Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

FILSAFAT PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH :

NAMA : MIRANDA SIGALINGGING


NIM : 4223121064
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN FISIKA
DOSEN PENGAMPU : TRY WAHYU PURNOMO, S.Pd., M. Pd.

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji beserta syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa karna berkat rahmat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review materi ajar filsafat pendidikan dan saya
berterima kasih kepada Bapak selaku Dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan yang telah
memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap semoga tugas ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai materi hakikat filsafat , dan saya juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan yang jauh dari kata sempurna baik itu dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki tugas saya ini dan sekaligus saya meminta
maaf.
Semoga tugas yang sederhana ini dapat di pahami oleh siapapun yang membacanya dan
sekiranya tugas ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun pembacanya.

Medan, Oktober 2022


Penulis

Miranda sigalingging

ii
DAFTAR PUSTAKA

HAL
KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... ii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ................................................................................................................. 1
1.2 TUJUAN ...................................................................................................................................... 1
1.3 MANFAAT .................................................................................................................................. 1
1.4 IDENTITAS JURNAL ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 3
A. RINGKASAN JURNAL UTAMA .............................................................................................. 3
B. JURNAL PEMBANDING ........................................................................................................... 6
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................ 10
3.1 KESIMPULAN.......................................................................................................................... 10
3.2 SARAN ....................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Critical journal adalah hasil kritik/bandingan tentang suatu topik materi yang pada umumnya
di perkuliahan terhadap jurnal yang berbeda. Penulisan critical jurnal ini pada dasarnya
adalah untuk mereview jurnal mengenai perkembangan peserta didik yang akan dijadikan
sumber referensi.
Setiap jurnal yang dibuat oleh penulis tertentu pastilah mempunyai kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Kelayakan suatu jurnal dapat kita ketahui jika kita melakukan review
terhadap jurnal itu. Suatu jurnal dengan kelebihan yang lebih dominan dibandingkan dengan
kekurangan nya artinya jurnal ini sangat layak untuk dipakai dan dijadikan sumber referensi
bagi khalayak ramai.

1.2 TUJUAN
1. Untuk memenuhi tugas KKNI dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan
2. Untuk menambah wawasan dari jurnal yang direview
3. Untuk meningkatkan kemampuan menganalisis sebuah karya tulis
4. Untuk meningkatkan pemahaman mengenai mata kuliah Filsafat Pendidikan

1.3 MANFAAT
1. Dapat memenuhi salah satu tugas KKNI dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan
2. Dapat menambah wawasan dari jurnal yang diriview.
3. Dapat meningkatkan kemampuan menganalisis sebuah karya tulis.

4. Dapat meningkatkan pemahaman mengenai Filsafat Pendidikan.

1.4 IDENTITAS JURNAL


A. Jurnal Utama
Nama Penulis : Dukha Yunitasari, SH., M.Pd.
Tahun : 2018
Judul Jurnal : Mengupas Hakikat Manusia Sebagai Mahluk Pendidikan Dan
Pengimplikasiannya
Nama Jurnal : Jurnal PPKn dan Hukum
Volume : 13
Nomor :1
B. Jurnal Pembanding
Nama Penulis : Alimatus Sa’diyah Alim

1
Tahun : 2019
Judul Jurnal : Hakikat Manusia, Alam Semesta, Dan Masyarakat Dalam Konteks
Pendidikan Islam
Nama Jurnal : Jurnal Penelitian Keislaman
Volume : 15
Nomor :2

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. RINGKASAN JURNAL UTAMA
PENDAHULUAN
Webter (dalam Adisasmita, 1988:34) mendefinisikan filsafat itu sebagai “love is wisdom” dan
sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki fakta dan prinsip-prinsip kenyataan hakikat dan
kelakuan manusia. filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan
manusia yang penting (misalnya: hukum sejarah, seni, moral, sosial, olahraga, religi, ilmu, dan
pendidikan). Sementara filsafat sebagai kebijakan memandang lebih menyeluruh terhadap
nilai-nilai dalam berbagai aliranaliran filsafat secara umum.
Filsafat sebagai penambah ilmu pengetahuan manusia dapat dibagi dalam beberapa pokok
bidang studi. Etika adalah pelajaran moralitas atau salah dan benar. Metafisika adalah pelajaran
hakikat pokok manusia dan alam dunia. Ilmu itu mencoba menjelaskan hakikat kenyataan yang
pasti. Politik adalah pelajaran tentang pemerintahan. Estetika adalah pelajaran tentang hakikat
keindahan. Logika adalah pelajaran metode untuk memeriksa kebenaran melalui metode alasan
seperti induktif dan deduktif. Epistimologi adalah pelajaran asal mula, batas, dan hakikat
pengetahuan (Adisasmita, 1988:36). Ilmu pengetahuan menentukan bagaimana cara
meninggikan kekuatan dan tenaga manusia lebih efektif, tetapi filsafat menilai kegunaan relatif
dari usaha ini. Keduanya, baik ilmu pengetahuan maupun filsafat, melibatkan pantulan dan
berpikir kritis, teori prinsip dan membangun, teori menunjukkan dan membuktikan untuk
membentuk hipotesis baru; akan tetapi dalam filsafat ada tambahannya, yaitu berkenaan
dengan nilai-nilai.
PERUMUSAN MASALAH
Dengan menguak jawaban atas masalah di atas, diharapkan tulisan ini dapat memberi wawasan
kepada para pihak yang berkiprah di dunia pendidikan untuk semakin memahami halhal
berikut: pandangan filsafat tentang hakikat manusia dalam pendidikan; implikasi pandangan
filsafat tentang hakikat manusia dalam ilmu pendidikan; dan implikasi pandangan filsafat
tentang perilaku manusia dalam pendidikan, khususnya membentuk kepribadian manusia. Pada
tataran praksisnya, selanjutnya, diharapkan agar para insan pendidikan dapat menerapkan
pandangan filsafat itu dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
METODE
Metode yang digunakan untuk tulisan ini bersifat deskriptif kualitatif dan studi literatur. Pada
hakikatnya, penelitian deskriptif kualitatif adalah suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek dengan tujuan membuat deskripsi, gambaran atau lukisan
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang diselidiki. Penelitian deskriptif
kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja yang terjadi saat ini.
FILSAFAT MANUSIA DALAM PENDIDIKAN
Sehubungan dengan pandangan filsafat tentang hakikat manusia dalam pendidikan, Syam
(1988:153) menulis bahwa hakikat “manusia adalah subjek pendidikan, sekaligus juga sebagai
objek pendidikan”. Manusia dewasa yang berkebudayaan adalah subjek pendidikan dalam arti
yang bertanggung jawab secara moral atas perkembangan pribadi anak-anak mereka, generasi
penerus mereka. Manusia dewasa, apalagi berprofesi keguruan (pendidikan), memiliki

3
tanggung jawab formal untuk melaksanakan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai-
nilai yang dikehendaki masyarakat dan bangsa.
Dalam proses perkembangan kepribadiannya, manusia yang belum dewasa, baik menuju
pembudayaan maupun proses kematangan dan integritas, adalah “objek” pendidikan. Artinya,
mereka adalah sasaran atau “bahan” yang dibina, meskipun sering juga disadari bahwa
perkembangan kepribadian adalah self-development melalui selfactivities; jadi sebagai subjek
yang sadar mengembangkan diri sendiri.
Sejarah usaha manusia untuk mengerti dirinya sendiri, kepribadiannya, sudah ada sejak ada
ilmu pengetahuan. Ilmu jiwa (psikologi) yang mula-mula berupa ilmu jiwa metafisika adalah
salah satu usaha tersebut. Makin mendalam manusia menyelidiki kepribadiannya, makin
banyak problema yang timbul, makin banyak pula rahasia yang meminta jawaban. Manusia
sebagai subjek dihadapkan kepada fenomena baru dalam kesadarannya, yakni menghadapi
problem yang jauh lebih sulit daripada problema-problema sebelumnya. Penafsiran manusia
tentang tingkah lakunya belum menjamin pengertiannya tentang kepribadian manusia sebagai
makhluk berpikir.
IMPLIKASI DALAM ILMU PENDIDIKAN
Pandangan filsafat tentang manusia dalam pendidikan seperti diuraikan di atas, berimplikasi
serius jika diterapkan dalam ilmu pendidikan. Idealnya, pandangan ilmu pendidikan terhadap
manusia, khususnya terhadap para murid, harus bertolak sebagai sosok manusia yang utuh
dan sempurna. Seperti dikemukakan Syam (1988:153), bahwa hakikat “manusia adalah
subjek pendidikan, sekaligus juga sebagai objek pendidikan”. Proses pendidikan yang
berlangsung di dalam antaraksi yang pluralistis (antara subjek dengan lingkungan alamiah,
sosial dan kultural) amat ditentukan oleh aspek manusianya.
Hakikat manusia tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Hakikat Manusia Ada lima hakikat manusia jika ditinjau dari pandangan filsafat, yaitu:
a. Manusia sebagai makhluk yang paling indah dan sempurna dalam pencitraannya
Implikasinya dalam pendidikan adalah pendidikan seharusnya mampu menyadarkan
manusia/peserta didik bahwa mereka makhluk yang indah yang mempuyai budaya dan
peradaban. Dengan demikian mereka harus mampu memperlakukan dirinya dan bersikap
sesuai dengan budaya dan adabnya.
b. Manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya
Implementasinya dalam pendidikan adalah pendidikan seharusnya didasari atas hakikat
manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya.
c. Manusia sebagai khalifah di muka bumi
Hal ini berarti bahwa pendidikan didasari atas pengembangan kemampuan peserta didik
untuk menguasai dan mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia, dalam hal ini
peserta didik untuk kehidupan yang damai dan sejahtera dalam alam yang nyaman dan
tentram.
d. Manusia sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

4
Hal ini berarti bahwa pendidikan harus didasari atas kaidahkaidah dan keimanan kepada
Tuhan agar pendidikan mampu membuat manusia hidup bahagia, tidak hanya di dunia tetapi
juga di akhirat.
e. Manusia pemilik hak-hak asasi manusia
Hal ini berarti bahwa praktek pendidikan tidak boleh merendahkan atau tidak menghiraukan
hak-hak asasi manusia.
2. Dimensi Kemanusiaan Dari hakikat manusia tersebut, ada beberapa dimensi substansial
yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu:
a. Dimensi kefitrahan
Implementasinya dalam pendidikan adalah pendidikan harus berorientasi pada dimensi
kemanusiaan ini yaitu dimensi kefitrahan. Yang berarti pendidikan mampu mempertahankan
dan mengembangkan kefitrahan manusia yaitu kebenaran dan keluhuran.
b. Dimensi keindividualan
Pada dasarnya manusia mempunyai potensi, baik potensi fisik maupun mental-psikologis,
serta kemampuan intelegensi, bakat dan kemampuan pribadi lainnya
c. Dimensi kesosialan
Implementasinya dalam pendidikan adalah pendidikan didasari oleh pengembangan atau
peningkatan kemampuan manusia untuk dapat berkomunikasi dan berkerja sama dengan
individu lainnya dalam rangka pemenuhan kebutuhannya sebagai makhluk sosial.
d. Dimensi kesusilaan
Implementasinya dalam pendidikan adalah pendidikan harus didasari atas pembentukan
individu yang mempunyai kesusilaan, yaitu individu yang memahami nilai dan moral serta
mampu mematuhinya sebagai pedoman dalam berhubungan dengan sesama manusia di
dunia.
e. Dimensi keberagamaan
Implementasinya dalam pendidikan adalah praktek pendidikan harus memperhatikan
kaidahkaidah keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu, ada mata pelajaran agama mulai dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
3. Manusia Memiliki Pancadaya
Untuk pengembangan dimensidimensi manusia tersebut diperlukan perangkat instrumental
dasar berupa pancadaya. Pancadaya tersebut adalah:
a. Daya takwa
Daya takwa merupakan basis dan kekuatan pengembangan yang secara hakiki ada
pada diri manusia (masingmasing individu) untuk mengimani dan mengikuti perintah
dan larangan dari Tuhan.
b. Daya cipta

5
Daya cipta berkenaan dengan akal, pikiran, fungsi kecerdasan, dan fungsi otak.
Implementasinya dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan dan
mengaktualisasikan daya cipta ini seoptimal mungkin dibutuhkan pendidikan.
c. Daya karsa
Daya karsa merupakan kekuatan yang mendorong individu untuk melakukan sesuatu
secara dinamis bergerak dari satu posisi ke posisi lain, baik dalam arti psikis maupun
keseluruhan dirinya.
d. Daya rasa
Daya rasa mengacu kepada kekuatan perasaan atau emosi dan sering disebut sebagai
unsur afektif. Hal-hal yang terkait dengan suasana hati dan penyikapan termasuk ke
dalam daya rasa.
e. Daya karya
Daya karya mengarah kepada dihasilkannya produk-produk nyata yang secara
langsung dapat digunakan atau dimanfaatkan baik oleh diri sendiri, orang lain
dan/atau lingkungannya

IMPLIKASI TERHADAP PERILAKU


Filsafat merupakan gabungan dari ilmu pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan nilai yang
membentuk landasan bagi tindakan seseorang untuk mencapai tujuan kegiatannya. Filsafat
memberikan/menyediakan metoda untuk secara kritis melihat berbagai masalah dan situasi
yang dihadapi oleh manusia sebagai para pendidik. Filsafat memberikan atau menyediakan
bagi para guru (sebagai subjek) suatu dasar rasional dan filosofis untuk memperhatikan
masyarakat dan bagaimana, peran umum atau khusus dari pendidikan di dalam masyarakat.
Suatu landasan falsafah, yaitu landasan falsafah pendidikan (di Indonesia yakni Pancasila
sebagaimana dijabarkan ke dalam atau menjadi tujuan pendidikan nasional), sangatlah penting
bagi para, baik guru secara individu maupun institusi. Landasan filosofi merupakan dasar untuk
membuat suatu keputusan yang melekat dalam mengkreasikan dan mengimplementasikan
program pendidikan.
PENUTUP
Dari pembahasan di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa untuk terwujudnya nilai-nilai
manusiawi dalam kompleksitas kehidupan dan dalam dunia pendidikan khususnya, mutlak
diperlukan kejelasan dan bahkan kepastian terpahaminya manusia sebagai makhluk yang
manusiawi, termasuk makhluk yang manusiawi dalam dunia pendidikan. Pemahaman dan
selanjutnya perlakuan terhadap manusia itu sendiri sangat diperlukan melalui pengertian
filosofis tentang harkat martabat manusia itu.

B. JURNAL PEMBANDING
Menurut jurnal utama ada lima hakikat manusia mmenurut pandangan filsafat, yaitu:
1. Manusia sebagai makhluk yang paling indah dan sempurna dalam pencitraannya.
Implikasinya dalam pendidikan adalah pendidikan seharusnya mampu menyadarkan
manusia/peserta didik bahwa mereka makhluk yang indah yang mempuyai budaya dan

6
peradaban. Dengan demikian mereka harus mampu memperlakukan dirinya dan bersikap
sesuai dengan budaya dan adabnya.
2. Manusia sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya. Implementasinya dalam
pendidikan adalah pendidikan seharusnya didasari atas hakikat manusia sebagai makhluk
yang paling tinggi derajatnya.
3. Manusia sebagai khalifah di muka bumi. Hal ini berarti bahwa pendidikan didasari atas
pengembangan kemampuan peserta didik untuk menguasai dan mengelola sumber daya alam
dan sumber daya manusia, dalam hal ini peserta didik untuk kehidupan yang damai dan
sejahtera dalam alam yang nyaman dan tentram.
4. Manusia sebagai makhluk yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan. Hal ini berarti
bahwa pendidikan harus didasari atas kaidahkaidah dan keimanan kepada Tuhan agar
pendidikan mampu membuat manusia hidup bahagia, tidak hanya di dunia tetapi juga di
akhirat.
5. Manusia pemilik hak-hak asasi manusia. Hal ini berarti bahwa praktek pendidikan tidak
boleh merendahkan atau tidak menghiraukan hak-hak asasi manusia.
Sedangkan dalamm jurnal pembanding ada tiga pengertian hakikat manusia menurut Al-
Quran, yaitu:
1. Basyar Penggunaan istilah “basyar” dalam al-qur`an lebih cenderung digunakan pada
hal-hal yang berkaitan dengan aspek fisik yang tampak pada manusia secara umum
(seperti : kulit, rambut, bentuk fisik secara umum, dan kebutuhan biologis) yang tidak
berbeda diantara manusia satu dengan yang lainnya.
2. Kata-kata yang terdiri dari alif, nun, dan, sin. Semacam Insan, Ins, Nas atau Unas,
Kata Insan menurut Ibnu Manzhur berasal dari kata “Insiyan”. Yang berarti manusia (
kecil ), sedangkan menurut”M.Quraish Shihab (2000: 280) istilah Insan terambil dari
kata “Uns” yang berarti jinak, harmonis, dan tampak.
3. Kata “Dzurriyyah menurut Ibnu Manzhur berkaitan dengan keturunan, jika dikatakan
“ Inna Fulanan La Kariimu Adz-Dzurry” maknanya adalah “Karimu Ath-Thabi`Ah”
(pembawaannya sejak lahir mulia). Dzuriyyah juga berkaitan dengan sesuatu yang
jatuh (diperoleh) anak dari orang tuanya bila kata Dzuriyyah dikaitkan dengan Adam
lebih menggambarkan keturunan dari mana seseorang berasal, dan sifat-sifat
bawaannya yang dibawa sejak lahir.

Dalam jurnal utama yang dibahas adalah filsafat manusia dalam pendidikan yang menyatakan
bahwa “manusia adalah subjek pendidikan, sekaligus juga sebagai objek pendidikan”. Manusia
dewasa yang berkebudayaan adalah subjek pendidikan dalam arti yang bertanggung jawab
secara moral atas perkembangan pribadi anak-anak mereka, generasi penerus mereka. Manusia
dewasa, apalagi berprofesi keguruan (pendidikan), memiliki tanggung jawab formal untuk
melaksanakan misi pendidikan sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yang dikehendaki
masyarakat dan bangsa.
Sedangkan dalam jurnal dua dijelaskan tentang aliran-aliran hakikat manusia, yaitu:
1. Aliran Serba Zat (Faham Materialisme)

7
Aliran serba zat ini mengatakan yang sungguh-sunguh ada itu adalah zat atau materi, alam ini
adalah zat atau materi dan manusia adalah unsur dari alam, maka dari itu manusia adalah zat
atau materi. Manusia ialah apa yang nampak sebagai wujudnya, terdiri atas zat (darah,
daging, tulang).
2. Aliran Serba Ruh

Aliran ini diberi nama Aliran Idealisme. Aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat sesuatu
yang ada di dunia ini adalah ruh, juga hakekat manusia adalah ruh.Ruh disini bisa diartikan
juga sebagai jiwa, mental, juga rasio/akal. Karena itu, jasmani atau tubuh (materi, zat)
merupakan alat jiwa untuk melaksanakan tujuan, keinginan dan dorongan jiwa (rohani, spirit,
ratio) manusia.
3. Aliran Dualisme

Aliran ini menganggap”bahwa manusia itu pada hakekatnya terdiri dari dua substansi, yaitu
jasmani dan rohani. Aliran ini melihat realita semesta sebagai sintesa kedua kategori animate
dan inanimate, makhluk hidup dan benda mati. Demikian pula manusia merupakan kesatuan
rohani dan jasmani, jiwa dan”raga.
4. Aliran Eksistensialisme

Aliran filsafat modern berpikir tentang hakekat manusia merupakan eksistensi atau
perwujudan sesungguhnya dari manusia. Jadi intinya hakikat manusia itu yaitu apa yang
menguasai manusia secara menyeluruh.
Dalam jurnal utama membahas tentang implikasi filsafat pendidikan dalam perilaku manusia
atau pemnyebab munculnya perilaku dalam lingsungan pendidikan. Dimana Filsafat
memberikan/menyediakan metoda untuk secara kritis melihat berbagai masalah dan situasi
yang dihadapi oleh manusia sebagai para pendidik. Filsafat memberikan atau menyediakan
bagi para guru (sebagai subjek) suatu dasar rasional dan filosofis untuk memperhatikan
masyarakat dan bagaimana, peran umum atau khusus dari pendidikan di dalam masyarakat..
Sedangkan dalam jurnal pembanding membahas tentang fungsi pendidikan pada lingkungan
masyarakat, yaitu fungsi pendidikan dalam masyarakat adalah:
1. mengmbangkan, memperbaiki, memimpin, melatih, mengasuh potensi setiap anggota
masyarakat (kognitif,efektif, dan psikomotorik) untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, ilmu, akhlak mulia (karakter kuat positif), dan keterampilan yang
diperlukan dalam menjalani hidup bermasyrakat yang kompleks.
2. pewarisan nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, dan norma-norma sosialnilai sosial.
Pendidikan”tidak hanya transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pengalihan nilai-nilai
agama, budaya, dan norma-norma sosial. Pendidikan harus berfungsi mewariskan nilai-
nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya-tradisi agar masyarakat anggota itu
mempunyai spiritual dan makna dalam kehidupan.
3. Kedua: pewarisan nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya, dan norma-norma sosialnilai
sosial. Pendidikan”tidak hanya transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga pengalihan nilai-
nilai agama, budaya, dan norma-norma sosial. Pendidikan harus berfungsi mewariskan

8
nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya-tradisi agar masyarakat anggota itu
mempunyai spiritual dan makna dalam kehidupan.
4. pendidikan berfungsi sebagai alat pemersatu dan pengembangan pribadi dan sosial,
fungsi ini sebagai akibat dari fungsi-fungsi sebelumnya. Oleh karena peserta didik
sudah memahami dan menghayati nilai-nilai ilahiyah dan insaniyah, nilai-nilai luhur
bangsa, dan nilai-nilai multi cultural, maka pendidikan dapat berfungsi sebagai alat
pemersatu dan pengembangan pribadi dan pengembangan pribadi dan sosial.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari jurnal yang penulis review memiliki materi yang relevan dengan materi yang dibahas
dalam mata kuliah filsafat pendidikan. Pada Kedua jurnal yang dibahas dapat digunakan
sebagai sumber belajar mahasiswa untuk menambah wawasan tentang hakikat manusia.
Dalam jurnal disimpulkan bahwa hakikat manusia merupakan mahluk sebagaii subjek dalam
kehidupan, dapat dijadikan sebagai subjek pendidikan, subjek dalam agama, subjek dalam
kehidupan masyarakat. Dimana fungsi opendidikan dalam hakikat manusia mengmbangkan,
memperbaiki, memimpin, melatih, mengasuh potensi setiap anggota masyarakat
(kognitif,efektif, dan psikomotorik) untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, ilmu,
akhlak mulia (karakter kuat positif), dan keterampilan yang diperlukan dalam menjalani
hidup bermasyrakat yang kompleks. Untuk pewarisan nilai-nilai agama, nilai-nilai budaya,
dan norma-norma sosialnilai sosial. Dan sebagai alat pemersatu dan pengembangan pribadi
dan sosial, fungsi ini sebagai akibat dari fungsi-fungsi sebelumnya.
3.2 SARAN
Dalam penjelasan yang dijabarkan dalam jurnal utama sudah baik dan detail namun penulis
menyarankan agar pembahasan pada jurnal utama untuk menambahkan tentang penjelasan
aliran-aliran dalam hakikat manusia. Sistematikam penulisan dalam jurnal juga sudah bagus
serta penjelasan nya dapat dimengerti oleh pembaca jurnal utama. Jurnal utam ajuga tidak
bertele-tele dalam menjelaskan materi.
Sedangkan dalam jurnal pembanding sudah bagus namun kurang detail dalam membahas
hakikat pendidikan. Materi hakikat pendidikan dalam jurnal pembanding hanya menjelaskan
sedikit materi saja dibanding jurnal utama dan banyak menggunakan istilah islamis yang
sangat banyak. Disarankan agar penggunaan istilah di kurangi untuk memperfmudah
pembaca dalam memahami jurnal.

10
DAFTAR PUSTAKA

Alim, A. S. (2019). Hakikat Manusia, Alam Semesta , Dan Masyarakat Dalam Konteks
Pendidikan Islam. Jurnal Penelitian Keislaman, Vol.15( No.2 ).
Yunitasari, D. (2018). Mengupas Hakikat Manusia Sebagai Mahluk Pendidikan Dan
Implikasinya. Jurnal PPKn & Hukum, Vol. 13(No. 1),.

11

Anda mungkin juga menyukai