MAKALAH
Kelompok: 10
Kelas B Semester V
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Dalam kesempatan ini, kami juga ingin mengucapkan terima kasih dengan
hati yang tulus kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini, semoga Allah SWT. senantiasa membalas dengan kebaikan yang
berlipat ganda.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ABSTRAK .......................................................................................................................... 1
ABSTRACT........................................................................................................................ 1
A. PENDAHULUAN ...................................................................................................... 2
C. METODE .................................................................................................................... 9
ii
PERAN MAHASISWA DALAM GERAKAN ANTI KORUPSI
ABSTRAK
Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan
korupsi dengan ikut membangun budaya anti korupsi juga dapat berperan sebagai
agen perubahan dan motor penggerak gerakkan anti korupsi di masyarakat. Upaya
pembekalan mahasiswa dapat ditempuh dengan berbagai yaitu melalui kegiatan
sosialisasi, kampanye, seminar atau perkuliahan. Pendidikan anti korupsi bagi
mahasiswa bertujuan untuk memberi pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk
korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Tujuan
penelitian ini adalah menumbuhkan budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dan
mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya
pemberantasan korupsi di Indonesia. Metode dalam penelitian ini menggunakan
Metode Kualitatif yang bersifat deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data
yang digunakan pada penelitian ini adalah studi pustaka. Hasil penelitian ini adalah
perlunya pendidikan anti-korupsi bagi mahasiswa dalam bentuk, antara lain
kegiatan sosialisasi, seminar, kampanye, atau bentuk-bentuk kegiatan ekstra
kurikuler lainnya. Pendidikan anti korupsi juga dapat diberikan dalam bentuk
perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun pilihan.
Kata Kunci: Peran mahasiswa, Gerakan anti korupsi, Korupsi.
ABSTRACT
The active role of students is expected to be more focused on efforts to
prevent corruption by helping to build an anti-corruption culture and can also act
as agents of change and a driving force for anti-corruption in the community.
Efforts to equip students can be pursued in various ways through socialization
activities, campaigns, seminars or lectures. Anti-corruption education for students
aims to provide sufficient knowledge about the ins and outs of corruption and its
eradication and instill anti-corruption values. The purpose of this study is to foster
an anti-corruption culture among students and encourage students to be able to
actively participate in efforts to eradicate corruption in Indonesia. The method in
this research uses descriptive qualitative method. While the data collection
technique used in this research is literature study. The results of this study are the
need for anti-corruption education for students in the form of, among others,
socialization activities, seminars, campaigns, or other forms of extra-curricular
activities. Anti-corruption education can also be given in the form of lectures, both
in the form of compulsory and elective courses.
Keywords: The role of students, Anti-corruption Movement, Corruption.
1
A. PENDAHULUAN
2
multidimensional serta ancaman nyata yang pasti akan terjadi, yaitu dampak dari
kejahatan ini. Maka tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai
permasalahan nasional yang harus dihadapi secara sungguh-sunguh melalui
keseimbangan langkah-langkah yang tegas dan jelas dengan melibatkan semua
potensi yang ada dalam masyarakat khususnya pemerintah dan aparat penegak
hukum. Korupsi di Indonesia terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
Tindak pidana korupsi sudah meluas dalam masyarakat, baik dari jumlah kasus
yang terjadi dan jumlah kerugian negara maupun dari segi kualitas tindak pidana
yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek
kehidupan masyarakat. Sebagai negara terkorup keenam dari 133 negara yang
disurvei pada tahun 2003 oleh Transparency International (TI) yang berbasis di
Berlin, Jerman. IPK RI sejak 2001 hingga sekarang masih tetap berada di angka 1,9
. Nilai indeks persepsi korupsi Indonesia 1,9 dari rentang nilai 1 – 10. Dengan nilai
itu, Indonesia masuk ranking 122 dari 133 negara yang di survei (Hartanti, 2012)
Peringkat itu disebabkan oleh korupsi dari level atas ke bawah yang begitu
menjamur di Indonesia. Tiga sektor paling rawan terhadap tindak pidana korupsi
adalah partai politik, kepolisian dan pengadilan. Sementara itu, kecenderugan
masyarakat memberikan suap paling banyak di sektor nonkonstruksi, pertahanan
keamanan, migas, perbankan, dan properti. Korupsi di Indonesia sudah dalam
tingkat kejahatan korupsi politik. Kondisi Indonesia yang terserang kanker politik
dan ekonomi sudah dalam stadium kritis. Kanker ganas korupsi terus menggerogoti
syaraf vital dalam tubuh negara Indonesia, sehingga terjadi krisis institusional.
Korupsi politik dilakukan oleh orang atau institusi yang memiliki kekuasaan politik,
atau oleh konglomerat yang melakukan hubungan transaksional kolutif dengan
pemegang kekuasaan. Dengan demikian, praktik kejahatan luar biasa berupa
kejahatan kekuasaan ini berlangsung secara sistematis. Rezim orde baru yang
otoriter dan korup telah melakukan proses feodalisasi hukum secara sistematis,
hingga saat ini, banyak perangkat hukum yang tidak bermuara pada keadilan dan
tidak melindungi rakyat. Berarti secara sadar, hukum dibuat tidak berdaya untuk
menyentuh pejabat tinggi yang korup, dalam domein logos, pejabat tinggi yang
korup mendapat dan menikmati privilege karena diperlakukan istimewa, dan pada
3
domein teknologos, hukum acara pidana korupsi tidak ditetapkan adanya pretrial
sehingga tidak sedikit koruptor yang diseret ke pengadilan dibebaskan dengan
alasan tidak cukup bukti. Merajalelanya korupsi adalah karena faktor perangkat
hukumnya yang lemah. Menyalahkan atau mengubah undang-undang memang
lebih mudah daripada menyeret koruptor ke muka pengadilan. Diberlakukan
Undang-Undang korupsi yaitu Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4
Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang
oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk pemberantasannya. Upaya
pemberantasan korupsi yng terdiri dari dua bagian besar yaitu (1) penindakan dan,
(2) pencegahan, tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat (Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, 2011). Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika mahasiswa sebagai salah
satu bagian penting dari masyarakat yang merupakan pewaris masa depan
diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Menurut Pasal 41 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, peran
serta masyarakat adalah: (1) Masyarakat dapat berperan serta membantu upaya
pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. (2) Peran serta masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diwujudkan dalam bentuk; a. hak mencari,
memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
korupsi ; b. hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada
penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi ; c. hak
menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab kepada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi ; d. hak untuk memperoleh
jawaban atas pertanyaan tentang laporannya yang diberikan kepada penegak
hukum dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh ) hari ; e. hak untuk memperoleh
perlindungan hukum dalam hal : 1. melaksanakan haknya sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, b, dan c ; 2. diminta hadir pada proses penyelidikan, penyidikan,
dan di sidang pengadilan sebagai saksi pelapor, saksi atau saksi ahli, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mempunyai hak dan tanggung jawab dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi. (4) Hak dan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) dilaksanakan
dengan berpegang teguh pada asas-asas atau ketentuan yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dengan menaati norma agama
5
dan norma sosial lainnya. (5) Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan peran
serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi
sebagaimana dimaksud dalam pasal ini, diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu
tidak pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak
hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya
pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya anti korupsi di masyarakat.
Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor
penggerak gerakkan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif
mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk
korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan
aktif mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi
dalam kehidupan sehari-hari.
Korupsi adalah kehajatan yang luar biasa (extra ordinary crime) yang
berdampak sangat luar biasa. Pada dasarnya korupsi berdampak buruk pada seluruh
sendi kehidupan manusia. Korupsi merupakan salah satu factor penyebab utama
tidak tercapainya keadilan dan kemakmuran suatu bangsa. Korupsi juga berdampak
buruk pada system perekonomian, system demokrasi, system politik, system
hukum, system hukum, system pemerintah dan tatanan social kemasyarakatan.
Yang tidak kalah penting korupsi juga dapat merendahkan martabat suatu bangsa
dalam tata pergaulan internasional.
Korupsi yang terjadi di Indonesia mudah bersifat kolosal dan ibarat penyakit
sudah sulit untuk disembuhkan. Korupsi dalam berbagai tingkatan sudah terjadi
pada hampir seluruh sendi kehidupan dan dilakukan oleh hampir semua golongan
masyarakat. Dengan kata lain korupsi sudah menjadi bagian dari kehidupan kita
sehari-hari yang sudah dianggap biasa. Oleh karena itu sebagian masyarakat
mengganggu korupsi bukan lagi merupakan kejahatan besar. Jika kondisi ini tetap
dibiarkan seperti itu, maka hampir dapat dipastikan cepat atau lambat korupsi akan
menghancurkan negeri ini. Oleh karena itu sudah semestinya kita menempatkan
6
korupsi sebagai musuh bersama (common enem) yang harus kita perangi Bersama-
sama dengan sungguh-sungguh.
Karena sifatnya yang sangat luar biasa, maka untuk memerangi atau
memberantas korupsi diperlukan upaya yang luar biasa pula. Upaya memberantas
korupsi sama sekali bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Upaya memberantas
korupsi tentu saja tidak bisa hanya menjadi tanggung jawab intitusi penegak hukum
atau pemerintah saja, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama seluruh
komponen bangsa. Oleh karena itu upaya memberantas korupsi harus melibatkan
seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait, yaitu pemerintah,
swasta dan masyarakat. Dalam konteks inilah mahasiswa, sebagai salah satu bagian
penting dari masyarakat, sangat diharapkan dapat berperan aktif.
7
B. KERANGKA KONSEPTUAL
Gerakan Anti-
Korupsi
Di Lingkungan
Peran Mahasiswa Keluarga
Dalam Gerakan Peran Mahasiswa
Anti-korupsi Di Lingkungan
Kampus
Keterlibatan
Mahasiswa
Di Masyarakat
Sekitar
Di Tingkat Lokal
dan Nasional
8
C. METODE
9
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
10
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan sadar melakukan
suatu Gerakan Anti-korupsi di masyarakat. Gerakan ini adalah upaya bersama yang
bertujuan untuk menumbuhkan Budaya Anti Korupsi di masyarakat. Dengan
tumbuhnya budaya anti-korupsi di masyarakat diharapkan dapat mencegah
munculnya perilaku koruptif. Gerakan anti korupsi adalah suatu gerakan jangka
panjang yang harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang terkait, yaitu
pemerintah, swasta dan amsyarakat. Dalam konteks inilah peran mahasiswa sebagai
salah satu bagian penting dari masyarakat sangat diharapkan.
Seperti yang diketahui bersama, pada dasarnya korupsi itu terjadi jika ada
pertemuan antara tiga faktor utama, yaitu: niat, kesempatan dan kewenangan. Niat
adalah unsur setiap tindak pidana yang lebih terkait dengan individu manusia,
misalnya perilaku dan nilai-nilai yang dianut oleh seseorang. Sedangkan
kesempatan adalah lebih terkait dengan sistem yang ada. Sementara itu,
kewenangan yang dimiliki oleh seseorang akan secara langsung memperkuat
kesempatan yang tersedia. Meskipun muncul niat dan terbuka kesempatan tetapi
tidak diikuti oleh kewenangan, maka korupsi tidak akan terjadi. Dengan demikian,
korupsi tidak akan terjadi jika ketiga faktor tersebut, yaitu niat, kesempatan, dan
kewenangan tidak ada dan tidak bertemu. Sehingga upaya memerangi korupsi pada
dasarnya adalah upaya untuk menghilangkan atau setidaknya meminimalkan ketiga
faktor tersebut.
11
Upaya perbaikan perilaku manusia antara lain dapat dimulai dengan
menanamkan nilai-nilai yang mendukung terciptanya perilaku anti-koruptif. Nilai-
nilai yang dimaksud antara lain adalah kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, tanggungjawab, kerja keras, kesederhanaan, keberanian dan keadilan.
Penanaman nilai-nilai ini kepada masyarakat dilakukan dengan berbagai cara yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Penanaman nilai-nilai ini juga penting dilakukan
kepada mahasiswa. Pendidikan anti-korpsi bagi mahasiswa dapat diberikan dalam
berbagai bentuk, antara lain kegiatan sosialisasi, seminar, kampanye, atau bentuk-
bentuk kegiatan ekstra kurikuler lainnya. Pendidikan anti korupsi juga dapat
diberikan dalam bentuk perkuliahan, baik dalam bentuk mata kuliah wajib maupun
pilihan.
2. PERAN MAHASISWA
12
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari karakteristik
yang mereka miliki, yaitu intelektualitas, jiwa muda dan idealism. Dengan
kemampuan intelektual yang tinggi, jiwa muda yang penuh semangat dan idealism
yang murni telah terbukti dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini
telah terbukti bahwa mahasiswa selalu mengambil peran penting dalam sejarah
perjalanan bangsa ini. Dalam beberapa peristiwa besar perjalanan bangsa ini telah
terbukti bahwa mahasiswa berperan sangat penting sebagai agen perubahan (agent
of change).
3. KETERLIBATAN MAHASISWA
1
Untuk Perguruan Tinggi, Anti-Korupsi Anti-Korupsi Pendidikan, n.d.
13
a. Di Lingkungan Keluarga
Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari
dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya
terampas. Terampasnya hak orang lain merupakan cikal bakal dari tindakan
korupsi.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang
diawali dari lingkungan keluarga sangat sulit untuk dilakukan. Justru karena
anggota keluarga adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan
berkumpul, maka pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di
dalam keluarga seringkali menjadi bias. Bagaimana mungkin seorang anak berani
14
menegur ayahnya ketika sang ayah kerap kali melanggar peraturan lalu lintas?
Apakah anak berani untuk bertanya tentang asal usul penghasilan orang tuanya?
Apakah anak memiliki keberanian untuk menegur anggota keluarga yang lain
karena menggunakan barang-barang bajakan? Nilai-nilai yang ditanamkan orang
tua kepada anak-anaknya bermula dari lingkungan keluarga dan pada kenyataannya
nilai-nilai tersebut akan terbawa selama hidupnya. Jadi, ketika seorang mahasiswa
berhasil melewati masa yang sulit ini, maka dapat diharapkan ketika terjun ke
masyarakat mahasiswa tersebut akan selamat melewati berbagai rintangan yang
mengarah kepada tindak korupsi. Paling tidak, ada satu orang generasi muda yang
tidak tergiur untuk melakukan tindak korupsi. Jika Pendidikan Anti Korupsi diikuti
oleh banyak Perguruan Tinggi, maka akan diperoleh cukup banyak generasi muda
yang dapat menjadi benteng anti korupsi di Indonesia.
b. Di Lingkungan Kampus
Agar seorang mahasiswa dapat berperan dengan baik dalam gerakan anti-
korupsi maka pertama-pertama mahasiswa tersebut harus berperilaku anti-koruptif
dan tidak korupsi dalam berbagai tingkatan. Dengan demikian mahasiswa tersebut
harus mempunyai nilai-nilai anti-korupsi dan memahami korupsi dan prinsip-
prinsip anti-korupsi. Kedua hal ini dapat diperoleh dari mengikuti kegiatan
sosialisasi, kampanye, seminar dan kuliah pendidikan anti korupsi. Nilai-nilai dan
pengetahuan yang diperoleh tersebut harus diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan kata lain seorang mahasiswa harus mampu mendemonstrasikan
bahwa dirinya bersih dan jauh dari perbuatan korupsi.
15
Berbagai bentuk kegiatan dapat dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai
anti korupsi kepada komunitas mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan agar
tumbuh budaya anti korupsi di mahasiswa. Kegiatan kampanye, sosialisasi,
seminar,pelatihan, kaderisasi, dan lain-lain dapat dilakukan untuk menumbuhkan
budaya anti korupsi. Kegiatan kampanye ujian bersih atau anti mencontek
misalnya, dapat dilakukan untuk menumbuhkan antara lain nilai-nilai kerja keras,
kejujuran, tanggung jawab, dan kemandirian. Kantin kejujuran adalah contoh lain
yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan nilai-nilai kejujuran dan tanggung
jawab.
Apa pendapat Saudara tentang berbagai hal berikut yang terjadi dalam kampus:
c. Di Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan oleh mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan masyarakat sekitar, misalnya:
16
3) Apakah pelayanan publik untuk masyarakat miskin sudah memadai? Misalnya
pembagian kompor gas, Bantuan Langsung Tunai, dsb.
4) Apakah akses publik kepada berbagai informasi mudah didapatkan?
Satu bentuk gerakan yang sederhana, misalnya “Gerakan tidak menyuap” untuk
setiap pengurusan KTP, KK, SIM, atau pelanggaran lalu lintas, apabila dilakukan serentak
oleh seluruh masyarakat Indonesia pasti akan menghasilkan dampak yang luar biasa.
Bayangkan berapa jumlah rupiah yang bisa diselamatkan, apabila ada 25 juta orang yang
mengurus KTP dalam 1 tahun, dan setiap orang mengeluarkan “uang sogokan” sebesar Rp.
5000,- maka dalam tahun tersebut akan terkumpul uang sebesar Rp. 126.000.000.000,-,
seratus dua puluh lima milyar rupiah, wow! Dengan uang sebesar itu berapa anak sekolah
yang bisa dibiayai, berapa orang sakit yang bisa berobat, berapa kilometer ruas jalan yang
bisa dibangun, berapa jembatan yang bisa dibangun, berapa gedung sekolah yang bisa
didirikan? Jumlah tersebut tentunya akan memberikan manfaat yang lebih baik bagi
masyarakat.
Coba bayangkan apabila lebih banyak lagi “Gerakan Anti Korupsi” yang bisa kita
lakukan, berapa banyak kekayaan negara yang bisa diselamatkan dan bisa dipergunakan
untuk sesuatu yang lebih penting? Tidak ada lagi mark-up anggaran, tidak ada lagi insentif-
insentif untuk meluluskan perundang-undangan, tidak ada lagi bentuk kebocoran-
kebocoran dana proyek, tidak ada lagi perusakan hutan, tidak ada lagi biaya siluman untuk
pengurusan berbagai izin, tidak ada anggaran untuk jalan-jalan anggota dewan dan pejabat
dengan alasan studi banding dan sebagainya. Maka kita pasti yakin bahwa Negara ini
memang negara yang kaya. Apakah anda siap memberikan kontribusi anda untuk tidak
melakukan korupsi?
17
yang berada di sekitar kampus kemudian akan meluas ke lingkup yang lebih luas. Kegiatan-
kegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama dan
berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi akan mampu
membangunkan kesadaran masyarakat akan buruknya korupsi yang terjadi di suatu negara.
18
SIMPULAN
19
DAFTAR PUSTAKA
Deshaini, L., & Oktarina, E. (2017, 11 22). Peranan dan Keterlibatan Mahasiswa dalam
Gerakan Anti Korupsi. Prosiding Seminar Nasional seri 7 (pp. 214-225).
Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia. Retrieved 11 22, 2019, from
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/11520
Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi. (2011). Pendidikan Anti Korupsi Untuk
Perguruan Tinggi (1 ed.). (N. T. Puspito, M. E. S., I. S. Utari, & Y. Kurniadi, Eds.)
Jakarta: Kemendikbud. Retrieved November 22, 2019, from
http://pdf.yt/d/YnT6NMbpfGGLpUZ9
20