Anda di halaman 1dari 3

UNIVERSITAS PGRI SEMARANG

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN 2022/2023

Program Studi : Hukum


Mata Kuliah : Hukum Islam
Semester : 3 (Ganjil) UTS DARING
Dosen Pengampu : Nur Aksin, S.Ag., M.S.I.
Hari/tanggal : Rabu, 26 Oktober 2021
Waktu : 100 menit

Petunjuk:
1. Jawab pertanyaan dengan singkat dan jelas
2. a. Soal bernomor ganjil diperuntukkan bagi peserta ujian dengan no. NPM/NIM ganjil
b. Soal bernomor genap diperuntukkan bagi peserta ujian dengan no. NPM/NIM genap
3. Berdoalah terlebih dahulu agar dikuatkan untuk tidak berbuat curang selama ujian

Soal:

1. Pembahasan hukum dalam ushul fiqih terdiri dari; Hakim, Hukum, Mahkum Fih,
Mahkum ‘Alaih, “Azimah dan Rukhshah
a. Terangkan masing-masing secara etimologi dan terminologi
b. Sebutkan contoh satu persatu
Jawab:
a. -HAKIM
Kata Hakim dalam Islam secara etimologi berarti ‘Yang Memutuskan Hukum’. Dalam
istilah fiqh, kata Hakim juga disebut sebagai orang yang memutuskan hukum di pengadilan–
sama halnya dengan Qadhi. Hakim menurut ushul fiqih juga berarti pihak penentu dan pembuat
hukum syariat secara hakiki. Ulama ushul fiqih sepakat bahwa hakim dalam Islam (pembuat
hukum syariat) adalah Allah azza wa jalla baik hukum taklifi dan wad’i.
b. HUKUM, yaitu sesuatu yang berasal dari hakim atau firman pembuat syara’ yang
berhubungan dengan perbuatan orang dewasa (mu-kallaf) yang mengandung tuntutan.
c. MAHKUM FIIHI, yaitu perbuatan mukallaf yang berhubungan dengan hukum. Misalnya
wajib, mandub (sunnat), haram, makruh, dan mubah. Contohnya dalam QS Surah Al-Maidah:1
yang menjadi objek perintah dalam ayat tersebut adalah perbuatan seorang mukallaf, yaitu
perbuatan menyempurnakan janji yang diwajibkan.
d.MAHKUM ALAIHI, yaitu orang mukallaf (dewasa), dimana perbuatannya menjadi tempat
ber-lakunya hukum Allah dan firman-Nya (subyek hukum). Contoh misalnya wajibnya shalat
hanya untuk orang yang telah mukallaf (dewasa) bukan di-peruntukkan bagi anak-anak atau
orang gila, dsb.
d. AZIMAH
Pengertian Azimah secara bahasa yaitu kehendak untuk mengokohkan. Sedangkan secara
istilah Azimah ialah hukum yang berlaku sebagai hukum pemula dan sebagai pengantar kepada
kemaslahatan yang umum. Azimah, ialah peraturan agama yang pokok dan berlaku umum sejak
dari semula. Contoh, shalat zuhur, shalat ashar, dan shalat isya terdiri atas empat rakaat dan
sudah ditentukan waktunya.
e. RUKHSOH
Secara bahasa Rukhsoh berarti keringanan dan kemudahan Sedangkan secara istilah Rukhsoh
Rukhshah adalah ketetapan hukum yang menyalahi atau berbeda dari hukum yang ditetapkan
secara kulli atau dalam istilah ushul disebut dengan Azimah.
Rukhsoh, ialah peraturan tambahan yang dijalan kan berhubungan dengan adanya hal-hal yang
memberatkan, sebagai pengacualian dari peraturan-peraturan pokok.
Salah satu contoh rukhsah wajib adalah konsumsi daging bangkai bagi orang yang terpaksa.
Sedangkan konsumsi daging bangkai pada asalnya adalah haram sebagaimana Surat Al-Maidah
ayat 3.
3. Jelaskan mengenai perbedaan ilmu fiqih dan ilmu ushul fiqih berdasar bahasa dan istilah!
Jawab:
- Ilmu Fiqih
Menurut bahasa (etimologi), kata fikih berasal dari bahasa Arab ‫ الفَ ْه ُم‬yang berarti paham, seperti
pernyataan “‫س‬ َ ْ‫ْت الدَّر‬ ُ ‫ ”فَقَّه‬yang berarti “saya memahami pelajaran itu”.
Menurut terminologi, fikih pada mulanya berarti pengetahuan keagamaan yang mencakup
seluruh ajaran agama, baik berupa akidah, akhlak, maupun amaliah (ibadah), yakni sama dengan
arti syariah islamiyyah. Namun, pada perkembangan selanjutnya, fikih diartikan sebagai bagian
dari syariah islamiyyah, yaitu pengetahuan tentang hukum syariah islamiyyah yang berkaitan
dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-dalil
yang terinci.
- Ushul Fiqh
Ushul Fiqh (‫ )ُأصُوْ ُل ْالفِ ْق ِه‬secara etimologi terdiri dari dua suku kata yaitu ushul dan fiqh.
*Ushul (‫ )ُأصُوْ ٌل‬secara etimologi adalah bentuk jamak dari kata ash-lun (‫ )َأصْ ٌل‬yang berarti asal,
pokok, atau pondasi; yakni sesuatu yang menjadi pondasi suatu bangunan baik itu yang bersifat
fisik maupun nonfisik.
*Adapun fiqh (ٌ‫ )فِ ْقه‬secara bahasa bermakna fah-mun (‫ )فَ ْه ٌم‬yang artinya pemahaman mendalam
yang memerlukan pengerahan akal pikiran.
Adapun pengertian ushul fiqh secara terminologi adalah :Ilmu yang membahas dalil-dalil fiqh
yang umum dan cara mengambil faedah dari dalil tersebut serta membahas keadaan orang yang
mengambil faedah.
Ushul fiqh adalah ilmu yang membahas dalil-dalil fiqh yang bersifat global, yaitu berupa kaidah-
kaidah umum; seperti :
Perintah menunjukkan hukum wajib selama tidak ada indikasi yang memalingkannya dari
hukum tersebut.
Larangan menunjukkan hukum haram selama tidak ada indikasi yang memalingkannya dari
hukum tersebut.
Sahnya suatu amalan menunjukkan amalan tersebut telah terlaksana.
5. Apabila tidak mendapatkan keterangan hukum secara jelas baik dari Qur’an maupun Hadis
karena keterbatasan pengetahuan, maka diperbolehkan melakukan ijtihad. Apa dan bagaimana
seseorang itu berijtihad?
Jawab:
- Ijtihad merupakan upaya yang diambil oleh para mustahid (ulama) untuk menentukan suatu
hukum yang tidak dijelaskan dalam alquran maupun hadist. Saat berijtihad itu sendiri para
mustahid haruslah mencurahkan seluruh memikiran serta wawasannya secara sungguh-sungguh.
Sebab salah satu syarat ijtihad tersebut ialah dilakukan oleh mustahid yang memiliki
pengetahuan luas tentang syariat Islam agar dapat menghasilkan ketetapan hukum yang tidak
bertentangan dengan Alquran dan hadist.
Untuk melakukan ijtihad, terdapat syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi mujtahid atau
orang yang melakukan ijtihad. Dalam uraian "Perjalanan Ijtihad dalam Perkembangan Fikih"
yang terbit di Jurnal Syariah, Fathurrahman Azhari menuliskan beberapa ketentuan sebagai
berikut:
-Pertama, mujtahid harus menguasai bahasa Arab dengan berbagai cabang keilmuannya, seperti
nahwu, saraf, balagah, dan aspek-aspek lainnya.
-Kedua, memiliki pengetahuan tentang Al-Quran secara mendalam.
-Ketiga, mempunyai pengetahuan komprehensif tentang sunah Nabi Muhammad SAW,
khususnya enam kitab hadis induk yaitu Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abu Dawud,
Sunan Tirmidzi, Sunan Nasa’i, dan Sunan Ibnu Majah, serta kitab-kitab lainnya, seperti Sunan
Baihaqi, Sunan Daraqutni, Sunan Thabrani, Sunan Darimi, dan sebagainya.
-Keempat, mengetahui ijmak atau kesepakatan ulama sebelumnya. Jangan sampai seorang
mujtahid mengeluarkan suatu hukum yang bertentangan dengan ijmak sebelumnya.

-Kelima, mengetahui ilmu usul fikih, mencakup kaidah ijtihad, metodenya, dan prinsip-prinsip
dasar seperti maqashid syariah, al-urf (adat kebiasaan penduduk setempat), maslahah mursalah,
dan sebagainya.
-Keenam, mengetahui objek yang akan diijtihadi. Seorang mujtahid harus memahami secara
penuh kasus yang ia hadapi, sehingga ia tidak keliru memutuskan hukum syariat atas perkara
umat Islam.
7. Jelaskan makna filosofi yang terkandung dalam UU No, 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
(pernikahan)!
Jawab:
Menurut UU No 1 Thn 1974, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.
Makna perkawinan sendiri ialah Perkawinan atau pernikahan sangatpenting dalam kehidupan
manusia karena dengan perkawinan yang sah mengakibatkan pergaulan antara laki-laki dan
perempuan menjadi terhormat sesuai dengan kedudukan manu-
sia sebagai mahluk yang terhormat. Pergaulan hidup berumah tangga dibina dalam suasana
damai, tentram dan kasih sayang antara suami dan istri. Sementara anak hasil keturunan
perkawinan sah yang menghiasi kehidupan berumah tangga merupakan perhiasan kehidupan
berumah tangga sekaligus merupakan kelangsungan hidup manusia secara bersih danterhormat.
Hukum Islam memandang hubungan seksual sebagai sesuatu yang sakral, oleh sebab
itiu pernikahan bukan semata-mata sebagai sakramen melainkan kontrak yang dibuat oleh kedua
belah pihak. Sehingga dalam memandang hubungan seksual tersebut tetap berlaku asas umum
perjanjian yaitu salah satunya adanya kesepakatan kedua belah pihak.
9. Meminang dilakukan sebelum terjadinya akad nikah dan setelah dipilih masak-masak. Apa
syarat utama bagi seorang wanita yang boleh dipinang?
Jawab:
Adapun syarat perempuan yang boleh dipinang adalah perempuan yang
memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Tidak dalam pinangan orang lain;

b. Pada waktu dipinang, perempuan tidak ada penghalang syarat yang

melarang dilangsungkannya pernikahan;

c. Perempuan itu tidak dalam masa „iddah karena talak raj‟i

d. Apabila perempuan dalam masa idah karena talak ba‟in, hendaklah

meminang dengan cara sirry (tidak terang-terangan).

Anda mungkin juga menyukai