Anda di halaman 1dari 24

Critical ]ournal Review

PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS CJR
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas dalam
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu :Sulaiman Lubis, SS.MM.

Disusun Oleh :
Nama : Adriwanto Hutapea (4173321001)
Arnita Sitompul (4173121002)
Christy Vera Sinuraya (4173321007)
Harida Aritonang (4172121006)
Islah Ditasya (4172121009)
Sri Rahma Adhayani (4173321052)
Prodi/Kelas : Pendidikan Fisika / A
Fakultas : Matematika danIlmu PengetahuanAlam

UPT MKWU PENDIDIKAN PANCASILA


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review pada mata
kuliah Pendidikan Pancasila. Penulis berterima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen
yang bersangkutan yang sudah memberikan bimbingannya.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekerungan oleh
karena itu penulis minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat
dan bisa menambah pengetahuan pembaca serta penulis.

Medan, Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................. 3

BAB I INFORMASI ARTIKEL JURNAL ................................................ 4

1.1 Identitas Jurnal .......................................................................................... 4

1.2 Relevansi Dan Konstribusi Pemahaman .................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN SECARA UMUM ARTIKEL ............................ 7

2.1 Terjemahan Jurnal ..................................................................................... 7

2.3 Resume Jurnal .......................................................................................... 8

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 11

3.1 Latar Belakang ........................................................................................ 11

3.2 Permasalahan ........................................................................................... 12

3.3 Kajian Teori ............................................................................................ 13

3.4 Metode yang Digunakan ......................................................................... 18

3.5 Analisis..................................................................................................... 18

3.5.1 Kelebihan ................................................................................. 18

3.5.2 Kekurangan .............................................................................. 21

3.5.3 Aplikasi .................................................................................... 22

BAB IV PENTUP ........................................................................................ 23

4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23

4.2 Saran ........................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

3
BAB I

INFORMASI ARTIKEL JURNAL YANG DILAPORKAN

1.1 Identitas Jurmal

Jurnal Pertama
Judul : Pancasila As Integration Philosophy Of
Education
And National Character
Penulis : Syafruddin Amir
Jenis jurnal : International Journal Of Scientific &
Technologi
Research
Volume dan Nomor : vol.2 dan No. 1
Tahun : 2013
ISSN : 2277-8616
Jurnal Kedua
Judul : Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai
Dasar
Falsafah Negara dan Implementasinya
Dalam
Pembangunan Karater Bangsa
Penulis : Sutan Syahrir Zabda
Jenis Jurnal : Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial
Volume dan Nomor : vol.26 dan No.2
Tahun : 2016
ISSN : 1412-3835
Jurnal Ketiga
Judul : Meneguhkan Pancasila Sebagai Filsafat
Pendidikan
Nasional
Penulis : Agus Sutono
Jenis jurnal : Jurnal Ilmiah CIVIS
Volume dan Nomor : vol. v dan No.1
Tahun : 2015

4
2.2 Relevensi dan Konstribusi Pemahaman
Pendidikan kewarganegaraan menurut saya adalah civic education yang
memperkenalkan kita sebagai bangsa Indonesia yang utuh, berdaulat, adil, dan
makmur. Dan dapat membentuk generasi-generasi muda yang mengetahui tentang
nilai-nilai dan keterampilan yang diperlukan dalam mentransformasikan,
mengaktualisasikan dan melestarikan demokrasi. Paradigma pendidikan terkait
dengan 4 hal yang menjadi dasar pelaksanaan pendidikan yaitu mahasiswa, dosen,
materi dan manajemen pendidikan dan terdapat dua kutub paradigma yang
paradoksal yaitu feodalistik dan humanistik. Dalam paradigma feodalistik
mahasiswa di tempatkan sebagai objek semata, sedangkan dosen satu-satunya
sumber ilmu, kebenaran dan berprilaku otoriter dan birokratis. Paradigma
humanistik mendasarkan pada asumsi bahwa mahasiswa adalah manusia yang
mempunyai potensi dan karakteristik yang berbeda-beda. Mahasiswa diempatkan
sebagai subyek sekaligus sebagai obyek pembelajaran dan dosen di posisikan
sebagai fasilitator dan mitra dialog peserta didik. Pengalaman pembelajaran yang
berorientasi humanistik membuat peserta didik menemukan jati dirinya sebagai
manusia yang sadar akan tanggungjawab individu dan social.
Mengingat perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia menimbulkan
kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai Zamannya, maka masyarakat dan
pemerintah suatu Negara berupaya utuk menjamin kelangsungan hidup serta
kehidupan generasi penerusnya secara berguna dan bermakna. Generasi penerus
tersebut diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan mereka yang
senantiasa berubah dan selalu terkait dalam konteks dinamika budaya, bangsa,
Negara, dan hubungan internasional. Pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan
realita kehidupan gobal yang digambarkan sebagai perubahan kehidupan yang
penuh dengan paradoks dan penuh dengan ketakterdugaan.
Adapun tujuan umumnya adalah memberikan pengetahuan dan
kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai hubungan antara warga Negara
dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar menjadi warga
Negara yag dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara. Tujuan khususnya adalah
agar mahasiswa memahami hak dan kewajiban

5
secara santun, jujur dan deokratis serta ikhlas sebagai warga Negara Republik
Indonesia yang terdidik dan bertanggung jawab (Drs.H.Mardoto.MT/modul ateri
kewarganegaraan). Indonesia pada saat ini setidaknya dihadapkan pada tiga
permasalah utama, antara lain: pertama adalah tantangan dan mainstream
globalisasi ; kedua permasalahan-permasalahan internal seperti korupsi,
destalisasi, searatisme, disintegrasi dan terorisme ; ketiga adalah penjagaan agar
‘roh’ dan semangat reformasi tetap berjalan pada relnya. Oleh karena alasan
permasalahan diatas maka, pengajaran kewarganegaraan di Indonesia, dan di
negara-negara Asia pada umumnya, lebih ditekankan pada aspek moral (karakter
individu), kepentingan komunal, identitas nasional, dan perspektif internasional.
Hal ini cukup berbeda dengan Pendidikan Kewarganegaraan di Amerika dan
Australia yang lebih menekankan pada pentingnya hak dan tanggung jawab
individu serta sistem dan proses demokrasi, HAM dan ekonomi pasar.
Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan di semua jenjang pendidikan di
Indonesia adalah implementasi dari UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 9 ayat (2) yang menyatakan bahwa setiap jenis, jalur,
dan jenjang pendidikan di Indonesia Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama,
dan Pendidikan Kewarganegaraan. Di tingkat Pendidikan Dasar hingga
Menengah, substansi Pendidikan Kewarganegaraan digabungkan dengan
Pendidikan Pancasila sehingga menjadi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan (PPKn). Untuk Perguruan Tinggi Pendidikan Kewarganegaraan
diajarkan sebagai MKPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian). Kompetensi
yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara lain:
a. agar mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan
dan komitmen terhadap nilai-nilai demokrasi dan HAM.
b. agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan tidak
bertindak semaunya.

6
BAB II
PEMBAHASAN SECARA UMUM ARTIKEL

2.1 Terjemahan Artikel


Pragraf Asal Yang Diterjemahkan Dari Pragraf Asal Yang Diterjemahkan Dari
Bahasa Inggris Bahasa Indonesia
Educational Thinkers of Indonesia is Pemikir Pendidikan Indonesia saat ini
currently seeking and formulating the sedang mencari dan merumuskan
foundation and basis of the national landasan dan dasar dari sistem
education system that can built an pendidikan nasional yang dapat
excellent Indonesian society and membangun masyarakat Indonesia yang
national character as the identity of a sangat baik dan karakter nasional
civilized society, dignified and modern. sebagai identitas masyarakat yang
Education itself can be understood as a beradab, bermartabat dan modern.
process of empowerment in order to Pendidikan itu sendiri dapat dipahami
reveal a variety of human potential as sebagai proses pemberdayaan untuk
individuals, which in turn can mengungkap berbagai potensi manusia
contribute to the community that sebagai individu, yang pada gilirannya
fostered from the local level so that can dapat memberikan kontribusi kepada
contribute to the nation, is also able to masyarakat yang dipupuk dari tingkat
influence in any global event. There lokal sehingga dapat berkontribusi bagi
for, education should be directed to bangsa, juga mampu mempengaruhi
explore, discover and develop potential acara global apa pun. Untuk itu,
possessed by each of the students to be pendidikan harus diarahkan untuk
able to work it into his potential for mengeksplorasi, menemukan, dan
competitiveness in an increasingly mengembangkan potensi yang dimiliki
complex life competition. Every oleh masing-masing siswa untuk dapat
students need to be given a variety of mengolahnya menjadi potensi daya
skills in the development of a variety of saingnya dalam persaingan hidup yang
things, such as ideology, the concept of semakin kompleks. Setiap siswa perlu
life, creativity, responsibility, and diberikan berbagai keterampilan dalam
skills. These clauses are important in pengembangan berbagai hal, seperti
education should always be understood ideologi, konsep hidup, kreativitas,
by educators. In other words, educators tanggung jawab, dan keterampilan.
should develop the aspect of cognitive, Klausul-klausul ini penting dalam
affective, and psychomotor to get the pendidikan harus selalu dipahami oleh
best result of education. In Webster's para pendidik. Dengan kata lain,
New World Dictionary, as cited by pendidik harus mengembangkan aspek
Nana Fattah, education is defined as the kognitif, afektif, dan psikomotor untuk
process of development and training mendapatkan hasil terbaik dari
aspects of knowledge, skills and pendidikan. Dalam Webster's New
character, especially those done in a World Dictionary, sebagaimana dikutip
form formula of education activities oleh Nana Fattah, pendidikan
includes a process of producing and didefinisikan sebagai proses
transferring of knowledge by the pengembangan dan pelatihan aspek

7
individual or learning organization. It is pengetahuan, keterampilan dan
undeniable that education is a basic karakter, terutama yang dilakukan
need for all human beings who have a dalam bentuk rumus kegiatan
sense as a means of thinking, because pendidikan termasuk proses
education is going to deliver people to memproduksi dan mentransfer
the science and knowledge that will pengetahuan oleh individu atau
give all the obsession and all their organisasi pembelajaran. Tak bisa
goals. Religion, Pancasila, and UUD'45 dipungkiri bahwa pendidikan adalah
is a reference in which all motion kebutuhan dasar bagi semua manusia
activity measures in the country of yang memiliki rasa sebagai sarana
Indonesia in any form must rely to it berpikir, karena pendidikan akan
[1]. The three basic references mengantarkan orang ke ilmu dan
guidelines that can be synergistically to pengetahuan yang akan memberikan
create order in a variety of dynamics of semua obsesi dan semua tujuan mereka.
life in this country, including the Agama, Pancasila, dan UUD'45 adalah
problems of education. Religion referensi di mana semua tindakan
showed the highest values by putting gerakan di negara Indonesia dalam
education as a basis of struggle, while bentuk apa pun harus bersandar
Pancasila ideology to realize the spirit padanya [1]. Tiga pedoman acuan dasar
and doctrine to all children of the nation itu dapat bersinergi untuk menciptakan
to always love their homeland tatanan dalam berbagai dinamika
kehidupan di negeri ini, termasuk
masalah pendidikan. Agama
menunjukkan nilai-nilai tertinggi
dengan menempatkan pendidikan
sebagai basis perjuangan, sedangkan
ideologi Pancasila untuk mewujudkan
semangat dan doktrin kepada semua
anak bangsa untuk selalu mencintai
tanah air mereka.

2.2 Resume Artikel


Sistem pendidikan yang dialami sekarang ini merupakkann hasil perkembangn
pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengaaman bangsa di masa lalu.
Pendidikan tidak berdiri sendiri, tetapi selalu dipengaruhi oleh kekuatan-keuaan
politik, sosial, ekonomi, dan budaya ( Jalaludin, 2007:168). Pendidikan memiliki
peran yang snagat strategi dalam menunjang kemajuan sebauah bangsa. Pasal 2
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa
Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pasal 3 UU No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendiidkan Nasional juga menyebutkan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

8
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Apa yang tertuang dalam kedua
pasal tersebut di atas secara jelas menyatakan bahwa pendidikan sangat bernilai
strategis untuk diwujudkan dalam rangka kemajuan peradaban bangsa Indonesia
ini. Aspek-aspek yang hendak diwujudkan melalui sistem pendidikan nasional
secara komprehensif adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia yang
diidealkan, yakni memenuhi semua tuntutan kodrat kemanusiaan manusia.
Pendidikan, selain sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, sosial budaya, juga
merupakan sarana untuk mewariskan ideologi bangsa kepada generasi selanjutnya
yang sekali lagi hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Suatu bangsa akan
menajdi kuat dengan sistem pendidikannya yang kuat dan baik kualitasnya.
Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsanya.
Oleh karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari, dan
mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dna karsa bangsa Indonesia,
tujuan nasional dan hasarat luhur rakyat Indonesia, tersimpul dalam Pembukaan
UUD 1945 sebagi perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa ini
dilembagkan dalam sistem pendidikan nasional yang berumpu dan dijiwai oleh
suatu keyakinan, dan pandangan hidup Pancasila. Hal inilah yang menjadi alasan
mengapa filsafat pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional, sedangkan
filsafat pendidikan pancasila adalah subsistem dar sistem negara Pancasila.
Dengan kata lain, sistem negara Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di
dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat (Jalaludin,
2007:170) Dengan melihat dan memerhatikan fungsi pendidikan dalam
membangun potensi negara dan bangsa, khususnya dalam menumbuh
kembangkan kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pada akhirya menentukan
eksistensi dan martabat banga, maka sistem pendidikan nasional dan filsafat
pendidikan Pancasla seharusnya terbina dengan konsisten . Filsafat pendidikan
Pancasila merupakan aspek ruhaniah atau spiritual sistem pendidikan nasional.
Oleh karenanya menjadi sangat logis bahwa sistem pendidikan nasional yang

9
dibangun dan hendak ditumbuhkembangkan dengan baik harus dijiwai oleh
sistem filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan Pancasila sebagai fondasi
yang akan membantu mewujudkan manusia yang diidealkan oleh Pancasila yang
dapat berkembang sempurna semua aspek kediriannya.

2. Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan


Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia yang memiliki fungsi
dalam hidupan dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia tidak saja sebagai
dasar negara RI, tetapi juga alat untuk mempersatukan bangsa, kepribadian
bangsa, pandangan hidupa bangsa, sumber dari segala sumber hukum positif dan
sumber ilmu pengetahuan di Indonesia. Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa terkandung dalam konsep dasar mengenai kehidupan yang dicitta-citakan,
terkandung dasar pikiran terdalam dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang
dianggap baik. Oleh karena Pancasila seabagi pandangan hidup bangsa
merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
Indonesia maka pandangan hdupa tersebut dijunjung tingg karena pandangan
hidupa Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakt. Dengan
demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang bhineka tunggal
ika tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh
mematikan kenekaragaman (Kaelan,2013:43).

10
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang

Pemikir Pendidikan Indonesia saat ini sedang mencari dan merumuskan


landasan dan dasar dari sistem pendidikan nasional yang dapat membangun
masyarakat Indonesia yang sangat baik dan karakter nasional sebagai identitas
masyarakat yang beradab, bermartabat dan modern. Pendidikan itu sendiri dapat
dipahami sebagai proses pemberdayaan untuk mengungkap berbagai potensi
manusia sebagai individu, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi
kepada masyarakat yang dipupuk dari tingkat lokal sehingga dapat berkontribusi
bagi bangsa, juga mampu mempengaruhi acara global apa pun. Untuk itu,
pendidikan harus diarahkan untuk mengeksplorasi, menemukan, dan
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing siswa untuk dapat
mengolahnya menjadi potensi daya saingnya dalam persaingan hidup yang
semakin kompleks. Setiap siswa perlu diberikan berbagai keterampilan dalam
pengembangan berbagai hal, seperti ideologi, konsep hidup, kreativitas, tanggung
jawab, dan keterampilan. Klausul-klausul ini penting dalam pendidikan harus
selalu dipahami oleh para pendidik. Dengan kata lain, pendidik harus
mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor untuk mendapatkan hasil
terbaik dari pendidikan. Dalam Webster's New World Dictionary, sebagaimana
dikutip oleh Nana Fattah, pendidikan didefinisikan sebagai proses pengembangan
dan pelatihan aspek pengetahuan, keterampilan dan karakter, terutama yang
dilakukan dalam bentuk rumus kegiatan pendidikan termasuk proses
memproduksi dan mentransfer pengetahuan oleh individu atau organisasi
pembelajaran. Tak bisa dipungkiri bahwa pendidikan adalah kebutuhan dasar bagi
semua manusia yang memiliki rasa sebagai sarana berpikir, karena pendidikan
akan mengantarkan orang ke ilmu dan pengetahuan yang akan memberikan semua
obsesi dan semua tujuan mereka.

11
3.2 Permasalahan

Adapun permasalahan yang dikaji dalam ketika jurnal yang direview tersebut
adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah implementasi sistem pendidikan nasional bangsa ini


sudah mencerminkan pandangan-pandangan filosofis yang berakar pada
Pancasila ?

2. Mengapa Pancasila (lima Prinsip-Prinsip Nasional Indonesia) belum


sepenuhnya dipahami dan ditindak lanjuti Indonesia ?

3. Bagaimana Nilai Pancasila dapat direvitalisasi sehingga bisa secara khas


terinternalisasi dalam kegiatan masyarakat sehari-hari ?
4. Pengaruh ideologi neo-liberalisme dengan seperangkat nilai-nilai seperti
individualisme, materialisme, sekularisme, hedonisme, rasionalisme,
materialisme, tingginya budaya konsumerisme nasional Indonesia ?
5. Bagaimana efeknya nilai-nilai dan kearifan lokal tidak memberi warna
pendidikan Indonesia ?

3.3 Kajian Teori/ konsep yang digunakan


Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia yang memiliki fungsi
dalam hidupan dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia tidak saja sebagai
dasar negara RI, tetapi juga alat untuk mempersatukan bangsa, kepribadian
bangsa, pandangan hidupa bangsa, sumber dari segala sumber hukum positif dan
sumber ilmu pengetahuan di Indonesia ( Aziz, 1984:70). Pancasila sebagai filsafat
bangsa dan negara Indonesia didasarkan atas prinsip konstitusionlisme. Sebuah
konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme negara modern pada
proses reformasiuntuk mewujudkan demokrasi, pada umumnya bersandar pada
tiga elemen kesepakatan, yaitu : 1), keseakatan tentang tujuan dan cita-cita
bersama ( the general goal of society or general acceptance of the same
philosophy of goerment), 2). Kesepakatan tentang the rule of law sebagai
landasan pemerintahan atau penyelenggaraan pemerintahan negara ( the basis of
goverment), 3). Kesepakatan tentang bentuk insitusi-institusi dan prosedur
ketatanegaraan ( the form of institutions and procedures). ( Andrews, 1968:12).

12
Dan sebagai sebuah bangsa, Indonesia mendasarkan pada konsep
konstitusionalisme sebagaimana dinyatakan di atas. Dalam sudut pandang
Pancasila sebagai jati diri bangsa yang akan mencerminkan visi dan landasan
filsafat pendidikannya, dapat terlebih dahulu dinyatakan bahwa proses terjadinya
Pancasila tidak seperti ideoleogi-ideologi lannnnya yang hanya merupakan hasil
pemikiran seseorang.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa terkandung dalam konsep dasar
mengenai kehidupan yang dicitta-citakan, terkandung dasar pikiran terdalam dan
gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena Pancasila
seabagi pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang
hidup dalam masyarakat Indonesia maka pandangan hdupa tersebut dijunjung
tingg karena pandangan hidupa Pancasila berakar pada budaya dan pandangan
hidup masyarakt. Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa
Indonesia yang bhineka tunggal ika tersebut harus merupakan asas pemersatu
bangsa sehingga tidak boleh mematikan kenekaragaman (Kaelan,2013:43).
Landasan filosofis pendidikan nasional adalah Pancasila sebagaimana
termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Landasan filosofis
pendidikan nasional berasumsi sebagai berikut:
1. Segala sesuatu berasal dari Tuhan sebagai pencipta. Hakikat hidup
bangsa Indonesia adalah berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa dan
perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk mencapai dan
mengisi kemerdekaan. Selanjutnya, keinginan luhur, yaitu (a). negara
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur; (b).
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh bangsa tumpah
darah Indonesia; (c). memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan
kehidupan bangsa; (d). ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
2. Pancasila merupakan mazhab filsafat tersendiri yang dijadikan
landasan pendidikan, bagi bangsa Indonesia yang dituangkan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 2, yang
menyebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.

13
3. Manusia adalah ciptaan Tuhan, bersifat mono-dualisme dan
monopluralisme. Manusia yang dicita-citakan adalah manusia
seutuhnya, yaitu manusia yang mencapai keselarasan dan keserasian
dalam kehidupan spiritual dan keduniawian, individu dan sosial, fisik
dan kejiwaan.
4. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, pemikiran, dan
penghayatan.
5. Perbuatan manusia diatur oleh nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan,
kepentingan umum dan hati nurani.
6. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
7. Kurikulum berisi pendidikan umum, pendidikan akademik,
pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan,
pendidikan keagamaan, dan pendidikan profesional.
8. Mengutamakan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan penghayatan.
Berbagai metode dapat dipilih dan dipergunakan dalam rangka
mencapai tujuan.
9. Peranan pendidik dan anak didik pada dasarnya berpegang pada
prinsip keteladanan ing ngarso sung tulado, ing madya mangun karso,
dan tut wuri handayani.
Berdasarkan perspektif pendidikan kewarganegaraan dikenal tiga
kompetensi yaitu: pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), kecakapan
kewarganegaraan (civic skill), dan watak kewarganegaraan/civic disposition
atau character. Pengetahuan kewarganegaraan berkenaan dengan apa yang
seharusnya diketahui oleh seorang warganegara mengenai negaranya seperti
kehidupan politik, undang-undang kewarganegaraan, pemerintahan, konstitusi dan
seterusnya. Kecakapan kewarganegaraan berkenaan dengan kecakapan
intelektual, kecakapan emosional dan kecakapan spiritual. Sedang watak

14
kewarganegaraan atau karakter kewarganegaraan/ bangsa berkenaan dengan nilai-
nilai unik yang terinternalisasi dan terintegrasi dalam diri seseorang yang
melandasi dan mengarahkan sikap dan tindakannya sehingga terminifestasikan
dalam perilaku seseorang warganegara. Nilai-nilai unik tersebut dari berasal dari
nilai budaya, ajaran agama, atau dasar filsafat yang dimiliki dan disepakati oleh
bangsa tersebut. Furqon (2010:12-13), menulis dalam bukunya Pendidikan
Karakter membangun peradaban bangsa bahwa karakter adalah kualitas mental
atau moral, kekuatan moral, reputasi; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan dari orang lain; watak, tabiat, mempunyai kepribadian. Lebih
lanjut menurut Furqon, seseorang berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai
dan keyakinan yang dikehendaki masyaarakat serta digunakan sebagai kekuatan
moral dalam hidupnya. Dalam kontek karakter bangsa, maka kualitas mental atau
moral, kekuatan moral seseorang warga bangsa mampu berperilaku berbasis nilai
dasar bangsa dalam wujud kegiatan hidup dan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara Indonesia di segala bidang.
Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia sebagai
acuan yang akan direvitalisasi untuk membangun karakter bangsa. Namun,
persoalannya adalah bagaimana Pancasila di derivasi dalam implementasinya
bagi pembentukan karakter bangsa tersebut. Banyak pendapat dan pemahaman
dikalangan para tokoh bangsa ini mengenai Pancasila. Baik dari aspek sejarah,
politik, yuridis, maupun aspek kultural. Oleh karena menyepakati lebih dahulu
konsep revitalisasi Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia harus
dilakukan secara terbuka namun berada dalam koridor staatsside yang digagas
oleh para pendiri negara yang menginginkan Dasar falsafah Pancasila sebagai
dasar pemikiran filsafati dalam membangun masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia baik untuk kekinian maupun untuk masa depan bangsa dan negara
Indonesia.

15
Epistemologi merupakan studi filsafat yang berfokus pada sumber, syarat,
dan proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas, serta hakikat ilmu
penegtahuan. Melalui filsafat kita dapt menentukan tujuan-tujuan yang akan
dicapai demi peningkatan ketenangan da kesejahteraan hidup, pergaulan dan
berwarga negara. Dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan
dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideoelogi ersumber pada nilai-nilai
dasarnya yaitu filsafat Pancasila ( Poespowardojo, 1991:50). Sumber pengetahuan
Pancasila adalah ilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia yang ditemukan dalam
adat istiadat serta kebudayaan dan nilai religius ( Kaelan, 2013:148).
a. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa
Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh
melalui akal atau panca indera dan dar ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila,
ia lahir tidak secara tiba-tiba, tetapi melalui proses pangang yang dimatangkan
dengan perjuangan. Pancasila digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar
negara, pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk
mencapai cita-cita dan perjanjian luhur rakyat Indonesia ( Widjaya, 1985:176-
177). Oleh karenanya Pancasila bersumber dari bangsa Indonesia yang prosesnya
melalui perjuangan rakyat dengan bersumberkan pada nilai-nilai keutamaan hidup
yang telah lama dijiwai dan hidup dalam diri masyarakat Indonesia.
b. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Pribadi manusia adaalah subjek yang seara potensial dan aktif berkesadaran tahu
atas eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bla di suatu ruang dan
waktu “tidak ada” apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri ) ( Jalaludin,
2007:177). Manusia memiliki potensi atau basis yang daat dikembangkan.
Pancasila adalah ilu yang dperoleh melalui perjuangan yang sesuai dengan logika.
Dengan memiliki ilmu moral , diharapkan tidak ada segala bentuk kekerasan dan
kesewenang-wenangan manusia terhadap lainnya.

16
potensi rasio dan intelegensi yang tinggi. Proses pembentukan pengetahuan
melalui lembaga pendidikan secara tehnis edukatif lebh sederhana. Tidak boleh
ada monopoli kebenaran. Nilai pengetahuan dalam pribadi telah menjadi kualitas
dan martabat kepribadian subjek pribadi yang bersangkuta, baik secara intrinsik,
dan bahkan lebih-lebih secara praktis (Jalaludin, 2007:177).
c. Sila ketiga, Perstuan Indonesia
Proses terbentuknya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau
produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar dengan aktor kondisi
lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan. Dalam hal ini,
pendidikan secara jelas mencontohkan bagaiaman interaksi sosial adalah bagian
kodrati manusia. Hubungan atau interkasi inilah yang memerlukan pedoman yaitu
salah satunya Pancasila.
d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/Perwakilan
Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memiliki peran yang sangat besar
tetapi harus dperlukan kesadaran yanglebih tinggi bahwa ada institusi-isntitusi
diluar pendidikan formal yang juga berperan bagi keberhasilan sebuah
pendidikan, yaitu keluarga dan masyarakat.
Pelibatan keluarga dan masyarakat inilah yang dapat memperkuat tercapainya
tujuan pendidikan nasional yang akan semakin mampu mendorong setiap manusia
memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat dengan melalaui lembaga
pendidikan atau saluran informal lainnya. Mampu mewujudkan ruang dialog
sebagai cerminan nilai- nilai demokrasi secara luas namun bertanggung jawab
e. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Semua proses pendidikan dan tujua pendidikan harus diarahkan pada tercapainya
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan menjadi rujukan penting untuk
diwujudkan. Pendidikan yang dikembangkan dapatt berusmber dari pendidikan
yang bersifat informal, formal maupun non formal.

17
3.4 Metode Yang Digunakan
Dalam penelitian jurnal 1 peneliti menggunakan metode deskriptif
analitis adalah metode yang memberikan gambaran umum dan analisis dari
pendidikan nasional, karakter nasional, dan Pancasila kepada menghasilkan
penelitian yang mendalam dan teliti. Sama halnya dalam jurnal ke-1, jurnal ke-2
menggunakan metode dalam penulisan adalah dengan metode deskritptif-analitis
serta mengggunakan metode hermeneutik, kemudian dilakukan pencarian data-
data yang paling relevan dan utama terkait dengan kajian tentang Pancasila dan
pendidikan serta selanjutnya dilakukan analisis yang lebih tajam sehingga
menghasilkan gagasan atau ide yang kreatif. Dalam jurnal ke-3 juga
menggunakan metode penelitian deskriptif serta analisis yang digunakan dalam
penyelesaian masalah.
3.5 Analisis
3.5.1 Kelebihan
 Kegayutan antar elemen
Dari ke-3 jurnal yang telah saya review jurnal ersebut memiliki dasar
elemen yang benar adanya dan memiliki beberapa atau bahkan semua teori yang
memang dapat di benarkan, karena memang benar adanya hubungan antara
elemen tersebut sehingga tercipta suatu ide untuk memudahkan memahami materi
atau dasar teori yaitu tentang medan magnet yang merupakan materi landasan atau
landasan dari penelitian yang dilakukan. Elemen-elemen yang dipaparkan dalam
jurnal tersebut 18ocial mudah dipahami, penulis yang baik menyajikan materi
intelegensi secara berkesinambungan dan telah menguraikan materinya dari
pengertian yang terdapat pada jurnal 1 dan jurnal 2 serta jurnal 3.
 Organilitas Temuan
berdasarkan hasil temuan pada jurnal, organilitas temuan dapat
dikaji sebagai berikut ini :
 Jurnal 1
1. Dalam jurnal kedua ini organilitas temuan yang terdapat dari
pendapat para ahli yang terdapat dalam isi jurnal.

18
2. Dari hasil pembahasan serta disimpulkan peneliti berhasil
menunjukkan keaslian tujuan selaras denga metode penelitiannya
sehingga tampaklah organilitas tujuan tersebut.
3. Dari hasil temuan pada jurnal kedua terdapat data yang disajikan
dalam betuk tabel yang konkret yang didapatkan dari hasil survey
dari beberapa sampel.
 Pada Jurnal 2
1. terdapat data-data yang akurat yang dapat dipertanggung jawabkan oleh
peneliti, dari data inilah peneliti mengangakat sebuah latar belakang
penelitiannya serta dari hasil tersebutlah tampak keorganilitas peneliti
cukup baik dalam melakukan penelitian.
2. Dalam jurnal terdapat pernyataan para ahli sehingga isi jurnal tidak
menoton pendapat peneliti saja, dari pernyataan ataupu pendapat inilah
peneliti mengangkat sebuah landasan untuk penelitiannya.
3. Dalam hasil dan pembahasan peneliti menunjukkan organilitas
penelitiannya dari data atau hasil dari penelitian yang dilakukan serta dari
penyajian data tersebut dalam bagian pembahasan peneliti menunjukkan
keorganilitas hasil penelitiannya.
 Jurnal 3
1. Dalam jurnal ketiga ini lebih banyak terdapat pendapat para ahli
sehingga isi jurnal tidak monoton yang hanya diisi dengan
pendapat peneliti saja.
2. Dalam hasil dan pembahasan peneliti menunjukkan organilitas
penelitiannya dari data atau hasil dari penelitian yang dilakukan
serta dari penyajian data tersebut dalam bagian pembahasan
peneliti menunjukkan keorganilitas hasil penelitiannya.

19
 kemutahiran Masalah
Masalah – masalah yang ditampilkan dalam ketiga jurnal ini bukan masalah baru
yang diteliti pada umumnya, masalah yang diteliti pada ketiga jurnal sudah
banyak diteliti oleh berbagai peneliti, hanya saja dalam ketiga jurnal masalah
yang ditampilkan sudah lebih dikembangangan lagi oleh peneliti. Dalam jurnal 1
masalah yang diangkat yaitu Bagaimana Nilai Pancasila dapat direvitalisasi
sehingga bisa secara khas terinternalisasi dalam kegiatan masyarakat sehari-hari ?
Pengaruh ideologi neo-liberalisme dengan seperangkat nilai-nilai seperti
individualisme, materialisme, sekularisme, hedonisme, rasionalisme,
materialisme, tingginya budaya konsumerisme nasional Indonesia ? sedangkan
pada jurnal 2 masalah yang diangkat yaitu Bagaimanakah implementasi sistem
pendidikan nasional bangsa ini sudah mencerminkan pandangan-pandangan
filosofis yang berakar pada Pancasila ? Mengapa Pancasila (lima Prinsip-Prinsip
Nasional Indonesia) belum sepenuhnya dipahami dan ditindak lanjuti Indonesia ?
serta masalah pada jurnal 3 yang diangkat mengenai Bagaimana efeknya nilai-
nilai dan kearifan lokal tidak memberi warna pendidikan Indonesia ?
 Kohesi Dan Koherensi isi penelitian
Pembahasan penelitian dalam ketiga jurnal tersebut sudah
memiliki kohesi yang baik. Sumber-sumber dan referensi yang dipaparkan
peneliti juga berkesinambungan dengan teori dan objek yang diteliti sehingga
memperkuat menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah yang ada. Hasil
penelitian pada jurnal diuraikan dalam bentuk deskriptif dengan penyajian
ilustrasi, bentuk gambar serta tabel yang intinya mengenai aplikasi pemasaran
dimana isi penelitian dijelaskan secara runtut dan sistematis dan berkaitan antara
penjelasan satu dengan yang lainnya.

20
 Sistematika Penulisan dan Pembahsan
Sistematika secara umum sudah baik dan Penulisan daftar pustaka
dalam jurnal-jurnal yang direview secara keseluruhan juga baik sesuai dengan
kaidah penulisan yang baik dan benar.Abstrak yang dibuat sudah baik karena
mampu mencakup isi seluruh tulisan dan penggunaan kata kunci yang
tepat.Gambaran umum dari observasi awal dan fenomena mengenai pancasila
sebagai filsafah pendidikan yang diangkat sudah dijabarkan di dalam
pendahuluan jurnal ketiga jurnal ini.
3.5.2 Kelemahan
 Kegayutan antar elemen
Menurut saya kegayutan antar elemen pada ketiga jurnal yang disajikan
peneliti sudah baik dan bagus, hanya saja dari salah satu jurnal pada landasan
teori atau kajian pustaka tidak terdapat catatan kaki yang digunakan oleh penelit,
sehingga bisa saja peneliti mengangkat materi tersebut menurut pendapat dirinya
saja sehingga kajian teori tersebut tidak dapat sepenuhnya dipercaya begitu saja,
untuk lebih memastikan pembaca terlebih dulu membuktikan pernyataan tersebut.
 Organilitas Temuan
Pada jurnal 1 kurang menjelaskan masalah yang diangkat, pada jurnal ini
penulis atau peneliti lebih memfokuskan pada pemadatan materi atau landasan
teori. Sehingga pada jurnal 1 yang seharusnya ditekankan adalah metode
penelitia, tetapi dalam jurnal satu hanya menyebutkan metode yang digunakan
tanpa mebahas secara mendalm bagaimana metode tersebut dapat digunakan
nantinya. Pada jurnal 2 tidak memperhatikan tujuannya sehingga dalam
memahami artinya pembaca akan sulit memahami maksud jurnal tersebut.
Pada jurnal 3 kurang menjelaskan masalah yang diangkat, pada jurnal ini penulis
serta metode penelitia dalam jurnal ini tidak tampak sehingga pembaca bingung
ataupun dapat dikatakan meraba hasil pembahasan ataupun hasil penelitian yang
ditemukan berlandaskan pada metode penelitian apa

21
 Kohensi dan Koherensi isi penelitian
Kurangnya ketajaman analisis penulis terhadap hasil penelitian dapat
dilihat dari sedikitnya pembahasan mengenai hasil penelitian yang
dilakukannya walaupun di perkuat dengan materi tentang medan magnet
walaupun dalam hal ini pembaca akan merasa penasaran bagaimana hasil
pengamatan dari metode penelitian yang dilakukan oleh peneliti tersebut.
3.5.3 Implikasi
 Implikasi terhadap Teori

Menjabarkan Pancasila ke dalam implementasinya untuk membangun karakter


bangsa adalah bagian upaya merevitalisasi Pancasila ke dalam bentuk fungsional
dalam membentuk karakter bangsa Indonesia. Dengan kata lain menjadikan
Pancasila sebagai paradigma karakter bangsa. Keberadaan Pancasila dapat dilihat
dari dua sudut, pertama secara hitoris dan secara kultural. Kaelan yang mengutip
pendapat Notonagoro menyatakan bahwa “Secara historis” Pancasila adalah
merupakan suatu pandangan hidup bangsa yang nilainilainya sudah ada sebelum
secara yuridis bangsa Indonesia membentuk negara. Bangsa Indonesia secara
historis ditakdirkan oleh Tuhan YME, berkembang melalui suatu proses dan
menemukan bentuknya sebagai suatu bangsa dengan jatidirinya sendiri. Secara
kultural dasar-dasar pemikiran tentang Pancasila dan nilai-nilai Pancasila berakar
pada nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai religius yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sendiri sebelum mendirikan negara” (Kaelan,2011:8).
Nilai-nilai Pancasila sebelum mendirikan negara.
 Implikasi Terhadap Pembangunan Indonesia
Terbentuknya negara dan bangsa Indonesia pada dasarnya terdapat secara sporadis
dan fragmentaris dalam kebudayaan bangsa yang tersebar di seluruh kepaulauan
nusantara baik pada abad kedua puluh maupun sebelumnya, di mana masyarakat
Indonesia telah mendapatkan kesempatan untuk berkomunikasi dan berakulturasi
dengan kebudayaan lain. Nilai-nilai tersebut merupakan suatu local genius dan
sekaligus sebagai suatu local wisdom bangsa Indonesia(Kaelan,2011) yang
kemudian disintesiskan secara dialektis kemudian dituangkan ke dalam sebuah
dasar negara yang sering disebut sebagai dasar falsafah negara (staats
philosofichegrondslag).

22
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan Pancasila sebagai ruh dari sistem pendidikan nasional
di Indonesia harus benar-benar dihayati sebagai sumber nilai dan rujukan dalam
perencanaan strategis dibidang pendidikan di Indonesia. Segenap perubahan yang
dimungkinkan dalam sebuah sistem pendidikan nasional, sebagai sebuah
keniscayaan dalam menghadapi semua perubahan jaman, harus
mempertimbangkan Pancasila sebagai kerangka acuan, yang berarti perubahan
yang dimungkinkan adalah perubahan yang tidak berkaiatan dengan nilai
dasarnya tetapi perubahan dalam aspek instrumentalnya.
Filsafat Pendidikan Pancasila harus diimplementasikan secara nyata dan
konsisten agar pembangunan manusia Indonesia sebagaimana yang diamanatkan
dalam cita-cita besar bangsa Indonesia dapat tercapai dengan prinsip-prinsip dasar
dari nilai Pancasila yaitu prinsip religiusitas, perwujudan dan penghargaan atas
nilai kemanusiaa, berpegang teguh pada jiwa persatuan sebagai bangsa, semangat
menghargai perbedaan dan penghormatan pada kehidupan yang demokratis serta
perwujudan nilai-nilai keadilan, yang semuanya harus terwujudkan melalui proses
pendidika yang bermartabat sebagaimana diciata-citakan Pancasila.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil Critical Journal Review yang telah dilakukan maka dapat
diajukan beberapa saran yang dapat diajukan kepada mahasiswa dan akademisi
yang ingin menjadi peneliti selanjutnya :
 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa di harapkan dapat berperan aktif dalam melakukan suatu penelitian
dan pengembangan serta menjadikan review jurnal ini sebagai referensi untuk
menentukan sumber pengetahuan dan pendekatan ilmiah lain yang akan
digunakan.
 Bagi Peneliti Lainnya
Review jurnal ini masih jauh dari kesempurnaan, maka sebaiknya dilakukan
review lebih lanjut sehingga dapat melengkapi kekurangan yang terdapat dalam
review jurnal ini.

23
DAFTAR PUSTAKA

Syafruddin Amir,2008. 10 Pokok-pokok Pemikiran tentang Pendidikan. Swara


Media, Bandung
Budimansyah, Dasim, 2010, Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk
Membangun Karakter Bangsa, Bandung: Widya Aksara Press.,
Furqon Hidayatullah, 2010, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban
Bangsa,Surakarta: UNS Press.
Andrews, W.G., 1968, Constitution and Constitutionalism, Van Nostrand Company
Nw Jersey.
Arifin, H.M. 1987, Filsafat Pendidikan Islam, Bina Aksara, Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai