1. Seorang laki-laki yang menikahi perempuan yang sudah bersuami dianggap
sebagai pelanggaran terhadap nilai-nilai agama Islam dan dapat memiliki konsekuensi hukum di negara Indonesia. Dalam pandangan Islam, Tindakan seorang laki-laki yang menikahi seorang Perempuan yang bersuami adalah tidak sah, haram, bertentangan dengan ketentuan agama dan dapat menghadapi konsekuensi di hadapan Allah, termasuk pertanggungjawaban atas perbuatan tersebut. Pernikahan tersebut mungkin dianggap batal atau tidak sah di mata hukum Islam, artinya meskipun terdapat akad nikah, pernikahan tersebut tidak diakui sebagai pernikahan yang sah dalam hukum Islam. Sedangkan dalam pandangan hukum yang ada di Indonesia, menikahi perempuan yang sudah bersuami dapat dianggap sebagai pelanggaran hukum. Pernikahan seorang laki-laki dengan Perempuan yang sudah bersuami tanpa proses perceraian yang sah dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum pernikahan, karena hukum pernikahan dan keluarga sudah diatur oleh hukum perdata. Konsekuensi hukum yang mungkin dihadapi oleh seorang laki-laki dalam situasi ini dapat bervariasi tergantung pada ketentuan hukum yang berlaku dan juga proses hukum yang dijalankan oleh pihak yang terkena dampak, termasuk pihak yang merasa dirugikan oleh pernikahan tersebut. Pada umumnya, penyelesaian masalah ini lebih bersifat perdata dan melibatkan proses hukum perdata untuk menangani hak dan kewajiban yang terkait dengan pernikahan tersebut. 2. Keadilan dalam politik Islam mengacu pada prinsip-prinsip universal yang berlaku untuk semua manusia, tanpa memandang golongan atau latar belakang mereka. Ketika Rasulullah menjadi pemimpin di Madinah, beliau mempraktikkan sistem yang adil, memperlakukan semua masyarakat dengan keadilan yang sama, tanpa membeda-bedakan suku, agama, atau latar belakang sosial. Rasulullah menunjukkan keadilan dalam pembagian sumber daya dan kekayaan. Beliau memastikan bahwa harta dan tanah didistribusikan secara adil di antara masyarakat, tanpa memandang suku, ras, atau status sosial. Keadilan Islam juga menjamin perlindungan hak-hak individu. Setiap orang, tanpa kecuali, memiliki hak-hak dasar yang harus dihormati dan dilindungi, termasuk hak atas kehidupan, kebebasan, dan hak milik. Hukum Islam menegaskan bahwa aturan dan hukuman berlaku secara adil dan sama untuk semua, tanpa memandang status sosial atau kekayaan seseorang. Rasulullah juga memberikan perhatian khusus kepada kaum miskin, yatim piatu, dan kaum dhuafa, untuk memastikan bahwa mereka juga mendapatkan hak dan kesejahteraan dalam masyarakat. Keadilan dalam politik Islam juga mencakup penegakan keadilan sosial, termasuk pemberantasan kemiskinan, ketidaksetaraan, dan diskriminasi. Masyarakat dihimbau untuk saling membantu dan peduli terhadap kebutuhan sesama. 3. Untuk menghapuskan korupsi di Indonesia, alternatif yang bisa diambil adalah peningkatan pendidikan dan kesadaran hukum di Masyarakat. Hal ini dapat menjadi langkah pertama. Dengan memahami konsekuensi hukum dan etika yang terkait dengan korupsi, masyarakat akan lebih cenderung untuk menolak dan melaporkan tindakan korupsi. Yang kedua adalah Mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam setiap aspek pemerintahan dan bisnis dapat membantu mengurangi peluang untuk korupsi. Yang ketiga yaitu Memperkuat sistem hukum dan penegakan hukum merupakan langkah kunci. Hukuman yang tegas dan efektif terhadap pelaku korupsi akan memberikan efek jera dan memperkuat citra keadilan di masyarakat. Dalam Islam, korupsi atau mencuri sangat dilarang karena bertentangan dengan nilai-nilai keadilan dan kejujuran. Salah satu dalilnya terdapat dalam Al-Qur'an Surah Al-Ma'idah ayat 38, yang menyatakan larangan mencuri dan Al-Qur'an Surah Al-Baqarah ayat 188, yang menyebutkan larangan mengambil harta orang lain secara zalim. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim yang menegaskan larangan mencuri, menggarisbawahi pentingnya menjaga harta orang lain dan melarang setiap tindakan korupsi atau penyalahgunaan kepercayaan.