Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Zina

1. Pengertian Zina

Secara bahasa kata zina berasal dari bahasa Arab, yaitu ‫ زنا‬-‫ يسنى‬-‫زنى‬

yang artinya berbuat zina, pelacuran, perbuatan terlarang. Zina mempunyai

istilah, yakni fujur dhayyiq dan zana zuna’an, perbuatan bersetubuh

dengan wanita yang bukan istrinya.1 Zina menurut Fuqaha ialah perbuatan

suami isrti tanpa ikatan kepemilikan yang sah.Sebagian ulama

berpendapat, pengertian zina diibaratkan dengan perhiasan. Maka perilaku

zina diartikan perhiasan perempuan, perbuatan zina berarti memberikan

perhiasannya yang sangat berharga. Apabila keperawanan itu hilang, maka

hilang pula kehormatannya. 2

Ibn Rusyd mengartikan perbuatan zina sebagai persetubuhan yang

dilakukan bukan karena adanya hubungan pernikahan antara laki-laki dan

perempuan serta bukan karena kepemilikan hamba sahaya. 3 Sedangkan

Muhammad Quraish Sihab merumuskan definisi zina sebagai persentuhan

dua alat kelamin dari jenis yang berbeda dan tidak terikat oleh akad nikah

atau kepemilikan, serta tidak juga disebabkan oleh syubhat (kesamaran).4

1
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Jangan Dekati Zina! Sesungguhnya Zina Perbuatan Keji
dan Seburuk-Buruk Jalan, (Bogor: PT. Pustaka at-Taqwa, 2016), h. 24
2
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2013), h. 436
3
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2000), h. 69
4
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah dan Keserasian al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati,
2008), Cet. Ke-2, Jilid 9, h. 279

21
22

Menurut Ensiklopedia Islam, zina yaitu hubungan seksual antara

seorang laki-laki dengan seorang perempuan yang tidak terikat dalam

status perkawinan tanpa di sertai unsur keraguan dalam hubungan seksual

tersebut.

Zina terbagi atas dua macam, yaitu zina muhsan dan ghairu

muhsan. Zina muhsan yaitu zina yang dilakukan oleh orang yang telah

baligh, berakal, merdeka dan telah menikah, baik masih terikat perkawinan

maupun telah bercerai. Zina ghairu muhsan yaitu perbuatan zina yang

dilakukan oleh laki-laki dan wanita yang belum menikah atau tidak ada

ikatan perkawinan di antara keduanya.5

Pada pemaparan di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa zina

adalah suatu hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang laki-laki

dengan seorang perempuan yang tidak terikat dalam sebuah perkawinan

yang sah secara syariah Islam, atas dasar suka sama suka dari kedua belah

pihak tanpa keraguan (syubhat) dari para pelaku zina yang bersangkutan.

Zina merupakan suatu perbuatan yang sangat tercela dan para pelaku zina

akan mendapatkan hukuman yang sangat berat, baik hukum secara

kemanusiaan maupun hukuman di akhirat kelak.

2. Faktor Penyebab Zina

Hubungan seksual merupakan fitrah alamiah bagi setiap manusia.

Dorongan seksualitas pada usia remaja mulai matang dan rasa ingin tahu

(penasaran) para remaja sangat tinggi. Persetubuhan diluar nikah dalam

5
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, op.cit., h. 58
23

agama Islam merupakan perbuatan zina. Perilaku ini melanggar hokum

sehingga semua mengancam dan membahayakan, baik pada pelaku itu

sendiri maupun pada masarakat. Ada beberapa factor penyebab terjadinya

zina, antara lain:

a) Kepribadian, merupakan faktor seseorang akan mempengaruhi prilaku

atau tindakan-tindakan yang berhubungan kejiwaan seseorang,

kekacauan yang timbul didalam jiwanya akan menimbulkan seseorang

melakukan perbuatan diluar batas (kejahatan) yang akibatnya bukan

hanya menimpa dirinya tapi juga merugikan orang lain.

b) Keimanan seseorang adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

seseorang melakukan perbuatan kejahatan, biasanya seseorang yang

imannya lemah bahkan tidak mempunyai agama, akan lebih mudah

dalam melakukan perbuatan kejahatan karena tidak ada yang

menghalangi atau membatasinya untuk berbuat kejahatan. 6 Adapun

seorang muslim yang berzina adalah seorang muslim yang kurang kadar

keimanannya.

c) Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat cepat memberikan

dampak negatif ditengah-tengah kehidupan masyarakat, ditambah

media elektronik yang menayangkan flim-flim berbau pornografi. Iklan

yang menampilkan adegan dan dialog yang memancing syahwat.

Internet yang menampilkan seseorang dalam keadaan tidak berbusana,

musik-musik yang membawa pada khayalan. Hal ini ditandai dengan

6
Ibid., h. 60
24

hilangnya moral remaja dan semakin jauh dari ajaran agama, sehingga

banyak yang terjerumus kepada tindakan moral salah satunya perbuatan

perzinaan. 7

d) Pergaulan bebas remaja pada masa dewasa ini sangat memprihatinkan,

karena sudah sulit dihindari dan dicegah. Sehingga, masyarakat

beranggapan pergaulan bebas merupakan cara hidup modern. Buktinya,

pada saat ini para pemuda melakukan prilaku yang menyimpang dan

yang dilarang dalam agama Islam, seperti bergandengan tangan,

berpelukan, bahkan melakukan aksi bercumbu di khalayak ramai, tanpa

ada perasaan malu. Perbuatan ini yang akan menjurus kepada

perzinaan.

e) Gejala sosial, dalam masyarakat mengenai amalan dan kesopanan yang

melibatkan kalangan remaja sekolah yang semakin goyah bahkan kini

berada di tahap kritikal. Hal ini seolah-olah menggambarkan bahwa

Indonesia tidak mempunyai sistem pendidikan moral yang menekankan

kepada akhlak yang mulia.

f) Dorongan seksual remaja sangat tinggi karena faktor dari lingkungan

dan berbagai kebudayaan yang berbau kebarat-baratan seperti bacaan-

bacaan yang berbau seks, gambar-gambar setengah telanjang dan lain-

lain yang dapat merangsang seksual remaja. 8 Pergaulan remaja yang

mulai suka memperbolehkan atau mengizinkan memancing hawa nafsu,

7
Elon Suparlan, “Pelaksanaan Sanksi Adat Bagi Pelaku Zina Di Kecamatan Seluma Utara
Kabupaten Seluma Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Qiyas, III, 2 (2018), h. 167
8
Rahmahtiah, “Studi Kasus Pernikahan Dibawah Umur”, Jurnal al-Daulah, UIN Alaludin
Makasar, V, 1 (2016), h. 152
25

sehingga menyebabkan anak di lihat dari fisik cepat dewasa.

Menghindari hal-hal yang akan terjadi, maka membagun komunitas

baru (keluarga) merupakan jalan keluarnya.

3. Dampak Perbuatan Zina

Al-Qur’an telah memaparkan beberapa kejahatan tertentu, yang

mempunyai dampak negatif terhadap ketertiban masyarakat. Al-Qur’an

juga telah mewajibkan dijatuhkannya sangsi hukuman-hukuman tertentu

atas kejahatan-kejahatan tersebut sebagai upaya mencegah dan

mengurangi terjadi kejahatan itu, yaitu berupa pelanggaran terhadap

berbagai macam hukum agama, seperti pelanggaran terhadap jiwa, harta,

kehormatan, keturunan, akal dan undang-undang umum masyarakat.9

Syariat Islam tidak hanya melarang kita untuk berzina, tetapi

dianjurkan untuk menjauhi zina, artinya tidak boleh mendekati hal-hal

yang mengarah kepada perbuatan zina, baik itu dari menahan pandangan,

kemaluan dan menjauhi tempat-tempat yang mengandung unsur perzinaan.

Zina pada dasarnya adalah serupa dengan tindakan pembunuhan,

karena zina berarti mengorbankan hidup tidak pada koridor selayaknya

dan umumnya, disertai oleh dorongan untuk melarikan diri dari tanggung

jawab, yakni dengan melakukan aborsi membunuh janin sebelum fase

pembentukan jasadnya, baik sebelum maupun sesudah. 10

Dampak negatif yang ditimbulkan dari perbuatan zina sebenarnya

telah menjadi rahasia umum bagi kita semua, karena itu dalam Islam
9
Abdurrahman Zein, Islam, Aqidah dan Syari’ah, (Jakarta: Pustaka Amani, 1998), h. 37
10
Ahmad Samiun Jazuli, Kehidupan dalam Pandangan al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani,
2006), h. 238
26

dilarang untuk mendekati zina, apalagi melakukannya. Karena dampak

negatif yang ditimbulkan bermacam-macam, anatara lain sebagai berikut:11

a) Zina menyebabkan penyakit kelamin

Zina merupakan penyebab timbulnya penyakit kelamin. Data

selama ini menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan yang

mengidap penyakit berbahaya ini adalah mereka yang sering melakukan

hubungan sex dengan gonta-ganti pasangan. Hal ini dibenarkan oleh

sejumlah pakar kedokteran tingkat Internasional.

Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita-cerita

yang menyeramkan tentang HIV/AIDS. Penyebaran AIDS itu

berlangsung secara cepat dan mungkin sekarang sudah ada disekitar

kita. Sampai sekarang belum ada obat yang bisa menyembuhkan AIDS,

bahkan penyakit yang saat ini belum bisa dicegah dengan vaksin. 12

Penyakit kelamin merupakan salah satu penyakit yang

menakutkan walaupun beberapa jenis penyakit kelamin ini bisa diobati

dan tidak mengakibatkan kematian bagi penderitanya, tapi angka

penderita penyakit ini sangat tinggi di Indonesia terutama dialami oleh

orang dengan gaya hidup seks bebas. Sementara itu, penularan penyakit

kelamin seperti sifilis, harpes dan warts dapat menular melalui

sentuhan kulit.

Penyakit kelamin sifilis, hepatitis B dan HIV juga dapat menular

melalui ibu yang telah dijangkiti virus tersebut kepada bayinya ketika
11
Subhan Nur, Zina: Problematika dan Solusinya, (Jakarta: Qisthi Press, 2007), h. 58
12
A. A. Gde Muninjaya, AIDS di Indonesia: Masalah dan Kebijakan Penanggulangannya,
(Jakarta: EGC, 1998), h. 76
27

dalam rahim atau sewaktu dilahirkan. Ancamannya, akibat penyakit

kelamin juga cukup serius bagi penderitanya seperti kemandulan,

sumbatan kemaluan, impotensi, keguguran, bayi lahir cacat, kanker

mulut rahim, bahkan kematian.13

b) Anak lahir di luar nikah

Dampak negatif dari sex bebas adalah anak haram yang tidak

jelas nasabnya. Anak-anak yang lahir di luar nikah banyak

memunculkan problem tentang siapa yang mengasuh mereka, siapa

yang harus mengawasi, siapa yang harus memberikan cinta sebagai hak

asuh mereka, dan siapa yang harus memperhatikan dan membimbing

mereka ke jalan yang lurus.

Adapun status hukum zina sebenarnya telah jelas disebutkan

dalam al-Qur’an tentang haramnya perbuatan ini. Oleh karena itu,

dalam masalah ini yang lebih difokuskan adalah status hukum anak

zina.

Anak zina adalah anak yang lahir akibat hubungan intim yang

dilakukan tanpa adanya hubungan yang sah bukan suami istri. Secara

personaliti, anak tersebut tidak mendapatkan dosa dari perbuatan yang

dilakukan orang tuanya, dan tidak pula berkewajiban ikut menanggung

dosa kedua orang tuanya.

Anak zina menurut pandangan Islam adalah suci dari segala

dosa, karena kesalahan itu tidak dapat ditunjukkan kepada anak


13
Faisal Yatim, Macam-Macam Penyakit Menular dan Pencegahannya: Demam
Berdarah, Demam Tipus dan Tipoid, Diare, Disentri, Hipotesis, Toxoplasmosis, Rubella, PMS,
HIV/AIDS, Antrax, Rabies, (Jakarta: Buku Obor, 2004), h. 47
28

tersebut, tetapi kepada kedua orang tuanya (yang tidak sah menurut

hukum).14 Oleh karena itu, anak hasil zina pun harus diperlakukan

secara manusiawi, diberi pendidikan, pengajaran dan keterampilan yang

berguna untuk bekal hidupnya di masa depan. Tanggung jawab

mengenai segala keperluan anak itu baik meteril maupun spiritual

adalah ibunya yang melahirkannya dan keluarga ibunya itu.

Kendati demikian, Islam tetap memandang anak hasil zina itu

tidak secara menyeluruh dapat memiliki hak-hak yang sama terhadap

orang tuanya, sebagaimana yang didapatkan oleh anak yang lahir dari

hubungan perkawinan yabg sah. Sebagai akibat kelahirannya yang

melalui jalan yang diharamkan Islam, dari hak yang tidak bisa

diperolehnya adalah hak nasab dengan bapak biologisnya, dan

ketiadaannya nasab diantara mereka berdua.

Hal diatas berakibat terhadap hak-hak yang lain, diantaranya

tidak memiliki nasab dengan ayah biologisnya, anak hasil zina tidak

diwarisi dan mewarisi terhadap ayah biologisnya dikarenakan ketiadaan

nasab, ayah biologisnya tidak wajib memberi nafkah kepadanya, ayah

biologisnya bukan mahram bagi anak itu, ayah biologisnya tidak bisa

menjadi wali anak itu dalam pernikahan jika dia wanita.

Hubungan diluar nikah atau zina adalah munculnya perbuatan

dalam arti yang sebenar-benarnya dari seorang yang berakal sehat,

sadar bahwa yang dilakukannya itu perbuatan haram, dan tidak dipaksa.

14
Ali Hasan, Masail Fiqhiyah al-Haditsah Pada Masalah-Masalah Kontemporer Hukum
Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 81
29

Para ulama mazhab sepakat, bahwa bila zina terbukti maka tidak ada

hak waris mewarisi antara anak yang dilahirkan melalui perzinaan

dengan orang-orang yang lahir dari mani orang tuanya. Sebab, anak itu

secara syar'i tidak memiliki kaitan nasab yang sah dengannya. 15

c) Kehidupan rumah tangga berantakan

Salah seorang dari pasangan suami istri yang sah ketika

melakukan perbuatan zina dengan orang lain, bukan hanya melanggar

syari'at yang telah terkandung dalam al-Qur’an, tetapi juga merusak

hubungan rumah tangga tersebut.

Jika salah satu dari pasangan suami istri berbuat zina dan

ketahuan, maka akibatnya adalah terganggunya keharmonisan rumah

tangga tersebut, kecuali jika mereka tidak memiliki rasa cemburu,

sehingga akan merasa biasa-biasa saja ketika sedang melihat

pasangannya berbuat zina dengan orang lain walaupun di depan

matanya, tapi yang normal tentu tidak demikian. 16 Bahkan seorang

suami akan nekad menyiram wajah istrinya dengan air keras yang

panasnya sepanas api cemburu yang membakar hatinya.

Pada uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa zina

dapat membawa kepada kehancuran, kerusakan, kehinaan di dunia

maupun di akhirat dan dampak yang di timbulkan perilaku zina lebih

besar mudharatnya. Perilaku zina bukan hanya sifatnya sementara,

tetapi berkelanjutan dan merupakan perbuatan keji. Sebab itu agama


15
Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Basrie Press, 1994), h.
113
16
Subhan Nur, op.cit., h. 46
30

memerintahkan umat muslim untuk menikah agar terhindar dari hal

yang demikian.

B. Metode Tafsir Muqaran

1. Pengertian Tafsir Muqaran

Metode tafsir muqaran adalah metode tafsir yang menjelaskan Al-

Qur’an dengan cara perbandingan atau biasa juga disebut dengan metode

komparatif (metode perbandingan), dengan perbandingan akan tampak sisi

persamaan dan perbedaan. 17

Muqaran berasal dari bahasa Arab dan merupakan bentuk masdar

dari kata ‫ مقرانة‬-‫ يقارن‬-‫قارن‬. Secara bahasa, kata muqaran pada dasarnya

mengandung makna menghimpun atau menghubungkan sesuatu terhadap

sesuatu yang lain. 18

Sedangkan secara istilah adalah menafsirkan sekelompok ayat al-

Qur’an atau suatu surat tertentu dengan cara membandingkan antara ayat

dengan ayat, antara ayat dengan hadis Nabi SAW dan antara pendapat

ulama tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari

objek yang dibandingkan. 19

Sesuai dengan namanya, metode tafsir ini menekankan kajiannya

pada aspek perbandingan (komparasi) tafsir al-Qur’an. Penafsiran yang

menggunakan metode ini pertama sekali menghimpun sejumlah ayat-ayat

17
Abdul Mustaqim, op.cit., h. 19
18
M. Quraish Shihab, Ensiklopedi al-Qur’an Kajian Kosa Kata, ( Jakarta: Lentera Hati,
2007), h. 796
19
Abdul Mustaqim, op.cit., h. 20
31

al-Qur’an, kemudian mengkajinya dan meneliti penafsiran sejumlah

penafsir mengenai ayat-ayat tersebut dalam karya mereka.

Metode tafsir muqaran adalah metode tafsir yang menjelaskan

ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan kitab-kitab yang ditulis oleh para mufasir,

dengan cara menghimpun sejumlah ayat al-Qur’an pada satu pembahasan

kemudian mengungkap dengan mengkaji pendapat para mufasir sekitar

ayat tersebut melalui kitab-kitab mereka, baik dalam kalangan salafi

maupun kalangan kalafi, baik dalam cara penafsiran mereka bil-manqul

maupun bil-ma’tsur.

M. Quraish Shihab mendefinisikan tafsir muqaran dengan

membandingkan ayat-ayat al-Qur’an yang memiliki kesamaan atau

kemiripan redaksi yang berbicara tentang masalah atau kasus yang sama

atau diduga sama. Termasuk dalam objek bahasan metode ini adalah

membandingkan ayat-ayat al-Qur’an dengan Hadis Nabi SAW yang

tampaknya bertentangan, serta membandingkan pendapat ulama tafsir

menyangkut tafsir ayat-ayat al-Qur’an, kajian perbandingan ayat dengan

ayat tidak hanya berbatas pada analisis redaksional semata, tetapi

mencakup perbandingan antar kandungan makna dari setiap ayat yang

dibandingkan dan harus di tinjau dari beberapa asapek yang menyebabkan

perbedaan tersebut seperti asbabun nuzul pemakaian kata dan susunanya

dalam ayat, serta situasi dan kondisi ketika ayat tersebut diturunkan.20

20
Ibid., h. 22
32

2. Ruang Lingkup Tafsir Muqaran

Metode tafsir muqaran ini menekankan kajiannya pada aspek

perbandingan tafsir al-Qur’an, oleh karena itu penafsir akan mengetahui

posisi dan kecenderungan para penafsir sebelumnya yang dimaksudkan

dalam objek kajiannya. 21 Ruang lingkup pembahasan tafsir muqaran dari

masing-masing aspek yang berbeda.

Ada tiga aspek yang menjadi kajian utama dalam metode tafsir

muqaran, yaitu:

a) Membandingkan teks (nash) ayat-ayat al-Qur’an dengan ayat lain yang

mempunyai perbedaan atau persamaan dan kemiripan Redaksi

Mufasir membandingkan ayat al-Qur’an dengan ayat yang lain,

yaitu ayat-ayat yang memiliki perbedaan redaksi dalam dua atau lebih

masalah atau kasus yang sama, ayat-ayat yang memiliki redaksi mirip

atau sama dalam masalah atau kasus yang (diduga) mempunyai

perbedaan. Bahwa objek kajian metode tafsir ini hanya terletak pada

persoalan redaksi ayat-ayat al-Qur’an bukan dalam bidang pertentangan

makna. Jika yang akan dibandingkan itu memiliki kemiripan redaksi,

maka langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

 Mengidentifikasi dan mengumpulkan ayat-ayat al-Qur’an yang

redaksinya bermiripan, sehingga dapat diketahui mana ayat yang

mirip dan mana ayat yang tidak mirip.

21
Abd. Muin Salim, Metodologi Ilmu Tafsir 2, (Yogyakarta: Teras, 2006), h. 46
33

 Membandingkan antara ayat-ayat yang redaksinya bermiripan,

memperbincangkan satu kasus yang sama, atau dua kasus yang

berbeda dalam satu redaksi yang sama.

 Menganalisis perbedaan yang terkandung di dalam berbagai redaksi

yang berbeda dalam menggunakan kata dan susunan dalam ayat.

 Memperbandingkan antara berbagai pendapat para mufasir tentang

ayat yang dijadikan objek bahasan.22

b) Membandingkan ayat al-Qur’an dengan hadis yang pada lahirnya

terlihat bertentangan

Perbandingan penafsiran dalam aspek ini terutama yang

dilakukan adalah terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang tampak pada

lahirnya bertentangan dengan hadis-hadis Nabi yang diyakini shahih,

hadis-hadis yang dinyatakan dha’if tidak perlu dibandingkan dengan al-

Qur’an, karena level dan kondisi keduanya tidak seimbang. Hanya

hadis yang shahih saja yang akan dikaji dalam aspek ini, apabila ingin

dibandingkan dengan ayat-ayat al-Qur’an. Adapun langkah-langkahnya

adalah sebagai berikut:

 Menghimpun ayat-ayat yang pada lahirnya tampak bertentangan

dengan hadis-hadis Nabi, baik ayat-ayat tersebut mempunyai

kemiripan redaksi dengan ayat-ayat lain atau tidak.

 Membandingkan dan menganalilis pertentangan yang dijumpai di

dalam kedua teks ayat dan hadis.

22
Nasaruddin Baidan, op.cit., h. 69
34

 Membandingkan antara berbagai pendapat para ulama tafsir dalam

menafsirkan ayat dan hadis.

c) Membandingkan berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan

Apabila yang dijadikan objek pembahasan perbandingan adalah

pendapat para ulama dalam menafsirkan suatu ayat, maka metodenya

adalah:23

 Menghimpun sejumlah ayat-ayat yang hendak dijadikan objek studi

tanpa menoleh terhadap redaksinya itu mempunyai kemiripan atau

tidak.

 Melacak berbagai pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-

ayat tersebut.

 Membandingkan pendapat-pendapat mereka untuk mendapatkan

informasi berkenaan dengan identitas dan pola berpikir dan masing-

masing mufasir serta kecenderungan-kecenderungan dan aliran-

aliran yang mereka anut.

Penulis pada skripsi ini memakai aspek perbandingan pendapat

ulama tafsir dalam menafsirkan. Penulis mengambil Q.S al-Isra’ ayat 32

untuk dijadikan objek kajian, dan mengambil pendapat dari penafsiran

Sayyid Quthub dan M. Quraish Shihab untuk dibandingkan.

23
Ibid., h. 70
35

3. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Muqaran

Sebagai metode yang merupakan hasil ijtihad manusia sangat wajar

bila metode ini mengandung kekurangan di samping kelebihannya.

Diantara kelebihan tafsir muqaran dari metode-metode lainnya adalah:

a) Memberikan wawasan relatif lebih luas kepada para mufasir dan

pembaca, dengan melakukan penafsiran menggunakan metode muqaran

ini akan terlihat bahwa suatu ayat al-Qur’an dapat ditinjau dari berbagai

disiplin ilmu pengetahuan, sesuai dengan keahlian mufasirnya. Maka

terasa bahwa al-Qur’an tidaklah sempit, ia sangat luas dan dapat

menampung berbagai ide dan pendapat.24

b) Membuka diri untuk selalu bersikap toleran. Terbukannya wawasan

penafsir akan membuatnya bisa memaklumi perbedaan hingga

memunculkan sikap toleran atas perbedaan itu. Hal ini juga akan

mengurangi sikap fanatisme yang berlebihan terhadap suatu madzhab

atau aliran tertentu.

c) Penafsiran dan pendapat yang begitu luas dan disertai dengan

latarbelakang yang beraneka ragam membuat penafsir dituntut lebih

berhati-hati dan objektif dalam melakukan analisis dan menjatuhkan

pilihan.

d) Mufasir dituntut untuk mengkaji berbagai ayat dan hadis serta pendapat

mufasir lain.

24
M. Quraish Shihab, Mukjizat al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1998), h. 111
36

e) Penafsiran dengan metode muqaran membuat pembanding dan

pembaca menjadi kritis dalam memahami ayat.

Diantara kekurangan tafsir muqaran dari metode-metode lainnya

adalah:

a) Penafsiran dengan metode muqaran tidak dapat dilakukan oleh pemula,

seperti mereka yang sedang belajar pada tingkat sekolah menengah

kebawah. Hal ini disebabkan pembahasan yang dikemukakan terlalu

luas dan kadang-kadang terlalu ekstrim, konsekuensinya tertentu akan

menimbulkan kebingungan dan bahkan mungkin bisa merusak

pemahaman mereka terhadap Islam secara universal.

b) Metode tafsir muqaran tidak dapat di andalkan untuk menjawab

problema-problema sosial yang sedang tumbuh ditengah masyarakat

karena metode ini lebih menekankan perbandingan dari pada

pemecahan masalah. 25

c) Metode tafsir muqaran terkesan lebih banyak menelusuri tafsiran-

tafsiran yang pernah dilakukan ulama daripada mengemukakan

pemikiran baru.

25
Ibid., h. 112

Anda mungkin juga menyukai