Anda di halaman 1dari 4

UTS

1. Pengertian, Ruang Lingkup, Objek Kajian serta Tujuan mempelajari Mata Kuliah
Fiqh/Ushul fiqh.
- Pengertian
Fiqh adalah ilmu untuk mengetahui hukum Allah yang berhubungan dengan
segala amaliah mukallaf baik yang wajib, sunah, mubah, makruh atau haram yang
digali dari dalil-dalil yang jelas (tafshili). Sementara Ushul fiqh adalah kaidah-kaidah
yang dipergunakan untuk mengeluarkan n menemukan hukum dari dalil-dalilnya, dan
dalil-dalil hukum (kaidah-kaidah yang menetapkan dalil-dalil hukum).
Jadi fiqih adalah paham mengenai sesuatu sebagai hasil dari kesimpulan pikiran
manusia. Dan Ushul fiqih adalah dasar yang dipakai oleh pikiran manusia untuk
membentuk hukum yang mengatur kehidupan manusia sebagai anggota masyarakat.
- Ruang Lingkup
1.) Hukum-hukum syara’, karena hukum syara’ adalah tsamarah (buah /hasil) yang
dicari oleh ushul fiqh.
2.) Dalil-dalil hukum syara’, seperti al-kitab, sunnah dan ijma’, karena semuanya ini
adalah mutsmir (pohon).
3.) Sisi penunjukkan dalil-dalil (wujuh dalalah al-adillah), karena ini adalah thariq al-
istitsmar (jalan / proses pembuahan). Penunjukkan dalil-dalil ini ada 4, yaitu
dalalah bil manthuq (tersurat), dalalah bil mafhum (tersirat), dalalah bil dharurat
(kemadharatan), dan dalalah bil ma’na al-ma’qul (makna rasional).
4.) Mustatsmir (yang membuahkan) yaitu mujtahid yang menetapkan hukum
berdasarkan dugaan kuatnya (zhan). Lawan mujtahid adalah muqallid yang wajib
mengikuti mujtahid, sehingga harus menyebutkan syarat-syarat muqallid dan
mujtahid serta sifat-sifat keduanya.
- Objek Kajian
1.) Pembahasan mengenai hokum syara’ dan yang berhubungan dengannya, seperti
hakim, mahkum fiqh, dan mahkum ‘alaih.
2.) Pembahasan tentang sumber-sumber dan dalil-dalil hukum
3.) Pembahasan tentang cara menggali dan menarik hukum dari sumber-sumber dan
dalil-dalil itu.
4.) Pembahasan tentang ijtihad.
- Tujuan Mempelajarinya
1.) Mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang mujtahid, agar
mampu menggali hukum syara’ secara tepat.
2.) Sebagai acuan dalam menentukan dan menetapkan hukum syara’ melalui
bermetode yang dikembangkan oleh para mujtahid, sehinggga dapat memecahkan
berbagai persoalan baru yang muncul.
3.) Memelihara agama dari penyimpangan penyalahgunaan sumber dan dalil hukum.
Ushul fiqih menjadi tolak ukur validitas kebenaran sebuah ijtihad.
4.) Mengetahui keunggulan dan kelemahan para mujtahid, dilihat dari dalil yang
mereka gunakan.
5.) Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat sejalan dengan dalil yang
digunakan dalam berijtihad, sehingga para peminat hukum Islam dapat melakukan
tarjih (penguatan) salah satu dalil atau pendapat tersebut dengan mengemukakan
pendapatnya.

2. Pengertian metode Bayani, Irfani dan Istishlahy beserta contohnya.


- Metode Bayani
Adalah proses mencari kejelasan (azh-zhuhr) dan pemberian penjelasan (al-
izhar) , upaya memahami (alfahm) dan komunikasi pemahaman (al-ifham), perolehan
makna (al-talaqqi) dan penyampaian makna (al-tablig). Dalam pengertian ini dapat
dipahami bahwa metode bayani sebagai proses mengubah suatu dari situasi
ketidaktahuan menjadi mengerti, atau usaha mengalihkan diri dari bahasa asing yang
maknanya masih gelap ke dalam bahasa kita sendiri yang maknanya lebih jelas, atau
suatu proses transformasi pemikiran dari yang kurang jelas atau ambigu menuju ke
yang lebih jelas/konkret.
 Contoh Metode qiyas yang digunakan dalam Bayani adalah soal hukum meminum
arak dari kurma. Arak dari perasan kurma disebut far` (cabang) karena tidak ada
ketentuan hukumnya dalam nash, dan ia akan diqiyaskan pada khamer. Khamer
adalah ashl (pokok) sebab terdapat dalam teks (nash) dan hukumnya haram,
alasannya (illah) karena memabukkan. Hasilnya, arak adalah haram karena ada
persamaan antara arak dan khamr, yakni sama-sama memabukkan.
- Metode Irfani
Metode irfani adalah model metodologi yang didasarkan atas pendekatan dan
pengalaman langsung atas realitas spritual keagamaan, berbeda dengan sasaran bayani
yang bersifat eksoteris, sasaran bidik irfani adalah bagian esoteris(batin) teks, karena
itu rasio berperan sebagai alat untuk menjelaskan berbagai pengalaman spritual
tersebut.
 Contoh konkrit dari pendekatan 'irfani adalah falsafah ishraqi yang memandang
pengetahuan diskursif (alhikmah al-batiniyyah) harus dipadu secara kreatif
harmonis dengan pengetahuan intuitif (al-hikmah al-dhawqiyah). Dengan
pemaduan tersebut pengetahuan yang diperoleh menjadi pengetahuan yang
mencerahkan, bahkan akan mencapai al-hikmah al-haqiqah.
 Contoh konkret dari pengetahuan 'irfani adalah pengalaman batin Rasulullah saw.
dalam menerima wahyu al-Qur'an. Namun dengan keyakinan yang kita pegangi
salama ini, mungkin pengetahuan 'irfani yang akan dikembangkan dalam
kerangka ittiba' al-Rasul.

- Metode Istislahy
Adalah upaya penggalian hukum yang bertumpu pada prinsip-prinsip
kemaslahatan yang di simpulkan dari Alquran dan hadis. Artinya kemaslahatan yang
dimaksudkan disini adalah kemaslahatan yang secara umum ditunjuk oleh kedua
sumber hukum tersebut. Maksudnya kemaslahatan itu tidak dapat dikembalikan
kepada suatu ayat atau hadis secara langsung baik melalui penalaran bayani atau ta’lili
melainkan dikembalikan pada prinsip umum kemaslahatan yang dikandung oleh nash.
 Contohnya seperti tranplatasi organ tubuh, bayi tabung dan aturan lalu lintas
kendaraan bermotor. Masalah-masalah ini tidak untuk mempunyai nas khusus
sebagai rujukan. Karena itu untuk menentukan hukumnya, digunakan prinsip-
prinsip umum yang ditarik dari ayat-ayat, seperti, tidak boleh mencelakakan atas
mendatangkan kemaslahatan, untuk setiap kesulitan ada jalan keluar yang bisa
dicarikan, menolong orang lain adalah kebajikan bahkan kewajiban.Melalui
pendeduksian dan pertimbangan tingkatan keutamaan, maka disimpulkan
kebolehan sebagai hukum dasar transplantasi, boleh untuk bayi tabung sekirannya
dilakukan oleh suami istri itu sendiri, sedang pelanggaran aturan lalu lintas
dianggap sebagai ta’zir.

3. Pengertian Hukum Positif, Hukum Islam (fiqih) dan Hukum Adat. Dan persamaan
maupun perbedaan dari Hukum Positif dan Hukum Islam (fikih).
- Hukum Positif
Hukum positif adalah hukum yang dibuat oleh manusia yang mewajibkan atau
menetapkan suatu tindakan dan juga penetapan hak-hak tertentu untuk suatu individu
atau kelompok, yang mana hokum tersebut berlaku sekarang di suatu tempat atau
Negara.
- Hukum Islam (fiqih)
Hukum Islam adalah sebagai suatu perintah (doktrin) dari Allah Swt., yang
berkaitan dengan perbuatan orang-orang yang sudah mukallaf (orang yang sudah
dikenai beban syariat), dalam bentuk perintah (mengerjakan atau meninggalkan suatu
perbuatan), perizinan (boleh memilih), atau penetapan.
- Hukum Adat
Hukum Adat adalah serangkaian aturan yang mengikat pada suatu masyarakat
yang tidak tertulis dan bersumber dari kebiasaan yang tumbuh dan berkembang pada
suatu masyarakat tertentu yang kemudian diterima menjadi hukum secara turun
temurun di suatu daerah.
- Persamaan Hukum Positif dan Hukum Islam (fiqih)
 Hukum Islam dan hukum positif mempunyai persamaan yaitu bahwa hukum
sebagai hubungan dan penilaian atau pengkategorian perbuatan manusia ke dalam
baik/tidak baik, dianjurkan/dilarang, serta perintah.
 Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat. Hukum
diciptakan untuk mengatur tingkah laku atau tindakan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang di dalamnya berisikan bermacam perintah maupun larangan.
 Peraturan itu telah ditetapkan dan bersifat tetap dan mengikat. Seperti halnya
hukum islam yan hukum nya sudah ditetapkan oleh tuhan yang maha esa dan juga
sama halnya dengan hukum positif yan sudah dietapkan oleh lembaga atau badan
hukum.
 Peraturan itu bersifat memaksa, setiap orang wajib hukumnya untuk mematuhi
setiap aturan/ketentuan yang sudah dietapkan tanpa terkecuali
 Ada Sanksi yang tegas terhadap pelanggarnya. Ketika orang melanggar peraturan
yang telah ditetapkan maka akan mendapatkan sanksi yang membuat jera seperti
penjara, hukum cambuk dan lainnya.
- Perbedaan Hukum Positif dan Hukum Islam (fiqih)
 Hukum positif tidak memiliki keadilan hakiki karena dibuat oleh manusia dengan
hawa nafsu dan kepentingan, sedangkan hukum Allah memiliki keadilan hakiki
karena berasal dari yang Maha Adil.
 Hukum manusia hanya berdasarkan pertimbangan kekinian dan berdasar
pengalaman, karena manusia tidak dapat mengetahui msa depan.
 Hukum manusia memiliki prinsip yang terbatas yang teorinya baru muncul sekitar
abad 19. Berbeda dengan hukum Islam yang sudah ada sejak zaman rasul yang
sudah sempuna dan masalahah disegala ruang dan waktu.
 Hukum positif hanya mengatur hubungan antar manusia. Hukum yang hanya
mengandalkan aspek hukuman sering membuat penjahat untuk mencari celah
pembenaran atas perilaku buruk mereka demi terbebas dari jerat hukum.
Sedangkan dalam hukum Islam, aspek keridhoan Allah dan takut akan murkaNya
menjadi faktor utama ketaatan.
 Hukum positif mengabaikan aspek akhlak dan menganggap pelanggaran hukum
hanya sebatas yang membahayakan individu dan masyarakat. Contoh: Hukum
zina tidak di sanksi jika tidak ada paksaan dari satu pihak.
 Hukum mencerminkan pembuatnya, ketika pembuatnya adalah manusia, maka hal
ini harus dipahami bahwa manusia penuh dengan kukurangan meskipun ada
kelebihannya. Sedangkan hukum Islam mencerminkan kesempurnaan dan
keagungan pembuatnya.
 Hukum positif memiliki kaedah yang bersifat temporal, dan hukum Islam bersifat
tidak temporal. Hal ini dikarenakan kaedah dalam hukum Islam bersifat elastis
dan umum dan juga berasal dari nash Islam yangbersifat tinggi dan mulia.
 Hukum positif merupakan peraturan yang mengatur tingkah laku manusia dalam
pergaulan masyarakatnya. Sedangkan hukum Islam mengatur perbuatan-perbuatan
mukallaf ( sebagai subjek hukum ).
 Hukum Islam mengatur semua perbuatan mukallaf baik dalam hubungannya
dengan Tuhan ( Allah ), manusia dan lingkungan sekitarnya atau semua makhluk
Tuhan, sedangkan hukum positif hanya mengatur tingkah laku manusia dalam
pergaulannya di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai