Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

USHUL FIQH DAN FIQH

Diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah ushul fiqih

Disusun oleh :

Nur Azizah Syahdia 1422001

Dosen Pembimbing :

PENDI HASIBUAN

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM-A

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SEJCH M. DJAMIL DJAMBEK


BUKITTINGGI
2023M/ 1444H

ii
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ushul Fiqh Dan Fiqh


a. Pengertian Ushul Fiqh
Untuk mengetahui makna dari kata Ushul Fiqh dapat dilihat dari dua
aspek: Ushul Fiqih kata majemuk (murakkab), dan Ushul Fiqih sebagai istilah
ilmiah.Dari aspek pertama, Ushul Fiqih berasal dari dua kata, yaitu ushul
bentuk jamak dari ashl dan kata fiqih, yang masing-masing memiliki
pengertian yang luas. Ashl secara etimologi diartikan sebagai "fondasi
sesuatu, baik yang bersifat materi ataupun bukan".
Adapun menurut istilah, ashl mempunyai beberapa arti berikut ini:
1. Dalil, yakni landasan hukum, seperti pernyataan para ulama ushul
Fiqih bahwa ashl dari wajibnya shalat lima waktu adalah firman Allah
SWT. dan Sunah Rasul.
2. Qa'idah, yaitu dasar atau fondasi sesuatu, seperti sabda Nabi
Muhammad SAW:

ٍ ‫بنِي اِإْل ْساَل ُم َعلَى َخ ْم َس ِة َأص‬


‫ُور‬

Artinya: "Islam itu didirikan atas lima ushul (dasar atau fondasi)."
Rajih, yaitu yang terkuat, seperti dalam ungkapan para ahli
ushul fiqih.1
b. Pengertian Fiqh
Kata fiqh (fikih dalam bahasa Indonesia) secara etimologi artinya
paham, pengertian, dan pengetahuan.Fiqh secara terminologi adalah hukum
syara' yang bersifat praktis (amaliah) yang diperoleh dari dalil-dalil yang
terperinci.Kalau fiqh dihubungkan dengan perkataan ilmu sehingga menjadi
ilmu figh. Ilmu fiqh adalah ilmu yang bertugas menentukan dan menguraikan
1
Zainuddin Ali, Hukum Islam( Jakarta ; Sinar Grafika, 2021), hal. 4-5

1
norma dasar dan ketentuan yang terdapat dalam Alquran dan sunah Nabi
Muhammad saw. yang direkam di dalam kitab-kitab hadis. Dari pengertian di
atas menunjukkan bahwa antara syariah dan fiqh mempunyai hubungan yang
sangat erat, yaitu dapat dibedakan tetapi tidak dapat diceraipisahkan.Kedua
istilah dimaksud, yaitu (1) syariat Islam dan (2) fikih Islam.Di dalam
kepustakaan hukum Islam berbahasa Inggris, syariat Islam diterjemahkan
dengan Islamic Law, sedangkan fikih Islam diterjemahkan dengan istilah
Islamic Jurisprudence.
Antara syariah dan fiqh, terdapat perbedaan, yang apabila tidak
dipahami dapat menimbulkan kerancuan yang dapat menimbulkan sikap salah
kaprah terhadap fiqh.Fiqh diidentikkan dengan syariah. Untuk lebih jelasnya
akan dikemukakan perbedaannya berikut ini.
1. Syariah diturunkan oleh Allah, kebenarannya bersifat mutlak,
sementara fiqh adalah hasil pikiran fuqaha dan kebenarannya bersifat
relatif.
2. Syariah adalah satu dan fiqh beragam, seperti adanya aliran-aliran
hukumyang disebut dengan istilah mazhab-mazhab.
3. Syariah bersifat tetap atau tidak berubah, fiqh mengalami perubahan
seiring dengan tuntutan ruang dan waktu2.
4. Syariah mempunyai ruang lingkupnya yang lebih luas, oleh banyak
ahli dimasukkan juga akidah dan akhlak, sedang fiqh ruang
lingkupnya terbatas pada hukum yang mengatur perbuatan manusia
yang biasanya disebut perbuatan hukum. Seperti yang dikemukakan di
atas, bahwa hukum Islam adalah terjemahan dari Al-Fiqh Al-Islamy
atau As-Syariah Al-Islamy.

2
Zainuddin Ali, Hukum Islam( Jakarta ; Sinar Grafika, 2021), hal. 6

2
B. Objek Kajian Ushul Fiqh Dan Fiqh

a) Objek Kajian Ushul Fiqh


Dari definisi Ushul Fiqih di atas, terlihat jelas bahwa yang
menjadi objek kajian Ushul Fiqih secara garis besarnya ada tiga:
1) Sumber hukum dengan semua seluk beluknya
2) Metode pendayagunaan sumber hukum atau metode penggalian
hukum dari sumbernya.
3) Persyaratan orang yang berwewenang melakukan istinbath
dengan semua permasalahannya.
Sementara itu, Muhammad Al-Juhaili merinci objek kajian
Ushul Fiqih sebagai berikut3:
1. Sumber-sumber hukum syara', baik yang disepakati seperti Al-
Quran dan Sunah, maupun yang diperselisihkan, seperti
istihsan dan mashiahah mursalah.
2. Pembahasan tentang ijtihad, yakni syarat-syarat dan sifat-sifat
orang yang melakukan ijtihad.
3. Mencarikan jalan keluar dari dua dalil yang bertentangan
secara g zahir, ayat dengan ayat atau sunah dengan sunah, dan
lain-lain baik dengan jalan pengompromian (Al-jam'u' wa At-
taufiq). menguatkan salah satu (tarjih), pengguguran salah satu
atau kedua dalil yang bertentangan (nasakh/tatsaqut Ad-
dalilain)4.
Berdasarkan berbagai pemaparan di atas, terutama berbagai
definisi yang dikemukakan oleh para ulama ahli ilmu ushul fiqh
dapat diketahui bahwa ruang lingkup kajian (maudhu’) dari ilmu
ushul fiqh secara global, di antaranya;
1. Sumber dan dalil hukum dengan berbagai permasalahannya.
3
Bahrudin, Ilmu Usul Fiqh (Lampung ; Cv Utama Raharja, 2019), hal 3
4

3
2. Bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil hukum tersebut.
3. Metode atau cara penggalian hukum dari sumber dan dalilnya.
4. Syarat – syarat orang yang berwenang melakukan istinbat
(mujtahid) dengan berbagai permasalahannya.

Menurut Al-Ghazali dalam kitab al-Mustashfa ruang lingkup


kajian ushul fiqh ada 4, yaitu:
1) Hukum-hukum syarak, karena hukum syarak adalah tsamarah
(buah /hasil) yang dicari oleh ushul fiqh.
2) Dalil-dalil hukum syarak, seperti al-Kitab, Sunah dan ijmak,
karena semuanya ini adalah mutsmir (pohon).
3) Sisi penunjukkan dalil-dalil (wujuh dalalah al-adillah), karena
ushul fiqh ini merupakan thariq al-istitsmar (proses produksi).

Penunjukan dalil-dalil ini ada 4, yaitu dalalah bil manthuq


(tersurat), dalalah bil mafhum (tersirat), dalalah bil dharurat(secara
pasti), dan dalalah bil ma’na al-ma’qul (makna yang
rasional).Mustatsmir (produsen) yaitu mujtahid yang menetapkan
hukum berdasarkan dugaan kuatnya (zhan)5. Lawan kata mujtahid
adalah muqallid yang wajib mengikuti mujtahid.

Sedangkan menurut Satria Effendi, sebagaimana dikutip oleh


Suyatno, memerinci objek kajian ushul fiqh meliputi 4 (empat)bagian
yaitu :
1. Pembahasan mengenai hukum syarak dan yang berhubungan
dengannya, seperti hakim, mahkum fiqh, dan mahkum ‘alaih.
2. Pembahasan tentang sumber-sumber dan dalil-dalil hukum.

5
Bahrudin, Ilmu Usul Fiqh (Lampung ; Cv Utama Raharja, 2019), hal. 4

4
3. Pembahasan tentang caramenggali dan menarik hukum dari
sumber-sumber dan dalil-dalil.
4. Pembahasan tentang ijtihad.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan bahwa


objek pembahasan ilmu ushul fiqh berkisar pada dalil-dalil syarak dari
segi penunjukannya kepada suatu hukum secara global. Hal ini dapat
dipahami dari gambaran bahwa penunjukanAlquran kepada hukum tidak
hanya menggunakan satu bentuk kata tertentu, melainkan menggunakan
berbagaibentuk kata, seperti bentuk amr, nahi,kata yangbersifat umum,
mutlak dan sebagainya.

b) Objek Kajian Fiqh


Objek Kajian Ilmu Fiqih Objek kajian Fiqih adalah segala
sesuatu yang berkaitan dengan perbuatan seorang mualaf. Misalnya
apa saja ketentuan hukum mukalaf dalam muamalah seperti jual beli,
menyewakan, menggadaikan, membunuh, menuduh atau menuduh
orang lain berzina, mencuri, menghadiahkan dll. Juga
termasukaturan-aturan ibadah seperti sholat, puasa, haji dan zakat
untuk blasteran6.
Tujuannya adalah agar dia memahami hukum saat mereka
melakukan semua tindakan tersebut. Dengan demikian Objek Kajian
Fiqih ada dua hal yaitu ibadah dan muamalah:
1. Ibadah : perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan Allah.
Contohnya shalat, puasa, haji, dan lain sebagainya.
2. Muamalah : perbuatan Mukallaf yang berhubungan dengan
sesama manusia. Contohnya jual beli, sewa menyewa,
pegadaian, pembunuhan, tuduhan atau menuduh orang lain
6
Bahrudin, Ilmu Usul Fiqh (Lampung ; Cv Utama Raharja, 2019), hal. 5

5
berzina, pencurian, wakaf, dan lain sebagainya. Objek kajian
Fiqih tentang Muamalah sangat luas. Hal ini karena hubungan
manusia dengan manusia lain mencakup banyak hal. Objek
kajian Fiqih tidak luput dari berbagai aspek ini. Misalnya
Fiqh Ahwal as-Syakhsiyah (Hukum Keluarga), Fiqh
Muamalah (Hukum Transaksi), Fiqh Mawaris, Fiqh
Munakahat, Fiqh Jinayah (Hukum Kriminal), Fiqh Murafa’at
(Hukum Acara), Fiqh Siyasah (Politik) dan sebagainya. Ilmu
Fiqih juga digunakan untuk mengetahui hukum-hukum seperti
sunah, haram, makruh dan lainnya.

C. Tujuan Ushul Fiqh dan Fiqh


a. Tujuan Ushul Fiqh
Para ulama ushul menyepakati bahwa Ushul Fiqih merupakan
salah satu sarana untuk mendapatkan hukum-hukum Allah sebagaimana
yang dikehendaki oleh Allah SWT7.dan Rasul-Nya, baik yang berkaitan
dengan masalah aqidah, ibadah, mu'amalah, 'uqubah, maupun akhlak.
Dengan kata lain, Ushul Fiqih bukanlah sebagai tujuan melainkan hanya
sebagai sarana.Oleh karena itu, secara rinci Ushul Fiqih berfungsi
sebagai berikut: Memberikan pengertian dasar tentang kaidah-kaidah
dan metodologi para ulama mujtahid dalam menggali hukum.
Menggambarkan persyaratan yang harus dimiliki seorang
mujtahid agar mampu menggali hukum syara' secara tepat, sedangkan
bagi orang awam supaya lebih mantap dalam mengikuti pendapat
yangdikemukakan oleh para mujtahid setelah mengetahui cara yang
mereka gunakan untuk berijtihad.Memberi bekal untuk menentukan
hukum melalui berbagai metode yang dikembangkan oleh para
mujtahid, sehingga dapat memecahkan berbagai persoalan baru.
7
Bahrudin, Ilmu Usul Fiqh (Lampung ; Cv Utama Raharja, 2019), hal. 7

6
Memelihara agama dari penyimpangan dan penyalahgunaan
dalil.Dengan berpedoman pada Ushul fiqih, hukum yang dihasilkan
melalui ijtihad tetap diakui syara'.Menyusun kaidah-kaidah umum (asas
hukum) yang dapat dipakai untuk menetapkan berbagai persoalan dan
fenomena sosial yang terus berkembang di masyarakat.Mengetahui
keunggulan dan kelemahan para mujtahid, sejalan dengan dalil yang
mereka gunakan.Dengan demikian, para peminat hukum Islam (yang
belum mampu berijtihad) dapat memilih pendapat mereka yang terkuat
disertai alasan-alasan yang tepat8.
Menurut Abdul Wahab Khallaf, tujuan mempelajari ilmu ushul
fiqh adalah untuk mengaplikasikan kaidah-kaidah dan teori-teori ushul
fiqh terhadap dalil-dalil yang spesifik untuk menghasilkan hukum
syarak yang dikehendaki oleh dalil tersebut. Berdasarkan kaidah-kaidah
ushul fiqh dan pembahasannya, maka nash-nashsyarak akan dapat
dipahami dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya dapat
diketahui, serta sesuatu yang dapat menghilangkan ketidakjelasan lafaz
yang samar. Di samping itu diketahui pula dalil- dalil yang
dimenangkan ketika terjadi pertentangan antara satu dalil dengan dalil
yang lainnya.Termasuk menetapkan metode yang paling tepat untuk
menggali hukum dari sumbernya terhadap sesuatu kejadian konkrit yang
tidak ada nashnya dan mengetahui dengan sempurna dasar-dasar dan
metode yang digunakan para mujtahid dalam mengambil hukum
sehingga terhindar dari taklid.Ilmu ushul fiqh juga membicarakan
metode penerapan hukum bagi peristiwa-peristiwa atau tindakan-
tindakan yang tidak ditemukan secara eksplisit nashnya, yaitu dengan
menggunakan metode qiyas.istishab, dan lain sebagainya9.

8
Bahrudin, Ilmu Usul Fiqh (Lampung ; Cv Utama Raharja, 2019), hal. 8
9
Bahrudin, Ilmu Usul Fiqh (Lampung ; Cv Utama Raharja, 2019), hal. 9

7
Menurut al-Khudhari Beik dalam kitab ushul fiqhnya, tujuan
ilmu ushul fiqh adalah sebagai berikut:
1. Mengemukakan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh
seorangmujtahid, agar mampu menggali hukum syarak secara
tepat.
2. Sebagai acuan dalam menentukan dan menetapkan hukum
syarak melalui metode yang dikembangkan oleh para mujtahid,
sehinggga dapat memecahkan berbagai persoalan baru yang
muncul.
3. Memelihara agama dari penyimpangan penyalahgunaan sumber
dan dalil hukum. Ushul fiqh menjadi tolok ukur validitas
kebenaran sebuah ijtihad.
4. Mengetahui keunggulan dan kelemahan para mujtahid,
dilihatdari dalil yang mereka gunakan.
5. Mengetahui kekuatan dan kelemahan suatu pendapat
sejalandengan dalil yang digunakan dalam berijtihad, sehingga
parapemerhati hukum Islam dapat melakukan seleksi salah satu
dalilatau pendapat tersebut dengan mengemukakan
pendapatnya,"Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa
ilmu ushul fiqh memberi pengetahuan kepada umat Islam
tentang sistem

b. Tujuan Fiqh
Adalah untuk mencapai keridhoan Allah SWT., dengan
melaksanakan syari'ah-Nya di muka bumi ini, sebagai pedoman hidup
individual, hidup berkeluarga, maupun hidup bermasyarakat.Orang
sering bertanya, bagaimana hukumnya ini atau itu?Pertanyaan ini sudah

8
tentu didorong oleh keinginan agar segalasikap dan tingkah lakunya
sesuai dengan Syari'ah yang pada mengharapkan keridhoan Allah
SWT.Agar hidup ini sesuai dengan Syari'ah, maka dalam kehidupan
harus terlaksana nilai-nilai keadilan, kemaslahatan, mengandungrahmat
dan hikmah.Untuk itu Imam al-Syatibi telah melakukan istiqra
(penelitian) yang digali dari Al-Qur'ân maupun Sunnah, yang
menyimpulkan bahwa tujuan Hukum Islam (maqashid al-syari'ah) di
dunia ada lima hal, yang dikenal dengan al-maqashid al-Khamsah
yaitu:Memelihara agama (Hifdz al-Din)10.
Yang dimaksud dengan agama di sini adalah agama dalam arti
sempit (ibadah mahdhah) yaitu hubungan manusia dengan Allah SWT,
termasuk di dalamnya aturan tentang syahadat, shalat, zakat, puasa, haji
dan aturan lainnya yang meliputi hubungan manusia dengan Allah
SWT., dan larangan yang meninggal- kannya.Memelihara diri (Hifdz al-
Nafs).Termasuk di dalam bagian kedua ini, larangan membunuh diri
sendiri dan membunuh orang lain, larangan menghina dan lain
sebagainya, dan kewajiban menjaga diri.Memelihara keturunan dan
kehormatan (Hifdz al-nas/irdl).Seperti aturan-aturan tentang pernikahan,
larangan perzinahan, dan lain-lain.Memelihara harta (Hifdz al-mal)

10
Dzajuli, Ilmu Fiqh( Jakarta ; Prenada Media, 2021 ), hal. 4 - 5

Anda mungkin juga menyukai