Anda di halaman 1dari 29

PENDIDIKAN MODERASI BERAGAMA UNTUK

GENERASI MILENIAL MELALUI COREMO APP


SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER
ISLAM WASATHIYAH SISWA MTsN KOTA
PASURUAN

Disusun Oleh :

Nama Peneliti : 1. Fira Ayu Novitasari (0076602150)


2. Azutino Agda Qurza (0074111456)
Bidang Penelitian : Ilmu Keagamaan
Jenjang : Madrasah Tsanawiyah
Nama Pembimbing : Ita Miftahul Janna

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM


DIREKTORAT KSKK MADRASAH
KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

(MTsN Kota Pasuruan)


2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian
yang berjudul “Pendidikan Moderasi Beragama Untuk Generasi Milenial melalui
COREMO App sebagai Upaya Pembentukan Karakter Islam Wasathiyah Siswa MTsN
Kota Pasuruan.” Proposal ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti kegiatan
seleksi Madrasah Young Researcher Super Camp (MYRES 2021) yang diadakan oleh
Direktorat Kurikulum, Sarana, Kelembagaan dan Kesiswaan Pada Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun 2021.
Penyusunan proposal penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tiada terhingga
kepada:
1. Drs. Nur Edi Samani, M.Pd, selaku kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri I
Pasuruan Kota Pasuruan.
2. Abd. Chakim Thantowi, S.Pd sebagai pengarah, motivator dan fasilitator dalam
penelitian ini
3. Ita Miftakhul Janna, M.A. sebagai pembimbing.
4. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan fasilitas dan support serta do’a
agar pelaksanaan studi lapangan ini berjalan dengan lancar.
5. Teman-teman MTsN 1 Pasuruan Kota Pasuruan yang telah banyak membantu
mulai dari persiapan hingga penyusunan karya ilmiah ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih untuk
semuanya.
Akhirnya penulis berharap, semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Pasuruan, 2021
Penulis,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
JUDUL : PENDIDIKAN MODERASI BERAGAMA UNTUK GENERASI
MILENIAL MELALUI COREMO APP SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN
KAREKTER ISLAM WASATHIYAH SISWA MTsN KOTA PASURUAN ...................... 1
BAB I.......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................................ 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................................... 6
BAB II ........................................................................................................................................ 7
KAJIAN PUSTAKA ................................................................................................................. 7
2.1 Moderasi Beragama .......................................................................................................... 7
2.2 Ruang Lingkup Islam Wasathiyah .................................................................................... 8
2.3.1 Wasathiyah bermakna sikap adil dan pilihan ..................................................... 10
2.3.2. Wasathan (moderat) bermakna keadilan............................................................ 10
2.3.3. Wasathiyah bermakna posisi tengah penuh keberkahan ......................................... 11
2.3.4 Wasathiyah bermakna posisi terbaik seperti Harta terbaik adalah harta
pertengahan ..................................................................................................................... 12
2.3 COREMO 1APP (Comic Religious Moderation Aplication) Bermodel Komik Digital
Interaktif ............................................................................................................................... 12
METODE PENELITIAN ....................................................................................................... 14
3.1. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D) .............................................................. 14
3.2. Desain Penelitian ........................................................................................................... 16
3.3. Prosedur Penelitian ........................................................................................................ 17
3.4. Lokasi dan Subjek Penelitian ......................................................................................... 18
3.5. Instrumen Penelitian ...................................................................................................... 18
JADWAL PENELITIAN ....................................................................................................... 25

ii
PROPOSAL PENELITIAN

JUDUL : PENDIDIKAN MODERASI BERAGAMA UNTUK GENERASI


MILENIAL MELALUI COREMO APP SEBAGAI UPAYA PEMBENTUKAN
KAREKTER ISLAM WASATHIYAH SISWA MTsN KOTA PASURUAN

BIDANG : ILMU KEAGAMAAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus intoleransi dalam keberagamaan selalu menjadi disrupsi ditengah
kemajemukan yang ada di Indonesia. Hasil riset Setara Institute menunjukkan, jenis
pelanggaran atas kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB) yang paling banyak
terjadi pada 2020 yakni tindakan intoleransi. Setara Institute mencatat 32 kasus terkait
pelaporan penodaan agama, 17 kasus penolakan pendirian tempat ibadah, dan 8 kasus
pelarangan aktivitas ibadah. Kemudian, 6 kasus perusakan tempat ibadah, 5 kasus
penolakan kegiatan dan 5 kasus kekerasan. Jika dilihat dari daerah sebarannya, peristiwa
pelanggaran atas KBB paling banyak terjadi di Jawa Barat. Setara Institute mencatat ada
39 peristiwa pelanggaran sepanjang 2020.

Indonesia sebagai negara majemuk mengakui 6 agama besar yaitu: Hindu,


Budha, Islam Kristen Protestan, Kristen Katolik dan Khong Hu Cu. Sebagaimana yang
disebutkan di dalam Pasal 1 UU PNPS No 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, yang menyatakan bahwa "Agama-agama
yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha
dan Khong Hu Cu (Confusius)". inilah yang menjadi dasar pengakuan keberadaan 6
agama yang dianut di Indonesia. Sedangkan diluar 6 agama tersebut dianggap bukanlah
agama resmi yang diakui oleh Negara.

Negara juga menjamin kebebasan, perlindungan dan kemerdekaan umat


beragama. UUD '45 jelas menegaskan akan jaminan kebebasan beragama, dalam Pasal
28E ayat (1). Ditegaskan bahwa “Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat

1
menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya,
serta berhak kembali.”

Peran negara untuk itu juga dinyatakan pada Pasal 29 Ayat (2), yakni “Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduknya untuk memeluk agama”.Menurut hasil
Sensus Penduduk Indonesia 2018, 86,7% dari 267.670.543 penduduk Indonesia adalah
pemeluk Islam (Indonesia merupakan wilayah dengan penduduk muslim terbanyak di
dunia), 7,6% Kristen Protestan, 3,13% Kristen Katolik, 1,74% Hindu, 0,77% Buddha,
0,03% Konghucu, 0,04% agama lainnya.

Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak di dunia


menjadi sorotan penting dalam hal moderasi Islam. Moderasi adalah ajaran inti agama
Islam. Islam moderat adalah paham keagamaan yang sangat relevan dalam konteks
keberagaman dalam segala aspek, baik agama, adat istiadat, suku dan bangsa itu sendiri
(Dawing, 2017, p. 231). Oleh karena itu pemahaman tentang moderasi beragama harus
dipahami secara kontekstual bukan secara tekstual, artinya bahwa moderasi dalam
beragama di Indonesia buka Indonesia yang dimoderatkan, tetapi cara pemahaman
dalam beragama yang harus moderat karena Indonesia memiliki banyaknya kultur,
budaya dan adat-istiadat.

Moderasi Islam ini dapat menjawab berbagai problematika dalam keagamaan


dan peradaban global. Yang tidak kalah penting bahwa muslim moderat mampu
menjawab dengan lantang disertai dengan tindakan damai dengan kelompok berbasis
radikal, ekstrimis dan puritan yang melakukan segala halnya dengan tindakan kekerasan
(Fadl, 2005, p. 343).

Islam dan umat Islam saat ini paling tidak menghadapi dua tantangan; Pertama,
kecenderungan sebagian kalangan umat Islam untuk bersikap ekstrem dan ketat dalam
memahami teks-teks keagamaan dan mencoba memaksakan cara tersebut di tengah
masyarakat muslim, bahkan dalam beberapa hal menggunakan kekerasan; Kedua,
kecenderungan lain yang juga ekstrem dengan bersikap longgar dalam beragama dan
tunduk pada perilaku serta pemikiran negatif yang berasal dari budaya dan peradaban
lain. Dalam upayanya itu mereka mengutip teks-teks keagamaan (Al-Qur’an dan Hadis)
dan karya-karya ulama klasik (turats) sebagai landasan dan kerangka pemikiran, tetapi
dengan memahaminya secara tekstual dan terlepas dari konteks kesejarahan. Sehingga

2
tak ayal mereka seperti generasi yang terlambat lahir, sebab hidup di tegah masyarakat
modern dengan cara berfikir generasi terdahulu (Hanafi, 2013, pp. 1–2)

Dalam menghadapi kemajemukan, senjata yang paling ampuh untuk mengatur


agar tidak terjadi radikalisme, bentrokan adalah melalui pendidikan Islam yang moderat
dan inklusif namun memiliki cara berfikir sesuai dengan perkembangan zaman. Salah
satu media yang sesuai dengan perkembangan IPTEK yaitu COREMO (Comic Religius
Moderation) App. Aplikasi ini berbasis komik digital interaktif sehingga memiliki
interaksi terhadap penggunanya. Keunggulan COREMO yang mana merupakan komik
digital interaktif dibanding komik biasa terletak antara interaksi dua pihak dengan
pembaca. Dengan menerapkan sistem interaktif pembaca komik tidak hanya menikmati
alur yang telah di sediakan penulis, tetapi juga dapat membuat alur mereka sendiri sesuai
bagaimana kemauan mereka untuk menjalankan alur cerita. Hal ini tentu nya menjadi
daya tarik sendiri mengingat (Tari, 2011) dalam jurnal nya mengatakan:

Generation Z: Generation Z has the features of net generation due to highly


developed digital era, which they were born into. They were also characterized as
Facebook-generation, digital natives or sometimes iGeneration. The norms of
generation Z are different from the norms of the previous generation. Words, slangs and
expressions used by generation Z are quite strange to their parents and the two parties
sometimes move apart.

(Generasi Z: Generasi Z dilahirkan di era digital yang sangat berkembang.


Mereka juga dicirikan sebagai generasi Facebook, penduduk asli digital, atau terkadang
iGeneration. Norma generasi Z berbeda dengan norma generasi sebelumnya. Kata-kata,
bahasa gaul dan ungkapan yang digunakan oleh generasi Z cukup asing bagi orang tua
mereka dan kedua belah pihak terkadang berpisah). Oleh kaena nya, dibutuhkan media
dengan suasana yang belum terpikirkan sebelumnya untuk menarik minat mereka.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Depdiknas,2005: 583) komik diartikan


sebagai cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar, atau bentuk buku) yang umumnya
mudah dicerna dan lucu. Multimedia interaktif adalah integrasi teks digital, grafik,
animasi, audio, gambar dan video dengan cara menyediakan user (secara individu)
sebuah tingkat kontrol (user control) yang tinggi dan interaktif. Media interaktif
biasanya menyacu pada sebuah produk dan layanan pada sistem komputer digital yang

3
merespon tindakan pengguna (input) dengan menyajikan konten seperti teks, grafis,
animasi, video, dan audio.

Media komik dibuat dalam bentuk digital karena media digital memiliki
keunggulan-keunggulan dalam hal karakteristiknya. Media digital juga memiliki
beberapa karakteristik. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Smaldino et al (2011)
antara lain: pertama, mudah digunakan, ini dikarenakan proyektor digital mudah
digunakan. Kedua, kemampuan simpan, visual digital dapat disimpan dalam CD dan
DVD. Ketiga, ketahanan, perangkat simpan portabel sangat tahan lama. Visual digital
yang disimpan akan awet kualitasnya sejalan dengan waktu. Keempat, portabel, hal ini
karena cakram digital sangat portabel dan mudah dibawa kemana saja.

Salah satu bahan ajar cetak yang menarik perhatian siswa adalah media komik.
(Hidayah& Rifky, 2017) menyatakan media komik adalah “bentuk kartun yang
mengungkapkan karakter dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat hubungan
nya dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada pembaca”.
Keuntungan penggunaan komik adalah efisien waktu karena komik media yang dapat
digunakan siswa secara berulang-ulang untuk belajar mandiri, dan mempermudah siswa
memahami materi yang disampaikan Ati, dkk (dalam Witanta & Inganah, 2019) .
Pemakaian komik dengan ilustrasi berwarna, alur cerita yang ringkas, perwatakan yang
realitis akan menarik perhatian siswa (Lestari & Projosantoso, 2016) Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh (Budiarti & Haryanto, 2016) menyatakan bahwa media
komik dapat meningkatkan motivasi dan ketrampilan membaca pemahaman
siswa.(Daryanto, 2013) mengungkapkan bahwa komik sebagai bentuk kartun yang
mengungkap-kan karakter dan menerapkan suatu cerita dalam urutan yang erat
hubungannya dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada
pembaca. Sedangkan multimedia interaktif seperti dikutip dari England & Finney
(2011), merupakan integrasi media digital termasuk teks elektronik, grafis, animasi, dan
suara ke dalam sebuah struktur lingkungan digital terkomputerisasi yang mengijinkan
pengguna bisa berinteraksi dengan data sesuai keperluan. Menurut Laurillard dalam
Burnett dkk, penggunaan multimedia interaktif yang ditujukan untuk pembelajaran
perlu didasarkan pada karakteristik berikut: 1) diskursif, memungkinkan pengguna
berpikir langkah demi langkah; 2) konten produk multimedia menyesuaikan
pemahaman pengguna; 3) interaktif, pengguna harus mendapatkan umpan balik
langsung terkait dengan produk; serta 4) reflektif, produk multimedia harus mendukung

4
proses pembelajaran sesuai dengan tindakan umpan balik pengguna. Berdasarkan
penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis komik
digital interaktif dapat meningkatkan minat, motivasi, dan pemahaman serta karakter
sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Kebermanfaatan COREMO App pada siswa MTsN Kota Pasuruan sebagai


upaya pembentukan karakter Islam Wasathiyah yang di latar belakangi oleh perbedaan
pemahaman fiqih yang erat dengan pemahaman organisasi masyarakat Islam yang ada
di Kota Pasuruan, budaya, dan lingkungan masyarakat yang beragam Sejauh ini,
pembuatan COREMO App didukung dari segi siswa, guru, dan sekolah. Guru MTsN
Kota Pasuruan sudah bisa menggunakan perangkat multimedia. Siswa mempunyai
smartphone yang cukup canggih dan dapat mengoperasikan medianya sendiri. Oleh
karena itu, peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul
“Pendidikan Moderasi Beragama Untuk Generasi Milenial melalui COREMO App
sebagai Upaya Pembentukan Karakter Islam Wasathiyah Siswa MTsN Kota Pasuruan”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini:

1. Bagaimanakah proses pembuatan COREMO App sebagai Pendidikan Moderasi


Beragama untuk generasi milenial dalam upaya pembentukan karakter Islam
Wasathiyah siswa MTsN Kota Pasuruan?
2. Bagaimanakah tingkat efektivitas COREMO App sebagai upaya pembentukan
karakter Islam Wasathiyah siswa MTsN Kota Pasuruan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini :

1. Mengetahui proses pembuatan COREMO App sebagai Pendidikan Moderasi


Beragama untuk generasi milenial dalam upaya pembentukan karakter Islam
Wasathiyah siswa MTsN Kota Pasuruan
2. Mengetahui tingkat efektivitas COREMO App sebagai upaya pembentukan
karakter Islam Wasathiyah siswa MTsN Kota Pasuruan

5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya tentang
COREMO App sebagai upaya pembentukan karakter Islam Wasathiyah siswa
MTsN Kota Pasuruan.
2. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian yang terkait dengan masalah penelitian
ini.

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Bagi siswa, kegiatan ini dapat dimanfaatkan untuk menambah pemahaman
konsep dan kretivitas sembari membuat COREMO App.
2. Bagi guru, hasil penetian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk
membuat/mengekplorasi aplikasi layanan konten digital untuk digunakan
sebagai media pembelajaran.
3. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pola pembinaan
kualitas pembelajaran.
4. Bagi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Kota Pasuruan, sebagai bahan
pertimbangan tentang kebijakan penggunaan piranti digital dalam
pembelajaran di sekolah.

6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Moderasi Beragama


Dalam masyarakat Indonesia yang multibudaya, sikap keberagamaan yang
ekslusif yang hanya mengakui kebenaran dan keselamatan secara sepihak, tentu dapat
menimbulkan gesekan antar kelompok agama. Konflik keagamaan yang banyak terjadi
di Indonesia, umumnya dipicu adanya sikap keberagamaan yang ekslusif, serta adanya
kontestasi antar kelompok agama dalam meraih dukungan umat yang tidak dilandasi
sikap toleran, karena masing-masing menggunakan kekuatannya untuk menang
sehingga memicu konflik. Konflik kemasyarakatan dan pemicu disharmoni masyarakat
yang pernah terjadi dimasa lalu berasal dari kelompok ekstrim kiri (komunisme) dan
ekstrim kanan (Islamisme). Namun sekarang ini ancaman disharmoni dan ancaman
negara kadang berasal dari globalisasi dan Islamisme, yang oleh Yudi (2014 : 251)
disebutnya sebagai dua fundamentalisme: pasar dan agama. Dalam kontek
fundamentalisme agama, maka untuk menghindari disharmoni perlu ditumbuhkan cara
beragama yang moderat, atau cara ber-Islam yang inklusif atau sikap beragama yang
terbuka, yang disebut sikap moderasi beragama.

Salah satu jenis tindakan intoleransi di Indonesia maupun di kanca internasional


adalah terorisme atas nama islam. Istimewanya, Indonesia dikenal cukup berhasil dalam
penanganan kasus ini meskipun sesekali masih muncul letupan-letupannya secara
sporadic, khususnya mengikuti kebangkitan ISIS di Suriah dan Irak, yang kini sudah
melemah lagi. Menyikapi hal ini, menerapkan sikap moderasi dianggap sebagai satu hal
yang efektif. Moderat dalam pemikiran Islam adalah mengedepankan sikap toleran
dalam perbedaan. Keterbukaan menerima keberagamaan (inklusivisme). Baik beragam
dalam mazhab maupun beragam dalam beragama. Perbedaan tidak menghalangi untuk
menjalin kerja sama, dengan asas kemanusiaan (Darlis, 2017). Dalam artian lain,
moderasi adalah moderat, lawan dari ekstrem, atau berlebihan dalam menyikapi
perbedaan dan keragaman. Kata moderat dalam bahasa Arab dikenal dengan al-
wasathiyah sebagaimana terekam dari QS.al-Baqarah [2] : 143.

7
‫ﺷ ِﻬ ْﻴﺪًﺍ ۗ َﻭ َﻣﺎ َﺟ َﻌ ْﻠﻨَﺎ‬
َ ‫ﺳ ْﻮ ُﻝ َﻋ َﻠ ْﻴ ُﻜ ْﻢ‬ ‫ﺎﺱ َﻭ َﻳ ُﻜ ْﻮﻥَ ﱠ‬
ُ ‫ﺍﻟﺮ‬ ِ ‫ﺷ َﻬﺪَ ۤﺍ َء َﻋ َﻠﻰ ﺍﻟ ﱠﻨ‬ُ ‫ﻄﺎ ِّﻟﺘ َ ُﻜ ْﻮ ُﻧ ْﻮﺍ‬
ً ‫ﺳ‬ َ ‫َﻭﻛ َٰﺬﻟِﻚَ َﺟ َﻌ ْﻠ ٰﻨ ُﻜ ْﻢ ﺍ ُ ﱠﻣﺔً ﱠﻭ‬
ْ ‫ﺐ َﻋ ٰﻠﻰ َﻋ ِﻘ َﺒ ْﻴ ِۗﻪ َﻭﺍ ِْﻥ ﻛَﺎﻧ‬
َ‫َﺖ َﻟ َﻜ ِﺒﻴ َْﺮﺓ ً ﺍ ﱠِﻻ َﻋ َﻠﻰ ﱠﺍﻟ ِﺬﻳْﻦ‬ ُ ‫ﺳ ْﻮ َﻝ ِﻣ ﱠﻤ ْﻦ ﱠﻳ ْﻨ َﻘ ِﻠ‬ ‫ْﺍﻟ ِﻘ ْﺒ َﻠﺔَ ﺍ ﱠﻟ ِﺘ ْﻲ ُﻛ ْﻨﺖَ َﻋ َﻠ ْﻴ َﻬﺎ ٓ ﺍ ﱠِﻻ ِﻟ َﻨ ْﻌ َﻠ َﻢ َﻣ ْﻦ ﱠﻳﺘ ﱠ ِﺒ ُﻊ ﱠ‬
ُ ‫ﺍﻟﺮ‬
ِ ‫ُﻀ ْﻴ َﻊ ِﺍ ْﻳ َﻤﺎ َﻧ ُﻜ ْﻢ ۗ ﺍ ﱠِﻥ ﺍﻟﻠﱣﻪَ ِﺑﺎﻟ ﱠﻨ‬
ٌ ‫ﺎﺱ َﻟ َﺮ ُء ْﻭ‬
‫ﻑ ﱠﺭ ِﺣ ْﻴ ٌﻢ‬ ِ ‫َﻫﺪَﻯ ﺍﻟﻠﱣﻪُ َۗﻭ َﻣﺎ َﻛﺎﻥَ ﺍﻟﻠﱣﻪُ ِﻟﻴ‬

"Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) "umat
pertengahan" agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menjadikan kiblat yang
(dahulu) kamu (berkiblat) kepadanya, melainkan agar Kami mengetahui siapa yang
mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sungguh, (pemindahan kiblat)
itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Dan Allah
tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha Penyayang
kepada manusia." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 143)
Kata al-Wasath bermakana terbaik dan paling sempurna. Dalam hadis yang juga
disebutkan bahwa sebaik-baik persoalan adalah yang berada di tengah-tengah. Dalam
melihat dan menyelesaikan satu persoalan, Islam moderat mencoba melakukan
pendekatan kompromi dan berada di tengah-tengah, dalam menyikapi sebuah
perbedaan, baik perbedaan agama ataupun mazhab, Islam moderat mengedepankan
sikap toleransi, saling menghargai, dengan tetap meyakini kebenaran keyakinan masing-
masing agama dan mazhab, sehingga semua dapat menerima keputusan dengan kepala
dingin, tanpa harus terlibat dalam aksi yang anarkis. (Darlis, 2017) Dengan demikian
moderasi beragama merupakan sebuah jalan tengah di tengah keberagaman agama di
Indonesia. Moderasi merupakan budaya Nusantara yang berjalan seiring, dan tidak
saling menegasikan antara agama dan kearifan lokal (local wisdom). Tidak saling
mempertentangkan namun mencari penyelesaian dengan toleran.

2.2 Ruang Lingkup Islam Wasathiyah


Wasathiyah adalah ajaran Islam yang mengarahkan umatnya agar adil,
seimbang, bermaslahat dan proporsional, atau sering disebut dengan kata “moderat”
dalam semua dimensi kehidupan. Wasathiyah atau moderasi saat ini telah menjadi
diskursus dan wacana keIslaman yang diyakini mampu membawa umat Islam lebih
unggul dan lebih adil serta lebih relevan dalam berinteraksi dengan peradaban modern
di era globalisasi dan revolusi industri, informasi dan komunikasi. Wasathiyah Islam
bukanlah ajaran baru atau ijtihad baru yang muncul di abad 20 masehi atau 14 hijriyah.
Tapi wasathiyah Islam atau moderasi Islam telah ada seiring dengan turunnya wahyu
dan munculnya Islam di muka bumi pada 14 abad yang lalu. Hal ini dapat dilihat dan

8
dirasakan oleh umat Islam yang mampu memahami dan menjiwai Islam sesuai dengan
orisinalitas nashnya dan sesuai dengan konsep dan pola hidup Nabi Muhammad saw,
sahabat dan para salaf shaleh.

Arah pemikiran Islam “wasathiyah” ini menjadi sesuatu yang baru dan
fenomenal dalam narasi dan pemikiran Islam global, karena disegarkan kembali dan
diperkenalkan kembali oleh seorang mujtahid abad 21, yaitu yang mulia Al-Imam
Profesor Doktor Yusuf Al-Qaradhawi, seorang ulama besar dari Qatar kelahiran Mesir,
alumni Universitas terkemuka di dunia, Al-Azhar Mesir. Konsep pemikiran moderasi
Islam atau wasathiyatul Islam menjadi menarik dan menjadi impian semua entitas,
gerakan dakwah Islam bahkan Negara-negara Islam, setelah dunia Islam dirisaukan
dengan munculnya dua arus pemikiran dan gerakan yang mengatasnamakan Islam.
Pemikiran dan gerakan pertama, mengusung model pemikiran dan gerakan yang kaku
dan keras, atau sering disebut dengan Al-Khawarij al-judud (New Khawarij). Kelompok
ini melihat bahwa Islam adalah agama nash dan konstan, tidak menerima perubahan dan
hal-hal baru dalam ajaran-ajarannya khususnya dalam akidah, ibadah, hukum dan
muamalat, sehingga perlu membersihkan anasir-anasir syirik dan bid’ah dari akidah,
ibadah, hukum dan muamalat umat. Paham dan pemikiran ini telah menimbulkan kesan
negatif terhadap Islam, bahkan melahirkan stigma buruk terhadap Islam sebagai agama
yang keras, tertutup, radikal intoleran dan tidak humanis.

Sementara arus pemikiran dan gerakan kedua yang juga mengatasnamakan


Islam, adalah pemikiran dan gerakan liberasi Islam, atau sering disebut dengan
Muktazilah aljudud (new muktazilah), yang mengusung narasi dan pemikiran rasionalis
dan kebebasan penuh terhadap Islam. Gerakan ini melihat bahwa Islam adalah agama
rasional dan cair terhadap semua budaya dan perkembangan zaman. Sehingga Islam
harus berubah dan mengikuti perkembangan zaman dalam syari’ah, kaifiyat ibadah, 24
hukum, muamalat bahkan sebagian akidahnya1 . Bila arus pemikiran pertama kaku,
keras dan tidak mudah menerima hal-hal baru dalam agama, maka arus pemikiran atau
arah pemikiran kedua berpendapat sebaliknya, mereka menerima semua perubahan,
membolehkan semua hal-hal baru kedalam Islam termasuk pemikiran, budaya dan
kehidupan barat. Alian ini berani memastikan bahwa ada nash-nash Al-Qur’an dan As-
Sunnah yang tidak lagi releven dalam kehidupan manusia modern. Para Ulama Islam
modern, menyadari kondisi benturan dua arus pemikiran yang saling bertentangan ini,
antara arus pemikiran ekstrim kanan (tafrith) dan ekstrim kiri (ifrath), sangat berbahaya

9
bagi peradaban Islam dan kehidupan umatnya dalam persaingan peradaban dunia. Oleh
karena itu ulama-ulama Islam wasathiyah (moderat), seperti Rasyid Ridha murid
Muhammad Abduh, Hasan Al-Banna, Abu Zahrah, Mahmud Syalthout, Syekh
Muhammad Al-Madani, Syekh At-Thahir Ibnu Asyur, Muhammad Abdullah Darraz,
Muhammad Al-Ghazali, Yusuf Al-Qardhawi, Wahbah Ad-dzuhaili, Ramadhan Al-
Buthiy dan lainnya. Para ulama ini mulai berusaha mengarahkan umat Islam untuk
memahami dan mengimplementasikan ajaran Islam yang wasathiyah.

2.3.1 Wasathiyah bermakna sikap adil dan pilihan

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu". (QS. Al-Baqarah: 143)
Dari Abu Said Al-Khudri ra, Nabi saw menjelaskan makna ummatan wasathan
dalam ayat ini adalah “keadilan” (HR. Tirmidzi, Shahih). At-thabari juga menjelaskan
bahwa makna “wasathan” bisa berarti “posisi paling baik dan paling tinggi.” At-Thabari
mengutip Ibnu Abbas ra, Mujahid dan Atha’ saat menafsirkan ayat 143 berkata:
“Ummatan Washathan adalah “keadilan” sehingga makna ayat ini adalah “Allah
menjadikan umat Islam sebagai umat yang paling adil.” Al-Qurthubi berkata: wasathan
adalah keadilan, karena sesuatu yang paling baik adalah yang paling adil.” Ibnu Katsir
berkata: wasathan dalam ayat ini maksudnya paling baik dan paling berkualitas.” Para
ahli tafsir lain seperti Abdurrahman As-Sa’diy dan Rasyid Ridha menafsirkan bahwa
makna washathan dalam ayat ini adalah keadilan dan kebaikan.” Dari beberapa hadits
Nabi saw dan penjelaskan para mufassir dari kalangan Sahabat dan tabi’in serta para
mufassir generasi setelahnya sampai mufassir modern di atas, dapat disimpulkan makna
wasathan pada surat Al-Baqarah 143 ini adalah; “Keadilan dan kebaikan, atau umatan
wasathan adalah umat yang paling adil dan paling baik.”

2.3.2. Wasathan (moderat) bermakna keadilan

10
Dari Abu Sa'id berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"(Pada hari qiyamat) Nabi Nuh 'alaihissalam dan ummatnya datang lalu Allah Ta'ala
berfirman: "Apakah kamu telah menyampaikan (ajaran)?. Nuh 'Alaihissalam
menjawab: "Sudah, wahai Rabbku". Kemudian Allah bertanya kepada ummatnya:
"Apakah benar dia telah menyampaikan kepada kalian?". Mereka menjawab; "Tidak.
Tidak ada seorang Nabi pun yang datang kepada kami". Lalu Allah berfirman kepada
Nuh 'alaihissalam: "Siapa yang menjadi saksi atasmu?". Nabi Nuh Alaihissalam
berkata; "Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam dan ummatnya". Maka kami pun
bersaksi bahwa Nabi Nuh 'alaihissalam telah menyampaikan risalah yang diembannya
kepada ummatnya. Begitulah seperti yang difirmankan Allah Yang Maha Tinggi (QS al-
Baqarah ayat 143 yang artinya), ("Dan demikianlah kami telah menjadikan kalian
sebagai ummat pertengahan untuk menjadi saksi atas manusia.."). al-washath artinya
al-'adl (adil). (HR. Bukhari, Hadits No. 3091 dan Ahmad, Hadits No 10646).
Dalam hadits di atas, sangat jelas Nabi saw memaknai dan menafsirkan kata
“wasathan” adalah “keadilan”. Yang dimaksud keadilan di sini adalah, bahwa umat
Islam adalah umat yang menempatkan sesuatu sesuai pada tempatnya, menyikapi
sesuatu sesuai dengan porsinya dan kedaaanya. Moderat adal jujur dan komitmen tidak
mendua serta inkonsisten dalam sikap, sehingga Allah melengkapi surat Al-Baqarah:
143 di atas, setelah menyebut wasathan dengan “agar kalian menjadi saksi-saksi bagi
manusia”. Dalm Islam seorang saksi haruslah yang adail dan jujur. Nampaknya adil,
jujur dan konsisten sangat tepat untuk makna ayat ini, sesuai dengan tafsir dari Nabi saw
terhadap ayat ini, yaitu keadilan.

2.3.3. Wasathiyah bermakna posisi tengah penuh keberkahan

Dari Ibnu Abbas Nabi saw bersabda: “Apabila makanan telah dihidangkan,
maka ambillah dari pinggirnya dan tinggalkan tegahnya, sesungguhnya berkah itu
turun dibagian tengah” (HR. Ibnu Majah. Hadits No. 3268).
Hadits di atas menjelaskan tentang adab makan, bahwa mengambil makanan
hendaknya dimulai dari pinggirnya lalu bagian lainnya. Mengapa demikian? Karena
Nabi saw sedang mengajarkan umatnya bagaimana makanan menjadi berkah dan
mencukupi untuk orang banyak walaupun makananya sedikit, dengan cara terlebih
dahulu mengambil bagian pinggirnya dan membiarkan tengahnya, karena keberkahan
makanan diturunkan oleh Allah melalui bagian tengah makanan. Dalam hadits lain Nabi
saw bersabda: “Makanan untuk dua orang akan mencukupi tiga orang dan makanan
untuk tiga orang akan mencukupi empat orang” (HR. Bukhari dan Muslim)

11
2.3.4 Wasathiyah bermakna posisi terbaik seperti Harta terbaik adalah harta
pertengahan

Dari Abdullah bin Muawiyah Al Ghadhiri ia berkata; Nabi saw bersabda: "Tiga
perkara, barang siapa yang melaksanakannya maka ia akan merasakan nikmatnya
iman yaitu barang siapa yang beribadah kepada Allah semata dan tidak ada tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah, dan menunaikan zakat hartanya dengan jiwa yang
lapang dan jiwanya terdorong untuk menunaikan zakat setiap tahun dan tidak
memberikan hewan yang sudah tua dan tanggal giginya, lemah, serta yang sakit atau
menunaikannya dengan yang kecil jelek. Akan tetapi tunaikanlah dengan harta kalian
yang pertengahan karena sesungguhnya Allah tidak meminta harta terbaik kalian dan
tidak juga menyuruh kalian memberikan harta yang terburuk” (HR. Abu Daud. Hadits
No 1349).
Hadits ini menjelaskn ajaran moderasi Islam dalam mengeluarkan zakat, bahwa
harta yang dikeluarkan oleh seorang muslim dari kewajiban zakatnya adalah harta
pertengahan antara harta yang paling mewah atau mahal dan harta yang paling murah
dan rendah. Zakat terbaik adalah zakat dari harta yang halal dan mencukupi nishab serta
haulnya serta harta yang telah mencukupi nafkah wajib bagi keluarga. Syari’at Islam
tidak menerima zakat harta yang belum sesuai nishab dan haulnya, Islam tidak
menerima harta yang yang buruk dan haram seperti hasil korupsi, riba dan najis. Zakat
terbaik adalah harta yang digunakan sehari-hari oleh umat Islam yang produktif, oleh
karenanya syari’at tidak membolehkan zakat perhiasan berupa emas dan perak yang
dipakai sehari-hari, hewan ternak yang dipakai bekerja, rumah mewah yang menjadi
tempat tinggal dan sebagainya, kecuali yang disimpan atau ditabung dan diinvestasikan.
inilah maksud harta pertengahan.

2.3 COREMO 1APP (Comic Religious Moderation Aplication) Bermodel Komik


Digital Interaktif
COREMO App adalah aplikasi bermodel komik digital interaktif karya penulis.
Pentingnya penggunaan media diungkapkan dari jurnal yang ditulis oleh Yandari dan
Kuswaty (2017) bahwa media pembelajaran berperan sangat penting dalam upaya
peningkatan kemampuan pemahaman mengenai suatu kabar. Nur dan Zpalanzani (2010)
mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa komik merupakan media yang sangat

12
fleksibel dan sudah menjadi bagian keseharian remaja, karena itu dengan
mengadaptsikan informasi yang valid mengenai suatu hal kedalam bentuk komik
dengan genre dan visual yang sesuai selera mereka ditambah dengan mengintegrasikan
ke dalam media mobile game yang sedang populer diharapkan dapat menarik perhatian
remaja dan informasi yang lebih mudah disampaikan.

Gambar 2.1 (Contoh Komik Non-interaktif)

Disisi lain, multimedia menurut Binanto (2010), merupakan gabungan dari


elemen teks, seni, suara, gambar, animasi dan video yang dimanipulasi secara digital,
ditayangkan melalui komputer, serta bisa dikontrol secara interaktif. Berdasarkan sifat
interaksi antara produk dengan pengguna, multimedia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1) multimedia interaktif, pengguna bisa mengontrol elemen multimedia apapun yang
ditampilkan kapanpun; 2) multimedia hiperaktif, terdapat banyak link yang
menghubungkan elemen-elemen multimedia; serta 3) multimedia linear, pengguna tidak
bisa berinteraksi dan hanya sebagai penonton.

Multimedia interaktif seperti dikutip dari England & Finney (2011), merupakan
integrasi media digital termasuk teks elektronik, grafis, animasi, dan suara ke dalam
sebuah struktur lingkungan digital terkomputerisasi yang mengijinkan pengguna bisa
berinteraksi dengan data sesuai keperluan. Menurut Laurillard dalam Burnett dkk,
penggunaan multimedia interaktif yang ditujukan untuk pembelajaran perlu didasarkan

13
pada karakteristik berikut: 1) diskursif, memungkinkan pengguna berpikir langkah demi
langkah; 2) konten produk multimedia menyesuaikan pemahaman pengguna; 3)
interaktif, pengguna harus mendapatkan umpan balik langsung terkait dengan produk;
serta 4) reflektif, produk multimedia harus mendukung proses pembelajaran sesuai
dengan tindakan umpan balik pengguna.

Gambar 2.2 (Contoh Komik Digital Interaktif)

Dengan ini, COREMO App yang merupakan singatan dari Comic Religious
Moderation yang bermodel Komik Digital Interakif ini bekerja untuk media pendidikan
Islam Wasathiyah. Aplikasi ini dijalankan oleh tim literasi dan jurnalistik dimana tim
literasi bertugas membuat narasi yang kemudian di publikasikan oleh tim jurnlistik.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian dan Pengembangan (R&D)


Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk

mengembangkan suatu media. Metode penelitian yang tepat untuk penelitian ini

14
adalah Metode Penelitian dan Pengembangan atau dikenal juga dengan istilah

Research and Development (R&D). Hal ini bersesuaian dengan pendapat Borg &

Gall (1979:624), “Educational research and development (R&D) is process used to

develop and validate educational products”. Sedangkan menurut sumber lain,

metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitan yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut

(Sugiyono, 2009).

Gambar 3.1 : Tahap Metode R&D

Karena dirasa tepat berdasarkan tujuan metode R&D peneliti memutuskan

untuk menggunakan metode penelitian pengembangan ini. Pada akhirnya peneliti

akan membangun suatu produk berupa multimedia sebagai upaya pembentukan

karakter islam wasathiyah siswa MTsN Kota Pasuruan.

15
3.2. Desain Penelitian

Gambar 3.2 Desain Penelitian

16
Penggunaan metode pengembangan yang dipakai peneliti dapat mewakili tahapan-

tahapan metodologi yang lain karena lebih bersifat ringkas. Jenis penelitian yang digunakan

adalah penelitian terapan dimana dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan solusi

atas permasalahan tertentu secara praktis yang diterapkan dalam sebuah aplikasi. Jenis

penelitian ini cocok untuk jenis penerapan media pembelajaran dalam sebuah aplikasi komik

digital interaktif.. Selain itu penelitian terapan berkepentingan dengan aplikasi dan suatu

konsep-konsep teoritis tertentu.

3.3. Prosedur Penelitian


Menurut Munir (2008:195), dalam skripsinya menyatakan lima tahapan pengembangan
multimedia, yaitu tahapan analisis, desain, pengembangan, implementasi dan penilaian.
Tahap-tahap ini melibatkan aspek pengguna, lingkungan pembelajaran, kurikulum,
prototype, penggunaan dan penyempurnaan sistem.

Alasan peneliti menggunakan metode pengembangan adalah karena pada akhirnya


penelitian ini akan membangun suatu aplikasi yang berkaitan dalam bidang pendidikan
terutama dalam hal pembentukan karakter.

a. Tahap Analisis
Studi lapangan merupakan tahap awal dalam penelitian ini. Tahap awal ini memiliki
tujuan untuk memperoleh data mengenai kondisi lapangan baik berupa petensi maupun
masalah yang selanjutnya akan digunakan pada tahap analisis. Adapun yang dilakukan
pada tahap ini diantaranya adalah wawancara yang dilakukan kepada

b. Tahap Desain

Pada tahap ini akan merealisasikan apa yang telah ditemukan saat melakukan tahap
analisis. Tahap-tahap desain ini adalah:

• Merumuskan tujuan pembuatan multimedia berbasis game dan materi  Merancang


flowchart pembuatan multimedia berbasis game dan materi
• Merancang story board pembuatan multimedia berbasis game dan materi.

17
• Revisi perancangan sesuai dengan hasil penilaian perancangan
sebelumnya.
c. Tahap Pengembangan

Tahap ini merupakan tahap untuk menghasilkan produk berupa multimedia


pembelajaran. Mulai membangun multimedia dengan memasukkan segala fitur yang
dibutuhkan didalamnya. Selanjutnya produk yang dibuat akan divalidasi oleh orang yang
mengerti mengenai multimedia sehingga pada akhirnya mendapat saran dan rekomendasi
untuk pengembangan produk selanjutnya. Setelah itu uji coba akan dilakukan untuk
melihat apakah produk layak digunakan. Ketika hasil produk layak, maka akan
dilanjutkan tahap implementasi

d. Tahap Implementasi
Tahap ini merupakan tahapan uji coba di lapangan (laboratorium). Uji coba ini
dilakukan terhadap siswa kelas IX khususnya pada kelas IX A dan IX B.

e. Tahap Penilaian

Tahap penilaian merupakan peninjauan kembali terhadap produk berupa kelebihan dan

kekurangan yang ditemukan sejak uji coba terhadap pakar yang ahli terhadap multimedia,

serta kelebihan dan kekurangan menurut siswa pada tahap sebelumnya. Dan untuk melihat

apakah multimedia tersebut dapat meningkatkan pemahaman.

3.4. Lokasi dan Subjek Penelitian


Lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah MTsN Kota Pasuruan. Populasi yang
diambil adalah siswa kelas IX. Kemudian diambil sampel untuk menentukan subjek
penelitian. Peneliti mengambil dua kelas (IX A dan B). Satu kelas terdiri dari 24 orang.

3.5. Instrumen Penelitian


Pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga instrumen untuk mendukung pengembangan
multimedia pembelajaran. Menurut Sukardi (2004:75) “secara fungsional kegunaan instrumen
penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti sudah menginjak pada
langkah pengumpulan informasi di lapangan”. Oleh karena itu peneliti memasukan instrumen dari
hasil lapangan. Berikut adalah instrumen-instrumen yang digunakan pada penelitian kali ini.

18
a. Instrumen Studi Lapangan.

Wawancara merupakan instrumen studi lapangan yang digunakan kepada para ahli TIK
mengenai aplikasi ini. Tidak hanya itu, instrumen ini pula disebarkan kepada siswa kelas IX A
dan B. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.

b. Instrumen Validasi Ahli.

Setelah melakukan perancangan dan pengembangan multimedia, maka tahap selanjutnya


adalah validasi ahli untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan multimedia pembelajaran yang
telah dibuat. Oleh karena itu perlu adanya instrumen yang diberikan kepada para ahli media dan
ahli materi. Terdapat dua kategori penilaian terhadap multimedia pembelajaran yaitu penilaian
multimedia dari sisi materi serta dari sisi perangkat lunak. Dari sisi perangkat lunak peneliti
menggunakan aspek komunikasi visual Wahono (2006), yaitu:

1. Kejelasan tujuan pembelajaran (rumusan, realistis)


2. Relevansi tujuan pembelajaran dengan SK/KD/Kurikulum
3. Cakupan dan kedalaman tujuan pembelajaran
4. Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran
5. Kontekstualitas
6. Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran
7. Kemudahan untuk dipahami
8. Sistematis, runut, alut logika jelas
9. Kejelasan uraian, pembahasan, contoh

Berikut adalah tabel aspek penlilaian ahli media terhadap multimedia:

Tabel 3.1 : Aspek Penilaian Ahli Media


PENILAIAN
NO KRITERIA
1 2 3 4 5
ASPEK UMUM

1 Kreatif dan inovatif (baru, luwes, menarik, cerdas,


1 2 3 4 5
unik dan tidak asal beda)
2 Komunikatif (mudah dipahami
serta menggunakan bahasa yang baik, 1 2 3 4 5
benar dan efektif)

19
3 Unggul (memiliki kelebihan dibanding
multimedia pembelajaran lain ataupun 1 2 3 4 5
dengan cara konvensional)
ASPEK REKAYASA PERANGKAT LUNAK

4 Efektif dan efisien dalam pengembangan maupun


1 2 3 4 5
penggunaan media pembelajaran
5 Reliable (kehandalan) 1 2 3 4 5
6 Maintainable (dapat dipelihara/dikelola
1 2 3 4 5
dengan mudah)
7 Usabilitas (mudah digunakan dan sederhana
1 2 3 4 5
dalam pengoperasiannya)
8 Ketepatan pemilihan jenis
1 2 3 4 5
aplikasi/software/tool untuk pengembangan
9 Kompatibilitas (media pembelajaran dapat
diinstalasi/dijalankan di berbagai hardware dan 1 2 3 4 5
software yang ada)
10 Pemaketan program media pembelajaran yang
lengkap meliputi: penggunaan, troubleshooting
(jelas, terstruktur dan antisipatif), desain program 1 2 3 4 5
(jelas, menggambarkan alur kerja program)

11 Reusable (sebagian atau seluruh program media


pembelajaran dapat dimanfaatkan kembali untuk
1 2 3 4 5
mengembangkan media pembelajaran lain)

ASPEK KOMUNIKASI VISUAL

12 Komunikatif, yakni sesuai dengan pesan dan


dapat diterima/sejalan dengan keinginan sasaran, 1 2 3 4 5
unsure visual dan audio mendukung
materi ajar, agar mudah dicerna oleh siswa

13 Kreatif dalam ide berikut penuangan gagasan,


yakni visualisasi diharapkan disajikan secara unik
dan tidak klisse (sering 1 2 3 4 5
digunakan) agar menarik perhatian
14 Sederhana, yakni visualisasi tidak rumit, agar
tidak mengurangi kejelasan isi materi ajar dan 1 2 3 4 5
mudah diingat
15 Unity: menggunakan bahasa visual dan audio
yang harmonis, utuh dan senada agar materi ajar
1 2 3 4 5
dipersepsi secara utuh (komprehensif)

20
16 Penggambaran objek dalam bentuk image (citra)
1 2 3 4 5
baik realistis maupun simbolik
17 Pemilihan warna yang sesuai, agar mendukung
kesesuaian antara konsep kreatif dan topic yang 1 2 3 4 5
dipilih
18 Tipografi (font dan susunan huruf), untuk
memvisualisasikan bahasa verbal agar
1 2 3 4 5
mendukung isi pesan, baik secara fungsi
keterbacaan maupun fungsi psikologisnya
19 Tata letak (layout), yakni peletakan dan susunan
unsure-unsur visual terkendali dengan baik, agar
1 2 3 4 5
memperjelas peran dan hirarki masing-masing

20 Unsur visual bergerak (animasi dan/atau movie)


1 2 3 4 5
21 Animasi dapat dimanfaatkan untuk
mensimulasikan materi ajar dan movie untuk 1 2 3 4 5
mengilustrasikan materi secara nyata
22 Navigasi yang familiar dan konsisten agar efektif
1 2 3 4 5
dalam penggunaannya
23 Unsure audio (dialog, monolog, narasi, ilustrasi
music dan sound/special effect) sesuai dengan
karakter topic dan 1 2 3 4 5
dimanfaatkan untuk memperkaya imajinasi

Adapun tabel untuk aspek penilaian ahli materi yang dibuat oleh peneliti adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.2 : Aspek Penilaian Ahli Materi

PENILAIAN
NO KRITERIA
1 2 3 4 5
ASPEK PEMBELAJARAN

21
Sugiyono (2009:99) menjelaskan bahwa perhitungan Rating Scale ditentukan
dengan rumus :

ata
Skor hasil pengumpulan d
P= x 100%

Skor ideal

Keterangan :
P : angka presentase

22
Skor Ideal : skor tertinggi tiap butir x jumlah responden x jumlah butir Kemudian untuk
mengukur hasil perhitungan skala, Gonia (2009:50) menggunakan empat kategori
validasi multimedia pembelajaran, yaitu:

0 25 50 75 100

Tidak Baik Kurang Baik Baik Sangat Baik

c. Instrumen penilaian siswa.

Tidak terlalu jauh berbeda dengan perhitungan validasi ahli, pada instrumen

penilaian siswa peneliti menggunakan pengukuran rating scale. Penilaian ini digunakan

untuk menilai respon siswa terhadap multimedia pembelajaran.

Tabel 3.3 : Aspek Penilaian Responden

NO KRITERIA PENILAIAN

Mekanis (Mechanical)

Multimedia berjalan dengan lancar


Teknis (Technical) tanpa kesalahan teknis dan pesan 1 2 3 4 5
error.
Pengguna dapat dengan mudah
Navigasi
untuk mendapatkan sebuah 1 2 3 4 5
(navigation)
informasi.
1 Ejaan dan tata
bahasa Multimedia mengikuti aturan ejaan
(Spelling and dan tata bahasa. 1 2 3 4 5
Grammar)
Kombinasi elemen multimedia
(tombol, link, dan grafik) dan konten
Penyempurnaan
dapat mengkomunikasikan 1 2 3 4 5
(Completion)
ide dengan sangat jelas.

2 Elemen multimedia (Multimedia Elements)

23
Kombinasi elemen multimedia
Tampilan layar (tombol, link, dan grafik) dan konten
1 2 3 4 5
(Screen design) dapat mengkomunikasikan
ide dengan
sangat jelas.

Semua grafik , video , audio, 3D , dll


Penggunaan fitur dapat digunakan secara efektif dalam
tambahan menyampaikan isi konten. 1 2 3 4 5
(Use of
Enhancements)

3 Struktur informasi (Structure information)


Penggunaan fitur Semua grafik , video , audio, 3D , dll
tambahan dapat digunakan secara efektif dalam
(Use of 1 2 3 4 5
menyampaikan isi konten.
Enhancements)
Dokumentasi (Documentation)
Perizinan
penggunaan untuk
sumber informasi Semua hak akses penggunaan teks,
4
(Permissions video , audio , grafik , dll dalam 1 2 3 4 5
Obtained for multimedia dicantumkan.
Resources)

Kualitas isi / materi (Quality of content)

Mayoritas konten yang


Keaslian ditampilkan dalam multimedia berisi
1 2 3 4 5
(Originality) ide-ide yang segar , asli , dan kreatif.

5 Materi yang disampaikan dalam


Kurikulum multimedia sesuai dengan materi
pembelajaran pembelajaran di kelas. Dibahas
1 2 3 4 5
(Curriculum sesuai dengan konsep yang jelas.
alignment) Pengguna dapat dengan mudah
belajar dari multimedia tersebut.

24
JADWAL PENELITIAN

NO Uraian Tanggal Pelaksanaan


1 Persiapan Penelitian Kamis, 8 Juli 2021
2 Perencanaan Sabtu, 10 Juli 2021
3 Studi Pustaka Selasa, 13 Juli 2021
4 Pelaksaan Siklus I Kamis, 15 Juli 2021
5 Pelaksanaan Siklus II Senin, 19 Juli 2021
6 Pengolahan Data Kamis, 22 Juli 2021
7 Penyusunan Selasa, 27 Juli 2021

25
DAFTAR PUSTAKA

Darlis. (2017). Mengusung Moderasi Islam di Tengah Masyarakat Multikultural. Rausyan


Fikr, Vol.13 No. 2 Desember, 225-255. Fahrudin. (2019).

Pentingnya Moderasi Beragama bagi Penyuluh Agama. Republika.


Kementrian Agama RI. (2015). Naskah Akademik Bagi Penyuluh Agama Puslitbang
Kehidupan Keagamaan. Jakarta.

Mas’ud, A. (2018). Strategi Moderasi Antarumat Beragama. jakarta: Kompas.

Schwartz, S. (2007). Dua wajah Islam: moderatisme vs fundamentalisme dalam wacana globa.
Jakarta: Belantika. Shihab, A. (1999). Islam Inklusif. Bandung:
Mizan.

Fahri, Mohamad dan Ahmad Zainuri. (2019). Moderasi Beragama di Indonesia. Intizar Vol.
25, No. 2.
Guritno, Tatang. (2021). Riset Setara Institute: Intoleransi atas Kebebasan Beragama-
Berkeyakinan Paling Banyak Terjadi pada 2020. Kompas.

Abu Hamid Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, Kairo: Al-Maktabah A-taufiqiyah, 2003


Abu Ishaq As-Syatibi, Al-Muwafaqat fii Ushul As-Syariah, Kairo: al- maktabah at-taufiqiyah,
2003

Ali Muhammad As-Shalabiy, Al-Wasathiyah fil Qur’an Al-Karim, Kairo: Mu’assasah Iqra’
Linasyri watauzi wattarjamah, 2007

Hasan Al-Banna’, Majmu’ah Ar-Rsail, Kairo: Daar At-tauzi’ wa An-Nasyr AlIslamiy, 1992
Ibnu Jarir At-Thabari, Tafsir At-Thabari, Kairo: Maktabah At-Taufiqiyah, 2004

Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quran Al-adzim, Beirut: Daar Al-Fikri, 1994


Ibnu Taimiyah, Majmu’ah Al-Fatawa Li Syaikhil Islam Ahmad bin Taimiyah, Al-Manshurah:
Daar Al-Wafa, cet-3, 2005)
Yusuf Al-Qardhawi, Fiqh Al-Wasathiyah Wa at-tajdid, Ma’lim Wamanaraat, Doha: Markaz
Al-Qardhawi Lilwashathiyah Al-Islamiyah wa At-Tajdid, 2009.

26

Anda mungkin juga menyukai