Anda di halaman 1dari 3

Nama : Elly Rahmawati

Nim : 202210110311039
Kelas : A/HUKUM
Review Materi Kaidah Fiqih dalam Hukum Islam
Kaidah-kaidah fikih atau kaidah-kaidah hukum Islam merupakan salah satu kekayaan
peradaban Islam khususnya di bidang hukum yang digunakan sebagai solusi di dalam
menghadapi problem kehidupan yang praktis baik individu maupun kolektif dengan cara
yang arif dan bijaksana sesuai dengan semangat Al-Qur an dan Hadis. Ada banyak sekali
kaidah fiqih yang dihasilkan oleh para ulama. Akan tetapi, ada lima kaidah umum yang
utama. Lima kaidah ini sering disebut sebagai al-qawaid al-fiqhiyah al-kubra. Menurut
sebagian ulama, bahwa seluruh masalah fiqih dikembalikan kepada kaedah yang lima berikut
ini:
1. Semua perbuatan tergantung niatnya.
Maksud kaedah ini adalah setiap perbuatan manusia, baik dalam hubungannya dengan
Allah maupun antara sesama makhluk ditentukan oleh niat dan tujuan dilakukannya.
2. Keyakinan tidak dapat disingkirkan oleh keraguan.
Maksud kaidah kedua adalah bahwa sesuatu yang telah meyakinkan tidak dapat
digoyahkan oleh sesuatu yang masih meragukan, kecuali yang meragukan itu naik
menjadi yakin.
3. Kesulitan mendatangkan kemudahan.
4. Bahaya harus disingkirkan
Contoh penerapan kaedah ini dalam masalah muamalah adalah, diperbolehkan
mengembalikan barang yang telah dibeli jika ternyata ada cacat.
5. Adat kebiasaan dapat dijadikan hukum.
Contoh penerapan kaedah di atas adalah tentang usia haidh dan baligh, batas minimal
darah haidh dan nifas, lamanya jeda yang bertentangan dengan muwalah (berurutan)
dalam wudhu, banyaknya gerakan menurut adat yang dianggap membatalkan shalat,
dsb.

Lalu menurut salah satu jurnal “ PENERAPAN KAIDAH-KAIDAH FIQIH DALAM


TRANSAKSI EKONOMI DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH “ Kaidah-kaidah fiqih
dibangun atas dasar kesadaran dan penelitian ilmiah dengan pendekatan induktif, yang secara
sederhana dalam merumuskan suatu kaidah didasarkan pada permasalahan cabang dalam satu
term tertentu dengan berbagai pendapat fuqaha, kemudian digeneralisasi dari hal-hal yang
bersifat mirip atau bahkan sama dan dirumuskan dengan kalimat yang singkat dan padat
makna. Kaidah-kaidah fiqih dalam bidang ekonomi bertugas menjustifikasi dan melegitimasi
seluruh aktifitas ekonomi umat Islam dalam berbagai bidang transaksi ekonomi, baik yang
terkait dengan transaksi-transaksi mono-akad maupun multi-akad.
Sebagai contoh maraknya masyarakat melakukan transaksi sewa beli kendaraan
bermotor, perumahan, barang elektronik dan yang lainnya. Maka kaidah-kaidah fiqih yang
menjustifikasi adalah yang berkaitan dengan transaksi al-ijarah muntahiyah bi al-tamlîk atau
lebih dikenal dengan IMBT.
Dalam jurnal yang berjudul “Penerapan Kaidah Fikih Tentang Niat “Al-Umūru bi
Maqāṣidihā” Dalam Kasus Hukum Tindak Pidana Pembunuhan” ini telah dijelaskan seperti
kaidah fiqih yang telah tertulis diatas sebelumnya bahwa segala perbuatan digantungkan pada
niat jd dapat ditarik point inti dari jurnal tersebut adalah sebagai berikut :
1. Kedudukan niat dalam tindak pidana berada pada sebab dan pada akibat. Niat pada
sebab dapat dilihat pada awal tindakan hukum, yang dinilai dari unsur kesengajaan
pelaku, sedangkan niat pada akibat dapat terlihat pada sanksi hukum yang dikenakan
kepada pelaku pembunuhan.
2. Niat terbagi kepada dua macam, niat baik dan niat jahat. Yang termasuk dalam
kajian hukum tindak pidana hanyalah niat jahat. Sementara niat baik masuk ke dalam
kajian hukum tentang ibadah.
3. Pembuktian niat atau unsur kesengajaan dalam putusan-putusan hakim tentang
tindak pidana pembunuhan dilihat dari fakta-fakta hukum yang terjadi.
4. Unsur niat juga berpengaruh terhadap putusan hakim, pengaruhnya terlihat dalam
sanksi hukum, pelaku tindak pidana dengan unsur kesengajaan (al-qas}du) dikenakan
sanksi hukum yang lebih berat daripada pembunuhan akibat kelalaian yang
menyebabkan kematian.
5. Penerapan Kaidah Fikih tentang Niat dalam kajian hukum jinayah Islam dan
hukum pidana terdapat kesesuaian dalam jenis tindak pidana dan sanksi hukum.
Untuk mendapatkan contoh kasus dalam kaidah fiqih yang menyatakan bahwa bahaya harus
disingkirkan diberikan contoh dari sebuah jurnal yang berjudul ANALISIS IMPLEMENTASI
KAIDAH FIKIH LĀḌARAR WA LĀḌIRĀR DALAM KEDOKTERAN MODERN PADA
KASUS TINDAKAN OPERASI,yang mendapatkan kesimpulan sebagai berikut : Dari hasil
telaah kritis, penanganan medis seperti vasektomi dan tubektomi,operasi ganti kelamin,
hukumnya adalah haram berdasarkan implementasi kaidahlā ḍarar wa lā ḍirār.Kemudian pre-
implantation screening, sex selection, genetictesting, dan histerektomiyang dilakukan
karena adanya kebutuhan yang mendesak, boleh dijalani dengan ketentuan yang
diatur sesuai kode etik syariat, sebagai penerapan kaidah al-ḍarar Yudfa’ bi Qadr al-
Imkān. Sedangkan penanganan medis yang dilakukan bukan karena alasan
pengobatan dan kebutuhan darurat, seperti merubah bagian dari anggota tubuh untuk
kecantikan dan tren, atau melakukan tindakan yang menurut medis terdapat bahaya dan efek
negatif yang lebih besar daripada manfaatnya, maka dapat dimasukkan ke dalam
kaidah Dar’u al-Mafāsid Muqaddam ‘Alā Jalbi al-Maṣāliḥ, misalnya implant payudara
danbeberapa kasus yang berhubungan dengan rekayasa genetik. Adapun contoh
implementasi kaidah fikih Iżā Ta’āraḍa Baina Mafsadatān, Rū’iya A’ẓamuhuma bi Irtikābi
Akhaffihimaterdapat pada kasus otopsi mayat dan aborsi eugenik.
Dalam kasus lain juga tersaji jurnal ANALISIS USHUL DAN KAIDAH FIKIH TERHADAP
IMPLEMENTASI DISPENSASI PERKAWINAN DI BAWAH UMUR DI KANTOR URUSAN
AGAMA (KUA) KECAMATAN PERAK KABUPATEN JOMBANG yang dimana disini
terdapat kaidah ‫ اُ ل‬berbunyi yang َ ‫ زُ يُ رَ َ ضرَ ْل ا‬yang bermakna segala sesuatu yang
mengakibatkan madlarat / merugikan dapat dihilangkan. Sebagaimana paparan di dalam
jurnal ini bahwa hamil di luar nikah merupakan penyumbang terbesar terjadinya perkawinan
di bawah umur. KUA sebagai representasi dari pemerintah dapat dibenarkan jika menempuh
prosedur menikahkan pasangan di bawah umur karena alasan-alasan tertentu dan telah
memenuhi prosedur yang ada. Hal ini sama halnya telah menghilangkan aib orang tua
pasangan di mata masyarakat yang mayoritas kurang bisa menerima fakta kelahiran anak di
luar nikah. Dengan KUA menikahkan keduanya maka hilanglah madlarat yang dialami oleh
kedua orang tua pasangan. Tidak hanya itu, jika KUA menikahkan pasangan walaupun di
bawah umur (asal telah memenuhi ketentuan yang ada) maka sama halnya KUA telah
menyelamatkan seorang anak lahir dengan tanpa bapak. Dengan menikahkan keduanya maka
terselamatkan anak lahir tanpa memiliki bapak.
Dengan adanya materi kaidah-kadidah fiqih ini dapat mempermudah seorang pembuat
hukum (fāqih) untuk mengetahui hukum Allah dalam setiap peristiwa hukum yang
dihadapinya.Karena terhadap persoalan-persoalan baru (waqi’ah al-‘aṣriy-yah) yang
belum ada kejelasan status hukumnya, Nabi Muhammad mem-persilakan kepada umat
Islam untuk melakukan ijtihād, yaitu berpikir secara sungguh-sungguh untuk menemukan
kebenaran (hukum) dengan tetap berpegang kepada sumber utama (al-Qur’an dan Hadis).
Seperti pada kasus yang tertera pada jurnal berjudul “LGBT DI INDONESIA: Perspektif
Hukum Islam, HAM, Psikologi dan Pendekatan Maṣlaḥah” ini yang menganalisis ushul fikih
terhadap fenomena LGBT di Indonesia, dapat menjadi salah satu solusi untuk mengurangi
permasalahan tersebut dengan menge-tahui substansi dan esensi hukum-hukum syari’at,
sebab selain menganalisis produk hukum yang sudah jadi, dengan metode ini dituntut untuk
memahami pangkal persoalan atau substanti hukumnya dan tidak berhenti hanya pada
hukum formil.

DAFTAR PUSTAKA
https://journal.walisongo.ac.id/index.php/ahkam/article/view/991/895
https://journal.stiba.ac.id/index.php/nukhbah/article/view/100/116
https://scholar.archive.org/work/wdymlm5vivbg3pldfhrrxskjai/access/wayback/https://
ejournal.staida-krempyang.ac.id/index.php/usratuna/article/download/260/179
https://www.neliti.com/publications/335032/penerapan-kaidah-kaidah-fiqih-dalam-transaksi-
ekonomi-di-lembaga-keuangan-syaria
http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/taqnin/article/view/6360

Anda mungkin juga menyukai