DISUSUN OLEH
dengan baik dan lancar. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
Pendidikan Pancasila pada jurusan Sanitasi Lingkungan Poltekkes Kemenkes Medan. Kami menyadari
bahwa makalah ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun
tidak langsung. Maka, atas selesainya penyusunan makalah ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu, diantaranya:
2. Teman-teman yang telah bersedia memberi masukan serta saran-saran yang membangun.
Dengan segala kemampuan yang ada, kami berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyusun
makalah ini dengan sebaik-baiknya. Namun bila ada kekurangan, semata-mata hanyalah karena
keterbatasan pengetahuan kami, untuk itulah segala saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami
harapkan. Akhirnya penyusun mengharap agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
khusunya dari masyarakat pada umumnya, terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................6
Kesimpulan..............................................................................................................................11
Saran.........................................................................................................................................11
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi atau rasuah atau mencuri (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok, mencuri, maling) adalah
tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik
yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsur-unsur
sebagai berikut:
perbuatan melawan hukum,
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, tetapi bukan semuanya, adalah
Korupsi adalah suatu tindakan dimana seseorang menyalahgunakan uang negara secara diam-
diam untuk kepentingan pribadi atau pun kepentingan lain yang bukan menjadi urusan negara.
Hal itu jika semakin marak terjadi, maka akan berdampak sangat besar bagi negara dan hal itu
akan membuat negara tersebut terganggu dalam bidang ekonominya. Jika ekonomi terganggu,
maka kehidupan negara tersebut juga akan terancam bahaya.
Indonesia mempunyai suatu sumber dan pandangan yang harus digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan segala sesuatu yaitu Pancasila. Pancasila merupakan ideologi dasar dalam
kehidupan bagi negara Indonesia bukan hanya sebuah ideologi tetapi, Pancasila merupakan
prinsip yang harus di miliki oleh setiap warga negara Indonesia. Dengan pengertian tersebut kita
dapat memaknai bahwa dalam setiap melakukan segala sesuatu kita harus berpegangan pada
Pancasila yang merupakan prinsip dasar negara kita. Jika kita melakukan suatu kegiatan dengan
berdasarkan pada Pancasila maka kehidupan antar masyarakat akan terjalin dengan sangat baik,
begitu juga dengan pemerintahan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Korupsi di Indonesia?
1.3. Tujuan
1. Menjelaskan Korupsi di Indonesia.
PEMBAHASAN
2.1. Korupsi di Indonesia
Korupsi termasuk kejahatan luar biasa yang berdampak pada masyarakat dan merugikan negara.
Contoh kasus korupsi terbesar di Indonesia adalah kasus Jiwasraya, Asrabi, dan Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Korupsi berdampak pada kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Selain itu korupsi menjadi awal dari permasalahan lain seperti naiknya harga kebutuhan pokok
dan mengganggu penciptaan lapangan kerja. Kasus korupsi di Indonesia masih terus terjadi.
Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi 2021, Indonesia berada di peringkat 96 dari 180 negara.
Sementara itu berdasarkan survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2021, Indeks
Perilaku Anti Korupsi berada di kisaran 3,88%.Kasus korupsi di Indonesia yang merugikan
negara terbesar adalah kasus PT Asabri. Total kerugian negara mencapai Rp 23,74 triliun.
2. Korupsi Kecil Korupsi kecil adalah hasil korupsi yang nilainya antara Rp10 juta sampai
kurang dari Rp100 juta.
3. Korupsi Sedang Korupsi sedang merupakan tindak pidana korupsi nilainya antara Rp100 juta
sampai Rp1 miliar.
4. Korupsi Besar Korupsi besar bernilai antara Rp1 miliar sampai Rp25 miliar.
2. Jiwasraya Kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mencapai Rp13,7 triliun rupiah. Jiwasraya
menjadi sorotan setelah gagal bayar polis kepada nasabah sebesar Rp12,4 triliun rupiah. Produk
asuransi jiwa dan investasi ini merupakan hasil kerja sama dengan beberapa bank, berperan
sebagai agen penjual. Tahun 2019, Kejaksaan Agung menetapkan 5 orang sebagai tersangka.
3. Bank Century Kasus bank Century ramai di tahun 2014. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
melaporkan kerugian negara mencapai Rp6,76 triliun, berdasarkan Laporan Hasil Perhitungan
(LHP). Selain itu kerugian negara yang lain mencapai Rp689.394 miliar, untuk pemberian
Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) ke Bank Century.
4. Pelindo II Kerugian negara karena empat kasus PT Pelindo II diperkirakan mencapai Rp6
triliun, menurut BPK. Kasus dugaan korupsi ini antara lain pembangunan pelabuhan New
Kalibaru, pengelolaan Terminal Peti Kemas (TPK) Koja, Global Bond Pelindo II, dan kontrak
Jakarta International Container Terminal (JICT).
5. Kotawaringin Timur Kasus korupsi Kotawaringin Timur merugikan negara mencapai Rp5,8
triliun. Kerugian negara dihitung dari kegiatan pertambangan, kerugian hutan, kerusakan
lingkungan, dan eksplorasi pertambangan bauksit. Kasus ini terjadi ketika Supian diangkat
menjadi Bupati Kotawaringin Timur, periode 2010-2015.
6. Kasus BLBI BPK menemukan kerugian negara terhadap kasus Surat Keterangan Lunas
Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (SKL BLBI) sebesar Rp4,58 triliun. Jumlah perhitungan
kerugian negara lebih besar, jika dibandingkan dengan perkiraan KPK sebesar Rp3,7 triliun.
7. E-KTP Kasus korupsi KTP elektronik atau e-KTP merugikan negara senilai Rp2,3 triliun dari
total nilai proyek Rp5,9 triliun. Kasus korupsi e-KTP terjadi di tahun 2011 dan 2012. KPK
enetapkan beberapa orang menetapkan tersangka korupsi dari pejabat Kementrian Dalam Negeri
dan petinggi DPR seperti Sugiharto, Irman, Andi Narogong, Markus Nari, Anang Sugiana dan
Setya Novanto.
8. Hambalang Total kerugian negara kasus Hambalang mencapai Rp706 miliar. Data tersebut
dari hasil investigasi BPK di tahun 2012 dan 2013. Kasus Hambalang melibatkan Menteri
Pemuda Olahraga Andi Mallarangen, anggota DPR Ignatius Mulyono, Kepala Pertanahan
Nasional Joyo Winoto, Bendahara Umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin.
Penyebab terjadinya korupsi paling sering karena adanya aspek ekonomi. Karena banyaknya
kebutuhan untuk hidup dan merasa memiliki pendapatan yang kurang, sehingga ada sebagian
orang yang nekat melakukan korupsi. Menjamurnya tindak pidana korupsi tentu membuat
segenap bangsa Indonesia gundah gulana. Ternyata korupsi terjadi pada pelbagai sektor dan juga
kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif serta sektor swasta (private sector). Oleh karena itu
pemberantasan korupsi merupakan salah satu fokus utama Pemerintah dan Bangsa Indonesia.
Upaya-upaya telah ditempuh, baik untuk mencegah maupun memberantas korupsi secara
serentak, mengingat tindak pidana korupsi sebagai white collar crime serta sebagai kejahatan
luar biasa (extra ordinary crime).
Upaya-upaya itu sebenarnya telah dilakukan dan diupayakan agar membuahkan hasil berupa
tumbuhnya itikad pemberantasan korupsi hingga ke pelosok Indonesia. Pada masa reformasi,
selain Kepolisian dan Kejaksaan sejumlah instansi pelaksanaan dan pendukung pemberantasan
korupsi juga dibentuk, antara lain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Pusat Pelaporan dan
Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK),
juga telah dibentuk pengadilan khusus tindak pidana korupsi. Semua itu dilakukan dalam rangka
mengoptimalkan upaya pemberantasan korupsi.
Strategi pemberantasan korupsi harus dibangun dan didahului oleh adanya itikad kolektif, yaitu
semacam kemauan dan kesungguhan dari semua pihak untuk bersama-sama tidak memberikan
toleransi sedikitpun terhadap perilaku korupsi. Oleh karena itu, dalam mewujudkan sebuah
strategi yang efektif memberantas korupsi, dibutuhkan pemenuhan prasyarat sebagai berikut:
Didorong oleh keinginan politik serta komitmen yang kuat dan muncul dari kesadaran sendiri
Menyeluruh dan seimbang
Sesuai dengan kebutuhan, ada target, dan berkesinambungan
Berdasarkan pada sumber daya dan kapasitas yang tersedia
Terukur dan transparan dan bebas dari konflik kepentingan Sejak tahun 2002, KPK secara formal
merupakan lembaga anti korupsi yang dimiliki Indonesia.
Upaya-upaya pemberantasan korupsi di Indonesia pada dasarnya dimulai sejak tahun
1957. Dalam perjalanannya, upaya tersebut merupakan sebuah proses pelembagaan yang cukup
lama dalam penanganan korupsi. Upaya-upaya tersebut adalah:
1. Operasi militer khusus dilakukan pada tahun 1957 untuk memberantas korupsi di
bidang logistik.
2. Dibentuknya Tim Pemberantasan Korupsi (TPK) pada tahun 1967 dengan tujuan
melaksanakan pencegahan dan pemberantasan korupsi.
3. Pada tahun 1970 dibentik tim advokasi yang lebih dikenal dengan nama Tim Empat
yang bertugas memberikan rekomendasi penindakan korupsi kepada pemerintah.
4. Operasi Penertiban (Opstib) dibentuk pada tahun 1977 untuk memberantas korupsi
melalui aksi pendisplinan administrasi dan operasional
5. Pada tahun 1987 dibentuk Pemsus Restitusi yang khusus menangani pemberantasan
korupsi di bidang pajak.
6. Pada tahun 1999 di bentuk Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(TGPTPK) di bawah naungan Kejaksaan Agung. Pada tahun yang sama juga dibentuk
Komisi Pemeriksa Kekayaan Pejabat Negara (KPKPN).
7. Pada tahun 2002 dibentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedangkan KPKPN
melebur dan bergabung didalamnya.
Sila ketiga yang berbunyi “Persatuan Indonesia” yang memiliki makna bahwa kedudukan
masyarakat/rakyat itu sama di depan mata hukum tanpa membeda-bedakan serta mendapat
perlakuan yang sama di depan hukum sehingga, dengan melakukan korupsi berarti sama saja
telah melanggar sila ini. Korupsi merupakan tindakan yang dapat menghilangkan kepercayaan
masyarakat sehingga hal tersebut akan membuat rakyat merasa menjadi terintimidasi dan tidak
peduli lagi terhadap tindakan yang telah dilakukan oleh pemerintah. Lama kelamaan, hal ini akan
membuat Indonesia menjadi tidak harmonis.
Sila keempat menyampaikan pesan bahwa pemberantasan korupsi harus dilakukan dengan penuh
hikmat dan kebijaksanaan. Tidak bisa secara sporadis dan orang perorang. Sementara sila kelima
memiliki esensi bahwa penolakan terhadap korupsi merupakan tindakan untuk memperoleh
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Mengamalkan setiap sila yang terdapat dalam Pancasila adalah salah satu cara untuk dapat
mencegah korupsi berkembang. Begitu kayanya nilai-nilai yang dikandung Pancasila, rasanya
sangat percuma jika kita tidak menjadikan Pancasila sebagai panduan nilai-nilai dan tingkah laku
dalam kehidupan sehari-hari.
Dari penjabaran tersebut kita dapat mengetahui bahwa tindakan korupsi merupakan tindakan
yang sangat fatal bagi negara, terutama tindakan korupsi juga telah melanggar dan menyeleweng
dari nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila. Dengan menyelewengnya tindakan
korupsi terhadap nilai-nilai luhur Pancasila itu menyebabkan kondisi negara kita semakin
bertambah buruk dan banyaknya terjadi kegaduhan-kegaduhan yang sangat parah.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Korupsi adalah suatu tindakan dimana seseorang menyalahgunakan uang negara secara diam-
diam untuk kepentingan pribadi atau pun kepentingan lain yang bukan menjadi urusan negara.
Hal itu jika semakin marak terjadi, maka akan berdampak sangat besar bagi negara dan hal itu
akan membuat negara tersebut terganggu dalam bidang ekonominya. Jika ekonomi terganggu,
maka kehidupan negara tersebut juga akan terancam bahaya. Pejabat harus memiliki iman yang
kuat agar tidak mudah terpengaruhi oleh sesuatu yang menggiurkan. Walaupun sudah
didirikannya KPK untuk memberantas korupsi, hal itu tidaklah cukup untuk menghilangkan
korupsi di Indonesia. Pemerintah harus lebih tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang
terjadi agar hal-hal yang buruk tidak akan terjadi pada Indonesia.
SARAN
Maka dari itu, kita haruslah melakukan segala sesuatu sesuai dengan nilai-nilai yang terdapat
dalam Pancasila, terutama bagi para pejabat agar ketika melakukan sesuatu tidak menimbulkan
penyelewengan-penyelewengan yang berdampak buruk bagi negara. Usaha untuk menghadapi
korupsi, rakyat Indonesia harus kembali memperkuat dan menginternalisasikan nilai Pancasila
dalam kepribadian dan sikap kesehariannya. Setiap orang beragama pasti menolak perbuatan
korupsi karena merusak nilai keadilan dan keadaban sebagai makhluk Tuhan yang memiliki nilai
kemanusiaan untuk tidak mudah merampas hak orang lain. Korupsi juga membuat rakyat tidak
percaya kepada pemimpinnya sehingga jelas melanggar sila keempat. Dengan adanya korupsi
pula sisi keadilan sosial masyarakat Indonesia terusik karena menciptakan kesenjangan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia yang menjauhkan kita dari cita-cita negara adil dan Makmur
sebagaimana mimpi para pendiri bangsa ketika mendeklarasikan negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/sila-sila-pancasila-terhadap-tindakan-korupsi/
https://revolusimental.go.id/kabar-revolusi-mental/detail-berita-dan-artikel?url=nilai-nilai-
pancasila-dan-semangat-anti-korupsi
https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/view/234
https://katadata.co.id/safrezi/berita/6201fc94110d8/8-kasus-korupsi-di-indonesia-berdasarkan-
total-kerugian-negara
https://www.kompasiana.com/windanurazizah9844/61b0566e75ead63e0c6f82f2/peran-komisi-
pemberantasan-korupsi-kpk-sebagai-lembaga-anti-korupsi