Anda di halaman 1dari 19

MINIRISET IMPLEMENTASI PANCASILA

DI KAPOLSEK PERCUT SEI TUAN

Disusun Oleh : KELOMPOK 11

RETNO NAINGGOLAN (5172144011)

Desy simanjuntak (5173144008)

Desi sirait (5173144007)

PENDIDIKAN TATA RIAS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN

2018
KATA PENGANTAR 

Puji dan syukur kami panjatkan hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kekuatan, kesehatan dan berkat, sehingga tugas Mini Riset ini telah selesai disusun dengan pokok
pembahasan mengenai “ Implementasi Pancasila di Kapolsek Percut Sei Tuan“. Makalah ini, disusun
untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa semester tiga yang menjadi bahan untuk penilaian dan bahan
wacana untuk menambah pengetahuan mahasiswa ataupun pembaca tentang hal yang  berhubungan
dengan Pancasila. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu matakuliah
Pancasila yang telah memberikan tugas dan dukungan dalam pembuatan makalah ini, Orangtua kami
yang mendukung secara moral dan dalam bentuk materi sehingga makalah ini dapat diselesaikan,
Teman-teman yang tidak dapat kami sebutkan, terima kasih telah memberikan kritik dan saran untuk
pembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun dengan menggunakan ragam bahasa sederhana. Agar isi, maksud dan
tujuan penyusunan makalah ini dapat dipahami dengan mudah. Namun demikian, tentunya masih
banyak kekurangan-kekurangannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi  penyempurnaan isi makalah ini untuk masa yang akan datang.
Demikian makalah ini disusun dengan harapan semoga bermanfaat bagi para  pembacanya. Dan
semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan hikmat dan  berkat-Nya kepada kita semua.

Medan, november 2018

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

DAFTAR ISI ..............................................................................................................

ABSTRAK .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...........................................................................................


1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................

1.3 Rumusan Masalah ......................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI ..............................................................

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ...........................................................................................

3.2 Langkah Penelitian .....................................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Wawancara ........................................................................................

4.3 Pembahasan ................................................................................................

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan .................................................................................................

5.2 Saran ...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

LAMPIRAN ...............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan derasnya arus globalisasi saat ini, setiap
individu sering melupakan bahkan mempertanyakan nilai-nilai yang ada dalam pancasila
serta bagaimana pengamalan nilai-nilai pancasila tersebut. Sehingga perlu ada Desakan untuk
mengkaji akan keberadaan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila untuk diterapkan dan
diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat, bangsa dan negara. Hal ini didasarkan
bahwasanya nilai-nilai pancasila merupakan salah satu sumber dari segala sumber hukum
yang berlaku di negara Republik Indonesia ini.

Dalam pembicaraan mengenai nilai, maka nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila
memiliki arti yang penting dan mendalam baik itu secara historis maupun pengamalannya
dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai pancasila ini bagi masyarakat bangsa Indonesia
merupakan landasan dan dasar negara, serta cita-cita dalam melakukan segala sesuatu, baik
dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat maupun dalam kehidupan kenegaraan.
Dalam kehidupan bermasyarakat Desa Rumpuk Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan
saat ini, nilai-nilai kepancasilaan yang dipertahankan yang ada, seakan sedikit
dikesampingkan dan itu menjadi sebuah permasalahan baru dewasa ini. Pertanyaan yang
paling dikedepankan adalah bagaimana bentuk nyata penerapan yang cocok terhadap nilai-
nilai pancasila tersebut di dalam kehidupan bermasyarakat saat ini, berbangsa dan bernegara
seiring dengan derasnya arus globalisasi dan juga bagaimana penerapan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan masyarakat.

Pertanyaan di atas didasarkan atas minimnya pengamalan nilai-nilai pancasila dalam


masyarakat Desa tersebut. Hal ini dapat diketahui dari interaksi dalam kehidupan sehari-hari
di masyarakat, dimana hal ini yang sangat berperan adalah pengetahuan akan nilai-nilai
pancasila tersebut. Rata-rata pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat Desa tersebut adalah
lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk lulusan Sekolah
Menengah Atas (SMA) dan Sarjana masih sangat minim dan jarang ditemukan, bahkan
lulusan tersebut dapat dihitung dengan jari tangan.
Minimnya pengetahuan dan rendahnya pendidikan inilah merupakan salah satu faktor
penting yang menyebabkan sedikitnya pengamalan nilai-nilai pancasila dalam masyarakat
tersebut. Sehingga muncul pertanyaan apakah ada pengaruh tingkat kelulusan terhadap
pengamalan nilai-nilai pancasila dalam masyarakat Desa Rumpuk Mantup Kabupaten
Lamongan.

Berdasarkan permasalahan dan pertanyaan di atas maka disusunlah penelitian yang


berjudul “Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila dalam Masyarakat Desa Rumpuk Kecamatan
Mantup Kabupaten Lamongan Berdasarkan Tingkat Kelulusan”. Harapan dari penelitian ini
adalah dapat mengamalkan lebih banyak nilai-nilai pancasila melalui peningkatan pendidikan
warga tersebut apabila terbukti tingkat kelulusan mempengaruhi tingkat pengamalan nilai-
nilai pancasila di dalam masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penulisan proposal penelitian yang berjudul


“Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila dalam Masyarakat Desa Rumpuk Kecamatan Mantup
Kabupaten Lamongan Berdasarkan Tingkat Kelulusan” ini adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh tingkat kelulusan terhadap pengamalan nilai-nilai pancasila dalam
masyarakat Desa Rumpuk Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan proposal penelitian yang berjudul “Pengamalan Nilai-Nilai


Pancasila dalam Masyarakat Desa Rumpuk Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan
Berdasarkan Tingkat Kelulusan” ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengaruh tingkat kelulusan masyarakat Desa Rumpuk Kecamatan Mantup
Kabupaten Lamongan terhadap pengamalan nilai-nilai pancasila.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan proposal penelitian yang berjudul “Pengamalan Nilai-Nilai


Pancasila dalam Masyarakat Desa Rumpuk Kecamatan Mantup Kabupaten Lamongan
Berdasarkan Tingkat Kelulusan” ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis

Adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan terhadap


ilmu pendidikan khususnya pendidikan Pancasila dan juga mengembangkan ilmu
pengetahuan tersebut agar pengamalan nilai-nilai pancasila dalam masyarakat dapat terwujud
dengan baik atau sesuai harapan dari pancasila.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini, maka mampu memberikan pemahaman kepada masyarakat
akan pentingnya nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila untuk diterapkan dan diamalkan
dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat bangsa dan negara.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN TEORI

2.1 Landasan Teori

Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat Pembukaan

UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang

menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan

dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia.

Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS dengan

Ketetapan No.XX/MPRS/1966 jo. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan Ketetapan

MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala

sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di Indonesia.

Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara

(philosophische grondslaag) Republik Indonesia.

Pancasila yang terkandung dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut

ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat

dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.

Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu (le desir

d’etre ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa Pancasila

merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang

dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia.

Maka Pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman

dalam masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Penetapan

Pancasila sebagai dasar negara tak hendak menghapuskan perbedaan (indifferentism), tetapi

merangkum semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan dalam

seloka “Bhinneka Tunggal Ika”.


Mengenai hal itu pantaslah diingat pendapat Prof.Dr. Supomo: “Jika kita hendak

mendirikan Negara Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak masyarakat

Indonesia, maka Negara kita harus berdasar atas aliran pikiran Negara (Staatside)

integralistik. Negara tidak mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar dalam

masyarakat, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan

mengatasi segala golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan

rakyatnya.”

Penetapan Pancasila sebagai dasar negara itu memberikan pengertian bahwa negara

Indonesia adalah Negara Pancasila. Hal itu mengandung arti bahwa negara harus tunduk

kepadanya, membela dan melaksanakannya dalam seluruh perundang-undangan. Mengenai

hal itu, Kirdi Dipoyudo (1979:30) menjelaskan: “Negara Pancasila adalah suatu negara yang

didirikan, dipertahankan dan dikembangkan dengan tujuan untuk melindungi dan

mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga bangsa Indonesia (kemanusiaan

yang adil dan beradab), agar masing-masing dapat hidup layak sebagai manusia,

mengembangkan dirinya dan mewujudkan kesejahteraannya lahir batin selengkap mungkin,

memajukan kesejahteraan umum, yaitu kesejahteraan lahir batin seluruh rakyat, dan

mencerdaskan kehidupan bangsa (keadilan sosial).” Pandangan tersebut melukiskan

Pancasila secara integral (utuh dan menyeluruh) sehingga merupakan penopang yang

kokoh terhadap negara yang didirikan di atasnya, dipertahankan dan dikembangkan dengan

tujuan untuk melindungi dan mengembangkan martabat dan hak-hak azasi semua warga

bangsa Indonesia. Perlindungan dan pengembangan martabat kemanusiaan itu merupakan

kewajiban negara, yakni dengan memandang manusia qua talis, manusia adalah manusia

sesuai dengan principium identatis-nya.

Pancasila seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 dan ditegaskan

keseragaman sistematikanya melalui Instruksi Presiden No.12 Tahun 1968 itu tersusun secara

hirarkis-piramidal. Setiap sila (dasar/ azas) memiliki hubungan yang saling mengikat dan

menjiwai satu sama lain sedemikian rupa hingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar
satu sila dan mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena

itu, Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak

dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh dan bulat dari

Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar negara.

Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan

utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat diantitesiskan satu sama lain. Secara

tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959,Prof. Notonagoro melukiskan sifat hirarkis-

piramidal Pancasila dengan menempatkan sila “Ketuhanan Yang Maha Esa” sebagai basis

bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat sila yang lain haruslah dijiwai oleh sila

“Ketuhanan Yang Maha Esa”. Secara tegas, Dr. Hamka mengatakan: “Tiap-tiap orang

beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha Esa, Pancasila bukanlah sesuatu yang perlu

dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja dari sila

pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Ini berarti sila pertama dalam pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa sangatlah

penting, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sila pertama pancasila

mnegandung arti yang sangat tinggi dan luas dalam kehidupan bermasyarakat. Mustahil

masyarakat dapat mengamalkan nilai-nilai pancasila apabila tidak tahu akan nilai-nilai yang

terkandung dalam pancasila. Sehingga diperlukan pemahaman nilai-nilai tersebut melalui

pendidikan. Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi tingkat pengetahuan dan

pemahaman masyarakat, maka kesempatan untuk mengamalkan nilai-nilai pancasila juga

semakin besar.

Kaelan ( 2002 : 47 ) mengatakan bahwa bangsa Indonesia sebagai kausa materialis

dari Pancasila. Pandangan hidup dan filsafat hidup itu merupakan kristalisasi nilai-nilai yang

diyakini kebenarannya oleh bangsa Indonesia yang menimbulkan tekad bagi dirinya untuk

mewujudkannya dalam sikap tingkah laku dan perbuatannya.

Nilai-nilai yang ada di Pancasila seharusnya tertanam pada seseorang sejak sudah bisa

berinteraksi dengan dunia luar. Jika seseorang sudah bisa menanamkan nilai-nilai Pancasila

itu maka seseorang akan bisa menjiwai dari Pancasila itu sendiri. Menurut Widjaja ( 1984 :
4 ) mengatakan pancasila didalamnya mengandung nilai-nilai yang universal ( bersifat

umum ) yang dikembangkan dan berkembang dalam pribadi manusia-manusia sesuai dengan

kodratnya sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk sosial.

Penanaman nilai-nilai Pancasila ini bisa membangkitkan kesadaran akan dirinya atas

tanggung jawab pribadi dan masyarakat. Salah satu tanggung jawab yang harus di laksanakan

oleh masyarakat adalah sadar akan hukum yang berlaku saat ini. Karena dengan sadar akan

hukum dapat menciptakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian kehidupan masyarakat

atas dasar kesadaran hukum yang berlaku. Kesadaran hukum masyarakat ini seharusnya

ditujukan pada perwujudan dari nilai-nilai yang ada di Pancasila. Internalisasi nilai-nilai

Pancasila ini sebenarnya adalah modal awal untuk menciptakan masyarakat yang sadar akan

hukum yang berlaku. Darji Darmodiharjo dan Sidharta ( 2008 : 237 ) menjelaskan perlunya

keberadaan dari nilai-nilai Pancasila antara lain :

1. Nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sebagai hasil penilaian dan pemikiran

filsafat bangsa Indonesia

2. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat bangsa Indonesia yang paling sesuai, yang

diyakini oleh bangsa Indonesia sebagai petunjuk yang paling baik, benar, adil dan bijaksana

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara

3. Nilai-nilai Pancasila mengandung nilai kerohanian

Maka dengan kata lain nilai-nilai Pancasila ini menjadi das Sollen ( seharusnya ) yang

diwujudkan menjadi suatu kenyataan ( das sein ).

Menurut Kaelan ( 2002 : 248 ) realisasi dari internalisasi nilai-nilai pancasila dapat

diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Pengetahuan, meliputi aktualisasi biasa, pengetahuan ilmiah dan pengetahuan

filsafat.

2. Kesadaran, selalu mengetahui pertumbuhan keadaan yang ada dalam diri sendiri

3. Ketaatan yaitu selalu dalam keadaan sedia untuk memenuhi wajib lahir dan batin

4. Kemampuan kehendak, yang cukup kuat sebagai pendorong untuk melakukan

perbuatan
5. Watak dan hati nurani agar orang selalu mawas diri

Maka dari pernyataan Kaelan ini sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dari Pancasila

dimana internalisasi nilai-nilai Pancasila bisa membangun kesadaran hukum dan arahnya

untuk bisa menaati peraturan hukum yang berlaku. Masyarakat saat ini dituntut harus mampu

untuk bisa menginternalisasi nilai-nilai yang tekandung di Pancasila dalam kehidupan sehari-

hari sebagai tumpuan dasar untuk hidup di negara yang berdasarkan pada hukum.

Sehingga kongkretisitas dari menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam

Pancasila kepada masyarakat adalah membangun kesadaran masyarakat akan hukum yang

berlaku sehingga tercipta keselarasan hidup yang baik antara hukum dan masyarakat.

2.2 Kerangka Berfikir

Berdasarkan kerangka berfikir di atas Pendidikan memiliki jenjang, yaitu : pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Dimana masing masing jenjang

memiliki lulusan, diantaranya jenjang pendidikan dasar menghasilkan lulusan SD, jenjang

pendidikan menengah menghasilkan lulusan SMP dan SMA, sdangkan untuk pendidikan

tinggi menghasilkan lulusan D3/D4/S1/S2/S3.

Selain itu pendidikan juga memiliki mata pelajaran yang berbeda. Salah satunya

adalah Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). PKn memilki materi yaitu tentang pancasila.

Pancasila memilki 5 sila yaitu : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan

beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan perwakilan, dan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila-sila

tersebut memilki nilai-nilai yang harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, baik di

masyarakat, bangsa, maupun negara.

Dari dua arah pendidikan di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai hubungan tingkat

kelulusan dengan pengamalan nilai-nilai pancasila. Berdasarkan keterangan tersebut maka

kedua aspek tersebut memiliki pengaruh atau tidak antara satu dengan yang lain.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Ditinjau dari paradigma penelitian, maka penelitian ini merupakan penelitian


kuantitatif. Penelitian ini menggunakan data-data kuantitatif dengan komponen-komponen
metode ilmiah. Demikian pula dalam hal penentuan sampelnya, lebih menekankan pada
teknik-teknik probabilitas, sedangkan menurut jenisnya termasuk penelitian deskriptif karena
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan


perlakuan-perlakuan tertentu terhadap variabel atau merancang sesuatu yang diharapkann
terjadi pada variabel, tetap semua kegiatan, keadaan, kejadian, aspek, komponen atau variabel
berjalan sebagaimana apa adanya.
Jadi, penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif korelatif, yaitu untuk mengetahui
pengaruh tingkat kelulusan masyarakat terhadap pengamalan nilai-nilai pancasila.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Rumpuk Kecamatan Mantup
Kabupaten Lamongan.

3.2.2 Waktu Penelitiaan Penelitian ini akan dilaksanakan pada :

Hari : Jum’at – Kamis

Tanggal : 25 -31 Januari 2013

Waktu : 08.00 – selesai


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Populasi dari penelitian ini adalah masyarakat Desa Rumpuk Kecamatan Mantup

Kabupaten Lamongan mengenai pengamalan nilai-nilai pancasila dalam masyarakat

berdasarkan tingkat kelulusan. Desa Rumpuk terdiri dari 3 dusun dan 16 Rumah Tangga (RT)

dan tergabung menjadi 8 Rumah Warga (RW) dan terdapat 450 Kepala Keluarga (KK).

Sampel dari penelitian ini adalah satu waga yang lulus Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sarjana disetiap Rukun

Tetangga (RT) pada masing-masing Dusun yang ada di Desa Rumpuk Kecamatan Mantup

Kabupaten Lamongan. Jadi total sampel dalam penelitian ini adalah :

SAMPEL LULUSAN JUMLAH

SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat D3/Sarjana

RT 1 2 2 2 2 8

RT 2 2 2 2 2 8

RT 3 2 2 2 2 8

RT 4 2 2 2 2 8

RT 5 2 2 2 2 8

RT 6 2 2 2 2 8

RT 7 2 2 2 2 8

RT 8 2 2 2 2 8

RT 9 2 2 2 2 8

RT 10 2 2 2 2 8

RT 11 2 2 2 2 8

RT 12 2 2 2 2 8

RT 13 2 2 2 2 8

RT 14 2 2 2 2 8

RT 15 2 2 2 2 8
RT 16 2 2 2 2 8

JUMLAH 128.

Jadi total keseluruhan sampel yang diteliti dari masyarakat desa tersebut sebanyak 128 orang.

Pengamalan nilai-nilai pancasila dapat dilihat dari masing-masing sila pancasila.

Adapun nilai-nilai pancasila yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a.) Sila ke-1 : Ketuhanan Yang Maha Esa

Mengajarkan untuk bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Indonesia memiliki agama dan

keyakinan yang berbeda. Indonesia memliki 5 agama yang di akui yaitu, Islam, Protestan,

Khatolik, Hindu, dan Budha. Walau kita berbeda tetapi kita harus hidup rukun dengan sikap

saling hormat-menghormati antar pemeluk agama lain di kehidupan sehari-hari agar terlihat

makna nilai-nilai pancasila dari sila pertama dalam kehidupan sehari-hari, bangsa dan negara

yaitu :

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang

Maha Esa.

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan

beradab.

3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama

dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa.

5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang

menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan

agama dan kepercayaannya masing-masing.

7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada

orang lain.
b.) Sila ke-2 : Kemanusiaan yang Adil dan Beradap

Mengajarkan untuk memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Menjunjung nilai – nilai kemanusiaan. Dalam kehidupan

sehari-hari dapat kita lakukan dengan membantu orang yang kesusahan tanapa memanda dari

agama, derajat, ras dan golongan lainnya. Makna nilai-nilai pancasila dari sila kedua dalam

kehidupan sehari-hari, bangsa dan negara yaitu :

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa

membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial,

warna kulit dan sebagainya.

3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

8. Berani membela kebenaran dan keadilan.

9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.

c.) Sila ke-3 : Persatuan Indonesia

Menggambarkan Pancasila. Bhineka Tunggal Ika, yang artinya walaupun berbeda-beda tetapi

tetap satu jua. Indonesia memiliki bermacam-macam suku, adat, budaya, dan berjuta-juta

penduduk yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Persatuan itu mendorong untuk

tercapainya kehidupan yang bebas di Negara yang Merdeka dan Berdaulat. Contoh dalam

kehidupan sehari-hari yaitu, kita berteman dengan semua orang walau berbeda suku dan

agama, mengikuti kegiatan perlombaan memperingati Kemerdekaan Republik Indnesia 17

Agustus 1945. Makna nilai-nilai pancasila dari sila ketiga dalam kehidupan sehari-hari,
bangsa dan negara yaitu :

1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan

negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan

keadilan sosial.

6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

d.) Sila ke-4 : Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

Permusyawaratan perwakilan

Sebagai warga negara dan warga-masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan

kewajiban yang sama dalam keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlabih

dahulu diadakan musyawarah, dan keputusan musyawarah diusahakan secara mufakat.

Menghormati setiap hasil keputusan musyawarah dan melaksanakannya dengan rasa

tanggungjawab. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral

kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, serta nilai-

nilai kebenaran dan keadilan. Makna nilai-nilai pancasila dari sila keempat dalam kehidupan

sehari-hari, bangsa dan negara yaitu :

1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai

kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil

musyawarah.
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan

musyawarah.

7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan

golongan.

8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan

Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan

keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan

pemusyawaratan.

e.) Sila ke-5 : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam Menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam

kehidupan masyarakat indonesia. Bersikap adil terhadap sesama, menjaga keseimbangan

antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain. Memupuk sikap suka

bekerja keras dan menghargai karya orang lain yang bermanfaat, serta bersama-sama

mewujudkan kemajuan yang merata dan kesejahteraan bersama. Makna nilai-nilai pancasila

dari sila keelima dalam kehidupan sehari-hari, bangsa dan negara yaitu :

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana

kekeluargaan dan kegotongroyongan.

2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4. Menghormati hak orang lain.

5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang

lain.

7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup

mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan

umum.

9. Suka bekerja keras.

10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan

kesejahteraan bersama.

11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan

berkeadilan sosial.

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan menjawab pertanyaan angket yang

telah disediakn oleh peneliti sebagai bahan untuk pengolahan data mengenai pengamalan

nilai-nilai pancasila di dalam masyarakat tersebut.

Artinya angket yang merupakan daftar pertanyaan diberikan langsung kepada masyarakat

sebagai subyek penelitian, dan dalam mengisi angket, masyarakat diharuskan memilih dari

jawaban yang telah disediakan.

Setiap pernyataan dengan katagori respons diberi nilai bilangan. Respons positif

diberi nilai paling tinggi dan respons negatif diberi nilai paling rendah. Seperti yang

diungkapkan oleh Sugiyono, skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social (Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, 2010:65)


DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2002. Filsafat Pancasila Pandangan hidup Bangsa Indonesia. Yogyakarta : Paradigma

Kaelan. 1996. Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma

Ms Bakry, Noor. 1994. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta: Liberty.

Hamid Darmadi.2010. Pengantar Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung : Alfabeta

Andriani Purwastuti, dkk. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: UNY Press.

Widjaja,Drs. 1984 . Kesadaran Hukum Manusia dan Masyarakat Pancasila. Jakarta : CV Era

Swasta

Soerjono Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

http://miftachr.wordpress.com/2012/10/13/internalisasi-nilai-nilai-pancasila-untuk-

membangun-kesadaran-hukum-di-masyarakat/

http://edukasi.kompasiana.com/2012/10/18/pancasila-dalam-kehidupan-sehari-hari-

502474.html

http://filsafat.kompasiana.com/2012/11/04/nilai-pancasial-dalam-masyarakat-indonesia-

kekinian-506538.html

http://fourseasonnews.blogspot.com/2012/09/pengertian-tingkat-pendidikan.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai