahwa pendidikan di Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi anak
secara utuh, termasuk dalam hal pembentukan karakter dan pemahaman
mengenai kesehatan reproduksi (UU No. 20 Tahun 2003). Namun, kurangnya
panduan dan pendekatan yang komprehensif dalam menyampaikan informasi
1
tentang seksualitas kepada remaja dapat menciptakan celah pengetahuan yang
signifikan. Hal ini menciptakan risiko penyebaran informasi yang tidak benar,
ketidakpahaman tentang pentingnya perlindungan diri, serta peningkatan
angka kehamilan remaja dan penyebaran penyakit menular seksual.
Hal ini patut untuk diperhatikan mengingat semakin hari perilaku
seksual berisiko terutama di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017,
menunjukkan bahwa sebesar 84% pria dan 80% wanita dilaporkan telah
berpacaran. Saat berpacaran, 75% pria dan 64% wanita melakukan aktivitas
berpegangan tangan, 33% pria dan 17% wanita berpelukan, 50% pria dan 30%
wanita ciuman bibir, 22% pria dan 5% wanita saling meraba. Delapan persen
pria dan 2% wanita dilaporkan telah melakukan hubungan seks pra nikah,
dengan alasan antara lain: 47% saling cinta, 30% penasaran 30%
penasaran/ingin tahu, 16% terjadi begitu saja, dan masing-masing 3% karena
dipaksa an terpengaruh teman. Di antara wanita dan pria yang telah melakukan
hubungan seks pra nikah, 74% pria dan 59% wanita dilaporkan mulai
berhubungan seks pertama kali pada umur 15-19 tahun. Persentase paling
tinggi terjadi pada umur 17 tahun yaitu mencapai 19%. Penggunaan kondom
pada hubungan seks terakhir lebih banyak dilakukan oleh wanita (49%)
dibanding pria (27%). Dua belas persen kehamilan tidak diinginkan dilaporkan
oleh wanita dan 7% dilaporkan oleh pria yang memiliki pasangan dengan
kehamilan tidak diinginkan. Sembilan belas persen pria dan 23% wanita
mengetahui seseorang teman yang mereka kenal yang melakukan aborsi. Satu
persen di antara mereka menemani/memengaruhi teman/seseorang untuk
melakukan aborsi (SDKI, 2017)
Dalam konteks penyusunan skripsi tentang "Perancangan Audio Visual
tentang Pendidikan Seksual untuk Anak Usia Remaja di Bandar Lampung",
penting untuk memahami konteks dan tantangan yang dihadapi oleh remaja di
wilayah tersebut. beberapa studi kasus tentang seks bebas dan penyakit
menular seksual (PMS) di wilayah tersebut menjadi relevan. Sebuah laporan
dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung menunjukkan peningkatan kasus
penyakit menular seksual dalam lima tahun terakhir. Misalnya, pada tahun
2022, kasus gonore di Bandar Lampung meningkat 30% dibandingkan tahun
sebelumnya (Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, 2022). Studi lain yang
2
dilakukan oleh Pusat Kesehatan Masyarakat Bandar Lampung menyoroti
praktik seks bebas di kalangan remaja. Menurut survei mereka, 60% remaja
usia 15-19 tahun di Bandar Lampung telah melakukan hubungan seksual tanpa
perlindungan (Pusat Kesehatan Masyarakat Bandar Lampung, 2021). Hasil
studi tersebut menunjukkan bahwa praktik seks bebas telah menjadi masalah
yang meresahkan di kalangan remaja Bandar Lampung.
Perilaku seksual remaja terkait dengan praktik seks bebas menjadi isu
yang semakin mendalam dan kompleks dalam masyaraka. Penelitian oleh
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Indonesia
(2020) menunjukkan bahwa perilaku seks bebas di kalangan remaja dapat
menyebabkan konsekuensi serius, termasuk peningkatan risiko penyebaran
penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan yang tidak diinginkan.
Kurangnya pemahaman tentang perlindungan diri dan kurangnya akses
terhadap informasi yang benar dapat memperburuk situasi ini. Oleh karena itu,
latar belakang perilaku seksual remaja terkait seks bebas perlu dianalisis
dengan mendalam untuk merancang pendekatan edukatif dan preventif yang
lebih efektif dan mendukung kesehatan reproduksi remaja secara menyeluruh.
(BKKBN, 2020).
Teknologi informasi, seperti audio visual, menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan sekarang ini. Riset oleh Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia (2020) menyoroti bahwa
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat dan
partisipasi remaja usia 14-21 tahun dalam proses pendidikan. Oleh karena itu,
perancangan audio visual dapat memberikan solusi yang sesuai dengan
perkembangan zaman dan karakter anak-anak di Bandar Lampung.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh urgensi untuk menghadirkan
pendidikan seksual yang menyeluruh dan relevan bagi anak usia remaja di
Bandar Lampung. Melalui perancangan audio visual yang terfokus dan
kontekstual, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif
dalam membuka akses informasi yang sehat, membentuk pemahaman yang
benar, serta mengurangi ketidapastian terkait dengan aspek seksualitas di masa
depan.
3
1.2. Rumusan Masalah :
Berdasarkan pemaparan isu dan pengembangan masalah pada latar
belakang diatas, maka muncul pokok permasalahan yang nantinya menjadi
fokus kajian dari penulis yang akan dibahas dalam perancangan ini diantaranya
adalah sebagai berikut :
4
seksual sesuai nilai dan norma adat budaya Lampung?
1.3.2. Manfaat
Manfaat dari perancangan Audio Visual Tentang Pendidikan Seksual
Untuk Anak Usia Dini Di Bandar Lampung adalah sebagai berikut:
1. Bagi masyarakat diharapkan tugas akhir ini berpotensi memberikan
pandangan yang lebih luas tentang potensi teknologi informasi,
khususnya audio visual, dalam konteks pendidikan seksual anak usia
dini di Bandar Lampung
2. Bagi mahasiswa dalam perancangan audio visual ini Institut Teknologi
Sumatera khususnya program studi Desain Komunikasi Visual dapat
menjadi referensi, dan informasi bagi mahasiswa yang melanjutkan
dalam perancangan dengan media atau topik yang serupa.
3. Bagi peneliti mendapatkan wawasan yang lebih luas dan memperkaya
literatur mengenai integrasi nilai-nilai budaya dan agama lokal dalam
pendidikan seksual anak usia dini di Bandar Lampung
4. Bagi penulis, karya tugas akhir ini dapat menjadi portfolio dan
dinikmati oleh masyarakat.
Pentingnya perancangan Audio Visual Tentang Pendidikan Seksual
Untuk Anak Usia Remaja Di Bandar Lampung adalah upaya untuk
mempersiapkan generasi muda agar dapat menghadapi tantangan dan risiko
yang ada dalam lingkungan digital yang semakin kompleks saat ini dengan
pemahaman yang sehat dan tanggap.
5
perubahan kondisi sosial yang dapat memengaruhi pendidikan seksual anak
usia dini.
3. Sumber Data: Penelitian ini akan menggunakan data sekunder dari
lembaga dan institusi resmi seperti BKKBN, KPAI, LD FEB UI, dan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Sumber data lainnya dapat
melibatkan wawancara dan kuesioner kepada stakeholder terkait, termasuk
orang tua, guru, dan pihak terkait lainnya.
4. Aspek Pendidikan Seksual: Penelitian ini membatasi aspek pendidikan
seksual pada pemahaman tentang tubuh dan perilaku sehat, serta mencakup
pemahaman mengenai perubahan tubuh, nilai-nilai budaya dan agama lokal,
serta peran keluarga dan teknologi audio visual dalam konteks pendidikan
seksual.
5. Perancangan Audio Visual: Fokus perancangan audio visual terbatas pada
pemahaman anak usia remaja terhadap perubahan tubuh dan perilaku sehat.
Rancangan ini tidak mencakup aspek-aspek pendidikan seksual yang lebih
kompleks, seperti isu-isu gender atau kekerasan seksual.
6. Perspektif Subjek Penelitian: Penelitian ini lebih menekankan pada
perspektif anak usia dini, orang tua, dan pihak yang terlibat dalam
pendidikan, seperti guru. Perspektif lain, seperti pandangan masyarakat
secara keseluruhan, dapat menjadi fokus penelitian lebih lanjut.
Batasan-batasan tersebut dirancang untuk memfokuskan penelitian pada aspek-
aspek yang spesifik dan memberikan kerangka kerja yang terkelola secara
efisien dalam rangka menghasilkan temuan yang relevan dan berarti.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang perancangan Audio Visual
Tentang Pendidikan Seksual, rumusan masalah, rancangan masalah, tujuan, manfaat
6
perancangan, batasan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN SUMBER
Pada bab ini menjelaskan konsep berdasarkan metode penelitian, penyajian data,
hasil dan temuan, analisis data serta solusi pemecahan masalah yang diperoleh melalui
data-data yang telah dikumpulkan sesuai dengan perancangan penelitian.
7
BAB II
KAJIAN SUMBER
2.1 Tinjauan Pustaka
8
skala perilaku negatif pacaran siswa negatif sebelum pemberian layanan
informasi dengan media audio visual Pre-test dan pengukuran skala perilaku
pacaran siswa setelah diberikan layanan informasi dengan media audiovisual
dan menggunakan skala yang sama yaitu perilaku negatif pacaran siswa Post-
test.
2.1.2 Animasi Smart Parenting Sebagai Peran Aktif Orang Tua Dalam
Perkembangan Anak Di Era Digital
Jurnal Savira Marsha Salsabila Jurusan Ilmu Komputer Program Studi
DIII Manajemen Informatika UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR
LAMPUNG dengan judul. Tujuan pembuatan animasi ini yaitu memberikan
pemahaman kepada orang tua mengenai peran mereka dalam mengoptimalkan
perkembangan anak di era digital. Melalui animasi ini, diharapkan orang tua
dapat memahami tantangan dan manfaat teknologi dalam perkembangan anak,
serta keterampilan dan strategi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan
tersebut. Manfaat pembuatan animasi ini adalah orang tua lebih memahami dan
dapat menerapkan smart parenting di keluarga mereka sehingga anak lebih
terarah dan mengerti penggunaan teknologi digital dengan baik dan benar.
Metode pembuatan animasi menggunakan metode MDLC (Multimedia
Development Life Cycle) yaitu concept (konsep), design (perancangan),
material collecting (pengumpulan bahan), assembly (pembuatan), testing
(pengujian), Distribution (distribusi). (Luther Arc, 2010)
Foto Karya :
9
2.1.3 Pengaruh Penyuluhan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dengan Media
Audiovisual Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Jurnal Akbar, Arif Daigul dari Universitas dr. SOEBANDI, Jember dengan
judul Pengaruh Penyuluhan Pendidikan Kesehatan Reproduksi Dengan Media
Audiovisual Terhadap Perilaku Seksual Remaja. Tujuan literature review ini
adalah menganalisis pengaruh penyuluhan pendidikan kesehatan reproduksi
dengan media audiovisual terhadap perilaku seksual remaja.
Diskusi: Hasil dari tujuh artikel yang telah direview, menyebutkan bahwa
tujuh artikel terdapat pengaruh penyuluhan pendidikan kesehatan reproduksi
dengan media audiovisual terhadap perilaku seksual remaja. Diharapkan dapat
meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi dengan media audiovisual
untuk mengurangi perilaku seksual remaja
10
hanya sampai tahap Analisys, Design, Development (ADD). Hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwa pengembangan video pendidikan seksual bagi remaja
sangat baik atau layak untuk dilakukan uji coba, karena berdasarkan hasil uji
validitas oleh ahli media mendapatkan skor 4,7, ahli materi tarbiyah jinisiyah
dengan skor 4,77, ahli materi kesehatan reproduksi dengan skor 4,58, ahli bahasa
dengan skor 4,3, dan penilaian respon siswa dengan skor 4,65. Sehingga video
pendidikan seksual bagi remaja masuk dalam kategori “sangat baik” atau
dinyatakan layak untuk dilakukan uji coba. Diharpkan penelitian ini dapat
dilanjutkan sampai tahap implementasi dan evaluasi agar produk yang
dihasilkan dapat optimal
11
Foto Karya :
Foto Karya :
12
tatanan huruf, komposisi warna, tata letak (layout) agar dapat diterima oleh
seseorang atau kelompok yang menjadi sasaran penerimaan pesan
(Kusrianto, 2007). Sedangkan menurut Menurut Suyanto, desain
didefinisikan sebagai aplikasi dari keterampilan seni dan komunikasi untuk
kebutuhan bisnis dan industri. Aplikasi-aplikasi ini dapat meliputi periklanan
dan penjualan produk, menciptakan identitas visual untuk institusi, produk
dan perusahaan, dan lingkungan grafis, desain informasi, dan secara visual
menyempurnakan pesan dalam publikasi (Suyanto, 2004)
Dalam buku yang ditulis oleh Sachari, desain komunikasi visual
adalah profesi yang mengkaji dan mempelajari desain dengan
mempertimbangkan isi pesan, symbol, gambar, dan media. Dalam aspek
definisi, lingkup, fungsi, media keilmuan, desain komunikasi visual
difungsikan untuk mengkaji hal-hal yangbberkaitan dengan pesan
komunikasi, teknologi media, teknologi percetakan, dan teknik persuasi
kepada masyarakat (Sachari, 2005). Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat
disimpulka bahwa Desain Komunikasi Visual ilmu yang mempelajari
mengenai aspek komunikas melalui media visual untuk menyampaikan
sebuah pesan secara tersirat ataupun tidak tersirat.
2.3.2 Audio Visual
13
Sebagai contoh, di dalam buku "Educational Technology and Media
for Teaching" oleh Sharon Smaldino, Deborah Lowther, dan Clif Mims
(2019), audio visual dijelaskan sebagai alat pembelajaran yang berfungsi
untuk menyampaikan informasi dengan lebih efektif melalui integrasi suara,
gambar, dan teks, sehingga dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih
kaya dan menarik.
14
Dalam penayangannya, Dewan Periklanan Amerika atau Ad Council
Inc, memberikan informasi mengenai aturan iklan yang masuk ke kategori
iklan layanan masyarakat, yaitu:
• Iklan tidak bersifat keagamaan,
• non politis,
• non komersil,
• dapat diiklankan,
• berwawasan nasional,
• diajukan oleh sebuah organisasi yang diakui dan diterima pemerintah
• mempunyai dampak besar dan memiliki kepentingan tinggi sehingga
wajib menerima dukungan dari media nasional dan lokal.
15
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memainkan
peran penting dalam mengkoordinasikan program pendidikan seks.
Pendidikan seks di sekolah merupakan komponen kunci dalam upaya ini, di
mana materi pendidikan seks termasuk informasi tentang tubuh, kesehatan
reproduksi, kontrasepsi, dan pencegahan penyakit menular seksual.
16
Berdasarkan data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Indonesia, peran pendidikan seks yang kurang memadai
dapat menjadi salah satu penyebab praktik seks bebas di kalangan remaja.
Kurangnya akses terhadap informasi yang benar tentang kesehatan
reproduksi dan kontrasepsi dapat meningkatkan risiko perilaku seksual yang
tidak bertanggung jawab.
Selain itu, aspek budaya dan norma-norma sosial juga memainkan
peran penting. Beberapa remaja mungkin terpapar pada tekanan untuk terlibat
dalam hubungan seksual, terutama jika ada ketidakjelasan atau stigma seputar
pembicaraan terbuka tentang seksualitas di masyarakat.
Upaya untuk mengatasi praktik seks bebas di kalangan remaja
memerlukan pendekatan holistik. Hal ini mencakup peningkatan pendidikan
seks yang menyeluruh, peran aktif keluarga dalam memberikan pemahaman
tentang nilai-nilai kesehatan reproduksi, serta upaya melibatkan masyarakat
dalam mengurangi stigma terhadap pembicaraan terbuka tentang seksualitas.
2.3.6 Motode Perancangan Videografi
Metode perancangan videografi terbagi menjadi tiga tahapan yakni:
1. Pra Produksi
Menurut Urbani dan Purnama, pra produksi merupakan tahap perencanaan
atau persiapan sebelum memulai proses produksi. Berbagai langkah dalam
pra produksi ini adalah seperti mencari perizinan lokasi, roset informasi,
mencetuskan ide dan membuat storyboard (Urbani, 2011).
2. Produksi
Menurut Kausar, setelah tahap storyboard maka akan dilanjutkan dengan
tahap produksi video yang meliputi shooting yaitu proses pengambilan
gambar dengan menggunakan teknik-teknik sederhana seperti zoom in,
zoom out, pengaturan focus dan hal lainnya. Proses record video ini
dilakukan berdasarkan dengan storyboard yang sudah dibuat sebelumnya
(Kausar, 2016)
3. Pasca Produksi
Setelah produksi, akan dilakukan fase pasca produksi yang merupakan
proses penggabungan atau editing dari hasil rekaman yang telah dilalui.
Penentuan konsep editing pada awal proses menggunakan Teknik color
17
grading yang merupakan proses merubah warna video dengan memilih
highlight, midtone agar warna dalam video stabil (Sari, 2016).
18
BAB III
Metode
3.1. Metode
19
menunjang keefektifan penelitian dan menghasilkan data-data yang akurat
dan dapat digunakan secara maksimal untuk keberhasilan perancangan ini.
3.1.2.1. Observasi
Dalam konteks penelitian seni, metode observasi muncul
sebagai salah satu metode yang signifikan dan harus diberikan
perhatian yang serius. Observasi menyajikan suatu gambaran
sistematik tentang peristiwa, perilaku, objek atau karya seni yang
dihasilkan, serta alat-alat yang digunakan. Penggunaan metode
observasi dengan tepat, yang sesuai dengan aturan dan tekniknya, baik
sebagai pendekatan independen maupun sebagai komponen yang
bekerja sama dengan metode lain dalam penelitian lapangan, memiliki
potensi besar untuk menghasilkan data yang akurat, terpercaya, dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan melakukan survei mengenai Pendidikan seksual dari
berbagai sumber termasuk artikel dari media cetak, artikel dari media
elektronik untuk mengumpulkan data statistik, merencanakan strategi,
dan mengevaluasi upaya yang telah dan akan dilakukan untuk
meningkatkan citra. Kemudian mengidentifikasi objek-objek yang
paling sesuai dan menarik untuk dimasukkan dalam video promosi.
20
literatur yang relevan dengan topik atau masalah penelitian tertentu.
Tujuan utama dari studi literatur adalah untuk memahami dan
mengevaluasi penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dalam
bidang yang sama atau terkait dengan topik penelitian yang sedang
diinvestigasi. Studi literatur adalah tahap awal yang penting dalam
proses penelitian. Ini membantu peneliti memahami lanskap penelitian
yang ada, memperoleh wawasan tentang topik mereka, dan
merumuskan pertanyaan penelitian yang tepat. Selain itu, studi literatur
juga membantu dalam menghindari duplikasi penelitian yang sudah
ada dan memastikan bahwa penelitian baru memberikan kontribusi
yang berharga dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
3.1.2.3. Wawancara
21
3.1.3. Jenis Data (Primer, Sekunder)
Berikut merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
laporan penilitian ini.
3.1.3.1. Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
narasumber (Darmawan, 2014). Data primer dapat diartikan sebagai data
yang diperoleh dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan
seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa
dilakukan oleh peneliti (Husein, 2013). Data Primer dapat diartikan
sebagai data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dengan
melakukan observasi lapangan. Sehingga pada penelitian ini, peneliti
memperoleh data dengan cara observasi dan Wawancara. Tujuan dari
pengambilan data primer ini adalah untuk memperoleh data dan informasi
terkait Pendidikan Seksual Untuk Anak Usia Remaja Di Bandar Lampung.
Dalam penilitian ini, data primer yang dikumpulkan oleh peneliti adalah
berbentuk observasi dan Wawancara.
3.1.3.2. Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen dan dapat ditemukan dengan cepat (Sugiyono, 2017). Data
sekunder berbeda dengan data primer, perbedaan tersebut terlihat dari
teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan mempelajari buku-
buku referensi, laporan-laporan, jurnal ataupun media lainnya yang
berkaitan dengan pembahasan penelitian. Data sekunder yang digunakan
pada penelitian ini berupa data yang diperoleh dari studi literatur yang
berkaitan dengan Perancangan Audio Visual Tentang Pendidikan Seksual
Untuk Anak Usia Remaja Di Bandar Lampung
22
3.1.4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh
(Suharsimi, 2010). Sumber data yang terlibat dalam perancangan
"Perancangan Audio Visual Tentang Pendidikan Seksual untuk Remaja di
Bandar Lampung" mencakup berbagai metode penelitian untuk memberikan
perspektif yang komprehensif.
3.1.4.1. Observasi
23
lingkungan Way Dadi, Kec. Sukarame, Kota Bandar Lampung,
Lampung.
3.1.4.3 Wawancara
24
Dalam hal ini wawancara dilakukan kepada guru dan murid di
Sekolah Menengah Atas Negeri 12 di Bandar Lampung, untuk
mengetahui perspektif dari guru dan murid terkait perancangan audio
visual untuk pendidikan seksual remaja serta media audio visual apa
yang relevan untuk di ajarkan. Tntunya akan dilakukan wawancara
dengan seorang ahli tentang bahayanya seks bebas dan penyakit
menular seksual(PMS).
3.1.5.1. Observasi
Instrumen penelitian observasi adalah alat atau metode yang
digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data dengan cara
mengamati perilaku, kejadian, atau objek secara langsung. Dalam
konteks penelitian, observasi digunakan untuk mengumpulkan data
empiris dengan mengamati fenomena yang sedang diteliti tanpa
campur tangan atau pertanyaan langsung kepada subjek atau objek
yang diamati. Instrumen observasi dapat beragam, mulai dari lembaran
penilaian sederhana hingga peralatan khusus yang digunakan dalam
penelitian tertentu. Observasi atau pengamatan merupakan suatu
Teknik atau cara mengumpulkan data dengan cara mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung (Sukmadinata, 2011).
Menurut Tjetjep Rohendi Rohidi dalam bukunya yang berjudul
Metodelogi Penelitian Seni, mengatakan bahwa metode observasi
adalah metode yang digunakan untuk mengamati sesuatu, seseorang,
suatu lingkungan, atau situasi secara tajam, terinci, dan mencatatnya
secara akurat dalam beberapa cara.
Selanjutnya dalam penelitian ini observasi dilakukan sebagai
pengamatan langsung (Direct Observation), yang peneliti lakukan di
25
lokasi, yaitu desa Way Dadi, Kec. Sukarame, Kota Bandar Lampung,
Lampung. Subject dari penelitian ini yaitu Syifa Salsabilah siswi kelas
3 SMP dan Sajiah selaku orang tua dari saudara Syifa. Alat untuk
mencatat semua data yang telah dirangkum juga diperlukan untuk
mendukung hasil yang optimal dalam proses observasi.
26
literasi digital dalam pendidikan seksual.
3.1.5.3. Wawancara
Guru:
Murid:
27
3. Apa jenis konten audio visual yang menurut Anda paling
relevan dan dapat memberikan manfaat positif dalam
pendidikan seksual remaja?
28
5. Bagaimana pentingnya pemahaman aspek psikologis dalam
merancang kampanye atau program pendidikan seksual untuk
mengurangi risiko perilaku seks bebas dan penyebaran PMS?
A. Khalayak
a. Target Khalayak
29
b. Psikografi
d. Geografi
3.2.1. Observasi : Analisis Interaksi di desa Way Dadi, Kec. Sukarame, Kota
Bandar Lampung, Lampung.
a. Tujuan Observasi:
b. Temuan Observasi:
30
• Kurangnya pengetahuan orangtua dalam pendidikan seks bagi
remaja.
• Orangtua masih menganggap pendidikan seks itu hanya sebatas
hubungan badan suami istri sehingga tidak patut di obrolkan
dengan anaknya.
31
wawancara dengan Ibu Rita Septiana selaku ahli Kesehatan atau Bidan yang
bertempat tinggal di Sukadana baru kec.Marga Tiga Lampung Timur.
penulis mendapat banyak sekali informasi dan data yang diperlukan untuk
penelitian ini.
a. Tujuan Wawancara:
32
• Terdapat hubungan erat antara perilaku seks bebas dan risiko
terjadinya penyakit menular seksual (PMS) seperti Infeksi Salurn
Kemih(ISK) ataupun penyakit yang lebih serius yaitu HIV Aids.
Keputusan untuk tidak menggunakan perlindungan saat
berhubungan seks dapat meningkatkan kemungkinan terpapar
PMS.
• Menerima diagnosis penyakit menular seksual dapat
menyebabkan dampak psikologis yang signifikan, termasuk stres
emosional, rasa malu, dan penolakan diri.
• Terdapat berbagai strategi atau intervensi psikologis yang dapat
membantu individu terlibat dalam perilaku seks bebas atau yang
telah terkena PMS. Ini mencakup konseling psikologis, terapi
perilaku kognitif, dan dukungan psikososial.
• Dalam merancang kampanye atau program pendidikan seksual
yang berupa audio visual, pemahaman aspek psikologis menjadi
sangat penting.
Hasil dan temuan dari gabungan metode observasi, studi literatur, dan
wawancara dalam rangka perancangan "Perancangan Audio Visual tentang
33
Pendidikan Seksual untuk Remaja di Bandar Lampung" menyoroti beberapa aspek
kritis terkait implementasi pendidikan seksual di lingkungan remaja. Melalui
observasi di sekolah-sekolah menengah Bandar Lampung, terungkap bahwa metode
pengajaran yang dominan adalah konvensional, dan tingkat partisipasi siswa terbatas,
mencerminkan adanya ketidaknyamanan dalam menghadapi materi pendidikan
seksual. Temuan ini memberikan dasar bagi kebutuhan mendalam akan perubahan
pendekatan pembelajaran.
Kesimpulannya, hasil dan temuan dari metode observasi, studi literatur, dan
wawancara dalam konteks perancangan "Perancangan Audio Visual tentang
Pendidikan Seksual untuk Remaja di Bandar Lampung" menunjukkan bahwa
pendidikan seksual di lingkungan remaja di Bandar Lampung memerlukan pendekatan
yang lebih inovatif dan kontekstual. Observasi desa Way Dadi menyoroti adanya
kurangnya pengetahuan orangtua mengenai pendidikan seks bagi remaja menjadi
tantangan serius dalam membentuk pemahaman yang sehat dan benar terkait
seksualitas di kalangan anak-anak mereka. Beberapa orangtua masih memandang
34
pendidikan seks sebagai isu terbatas pada hubungan badan suami istri, sehingga
mereka enggan untuk membahasnya dengan anak-anak. Studi literatur mendukung
perlunya merangkul pendekatan komprehensif yang mempertimbangkan aspek
kesehatan reproduksi dan nilai-nilai lokal. Wawancara dengan stakeholder
menggambarkan keinginan guru akan perubahan pendekatan pengajaran, siswa
membutuhkan pendekatan yang lebih ramah remaja dan ahli Kesehatan menambahkan
mengenai bahaya seks bebas dan penyakit menular seksual (PMS).
Integrasi temuan ini memberikan landasan untuk perancangan audio visual yang
responsif dan sesuai dengan kebutuhan dan konteks spesifik di Bandar Lampung.
Perubahan pendekatan pembelajaran menjadi lebih menarik dan sesuai dengan
perkembangan remaja harus menjadi fokus utama, serta memastikan bahwa konten
yang disampaikan bersifat informatif, akurat, dan mencakup aspek kesehatan
reproduksi secara menyeluruh. Keseluruhan, perancangan ini diarahkan untuk
meningkatkan partisipasi siswa, mengatasi stigma, dan menciptakan lingkungan
pembelajaran yang mendukung pendidikan seksual yang sehat dan relevan bagi remaja
di Bandar Lampung.
35
3.4. Analisis Data
3.4.1. Hasil Analisis Data
a. Strengths (Kekuatan):
b. Weaknesses (Kelemahan):
c. Opportunities (Peluang):
36
• Perubahan Persepsi: Peluang untuk merubah persepsi masyarakat dan
mendukung pembukaan dialog terbuka tentang pendidikan seksual.
d. Threats (Ancaman):
3.4.2. Kesimpulan
37
Kota Bandar Lampung merupakan ibukota dari provinsi Lampung yang
terletak di ujung selatan pulau Sumatera. Hal ini membuat Kota Bandar
Lampung memiliki keragaman budaya karena letaknya yang berada di ujung
Pulau Sumatera sebagai tempat transit penduduk pulau Sumatera.
Kota Bandar Lampung juga tidak lepas dari tren perkembangan media
sosial yang masif bagi masyarakat usia remaja. Hal ini mampu menimbulkan
berbagai dampak positif dan negatif. Kemudahan dalam mengakses segala
konten yang berada di sosial media mempengaruhi pemahaman dan pandangan
mengenai Pendidikan Seksual.
Pendidikan seksual untuk remaja di Bandar Lampung memiliki
tantangan dan peluang tersendiri. Dalam konteks ini, pendidikan seksual
dipersepsikan sebagai hal yang semakin penting mengingat eksposur remaja
terhadap berbagai informasi seksual melalui media digital yang semakin besar.
Meskipun ada sejumlah tantangan yang meliputi kontroversi, perlawanan dari
beberapa kelompok, serta isu-isu keamanan dan privasi online, terdapat
sejumlah kekuatan yang dapat dimanfaatkan.
Kekuatan utama meliputi kesadaran yang semakin meningkat tentang
pentingnya pendidikan seksual, penggunaan teknologi digital sebagai alat
pendidikan yang efektif, peran aktif orang tua, dan potensi kolaborasi antara
berbagai pemangku kepentingan, seperti sekolah, organisasi non-pemerintah,
dan komunitas. Kelemahan termasuk kesulitan dalam penilaian efektivitas
program, kontroversi seputar pendidikan seksual, serta kurangnya sumber daya.
Peluang terbuka untuk merubah persepsi masyarakat, mengembangkan
aplikasi edukasi yang sesuai dengan era digital, dan mendapatkan dukungan
sumber daya. Ancaman termasuk perlawanan dari orang tua dan keluarga, isu-
isu privasi dan keamanan online, serta ketidaksetujuan dari kelompok agama
dan budaya tertentu.
Dalam menjalankan pendidikan seksual bagi anak-anak usia dini,
penting untuk mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan agama, melibatkan orang
tua, serta memberikan pelatihan kepada guru. Melalui perencanaan yang bijak
dan kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan, pendidikan seksual
dapat menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
anak-anak usia dini di Bandar Lampung, mempersiapkan mereka untuk
menghadapi isu-isu seksual di era digital dengan bijak dan aman.
38
3.4.3. Mind Mapping
Berikut adalah rancangan mind mapping berdasarkan data dari seorang
guru, seorang siswa, seorang ahli kesehatan, dan orang tua terkait edukasi
seksual :
1. Guru:
• Keinginan untuk menggunakan media yang lebih menarik, seperti
video pembelajaran.
• Fokus pada metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa.
• Menggunakan video sebagai alat untuk memudahkan pemahaman
konsep-konsep seksualitas.
2. Siswa:
• Perlunya penyampaian informasi tanpa membuat malu.
• Preferensi terhadap video edukasi yang ramah remaja.
• Usulan agar video dapat diakses melalui media sosial untuk
meningkatkan aksesibilitas.
3. Ahli Kesehatan:
• Menyoroti bahaya perilaku seks bebas.
• Risiko terjadinya penyakit menular seksual, seperti Infeksi Saluran
Kemih (ISK) dan HIV/AIDS.
• Pentingnya mencakup informasi tentang konsekuensi serius dari
perilaku seksual yang tidak aman.
4. Orang Tua:
• Masih menganggap pendidikan seksual sebagai topik tabu.
• Perlu adanya perubahan persepsi terhadap kebutuhan pendidikan
seksual anak-anak.
• Rekomendasi untuk menggunakan metode yang lebih sensitif dan
komunikatif dalam menyampaikan informasi.
40
memberikan pemahaman yang benar kepada remaja di Bandar Lampung. Melalui
kombinasi elemen visual yang menarik, pesan edukatif yang kuat, dan integrasi
nilai-nilai lokal, video ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan remaja terkait dengan aspek-aspek
kesehatan reproduksi dan hubungan interpersonal.
Diharapkan bahwa video ILM ini akan mengundang minat remaja di Kota
Bandar Lampung untuk menyimak solusi yang penulis tawarkan. Media
pembelajaran ini juga akan disebarluaskan melalui platform media sosial agar
dapat diakses dengan mudah oleh remaja di Kota Bandar Lampung. Selain itu,
pemanfaatan fitur iklan di media sosial akan membantu mempermudah remaja di
kota Bandar Lampung dalam menemukan media pembelajaran ini. Dengan
adanya sarana pembelajaran berupa audio visual yang relate dengan kehidupan
remaja, diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik bagi
remaja di Kota Bandar Lampung.
41
Daftar Pustaka
Savira Marsha, Salsabila (2023) Animasi Smart Parenting Sebagai Peran Aktif
Orang Tua Dalam Perkembangan Anak di Era Digital.
Rahma wati, Harbi and Pribadi, Imam and Marhani, Marhani (2023) Pengaruh
Layanan Informasi Berbasis Media Audiovisual Terhadap Perilaku
Pacaran Siswa.
42
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia. (2020).
Pemanfaatan Teknologi dalam Pembelajaran
43