Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

MELAWAN KORUPSI DENGAN NILAI NILAI PANCASILA

DISUSUN OLEH

NAMA : HANA ELIZA GIRSANG


NIM : P00933221025
TINGKAT/SEMESTER : 1/2 (genap)
MATKUL : KEWARGANEGARAAN
PRODI : D4 SANITASI LINGKUNGAN
DOSEN PENGAJAR : Ibu. Karmila Br.Karo M.si

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN
KABANJAHE
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya yang masih
dilimpahkan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
MELAWAN KORUPSI DENGAN NILAI NILAI PANCASILA

dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Pendidikan Pancasila pada jurusan Sanitasi Lingkungan Poltekkes Kemenkes Medan. Kami menyadari
bahwa makalah ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Maka, atas selesainya penyusunan makalah ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, diantaranya:

1. Karmila Br Karo,M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila.

2. Teman-teman yang telah bersedia memberi masukan serta saran-saran yang membangun.

Dengan segala kemampuan yang ada, kami berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun bila ada kekurangan, semata-mata hanyalah karena
keterbatasan pengetahuan kami, untuk itulah segala saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami
harapkan. Akhirnya penyusun mengharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
khusunya dari masyarakat pada umumnya, terima kasih.

Binjai, Juni 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................2

DAFTAR ISI.................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................................4

1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………………………………………………4


1.2 RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………………………………..5
1.3 TUJUAN…………………………………………………………………………………………………………………………..5

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................6

2.1 KORUPSI DI INDONESIA……………………………………………………………………………………………………..6

2.1.1 Klasifikasi Kasus Korupsi di Indonesia…………………………………………..6

2.1.2 Contoh kasus korupsi di Indonesia………………………………………………7

2.2 Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai Lembaga Anti Korupsi di Indonesia……………8

2.3 Nilai Pancasila dalam Melawan Korupsi di Indonesia…………………………….9

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................11

Kesimpulan..............................................................................................................................11

Saran.........................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................................................12


BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi atau rasuah atau mencuri (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok, mencuri, maling) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:

 perbuatan melawan hukum,
 penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
 memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
 merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, tetapi bukan semuanya, adalah

 memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),


 penggelapan dalam jabatan,
 pemerasan dalam jabatan,
 ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
 menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

Korupsi adalah suatu tindakan dimana seseorang menyalahgunakan uang negara secara diam-
diam untuk kepentingan pribadi atau pun kepentingan lain yang bukan menjadi urusan negara.
Hal itu jika semakin marak terjadi, maka akan berdampak sangat besar bagi negara dan hal itu
akan membuat negara tersebut terganggu dalam bidang ekonominya. Jika ekonomi terganggu,
maka kehidupan negara tersebut juga akan terancam bahaya.

Indonesia mempunyai suatu sumber dan pandangan yang harus digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan segala sesuatu yaitu Pancasila. Pancasila merupakan ideologi dasar dalam
kehidupan bagi negara Indonesia bukan hanya sebuah ideologi tetapi, Pancasila merupakan
prinsip yang harus di miliki oleh setiap warga negara Indonesia. Dengan pengertian tersebut kita
dapat memaknai bahwa dalam setiap melakukan segala sesuatu kita harus berpegangan pada
Pancasila yang merupakan prinsip dasar negara kita. Jika kita melakukan suatu kegiatan dengan
berdasarkan pada Pancasila maka kehidupan antar masyarakat akan terjalin dengan sangat baik,
begitu juga dengan pemerintahan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Korupsi di Indonesia?

2. Bagaimana Peran Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai Lembaga Anti Korupsi di


Indonesia?

3. Bagaimana Nilai Pancasila dalam Melawan Korupsi di Indonesia?

1.3. Tujuan
1. Menjelaskan Korupsi di Indonesia.

2. Menjelaskan Peran Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai Lembaga Anti Korupsi di


Indonesia.

3. Menjelaskan Implementasi Nilai Pancasila dalam Melawan Korupsi di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Korupsi di Indonesia
Korupsi termasuk kejahatan luar biasa yang berdampak pada masyarakat dan merugikan negara.
Contoh kasus korupsi terbesar di Indonesia adalah kasus Jiwasraya, Asrabi, dan Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Korupsi berdampak pada kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Selain itu korupsi menjadi awal dari permasalahan lain seperti naiknya harga kebutuhan pokok
dan mengganggu penciptaan lapangan kerja. Kasus korupsi di Indonesia masih terus terjadi.
Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi 2021, Indonesia berada di peringkat 96 dari 180 negara.
Sementara itu berdasarkan survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2021, Indeks
Perilaku Anti Korupsi berada di kisaran 3,88%.Kasus korupsi di Indonesia yang merugikan
negara terbesar adalah kasus PT Asabri. Total kerugian negara mencapai Rp 23,74 triliun.

2.1.1 Klasifikasi Kasus Korupsi di Indonesia


1. Korupsi Gurem Korupsi gurem adalah korupsi yang dilakukan nilainya kurang dari Rp10 juta.

2. Korupsi Kecil Korupsi kecil adalah hasil korupsi yang nilainya antara Rp10 juta sampai
kurang dari Rp100 juta. 

3. Korupsi Sedang Korupsi sedang merupakan tindak pidana korupsi nilainya antara Rp100 juta
sampai Rp1 miliar. 

4. Korupsi Besar Korupsi besar bernilai antara Rp1 miliar sampai Rp25 miliar.

5. Korupsi Kakap Korupsi kakak bernilai lebih dari Rp25 miliar.

2.1.2 Contoh kasus korupsi di Indonesia:


1. PT Asabri Kasus yang dilakukan oleh PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (Asabri), menjadi yang terbesar di Indonesia. Mengutip rri.co.id, jumlah kerugian
kasus dugaan pengelolaan dana investasi periode 2012 sampai 2019 PT Asabri mencapai
Rp23,74 triliun. Data ini berdasarkan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Kasus
Asabri membuat 7 terdakwa dituntut 10 tahun penjara sampai hukuman mati. Selain itu uang
pengganti kerugian untuk negara mencapai belasan triliun rupiah.

2. Jiwasraya Kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mencapai Rp13,7 triliun rupiah. Jiwasraya
menjadi sorotan setelah gagal bayar polis kepada nasabah sebesar Rp12,4 triliun rupiah. Produk
asuransi jiwa dan investasi ini merupakan hasil kerja sama dengan beberapa bank, berperan
sebagai agen penjual. Tahun 2019, Kejaksaan Agung menetapkan 5 orang sebagai tersangka.
3. Bank Century Kasus bank Century ramai di tahun 2014. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
melaporkan kerugian negara mencapai Rp6,76 triliun, berdasarkan Laporan Hasil Perhitungan
(LHP). Selain itu kerugian negara yang lain mencapai Rp689.394 miliar, untuk pemberian
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) ke Bank Century.

4. Pelindo II Kerugian negara karena empat kasus PT Pelindo II diperkirakan mencapai Rp6
triliun, menurut BPK. Kasus dugaan korupsi ini antara lain pembangunan pelabuhan New
Kalibaru, pengelolaan Terminal Peti Kemas (TPK) Koja, Global Bond Pelindo II, dan kontrak
Jakarta International Container Terminal (JICT).

5. Kotawaringin Timur Kasus korupsi Kotawaringin Timur merugikan negara mencapai Rp5,8
triliun. Kerugian negara dihitung dari kegiatan pertambangan, kerugian hutan, kerusakan
lingkungan, dan eksplorasi pertambangan bauksit. Kasus ini terjadi ketika Supian diangkat
menjadi Bupati Kotawaringin Timur, periode 2010-2015.

6. Kasus BLBI BPK menemukan kerugian negara terhadap kasus Surat Keterangan Lunas
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (SKL BLBI) sebesar Rp4,58 triliun. Jumlah perhitungan
kerugian negara lebih besar, jika dibandingkan dengan perkiraan KPK sebesar Rp3,7 triliun. 

7. E-KTP Kasus korupsi KTP elektronik atau e-KTP merugikan negara senilai Rp2,3 triliun dari
total nilai proyek Rp5,9 triliun. Kasus korupsi e-KTP terjadi di tahun 2011 dan 2012. KPK
enetapkan beberapa orang menetapkan tersangka korupsi dari pejabat Kementrian Dalam Negeri
dan petinggi DPR seperti Sugiharto, Irman, Andi Narogong, Markus Nari, Anang Sugiana dan
Setya Novanto.

8. Hambalang Total kerugian negara kasus Hambalang mencapai Rp706 miliar. Data tersebut
dari hasil investigasi BPK di tahun 2012 dan 2013. Kasus Hambalang melibatkan Menteri
Pemuda Olahraga Andi Mallarangen, anggota DPR Ignatius Mulyono, Kepala Pertanahan
Nasional Joyo Winoto, Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.

Penyebab terjadinya korupsi paling sering karena adanya aspek ekonomi. Karena banyaknya
kebutuhan untuk hidup dan merasa memiliki pendapatan yang kurang, sehingga ada sebagian
orang yang nekat melakukan korupsi. Menjamurnya tindak pidana korupsi tentu membuat
segenap bangsa Indonesia gundah gulana. Ternyata korupsi terjadi pada pelbagai sektor dan juga
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta sektor swasta (private sector). Oleh karena itu
pemberantasan korupsi merupakan salah satu fokus utama Pemerintah dan Bangsa Indonesia.
Upaya-upaya telah ditempuh, baik untuk mencegah maupun memberantas korupsi secara
serentak, mengingat tindak pidana korupsi sebagai white collar crime serta sebagai kejahatan
luar biasa (extra ordinary crime).
Upaya-upaya itu sebenarnya telah dilakukan dan diupayakan agar membuahkan hasil berupa
tumbuhnya itikad pemberantasan korupsi hingga ke pelosok Indonesia. Pada masa reformasi,
selain Kepolisian dan Kejaksaan sejumlah instansi pelaksanaan dan pendukung pemberantasan
korupsi juga dibentuk, antara lain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK),
juga telah dibentuk pengadilan khusus tindak pidana korupsi. Semua itu dilakukan dalam rangka
mengoptimalkan upaya pemberantasan korupsi.

2.2. Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai Lembaga Anti Korupsi di Indonesia


Pemberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya sudah dilakukan sejak empat decade silam.
Sejumlah perangkat hukum sebagai instrument legal yang menjadi dasar proses pemberantasan
korupsi di Indonesia juga telah disusun sejak lama. Namun efektifitas hukum dan pranata hukum
yang belum cukup memadai menyebabkan iklim korupsi di Indonesia tidak kunjuk membaik.
Berdasarkan hasil survey di kalangan pengusaha dan pebisnis oleh lembaga konsultan Political
dan Economic Risk Consultancy (PERC) yang berbasis di Hongkong, Indonesia masih dinilai
sebagai negara paling korup diantara 12 negara Asia tujuan investasi dunia.

Komisi pemberantasan korupsi pun diberi kerwenangan untuk melakukan penyelidikan,


penyidikan serta penuntutan tindak pidana korupsi seperti dalam pasal 11 Undang-Undang
nomor 30 Tahun 2002, yang; Melibatkan aparat pengak aturan, penyelengara negara serta orang
lain yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi; Menerima perhatian dan meresahkan
rakyat; dan Menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah).
Tugas yang dilakukan KPK ini beberapa diantaranya sama dengan forum anti korupsi di negara
lain, atau perbandingan antara Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia dengan lembaga-forum
pemberantasan korupsi pada negara lain. Komisi Pemberantasan Korupsi Indonesia adalah
institusi yang dibuat secara spesial (khusus), bukan tidak mungkin suatu ketika lembaga ini tidak
akan dilanjutkan keberadaannya, sedangkan lembaga pemberantasan korupsi pada negara lain
dipercayakan pada forum-forum yang telah permanen seperti kejaksaan atau lembaga eksklusif.

Strategi pemberantasan korupsi harus dibangun dan didahului oleh adanya itikad kolektif, yaitu
semacam kemauan dan kesungguhan dari semua pihak untuk bersama-sama tidak memberikan
toleransi sedikitpun terhadap perilaku korupsi. Oleh karena itu, dalam mewujudkan sebuah
strategi yang efektif memberantas korupsi, dibutuhkan pemenuhan prasyarat sebagai berikut:

 Didorong oleh keinginan politik serta komitmen yang kuat dan muncul dari kesadaran sendiri
 Menyeluruh dan seimbang
 Sesuai dengan kebutuhan, ada target, dan berkesinambungan
 Berdasarkan pada sumber daya dan kapasitas yang tersedia
 Terukur dan transparan dan bebas dari konflik kepentingan Sejak tahun 2002, KPK secara formal
merupakan lembaga anti korupsi yang dimiliki Indonesia.
Upaya-upaya pemberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya dimulai sejak tahun
1957. Dalam perjalanannya, upaya tersebut merupakan sebuah proses pelembagaan yang cukup
lama dalam penanganan korupsi. Upaya-upaya tersebut adalah:

1. Operasi militer khusus dilakukan pada tahun 1957 untuk memberantas korupsi di
bidang logistik.

2. Dibentuknya Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) pada tahun 1967 dengan tujuan
melaksanakan pencegahan dan pemberantasan korupsi.

3. Pada tahun 1970 dibentik tim advokasi yang lebih dikenal dengan nama Tim Empat
yang bertugas memberikan rekomendasi penindakan korupsi kepada pemerintah.

4. Operasi Penertiban (Opstib) dibentuk pada tahun 1977 untuk memberantas korupsi
melalui aksi pendisplinan administrasi dan operasional

5. Pada tahun 1987 dibentuk Pemsus Restitusi yang khusus menangani pemberantasan
korupsi di bidang pajak.

6. Pada tahun 1999 di bentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(TGPTPK) di bawah naungan Kejaksaan Agung. Pada tahun yang sama juga dibentuk
Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN).

7. Pada tahun 2002 dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedangkan KPKPN
melebur dan bergabung didalamnya.

2.3 Nilai Pancasila dalam Melawan Korupsi di Indonesia


Setiap individu memiliki potensi sifat serakah, tidak peduli dia berasal dari kalangan menengah
bawah atau pun kaum kaya raya. Pada umumnya, sifat serakah muncul karena naluri ingin
berfoya-foya, sifat hedonisme, ingin mendongkrak status sosial atau karena merasa tidak pernah
puas. Individu yang serakah rela mengorbankan orang lain demi memuaskan nafsu
keserakahannya.
Jika penyebab seseorang melakukan korupsi didasari oleh naluri keserakahan, maka selain aturan
hukum, diperlukan juga panduan nilai-nilai untuk mencegah orang melakukan korupsi. Dalam
Pancasila terdapat lima sila yang dimana setiap sila-sila itu memiliki arti yang berbeda tetapi
memiliki tujuan yang satu yaitu menciptakan dan mewujudkan cita-cita negara Indonesia. Seperti
yang telah dijelaskan bahwa korupsi merupakan salah 1 penyelewangan yang marak terjadi di
Indonesia. Tindakan tersebut bukan hanya melanggar aturan negara tetapi hal itu juga telah
melanggar ideologi dan prinsip terhadap Pancasila. Dengan menyelewengnya tindakan terhadap
Pancasila hal tersebut akan membuat cita-cita yang didambakan oleh negara dan bangsa lama
kelamaan akan menjadi hancur. Maka dari itu terdapat hal penting dalam tindakan korupsi
terhadap Pancasila yaitu dengan kita melakukan tindakan korupsi kita sama saja telah
menghancurkan Pancasila yang telah susah payah dibuat oleh pendiri bangsa kita yang berjuang
mati-matian.

Di Indonesia, panduan nilai-nilai itu telah disediakan dalam Pancasila.


Sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, memiliki esensi agar setiap warga Indonesia
takut untuk berbuat dosa, termasuk melakukan  korupsi, karena selalu merasa diawasi oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Pada sila kedua, tertanam nilai bahwa jika seseorang melakukan korupsi,
maka orang itu sama saja telah menodai nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila
ketiga memiliki esensi bahwa setiap tindakan yang dilakukan individu dapat memberi dampak
pada individu lainnya sebagai makhluk sosial. Oleh karenanya Indonesia menolak
individualisme yang dapat menjadi cikal bakal lahirnya korupsi. Sila ketiga juga menanamkan
pesan agar bangsa Indonesia harus bersatu memerangi hal-hal buruk, termasuk korupsi.

Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” yang memiliki makna bahwa kedudukan
masyarakat/rakyat itu sama di depan mata hukum tanpa membeda-bedakan serta mendapat
perlakuan yang sama di depan hukum sehingga, dengan melakukan korupsi berarti sama saja
telah melanggar sila ini. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menghilangkan kepercayaan
masyarakat sehingga hal tersebut akan membuat rakyat merasa menjadi terintimidasi dan tidak
peduli lagi terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Lama kelamaan, hal ini akan
membuat Indonesia menjadi tidak harmonis.
 
Sila keempat menyampaikan pesan bahwa pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan penuh
hikmat dan kebijaksanaan. Tidak bisa secara sporadis dan orang perorang. Sementara sila kelima
memiliki esensi bahwa penolakan terhadap korupsi merupakan tindakan untuk memperoleh
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mengamalkan setiap sila yang terdapat dalam Pancasila adalah salah satu cara untuk dapat
mencegah korupsi berkembang. Begitu kayanya nilai-nilai yang dikandung Pancasila, rasanya
sangat percuma jika kita tidak menjadikan Pancasila sebagai panduan nilai-nilai dan tingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari.

 Dari penjabaran tersebut kita dapat mengetahui bahwa tindakan korupsi merupakan tindakan
yang sangat fatal bagi negara, terutama tindakan korupsi juga telah melanggar dan menyeleweng
dari nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Dengan menyelewengnya tindakan
korupsi terhadap nilai-nilai luhur Pancasila itu menyebabkan kondisi negara kita semakin
bertambah buruk dan banyaknya terjadi kegaduhan-kegaduhan yang sangat parah.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Korupsi adalah suatu tindakan dimana seseorang menyalahgunakan uang negara secara diam-
diam untuk kepentingan pribadi atau pun kepentingan lain yang bukan menjadi urusan negara.
Hal itu jika semakin marak terjadi, maka akan berdampak sangat besar bagi negara dan hal itu
akan membuat negara tersebut terganggu dalam bidang ekonominya. Jika ekonomi terganggu,
maka kehidupan negara tersebut juga akan terancam bahaya. Pejabat harus memiliki iman yang
kuat agar tidak mudah terpengaruhi oleh sesuatu yang menggiurkan. Walaupun sudah
didirikannya KPK untuk memberantas korupsi, hal itu tidaklah cukup untuk menghilangkan
korupsi di Indonesia. Pemerintah harus lebih tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang
terjadi agar hal-hal yang buruk tidak akan terjadi pada Indonesia.

SARAN
Maka dari itu, kita haruslah melakukan segala sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat
dalam Pancasila, terutama bagi para pejabat agar ketika melakukan sesuatu tidak menimbulkan
penyelewengan-penyelewengan yang berdampak buruk bagi negara. Usaha untuk menghadapi
korupsi, rakyat Indonesia harus kembali memperkuat dan menginternalisasikan nilai Pancasila
dalam kepribadian dan sikap kesehariannya. Setiap orang beragama pasti menolak perbuatan
korupsi karena merusak nilai keadilan dan keadaban sebagai makhluk Tuhan yang memiliki nilai
kemanusiaan untuk tidak mudah merampas hak orang lain. Korupsi juga membuat rakyat tidak
percaya kepada pemimpinnya sehingga jelas melanggar sila keempat. Dengan adanya korupsi
pula sisi keadilan sosial masyarakat Indonesia terusik karena menciptakan kesenjangan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjauhkan kita dari cita-cita negara adil dan Makmur
sebagaimana mimpi para pendiri bangsa ketika mendeklarasikan negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://binus.ac.id/character-building/pancasila/sila-sila-pancasila-terhadap-tindakan-korupsi/

https://revolusimental.go.id/kabar-revolusi-mental/detail-berita-dan-artikel?url=nilai-nilai-
pancasila-dan-semangat-anti-korupsi

https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi

https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/view/234

https://katadata.co.id/safrezi/berita/6201fc94110d8/8-kasus-korupsi-di-indonesia-berdasarkan-
total-kerugian-negara

https://www.kompasiana.com/windanurazizah9844/61b0566e75ead63e0c6f82f2/peran-komisi-
pemberantasan-korupsi-kpk-sebagai-lembaga-anti-korupsi

Anda mungkin juga menyukai