Anda di halaman 1dari 49

CRITICAL JOURNAL REVIEW

Bhinneka Tunggal Ika (Unity In Diversity) : From Dynastic Policy To Classroom Practice
( Disusun untuk memenuhi Pendidikan Pancasila)
Dosen Pengampu : SULAIMAN LUBIS, SE.,MM.

DISUSUN OLEH

Leonardo Silalahi
NIM : 4182121017

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
MEDAN

1 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya
sehingga penulisan Critical Book Review ini dapat dikerjakan dan diselesaikan. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada Bapak Sulaiman Lubis, SE.,MM.. selaku dosen pengampu
mata kuliah Pendidikan Pancasila yang telah membimbing kami.

Makalah ini berjudul Critical Book Review. Penulisannya bertujuan untuk memenuhi
tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan meningkatkan pemahaman pembaca. Makalah
ini tidak luput dari kekurangannya. Oleh karena itu, saya mengharap saran konstruktif yang
berguna untuk penyempurnaan isi makalah ini dan juga tugas-tugas selanjutnya. Akhir kata,
penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah berjasa memberi motivasi dan
bantuan kepada penulis sehingga penulisan makalah ini, dapat dirampungkan

Medan, 11 oktober 2019

Penulis

2 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
INFORMASI ARTIKEL JURNAL.......................................................................................................4
1. INFORMASI LENGKAP IDENTITAS ARTIKEL JURNAL:...........................................4
2. PENJELASAN SINGKAT TENTANG RELEVANSI DAN KONTRIBUSI
PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN MAHASISWA TERHADAP KAJIAN
PENDIDIKAN PANCASILA.........................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN SECARA UMUM ARTIKEL JURNAL....................................................................7
1. TERJEMAHAN ARTIKEL JURNAL...................................................................................7
2. RESUME ARTIKEL JURNAL............................................................................................33
BAB III................................................................................................................................................36
PEMBAHASAN CRITICAL JOURNAL REVIEW..............................................................................36
1. LATAR BELAKANG MASALAH YANG DIKAJI...........................................................36
2. PERMASALAHAN YANG DIKAJI....................................................................................39
3. KAJIAN TEORI/KONSEP YANG DIGUNAKAN.............................................................40
4. METODE YANG DIGUNAKAN.........................................................................................42
5. ANALISIS..............................................................................................................................44
BAB IV...............................................................................................................................................47
PENUTUP...........................................................................................................................................47
1. SIMPULAN............................................................................................................................47
2. SARAN...................................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................49

3 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
BAB I

INFORMASI ARTIKEL JURNAL


1. INFORMASI LENGKAP IDENTITAS ARTIKEL JURNAL:

Bhinneka Tunggal Ika [Unity in Diversity]: From


A. Judul
Dynastic Policy
Implementasi to Classroom
Semangat Practice
Persatuan Pada Masyarakat
Nama Jurnal Journal of Social Science Education
Judul Multikultural Melalui Agenda Forum Kerukunan
ISSN 1618–5293
Umat Beragama (Fkub) Kabupaten Malang
Download www.jsse.org
Nama Jurnal Humanika
Volume dan Halaman Volume 13, Number 1
ISSN 1412-9418
Tahun 2014
Download ejounal.undip.ac.id
Penulis Mohammad Imam Farisi
Volume dan Nomor Volume 23, Nomor 1
Reviewer Kelompok 3B
Tahun 2016
Tanggal direview 28 Oktober 2018
Penulis Nasrul Wahyu Suryawandan, Endang Danial
Reviewer
Jurnal Ke Kelompok 3B
Tanggal direview 28 Oktober 2018

Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural


2. P Judul E N J E L
Indonesia Di Tengah Kehidupan Sara
Nama Jurnal Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Download journal.um.ac.id
ISSN -
Volume dan Halaman Volume 28, Nomor 1
Tahun 2015
Penulis Gina Lestari
Reviewer Kelompok 3B
Tanggal direview 28 Oktober 2018
PEMAHAMAN DAN PENGETAHUAN MAHASISWA TERHADAP KAJIAN
PENDIDIKAN PANCASILA
A. Jurnal Pertama

4 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
Relevansi dan kontribusi pemahaman dan pengetahuan mahasiswa pada jurnal
terhadap kajian Pendidikan Pancasila yaitu menambah pengetahuan mahasiswa untuk
mengetahui dasar-dasar kebhinekaan dan persatuan masyarakat Indonesia di tengah-
tengah perbedaan yang sangat beraneka ragam yang erakt kaitannya dengan sila ketiga
Pancasiila. Dan juga mahasiswa selaku komponen masyarakat yang memiliki peran sangat
penting untuk menjaga persatuan diharapkan bisa menciptakan ketentraman di tengah
masyarakat yang penuh dengan konflik berdasarkan perbedaan, dan juga mahasiswa
diharapkan dapat menjadi sumber solusi di tengah-tengah berbagai macam persoalan
sosial dan ekonomi, bukan malah menjadi pemantik persoalan yang acap kali di tunjukkan
dari tauran antar mahasiswa dan demonstrasi yang tidak memiliki esensi yang jelas.

B. Jurnal Kedua
Relevansi dan kontribusi pemahaman dan pengetahuan mahasiswa pada jurnal
terhadap kajian Pendidikan Pancasila yaitu pemahaman tentang kemajemukan yang ada di
Malang yang kemudian menimbulkan konflik antar beragama yang kemudian ada
semangat persatuan melalui agenda Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Kabupaten Malang, hal ini dapat memberikan pemahaman serta pengetahuan mahasiswa
dalam bentuk permasalahan yang dibahas dalam jurnal ini. Mahasiswa dapat mengetahui
implementasi yang dilakukan yang berakar pada sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.
Dalam hal ini implementasinya adalah memalui Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB). Sehingga mahasiswa dapat berkontribusi dalam membentuk suatu agenda yang
sama jika terjadi permasalah yang berkenaan dengan sila ketiga Pancasila ini. Dalam
kaitannya terhadap Pendidikan Pancasila tentulah mahasiwa dapat memahami serta
mengetahui implementasi dari nilai sila ketiga Pancasila yaitu persatuan Indonesia.

C. Jurnal Ketiga
Pada jurnal ketiga, Relevansi dan kontribusi pemahaman dan pengetahuan
mahasiswa pada jurnal terhadap kajian Pendidikan Pancasila adalah adanya keberagaman
yang ada di Indonesia sebagai pengetahuan mahasiswa. Dalam jurnal ini terdapat
permasalahan yaitu adanya konflik/isu SARA yang dihadapi Indonesia. Dalam hal ini
mahasiswa dapat memahami solusi ataupun melakukan kajian-kajian yang menyebabkan
adanya konflik tersebut. Dengan mengetahui isi jurnal ini maka mahasiswa kemungkinan
dapat memahami apa-apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik tersebut. Dari jurnal
tersebut mahasiswa diharapkan dapat berkontribusi dalam menyesaikan masalah-masalah

5 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
mengenai SARA tersebut dengan mengacu pada nilai sila ketiga yaitu Persatuan
Indonesia. Dalam pendidikan Pancasila hal ini sangat relevan khususnya yang berkaitan
dengan sila pertama dan ketiga yang mengenai keberagaman agama serta kebudayaan
yang ada di Indonesia. Maka dari itu pentingnya nilai persatuan yang harus ada pada setiap
mahasiswa agar tidak terjadinya konflik SARA yang sering muncul tersebut.

6 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
BAB II

PEMBAHASAN SECARA UMUM ARTIKEL JURNAL

1. TERJEMAHAN ARTIKEL JURNAL

PARAGRAF ASAL YANG TERJEMAHAN PER


DITERJEMAHKAN DARI PARAGRAF DALAM
BAHASA INGGRIS BAHASA INDONESIA
Bhinneka Tunggal Ika [Unity in Diversity]: Bhinneka Tunggal Ika [Kesatuan dalam
Keragaman]: Dari Kebijakan Dinamis
From Dynastic Policy to Classroom
hingga Praktek Kelas
Practice
The purpose of this article is to discuss the Tujuan artikel ini adalah untuk membahas
concept of Bhinneka Tunggal Ika, in its konsep Bhinneka Tunggal Ika, dalam arti
narrowest sense, a policy on religious yang paling sempit, sebuah kebijakan
tolerance, as it is operationalized in social tentang toleransi beragama, sebagaimana
studies textbooks and in classroom practice dioperasionalkan dalam buku ajar IPS dan
in Indonesia. The focus of the research is on di ruang kelas di Indonesia. Fokus dari
six electronic textbooks used by students penelitian ini adalah pada enam buku teks
aged 7‐12 years, in Indonesian elementary elektronik yang digunakan oleh siswa
schools which are further considered in the berusia 7-12 tahun, di sekolah dasar
context of Indonesian teachers’ actual Indonesia yang selanjutnya
experience of the operationalization of dipertimbangkan dalam konteks
Bhinneka Tunggal Ika in a classroom pengalaman aktual guru Indonesia dalam
setting. The study shows that the textbooks operasionalisasi Bhinneka Tunggal Ika di
and classroom practice are able to describe ruang kelas. Studi ini menunjukkan bahwa
and transform a concept such as Bhinneka buku teks dan praktik kelas mampu
Tunggal Ika into a real and meaningful mendeskripsikan dan mengubah konsep
concept or practice for students as practiced seperti Bhinneka Tunggal Ika menjadi
in the family, the school, the wider konsep dan praktik nyata dan bermakna
community and at a national level as well as siswa yang dipraktekkan dalam keluarga,
in religious ceremonies, architecture, and sekolah, masyarakat luas dan pada tingkat
gotong‐royong (or reciprocal) activities. nasional maupun dalam agama kegiatan

7 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
However, the state also has a political goal upacara, arsitektur, dan gotong-royong (atau
and this concept should also be viewed as timbal balik). Namun, negara juga memiliki
underlying cultural policy designed to build tujuan politik dan Konsep ini juga harus
a character and civilization appropriate to a dilihat sebagai kebijakan budaya yang
pluralistic Indonesian nation. mendasari yang dirancang untuk
membangun karakter dan peradaban sesuai
dengan bangsa Indonesia yang majemuk.
1. Introduction 1. Pendahuluan
Bhinneka Tunggal Ika or Unity in Bhinneka Tunggal Ika atau Bhinneka
Diversity (Santoso 1975) is the official Tunggal Ika (Santoso 1975) adalah
national motto of the Republic of semboyan resmi nasional Republik
Indonesia. “We are of many kinds, but Indonesia. "Kami memiliki banyak
we are one.” The motto appears on the jenis, tetapi kami adalah
Indonesian national emblemb Garuda satu."semboyan muncul di lambang
Pancasila (the Eagle), on the scroll nasional Indonesia Garuda Pancasila
gripped by the Garuda's claws (Figure (Elang), pada gulungan digenggam oleh
1). It is also mentioned explicitly in Cakar Garuda (Gambar 1). Itu juga
Article 36A of the Indonesian disebutkan secara eksplisit dalam Pasal
Constitution of Indonesia „National 36A Konstitusi Indonesia „Lambang
emblem is Garuda Pancasila with motto nasional adalah Garuda Pancasila
Bhinneka Tunggal Ika” (Mahkamah dengan moto Bhinneka Tunggal Ika
Konstitusi 1999, 81). Bhinneka Tunggal ”(Mahkamah Konstitusi 1999, 81).
Ika is a concept dating back to the third Bhinneka Tunggal Ika adalah sebuah
century which was central to the konsep yang berasal dari masa lalu abad
religious politics of the ruling dynasty. It ketiga yang merupakan pusat dari
was later adopted by the Indonesian politik agama dinasti yang berkuasa1.
government as a motto of national unity. Itu kemudian diadopsi oleh Pemerintah
However, this article will neither Indonesia sebagai motto persatuan
describe nor discusses it in the context of nasional. Namun, artikel ini tidak akan
dynastic or state policy, but in the menjelaskan atau membahasnya dalam
context of social studies for citizenship konteks kebijakan dinasti atau negara,
education. tetapi dalam konteks studi sosial untuk
This article describes how the concept of pendidikan kewarganegaraan.
Bhinneka Tunggal Ika is explained in Artikel ini menjelaskan bagaimana
8 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
textbooks and how it is used and konsep Bhinneka Tunggal Ika
implemented in social studies classroom dijelaskan dalam buku teks dan
practice. It also describes how teachers bagaimana itu digunakan dan
deal with conflicts in a citizenship diimplementasikan dalam praktik
classroom setting; and how it increases pembelajaran IPS. Saya juga
the students’ awareness that Bhinneka menjelaskan bagaimana guru
Tunggal Ika is not merely political menangani konflik dalam pengaturan
jargon. In other words, this article kelas kewarganegaraan; dan bagaimana
describes how textbooks and teachers itu meningkatkan kesadaran siswa
transform Bhinneka Tunggal Ika from an bahwa Bhinneka Tunggal Ika tidak
"ideological concept" developed for hanya jargon politik. Dengan kata lain,
state or dynastic purposes into a artikel ini menjelaskan bagaimana buku
“pedagogical concept” for citizenship teks dan guru berubah Bhinneka
education. The rationale for this study Tunggal Ika dari "konsep ideologis"
includes the fact that Indonesian people dikembangkan untuk tujuan negara atau
are vulnerable to social conflicts caused dinasti menjadi "Konsep pedagogis"
by issues of ethnicity, religion, race, and untuk pendidikan kewarganegaraan.
inter‐ group relations. Therefore, it is Dasar pemikiran untuk penelitian ini
important to understand and promote termasuk fakta bahwa Orang Indonesia
ways in which textbook, and the rentan terhadap konflik sosial
classroom practice in social studies can disebabkan oleh masalah etnis, agama,
contribute to the building of unity and ras, dan antar hubungan kelompok.
diversity among 300 ethnic groups in Karena itu, penting untuk dipahami dan
Indonesia. The study includes an mempromosikan cara-cara di mana
analysis of social studies electronic buku teks, dan ruang kelas praktek
textbooks for six grades of elementary dalam studi sosial dapat berkontribusi
school in Indonesia used by pupils aged pada pembangunan persatuan dan
between seven and twelve years old. The keragaman di antara 300 kelompok etnis
findings are considered against a di Indonesia Indonesia.
backdrop of reported and documentary Studi ini termasuk analisis studi sosial
evidence of teachers’ actual experience buku teks elektronik untuk enam kelas
of the use and implementation of the sekolah dasar di Indonesia yang
concept of Bhinneka Tunggal Ika in digunakan oleh murid berusia antara
tujuh dan dua belas tahun. Temuan ini
9 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
classroom/school setting from some dianggap bertentangan dengan latar
areas of Indonesia as published by belakang bukti yang dilaporkan dan
Indonesia Teaching Foundation. The dokumenter tentang pengalaman aktual
textbooks were compiled byMuhammad guru tentang penggunaan dan
Nursa'ban and Rusmawan (for grades 1‐ implementasi konsep Bhinneka Tunggal
3) and Suranti Setiawan and Eko S Ika di ruang kelas / sekolah dari
Saptriarso (for grades 4‐ 6). They have beberapa area Indonesia seperti yang
been assessed by the National Education diterbitkan oleh yayasan Pengajaran
Standards Board [Badan Standar Bahasa Indonesia. Buku-buku teks
Nasional Pendidikan] and deemed disusun oleh Muhammad Nursa'ban dan
eligible to be used in all Indonesian Rusmawan (untuk kelas 1‐3) dan
elementary schools (Ministry of Suranti Setiawan dan Eko S Saptriarso
National Education Regulation Nr. (untuk kelas 4‐6). Mereka telah dinilai
22/2007, Nr. 34 and 69/2008). The oleh Pendidikan Nasional Badan
textbooks can be downloaded at Standar Nasional Pendidikan] dan
http://bse.kemdikbud.go.id/ and can be dianggap layak untuk digunakan di
reprinted, altered, transformed, or copied seluruh Indonesia sekolah dasar
freely for educational purposes. The (Departemen Pendidikan Nasional
documentary evidence referred to above Peraturan No. 22/2007, No. 34 dan
consists of memos, letters, position 69/2008). Itu buku teks dapat diunduh
papers, examination papers, newspaper di http://bse.kemdikbud.go.id/ dan dapat
clippings, rubrics, student profiles, and dicetak ulang, diubah, diubah, atau
so on (Hopkins 1993, 78). Such sources disalin secara bebas untuk tujuan
have been used extensively in action pendidikan. Bukti dokumenter yang
research projects (Sonstegard et al. disebutkan di atas terdiri dari memo,
1971; Bonus, Riordan 1998; Colombo, surat, kertas posisi, kertas ujian, kliping
Sadowski, Walsh 2000; Chiappetta et al. surat kabar, rubrik, profil siswa, dan
2000; Kolb, Weede 2000; Capretz, sebagainya (Hopkins 1993, 78).
Ricker, Sasak 2003), because the Sumber-sumber semacam itu telah
material is a natural and important part digunakan secara ekstensif dalam
of teaching and learning and a powerful proyek penelitian aksi (Sonstegard et al.
tool for the collection and recording of 1971; Bonus, Riordan 1998; Kolombo,
the rich detail available concerning a Sadowski, Walsh 2000; Chiappetta dkk.

10 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
particular incident or event of an 2000; Kolb, Weede 2000; Capretz,
interesting or amusing nature in the Ricker, Sasak 2003), karena materinya
classroom (Rhodes, Nathenson‐Mejia yang alami dan bagian penting dari
1992, 502‐503). These notes are used to mengajar dan belajar dan berkuasa alat
record objective and subjective untuk pengumpulan dan pencatatan
information as well as affective detail yang kaya tersedia mengenai
information, such as levels of insiden atau kejadian tertentu dari suatu
engagement, curiosity, and motivational alam menarik atau lucu di kelas
factors (Boyd‐Batstone 2004, 230). (Rhodes, Nathenson-Mejia 1992, 502-
503). Catatan ini digunakan untuk
merekam informasi obyektif dan
subyektif serta informasi afektif, seperti
tingkat keterlibatan, rasa ingin tahu, dan
faktor motivasi (Boyd ‐ Batstone 2004,
230).
2. The origins and the meaning of 2. Asal-usul dan makna “Bhinneka
“Bhinneka Tunggal Ika” Tunggal
The concept of Bhinneka Tunggal Ika is Ika ”
not new to Indonesian people. It can be Konsep Bhinneka Tunggal Ika bukanlah
traced back to the Sailendra or Sañjaya hal baru Orang Indonesia. Ini dapat
dynasty in the eighth and ninth centuries. ditelusuri kembali ke Sailendra atau
This period was characterized by a dinasti Sañjaya pada abad kedelapan
peaceful co‐existence and cooperation dan kesembilan. Ini periode ditandai
between Buddhism and Hinduism. This oleh ko-eksistensi damai dan kerja sama
is indicated by the existence of antara agama Buddha dan Hindu. Ini
Borobudur (Buddha temple) and adalah ditunjukkan oleh keberadaan
Prambanan (Hindu temple) in close Borobudur (Kuil Buddha) dan
proximity to one another in Central Java. Prambanan (kuil Hindu) di dekat satu
Historians regard Borobudur as a symbol lain di Jawa Tengah. Sejarawan
of the final resting place of King menganggap Borobudur sebagai simbol
Sailendra, who unites with Buddha dari tempat peristirahatan terakhir Raja
Gautama after his death, and the Sailendra, yang bersatu dengan Buddha
Prambanan temple complex is also Gautama setelah kematiannya, dan

11 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
associated with the tomb of a king candi Prambanan kompleks juga
(Network 2002; Widnya 2008). Two dikaitkan dengan makam seorang raja
hundred years after the Kingdom of (Jaringan 2002; Widnya 2008). Dua
Sailendra, when King Airlangga built ratus tahun sesudahnya Kerajaan
the Kahuripan Kingdom in East Java to Sailendra, ketika Raja Airlangga
unite the two isms, he also used the same membangun Kerajaan Kahuripan di
principle. This is explained in a Jawa Timur menyatukan dua isme, dia
kakawin1 (Old Javanese poem) Arjuna juga menggunakan prinsip yang sama.
Wiwāha or Arjuna Wijaya (Arjuna’s Ini dijelaskan dalam kakawin (puisi
wedding) written by ‘Mpu’1 (Poet) jawa kuno) arjuna wiwaha atau arjuna
Kaṇwa around AD 1030. The following Wijaya (pernikahan Arjuna) yang ditulis
quotation comes from kakawin Arjuna oleh ‘Mpu'1 (Penyair) Kaṇwa sekitar
Wiwāha canto 27, stanza 2: „That is a 1030 AD. Kutipan berikut ini muncul
reality, my lord the king, no different dari kakawin Arjuna Wiwāha canto 27,
god Buddha with god Shiva, both are bait 2: „Yaitu sebuah kenyataan, tuanku
one, which embodied in Truth, and the raja, tidak ada Buddha tuhan yang
Truth will also reach his nature, the berbeda dengannya Dewa Siwa,
One” (translated by Wiryamartana 1990, keduanya adalah satu, yang diwujudkan
124‐182; Zoetmulder 1983, 415‐ 437). dalam Kebenaran, dan Kebenaran juga
This principle is also found in the akan mencapai sifatnya, Yang Satu
kakawin Sutasoma, written by ‘Mpu’ ”(diterjemahkan oleh Wiryamartana
Tantular1 during the reign of King 1990, 124‐182; Zoetmulder 1983, 415‐
Rajasanagara (Hayam Wuruk) from the 437). Prinsip ini juga ditemukan di
Majapahit Kingdom in the 14th century. kakawin Sutasoma, ditulis oleh ‘Mpu’
Historically, at that time, Hayam Wuruk Tantular1 pada masa pemerintahan Raja
is facing two opposing forces between Rajasanagara (Hayam Wuruk) dari
Hindu (Shivaites), Majapahit’s official Majapahit Kerajaan di abad ke-14.
religion, and Buddhism as the second Secara historis, pada waktu itu, Hayam
religion. The two forces start to destroy Wuruk menghadapi dua kekuatan yang
each other, and it leads to a problematic saling bertentangan Hindu (Siwa),
situation unfavorable to Majapahit agama resmi Majapahit, danBuddhisme
Kingdom. The King then commands sebagai agama kedua. Kedua kekuatan
Mpu Tantular to write a kakawin to mulai menghancurkan satu sama lain,

12 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
foster tolerance in both parties. Thus, dan itu mengarah ke masalah situasi
this poem is a doctrine of reconciliation yang tidak menguntungkan bagi
between the Hindu and Buddhist Kerajaan Majapahit. Sang Raja
religions to promote tolerance between kemudian memerintahkan Mpu Tantular
Hindu (Shivaites) and Buddhist untuk menulis kakawin untuk
(Mastuti, Bramantyo 2009; Mulyana menumbuhkan toleransi di kedua belah
2006; Esink, 1974). The following pihak. Jadi, puisi ini adalah doktrin
quotation comes from canto 139, stanza rekonsiliasi antara Hindu dan Agama
5. It is said that the well‐known Buddha Buddha untuk mempromosikan
and Shiva are two different substances— toleransi antara Hindu (Siwa) dan
they are indeed different, yet how is it Buddha (Mastuti, Bramantyo 2009;
possible to recognize their difference at Mulyana 2006; Esink, 1974). Kutipan
a glance—since the truth of Jina berikut berasal dari canto 139, bait 5.
(Buddha), and the truth of Shiva is one Dikatakan bahwa Buddha dan Shiva
—they are different, but they are one, yang terkenal dua zat berbeda —
there is no duality in Truth" (translated mereka memang berbeda, namun
by Santoso 1975, 578). Such a spirit of bagaimana mungkin untuk mengenali
religious tolerance is an essential perbedaan mereka di a sekilas — sejak
element in the foundation and the kebenaran Jina (Buddha), dan
security of the newly created Majapahit kebenaran Siwa adalah satu — mereka
Kingdom particularly when it reaches berbeda, tetapi mereka satu, tidak ada
the height of its power and influence dualitas dalam Kebenaran
under Prime Minister Gajah Mada. Van "(diterjemahkan oleh Santoso 1975,
der Meij (2011, 328) states that „the 578). . "Semangat toleransi beragama
Sutasoma is a very interesting kakawin, semacam itu sangat penting elemen
because it shows perfectly how Hindu dalam pondasi dan keamanan yang baru
and Buddha blend in the Old Java menciptakan Kerajaan Majapahit
world”. It also shows that the way khususnya ketika mencapai ketinggian
Buddha and Siva merge is an important kekuatan dan pengaruhnya di bawah
element in the religious make‐up of the Perdana Menteri Gajah Mada. Van der
island. This noble path inspired Sawitri Meij (2011, 328) menyatakan bahwa
(2009) to critically consider the issue in "Sutasoma adalah kakawin yang sangat
the light of present‐day Indonesian menarik," karena itu menunjukkan
dengan sempurna bagaimana Hindu dan
13 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
realities, especially in the context of Buddha berbaur dunia jawa kuno ”. Itu
relations between Balinese Hindu, the juga menunjukkan bahwa jalan Buddha
religion of the minority, and Islam, the dan Siva bergabung merupakan elemen
religion of the majority, amongnthe penting dalam agama make-up pulau.
Indonesian population. Consideration is Jalan mulia ini mengilhami Sawitri
also directed towards relationships (2009) untuk secara kritis
between the upper classes associated mempertimbangkan masalah dalam
with royalty and the majority of the terang realitas Indonesia masa kini,
population which constitutes the lower terutama dalam konteksnya hubungan
classe. antara Hindu Bali, agama minoritas, dan
The words of Mpu Tantular regarding Islam, agama mayoritas, di antara
Bhinneka Tunggal Ika have also inspired penduduk Indonesia.Pertimbangan juga
Prof. Mr. Muhammad Yamin, one of the diarahkan menuju hubungan antara
founders of the first Independent kelas atas terkait dengan royalti dan
Government of the Republic of sebagian besar populasi yang
Indonesia. He proposes that it become merupakan kelas bawah.
the official national motto of the Kata-kata Mpu Tantular tentang
Republic of Indonesiaand a founding Bhinneka Tunggal Ika juga
principle of the modern Indonesian menginspirasi Prof. Mr. Muhammad
nation. It is a concept which concerns Yamin, salah satunya para pendiri
more than tolerance of religious Pemerintah Independen pertama
differences but also concerns tolerance Republik Indonesia, dia mengusulkan
of physical, cultural, linguistic, social, itu menjadi moto nasional resmi
political, ideological and/or Republik Indonesia dan prinsip
psychological difference. It represents a pendirian bangsa Indonesia modern . Ini
movement towards a more complex adalah konsep yang lebih penting
unity, based on an understanding that daripada toleransi perbedaan agama
differences enrich human interactions tetapi juga kekhawatiran toleransi fisik,
(Lalonde 1994). In 2012, Bhinneka budaya, bahasa, sosial, politik,
Tunggal Ika Majelis Permusyawaratan perbedaan ideologis dan / atau
Rakyat/MPR (People's Consultative psikologis. Itu mewakili sebuah gerakan
Assembly) of the Republic of Indonesia menuju kesatuan yang lebih kompleks,
declared it to be one of Four Pilar berdasarkan pada memahami bahwa
Kebangsaan (National Pillars) 1. perbedaan memperkaya manusia
14 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
interaksi (Lalonde 1994). Pada 2012,
Bhinneka Tunggal Ika Majelis
Permusyawaratan Rakyat / MPR
(People's Majelis Permusyawaratan
Republik Indonesia menyatakan itu
menjadi salah satu dari Empat Pilar
Kebangsaan (Nasional Pilar).

3. Bhineka Tunggal Ika in the family 3. Bhineka Tunggal Ika dalam keluarga
Family is the first element of community Keluarga adalah elemen pertama dari
civics1. Therefore, in the elementary civics1 masyarakat. Oleh karena itu,
social studies textbooks, Bhineka dalam buku pelajaran ilmu sosial dasar,
Tunggal Ika is taught in grade 1 and is Bhineka Tunggal Ika diajarkan di kelas
integrated into the topic entitled "living 1 dan terintegrasi ke dalam topik yang
in harmony in the family." The topic berjudul "hidup dalam harmoni dalam
describes the diverse nature of families keluarga." Topik ini menggambarkan
and their members (me, father, mother, sifat beragam keluarga dan anggota
brother, and sister). It covers differences mereka (saya, ayah, ibu, saudara laki-
in hobbies, social activities, work, habit, laki, dan saudara perempuan). Ini
taste, and attitudes. It also touches upon mencakup perbedaan dalam hobi,
the nature of different types of kegiatan sosial, pekerjaan, kebiasaan,
relationships associated with integrity, selera, dan sikap. Ini juga menyentuh
unity, harmony and peace in the family. pada sifat dari berbagai jenis hubungan
The descriptions are intended to yang terkait dengan integritas,
demonstrate to students that Bhineka persatuan, harmoni dan kedamaian
Tunggal Ika is not just a slogan. Instead, dalam keluarga. Deskripsi dimaksudkan
it represents a social reality that can be untuk menunjukkan kepada siswa
experienced, practiced, and developed bahwa Bhineka Tunggal Ika bukan
by each student in their family, as the hanya sebuah slogan. Sebaliknya, itu
smallest unit of community. They should mewakili realitas sosial yang bisa
become aware of the fact that dialami, dipraktekkan, dan
differences between familybmembers dikembangkan oleh setiap siswa di
are not barriers for building harmony in keluarga mereka, sebagai unit

15 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
the family. Quotations and figures komunitas terkecil. Mereka seharusnya
below come from the textbook for grade menjadi menyadari fakta bahwa
1. My name is Wahyudin. In my family, perbedaan antar keluarga anggota bukan
we all have different hobbies. I love hambatan untuk membangun harmoni di
playing badminton, and so does my keluarga. Kutipan dan angka di bawah
father. My mother loves cooking; my ini berasal dari buku teks untuk kelas 1.
elder brother loves reading books, and Nama saya Wahyudin. Di keluarga
my younger sister loves playing or saya, kita semua punya hobi yang
collecting toys. My father and I are berbeda. Saya suka bermain badminton,
watching TV; mother is cooking at the dan sebagainya apakah ayah saya. Ibuku
kitchen; my elder brother is reading a suka memasak; penatua saya Saudara
textbook, and my younger sisters are suka membaca buku, dan adik
playing with a toy car. We do not disrupt perempuan saya suka bermain atau
or disturb each other. We respect our mengumpulkan mainan. Ayah saya dan
differences. Our family lives peacefully” saya adalah menonton televisi; ibu
(Nursa’ban, Rusmawan 2010a, 56‐57). sedang memasak di dapur; penatua saya
I am learning with my elder sister. I am saudara sedang membaca buku teks, dan
doing math homework; she is learning adik perempuan saya bermain dengan
English. We do not disturb each other. mobil mainan. Kami tidak mengganggu
My elder brother teaches me Math. It atau mengganggu satu sama lain. Kami
makes me understand Math better. My menghormati perbedaan kami. Keluarga
homework is also finished faster. When kami hidup secara damai ”(Nursa'ban,
my elder brother can’t find his pencil, I Rusmawan 2010a, 56‐57). Saya belajar
lend him mine. My brother’s task is also dengan kakak perempuan saya. Saya
quickly finished. Harmony is beautiful. sedang mengerjakan matematika
Living in harmony makes everything pekerjaan rumah; dia sedang belajar
work well. Mother likes sweet food; bahasa inggris. Kami tidak mengganggu
father likes spicy food. They never fight; satu sama lain. Kakak laki-laki saya
both sweet and spicy foods are mengajari saya Matematika. Saya
prepared” (Nursa’ban, Rusmawan membuat saya memahami Matematika
2010a, 58‐60). dengan lebih baik. PR saya adalah juga
Furthermore, textbooks also describe the selesai lebih cepat. Ketika kakak laki-
diversity of the parents’ ethnicities and laki saya tidak dapat menemukannya

16 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
languages. This is one real example pensilnya, saya pinjami dia. Tugas
experienced and faced by students in kakakku juga VBcepat selesai. Harmoni
their family life. Parents’ respect of each itu indah. Tinggal diharmoni membuat
other’s differences through the use of the semuanya berjalan dengan baik. Suka
Indonesian language to communicate ibu makanan manis; Ayah suka
also gives a better understanding to makanan pedas.Mereka tidak pernah
students of the meaning of Bhinneka bertengkar; makanan manis dan pedas
Tunggal Ika. In fact, dealing with disiapkan ”(Nursa'ban, Rusmawan
differences in ethnicity and language has 2010a, 58-60).
actually faciliatated the creation of unity Selanjutnya, buku teks juga
and harmony in the family, as the menggambarkan keragaman etnis dan
following quotation suggests. Mother is bahasa orang tua. Ini nyata contoh yang
Javanese and father is Sundanese. Their dialami dan dihadapi oleh siswa di
customs are different; mother uses mereka kehidupan keluarga. Hormat
Javanese language, and the father uses orang tua tentang perbedaan satu sama
Sundanese language. They communicate lain melalui penggunaan bahasa
using the Indonesian language. Mother Indonesia untuk berkomunikasi juga
respects father’s customs; father also memberikan pemahaman yang lebih
respects mother’s customs. They are baik siswa dari makna Bhinneka
different, but they are one. They live in Tunggal Ika. Faktanya, berurusan
harmony” (Nursa’ban, Rusmawan dengan perbedaan dalam etnis dan
2010a, 60‐61). bahasa sebenarnya memfasilitasi
To present an actual example of unity in terciptanya persatuan dan harmoni
diversity in the family life, the textbooks keluarga, seperti yang disarankan oleh
also present images of the places of kutipan berikut. Ibu adalah orang Jawa
worship for religions in Indonesia, side dan ayah adalah orang Sunda. Mereka
by side, to demonstrate harmony in berbeda; ibu menggunakan bahasa jawa,
religious life to the pupils (Figure 4). dan sang ayah menggunakan bahasa
Although our religions are different, but Sunda. Mereka berkomunikasi
we are still in harmony, in peace, and in menggunakan bahasa Indonesia. Ibu
unity. After showing the stories and menghormati kebiasaan ayah; Ayah
pictures concerning diversity in family juga menghormati kebiasaan ibu.
daily life, the textbooks also present the Mereka berbeda, tetapi mereka satu.
Mereka hidup rukun ”(Nursa'ban,
17 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
conceptual meaning of Bhinneka Rusmawan 2010a, 60‐61). Untuk
Tunggal Ika and its meaning for family menyajikan contoh aktual kesatuan
life and Indonesian nation in general.In dalam keragaman dalam kehidupan
this case, the textbooks again focus on keluarga, buku buku teks juga
demonstrating that the concept is not just menyajikan gambar-gambar tempat
an abstract one but that it has concrete ibadah untuk agama di Indonesia,
implications for everyday life. berdampingan, untuk menunjukkan
Everyone is different. Living in harmony keharmonisan dalam kehidupan
will create peace. There will be no beragama kepada para murid. Meskipun
conflict. Peace lives in harmony. Living agama kami berbeda, tetapi kami masih
in harmony is important to the family. harmonis, damai, dan bersatu. Setelah
Harmony is also the foundation of our menunjukkan cerita dan gambar tentang
nation, as shown in motto ‘Bhinneka keragaman dalam kehidupan sehari-hari
Tunggal Ika’, we are different but are keluarga, buku pelajaran juga hadir arti
one" (Nursa'ban & Rusmawan 2010a, konseptual Bhinneka Tunggal Ika dan
64). artinya untuk kehidupan keluarga dan
bangsa Indonesia pada umumnya.
Dalam hal ini, buku teks lagi fokus pada
demonstrasi bahwa konsepnya bukan
hanya abstrak tetapi itu memiliki
implikasi konkret untuk kehidupan
sehari-hari. Setiap orang berbeda. Hidup
harmonis akan tercipta perdamaian.
Tidak akan ada konflik. Perdamaian
hidup dalam harmoni. Hidup harmonis
penting bagi keluarga. Harmoni juga
merupakan fondasi bangsa kita, seperti
yang ditunjukkan dalam motto
‘Bhinneka Tunggal Ika’, kami berbeda
tapi satu " (Nursa'ban & Rusmawan
2010a, 64).

4. Bhineka Tunggal Ika in the school 4. Bhineka Tunggal Ika di sekolah

18 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
The school itself is a community and Sekolah itu sendiri adalah komunitas
education is a service to the larger dan pendidikan adalah layanan kepada
community to which the school belongs” komunitas yang lebih besar di mana
(Reuben 1997, 401). As a community, „a sekolah milik ”(Reuben 1997, 401).
school or a class is a social laboratory Sebagai komunitas, 'sekolah atau kelas
for the study of democracy, a social adalah laboratorium sosial untuk studi
space for people who have the right to demokrasi, ruang sosial bagi orang-
expect training for good citizenship” orang yang memiliki hak mengharapkan
(Field, Nearing 2007, v). Therefore, pelatihan untuk kewarganegaraan yang
school or community is the second baik ”(Field, Nearing 2007, v). Oleh
context, after the family, for students to karena itu, sekolah atau komunitas
learn and experience at first‐hand the adalah yang kedua konteks, setelah
meaning of Bhinneka Tunggal Ika. keluarga, bagi siswa untuk belajar dan
Each member of the school is different pengalaman di tangan pertama arti
in ethnicity, culture, custom, language, Bhinneka Tunggal Ika.
and religion. Therefore, recognizing and Setiap anggota sekolah berbeda dalam
respecting diversity at school is also etnis, budaya, adat istiadat, bahasa, dan
important, so that the students agama. Karena itu, mengakui dan
understand how to create harmony and menghormati keberagaman di sekolah
unity in the class or at school. The juga penting, agar para siswa
following quotation concerns how memahami caranya menciptakan
textbooks describe the concept of keharmonisan dan persatuan di kelas
Bhineka Tunggal Ika in a classroom. atau di sekolah. Itu Kutipan berikut
Take a look at your friends in the class! menyangkut bagaimana buku teks
Are any of them of Batak, Javanese or menggambarkan konsep Bhineka
Sundanese ethnicity? Yes, even though Tunggal Ika di ruang kelas. Lihatlah
we come from different ethnic groups, teman-teman Anda di kelas! Apakah
we are together. We must prioritize unity ada mereka dari Batak, Jawa atau Sunda
even though we are different. We should etnis? Iya nih, meskipun kami berasal
appreciate our differences. This is dari kelompok etnis yang berbeda, kami
consistent with the ultimate goal of bersama. Kita harus memprioritaskan
protecting all of the people of Indonesia. kesatuan meskipun kita berbeda. Kita
Try to find where the statement is harus menghargai perbedaan kita. Ini
konsisten dengan tujuan akhir
19 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
written! The diversity of Indonesian melindungi semua orang Indonesia.
cultures, customs, languages, and Coba cari di mana pernyataan tertulis!
religions are not barriers to realizing the Keragaman bahasa Indonesia budaya,
goal of unity. Unity must be fostered and kebiasaan, bahasa, dan agama tidak
guarded through cooperation in various hambatan untuk mewujudkan tujuan
fields, regardless of the differences" persatuan. Persatuan haruslah dibina
(Suranti, Saptriarso 2009a, 76). dan dijaga melalui kerja sama dalam
Bhinneka Tunggal Ika in the Indonesian berbagai bidang sawah, terlepas dari
nation‐state perbedaannya "(Suranti, Saptriarso
2009a, 76).
5. Bhinneka Tunggal Ika in the Indonesian 5. Bhinneka Tunggal Ika di negara-bangsa
nation‐state Indonesia
In classes 4‐6, students are taught Di kelas 4‐6, siswa diajarkan Bhinneka
Bhinneka Tunggal Ika in a broader Tunggal Ika dalam konteks yang lebih
context, i.e. the nation‐state of luas, yaitu negara-bangsa Indonesia.
Indonesia. The textbooks’ explanation is Penjelasan buku teks lebih abstrak dan
more abstract and conceptual, but it still konseptual, tetapi masih memiliki
has a functional link with students' prior hubungan fungsional dengan
knowledge and experience. In these pengetahuan dan pengalaman siswa
classes, the importance of maintaining sebelumnya. Dalam ini kelas,
harmony, coexistence without hostility, pentingnya menjaga keharmonisan,
and mutual respect towards different koeksistensi tanpa permusuhan, dan
traditions is reemphasized. „We live in saling menghormati terhadap tradisi
the archipelago of diverse cultures. yang berbeda ditekankan kembali.
Although there are different ethnic "Kami tinggal di nusantara beragam
groups, we must live in harmony without budaya. Meski ada kelompok etnis yang
hostility, and show mutual respect berbeda, kita harus hidup dalam
towards different traditions" (Suranti, harmoni, tanpa permusuhan, dan
Saptriarso 2009a, 87). Figure 5 below menunjukkan rasa saling menghormati
illustrates the diversity of traditional tradisi berbeda "(Suranti, Saptriarso
clothes of ethnic groups in Indonesia. 2009a, 87).
Historically, harmony has been nurtured Secara historis, keselarasan telah
and fostered. The peaceful life dipupuk dan dipupuk. Kehidupan damai

20 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
experienced by the Ambonese, who yang dialami oleh orang Ambon, siapa
were newcomers in Java and lived adalah pendatang baru di Jawa dan
among the native Javanese, Buginese, tinggal di antara penduduk asli Orang
and Macassar peoples gives a clear Jawa, Bugis, dan Makasar memberi
example of this as indicated by the penjelasan contoh ini seperti yang
quotation below „Although there is a ditunjukkan oleh kutipan di bawah ini.
diversity in culture, our nation is still in „Meskipun ada perbedaan dalam
unity. Do you remember the meaning of budaya, bangsa kita adalah masih dalam
the motto "Bhinneka Tunggal Ika Tan kesatuan. Apakah Anda ingat arti
Hana Dharma Mangrwa"? Yes, semboyan tersebut "Bhinneka Tunggal
“Although we are different, we are still Ika Tan Hana Dharma Mangrwa"? Ya,
one.” The phrase was written by Mpu "Meskipun kami berbeda, kami masih
Tantular in Sutasoma’s poem. This satu." frase ditulis oleh Mpu Tantular di
indicates that living in harmony has long Sutasoma's sajak. Ini menunjukkan
been developed in Indonesia. The bahwa hidup dalam harmoni telah lama
diversity of Indonesia must be terjadi dikembangkan di
maintained as national identity” (Suranti, Indonesia.Keragaman Indonesia harus
Saptriarso 2009a, 73; 2009b, 75). dipertahankan sebagai identitas nasional
„Ambonese ethnicity is native to the ”(Suranti, Saptriarso 2009a, 73; 2009b,
coast, but they live together with 75). "Suku Ambon adalah penduduk asli
Javanese, Buginese, and Macassar pantai, tetapi mereka tinggal bersama
migrants" (p 88). orang Jawa, Bugis, dan migran Makasar
"(p 88).

6. Bhinneka Tunggal Ika in religious 6. Bhinneka Tunggal Ika dalam upacara


ceremonies keagamaan
Textbooks provide illustrations of Buku teks menyediakan ilustrasi
Bhinneka Tunggal Ika in various Bhinneka Tunggal Ika dalam berbagai
religious ceremonies which are blended upacara keagamaan yang dibaurkan
with animist ceremonies, i.e. ceremonies upacara animisme, yaitu upacara yang
which are associated with belief in terkait dengan keyakinan pada roh
ancestral spirits. In Indonesian society, leluhur. Di masyarakat Indonesia, ada
there are traditional ceremonies upacara tradisional yang merayakan

21 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
celebrating birth, death, marriage, etc. kelahiran, kematian, pernikahan, dll.
The people of Indonesia are Muslim, Orang-orang Indonesia adalah Muslim,
Catholic, Protestant, or Hindu, but some Katolik, Protestan, atau Hindu, tetapi
of them still perform such animist beberapa dari mereka masihmelakukan
rituals. In Islamic law (shari'a), such ritual animisme seperti itu. Dalam
practices are considered haram, bid’ah in hukum Islam (syariah), seperti itu
that new cases or practices are not praktik dianggap haram, menawar
regulated in Islamic law. Even, in fact, it dalam kasus-kasus baru atau praktik
becomes a symbol of the unity and tidak diatur dalam hukum Islam.
social integration of Indonesia (Geertz Bahkan, itu menjadi simbol persatuan
2013). The quotation below describes dan sosial integrasi Indonesia (Geertz
examples of traditional ceremonies in 2013). Kutipan di bawah ini
several Indonesian regions, from the menggambarkan contoh tradisional
textbook of Class 4. Bajijak Tanah in upacara di beberapa wilayah Indonesia,
Kalimantan and Tedhak Siti in Central dari buku teks Kelas 4. Bajijak Tanah di
Java, Yogyakarta, is a salvation Kalimantan dan Tedhak Siti di Jawa
ceremony for a child touching its feet on Tengah, Yogyakarta, adalah upacara
the ground and into river water for the penyelamatan untuk anak menyentuh
first time (Figure 6). Kasodo in Tengger, kakinya di tanah dan ke sungai air untuk
East Java, is a salvation ceremony pertama kalinya (Gambar 6). Kasodo di
carried out by throwing offerings into Tengger, Jawa Timur, adalah upacara
the Mount Bromo crater during the full penyelamatan yang dilakukan oleh
moon. Pago‐Pago in Batak, North melemparkan sesajen ke kawah Gunung
Sumatra, is a ceremony which involves Bromo selama bulan purnama. Pago ‐
handing over one clan’s land to another Pago di Batak, Sumatera Utara, adalah
clan while having meals together. upacara yang melibatkan penyerahan
Ruwatan in Central Java, Yogyakarta, is satu tanah klan ke klan lain saat makan
a ceremony for self‐ purification in bersama. Ruwatan di Jawa Tengah,
particular circumstances, such as having Yogyakarta, adalah upacara untuk diri
anak tunggal (a single child in the sendiri pemurnian dalam keadaan
family). Non‐Wunja in Toraja, South tertentu, seperti memiliki anak tunggal
Sulawesi, is a salvation ceremony for the (anak tunggal dalam keluarga). Non-
post‐harvest period“ (Suranti, Saptriarso Wunja di Toraja, Sulawesi Selatan,

22 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
2009a, 79). adalah upacara penyelamatan bagi
Creative acculturation of animist rituals periode pasca panen "(Suranti,
into their religions by ethnic groups in Saptriarso 2009a, 79).
Indonesia is called syncretism or Akulturasi kreatif ritual animisme ke
"vermenging" (Zoetmulder 1983). dalam mereka agama-agama oleh
Scholars recognize that such ability kelompok-kelompok etnis di Indonesia
comes from local wisdom or local disebut sinkretisme atau "vermenging"
genius of Indonesia. It is considered the (Zoetmulder 1983). Sarjana mengakui
incorporation of various cultural bahwa kemampuan tersebut berasal dari
elements into a distinctive Indonesian kearifan lokal ataubkejeniusan lokal
culture (Budiqiyanto 2005; Lestari 2000; Indonesia. Itu dianggap sebagai
Supomo 1995). Dutch philologist J.L.A. penggabungan berbagai elemen budaya
Brandes (cit. Munandar 2005) argues in ke dalam budaya khas Indonesia
his theory ”Brandes Tien Puten” or (Budiqiyanto 2005; Lestari 2000;
”Brandes’ Ten Points” that the elements, Supomo 1995). Filolog Belanda J.L.A.
which have been developed since pre‐ Brandes (cit. Munandar 2005)
history, include the following: 1. berpendapat dalam teorinya ”Brandes
Agriculture and farming, 2. Sailing and Tien Puten ”atau“ Brandes ’Sepuluh
wind direction, 3. the puppet show Poin” yang elemen-elemennya, yang
(wayang), 4. Gamelan or orchestra, 5 telah dikembangkan sejak pra-sejarah,
Batik or ornamental art , 6. Metal termasuk berikut: 1. Pertanian dan
crafts, 7. Metric or measurement tools, pertanian, 2. Berlayar dan angin arah, 3.
8. Coin exchange, 9. Astrology, and 10. pertunjukan wayang (wayang), 4.
Organized society. All these Gamelan atau orkestra, 5 Batik atau seni
elementshave become a source of hias, 6. Kerajinan logam, 7. Metrik atau
national pride and admired by the world alat ukur, 8. Pertukaran koin, 9.
communities. The Minangkabau ethnic Astrologi, dan 10. Masyarakat yang
group is Muslim, but they still perform terorganisir. Semua elemen ini telah
several traditional rituals such as ‘turun menjadi sumber kebanggaan nasional
mandi’ and ‘turun tanah’ (take a shower dan dikagumi oleh komunitas dunia.
and touch the ground) (…). The religion Suku Minangkabau adalah Muslim,
of the Minahasa is Protestant, Catholic, tetapi mereka masih melakukan
or Buddhist, but they still believe in beberapa ritual tradisional seperti ‘turun
mandi ’dan‘ turun tanah ’(mandi dan
23 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
ancestral spirits (animism) and practice sentuh tanah) (...). Agama orang
various traditional rituals, called mambo Minahasa adalah Protestan, Katolik,
(…). The religions of the Nias atau Budha, tetapi mereka masih
areProtestantism, Catholicism, Islam, percaya pada leluhur roh (animisme)
and Buddhism, but they still believe in dan berlatih berbagai ritual tradisional,
ancestral spirits called pelebegu (…). disebut mambo (...). Agama-agama di
The majority of Sundanese people are Nias adalah Protestan, Katolik, Islam,
Muslim, but on Friday night, they often dan Budha, tetapi mereka masih percaya
hold the most important of the animist pada roh leluhur yang disebut pelebegu
ceremonies slametan (…). Islam (...). Mayoritas orang Sunda adalah
development in the Javanese community Muslim, tetapi pada Jumat malam,
is extensive. However, they still perform mereka sering memegang yang paling
slametan rituals to preserve people's penting upacara animisme slametan (...).
lives from the interference of ancestral Pembangunan Islam di komunitas Jawa
spirits and supernatural beings. sangat luas. Namun, mereka masih
According to the slametan ritual, they melakukan ritual slametan untuk
give offerings, which are placed in melestarikan kehidupan masyarakat dari
certain locations, such as in wells, doors, campur tangan roh leluhur dan makhluk
and at the junctions of several roads? gaib. Menurut ritual slametan, mereka
Examples of salvation rituals are memberi persembahan, yang
circumcision, weddings, and tingkeban ditempatkan di tertentu lokasi, seperti di
(salvation ritualfor a woman who is sumur, pintu, dan di persimpangan
seven‐months pregnant, and it is held beberapa jalan? Contoh ritual
only for the first child (…). Most penyelamatan adalah sunat, pernikahan,
Papuans are Christians, but they still dan tingkeban (ritual keselamatan untuk
believe ancestral spirits"(Suranti, wanita yang hamil tujuh bulan, dan itu
Saptriarso 2009a, 88‐93). diadakan hanya untuk anak pertama
(...). Sebagian besar orang Papua adalah
Kristen, tetapi mereka masih percaya
roh leluhur " (Suranti, Saptriarso 2009a,
88-93).
7. Bhinneka Tunggal Ika in the design of 7. Bhinneka Tunggal Ika dalam desain
mosques, palaces, and graves masjid, istana, dan kuburan
The textbooks also describe Bhinneka Buku-buku teks juga menggambarkan
24 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
Tunggal Ika in the context of the Bhinneka Tunggal Ika di konteks
integration of Islamic mosques, integrasi masjid-masjid Islam, istana,
palaces, and graves into a Hindi dan kuburan ke dalam konteks budaya
cultural context in terms of their Hindi dalam hal desain mereka.
design. The Islamic architecture is Arsitektur Islam khusus untuk Indonesia
specific to Indonesia and cannot be dan tidak dapat dipisahkan dari peran
separated from the roles of Nine Sembilan Orang Suci Islam (Gambar 7)
Islamic Saints (Figure 7) called ’Wali disebut 'Wali Songo'. Cerita
Songo’ . Stories suggest that menunjukkan bahwa sinkretisme orang
syncretism of Javanese people has Jawa telah menjadi norma, bukan
become the norm, rather than the pengecualian. Jadi, di Jawa ini Periode
exception. Thus, in this Java Islamisasi, sinkretisme menjadi lebih
Islamization period, syncretism dominan di pedalaman daripada di
becomes more dominant in the interior pesisir Jawa (Ali 2011). Akulturasi telah
than in coastal Java (Ali 2011). menjadi ciri utama dari arsitektur masjid
Acculturation has become a main Islam di Indonesia (Pijper 1984, 14‐66).
characteristic of the architecture of Dalam doktrin Islam, itu dimungkinkan,
Islamic mosques in Indonesia (Pijper karena "Islam adalah agama yang
1984, 14‐66). In Islamic doctrines, it is demokratis, dan itu tidak mengenali
made possible, because „Islam is a perbedaan sosial dan derajat pribadi "
democratic religion, and it does not (Suranti, Saptriarso 2009a, 31). Aceh
recognize social differences and Mosque Baiturrahman (...) memiliki
personal degrees„ (Suranti, Saptriarso arsitektur bentuk dan pola, yang
2009a, 31). Aceh Mosque merupakan perpaduan Islam dan
Baiturrahman (...) has architectural Elemen Hindi (...). Masjid Agung
forms and patterns, which are a blend Banten adalah peninggalan Kerajaan
of Islamic andHindi elements (...). The Islam; ini memiliki bentuk persegi atap
Great Mosque of Banten is a relic of dengan tangga atas (...). Masjid Kudus
the Islamic Kingdom; it has a square‐ di Tengah Jawa adalah peninggalan dari
shaped roof with a staircase top (...). rumah Sunan Kudus; ini memiliki
Kudus Mosque in Central Java is a keunikan menara, perpaduan budaya
relic of Sunan Kudus’ home; it has a Islam dan Hindi. Itu menara Masjid
unique tower, a blend of Islamic and Kudus memiliki bentuk seperti candi di

25 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
Hindi cultures. The minaret of Kudus Jawa Timur dan dibangun dari batu bata
Mosque has a shape like temples in merah dan memiliki overlapping high-
East Java and is built from red bricks rooves (atap tumpang) ”(Suranti,
and has overlapping high‐rooves (atap Saptriarso 2009a, 115‐117). „Istana
tumpang)” (Suranti, Saptriarso 2009a, Banten, yang dibangun oleh Sunan
115‐117). „The Banten palace, which Gunung Jati (Faletehan) di sekitar Abad
was built by Sunan Gunung Jati ke-16 (...), dan Istana Kaibon adalah
(Faletehan) around the 16th century perpaduan Pola budaya Islam dan Hindi
(…), and the Kaibon Palace are a blend "(p 120).
of Islamic and Hindi cultural patterns" Makam Sunan Bayat di Klaten, Jawa
(p 120). Tengah (…) memiliki gerbang aneh
The Sunan Bayat grave in Klaten, yang menyerupai sebuah kuil Hindu
Central Java (…) has peculiar gates yang disebutCandi Bentar (Pura
that resemble a Hindu temple called Terpisah) ”(Suranti, Saptriarso 2009a,
Candi Bentar (Split Temple)” (Suranti, 121). „Kuburan Islami terdiri dari
Saptriarso 2009a, 121). „The Islamic kubah, batu nisan, dan nisan. Kubah
graves consist of cupola, gravestone, adalah rumah yang dibangun untuk
and headstone. A cupola is a house that lindungi kuburan orang-orang penting.
is built to protect the graves of Batu nisan adalah batu penutup di
important people. The gravestone is a kuburan, dan nisannya adalah tonggak
covering stone on the grave, and the penanda ditanamkan di kuburan
headstone is a marker milestone "(2009b, 38).
implanted in the grave" (2009b, 38).
8. Gotong Royong [communal working or 8. Gotong Royong [kerja komunal atau
mutual assistance] in diversity bantuan timbal balik] dalam
Gotong Royong (a Javanese expression keberagaman
for working together) is another form of Gotong Royong (sebuah ekspresi Jawa
the manifestation of Bhinneka Tunggal untuk bekerja sama) adalah bentuk lain
Ika in public life. It is one of the core dari manifestasi Bhinneka Tunggal Ika
tenets of Indonesian philosophy on dalam kehidupan publik. Ini adalah
togetherness in diversity. It is a native salah satu inti filosofi Indonesia tentang
tradition of Indonesia to accomplish a kebersamaan dalam keragaman. Ini
task together without recognizing adalah tradisi asli Indonesia untuk

26 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
boundaries, differences, and social menyelesaikan tugas bersama tanpa
strata. The phrase has been translated mengenal batas, perbedaan, dan strata
into English in many ways, most of sosial. Frasa ini telah diterjemahkan ke
which are associated with the concept of dalam bahasa Inggris dengan banyak
reciprocity or mutual assistance. Taylor cara, yang sebagian besar terkait dengan
and Aragon (1991, 10) state that „gotong konsep timbal balik atau bantuan timbal
royong is cooperation among many balik. Taylor dan Aragon (1991, 10)
people to attain a shared goal. Gotong menyatakan bahwa „gotong royong
royong is a key element in the power adalah kerja sama di antara banyak
system and the political culture of orang untuk mencapai tujuan bersama.
Indonesia”. According to Bowen (1986, Gotong royong adalah elemen kunci
545), „gotong royong as the power dalam sistem kekuasaan dan budaya
system and the political culture of politik Indonesia ”. Menurut Bowen
Indonesia has three ongoing processes. (1986, 545), „gotong royong sebagai
They are: (1) the conscious dilution local sistem kekuasaan dan budaya politik
cultural realities; (2) the construction of Indonesia memiliki tiga proses yang
a national tradition on the basis of this berkelanjutan. Mereka adalah: (1)
process; and (3) the inclusion of state kesadaran sadar akan realitas budaya
cultural representations as part of lokal; (2) pembangunan tradisi nasional
strategy of intervention in the rural atas dasar proses ini; dan (3)
sector and the mobilization of rural dimasukkannya representasi budaya
labor”. Clifford Geertz (2000) points out negara sebagai bagian dari strategi
the importance of gotong royong in intervensi di sektor pedesaan dan
Indonesian life. An enormous inventory mobilisasi tenaga kerja pedesaan ”.
of highly specific and often quite Clifford Geertz (2000) menunjukkan
intricate institutions for effecting pentingnya gotong royong dalam
cooperation in work, politics, and kehidupan Indonesia. „Inventaris sangat
personal relations , vaguely gathered besar dari institusi yang sangat spesifik
under culturally charged and fairly well dan sering cukup rumit untuk
indefinable value‐images—rukun mempengaruhi kerja sama dalam kerja,
("mutual adjustment'), gotong royong politik, dan hubungan pribadi, yang
("joint bearing of burdens"), tolong‐ secara samar-samar dikumpulkan di
menolong ("reciprocal assistance")— bawah nilai-nilai budaya yang
terdefinisi dan tidak dapat ditentukan —
27 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
governs social interaction with a force as rukun (" penyesuaian timbal balik "),
sovereign as it is subdued" (p 167‐234). gotong royong (" gabungan
menanggung beban "), tolong ‐
menolong (" bantuan timbal balik ") -
mengatur interaksi sosial dengan
kekuatan yang berdaulat karena
ditundukkan" (p 167‐234).

9. Bhinneka Tunggal Ika in action 9. Bhinneka Tunggal Ika beraksi


To provide an overview of the use and Untuk memberikan gambaran tentang
implementation of the concept of penggunaan dan penerapan konsep
Bhinneka Tunggal Ika in a classroom Bhinneka Tunggal Ika dalam
setting, further descriptions below pengaturan ruang kelas, uraian lebih
present some examples of good practice lanjut di bawah ini menyajikan beberapa
based on teachers’ experiences from contoh praktik yang baik berdasarkan
various regions in Indonesia. Sulistyo pengalaman guru dari berbagai daerah
(IM 2012), a young teacher in a di Indonesia. Sulistyo (IM 2012),
hinterland Bima, has a simple idea of seorang guru muda di daerah pedalaman
how to connect his students with other Bima, memiliki gagasan sederhana
students from various regions in tentang bagaimana menghubungkan
Indonesia, so that they develop their murid-muridnya dengan siswa lain dari
sense of national unity and solidarity. berbagai daerah di Indonesia, sehingga
For that purpose, he has designed an mereka mengembangkan rasa persatuan
innovative approach to the study of dan solidaritas nasional. Untuk itu, ia
Bhinneka Tunggal Ika using telah merancang pendekatan inovatif
correspondence activities entitled untuk mempelajari Bhinneka Tunggal
“Jejaring Anak Indonesia” (Indonesian Ika menggunakan kegiatan
Children’s Network). Every student is korespondensi berjudul “Jejaring Anak
required to send a letter to a “Sahabat Indonesia”. Setiap siswa diminta untuk
Pena” (Pen Friend) forum, or to send mengirim surat ke forum “Sahabat
gifts for their friends throughout Pena” (Pen Friend), atau mengirim
Indonesia. This way, they have a greater hadiah untuk teman-teman mereka di
insight and concrete knowledge and seluruh Indonesia. Dengan cara ini,

28 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
understanding about the country from mereka memiliki wawasan yang lebih
first‐hand experience. According to luas dan pengetahuan konkret serta
Sulistyo, these activities have two pemahaman tentang negara dari
missions: (1) to train students to express pengalaman tangan pertama. Menurut
their ideas, thoughts, and feelings; (2) to Sulistyo, kegiatan ini memiliki dua
facilitate student's building friendships misi: (1) melatih siswa untuk
and recognizing cultural diversity and mengekspresikan ide, pemikiran, dan
various ways of life in different regions perasaan mereka; (2) untuk
in Indonesia. Students are given the task memfasilitasi siswa membangun
of writing a letter to their friends in persahabatan dan mengenali keragaman
North Aceh, whom they know from budaya dan berbagai cara hidup di
television a few months earlier. They are berbagai daerah di Indonesia.
also asked to send gifts (e.g. "Origami") Mahasiswa diberi tugas menulis surat
using materials available in their village kepada teman-teman mereka di Aceh
to build personal connections. They are Utara, yang mereka tahu dari televisi
very pleased, enthusiastic, and eager to beberapa bulan sebelumnya. Mereka
complete their assignments. They would juga diminta untuk mengirim hadiah
like to submit the letters immediately to (misalnya "Origami") menggunakan
the ’Pen Friend Forum‘, so that they can bahan yang tersedia di desa mereka
be read by their friends in North Aceh. I untuk membangun koneksi pribadi.
am also very pleased and touched by Mereka sangat senang, antusias, dan
their sincerity and enthusiasm to make bersemangat untuk menyelesaikan tugas
friends with children throughout mereka. Mereka ingin segera
Indonesia (...). Finally, they understand mengirimkan surat ke 'Pen Friend
the diversity in the archipelago, and Forum', sehingga mereka dapat dibaca
further become acquainted with their oleh teman-teman mereka di Aceh
new friend called 'Indonesia'. Their love Utara. Saya juga sangat senang dan
for the country begins to grow slowly, tersentuh oleh ketulusan dan antusiasme
bringing to fruition the seeds of mereka untuk berteman dengan anak-
nationalism that have taught them the anak di seluruh Indonesia (...).
meaning of Indonesia from an early age. Akhirnya, mereka memahami
An understanding built on personal keragaman di nusantara, dan selanjutnya
knowledge and experience is an berkenalan dengan teman baru mereka
yang disebut 'Indonesia'. Kecintaan
29 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
important factor in character building, mereka terhadap negara mulai tumbuh
especially for students in a country with perlahan, membawa buah benih
diverse culture. Their world has been nasionalisme yang telah mengajari
limited by its island nature, sea, mereka makna Indonesia sejak usia dini.
mountains, and rivers. Now, they find a Pemahaman yang dibangun di atas
way to recognize their country’s pengetahuan dan pengalaman pribadi
diversity. This activity provides a chance merupakan faktor penting dalam
for them to widen their horizons beyond pembentukan karakter, terutama bagi
the archipelago" (IM 2012). Like the siswa di negara dengan beragam
concept of diversity, the meaning of the budaya. Dunia mereka telah dibatasi
relationship, cooperation or gotong oleh alam pulau, laut, gunung, dan
royong cannot be explained simply to sungai. Sekarang, mereka menemukan
elementary students. For a teacher, cara untuk mengenali keragaman negara
"learning by doing" is the most mereka. Kegiatan ini memberikan
appropriate approach both inside and kesempatan bagi mereka untuk
outside of the classroom. The example memperluas cakrawala mereka di luar
below comes from a teacher’s teaching nusantara "(IM 2012). Seperti konsep
experience in the use of “old keragaman, makna hubungan, kerja
newspapers” as learning material and sama atau gotong royong tidak dapat
cooperative learning as a teaching and dijelaskan hanya kepada siswa sekolah
learning strategy. dasar. Untuk seorang guru, "belajar
In Indonesian schools, gotong royong sambil melakukan" adalah pendekatan
activities as explained above are usually yang paling tepat baik di dalam maupun
held on Fridays, a special day for all di luar kelas. Contoh di bawah ini
school members, a day of friendship, berasal dari pengalaman mengajar guru
togetherness, cooperation, mutual dalam penggunaan "koran bekas"
assistance and care for individual and sebagai bahan pembelajaran dan
social health. Jumat Berseri (Hari Jumat pembelajaran kooperatif sebagai strategi
Bersih, Sehat, Rapih, dan Indah) [Clean, pengajaran dan pembelajaran. Di
Healthy, Neat, and Beautiful Friday). sekolah-sekolah Indonesia, kegiatan
When break time comes, they line up to gotong royong seperti yang dijelaskan
take a bowl of chicken soup and a glass di atas biasanya diadakan pada hari
of tea. Senior students serve the junior Jumat, hari khusus untuk semua anggota
students by pouring chicken and rice sekolah, hari persahabatan,
30 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
soup into the bowls they are holding. ’It kebersamaan, kerja sama, bantuan
is for the children not just for the timbal balik dan perawatan untuk
ingredients.’ One of the senior students, kesehatan individu dan sosial. Jumat
Riani, says to VIVAnews. Each day, the Berseri (Hari Jumat Bersih, Sehat,
menu is varied, not merely chicken soup. Rapih, dan Indah) [Bersih, Sehat, Rapi,
While eating chicken soup made by their dan Indah Jumat]. Ketika waktu
junior, Riani and Rossi (senior students) istirahat tiba, mereka berbaris untuk
explain that every new student is given mengambil semangkuk sup ayam dan
toiletries, uniforms, shoes, socks and segelas teh. Siswa senior melayani
other school supplies. All purchases are siswa junior dengan menuangkan sup
made by them personally. Riani says: ayam dan nasi ke dalam mangkuk yang
’Dining together every break time is our mereka pegang. ’Ini untuk anak-anak
way to teach juniors about gotong‐ bukan hanya untuk bahan-bahan.’ Salah
royong. Here, we teach them the nature satu siswa senior, Riani, berkata kepada
of togetherness. Those who are more VIVAnews. Setiap hari, menu
mature should assist their younger bervariasi, tidak hanya sup ayam.
sisters/brother. We use cooking as a Sambil makan sup ayam buatan junior
medium of instruction. They must bring mereka, Riani dan Rossi (siswa senior)
the bowls from home. They also take menjelaskan bahwa setiap siswa baru
turns to cook. Although they dine on the diberikan peralatan mandi, seragam,
land, surrounded by slums, they remain sepatu, kaos kaki dan perlengkapan
in the spirit of the exercise and learn to sekolah lainnya. Semua pembelian
be happy and excited" (Admin 2013). dilakukan oleh mereka secara pribadi.
Riani mengatakan: 'Bersantap bersama
setiap waktu istirahat adalah cara kami
untuk mengajar para yunior tentang
gotong-royong. Di sini, kami mengajari
mereka sifat kebersamaan. Mereka yang
lebih dewasa harus membantu adik
perempuannya. Kami menggunakan
memasak sebagai media instruksi.
Mereka harus membawa mangkuk dari
rumah. Mereka juga bergantian
memasak. Meskipun mereka makan di
31 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
darat, dikelilingi oleh permukiman
kumuh, mereka tetap semangat dalam
latihan dan belajar untuk bahagia dan
bersemangat "(Admin 2013).

10. Conclusions 10. Kesimpulan


The content in the textbooks analyzed Konten dalam buku teks yang dianalisis
for this study concerns the concept of untuk penelitian ini menyangkut konsep
Bhinneka Tunggal Ika and its Bhinneka Tunggal Ika dan
implementation in the social studies implementasinya dalam kelas studi
classroom. The findings indicate that sosial. Temuan menunjukkan bahwa
both textbooks and teachers succeed in baik buku teks dan guru berhasil
making the concept of Bhinneka membuat konsep Bhinneka Tunggal Ika
Tunggal Ika meaningful to their students berarti bagi siswa mereka dalam
in the context of citizenship education. konteks pendidikan kewarganegaraan.
Their reports and the related Laporan mereka dan dokumentasi
documentation including the textbooks terkait termasuk buku pelajaran
suggest that they are capable of menunjukkan bahwa mereka mampu
presenting it using real‐world examples menyajikannya menggunakan contoh-
reflecting the reality of family and contoh dunia nyata yang mencerminkan
school life as well as with regard to realitas kehidupan keluarga dan sekolah
membership of a nation state. They were serta berkaitan dengan keanggotaan
also able to operationalize it in terms of negara bangsa. Mereka juga mampu
religious ceremonies; architecture and mengoperasionalkannya dalam hal
with regard to the gotong‐royong upacara keagamaan; arsitektur dan
activities in community life. Two criteria berkaitan dengan aktivitas gotong-
are helpful in determining the success or royong dalam kehidupan masyarakat.
otherwise of teachers and textbooks in Dua kriteria sangat membantu dalam
this regard. The first concerns whether menentukan keberhasilan atau
they extend the pupil's experience by sebaliknya dari guru dan buku teks
enlarging his or her opportunity to dalam hal ini. Keprihatinan pertama
understand and participate in unity in apakah mereka memperluas pengalaman
diversity both in the school and in the murid dengan memperbesar

32 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
community outside. Secondly, they kesempatannya untuk memahami dan
should be assessed with regard to how berpartisipasi dalam kesatuan dalam
the extent to which make the fullest keragaman baik di sekolah maupun di
possible use of the concept both as a komunitas luar. Kedua, mereka harus
means of demonstrating the operation of dinilai berkenaan dengan bagaimana
the fundamental principles of unity in sejauh mana memungkinkan
diversity in civic life, and as a means of penggunaan konsep sepenuhnya sebagai
cultivating habits, ideals, and attitudes alat untuk menunjukkan operasi prinsip-
conducive to unity in diversity. prinsip fundamental dari kesatuan
Education through actual practical dalam keragaman dalam kehidupan
examples is an essential factor in such sipil, dan sebagai sarana untuk
citizenship education. membudayakan kebiasaan, cita-cita, dan
sikap yang kondusif untuk persatuan
dalam keberagaman. Pendidikan
melalui contoh praktis yang sebenarnya
merupakan faktor penting dalam
pendidikan kewarganegaraan tersebut.

2. RESUME ARTIKEL JURNAL


A. Jurnal Pertama
Artikel ini adalah untuk membahas konsep Bhinneka Tunggal Ika, dalam arti
yang paling sempit, sebuah kebijakan tentang toleransi beragama, sebagaimana
dioperasionalkan dalam buku ajar IPS dan di ruang kelas di Indonesia. Fokus dari
penelitian ini adalah pada enam buku teks elektronik yang digunakan oleh siswa
berusia 7-12 tahun, di sekolah dasar Indonesia yang selanjutnya dipertimbangkan
dalam konteks pengalaman aktual guru Indonesia dalam operasionalisasi Bhinneka
Tunggal Ika di ruang kelas. Studi ini menunjukkan bahwa buku teks dan praktik
kelas mampu mendeskripsikan dan mengubah konsep seperti Bhinneka Tunggal Ika
menjadi konsep dan praktik nyata dan bermakna siswa yang dipraktekkan dalam
keluarga, sekolah, masyarakat luas dan pada tingkat nasional maupun dalam agama
kegiatan upacara, arsitektur, dan gotong-royong (atau timbal balik). Namun, negara
juga memiliki tujuan politik dan Konsep ini juga harus dilihat sebagai kebijakan

33 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
budaya yang mendasari yang dirancang untuk membangun karakter dan peradaban
sesuai dengan bangsa Indonesia yang majemuk.

B. Jurnal Kedua
Latar belakang dari penelitian ini adalah keragaman sosial masyarakat
Indonesia. Situasi ini menyebabkan konflik di antara orang Indonesia yang
membutuhkan solusi untuk meminimalkan efek dari konflik di antara masyarakat.
Studi tentang nilai penyatuan dan keharmonisan Forum Komunitas Keagamaan
adalah salah satu implementasi dari semangat penyatuan, aspek toleransi, yang perlu
disebarkan di antara masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk gali
bagaimana Forum Komunitas Agama bekerja dalam meningkatkan multikultural
Malang pemahaman masyarakat atas nilai penyatuan. Juga untuk mengetahui
bagaimana Agama Forum Komunitas meningkatkan toleransi masyarakat dan
pentingnya penyatuan di antara Keragaman masyarakat Malang. Alt last but not least,
studi atas fungsi nilai unifikasi sebagai laporan tentang bagaimana Forum Komunitas
Keagamaan mempertahankan masyarakat Indonesia penyatuan. Penelitian ini
menggunakan subyek dari anggota Forum Komunitas Agama, agama pemimpin,
pejabat pemerintah, dan orang-orang Malang. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan
partisipasi. Sementara itu, data dianalisis dengan menggunakan reduksi data,
tampilan data, dan verivication. Penemuan dari penelitian ini adalah: 1) kegiatan
yang dilakukan oleh Forum Komunitas Keagamaan mengandung nilai unifikasi; itu
penyatuan dan harmoni komunitas agama, konflik dan dialog konseling, toleransi,
sosialisasi atas kebijakan pemerintah tentang unifikasi dan harmoni yang beragam
masyarakat; 2) Forum Komunitas Keagamaan mengandung aspek sosial; nilai
keragaman, toleransi, pluralisme, dan penyatuan masyarakat, yang dapat diturunkan
ke yang berikutnya generasi; 3) Forum memiliki beberapa peran dalam
mempertahankan dan menjaga nilai penyatuan masyarakat multikultural melalui
kegiatan yang diterapkan di masyarakat. Pemerintah Kota Malang mendukung dan
mengkoordinasikan setiap lembaga yang bekerja dalam penyatuan dan keselarasan
masyarakat. Itu tindakan yang diambil menunjukkan bahwa pemerintah prihatin pada
penyatuan multicultural masyarakat. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

34 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
kegiatan yang dilakukan oleh Forum Komunitas Keagamaan Malang mengandung
nilai unifikasi.

C. Jurnal Ketiga
Tingkat keragaman bangsa Indonesia yang tinggi merupakan sumbu yang
mudah tersulut oleh konfrontasi- konfrontasi SARA. Oleh karena itu, butuh sebuah
penelaan konfrehensif berkaitan dengan ciri kebhinekaan Indonesia. Suatu kajian
tentang keanekaragaman budaya bukan hanya memberikan gambaran komprehensif
namun lebih dari itu,dapat menumbuhkan dialog persepsi kerukunan SARA ditengah
kehidupan berbangsa. Multikulturalisme merupakan given dari Tuhan, namun
Bhineka Tunggal Ika merupakan titipan dari nenek moyang kita yang harus di jaga
dan dilestarikan.

35 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
BAB III

PEMBAHASAN CRITICAL JOURNAL REVIEW


1. LATAR BELAKANG MASALAH YANG DIKAJI
A. Jurnal Pertama
Tujuan artikel ini adalah untuk membahas konsep Bhinneka Tunggal Ika,
dalam arti yang paling sempit, sebuah kebijakan tentang toleransi beragama,
sebagaimana dioperasionalkan dalam buku ajar IPS dan di ruang kelas di Indonesia.
Fokus dari penelitian ini adalah pada enam buku teks elektronik yang digunakan oleh
siswa berusia 7-12 tahun, di sekolah dasar Indonesia yang selanjutnya
dipertimbangkan dalam konteks pengalaman aktual guru Indonesia dalam
operasionalisasi Bhinneka Tunggal Ika di ruang kelas. Studi ini menunjukkan bahwa
buku teks dan praktik kelas mampu mendeskripsikan dan mengubah konsep seperti
Bhinneka Tunggal Ika menjadi konsep dan praktik nyata dan bermakna siswa yang
dipraktekkan dalam keluarga, sekolah, masyarakat luas dan pada tingkat nasional
maupun dalam agama kegiatan upacara, arsitektur, dan gotong-royong (atau timbal
balik). Namun, negara juga memiliki tujuan politik dan Konsep ini juga harus dilihat
sebagai kebijakan budaya yang mendasari yang dirancang untuk membangun
karakter dan peradaban sesuai dengan bangsa Indonesia yang majemuk.
Artikel ini menjelaskan bagaimana konsep Bhinneka Tunggal Ika dijelaskan
dalam buku teks dan bagaimana itu digunakan dan diimplementasikan dalam praktik
pembelajaran IPS. Saya juga menjelaskan bagaimana guru menangani konflik dalam
pengaturan kelas kewarganegaraan; dan bagaimana itu meningkatkan kesadaran
siswa bahwa Bhinneka Tunggal Ika tidak hanya jargon politik. Dengan kata lain,
artikel ini menjelaskan bagaimana buku teks dan guru berubah Bhinneka Tunggal Ika
dari "konsep ideologis" dikembangkan untuk tujuan negara atau dinasti menjadi
"Konsep pedagogis" untuk pendidikan kewarganegaraan. Dasar pemikiran untuk
penelitian ini termasuk fakta bahwa Orang Indonesia rentan terhadap konflik sosial
disebabkan oleh masalah etnis, agama, ras, dan antar hubungan kelompok. Karena
itu, penting untuk dipahami dan mempromosikan cara-cara di mana buku teks, dan
ruang kelas praktek dalam studi sosial dapat berkontribusi pada pembangunan
persatuan dan keragaman di antara 300 kelompok etnis di Indonesia Indonesia.

36 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
B. Jurnal Kedua
Latar belakang yang disampaikan penulis dalam jurnal kedua ini sangat
berkenaan dengan masalah yang dibahas yaitu tentang kemajemukan masyarakat
Indonesia yang kemudian dengan harapan didapatkan implementasi dari nilai
persatuan yang tercantum dalam sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Di bawah ini
adalah isi singkat latar belakang pada jurnal kedua.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari masyarakat yang
majemuk, multikultur serta terdiri dari berbagai agama dan keyakinan. Keberagaman
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan suatu nilai positif yang memerlukan
perhatian khusus agar hal tersebut mampu menjadi sumber kekuatan dan ciri khas
bangsa Indonesia di dunia internasional. Menurut Poespowardjojo(1991: 51)
“Selanjutnya kita ketahui, kondisi masyarakat sejak permulaan hidup kenegaraan
adalah serba majemuk. Masyarakat Indonesia bersifat multi etnis, multi religius dan
multi ideologis. Kemajemukan tersebut menunjukkan adanya berbagai unsur yang
saling berinteraksi. Berbagai unsur dalam bidang-bidang kehidupan masyarakat
merupakan benih-benih yang dapat memperkaya khasanah budaya untuk
membangun bangsa yang kuat…”. Sementara itu menurut Muzhar(Harahap 2007:
28). Multikulturalisme mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan
tindakan, oleh masyarakat suatu negara, yang majemuk dari segi etnis, budaya,
agama dan sebagainya, namun mempunyai cita-cita untuk mengembangkan
semangat kebangsaan yang sama dan memmpunyai kebanggaan untuk
mempertahankan kemajemukan tersebut.
Dengan adanya keberagaman tersebut diperlukan adanya penghayyatan dan
implementasi sikap toleransi antar masyarakat untuk menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa Indonesia serta menjaga menjaga perdamaian, keharmonisan hidup
bermasyarakat sekaligus meminimalisir potensi konflik pada masyarakat. Muchali
(2013: 4) menyatakan bahwa toleransi, (Arab) berarti batas ukur untuk penambahan
atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Pemahaman terhadap toleransi sangat
penting dalam usaha membangun masyarakat yang damai, dan penuh kasih, lebih-
lebih masyarakat yang multikultural.Dalam masyarakat multikultur seperti Indonesia
gerakan dialog antaragama harus ditopangkan oleh toleransi kultural, yakni tata laku
kehidupan. Ia bukan semata- mata didasarkan pada toleransi antarkeberimanan,
namun seyogyanya dibingkai dalam toleransi antarkemanusia.

37 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
C. Jurnal Ketiga
Pada jurnal ketiga ini berisikan latar belakang yang memuat tentang
kenyataan serta harapan yang terjadi di Indonesia pada saat ini. Penulis jurnal
memaparkan latar belakang permasalahan yang dihadapi Indonesia yang mengenai
sila ketiga yaitu Persatuan Indonesia. Adapun isi singkat latar blakang jurnal tersebut
sebagai berikut.
Negara Indonesia adalah salah satu negara multikultur terbesar di dunia, hal
ini dapat terlihat dari kondisi sosiokultural maupun geografis Indo- nesia yang
begitu kompleks, beragam, dan luas. “Indonesia terdiri atas sejumlah besar
kelompok etnis, budaya, agama, dan lain-lain yang masing- masing plural (jamak)
dan sekaligus juga heterogen “aneka ragam” (Kusumohamidjojo, 2000:45)”. Sebagai
negara yang plural dan heterogen, Indo- nesia memiliki potensi kekayaan multi
etnis, multi kultur, dan multi agama yang kesemuanya merupakan potensi untuk
membangun negara multikultur yang besar “multikultural nation- state”. Keragaman
masyarakat multikultural sebagai kekayaan bangsa di sisi lain sangat rawan memicu
konflik dan perpecahan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Nasikun (2007: 33)
bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak dapat dilihat dari dua
cirinya yang unik, pertama secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya
kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku bangsa, agama, adat, serta
perbedaan kedaerahan, dan kedua secara vertikal ditandai oleh adanya perbedaan-
perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Negara yang memiliki keunikan multientis dan multimental seperti Indonesia
dihadapkan pada dilematisme tersendiri, di satu sisi membawa In- donesia menjadi
bangsa yang besar sebagai multicultural nation-state, tetapi di sisi lain merupakan
suatu ancaman. Maka bukan hal yang berlebihan bila ada ungkapan bahwa kondisi
multikultural diibaratkanseperti bara dalam sekam yang mudah tersulut dan
memanas sewaktu- waktu. Kondisi ini merupakan suatu kewajaran sejauh perbedaan
disadari dan dihayati keberadaannya sebagai sesuatu yang harus disikapi dengan
toleransi. Namun, ketika perbedaan tersebut mengemuka dan menjadi sebuah
ancaman untuk kerukunan hidup, hal ini dapat menjadi masalah yang harus
diselesaikan dengan sikap yang penuh toleransi. Menyoal tentang rawan terjadi
konflik pada masyarakat multikultur seperti Indonesia, memiliki potensi yang besar
terjadinya konflik antarkelompok, etnis, agama, dan suku bangsa. Salah satu

38 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
indikasinya yaitu mulai tumbuh suburnya berbagai organisasi kemasyarakatan,
profesi, agama, dan organisasi atau golongan yang berjuang dan bertindak atas
nama kepentingan kelompok yang mengarah pada konflik SARA (suku, agama, ras
dan antar golongan).

2. PERMASALAHAN YANG DIKAJI


A. Jurnal Pertama
Jurnal utama ini membahas permasalahan tentang mulai lunturnya pemahaman
di kalangan masyarakat akan nilai persatuan dan nilai kebhinekaaan sehingga sering
kali terjadi realita bahwa Orang Indonesia rentan terhadap konflik sosial disebabkan
oleh masalah etnis, agama, ras, dan antar hubungan kelompok. Terjadinya
diskriminasi yang mengakibatkan berkurangnya hak beberapa golongan suku atau
agama tertentu secara paksa. Karena itu diperlukan penjelasan dan pengenalan
bagaimana konsep persatuan dan kebhinekaan telah lama tumbuh di kehidupan
masyarakat Indonesia sejak dulu kala, dan juga perlu adanya penjelasan tentang
bagaimana sebetulnya kekuatan dari persatuan bagi kemajuan suatu bangsa dan
negara.

B. Jurnal Kedua
Permasalahan yang dibahas dalam jurnal kedua ini adalah adanya konflik antar
kelompok beragam sertu lunturnya nilai persatuan, realitas yang di hadapi dalam
masyarakat Kabupaten Malang antara lain, adanya keberagaman soasial masyarakat
dalam konteks agama, kebudayaan, etnis dan golonganpada masyarakat. Dengan
adanya realitas tersebut muncul dampak negative yaitu adanya sikap fanatisme dan
munculnya konflik antar kelompok agama terkait dengan pendirian rumah ibadah
dalam masyarakat Kabupaten Malang, sehingga mengancam nilai-nilai persatuan
yang telah ada pada masyarakat yang dapat dilihat dari adanya kebersamaan dalam
melakukan peribadahan, doa bersama, kerjasaa dalam lingkup sosial kemasyarakatan
dan adanya kerukunan antar individu dalam masyarakat Selanjutnya adalah
memudrnya nilai perstuan dan kesatuan dalam lingkup daerah Kabupaten Malang
yang selanjutnya akan mengancam nilai persatuan dan kesatuan pada lingkup nasional
bangsa Indonesia. Hingga pada akhirnya, penelitian ini dianggap perlu untuk dikaji
dalam aspek sosial masyarakat Kabupaten Malang dalam membentuk dan
membangun nilai-nilai persatuan pada maasyarakat yang multikultur bangsa

39 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
Indonesia.Oleh karena itu, perlunya sebuah tulisan mengenai pengembangan nilai
persatuan pada masyarakat multikultur. Hal demikian menarik untuk meneliti tentang
Semangat Persatuan pada masyarakat Multikultural melalui agenda Forum Kerukunan
antar Umat beragama di Kabupaten Malang

C. Jurnal Ketiga
Jurnal ketiga adalah membahas masalah SARA, konflik bernuansa SARA
akhir-akhir ini banyak terjadi di beberapa daerah di Indonesia. Kebanyakan kasus
yang terjadi dipicu oleh tindakan seorang atau kelompok tertentu yang intoleran yang
kemudian dibawa pada kelom- poknya yang lebih luas dengan mengatasnamakan latar
belakang ras, suku, agama, dan budaya. Haris (2012:52) mengatakan bahwa “akibat
lebih jauh terjadinya konflik horisontal yang dipicu oleh kecemburuan sosial, ego
daerah, ego suku, ego agama, dan lainnya. Kesadaran untuk hidup bersama secara
damai sesuai makna Bhineka Tunggal Ika mulai luntur”. Akibat ego seorang atau
segelintir orang kemudian dibawa menjadi ego kelompok dan golongan tertentu
muncul konflik besar yang membawa bencana bagi semua pihak termasuk pihak yang
tidak terlibat. Namun demikian, tantangan keragaman yang dimiliki bangsa Indonesia
memiliki optimisme tersendiri untuk menjadi sebuah potensi bukan bibit konflik.
Sejalan dengan hal tersebut, Sujanto (2009: 4) memandang bahwa tentang keragaman
dan keberbedaan (kemajemukan) ini. Tuhan pun telah menggambarkan pada diri
manusia dengan lima jari tangan yang saling berbeda, yang kalau boleh saya sebut
‘sebagai falsafah lima jari’. Fitrah keragaman jari itupun diciptakan dengan masing-
masing ciri, fungsi dan peran dari tiap-tiap jari. Apabila kelima jari itu disatukan
(bersatu) akan terbangun suatu kekuatan yang sangat luar biasa yang dapat
menyelesaikan semua pekerjaan seberat apapun yang ada di muka bumi ini.

3. KAJIAN TEORI/KONSEP YANG DIGUNAKAN


A. Jurnal Pertama
Pada jurnal utama ini, kajian teori/konsep yang digunakan penulis dalam
jurnalnya menggunakan teori dari ahli-ahli yang relevan dengan permasalahan yang
dibahas dalam jurnal tersebut. Adapun beberapa teori yang berkenaan dengan
pembahasan jurnal ini adalah : „Yaitu sebuah kenyataan, tuanku raja, tidak ada tuhan
buddha yang berbeda dengannya Dewa Siwa yang merupakan tuhan hindi, keduanya
adalah satu, yang diwujudkan dalam Kebenaran, dan Kebenaran juga akan mencapai
40 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
sifatnya, Yang Satu ”(diterjemahkan oleh Wiryamartana 1990, 124‐182; Zoetmulder
1983, 415‐437).
Van der Meij (2011, 328) menyatakan bahwa "Sutasoma adalah kakawin yang
sangat menarik," karena itu menunjukkan dengan sempurna bagaimana Hindu dan
Buddha berbaur dunia jawa kuno ”. Itu juga menunjukkan bahwa jalan Buddha dan
Siva bergabung merupakan elemen penting dalam agama make-up pulau. Jalan mulia
ini mengilhami Sawitri (2009) untuk secara kritis mempertimbangkan masalah dalam
terang realitas Indonesia masa kini, terutama dalam konteksnya hubungan antara
Hindu Bali, agama minoritas, dan Islam, agama mayoritas, di antara penduduk
Indonesia.Pertimbangan juga diarahkan menuju hubungan antara kelas atas terkait
dengan royalti dan sebagian besar populasi yang merupakan kelas bawah.
„Ibu adalah orang Jawa dan ayah adalah orang Sunda. Mereka berbeda; ibu
menggunakan bahasa jawa, dan sang ayah menggunakan bahasa Sunda. Mereka
berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Ibu menghormati kebiasaan ayah;
Ayah juga menghormati kebiasaan ibu. Mereka berbeda, tetapi mereka satu. Mereka
hidup rukun ”(Nursa'ban, Rusmawan 2010a, 60‐61).

B. Jurnal Kedua
Pada jurnal kedua, kajian teori/konsep yang digunakan penulis dalam
jurnalnya menggunakan teori dari ahli yang relevan dengan permasalahan yang
dibahas dalam jurnal tersebut. Banyak argumen-argumen yang diambil dari para ahli
oleh penulis untuk menguatkan penelitian yang disampaikan dalam jurnal tersebut.
Contohnya dalam permasalah keberagaman, Parekh (2000: 3) mengatakan bahwa
keragaman komunal yang muncul bila terdapat anggota- anggota masyarakat yang
hidup dalam kelompok-kelompok yang terorganisir dengan baik dan berbagi sistem
dan praktik kehidupan tertentu yang berbeda dari masyarakat pada umumnya,
misalnya pada kelompok-kelompok keagamaan baru, kelompok etnis atau imigran
yang hidup di wilayah tertentu. Kemudian juga terdapat pendapat/solusi yang
digunakan penulis, menurut Poespowardjojo (1991: 51) salah satu peranan Pancasila
yang menonjol sejak permulaan penyelenggaraan Negara Republik Indonesia adalah
fungsinya dalam mempersatukan seluruh rakyat Indonesia menjadi bangsa yang
berkepribadian dan percaya pada diri sendiri. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

41 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
kajian teori yang digunakan dalam jurnal kedua ini sudah mendukung dengan
permasalahan yang dibahas didalamnya.

C. Jurnal Ketiga
Kajian teori yang digunakan dalam jurnal ketiga ini sudah sukup banyak untuk
menguatkan argumen-argumen yang dinyatakan dalam jurnal ketiga ini. Banyak
kutipan-kutipan dari para ahli digunakan argumennya dalam jurnal ketiga ini.
Contohnya dalam masalah yang dibahas pada jurnal tersebut, Haris (2012:52)
mengatakan bahwa “akibat lebih jauh terjadinya konflik horisontal yang dipicu oleh
kecemburuan sosial, ego daerah, ego suku, ego agama, dan lainnya. Kesadaran untuk
hidup bersama secara damai sesuai makna Bhineka Tunggal Ika mulai luntur”. Dalam
modul Konsep Wasantara Lemhannas RI (Winataputra, 2012:2) dikemukakan bahwa
Persinggungan unsur-unsur SARA secara positif diharapkan juga dapat meningkatkan
mutu kehidupan masing- masing unsur, bermanfaat bagi masing-masing pihak baik
secara individu maupun kelompok. Dari argumen-argumen tersebut dapat dikatakan
jurnal ini sudah menggunakan kajian teori yang sesuai dengan permasalahan yang
dibahas yaitu tentang SARA yang berkenaan dengan sila ketiga yaitu Persatuan
Indonesia.

4. METODE YANG DIGUNAKAN


A. Jurnal Pertama
Metode yang digunakan pada jurnal ini adalah berfokus pada enam buku teks
elektronik yang digunakan oleh siswa berusia 7-12 tahun, di sekolah dasar Indonesia
yang selanjutnya dipertimbangkan dalam konteks pengalaman aktual guru Indonesia
dalam operasionalisasi Bhinneka Tunggal Ika di ruang kelas. Studi ini menunjukkan
bahwa buku teks dan praktik kelas mampu mendeskripsikan dan mengubah konsep
seperti Bhinneka Tunggal Ika menjadi konsep dan praktik nyata dan bermakna siswa
yang dipraktekkan dalam keluarga, sekolah, masyarakat luas dan pada tingkat
nasional maupun dalam agama kegiatan upacara, arsitektur, dan gotong-royong (atau
timbal balik). Namun, negara juga memiliki tujuan politik dan Konsep ini juga harus
dilihat sebagai kebijakan budaya yang mendasari yang dirancang untuk membangun
karakter dan peradaban sesuai dengan bangsa Indonesia yang majemuk.

42 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
B. Jurnal Kedua
Dalam jurnal ini sangat jelas disampaikan metode yang digunakan serta waktu
dan dimana penelitian di lakukan. Pada Penelitian jurnal kedua ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus untuk memaknai interaksi antara
anggota Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Malang dengan realitas
pengembangan nilai-nilai multikulturalisme dan toleransi pada masyarakat di bidang
sosial kemasyarakatan. Desa Wonosari dipilih sebagai lokasi penelitian karena
didalamnya terdapat berbagai agama, etnis, ras dan kebudayaan yang beragam dan
mencerminkan nilai-nilai multikulturalisme masyarakat Kabupaten Malang. Pada
penelitian ini mengambil 12 anggota Forum Kerukunan Umat Beragama, masyarakat,
tokoh agama dan aparatur pemerintahan desa sebagai informan dalam proses
pengambilan data. Selama 3 bulan penelitian, eneliti melakukan observasi,
wawancara, dan dokumentasi terhada informan dalam semua program-program
FKUB dan dinamika kehidupan masyarakat terutama yang dilaksanakan di Desa
Wonosari Kabupaten Malang. Hasil pengumpulan data yang diperoleh kemudian
dianalisis menggunakan model Milles dan Huberman. Teknis analisis tersebut terdiri
dari reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data (Milles dan Haberman, 2012).
Data yang berhasil diperoleh kemudian divalidasi menggunakan teknik triangulasi
sumber dan teknik pengumpulan data.

C. Jurnal Ketiga
Pada jurnal ketiga tidak terdapat metodologi penelitian, penulis jurnal hanya
memberikan paparannya tentang permasalahan SARA yang dihadapi Indonesia.
Sehingga dalam jurnal ini tidak diberitahu metodologi penelitiannya, namun menurut
kami dari bentuk jurnal ketiga menunjukan jurnal kajian pustaka. Dimana dalam
jurnal ini hanya berisikan teori-teori yang menguatkan argumen penulis dalam
menyampaikan hasil pemikirannya dalam permasalahan yang disampaikannya dalam
jurnal tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jurnal ketiga ini adalah jurnal kajian
pustka tentang permasalahan SARA di Indonesia yang selanjutnya kemungkinan
dapat menjadi penelitian yang akan dikembangkan selanjutnya.

43 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
5. ANALISIS
A. Jurnal Pertama
Dalam jurnal pertama, analisis yang disampaikan dalam jurnal tidak
tercantum dan tidak disampaikan penulis, penulis hanya menyampaikan teori-teori
serta kajian-kajian tentang permasalah yang dibahas dalam jurnal pertama ini.
Konten dalam buku teks yang dianalisis untuk penelitian ini menyangkut konsep
Bhinneka Tunggal Ika dan implementasinya dalam kelas studi sosial. Temuan
menunjukkan bahwa baik buku teks dan guru berhasil membuat konsep Bhinneka
Tunggal Ika berarti bagi siswa mereka dalam konteks pendidikan kewarganegaraan.
Laporan mereka dan dokumentasi terkait termasuk buku pelajaran menunjukkan
bahwa mereka mampu menyajikannya menggunakan contoh-contoh dunia nyata
yang mencerminkan realitas kehidupan keluarga dan sekolah serta berkaitan dengan
keanggotaan negara bangsa. Mereka juga mampu mengoperasionalkannya dalam hal
upacara keagamaan; arsitektur dan berkaitan dengan aktivitas gotong-royong dalam
kehidupan masyarakat.

B. Jurnal Kedua
Pada jurnal kedua analisis yang disampaikan pada jurnalnya sudah dapat
diterima dengan baik. Menurut penulis konsep-konsep yang dikembangkan oleh
Forum Kerukunan antar Umat Beragama Kabupaten Malang meliuti konsep nilai
Keragaman, Pluralisme, dan Persatuan, jadi peneliti melakukan wawancara dengan
sumber yang bisa dipercaya serta mengerti tentang bagaimana konsep yang
dikembangkan oleh FKUB. Konsep pertama yang dikembangkan oleh Forum
Kerukunan Umat Beragama Kabupaten Malang dalah keberagaman, keberagaman
merupakan suatu keadaan dimana masyarakat Kabupaten Malang tidak terdiri hanya
dari satu Agama, satu etnis, satu Kebudayaan dan satu kelompok. Oleh karena itu
masyarakat harus mengerti dan memahami bagaimana keadaan masyarakat sekitar
yang terdiri dari berbagai suku, agama dan Kebudayaan.
Menuruut Peneliti program kegiatan yang dilakukan oleh Forum Kerukunan
Umat Beragama Kabupaten Malang meliputi dialog, menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat, sosialisasi perundang-undangan dan pemeliharaan kerukunan
pada masyarakat. Kegiatan dialog dilakukan dengan tetap mengambil tema
kerukunan dan persatuan dalam masyarakat.

44 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
Faktor yang mendukung salah satunya adalah dukungan moril dari semua
pihak, secara materiil adalah pemerintah Kabupaten Malang yang merupakan pihak
yang memberikan anggaran pada FKUB terkait dengan pembiayaan operasional
kegiatan yang dilaksanakan pada masyarakat. Dukungan moril datang dari pihak-
pihak yang ikut membangtu terselenggaranya kegiatan FKUB, seperti Kemenag,
Bakesbangpol, Bintal, pemerintah desa dan BKKBN.

C. Jurnal Ketiga
Dalam jurnal ketiga, analisis yang disampaikan dalam jurnal tidak tercantum
dan tidak disampaikan penulis, penulis hanya menyampaikan teori-teori serta kajian-
kajian tentang permasalah yang dibahas dalam jurnal ketiga ini. Adapun teori-teori
ataupun kajian-kajian yang disampaikan penulis adalah sebagai berikut.
Dengan pencapaian civility (keadaban) di masyarakat, maka akan terbentuk
suatu kekuatan solidaritas nasional. Pengembangan wawasan multikultural
sebagaimana telah dipaparkan di atas mutlak harus dibentuk dan ditanamkan dalam
suatu kehidupan masyarakat yang majemuk. Jika hal tersebut tidak ditanamkan
dalam suatu masyarakat yang majemuk, maka kemajemukan akan membawa pada
perpecahan dan konflik. Indone- sia sebagai bangsa yang multikultural harus
mengembangkan wawasan multikultural tersebut dalam semua tatanan kehidupan
yang harmonis. Keadaan Indonesia yang multikultur akan sangat bergantung pada
bagaimana masyarakat Indonesia membawanya. Keadaan ini bisa dibawa pada jalur
yang menjadikannya suatu kekayaan dan kekuatan bangsa, namun bisa pula dibawa
pada jalur yang akan menjadi pemecah belah dan penyulut konflik di masyarakat.
Konflik bernuansa SARA akhir-akhir ini banyak terjadi di beberapa daerah
di Indonesia. Kebanyakan kasus yang terjadi dipicu oleh tindakan seorang atau
kelompok tertentu yang intoleran yang kemudian dibawa pada kelom- poknya yang
lebih luas dengan mengatasnamakan latar belakang ras, suku, agama, dan budaya.
Peran kebijakan harus didukung dengan kesadaran sehingga kesejahteraan berbangsa
dan bernegara dapat terwujud. Jika hal ini sudah disadari bersama, maka gesekan-
gesekan konflik yang bernuansa SARA di masyarakat akan bisa diatasi dan bahkan
mengubah kemungkinan konflik tersebut menjadi suatu peluang untuk hidup saling
melindungi dalam kerukunan. Analisis historis menggambarkan bahwa masyarakat
Indonesia telah menyadari kemajemukan, multietnik dan multi-agamanya sejak dulu.
45 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
Kesadaran akan kebhinekaan ini kemudian dibangkitkan kembali pada masa
perjuangan kemerdekaan untuk menggali semangat persatuan bangsa Indonesia yang
ketika itu sedang menanggung penjajahan kolonial. Peristilahan Bhinneka Tunggl
Ika dalam bahasa Jawa dapat dimaknai bahwa walaupun kita berbeda-beda,
memiliki latar belakang budaya yang berbeda, berbeda ras, etnis, agama, budaya
namun kita adalah saudara yang diikat oleh kedekatan persaudaraan dengan rasa
saling memiliki, menghargai, dan saling menjaga

46 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
BAB IV

PENUTUP
1. SIMPULAN
Ketiga jurnal ini merupakan jurnal yang sangat bagus, baik digunakan
sebagai acuan penelitian ataupun sekedar untuk menambah wawasan. Ketiga jurnal
ini juga mengutip banyak sekali sumber-sumber bagus dan bermutu yang sangat
berkaitan dengan materi persatuan dan kebhinekaan.
Konten dalam buku teks yang dianalisis untuk penelitian jurnal pertama ini
menyangkut konsep Bhinneka Tunggal Ika dan implementasinya dalam kelas studi
sosial. Temuan menunjukkan bahwa baik buku teks dan guru berhasil membuat
konsep Bhinneka Tunggal Ika berarti bagi siswa mereka dalam konteks pendidikan
kewarganegaraan. Laporan mereka dan dokumentasi terkait termasuk buku pelajaran
menunjukkan bahwa mereka mampu menyajikannya menggunakan contoh-contoh
dunia nyata yang mencerminkan realitas kehidupan keluarga dan sekolah serta
berkaitan dengan keanggotaan negara bangsa. Mereka juga mampu
mengoperasionalkannya dalam hal upacara keagamaan; arsitektur dan berkaitan
dengan aktivitas gotong-royong dalam kehidupan masyarakat.
Berdasarkan sejumlah temuan penelitian jurnal kedua yang dipaparkan pada
pembahasan sebelumnya maka secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam
menerapkan, menjaga dan memelihara nilai keberagaman, pluralisme dan persatuan
pada masyarakat Kabupaten Malang yang terdiri dari latar belakang agama Islam,
Kristen Hindu, Budha dan Konghucu Forum Kerukunan Umat Beragama Kabupaten
Malang melaksanakan berbagai agenda kegiatan dialog, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, sosialisasi perundang- undangan, dan
memberdayakan masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan dan persatuan pada
masyarakat Kabupaten Malang.
Pada jurnal ketiga disimpulkan bahwa Keragaman dalam masyarakat
majemuk merupakan sesuatu yang alami yang harus dipandang sebagai suatu fitrah.
Hal tersebut dapat dianalogikan seperti halnya jari tangan manusia yang terdiri atas
lima jari yang berbeda, akan tetapi kesemuanya memiliki fungsi dan maksud
tersendiri, sehingga jika semuanya disatukan akan mampu mengerjakan tugas seberat

47 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
apapun. Untuk menyadari hal tersebut, Bhinneka Tunggal Ika memiliki peran yang
sangat penting.

2. SARAN
Ketiga jurnal ini sangat cocok bagi masyarakat umum dan mahasiswa dalam
memahami konsep persatuan yang dicantumkan pada sila ketiga dari Pancasila. Dengan
membaca jurnal ini masyarakat dan mahasiswa dapat mengimplementasikan nilai-nilai
persatuan Indonesia dan juga dapat menyadarkan masyarakat akan pentingnya persatuan
dan menjaga kebhinekaan sehingga konflik horizontal yang sering kali terjadi dapat
teredam. Dan juga jurnal ini dapat menjadi referensi bagi peneliti berikutnya untuk
mengembangkan penelitian yang berkenaan dengan nilai-nilai persatuan terutama
persatuan Indonesia.

48 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review
DAFTAR PUSTAKA
Farisi, Mohammad Imam. (2014). Bhineka Tunggal Ika (Unity In Diversity): Forum Dynastic
Policy to Classroom Practice. Journal of Social Science Education, 13 (1), 46-61

Suryawandan, Nasrul Wahyu., Danial, Endang. (2016). Implementasi Semangat Persatuan


Pada Masyarakat Multikultural Melalui Agenda Forum Kerukunan Umat
Beragama (Fkub) Kabupaten Malang. Jurnal Humanika, 23 (1), 46-60

Lestari, Gina. (2015. Bhinnekha Tunggal Ika: Khasanah Multikultural Indonesia Di


Tengah Kehidupan Sara. Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 28
(1), 31-37

49 |Pendidikan Pancasila
Critical Journal Review

Anda mungkin juga menyukai