Anda di halaman 1dari 18

GERSAPI (GERAKAN SASTRA NARAPIDANA) : SARANA

PENCEGAHAN REPRESIF AKIBAT PENINGKATAN KASUS


KRIMINALITAS

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Oleh
Firnanda Khoirun Nisa 190210402005

UNIVERSITAS JEMBER
2021
GERSAPI (GERAKAN SASTRA NARAPIDANA) : SARANA PENCEGAHAN
REPRESIF AKIBAT PENINGKATAN KASUS KRIMINALITAS
Firnanda Khoirun Nisa
Universitas jember
asnifir123@gmail.com
Abstrak

Kasus yang diakibatkan karena tindak kriminalitas di Indonesia mengalami peningkatan


yaitu sebesar 7,04 persen dalam sepekan pada tahun 2020. Peningkatan kasus tindak
kriminalitas ini mengalami kenaikan dari 3.481 kasus menjadi 3726 kasus dalam satu
minggu. Hal ini menunjukkan bahwa tindak kriminalitas semakin merajalela. Tindak
kriminalitas yang sering terjadi berupa pencurian, perampokan, dan pembunuhan baik yang
dilakukan oleh orang baru atau mantan narapidana. Hal ini disebabkan karena adanya
kesempatan dan faktor-faktor lain yang mendorong terjadinya tindak kejahatan atau
kriminalitas seperti jumalh penduduk, kemiskinan, pengangguran, pendidikan, moral, dan
adanya pandemi Covid-19. Melihat kondisi tersebut perlu adanya upaya pencegahan secara
represif agar para narapidana tidak melakukan kejahatan lagi sehingga laju kriminalitas
dapat ditekan. Dengan adanya upaya ”GERSAPI (GERAKAN SASTRA NARAPIDANA):
SARANA PENCEGAHAN REPRESIF AKIBAT PENINGKATAN KASUS
KRIMINALITAS”. Metode yang digunakan dalam penilitian ini adalah penelitian kualitatif
dan penelian pustaka. Sementara analisi yang dilakukan terhadap Gersapi adalah analisis
SMART (Specific, Mearuble, Accepteble, dan Time Rebound). Tujuan dari Gersapi akan
tercapai jika berhasil diimplementasikan dan bekerja sama dengan beberapa pihak seperti
sastrawan, mahasiswa, dan pihak hukum. Oleh karena itu, upaya pencegahan represif dengan
Gersapi dapat menekan laju kasus akibat tindak kriminalitas

Kata kunci : Gersapi, Kriminalitas, Represif,Sastra

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga penyusun mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah berjudul “GERSAPI
(GERAKAN SASTRA NARAPIDANA): SARANA PENCEGAHAN
REPRESIF AKIBAT PENINKATAN KASUS KRIMINALITAS” dalam rangka
mengikuti seleksesi mahasiswa berprestasi 2020. Dalam penyusunan karya tulis
ilmiah ini, tentunya tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang
membantu dalam memperoleh refensi, data, maupun responden.

Kami menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu, kami memohon adanya kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 7 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Abstrak..........................................................................................................................i
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3
1.4 Manfaat....................................................................................................................3
BAB II : LANDASAN TEORI....................................................................................4
2.1 Represif....................................................................................................................4
2.2 Sastra........................................................................................................................5
BAB III : METODE PENELITIAN..........................................................................7
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................8
4.1 Deskripsi Gersapi dalam Tindak Kriminalitas........................................................8
4.2 Analisis SMART dalam Gersapi.............................................................................9
4.3 Prosedur Kerja Gersapi dalam Tindak Kriminalitas..............................................10
4.4 Visualisasi Gersapi dalam Analisis SAHABAT....................................................12
BAB V : PENUTUP...................................................................................................13
5.1 Kesimpulan............................................................................................................13
5.2 Saran......................................................................................................................13
Daftar Pustaka..............................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindak kejahatan atau kriminalitas di Indonesia sedang marak terjadi sehingga
kita sering menjumpai berita mengenai kriminalitas baik dari media cetak atau
media elektronik. Tindak kriminalitas terjadi di mana-mana dengan modus yang
beraneka ragam. Menurut data statistik kejahatan yang dicatat oleh Polri, tahun
2020 kenaikan kriminalitas sebesar 11,80 persen dalam dua pekan. Sedangkan
kasus kriminalitas mengalami kenaikan sebesar 7,04 persen dalam sepekan pada
tahun 2020. Peningkatan kasus tindak kriminalitas ini mengalami kenaikan dari
3.481 kasus menjadi 3726 kasus dalam satu minggu.. Kasus kriminalitas yang
memiliki kenaikan signifikan tersebut disebabkan karena beberapa faktor seperti
kemiskinan, pendidikan, pengangguran, jumlah penduduk, pendidikan, moral, dan
adanya pandemi Covid-19
Seiring dengan perjalanan waktu pandemi covid-19 tak kunjung usai sehingga
menyebabkan terjadinya tindak kriminalitas yang merajalela di berbagai daerah di
Indonesia. Tindak kriminalitas yang dipicu dari dampak Covid-19 berupa
pembebasan narapidana oleh pemerintah dan PHK. Persoalan mengenai
kriminalitas ini meningkat karena belum mampu menemukan akar permasalahan
dan solusi yang tepat. Melihat situasi sekarang yang serba sulit ini menyebabkan
berbagai perubahan perilaku manusia. Sesorang yang tidak dapat bertahan hidup
dengan cara yang halal akan nekat melakukan jalan pintas yang tidak halal atau
bertentangan dengan hukum. Oleh sebab itu, tindak kriminalitas terjadi dimana-
mana dan kasus ini terus mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19.
Tindak kriminalitas yang saat ini mengalami peningkatan diperlukan adanya
upaya-upaya untuk menekan laju kenaikannya. Upaya-upaya tersebut dapat
berupa upaya pencegahan berupa preventif maupun represif. Upaya pencegahan
secara preventif adalah jenis pencegahan pada tindak pidana/kejahatan yang
dilakukan sebelum kejahatan terjadi seperti menjaga barang berharga yang

1
dilakukan oleh individu. Sedangkan, upaya pencegahan secara reperesif adalah
upaya pencegahan yang dilakukan setelah terjadinya tindak pidana/kejahatan
seperti penjatuhan hukuman pada pelaku kejahatan atau kriminal. Kadua jenis
upaya pencegahan ini memiliki peran penting dalam menekan laju kenaikan
tindak kriminalitas. Selain penjatuhan hukuman pada pencegahan secara represif
kepada para narapidana, terdapat upaya represif lain yang dapat dilakukan seperti
melakukan kegiatan dengan media berupa karya sastra yang dapat dijadikan
sebagai sarana penanaman nilai-nilai kehidupan kepada narapidana yang telah
dijatuhi hukuman.
Sarana pencegahan berupa karya sastra dapat menjadi upaya efektif yang
dapat diterapkan karena selain hasil kreativitas manusia yang mengandung makna
dan nilai-nilai kehidupan juga dapat memperkenalkan keindahan dari
kesusastraan yang ada di Indonesia. Keberadaan dari kaya sastra dalam kehidupan
manusia dapat mengisi ”Kedahagaan jiwa” karena dengan membaca suatu karya
sastra bukan saja memberikan hiburan tetapi dapat memberikan ketenangan dan
pencerahan jiwa. Pada intinya karya sastra dapat memberikan hiburan dan juga
manfaat. Dengan membaca karya sastra dapat mengalihkan kedukaan sejenak dan
mengikuti jalan cerita, keindahan, dan keluwesan bahasa yang ditampilkan oleh
pengarang. Membaca karya sastra berarti menikmati cerita dan menghibur diri
untuk memperoleh kepuasan batin (Nurgiyanto, 2010 :3). Oleh karena itu manfaat
dari membaca karya sastra dapat diperoleh melalui nilai-nilai yang tersirat dibalik
jalan cerita yang disampaikan oleh pengarang sehingga nilai-nilai yang
terkandung dalam karya sastra tersebut dapat meresap kedalam jiwa yang tersirat
dari alur cerita yang secara apik ditampilkan.
Dilihat dari fungsi karya sastra yang dapat menghibur dan juga memberikan
manfaat kepada para pembaca dengan menyiratkan nilai-nilai kehidupan dibalik
kalimat-kalimat sastra membuat karya sastra cocok untuk dijadikan sarana
pencegahan tindak kejahatan/kriminalitas bagi narapidana secara represif.
Pencegahan secara represif terhadap para narapidana melalui sarana karya sastra
ini dapat memberikan pembinaan moral secara tidak langsung. Berdasarkan

2
potensi karya sastra dan permasalahan kasus kriminalitas yang menyebabkan
banyaknya narapidana, maka hadirlah gagasan kreatif dalam menyelesaikan
permasalahan yang terjadi sehingga terdapat upaya represif yang baru untuk
mencegah peningkatan kriminalitas yakni GERSAPI (Gerakan Sastra
Narapidana): Sarana Pencegahan Represif Akibat Peninkatan Kasus
Kriminalitas, Gersapi hadir sebagai wajah baru dalam upaya pencegahan represif
dengan menggunakan karya sastra sebagai gerakan pembinaan kepda narapidana
agar kembali ke jalan yang benar. Upaya pencegahan Gersapi ini dapat menjadi
pencegahan reperesif pada tindak kriminalitas/kejahatan sehingga laju
peningkatannya dapat ditekan karena para narapidana akan mendapatkan
pencerahan jiwa melalui Gersapi selama masa hukumannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana deskripsi Gersapi dalam tindak kriminalitas ?
2. Bagaimana analisis SMART dalam Gersapi ?
3. Bagaimana prosedur kerja Gersapi dalam tindak kriminalitas ?
4. Bagaimana visualisasi Gersapi dalam Analisis SAHABAT

1.3 Tujuan
1. Mengetahui deskripsi Gersapi dalam tindak kriminalitas
2. Mengetahui analisis SMART dalam Gersapi
3. Mengetahui prosedur kerja Gersapi dalam tindak kriminalitas
4. Mengetahui visualisasi Gersapi dalam Analisis SAHABAT

1.4 Manfaat
1. Dapat dijadikan referensi bagi mahasiswa untuk penelitian selanjutnya
2. Pihak-pihak terkait dengan hukum dan sastrawan dapat melakukan
pencegahan represif dengan Gersapi
3. Implementasi dari Gersapi dapat menekan laju kriminalitas yang terjadi

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Represif
2.1.1 Konsep Pencegahan Represif
Tindak kriminalitas yang dapat dilakukan dengan sadar dan
setengah sadar, tindakan kriminalitas juga dapat terjadi karena
ketidaksadaran. Suatu kejahatan dapat dilakukan secara tidak sadar sama
sekali, misalkan karena terpaksa untuk tetap bertahan hidup dengan cara
melawan dan membalas menyerang yang pada khirnya terjadi peristiwa
pembunuhan (Kartono D, K., 1997). Pada fenomena saat ini salah satu
bentuk kriminalitas yang paling meresahkan masyarakat adalah pencurian,
perampokan, dan penjambretan. Tindak kriminalitas jenis ini apabila ditinjau
dari segi kuantitasnya merupakan salah satu jenis kriminalitas yang sering
dijumpai. Terjadinya tindak kriminalitas tidak bole dibiarkan begitu saja
namun harus dilakukan pencegahannya sehingga dapat meminimalisir kasus-
kasus kejahatan.
Kasus-kasus kejahatan yang disebabkan adanya tindak kriminal perlu
adanya pencegahan yang bersifat represif. Uapaya pencegahan yang dilakukan
secara represif dilakukan oleh pihak kepolisian seperti penjatuhan hukuman.
Hukuman yang diberikan berupa tahanan, denda, bahkan hukuman mati.
Namun, ketika seorang narapidana setelah mendapat hukuman berupa tahanan
dan denda dapat melakukan kejahatannya lagi. Oleh karena itu, untuk
mencegah hal tersebut terjadi maka diperlukan upaya baru yang dilakukan.
Upaya represif yang dapat dilakukan selain penjatuhan hukuman dapat
dilakukan upaya represif yang bersifat literasi dengan menggunakan media
sastra. Media sastra ini dapat memberikan manfaat dan pengajaran mengenai
kehidupan. Sehingga sastra dipilihi sebagai media untuk melaksanakan upaya
pencegahan secara represif yang diberi nama Gersapi (Gerakan Sastra
Narapidana

4
2.2 Sastra
Sastra dalam pengertian secara etimologi diambil dari bahasa barat (Eropa)
seperti literature (bahasa Inggris), literatur (bahasa Jerman), literatuur (bahasa
belanda), dan littee’rature (bahasa Prancis). Sedangkan sastra dalam bahasa
Indonesia berasal dari bahasa sansekerta yang merupakan gabungan dari dari kata sas,
berarti mengarahkan, mengajarkan, dan memberi petunjuk. Kata sastra memiliki
akhiran tra yang biasanya digunakan untuk menunjukkan alat atau sarana. Sehingga,
sastra berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, atau pengajaran. Sumardjo dan
Saini (1997: 3-4) mneyatakan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang
berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu
bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa
Sastra bukan suatu artefak (barang mati) melainkan sastra merupakan sosok
yang hidup. Sebagai sosok yang hidup sastra berkembang secara dinamis menyertai
sosok-sosok yang lain seperti politik, ekonomi, kesenian, dan kebudayaan. Sastra
dianggap mampu menjadi pemandu menuju jalan kebenaran karena sastra yang baik
adalah sastra yang ditulis dengan penuh kejujuran, kebeningan, kesungguha, kearifan,
dan keluhuran nurani manusia (Saryono, 2009 : 16-17). Suatu sastra yang baik adalah
sastra yang mampu mengingatkan, menyadarkan, dan mengembalikan manusia ke
jalan yang semestinya yaitu jalan kebenaran dalam usaha menunaikan tugas-tugas
kehidupannya (Saryono, 2009: 20).
Dalam dunia kesastran mengenal suatu karya sastra yang berdasarkan cerita
atau realita. Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk
menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, peran karya
sastra adalah menghubungkan pikiran-pikiran pengarang untuk disampaikan kepada
pembaca. Karya sastra mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada pembacanya
melalui kemsaannya yang unik sehingga selain dapat memberikan manfaat juga
memberikan hiburan kepada para pembaca.
Karya sastra umumnya memiliki beberapa jenis sehingga dapat terkategorikan.
Menurut Sumardjo dan Saini (1997: 18-19) dapat digambarkan dalam diagram
berikut:

5
Gambar 1. Jen Karya Sastra
Karya sastra dibagi menjadi dua yaitu sastra non imaginatif dan sastra
imaginatif. Pada sastra non imaginatif terdapat esai, kritik, biografi, otobiografi,
sejarah, memuar, catatan harian, dan surat. Sedangkan pada sastra imaginatif secara
garis besar terdapat puisi dan prosa. Jenis-jenis puisi anatralain puisi epik, lirik, dan
dramatik. Pada bentuk prosa dibagi menjadi dua yaitu fiksi yang terdiri dari novel,
cerita pendek, dan novelet dan pada drama terdiri dari drama prosa dan drama puisi.
Pada drama prosa dan puisi memiliki beberpa genre yaitu komedi, tragedi,
melodrama, dan tragi-komedi.
Genre yang terdapat dalam karya sastra menggambarkan isi ceritanya. Dengan
adanaya genre karya sastra dapat memberikan kemudahan untuk mengkategorikan
ekspresi yang dituangkan penulis dalam bentuk karya sastra sehingga karya sastra
akan memudahkan dalam menghimpun karya sastra yang memiliki genre sam

6
BAB III

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang dipakai adalah metode yang bersifat kualitatif
(sugiyono,2013). Jenis penelitian ini dapat menjelaskan sesuatu yang berdasar pada
data dan angka yang dapat dipakai untuk penelitian. Selain itu, penelitian ini juga
merupakan penelitian pustaka (library research) yang artinya pengumpulan data dari
penelitian dilakukan dengan cara penulusuran data serta informasi melalui dokumen-
dokumen yang tersedia baik bersifat tertulis seperti foto, gambar, dan dkumen yang
dapat mendukung proses penulisan penelitian ini. Data-data yang disertakan oleh
peneliti merupakan banyaknya kasus kriminalitas pada masa pandemi covid-19 dari
sumber yang bersifat kredibel.
Penelitian ini menggunakan model analisis triangulasi (Rahardjo,2010)
dengan menggabungkan data yang sejenis dan membuat kesimpulan dari setiap data
tersebut yang pada akhirnya simpulan dapat dijadikan narasi yang dapat
memudahkan pembaca memahami setiap isi dari penilitian ini.

7
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Gersapi dalam Tindak Kriminalitas


Gersapi merupakan gerakan sastra yang dilakukan bagi narapidan sebagai
sarana pencegahan represif. Gersapi memiliki tujuan untuk mencegah para
narapidana yang nantinya akan keluar berbuat tindak kriminal atau kejahatan lagi.
Gersapi dengan menggunakan media sastra sebagai sarananya dapat menekan laju
kenaikan kasus tindak kriminalitas yang dilakukan oleh narapidana karena para
narapidana selama menjalani hukuman tahanan mendapatkan pembinaan tentang
moral dan nilai-nilai kehidupan melalui Gersapi. Penggunaan media sastra yang
diintegrasikan dengan pencegahan represif dapat menjadi alternatif baru yang dapat
menurunkan kasus kriminalitas yang disebabkan oleh para narapidana
Gersapi (Gerakan Sastra Narapidana) memilik jenis-jenis pembinaannya yang
dapat diimplementasikan kepada narapidana. Jenis-jenis pembinaan ini disesuaikan
dengan kondisi dan kasus kejahatan para narapidana. Hal ini dilakukan agar Gersapi
berjalan dengan efektif. Berikut ini adalah jenis-jenis pembinaan Gersapi yang
dilakukan kepada para narapidana
a. Membaca dan menulis puisi
Puisi merupakan suatu karya sastra berupa ungkapan ekspresi isi hati penulis
yang mana didalamnya terdapat irama, rima, lirik, dan ritme pada setiap
barisnya yang dikemas dengan bahasa imajinatif dan kata yang padat dan
penuh makna. Dalam kegiatan ini narapidana akan diberikan beberapa puisi,
karya sastra puisi tersebut bersama dengan sastrawan akan dibahas mengenai
filosofinya dan dikaitkan dengan kehidupan yang terjadi. Setelah itu, barulah
para narapidana menulis puisi dengan bebas sesuai dengan perasaan yang
sedang dirasakan.
b. Membaca dan menulis prosa
Prosa merupakan karya sastra yang bentuk tulisannya bebas dan tidak terikat
dengan berbagai aturan seperti rima, diksi, irama, dan lain-lain, umumnya

8
prosa dapat berupa cerpen, novel, hikayat, dan lain-lain. Dalam hal ini seperti
pada pembinaan dengan menggunakan media berupa puisi bedanya pada
kegiatan ini menggunakan karya sastra jenis prosa. Sastrawan memberikan
cerpen atau prosa yang lainnya kepada narapidana dan membacanya lalu
sastrawan akan memberikan makna filosofis yang terkandung dalam karya
sastra tersebut.
Kedua jenis pembinaan Gersapi memiliki potensi dikeluarkannya output
berupa pembukuan karya sastra dari narapidana dan pementasan drama yaang
dilakukan oleh para narapidan. Hal ini menunjukkan selain pencegahan represif
dengan kesastraan yang bertujuan menyentuh jiwa narapidana untuk kembali ke jalan
yang benar juga dapat memberikan eksistensi di dunia kesastraan.

4.2 Analisis SMART dalam Gersapi


Konsep SMART merupakan suatu konsep untuk menentukan tujuan yang
terdiri dari bebrapa aspek antaralain
1) Specific
Gersapi bertujuan untuk mencegah secara represif tindak kriminalitas yang
terjadi dengan menggunakan media sastra yang dilakukan kepada para
narapidana ketika dalam masa hukuman/tahanannya.
2) Measurable
Dengan adanya pencatatan statistik mengenai kasus kriminal maka
diterapkannya Gersapi keefektifannya dapat terukum dengan jelas
3) Acceptable
Meminimalisir terjadinya tindak kriminalitas ditengah masyarakat
menggunakan media sastra dengan tidak bertentangan dengan hukum, norma,
maupun moral yang terdapat di masyarakat
4) Realistic
Gersapi yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak hukum atau sastrawan atau
mahasiswa sastra berfokus pada gerkan pembinaan kepada para narapidana
yang sedang menjalani hukuman atau masa tahanannya.

9
5) Time-Rebound
Dengan memperhatikan potensi diterapkannya sastra sebagai upaya
pencegahan kriminalitas secara represif kepada narapidana, maka target
pengimplementasiannya pada akhir tahun 2021

4.3 Prosedur Kerja Gersapi dalam Tindak Kriminalitas


Dalam pelaksanaanya, terdapat mekanisme dan bebrapa pihak atau
stakeholder yang terlibat dan memiliki peran masing-masing anatara lain :
1) Narapidana
Dalam hal ini, narapidana akan menjadi objek Gersapi melalui pembinaan
sastra yang dilakukan oleh para narapidana sebagai upaya pencegahan tindak
kriminalitas secara represif
2) Sastrawan
Sastrawan dalam hal ini sebagai subjek atau pelaku yang dapat melakukan
pembinaan kepada para narapidana mengenai pencegahan secara represif.
3) Mahasiswa
Mahasiswa dalam hal ini dapat sebagi subjek namun dapat juga sebagai
penggalak dari adanya Gersapi seabagai upaya pencegahan kriminalitas secara
represif.
Berikut ini adalah diagram alir proses dari Gersapi (Gerakan Sastra Narapidana).

10
Gambar 2. Diagram alir prosedur Gersapi
Berdasarkan diagram diatas prosedur dari gersapi yang diimplementasikan
bagi para narapidana memiliki penjelasan sebagai berikut.
1. Mulai. Pada bagian ini merupakan awal dari kegiatan Gersapi akan
dilaksanakan.
2. Menyiapkan karya sastra. Pada bagian ini pihak dari Gersapi yaitu sastrawan
atau mahasiswa sastra akan memilih jenis dan genre karya sastra yang akan
digunakan untuk melakukan Gersapi.
3. Mengimplementasikan Gersapi. Pada bagian ini adalah melakukan Gersapi
kepada narapidana di lapas yang sudah ditentukan.
4. Selesai. Kegiatan Gersapi yang dilakukan kepada narapidana sudah berakhir.
Prosedur Gersapi ini dapat menunjukkan kegiatan Gersapi yang terstruktur
sehingga dapat dilakukan dengan efektif kepada para narapidana sebagai pencegahan
represif akibat kasus kriminalitas ketika narapidana masih menjalani proses hukuman
atau tahanan.

11
4.4 Visualisasi Gersapi dalam Analisis SAHABAT

SAsaran
Gersapi (Gerakan Ssatra
Indonesia) merupakan upaya
pencegahan Banyaknya tindak
kriminalitas yang terjadi saat
Situasi saat ini ini maka perlu adanya
pencegahan secara represif
Tindak kriminalitas saat ini
kepada narapidana yang
mengalami peningkatan
sedang dalam masa tahanan
karena berbagai macam hal
atau hukuman.
mulai dari kemiskinan,
pengangguran, tingkat
pendidikan, moralitas, PHK,
dan pandemi Covid-19. Tindak
HAmbatan
kriminalitas ini dilakukan
karena adanya kesempatan Izin dari pihak lapas merupakan
sehingga mendorong salah satu tantangan dalam
seseorang untuk melakukan implementasi Gersapi
kejahatan atau tindak
kriminalitas. Jenis-jenis tindak
kriminalitas yang sering
terjadi berupa pencurian, BAntuan
perampokan, dan penipuan.
Menurut data statistik Dukungan dari mahasiswa
kejahatan yang dicatat oleh untuk mengkampanyekan
Polri, kasus kriminalitas Gersapi menjadi salah satu
mengalami kenaikan sebesar pemicu dari keberhasilan
7,04 persen dalam sepekan Gersapi
pada tahun 2020. Peningkatan
kasus tindak kriminalitas ini
mengalami kenaikan dari
3.481 kasus menjadi 3726
Tindakan
kasus dalam satu minggu.
Pemilihan karya sastra,
pembinaan yang dilakukan oleh
sastrawan atau mahasiswa
kepada narapidana dapat
menjadi solusi permasalhan
dan tantangan.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Gersapi (Gerakan Sastra Narapidana) hadir sebagai upaya pencegahan
represif akibat tindak kriminalitas yang terjadi. Gersapi muncul sebagai
gerakan dengan menggunakan media sastra bagi para narapidana yang mana
dalam kegiatan Gersapi ini dilakukan pembinaan agar para narapidan kembali
kejalan yang benar dan tidak melakukan tindak kriminalitas setelah selesai
menjalani masa tahanan atau hukuman. Pelaku pembina Gersapi adalah
sastrawan dan mahasiswa karena sastrawan memiliki keahlian dibidang sastra
dan dapat memberikan makna filosofis kepada narapidana sehingga dengan
sastra para narapidana mendapatkan hiburan dan juga manfaat. Sedangkan
mahasiswa dapat melakukan pembinaan dan juga mengkampanyekan Gersapi
sebagai upaya pencegahan represif akhibat kriminalitas disamping
pencegahan represif yang mana penjatuhan hukuman.

5.2 Saran
Penulisan karya tulis ilmiah ini masih memerlukan pengembangan
sehingga Gersapi dapat terus berkembang dan mengalami kemajuan dengan
tepat dan efektif. Kerjasama, sosialisasi, dan pengelolaan merupakan hal yang
harus diperhatikan agar Gersapi dapat diterima dengan baik oleh para
narapidana, pihak hukum, dan masyarakat agar dapat meminimalisir kasus
akibat tindak kriminalitas.

13
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Devina. 2020. Dua Pekan Terakhir, Polri Catat Peningkatan Kejahatan 11,80
Persen.Kompas.(https://nasional.kompas.com/read/2020/04/20/2054232
1/dua-pekan-terakhir-polri-catat-peningkatan-kejahatan-1180-persen
diakses pada tanggal 7 April 2021).
Halim, Devina. 2020. Kasus Kriminal Meningkat dalam Sepekan, Salah Satunya
Perampokan.Kompas.(https://nasional.kompas.com/read/2020/05/18/162
53371/kasus-kriminal-meningkat-704-persen-dalam-sepekan-salah-
satunya-perampokan diakses pada tanggal 7 April 2021)
Millah, I. A. .2020. Penanggulangan Kejahatan Di Masa Pandemi Covid-19 (Dalam
Perspektif Kriminologi Dan Viktimologi). Jurnal Komunikasi Hukum
(Jkh), 6(2), 497-513.
Modernisasi, N. Modernisasi Dalam Novel Belenggu Karya Armijn Pane.

Ningsah, K. R., & Kuncoro, J. 2018. Persepsi Terhadap Perilaku Tindak Kriminal
Ditinjau Dari Kepribadian The Big Five & Status Hukum Wanita
Narapidana & Wanita Non Narapidana. Proyeksi: Jurnal Proyeksi,
12(1), 27-
Wahidah, I., Athallah, R., Hartono, N. F. S., Rafqie, M. C. A., & Septiadi, M. A.
2020. Pandemik Covid-19: Analisis Perencanaan Pemerintah Dan
Masyarakat Dalam Berbagai Upaya Pencegahan. Jurnal Manajemen
Dan Organisasi, 11(3), 179-188.

Yanti, C. S. Y. C. S. 2015. Religiositas Islam Dalam Novel Ratu Yang Bersujud


Karya Amrizal Mochamad Mahdavi. Jurnal Humanika, 3(15).

14

Anda mungkin juga menyukai